• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

( STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 KISMANTORO KELAS VII A TAHUN AJARAN 2011/2012 )

SUMARNO DEDY NURMANSYAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

i

PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

( STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 KISMANTORO KELAS VII A TAHUN AJARAN 2011/2012 )

SKRIPSI Oleh :

SUMARNO DEDY NURMANSYAH K 1204054

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA Juli 2012

( STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 KISMANTORO KELAS VII A

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

commit to user ii

(3)

commit to user iii

PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

( STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 KISMANTORO KELAS VII A TAHUN AJARAN 2011/2012 )

Oleh :

SUMARNO DEDY NURMANSYAH K 1204054

Skripsi

diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juli 2012

(4)

commit to user iv

(5)

commit to user v

(6)

commit to user vi MOTTO

# Ketahuilah bahwa kemenangan akan datang bersama kesabaran, jalan keluar datang bersama kesulitan, dan kemudahan ada bersama kesulitan. (Rasulullah S.A.W.) #

# Kita adalah pelukis, kita adalah pelukis dari potret kita masing-masing. Akan menjadi apa kita nantinya, sangat ditentukan dengan apa yang kita pelajari dan apa yang kita lakukan saat ini (Aly Mustofa) #

# Jujur dalam segala hal akan membuat hati kita tenang dan terbebas dari rasa bersalah #

(7)

commit to user vii

PERSEMBAHAN

Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk :

v “Bapak dan Ibu”

Doamu yang tiada terputus, kerja keras tiada henti, pengorbanan yang tak terbatas dan kasih sayang yang tiada terbatas pula. Semuanya membuatku bangga memiliki kalian. Tiada kasih sayang yang seindah dan seabadi kasih sayangmu.

v Semua kakak, ponakan dan saudara-saudaraku

Terima kasih karena telah memberikanku semangat yang tak kenal lelah, setia menemaniku saat ku jatuh dan ihklas membantuku untuk bangkit lagi.

v Teman-temanku

Terima kasih atas semangat dan bantuan kalian yang tulus.

(8)

commit to user viii ABSTRAK

Sumarno Dedy Nurmansyah. PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ( STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 KISMANTORO KELAS VII A TAHUN AJARAN 2011/2012). Skripsi.

Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) pelaksanaan pembelajaran apresiasi puisi yang dilakukan oleh guru; (2) hambatan-hambatan yang dihadapi guru dalam pembelajaran apresiasi puisi; dan (3) usaha-usaha yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam pembelajaran apresiasi puisi.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi kasus (kualitatif) yang mengambil lokasi di SMP Negeri 2 Kismantoro. Teknik cuplikan penelitian ini menggunakan purposive sampling. Sumber data diperoleh dari informan, dokumen, dan peristiwa. Informan dalam penelitian ini adalah guru, siswa, kepala sekolah dan petugas perpustakaan. Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi dan analisis dokumen. Data yang terkumpul dianalisis model interaktif yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan serta trianggulasi.

Kesimpulan penelitian ini: (1) Pelaksanaan pembelajaran apresiasi puisi di kelas VII A SMP Negeri 2 Kismantoro belum sepenuhnya mengarah pada pembelajaran yang apresiatif. Pemilihan materi pembelajaran masih bersumber pada buku teks sehingga materi pembelajaran kurang variatif. Karena penggunaan metode pembelajaran kurang variatif sehingga menghambat siswa untuk memiliki kemampuan apresiasi puisi; (2) Hambatan-hambatan dalam pembelajaran apresiasi puisi di kelas VII A SMP Negeri 2 Kismantoro adalah siswa yang kurang cepat tanggap dalam pemahaman materi, ada beberapa siswa yang masih kurang percaya diri di depan kelas, situasi kelas yang kurang kondusif seperti ramai dan berbicara dengan temannya dan terbatasnya media pembelajaran yang tersedia di sekolah; dan (3) Upaya-upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi hambatan-hambatan pembelajaran apresiasi puisi adalah membuat langkah- langkah dalam kegiatan belajar mengajar dan mengarahkan kepada siswa untuk banyak membaca buku baik di perpustakaan atau di rumah.

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan perlunya peningkatan pemahaman guru terhadap kurikulum yang digunakan, peningkatan kompetensi dalam pembelajaran puisi, pengetahuan guru tentang teori dan apresiasi puisi, penyediaan sarana dan prasarana, peningkatan motivasi siswa dan kreatifitas siswa, dan evaluasi yang mengarah pada kemampuan apresiasi siswa. Dengan peningkatan hal-hal di atas, diharapkan guru dapat melaksanakan pembelajaran puisi yang apresiatif, sehingga para siswa memiliki kemampuan apresiasi yang tinggi terhadap puisi. Dengan demikian, tujuan pembelajaran yang diamanatkan dalam kurikulum dapat tercapai.

Kata Kunci: puisi, apresiasi, pengajaran puisi, menulis, membaca.

(9)

commit to user ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Alloh SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya, skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat diatasi. Untuk itu, atas segala bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi izin penulisan skripsi ini.

2. Dr. Muhammad Rohmadi, M. Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP-UNS yang telah memberi izin penulisan skripsi kepada penulis.

3. Dr. Muhammad Rohmadi, M. Hum., selaku Pembimbing Akademik yang dengan sabar membimbing penulis pada tahun-tahun awal studi.

4. Dr. Kundharu Saddhono, M. Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan izin penulisan skripsi kepada penulis.

5. Drs. Amir Fuady, M. Hum., selaku Pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan arahan dengan sabar hingga skripsi ini terselesaikan.

(10)

commit to user x

6. Dr. Andayani, M. Pd., selaku Pembimbing II yang dengan sabar membimbing dan menasehati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, khususnya Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang dengan tulus menularkan ilmunya kepada penulis.

8. Sahabat-sahabat yang tergabung dalam Bastind’04 yang telah banyak memberikan pelajaran yang berharga.

9. Berbagai pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Alloh SWT.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

(11)

commit to user xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

HALAMAN PENGAJUAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

HALAMAN ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA BERPIKIR ... 5

A. Kajian Teori ... 5

B. Penelitian yang Relevan ... 19

C. Kerangka Berpikir ... 21

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 23

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

B. Jenis dan Strategi Penelitian ... 23

C. Sumber Data Penelitian ... 24

D. Teknik Pengumpulan Data ... 25

(12)

commit to user xii

E. Teknik Cuplikan ... 26

F. Validitas Data ... 26

G. Teknik Analisis Data ... 27

H. Prosedur Penelitian ... 28

BAB IV. DESKRIPSI LOKASI, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 30

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 44

C. Pembahasan ... 69

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 77

A. Simpulan ... 77

B. Implikasi... 77

C. Saran... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(13)

commit to user xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 23 2. Daftar Jumlah Siswa SMP N 2 Kismantoro ... 34

(14)

commit to user xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Berpikir ... 22

2. Skema Model Analisis Interaktif ... 27

3. Bagan Prosedur Penelitian ... 29

4. Struktur Organisasi SMP Negeri 2 Kismantoro ... 36

(15)

commit to user xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Catatan Lapangan Hasil Observasi (CLHO No. 1) ... 82

2. Catatan Lapangan Hasil Observasi (CLHO No. 2) ... 89

3. Catatan Lapangan Hasil Wawancara (CLHW No. 1) ... 94

4. Catatan Lapangan Hasil Wawancara (CLHW No. 2) ... 100

5. Catatan Lapangan Hasil Analisis Dokumen (CLHAD No. 1) ... 104

6. Catatan Lapangan Hasil Analisis Dokumen (CLHAD No. 2) ... 122

7. Catatan Lapangan Hasil Analisis Dokumen (CLHAD No. 3) ... 129

8. Catatan Lapangan Hasil Analisis Dokumen (CLHAD No. 4) ... 133

(16)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Dewasa ini, kita rasakan adalah adanya ketertinggalan di dalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya dengan negara lain. Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standarisasi pengajaran. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain.

Peranan dunia pendidikan selalu dihadapkan pada berbagai permasalahan baru. Hal itu berarti dunia pendidikan harus mengadakan pengkajian terhadap hal- hal yang perlu untuk dievaluasi dan diadakan berbagai penelitian.

Salah satu hal yang cukup vital untuk mendapatkan perhatian secara dinamis dalam dunia pendidikan adalah pada proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan siswa dalam belajar di bawah pengajaran guru untuk mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Proses belajar mengajar terkandung berbagai aspek yang integral, dimana pada setiap aspeknya membutuhkan perhatian dan persiapan-persiapan yang baik dan matang, antara lain: persiapan terhadap situasi di kelas, siswa yang dihadapi, materi yang akan diajarkan, metode mengajar yang hendak diterapkan, tujuan yang akan dicapai, dan teknik penilaian yang digunakan, hambatan-hambatan yang dihadapi, serta usaha yang dilakukan untuk mengatasi hambatan yang muncul dalam pembelajaran.

Orientasi pembelajaran bukan lagi pada hasil melainkan juga pada prosesnya. Standar kompetensi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa, yang berarti bahwa bahasa adalah

1

(17)

commit to user

belajar berkomunikasi, sedangkan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kehidupannya.

Pembelajaran sastra termasuk di dalamnya pembelajaran puisi tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran bahasa. Perbedaan ini terletak pada tujuannya.

Pembelajaran bahasa menekankan pada keterampilan berbahasa, adapun pembelajaran apresiasi puisi lebih menekankan pada sikap mengenal, memahami, menghayati dan menghargai karya-karya puisi itu sendiri. Kurikulum tingkat satuan pendidikan menjelaskan bahwa penggunaan bahasa lebih menekankan pada sistem bahasa sedangkan pembelajaran sastra menitikberatkan pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Hal ini tercermin pada standar kompetensi dan materi pembelajaran yang dituangkan dalam kurikulum tersebut.

Pembelajaran apresiasi sastra merupakan bentuk seni yang bersifat apresiatif, maka pembelajaran sastra hendaknya lebih ditekankan pada segi apresiatifnya. Apresiasi sastra meliputi apresiasi prosa, puisi, dan drama.

Pembelajaran apresiasi puisi merupakan salah satu pembelajaran apresiasi sastra merupakan materi yang harus diberikan kepada siswa agar siswa lebih mengenal, memahami, menghayati, dan menghargai, serta memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, sikap, wawasan, serta peningkatan pengetahuan dan kemampuan berkomunikasi maupun berbahasa. Pembelajaran apresiasi sastra memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan manusia

Pembelajaran puisi sangat penting bagi siswa karena dapat membentuk sikap manusia yang memiliki pengetahuan luas, memiliki moral, dan kepribadian.

Akan tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran puisi kurang begitu optimal. Kondisi seperti ini mengakibatkan tingkat apresiasi siswa dan aktualisasi diri siswa terhadap puisi masih rendah.

Guru merupakan faktor dominan terhadap keberhasilan pembelajaran apresiasi puisi di sekolah khususnya di kelas yang diampunya. Seorang guru dituntut mampu membuat perencanaan pembelajaran dengan baik, memilih materi pelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar, menggunakan berbagai metode yang sesuai dengan kegiatan belajar mengajar, menggunakan media pembelajaran dengan tepat, membuat skenario pembelajaran, mengetahui hambatan-hambatan

(18)

commit to user

yang muncul dalam pembelajaran apresiasi puisi, dapat mengatasi hambatan- hambatan yang dihadapinya serta melaksanakan evaluasi ataupun penilaian.

Penulisan Skripsi ini tidak mungkin mengkaji berbagai aspek pendidikan tersebut secara keseluruhan, melainkan berkonsentrasi dan bermaksud hendak mengkaji apresiasi puisi di SMP yang menitikberatkan pada empat kemampuan berbahasa antara lain: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis tentang puisi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran apresiasi puisi yang dilakukan oleh guru Kelas VII A SMP Negeri 2 Kismantoro ?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran apresiasi puisi yang dilakukan oleh guru Kelas VII A SMP Negeri 2 Kismantoro ?

3. Apakah hambatan-hambatan yang dihadapi guru dalam pembelajaran apresiasi puisi di Kelas VII A SMP Negeri 2 Kismantoro?

4. Bagaimana usaha yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi hambatan- hambatan dalam pembelajaran apresiasi puisi di Kelas VII A SMP Negeri 2 Kismantoro ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah.

1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran apresiasi puisi yang dilakukan oleh guru Kelas VII A SMP Negeri 2 Kismantoro.

2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran apresiasi puisi yang dilakukan oleh guru Kelas VII A SMP Negeri 2 Kismantoro.

3. Mendeskripsikan hambatan-hambatan yang dihadapi guru dalam pembelajaran apresiasi puisi di Kelas VII A SMP Negeri 2 Kismantoro.

(19)

commit to user

4. Mendeskripsikan usaha yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi hambatan- hambatan dalam pembelajaran apresiasi puisi di Kelas VII A SMP Negeri 2 Kismantoro.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pengembangan pembelajaran apresiasi puisi dan dapat memberikan sumbangan untuk pengembangan pembelajaran apresiasi puisi di Sekolah Menengah Pertama (SMP), terutama Kelas VII.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

Sebagai masukan yang dapat dimanfaatkan untuk pengelolaan pembelajaran apresiasi puisi di sekolah yang menyangkut pelaksanaan pembelajaran, mengetahui hambatan-hambatan, dan usaha mengatasinya.

b. Bagi Siswa

Sebagai masukan untuk meningkatkan kemampuan apresiasi puisi dengan mengenal, memahami, menghargai, dan menghayati puisi dengan sungguh-sungguh.

(20)

commit to user BAB II

KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA BERPlKlR

A. Kajian Teori 1. Hakikat Apresiasi Puisi a. Pengertian Puisi

Kata puisi berasal dari bahasa Yunani poesis, yang berarti penciptaan, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut sebagai poem atau poetry. Puisi berarti pembuatan, karena dengan menulis puisi berarti telah mencipta melalui sesuatu imajinasi. Akan tetapi, arti semula ini lama-kelamaan ruang lingkupnya semakin dipersempit. Puisi adalah hasil seni satra yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata- kata kiasan (Henry Guntur Tarigan, 1984: 4). Menurut Blair dan Chandler (dalam Henry Guntur Tarigan, 1984: 7) puisi adalah ekspresi dari pengalaman yang bersifat imajinatif, yang hanya bernilai serta berlaku dalam ucapan atau pernyataan yang bersifat kemasyarakatan yang diutarakan dengan bahasa.

Reeves (dalam Herman J. Waluyo, 1987: 22) menyatakan bahwa puisi merupakan jenis karya sastra yang bersifat imajinatif. Bahasa yang digunakan bersifat konotatif karena di dalam puisi banyak digunakan makna kias dan makna simbol atau lambang (majas) sehingga timbul kemungkinan banyak makna. Hal ini disebabkan oleh terjadinya pengkonsentrasian atau pemadatan segenap kekuatan bahasa di dalam puisi. Effendi (dalam Herman J. Waluyo, 1987: 24) juga mengungkapkan bahwa di dalam puisi terdapat pengimajian, pelambangan, dan pengiasan. Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa bahasa yang digunakan dalam puisi adalah bahasa konotatif yang multiinterpretable, yakni makna yang dilukiskan dalam puisi dapat berupa makna lugas, namun lebih banyak makna kias melalui lambang dan kiasan.

Jennifer Hennessy, Carmel Hinchion, dan Patricia Mannix Mcnamara (2011: 3) mengatakan,

5

(21)

commit to user

“….given the widely documented value of poetry, that this art form has a key role to play in the cognitive development of students”.

Intinya adalah dapat diberikan nilai secara luas bahwa puisi yang didokumentasikan merupakan salah satu bentuk seni yang memiliki peran penting untuk bermain dalam pengembangan kognitif siswa.

Baumgaertner (dalam Melanie Burdick, 2011: 4) mengatakan,

Poetry as a form is not only a different way of writing, it is a different way of presenting and viewing the world: metaphorically, symbolically and in a condensed form. These effects allow a stronger impressionistic meaning for the reader or listener. Usually in poetry, hefty ideas are represented through relatively few words”.

Intinya puisi sebagai sebuah bentuk tidak hanya cara penulisannya yang berbeda, itu adalah cara penyajian yang berbeda dan melihat dunia: kiasan, simbolis dan dalam bentuk yang kental. Efek ini memungkinkan makna impresionistik kuat untuk pembaca atau pendengar. Biasanya dalam puisi, ide-ide besar dan kuat terwakili melalui kata-kata yang relatif sedikit.

Herbert Spencer (dalam Herman J. Waluyo, 1987: 23) menjelaskan bahwa puisi merupakan bentuk pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan. Senada dengan hal tersebut, Bill Siverly (2002: 4) mengatakan,

“a poetry that finds a pure delight in being alive in the here and now. Such delight is not exclusive to poetry directly expressing exuberance or ecstasy, but occurs whenever the poet reflects the external world in concrete detail, lovingly observed, even in darker moods”

Intinya adalah pada puisi di dalamnya terdapat ekspresi kehidupan yang mencerminkan kesenangan maupun kesedihan.

Ratna Purwaningtyastuti (2005: 141-142) menyatakan bahwa puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. Keindahan sebuah puisi antara lain disebabkan oleh gaya bahasa dan pilihan katanya, sedangkan kekayaan makna dalam sebuah puisi disebabkan oleh pemadatan segala unsur bahasa. Puisi menggunakan bahasa yang ringkas, tetapi

(22)

commit to user

kaya makna. Kata-kata yang digunakan berjenis konotatif, sehingga mengandung banyak penafsiran.

Samuel J (dalam Herman J. Waluyo, 1987: 23) menyatakan bahwa puisi adalah peluapan yang spontan dari perasaan yang penuh daya yang berpangkal pada emosi yang berpadu kembali dalam kedamaian. Sedangkan Marjorie Boulton ( 1979 : 9 ) mengatakan,

"When I write about physical and mental form, I am not forgetting that as soon as we begin to define the physical form of a poetry, I do not dispute that we hear or read something by means of our ears or eyes, and that this a physical axperience. The poetry is a combination of physical and mental form and we ought to remember all the time that when we separate these in order to define or discuss them are no longer discussing the poetry"

(Marjorie Boulton, 1979: 9).

Intinya, puisi adalah kombinasi bentuk fisik dan mental dan kita harus ingat selalu bahwa kita memisahkan hal ini untuk mendefinisikan atau membahas mereka kita tidak lagi membahas puisi.

Tarigan (1984:10-26) memberikan perumusan atas hakikat puisi yang mengandung makna keseluruhan:

1) Tema atau makna (sense): sang penyair ingin mengemukakan sesuatu kepada pembaca, suatu kejadian yang dialaminya dipersoalkan dan dipermasalahkan dengan cara sendiri. Puisi itu sendiri mempunyai "subject matter". Dan makna yang dikandung oleh "subject matter" itulah yang sisebut istilah sense.

2) Rasa (feeling): suatu sikap (attitude) penyair terhadap pokok permasalahan yang terkandung dalam puismya. Dua orang penyair atau lebih dapat menyairkan obyek yang sama dengan sikap yang berbeda.

3) Nada: sikap penyair terhadap pembacanya. Nada ini sangat berhubungan erat dengan tema dan rasa tekandung dalam sajak tersebut. Pada saat pribadi atau masyarakat menderita tekanan maka timbullah pemberontakan atau keluhan, jeritan yang bernada sinis.

4) Tujuan (amanat). Setiap penyair mempunyai tujuan dengan sajak-sajaknya, baik disadari maupun tidak disadari. Tujuan ini diungkapkan oleh penyair berdasarkan panrlangan hidupnya. Ada sajak yang religius, ada yang filosofis

(23)

commit to user

dan sebagainya, semuanya berdasarkan pandangan hidup penyair itu sendiri.

Keempat unsur yang disebutkan di atas tidaklah berdiri sendiri-sendiri.

Keempat-empatnya saling mengukuhkan dalam sebuah puisi yang sudah jadi dan berhasil. Sekalipun ada seseorang yang mengatakan bahwa ia bukan menulis untuk siapa-siapa, ia hanya menulis puisi untuk diri sendiri, ia tidak dapat melepaskan diri dari unsur yang disebutkan di atas. Sajak untuk diri sendiri dapat untuk pelampiasan suasana hati, yang tidak ditunjukan kepada siapa-siapa kecuali kepada dirinya sendiri. Mungkin saja ia hanya menyenangkan dirinya saja, menghibur diri atau orang lain, semuanya itu mau tidak mau, sadar atau tidak sadar mencakup unsur yang disebutkan di atas.

Struktur puisi terdiri dari struktur fisik dan struktur batin. Slamet Mulyana (dalam Herman J. Waluyo, 1987: 23) memberikan pengertian puisi berdasarkan struktur fisiknya, yaitu bentuk kesusastraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya. Sedangkan jika ditinjau dari segi bentuk batin puisi, Herbert Spencer (dalam Herman J. Waluyo, 1987: 23) menjelaskan bahwa puisi merupakan bentuk pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan. Senada dengan hal itu, Dwi Rohmani, dkk (2006: 36) menyatakan bahwa puisi adalah jenis karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias. Puisi merupakan ungkapan perasaan penulisnya. Oleh karena itu, dalam membaca puisi diperlukan keterlibatan perasaan.

Atar Semi (1993: 101) mengatakan bahwa ditinjau dari segi periodesasi kelahiran puisi kita mengenal adanya istilah puisi lama dan puisi baru atau sering dibedakan atas puisi tradisional dan puisi modern, sedangkan jika ditinjau dari segi gaya penulisan, kita dapat membagi puisi atas dua jenis, yaitu puisi diaphaan (polos) dan puisi prismatis (membias).

Sebuah puisi terdiri dari unsur-unsur pembangun. Dick Hartoko (dalam Herman J. Waluyo, 1987: 27) mengatakan bahwa ada dua unsur penting dalam puisi, yaitu unsur tematik atau unsur semantik puisi dan unsur sintaktik puisi.

Unsur tematik atau semantik menunjuk ke arah struktur batin, sedangkan unsur sintaktik menunjuk ke struktur fisik.

(24)

commit to user

Burhan Nurgiyantoro (1995: 7) menyatakan bahwa adanya ketegangan yang terjadi karena hubungan antara kebenaran faktual dengan kebenaran imajinatif bersumber dari pandangan yang mengatakan bahwa karya sastra merupakan paduan antara unsur mimetik dan kreasi, peniruan dan kreativitas, khayalan dan realitas.

Atar Semi, (1993: 107 – 108) mengatakan bahwa bentuk fisik dan mental sebuah puisi pada dasarnya dapat dilihat sebagai satu kesatuan yang terdiri dari tiga lapisan. Pertama lapisan bunyi, yakni lapisan lambang-lambang bahasa sastra atau bentuk fisik puisi. Kedua lapisan arti, yakni sejumlah arti yang dilambangkan oleh struktur atau lapisan permukaan yang terdiri dari lapisan bunyi bahasa.

Ketiga lapisan tema, yakni suatu “dunia” pengucapan karya sastra, sesuatu yang menjadi tujuan penyair, atau sesuatu efek tertentu yang didambakan penyair.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa puisi adalah salah salah bentuk karya sastra yang berisi ungkapan perasaan penulisnya yang dituangkan dalam bentuk kata-kata atau bahasa yang bersifat imajinatif dan indah.

b. Pengertian Apresiasi Puisi

Herman J. Waluyo (2003: 44) menyatakan bahwa apresiasi puisi berhubungan dengan kegiatan yang ada sangkut-pautnya dengan puisi, yaitu mendengar atau membaca puisi dengan penghayatan, menulis puisi dan menulis resensi puisi. Apresiasi puisi sebagai penghargaan atas puisi sebagai hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan, penikmatan atas karya sastra yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam puisi itu (Abdul Rozak Zaidan, dalam Herman J. Waluyo, 2003: 44).

Novia Rahayu (2008) mengatakan bahwa apresiasi puisi merupakan aktivitas menggeluti puisi yang melibatkan unsur pikiran, perasaan, bahkan fisik melalui langkah-langkah mengenali, menikmati, dan memahami yang menumbuhkan penghargaan terhadap keindahan dan makna yang terkandung dalam puisi. Lebih lanjut, Novia Rahayu juga menjelaskan bahwa menghargai puisi berarti memandang puisi sebagai sesuatu yang bernilai, bukan sesuatu yang

(25)

commit to user

tiada berguna. Bahkan aktivitas menghargai tersebut bisa jadi berimpit dengan aktivitas mencintai. Penghargaan yang tinggi terhadap puisi membuat seseorang tidak membenci puisi, bahkan ia akan menjadi pemburu puisi. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa dalam rangkaian kegiatan apresiasi puisi menghargai puisi merupakan ranah yang paling tinggi. Sebelum seseorang menyentuh ranah menghargai dia mesti melalui ranah mengenali, menikmati, dan memahami.

Maman S. Mahayana (2009) mengatakan bahwa Apresiasi puisi atau apresiasi sastra pada umumnya merupakan salah satu bentuk penghargaan terhadap karya sastra (puisi). Sebagai penghargaan, maka langkah pertama yang mesti dilakukan adalah pembacaan teks sastra (puisi) itu sendiri. Langkah kedua dalam apresiasi sastra (puisi) adalah penyisihan teori-teori atau konsep-konsep baku mengenai pengertian, rumusan atau definisi.

Menurut Henry Guntur Tarigan (1984: 233) apresiasi sastra adalah penafsiran kualitas karya sastra serta pemberian nilai yang wajar kepadanya berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang jelas, sadar, serta kritis. Apresiasi sastra sangat erat kaitannya dengan kritik sastra, yang merupakan penelitian hasil dari pengamatan. Lebih lanjut, Henry Guntur Tarigan menyatakan bahwa ciri-ciri orang yang telah memiliki apresiasi sastra, diantaranya:

1) Berusaha dengan sekuat daya, tanpa paksaan malahan dengan sua rela, mencari buku-buku karya sastra dan membacanya.

2) Selalu menyarankan kepada teman-temannya untuk membaca buku-buku sastra yang dianggapnya relatif dan bermutu baik.

3) Bahan yang telah dibacanya itu dipersoalkan, didiskusikan dengan teman- temannya atau dengan orang lain.

4) Menyediakan waktu yang cukup untuk dapat membaca lebih banyak.

5) Berusaha selalu mendapatkan hasil-hasil sastra mutakhir baik berupa buku, majalah, maupun dari siaran radio, dan televisi.

Disick (dalam Herman J. Waluyo, 2002: 45) menyebutkan bahwa apresiasi berhubungan dengan sikap dan nilai. Beliau juga menyebutkan adanya empat tingkatan apresiasi, yaitu sebagai berikut:

(26)

commit to user a) Tingkat menggemari

Seseorang yang baru sampai pada tingkat menggemari, keterlibatan batinnya belum kuat. Dia baru terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan puisi. Jika ada puisi dia akan senang membaca.

b) Tingkat menikmati

Keterlibatan batin pembaca terhadap puisi sudah semakin mendalam. Pembaca akan ikut sedih, terharu, bahagia, dan sebagainya ketika membaca puisi mampu menikmati keindahan yang ada dalam puisi itu secara kritis.

c) Tingkat mereaksi

Sikap kritis terhadap puisi lebih menonjol karena ia telah mampu menafsirkan dan mampu menilai baik-buruknya sebuah puisi.

d) Tingkat produktif

Apresiator puisi mampu menghasilkan, mengkritik, mendeklamasikan, atau memberi resensi terhadap sebuah puisi secara tertulis.

Tujuan pembelajaran sastra adalah untuk mencapai kemampuan apresiasi kreatif. Menurut J.Grace (dalam Atar Semi, 1993:194), apresiasi kreatif adalah berupa respon sastra. Respon ini menyangkut aspek kejiwaan, terutama berupa perasaan, imajinasi, dan daya kritis. Atar Semi (1993:195) juga menyatakan bahwa apresiasi sama dengan menyadari kemanfaatan pengajaran, sehingga dengan kemauan sendiri ingin menambah pengalamannya, ingin membaca karya sastra baik dianjurkan atau tidak, ingin berpartisipasi dalam kegiatan diskusi, memberikan ulasan, dan bahkan berkeinginan untuk dapat menghasilkan karya sastra.

Burhan Nurgiyantoro (1995: 6) meskipun sastra akan mengungkapkan kehidupan manusia namun proses penciptaannya melalui daya imajinasi dan kreatititas yang tinggi dari para sastrawan. Sebelum menghayati karya sastra, pengarang menghayati segala persoalan kehidupan manusia dengan penuh kesungguhan lebih dahulu, kemudian mengungkapkannya kembali melalui sarana fiksi (bisa dalam bentuk puisi, cerita pendek, novel, atau drama). Dalam proses penciptaannya itu, kreativitas sastrawan dapat bersifat "tak terbatas". Pengarang dapat mengkreasi, memanipulasi, dan menyiasati berbagai masalah kehidupan

(27)

commit to user

yang dialami dan diamatinya menjadi berbagai kemungkinan kebenaran yang hakiki dan universal dalam karya fiksinya. Pengarang dapat mengemukakan sesuatu yang hanya mungkin terjadi dan dapat terjadi, walau secara faktual tidak pernah terjadi. Maka dengan cara itu karya fiksi tersebut dapat mengubah hal-hal yang terasa pahit dan sakit jika dijalani dan dirasakan pada dunia yang nyata, namun menjadi menyenangkan untuk direnungkan dalam karya sastra. Oleh karena itu, melalui karya sastra secara tidak langsung pembaca akan mendapatkan suatu kesempatan belajar memahami dan menghayati berbagai persoalan kehidupan manusia yang sengaja diungkapkan oleh pengarang. Dengan demikian karya sastra dapat mengajak pembaca untuk bersikap yang lebih arif.

Menurut Henry Guntur Tarigan (1984: 233) apresiasi sastra adalah penaksiran kualitas karya sastra serta pemberian nilai yang wajar kepadanya berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang jelas, sadar, serta kritis. Apresiasi sastra sangat erat kaitannya dengan kritik sastra, yang merupakan penelitian hasil dari pengamatan. Lebih lanjut, Henry Guntur Tarigan menyatakan bahwa ciri-ciri orang yang telah memiliki apresiasi satra, diantaranya.

1) Berusaha dengan sekuat daya, tanpa paksaan malahan dengan suka rela, mencari buku-buku karya sastra dan membacanya

2) Selalu menyarankan kepada teman-temannya untuk membaca buku-buku sastra yang dianggapnya relatif dan bermutu baik.

3) Bahan yang telah dibacanya itu dipersoalkan, didiskusikan dengan teman- temannya atau dengan orang lain.

4) Menyediakan waktu yang cukup untuk dapat membaca lebih banyak.

5) Berusaha selalu mendapatkan hasil-hasil sastra mutakhir baik berupa buku, majalah, maupun dari siaran radio, dan televisi.

Bersandar pada beberapa pendapat tersebut, penulis mengambil simpulan bahwa apresiasi puisi adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan puisi sehingga orang tersebut mampu memahami puisi secara mendalam dan mampu menyerap nilai-nilai yang terkandung dalam puisi tersebut.

(28)

commit to user

2. Hakikat Pembelajaran Apresiasi Puisi

a. Pengertian Pembelajaran

Menurut Oemar Hamalik (2001: 57), pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Sementara itu menurut Djago Tarigan dan Akhlan Husein (1996: 4) pembelajaran merupakan proses belajar yang dilakukan oleh siswa dalam memahami materi kajian yang tersirat dalam pembelajaran. Pembelajaran bersinonim dengan istilah proses belajar, kegiatan belajar, atau pengalaman belajar. Pembelajaran menjadi titik tolak dalam merancang, merencanakan, dan mengevaluasi proses belajar mengajar.

Menurut Gino, dkk. (2000: 30) istilah “pembelajaran” sama dengan

“instruction” atau “pengajaran” yang berarti cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan. Pengajaran berarti perbuatan belajar (oleh siswa) dan mengajar (oleh guru).

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi itu banyak sekali faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal yang datang dari individu maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan. Dalam pengajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar terjadi perubahan perilaku bagi perserta didik.

Pembelajaran merupakan salah satu variabel utama dalam pelaksanaan pendidikan, selain guru dan kurikulum (Nana Sudjana, 1996: 1).

Khoirun Nisa dan M. Lutfil Hakim (2011) menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang di dalamnya terdapat proses mengajar, membimbing, melatih, memberi contoh, dan atau mengatur serta memfasilitasi berbagai hal kepada peserta didik agar bisa belajar sehingga tercapai tujuan pendidikan. Pembelajaran juga diartikan sebagai usaha sistematis yang memungkinkan terciptanya pendidikan.

(29)

commit to user

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas penulis dapat membuat simpulan bahwa pembelajaran adalah suatu hubungan interaksi antara guru dan siswa untuk mengubah perilaku siswa menjadi lebih baik dengan memperhatikan unsur-unsur dan proses tertentu.

b. Hal-hal yang Mempengaruhi Tujuan Pembelajaran

Oemar Hamalik (2001: 73) mengungkapkan bahwa tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. Lebih lanjut, Oemar Hamalik (2001:

83) menyatakan bahwa tujuan belajar dan pembelajaran merupakan bagian integral dari sistem pembelajaran, merupakan suatu deskripsi tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa, dan oleh karenanya perlu dipelajari oleh setiap guru.

Gino, dkk. (2000: 36-39) mengungkapkan bahwa suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuan yang telah ditentukan dalam proses pembelajaran yang dilakukan telah tercapai. Lebih lanjut Gino, dkk mengungkapkan bahwa keberhasilan pencapaian tujuan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: minat belajar, motivasi belajar, bahan belajar, alat bantu belajar, suasana belajar, dan kondisi siswa yang belajar.

Tatang (2008) menyatakan bahwa Perubahan tingkah laku merupakan salah satu tujuan belajar, namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesulitan dalam belajar. Faktor yang mempengaruhi kesulitan dalam belajar ada 2 macam, yaitu :

a. Faktor Intern Belajar

Faktor intern merupakan faktor yang berasal dari dalam individu sendiri, misalnya kematangan, kecerdasan, motivasi dan minat.

b. Faktor Ekstern Belajar

Faktor ekstern erat kaitannya dengan faktor sosial atau lingkungan individu yang bersangkutan. Misalnya keadaan lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat , guru dan alat peraga yang dipergunakan di sekolah.

(30)

commit to user c. Pengertian Pembelajaran Apresiasi Puisi

Bekti Patria (2009) menyatakan bahwa Tujuan yang harus dicapai dalam pengajaran apresiasi puisi adalah 1) Siswa memperoleh kesadaran yang lebih baik terhadap dirinya sendiri, orang lain, dan kehidupan di sekitarnya, 2) Siswa memperoleh kesenangan dari membaca dan mempelajari puisi, 3) Siswa memperoleh pengetahuan dan pengertian dasar tentang puisi. Agar tujuan tersebut tercapai, maka tugas guru dalam pengajaran apresiasi puisi adalah 1) Mendidik dan membimbing siswa agar mampu mencintai sastra (puisi) agar dapat mengapresiasi secara benar, 2) Membekali dirinya agar mampu mengapresiasi sastra (puisi) sebelum mendidik siswanya. Di samping itu, guru juga harus mampu menempatkan diri sebagai 1) apresiator yang menjembatani antara siswa dengan puisi, 2) motivator yang mampu menumbuhkan rasa apresiasi pada diri siswa, 3) perunding yang mampu dengan penuh kearifan untuk mengakomodasikan berbagai tanggapan dari siswa sebagai bentuk apresiasi terhadap puisi yang tengah dinikmati.

Atar Semi (1993: 194-195) menyatakan bahwa tujuan pengajaran sastra adalah agar siswa atau mahasiswa memiliki rasa peka terhadap karya sastra yang berharga sehingga merasa terdorong dan tertarik untuk membacanya atau dapat disimpulkan bahwa tujuan pokok pengajaran sastra adalah untuk mencapai kemampuan apresiasi kreatif. Lebih lanjut, Atar Semi menyatakan bahwa apresiasi kreatif yang menjadi tujuan pengajaran sastra itu dalam wujud kegiatan belajar sastra terdiri dari tiga tingkatan, yaitu penerimaan, memberi respon, dan apresiasi.

Anthony Wilson (2010: 15) mengatakan bahwa:

“We can hypothesise why the teaching of poetry writing should be a site in which the personal growth model would seem to naturally appeal to teachers. We might describe part of this appeal as the opportunity to use flexible or Janusian thinking, that is, the ability to look two ways at once”.

Intinya adalah kita bisa mengambil hipotesis bahwa pengajaran menulis puisi harus tumbuh secara alami dalam pribadi guru dan dapat pula menarik bagi guru. Kita bisa menggambarkan bagian dari perbandingan ini sebagai kesempatan

(31)

commit to user

untuk menggunakan pemikiran fleksibel atau Janusian, yaitu, kemampuan untuk melihat dua cara sekaligus.

Terkait dengan pembelajaran sastra, pembelajaran sastra haruslah memampukan siswa menemukan hubungan antara pengalamannya dengan cipta sastra yang bersangkutan (Rizanur Gani, 1981: 14). Dalam hal ini siswa diharapkan mampu menemukan hubungan antara pengalaman batinnya dengan cipta sastra yang dipelajari. Oleh karena itu, siswa belajar sastra harus dihadapkan pada karya sastra yang bersangkutan agar siswa dapat berkomunikasi, bergaul langsung dengan karya sastra tersebut. Kegiatan yang demikian itu dinamakan kegiatan mengapresiasi karya sastra.

Bernardus Rahmanto (1988: 44–45) mengungkapkan bahwa dalam usaha mengajarkan bagaimana cara menikmati puisi, dijumpai dua macam hambatan yang cukup mengganggu. Hambatan pertama adalah adanya anggapan sementara orang yang berpendapat bahwa secara praktis puisi sudah tidak ada gunanya lagi.

Hambatan kedua adalah pandangan yang disertai prasangka bahwa mempelajari puisi sering tersandung pada ‘pengalaman pahit’, yaitu kesulitan memahami simbol, kiasan dan ungkapan-ungkapan yang ditulis penyair.

Mastiah (2010) menyatakan bahwa pembelajaran apresiasi puisi dapat dilakukan dengan memadukannya dengan empat aspek keterampilan berbahasa, yakni: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam pembelajaran apresiasi sastra, baik prosa, puisi, maupun drama, siswa tidak hanya sekadar sebagai penikmat hasil sastra (pembaca atau pendengar) saja namun siswa juga dituntut untuk kreatif menulis.

Pada pembelajaran apresiasi puisi yang berkaitan dengan tujuan tersebut dapat dilakukan dengan cara membaca, mendeklamasikan, menciptakan puisi, dan mendiskusikan tema, keindahan bahasa, serta hal-hal yang menarik dari puisi tersebut.

Berdasarkan apa yang harus dievaluasi dalam pembelajaran apresiasi puisi, tujuan pembelajaran apresiasi puisi dapat dibagi menjadi dua macam yaitu: (1) tujuan aspek pengetahuan, dan (2) tujuan aspek apresiasi. Tujuan aspek pengetahuan dibagi menjadi dua macam, yaitu informasi dan konsep. Tujuan

(32)

commit to user

pemahaman aspek informasi ialah pemahaman yang berhubungan dengan kemampuan siswa memiliki kemampuan dasar tentang puisi, kemampuan dasar itu ditandai dengan kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan puisi dengan kata tanya apa, siapa, dimana, dan kapan. Di samping memiliki informasi dan konsep tentang puisi, siswa diharapkan mempunyai daya apresiasi yang tinggi terhadap puisi. Effendi (1982: 2) membatasi apresiasi puisi sebagai kegiatan menggauli puisi dengan sungguh- sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap puisi. Hal-hal di atas adalah hal-hal yang harus dicapai oleh tujuan pembelajaran apresiasi puisi.

Adapun tujuan pembelajaran apresiasi sastra yang lain adalah apresiasi kreatif, yang dalam wujud kegiatan belajar sastra terdiri atas tiga tingkatan.

Pertama; tingkat penerimaan, yaitu siswa memperlihatkan bahwa dia mau belajar, bekerja sama, menyelesaikan tugas membaca, dan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan itu. Kedua; tingkat memberi respons, yaitu siswa suka terlibat dalam kegiatan membaca dan menunjukkan minat pada kegiatan penelaah karya sastra.

Ketiga; tingkat apresiasi, yaitu siswa menyadari manfaat pembelajaran sastra, sehingga dengan kemauannya sendiri ingin menambah pengalamannya, ingin membaca karya sastra, baik dianjurkan atau pun tidak, ingin berpartisipasi dalam kegiatan diskusi, memberikan ulasan, dan bahkan berkeinginan untuk dapat menghasilkan karya sastra (Atar Semi, 1988: 153).

Pembelajaran puisi bertujuan membina apresiasi puisi dan mengembangkan kearifan menangkap isyarat-isyarat kehidupan. Sebab “Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh perilaku kehidupan kaum terdidik yang tentunya dapat mewarnai liku-liku hidup yang bersangkutan”(Rizanur Gani, 1981:

1). Paling sedikit cakupannya meliputi 4 manfaat, yakni menunjang keterampilan bahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan rasa-karsa, dan pembentukan watak.

Dengan menyimak pembacaan puisi, seseorang sesungguhnya terlibat dalam proses berpikir (keterampilan menyimak) yang memungkinkan secara mandiri mampu membaca puisi (keterampilan membaca). Selanjutnya terlibat

(33)

commit to user

dafam kegiatan diskusi (keterampilan berbicara), dan menganalisis puisi (keterampilan menulis).

Oemar Hamalik (1994: 48) mengatakan bahwa media pembelajaran sangat mendukung keberhasilan dalam proses belajar mengajar terutama papan tulis yang sangat diperlukan disetiap kelas. Dengan alat ini guru dapat menjelaskan dan memperagakan pelajaran, sehingga mudah dimengerti oleh para siswa.

Selain papan tulis ada media yang lain yang berupa rekaman pendidikan yang sangat membantu dalam kegiatan belajar mengajar, karena kegiatan belajar tidak cukup hanya melihat belaka, akan tetapi agar pelajaran mudah dipahami maka saluran pendengaran perlu diaktifkan dan rekaman dapat memenuhi kebutuhan ini. Pada umumnya kelas akan lebih tertarik pada pelajaran apabila mendengarkan bunyi rekaman yang sedang diputar, oleh sebab itu rekaman bisa menankap perhatian penuh para siswa yang mendengarkannya. Anak-anak mendengarkan dengan aktif, artinya mendengarkan dan juga melakukan kegiatan, seperti mengikuti lambat-lambat nyanyian, bertanya dalam hati, dan mencoba menjawabnya bila mendengarkannya, menarik berbagai kesimpulan setelah mendengarkan rekaman (Oemar Hamalik, 1994: 99-100).

Penilaian merupakan suatu hal yang inheren dalam kegiatan pembelajaran, termasuk pembelajaran bahasa. Akhmad Sudrajat (2008) menyatakan bahwa Penilaian (assessment) merupakan penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka).

Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya pembelajaran apresiasi puisi adalah suatu usaha guru yang bertujuan membekali siswa sejumlah pengalaman langsung yang berkenaan dengan puisi sebagai salah satu karya seni. Pengalaman langsung ini bisa diwujudkan dalam bentuk

(34)

commit to user

menugasi atau menyuruh langsung siswa membaca, memahami, menghayati, menafsirkan, mengomentari, menilai, menghargai bahkan sampai mampu membuat puisi sesuai dengan pengalamannya sendiri.

B. Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang dipandang relevan dengan penelitian tentang pembelajaran apresiasi puisi di SMP Kelas VII A yang akan dilakukan di SMP Negeri 2 Kismantoro.

Beberapa penelitian tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Daryanto tahun 2006 yang berjudul

“Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Pertama : Studi Kasus di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Sidoharjo dan Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Sidoharjo Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Wonogiri”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat siswa terhadap pengajaran sastra, maka guru harus mempersiapkan pembelajaran sastra dengan program yang matang, memilih materi yang sesuai dengan kurikulum, dan menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Randi Vihantoro tahun 2006 yang berjudul

“Pelaksanaan Pembelajaran Apresiasi Puisi di SMA N 1 Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2006/2007)”. Hasil penelitian ini mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran apresiasi puisi, kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran apresiasi puisi, dan upaya yang dilakukan guru untuk mengatasinya.

3. Penelitian yang dilakukan oleh John Gordon tahun 2010 yang berjudul “What Is Not Said on Hearing Poetry in the Classroom”. Hasil penelitian ini mendeskripsikan tentang interaksi kelas dengan puisi sebagai teks audio dan diskusi terkait antara siswa. Sifat tanggapan dapat dipandang sebagai seluruhnya tepat dengan konteks dan sifat stimulus, dan dapat dikategorikan sebagai wawasan halus dan menyiratkan kognisi canggih. Salah satu interpretasi dari transkrip puisi adalah bahwa siswa memang dapat merespon

(35)

commit to user

sensitif terhadap puisi, meskipun dengan cara yang tidak mudah diakui oleh guru dalam pengajaran puisi di sekolah.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Anthony Wilson tahun 2010 yang berjudul

“Teachers' Conceptualisations of the Intuitive and the Intentional in Poetry Composition”. Hasil penelitian ini mengungkapkan guru percaya bahwa intuisi adalah pusat dari proses penyusunan puisi. Ada juga bukti dalam tanggapan mereka tentang perlunya pengajaran eksplisit dari proses desain dalam komposisi puisi. Guru menggabungkan kedua hal tersebut untuk model penulisan pengajaran puisi yang membutuhkan inspirasi yang baik dan membentuknya dengan menggunakan campuran yang sangat halus dari penugasan berbagai tugas dalam kelas.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Surada tahun 2011 yang berjudul “ Metode Pengajaran Puisi yang Menyenangkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP)”. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa tidak hanya guru bahasa Indonesia yang kurang memperhatikan pengajaran sastra puisi, banyak faktor penyebabnya dan salah satu diantaranya adalah metode pengajaran puisi yang diterapkan guru. Melalui penerapan metode pengajaran yang menyenangkan sehingga peserta didik tertarik atau termotivasi untuk mempelajari puisi.

6. Penelitian yang dilakukan oleh Amanda Naylor dan Audrey Wood tahun 2011 yang berjudul “Teaching Poetry: Reading and Responding to Poetry in the Secondary Classroom”. Hasil penelitian ini mendeskripsikan tentang pengajaran puisi yang menekankan pada pendekatan aktif dan kekuatan puisi untuk memperkaya kehidupan para guru dan siswa. Pengajaran puisi ini dilakukan dengan beberapa langkah, (1) memberikan pengantar ringkas untuk ide-ide utama dan teori tentang pengajaran puisi, (2) meliputi jenis dan periode waktu puisi yang sudah dikenal dan berbagai puisi baru dan lama yang kurang dikenal, (3) Menggambarkan praktek yang baik untuk setiap pendekatan tertutup, melalui studi kasus teori dan ide-ide dalam tindakan di kelas, dan (4) termasuk kegiatan, ide dan memanfaatkan setiap sumber daya yang ada untuk mendukung pengajaran di kelas.

(36)

commit to user

7. Penelitian yang dilakukan oleh David I Hanauer tahun 2012 yang berjudul

“Writing Poetry in the Language Classroom”. Hasil penelitian ini dibagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama dengan konsep literasi bermakna belajar di ilmu bahasa kedua dan asing, yang kedua merangkum bukti empiris yang mencirikan bahasa kedua untuk menulis puisi, dan ketiga menggambarkan aspek-aspek praktis penulisan pengajaran puisi. Pendekatan ini disajikan sebagai cara untuk memanusiakan kelas bahasa kedua dan asing dengan memfokuskan kembali pada pembelajar bahasa individu sebagai pusat proses pembelajaran.

C. Kerangka Berpikir

Dalam perencanan pembelajaran terdapat urutan atau skenario pembelajaran. Perencanaan pembelajaran merupakan acuan untuk melaksanakan proses belajar mengajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Dalam proses belajar mengajar guru menemukan hambatan-hambatan yang dihadapinya baik dari kurikulum, kemampuan guru, dan keadaan siswa.

Guru dituntut untuk dapat rnengatasi hambatan-hambatan dalam pembelajaran apresiasi puisi tersebut.

Hasil pembelajaran apresiasi puisi lebih menekankan pada sikap apresiatif siswa terhadap puisi itu sendiri. Dari proses belajar mengajar diharapkan siswa dapat memperoleh 4 (empat) kemampuan berbahasa yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis puisi.

Secara singkat kerangka berpikir dalam penelitian ini, dapat digambarkan sebagai berikut:

(37)

commit to user

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian Pembelajaran Apresiasi Puisi

Perencanaan Pembelajaran Apresiasi Puisi

Pelaksanaan Pembelajaran Apresiasi Puisi

Hambatan yang dihadapi guru

Cara Mengatasi Hambatan

Simpulan

(38)

commit to user BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kismantoro. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 hingga bulan April 2012. Adapun waktu dan jadwal kegiatan penelitian diuraikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

B. Jenis dan Strategi Penelitian

Berdasarkan pada masalah yang diajukan dalam penelitian ini, yang menitikberatkan pada pengumpulan informasi tentang keadaan atau realita yang sedang berlangsung, maka jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, yang menggambarkan sifat suatu keadaan yang sedang berjalan pada saat penelitian ini dilakukan, serta memeriksa dari suatu gejala tertentu.

Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus tunggal, karena penelitian ini akan dilakukan di satu tempat, yaitu di SMP Negeri 2 Kismantoro, serta akan difokuskan pada suatu permasalahan yaitu tentang

No Waktu Des ' 11 Jan ’12 Feb '12 Mar '12 Apr '12

Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1

Tahap persiapan awal sampai

pengajuan proposal

2

Menentukan informan, menyiapkan peralatan dan instrumen

3 Pengumpulan data

4 Analisis data

5 Penyusunan

laporan

23

(39)

commit to user

pembelajaran apresiasi puisi di kelas VII A, maka penelitian ini menerapkan strategi kasus tunggal.

C. Sumber Data

Data-data yang berupa informasi tersebut digali dari berbagai sumber data.

Sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah informan atau nara sumber, tempat, peristiwa atau aktifitas, dan arsip atau dokumen.

1. Informan atau narasumber.

Informan dari penelitian ini adalah guru kelas VII A dan siswa kelas VII A. Dari guru diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pemahaman guru tentang konsep pengajaran sastra, dan informasi mengenai pengemasan komponen-komponen pembelajaran apresiasi puisi di SMP. Dari siswa diharapkan dapat memberikan tanggapan mengenai pembelajaran apresiasi puisi.

2. Tempat dan Peristiwa

Tempat dan peristiwa meliputi tempat penyelenggaraan pendidikan di sekolah maupun peristiwa berlangsungnya pembelajaran apresiasi puisi di lokasi penelitian. Peristiwa yang dimaksud mencakup juga antar sejumlah anggota komunitas sekolah yang memungkinkan terbentuknya suatu persepsi siswa.

3. Arsip dan Dokumen

Arsip dan dokumen yang diteliti adalah arsip dan dokumen mengenai perangkat PBM yang meliputi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), silabus, perangkat administrasi guru Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau disebut juga bahan ajar, buku pelajaran, buku-buku pendamping pelajaran yang relevan, serta soal-soal untuk evaluasi. Sumber ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kurikulum yang digunakan guru sebagai pedoman dalam menyusun program pelajaran, termasuk di dalamnya materi, metode, media, dan evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran apresiasi puisi kelas VII A di sekolah yang diteliti.

(40)

commit to user

D. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitiannya, yaitu penelitian kualitatif maka dalam teknik pengumpulan datanya meliputi:

1. Teknik obsevasi langsung

Obsevasi langsung ini akan dilakukan dengan cara formal dan informal untuk mengamati berbagai kegiatan dalam pembelajaran apresiasi puisi di dalam kelas, dan kegiatan ini yang terkait, baik yang dilakukan oleh guru maupun siswa.

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi yang tidak menyertakan peran aktif peneliti dalam kegiatan yang diamati, tetapi peneliti hanya sebagai pengamat terhadap pelaksanaan pembelajaran apresiasi puisi dilokasi penelitian.

Selama berlangsungnya pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran apresiasi puisi serta kegiatan lain yang terkait, peneliti membuat catatan lapangan yang disusun berdasarkan realita yang dilihat, didengar, dialami, serta dipikirkan peneliti selama berlangsungnya pengumpulan data tersebut dan kamudian merefleksikannya.

2. Teknik wawancara mendalam (indepth interviewing)

Wawancara mendalam maksudnya adalah wawancara yang dilakukan secara lentur dan terbuka, tidak berstruktur ketat, tidak dalam suasana formal, dan dilakukan berulang pada informan yang sama. Hal tersebut dilakukan dengan harapan agar pertanyaan yang disampaikan peneliti semakin terfokus, sehingga informasi yang dikumpulkan semakin rinci dan mendalam sesuai yang dibutuhkan.

3. Mencatat dokumen

Teknik ini untuk mengumpulkan data yang bersumber dari dokumen dan arsip. Jenis dokumen yang dikumpulkan meliputi kurikulum, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, buku pelajaran yang digunakan dalam pembelajaran apresiasi puisi, inventaris media pembelajaran, dan inventaris sarana fisik yang dimiliki sekolah.

(41)

commit to user

Dokumen yang telah terkumpul tersebut kemudian dianalisis dengan teknik analisis kualitatif. Kegiatan ini selain untuk mencatat semua dokurnen dan arsip, juga dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang lengkap tentang kondisi dokurnen tersebut, termasuk juga maknanya yang tersirat.

E. Teknik Cuplikan

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah purposive sampling. Peneliti cenderung untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam, serta dapat dipercaya sebagai sumber data yang mantap. Cuplikan ini lebih cenderung sebagai internal sampling, dimana informan dipilih dengan kriteria tertentu dan kemudian dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran atau membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subjek lain, dan tidak untuk membuat generalisasi hasil. Dengan kerangka teknik sampling ini peneliti hanya memilih informan yang dianggap mengetahui permasalahan pembelajaran apresiasi puisi yang meliputi guru kelas VII A dan beberapa siswa kelas VII A.

F. Validitas Data

Pengujian validitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara trianggulasi. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan trianggulasi data dan trianggulasi metode. Trianggulasi sumber data antara lain meliputi trianggulasi data dari guru kelas VII A dalam mengajarkan apresiasi puisi di kelas, data dari kepala sekolah dan data dari beberapa siswa. Trianggulasi metode antara lain melalui wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi.

Trianggulasi sumber dimaksudkan untuk: (1) membandingkan antara dua hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan di depan umum dengan yang dikatakan secara pribadi, (3) membandingkan wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Sedangkan trianggulasi metode dimaksudkan sebagai: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan-penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan

(42)

commit to user

data, (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama .

G. Teknik Analisis Data

Informasi yang diperoleh dari hasil pengumpulan data selanjutnya akan dianalisis. Analisis dilakukan sepanjang berlangsungnya penelitian dan secara terus menerus dari awal sampai akhir penelitian.

Teknik analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik analisis interaktif, yaitu suatu analisis data kualitatif yang terdiri dari tiga alur kegiatan (reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi) yang terjadi secara bersamaan. Maksud reduksi data adalah proses pemilihan data, pemusatan perhatian dan penyederhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Penyajian data diartikan sebagai pengumpulan informasi secara sistematis, yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Sedangkan penarikan kesimpulan atau verifikasi dalam penelitian kualitatif sebenarnya sudah dimulai semenjak pengumpulan data, dengan mencatat dan memberi makna terhadap benda atau peristiwa yang terjadi.

Dalam menggunakan teknik analisis ini, peneliti bergerak diantara tiga komponen, yang dimulai dengan pengumpulan data, kemudian peneliti bergerak diantara reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Jika kesimpulan dirasa kurang mantap, peneliti kembali ke proses pengumpulan data di lapangan.

Proses analisis ini lebih jelasnya digambarkan dalam skema berikut:

Gambar 2. Skema Model Analisis Interaktif

Reduksi Data

Pengumpulan data

Penarikan Kesimpulan

Penyajian Data

(43)

commit to user

Dalam penelitian ini, reduksi data dilakukan dengan menyeleksi, mengklarifikasikan, dan memfokuskan data yang ada dalam catatan lapangan dan selanjutnya member kode. Penyajian data dilakukan dengan mendeskripsikan data-data yang sudah diklarifikasikan sesuai dengan pokok masalah. Penarikan kesimpulan atau verifikasi dilakukan dengan mengambil kesimpulan-kesimpulan yang sebenarnya sudah dilakukan bersamaan dengan reduksi data dan penyajian.

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah tata urutan atau langkah-langkah rinci yang harus ditempuh untuk melaksanakan penelitian. Hal ini dimaksudkan agar penelitian dapat berjalan teratur dan terstruktur sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Prosedur penelitian yang dilakukan secara garis besar dapat dibagi menjadi beberapa tahap : Pertama, tahap persiapan yaitu pengumpulan informasi sampai pada bahan teori yang mendukung perumusan masalah. Kedua, tahap pelaksanaan dimana peneliti dengan tujuan yang dicapai yaitu kerangka teori dan hasil penelitian yang diharapkan mulai mengadakan observasi dan pengumpulan data di lapangan. Ketiga, adalah tahap akhir dari penelitian, yaitu analisis data, penarikan kesimpulan dan penyusunan laporan penelitian.

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan sebelum penyusunan proposal dan pengurusan ijin penelitian. Pada tahap ini peneliti belum memulai mengumpulkan data. Kegiatan yang dilakukan meliputi orientasi lapangan untuk pengenalan kondisi obyek penelitian serta untuk persiapan fisik dan mental peneliti. Studi pendahuluan ini penting guna pengenalan dan pembentukan pemahaman awal peneliti terhadap fokus dan obyek penelitian agar ketika peneliti benar-benar terjun ke obyek penelitian untuk mendukung kelancaran pelaksanaan penelitian.

2. Tahap Pralapangan

Pada tahap ini dilakukan berbagai kegiatan sebelum peneliti terjun ke lapangan seperti penyusunan proposal penelitian termasuk pengurusan ijin

(44)

commit to user

penelitian dan persiapan pelaksanaan penelitian ke lapangan. Persiapan yang dimaksud antara lain meliputi berbagai perlengkapan yang digunakan seperti alat tulis, alat perekam, rancangan biaya dan pengaturan perjalanan.

3. Tahap Lapangan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pengumpulan data yang diperlukan. Bersamaan dengan proses pengumpulan data tersebut berlangsung pula proses analisis awal.

4. Tahap Analisis Data

Pada tahap ini peneliti membaca, menelaah, manafsirkan, mengklasifikasikan serta menginterpretasikan data yang diperoleh untuk mengambil kesimpulan. Analisis yang dilakukan merupakan analisis akhir dimana peneliti membandingkan data yang diperoleh di lapangan dengan teori yang relevan. Selanjutnya, berdasarkan analisis tadi dilakukan penarikan kesimpulan.

5. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian

Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian yang hasilnya berupa laporan penelitian berikut penggandaannya.

Untuk lebih memudahkan peneliti dalam melangkah, berikut ini dapat digambarkan dalam skema berikut:

Gambar 3. Bagan Prosedur Penelitian Menyusun

Proposal

Persiapan Pelaksanaan

Mengumpulkan

Data Analisis Data

Penarikan Kesimpulan

Penyusunan Laporan

Pertanggungjawaban Laporan

(45)

commit to user BAB IV

DESKRIPSI LOKASI, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis

SMP Negeri 2 Kismantoro didirikan tahun 1993. Sekolah dibangun di atas lahan seluas 7.130 m2 dengan luas seluruh bangunannya adalah 1.394 m2. Sekolah ini mulai beroperasi mulai tahun pelajaran 1993/1994.

SMP Negeri 2 Kismantoro terletak di Jalan Purwantoro – Pakis Baru Km 9, Miri, Kismantoro, Wonogiri 57696. Ditinjau dari keadaan lingkungan di SMP Negeri 2 Kismantoro secara umum sudah baik. Letak SMP Negeri 2 Kismantoro yang strategis dan mudah dijangkau baik dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum dan terletak di pinggir jalan raya yang belum terlalu ramai lalu lintas kendaraannya, sehingga ketenangan dalam belajar para siswa dapat terlaksana dengan baik.

2. Visi dan Misi a. Visi SMP Negeri 2 Kismantoro

”Berprestasi dan Berakhlak Terpuji”.

Indikator- Indikator Visi:

1.tangguh dalam mengembangkan kurikulum;

2.tangguh dalam mengembangkan pembelajaran;

3.tangguh dalam mengembangkan motivasi peserta didik;

4.tangguh dalam mewujudkan kompetensi kelulusan;

5.tangguh dalam membekali peserta didik di bidang akademik dan non akademik;

6.tangguh dalam mengembangkan tenaga pendidik;kependidikan;

7.tangguh dalam mengembangkan tenaga kependidikan;

8.tangguh dalam mewujudkan sarana dan prasarana sekolah;

9.tangguh dalam melaksanakan manajemen sekolah;

10. tangguh dalam kelembagaan sekolah;

11. tangguh dalam penggalangan biaya pendidikan;

30

Referensi

Dokumen terkait

Jika Perjamuan Terakhir itu adalah perjamuan Paskah, maka kata Ibrani dan Aram yang mengacu pada "roti" yang dipecah-pecahkan oleh Sang Juruselamat dan diberikan kepada

Dalam rangka mencapai tujuan jangka pendek yaitu peningkatan kinerja sarana dan prasarana perbenihan yang memadai pada Unit Pelaksana Teknis Balai Benih Ikan, Bidang

Dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa yang selalu meningkat pada setiap pelaksanaan tindakan dalam satu siklus membuktikan bahwa penerapan pembelajaran dengan

Selain mempelajari proses produksi, penulis mendapat tugas khusus dari pabrik, yaitu menentukan efisiensi pada kiln 3 dan melakukan analisa hazard and operating

Penerapan yang dilakukan agar pembelajaran sejarah Kota Semarang yang mengandung nilai – nilai nasionalisme sesuai dengan target sasaran yang dituju, maka perlu

Dalam konteks hubungan eksploitasi sumber daya perikanan, masyarakat nelayan kita memerankan empat perilaku sebagai berikut: (1) mengeksploitasi terus-menerus sumber daya

Kemudian untuk poster akan di letakkan di beberapa tempat yang biasanya di gunakan untuk beraktifitas oleh para petani, seperti: balai pertemuan kelompok tani,

Students are starting to play the role play of “Little Red Riding Hood”. Students do role playing with the assistance from the teacher so they can understand easier their role in