Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini
Tahun 2015
PEDOMAN PENGEMBANGAN TEMA PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN
ANAK USIA DINI
Kata Sambutan
Diterbitkan oleh:
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
vi+ 22 hlm + foto; 21 x 28,5 cm ISBN:
978-602-73704-4-9 Pengarah:
Ir. Harris Iskandar, Ph. D.
Penyunting:
Ella Yulaelawati, M.A., Ph.D.
Dra. Enah Suminah, M. Pd Tim Penulis:
Dedi Mustofa Rahmitha P. Soendjodjo
Aries Susanti Nurmiati Irma Yuliantina Desain/Layout:
Surya Evendi Samsudin Kontributor:
Ebah Suhaebah Dumaria Simanjuntak
Foto-foto:
Dokumen Penulis Sekretariat:
Retno Wulandari Arika Novrani
PEDOMAN PENGEMBANGAN TEMA
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
U
ndang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, terdapat dua dimensi kurikulum. Dimensi pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mencakup pengembangan pada aspek struktur kurikulum, proses pembelajaran dengan pendekatan saintifi k, dan penilaian yang bersifat autentik. Kurikulum 2013 mengusung pengembangan pembelajaran konstruktivisme yang lebih bersifat fl eksibel dalam pelaksanaan sehingga memberi ruang pada anak untuk mengembangkan potensi dan bakatnya. Model pendekatan kurikulum tersebut berlaku dan ditetapkan di seluruh tingkat serta jenjang pendidikan sejak Pendidikan Anak Usia Dini hingga Pendidikan Menengah. Keajegan model pendekatan di semua jenjang ditujukan untuk membentuk sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang lebih konsisten sejak awal sehingga diharapkan peserta didik mampu berkembang menjadi sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sikap beragama, kreatif, inovatif, dan berdaya saing dalam lingkup yang lebih luas.
Sebagai jenjang paling dasar, Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini diharapkan menjadi fundamen bagi penyiapan peserta didik agar lebih siap dalam memasuki jenjang pendidikan lebih tinggi. Mengantarkan anak usia dini yang siap melanjutkan pendidikan tidak hanya terbatas pada kemampuan anak membaca, menulis, dan berhitung, tetapi juga dalam keseluruhan aspek perkembangan. Tanggung jawab ini harus dipikul bersama antara pemerintah, pengelola dan pendidikan PAUD, orang tua, serta masyarakat.
Untuk menyamakan langkah, khususnya bagi para pelaksana layanan program PAUD, guna perlu diberikan pedoman, pelatihan, dan acuan-acuan yang dapat dijadikan sebagai rujukan para pendidik dalam menerapkan kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini di satuan pendidikannya.
Pencapaian pendidikan yang lebih baik melalui penerapan Kurikulum 2013 PAUD merupakan suatu keniscayaan jika dilaksanakan bersama-sama oleh seluruh komponen.
Terima kasih.
Jakarta, Oktober 2015
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat,
Ir. Harris Iskandar, Ph.D.
NIP 196204291986011001
Daftar Isi Kata Pengantar
P
edoman Implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan acuan pelaksanaan kurikulum PAUD 2013 sesuai den gan teori, fi losofi , dan landasan pengembangan kurikulum tersebut yang disertai dengan contoh-contoh penerapannya.Pedoman disusun secara sederhana, menarik, ramah, dan aplikatif agar dapat dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh tenaga pendidik dan kependidikan PAUD yang kondisi dan potensinya beragam, serta dapat dijadikan rujukan sesuai dengan kajian-kajian yang melandasinya.
Pedoman implementasi Kurikulum 2013 PAUD ini merupakan contoh yang memungkinkan penyesuaian lebih lanjut degan kondisi, potensi, dan budaya setempat. Hal penting dalam Kurikulum 2013 PAUD adalah keterbukaan dalam menerima perubahan, baik perubahan dalam cara berpikir, kebiasaan, sikap, maupun cara kerja. Perubahan tersebut akan berimbas pada perubahan sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik. Buku ini sangat terbuka untuk perbaikan dan penyempurnaan di masa mendatang. Untuk itu, kami mengundang para pembaca memberikan saran dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan.
Saya mengucapkan terima kasih kepada penyusun, penelaah, penyunting, dan semua pihak yang telah bekerja keras menyelesaikan pedoman implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini ini. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua dan dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan pendidikan anak usia dini.
Jakarta, Oktober 2015
Direktur Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini,
Ella Yulaelawati, M.A., Ph.D.
NIP 195804091984022001
Kata Sambutan ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... v
Mengapa Harus Menggunakan Tema dalam Pembelajaran PAUD? ... 1
Mengapa memakai tema? ... 1
Apa Pengertian tema? ... 2
Apa manfaat tema? ... 2
Program Pengembangan apa yang dibangun melalui tema? ... 2
Apa prinsip-prinsip dalam memilih tema? ... 3
Teknik Pengembangan Tema ... 6
Bagaimana merumuskan tema? ... 6
Objek apa saja yang dapat dijadikan tema? ... 9
Seberapa luas tema dapat dikembangkan? ... 11
Berapa lama waktu yang dibutuhkan? ... 13
Bagaimana merumuskan kompetensi dasar dan materi pembelajaran dikaitkan dengan tema? ... 13
Apakah puncak tema itu? ... 17
Bagaimana mengembangkan kegiatan dalam transisi antartema? 18
Penutup ... 19
Daftar Pustaka ... 20 Pembinaan Pendidikan Anak Usi
Ella Yulaelawati, M.A., Ph.D.
Mengapa memakai tema?
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini menggunakan pembelajaran tematik.
Pembelajaran tematik dipandang sesuai dengan pola kerja otak karena membahas satu tema dari berbagai konsep dan aspek perkembangan. Penentuan tema sangat terbuka. Artinya, satuan PAUD dapat menentukan tema yang akan digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan minat anak, situasi dan kondisi lingkungan, serta kesiapan guru mengelola kegiatan.
Penentuan tema tidak sekadar mudah diterapkan, tetapi perlu memperhatikan beberapa prinsip agar pembelajaran yang dilaksanakan lebih menarik dan mendalam. Keluasan tema bergantung pada kemampuan guru dalam menguasai tema tersebut.
Hal penting yang harus diperhatikan guru dalam mengembangkan tema adalah kebermaknaan tema dalam membangun pengalaman belajar yang bermutu bagi anak usia dini. Oleh karena itu dalam menentukan tema menjadi penting bila diawali dengan identifi kasi tema dan sekaligus ketertarikan anak terhadap topik tertentu. Untuk memberikan wawasan
kepada para guru PAUD dalam mengembangkan tema pembelajaran, maka disusun
“Pedoman Pengembangan Tema dalam Pembelajaran Anak Usia Dini”. Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi guru dalam mengembangkan tema di lembaga PAUD masing-masing.
Mengapa Harus
Menggunakan Tema dalam Pembelajaran PAUD?
Anak akan belajar dengan optimal jika mereka tertarik dengan apa yang dipelajari. Pembelajaran tematik merupakan wahana bagi anak untuk belajar dengan menyenangkan, bermakna dan sesuai dengan perkembangan
Pembelajaran tematik sesuai dengan pola kerja otak, karena dapat
mengembangkan
berbagai aspek
perkembangan.
Apa Pengertian Tema?
Tema adalah topik yang menjadi payung untuk mengintegrasikan seluruh konsep dan muatan pembelajaran melalui kegiatan main dalam mencapai kompetensi dan tingkat perkembangan yang diharapkan.
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa muatan pembelajaran dalam mencapai kompetensi dasar (KD) dan tingkat perkembangan yang diharapkan.
Pelaksanaan tema dan subtema dapat dilakukan dalam kegiatan pengembangan melalui bermain dan pembiasaan.
Tema bukan merupakan tujuan pembelajaran melainkan sarana untuk mengintegrasikan keseluruhan sikap dalam pengetahuan dan keterampilan yang ingin dibangun.
TEMA Kedekatan
Kesederhanaan Kemenarikan
Keinsidentalan
Apa Prinsip-Prinsip dalam Memilih Tema?
1. Kedekatan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari hal-hal yang terdekat dengan kehidupan anak. Dekat dimaksud dapat dekat secara fi sik dan juga dekat secara emosi atau minat anak.
Guru sedang menjelaskan tema sepeda
Tema membingkai
konsep dan muatan pembelajaran melalui kegiatan
bermain.
Apa Manfaat Tema?
1. Menyatukan semua program pengembangan yang meliputi nilai moral agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, seni.
2. Menghubungkan pengetahuan sebelumnya yang sudah dimiliki dengan pengetahuan yang baru.
3. Memudahkan guru PAUD dalam pengembangan kegiatan belajar sesuai dengan konsep dan sarana yang dimiliki lingkungan.
Program Pengembangan Apa yang Dibangun Melalui Tema?
Tema yang dikembangkan dalam pembelajaran harus dapat membangun program pengembangan nilai agama dan moral, fi sik motorik, kognitif, bahasa, sosio-emosional dan seni. Berbagai program pengembangan dicapai melalui berbagai stimulasi pendidikan secara terintegrasi dengan menggunakan tema- tema yang sesuai dengan kondisi lembaga PAUD/ satuan pendidikan dan anak.
Pada pelaksanaannya tema dan kompetensi dasar dikembangkan menjadi muatan pembelajaran. Muatan pembelajaran adalah cakupan materi yang ada pada kompetensi dasar sebagai bahan yang akan dijadikan kegiatan-kegiatan untuk mencapai kompentensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan.
Tema yang terdekat secara fi sik dengan anak, misalnya diri sendiri, keluarga, lingkungan rumah, lingkungan sekolah, binatang,
tanaman, dan lingkungan alam. Setiap lembaga tentu memiliki kondisi yang berbeda-beda, misalnya bagi lembaga PAUD yang lingkungannya dekat dengan pantai, maka tema lingkunganku dengan subtema
“pantaiku yang indah” dapat menjadi pilihan tema sesuai dengan prinsip kedekatan. Bagi lembaga PAUD yang lingkungannya dekat dengan perkebunan, tema lingkunganku dengan subtema “Kebun” dengan topik bahasan “kebun mangga”, “kebun kelapa” atau lainnya. “Kebun” dapat menjadi pilihan tema sesuai dengan prinsip kedekatan.
Sementara itu hal-hal yang dekat secara emosional dengan anak di antaranya hobi, hal-hal yang disukai anak, fi lm, dan lainnya. Dalam memilih tema yang dekat secara emosional dengan anak, hendaknya guru harus benar-benar mencermati kesesuaian dengan tujuan pendidikan, termasuk juga budaya lokal dan dampak yang mungkin muncul. Apabila anak akan mengambil salah satu
Carilah
sumber belajar di lingkungan sekitar misal: sawah, kolam ikan, kebun sayur, dan
lain-lain.
tokoh untuk dijadikan tema, hendaknya dipertimbangkan sifat dan perilaku tokoh tersebut sehingga yang tersampaikan pada anak adalah karakter yang sesuai dengan yang diharapkan. Contoh, guru dapat mengangkat tema “dinosaurus” karena disukai anak-anak. Hal yang harus dipersiapkan guru adalah segala pengetahuan, alat peraga dan buku-buku, atau sumber belajar lain yang terkait dengan dinosaurus agar anak dapat menggali informasi dari banyak sumber. Contoh lain yang berkaitan dengan hobi anak seperti mobil, robot, dan boneka dapat dijadikan sebagai tema.
2. Kesederhanaan, artinya tema yang dipilih yang sudah dikenal anak agar anak mudah memahami pokok bahasan dan dapat menggali lebih banyak pengalamannya.
Contoh: Berdasarkan prinsip kesederhanaan kita dapat memilih tema “binatang” dengan subtema “Ayam” melalui sub-subtema yang sederhana kepada peserta didik, misalnya:
a. jenis-jenis ayam b. pakan ayam
c. cara memelihara ayam d. perkembangbiakan ayam e. hasil dari ayam
f. makanan olahan dari ayam
Dalam memilih tema yang menarik bagi anak, guru dapat melakukan pengamatan terhadap hal-hal yang dekat dengan anak baik secara fi sik maupun emosional anak, misalnya dengan melakukan curah gagasan dengan anak apa yang anak sukai. Pengamatan terhadap topik obrolan anak dan lainnya, misalkan: Dinosaurus dapat dijadikan tema apabila anak-anak membicarakan dinosaurus dalam berbagai kesempatan berdiskusi.
4. Keinsidentalan, artinya pemilihan tema tidak selalu yang direncanakan di awal tahun, dapat juga menyisipkan kejadian luar biasa yang dialami anak, misalnya peristiwa banjir yang dialami anak dapat dijadikan tema insidental menggantikan tema yang sudah direncanakan sebelumnya.
Anak-anak antusias mencuci sepeda mereka pada sub tema cara merawat sepeda.
Anak-anak antusias memperhatikan binatang-binatang kecil dengan kaca pembesar.
Rumuskan tema secara inspiratif untuk
membangkitkan rasa ingin tahu anak.
Apakah anak didik anda senang melihat binatang-binatang kecil di dalam got depan sekolah pada musim hujan?
Bagus, anda telah menemukan tema yang menarik bagi anak.
3. Kemenarikan, artinya tema yang dipilih harus menarik bagi anak dan mampu menarik minat belajar anak.
Untuk lebih memberikan kemenarikan minat belajar anak dan kebermaknaan suatu tema, hendaknya guru dapat merumuskan tema dalam bentuk kalimat yang inspiratif, misalkan tema
“matahari” dirumuskan dengan “matahari sumber kehidupan manusia”, tema “tanaman”
dirumuskan menjadi “menanam dan merawat tanaman”, tema “binatang” dirumuskan menjadi
“menyayangi binatang piaraan”
Teknik Pengembangan Tema
Dalam Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini, tema tidak ditetapkan oleh pemerintah, tetapi bersi- fat fl eksibel penetapannya oleh lembaga PAUD yang melibatkan seluruh guru pada saat pemilihan dan penetapannya. Banyak hal di lingkungan kehidupan yang dapat dijadikan tema.
Artinya, apa yang terdapat di lingkungan terdekat seperti air, batu, kelapa, alat transportasi, laut, dan lain-lainnya dapat diangkat
menjadi tema. Oleh karenan itu, pengembangan tema di setiap lembaga dapat berbeda-beda sesuai dengan lingkungan lembaga tersebut serta kondisi sarana dan prasarananya.
a. Amati Lingkungan Sekitar Guru dalam
mengidentifi kasi tema dapat melihat lingkungan sekitarnya, seperti sawah, ayam, mobil, matahari,dan pohon. Yang dilihat oleh guru tersebut dapat dijadikan sebagai tema.
b. Perhatikan Sosial Budaya
Kebudayaan yang terdapat di lingkungan sekitar anak dapat diangkat menjadi tema, sebagai contoh Panjang Mulud di Serang, Karapan Sapi di Madura, dan Perayaan Tabot di Bengkulu.
c. Perhatikan Minat dan Kesukaan Anak
Dalam mengidentifi kasi tema guru juga dapat melihat minat anak sebagai contoh banyak anak yang tertarik dan menyukai kucing, ayam, dan lainnya.
d. Lakukan Curah Gagasan
Bersama semua guru, hasil mengamatan terhadap lingkungan, sosial budaya, dan minat anak diidentifi kasi melalui curah gagasan. Setiap guru diberikan kesempatan untuk menyampaikan gagasan tema dengan bebas, dan setiap gagasan tema tidak perlu dibahas dan dikomentari, melainkan ditampung sebagai referensi dalam penetapan tema selanjutnya.
2. Membuat Webbing Tema/Maping Tema
Salah satu teknik dalam pengembangan tema melalui
webbing tema (jaring laba-laba). Setiap tema yang telah diidentifi kasi dikembangkan ke dalam sub-subtema bahkan sub-subtema dalam bentuk diagram seperti jaring laba-laba, sebagai contoh webing tema sebagai berikut:
Guru sedang menjelaskan tentang tema tanaman
Kelompokkan hasil curah pendapat tentang tema sesuai jenisnya, misalnya
kelompok tanaman, kelompok binatang,
kelompok gejela alam, dll.
Tema bersifat fl eksibel
sesuai dengan lingkungan, budaya dan
sarana prasarana disekolah.
Selanjutnya, tema yang telah ditetapkan akan dimasukkan ke dalam program semester yang dilengkapi dengan alokasi waktu yang akan digunakan pada setiap tema. Untuk mendukung hal tersebut diperlukan keterampilan guru dalam memilih dan menetapkan tema yang tepat sesuai dengan prinsip-prinsip pemilihan tema.
Bagaimana merumuskan Tema?
1. Mengidentifi kasi tema, guru harus memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan tema, yaitu (1) kedekatan, (2) kemenarikan, (3) kesederhanaan, dan (4) keinsidentalan. Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengidentifi kasi tema antara lain adalah sebagai berikut.
Proses Curah Pendapat
sawah ayam mobil matahari wortel embun pohon p e t a n i andong pisang semut s u n g a i sepeda pedagang bakso k e l i n c i , serangga ikan odong-odong sawah
Contoh 1:
Mengembangkan tema menjadi subtema.
Contoh 3:
Mengembangkan tema menjadi subtema dan sub-subtema
Tema tumbuhan pada contoh di atas dikembangkan menjadi subtema:
padi-padian,
buah-buahan,
sayur-sayuran, dan
umbi-umbian.
Setiap subtema tersebut dikembangkan menjadi sub-subtema. Misalnya subtema
“buah-buahan” menjadi sub-subtema:
mangga
nangka
rambutan
manggis
pepaya, dll.
Tidak semua subtema atau sub-subtema dibahas dalam kegiatan bersama anak. Pilihlah yang paling penting dan diperkirakan sangat diminati anak dengan memperhatikan keragaman kegiatan yang dapat disiapkan guru.
Dalam contoh berikut dipilih sub-subtema “mangga”. Setelah menentukan sub- subtema, selanjutnya guru mengembangkan topik pembahasan yang terkait dengan sub-subtema yang dipilih. Pengembangan topik pembahasan membantu guru untuk memperluas kosakata baru (term), pengetahuan (fact) baru bagi anak dan prosedur kegiatan yang menarik.
Objek apa saja yang dapat dijadikan tema
Jika ditanyakan objek apa saja yang dapat dijadikan tema, maka jawabannya semua objek dapat dijadikan tema. Artinya, apapun dapat dijadikan tema, mulai dari benda, peristiwa, hingga ke negara. Berikut ini contoh tema-tema yang dapat dipilih.
menjadi s b s btema Misaln a s btema Contoh di samping menunjukkan pengem-
bangan tema “diriku” menjadi subtema:
Cita-citaku,
Identitasku,
Tubuhku, dan
Kesukaanku.
Dari subtema tersebut yang akan dikembangkan adalah subtema “tubuhku”
Contoh 2:
pengembangan subtema tubuh seperti berikut:
Setelah menetapkan subtema yang akan dibahas, selanjutnya dikembangkan menjadi topik yang akan dibahas bersama anak.
Contoh subtema “Tubuhku” akan membahas:
bagian-bagian tubuh
kegunaan setiap bagian tubuh
yang diperlukan agar tubuh sehat
cara merawat tubuh
bagaimana bila sakit
apa penyebab tubuh menjadi sakit
Penentuan topik yang akan dibahas ini sebaiknya melibatkan anak. Jika tidak memungkinkan, topik yang akan dibahas adalah pengetahuan baru bagi anak. Untuk menentukan topik, guru harus mencari bacaan agar pengetahuan yang dibahas bersama anak tidak salah.
Guru dapat mengembangkan kembali subtema menjadi sub-subtema bila dirasa subtema bersifat umum. Cara mengembangkan subtema menjadi sub- subtema sama dengan cara mengembangkan tema menjadi subtema. Di bawah ini dicantumkan contoh mengembangkan tema menjadi subtema dan subtema menjadi sub-subtema.
NO TEMA SUBTEMA SUB-SUBTEMA
5 Kendaraan
Darat Sepeda Motor Dokar
Mobil
Laut Perahu Kapal air
Udara Pesawat terbang
6 Negaraku
Lambang Negara
Burung garuda Bendera Merah Putih
Lagu Nasional
Lagu Kebangsaan Lagu Wajib Nasional Pahlawan Nama-nama
pahlawan
7 Budayaku
Pakaian Pakaian nasional Pakaian daerah Makanan Makanan daerah Tarian Tarian modern
Tarian daerah Permainan
Tradisional
Permainan daerah
8
Tumbuh- tumbuhan
Padi-padian Padi Jagung
Buah-buahan
Mangga Nangka Rambutan Papaya
Umbi-umbian
Ketela pohon Kentang Bengkoang Wortel
Sayuran
Kangkung Bayam
Kacang panjang Kol
Buncis
9. dll dll dll
NO TEMA SUBTEMA SUB-SUBTEMA
1 Diriku
Tubuhku
Bagian-bagian Fungsi Cara merawat Kesukaanku
Makanan Kegiatan bermain Tempat
Identitasku
Nama, umur Nama orang tua Alamat
Ciri-ciri Keluargaku
Anggota Pekerjaan Kegiatan
2 Binatang
Unggas
Burung Ayam Bebek Ternak
Kambing Ayam Sapi Buas
Harimau Singa Badak
3 Lingkungan- ku
Laut Wilayah laut Biota laut Gunung
Jenis gunung Tumbuhan di gunung Sawah
Tanaman di sawah
Perairan untuk sawah
Kotaku
lambang kotaku Tempat
bersejarah Ulang tahun kotaku
4 Alam Semesta
Matahari Waktu, fungsi Angin Fungsi, proses
terjadi
Bulan Waktu, fungsi Bintang Waktu, nama
Seberapa luas tema dapat dikembangkan?
Sebuah tema dapat dikembangkan menjadi subtema, sub-subtema, pokok bahasan, dan seterusnya. Jika pertanyaannya seberapa luas sebuah tema dikembangkan?
Jawabannya tergantung seberapa luas guru dapat memfasilitasi pengembangan tema untuk memberi pengalaman baru pada anak.
Guru dapat mengembangkan sebuah tema menjadi sangat luas sesuai dengan kebutuhan. Tema dan sub-tema dan sub-subtema dan seterusnya tersebut merupakan hasil identifi kasi, baik yang dapat dipilih keseluruhan maupun sebagian, tergantung ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran yang konstektual. Artinya, bila guru yang banyak membaca tentu akan mengembangkan tema menjadi sangat luas, tetapi dapat juga sebaliknya.
Walaupun demikian tema yang sudah kita tentukan akan lebih baik jika anak diajak berpikir tentang pengetahuan yang lebih luas agar anak tidak salah dalam memahami konsep dan ciri dari tema yang dibahas.
Contoh 1.
Pengembangan tema – subtema – topik yang dibahas
Bagian-bagian tubuh Fungsi bagian tubuh Cara merawat bagian tubuh Makanan kesukaanku
Baju kesukaanku
Kegiatan yang paling kusukai Tempat liburan yang kusuka
Namaku
Nama ayah ibuku Alamat rumahku
Tempat dan tanggal lahirku Ciri-ciri aku
Anggota keluarga Nama anggota keluargaku Alamat rumahku
Pekerjaan ayah ibuku Kebiasaan di keluargaku
Diriku (Tema) Kesukaanku
(Subtema)
Identitasku (Subtema) Tubuhku
(Subtema)
Keluargaku (Subtema)
Gambar: Pengembangan Tema – Subtema – Topik Bahasan
Contoh 2: Pengembangan tema – subtema – sub-subtema – topik bahasan
Berapa lama waktu yang dibutuhkan
Tidak ada ketentuan sebuah tema dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu.
Artinya, sebuah tema bisa dilaksanakan lama dan bisa juga singkat, tergantung keluasan tema dan minat anak terhadap tema tersebut, juga seberapa luas dan dalam guru dapat mengembangkan tema tersebut. Ada kalanya satu tema membutuhkan waktu selama sebulan atau bahkan lebih, ada juga yang kurang dari sebulan.
Alokasi waktu dalam satu semester minimal 17 minggu, sehingga pengaturan tema juga harus merujuk pada waktu yang tersedia dalam satu semester tersebut.
Penerapan tema dan alokasi waktunya diharapkan dirumuskan di awal semester, untuk jangka waktu minimal satu semester, yang selanjutnya dimasukkan ke dalam program semester.
kulit ari, buah berasal dari akar yg menggembung
tunas, umbi Tumbuh
Kegunaan Ciri:
kue, tepung, pengganti nasi
tumbuh- tumbuhan
(Tema) umbi-umbian
(subtema)
padi-padian (subtema)
sayuran (subtema) brokoli
kol kangkung
bayam
Jenis Jenis
kangkung darat, kangkung air
arum manis, mana lagi,
golek, dll semusim, akar
serabut, biji tunggal, batang beruas sawah, ladang
Tumbuh Kegunaan Ciri:
nasi, bubur, kue, tepung
akar serabut, batang beruas,
bunga bentuk terom
batang kayu, daging buah, biji, keping dua,
akar tunggang.
biji, tunas, batang
biji, cangkok, okulasi/tempel
disayur disayur
Ciri-ciri Tanam Manfaat Ciri-ciri Tanam Manfaat
bawang
mangga b
b b b ba ba ba bawawawawangngngng
talas
melon t
t tallllalass singkong
rambutan i
i singkkkkokong
kentang
nangka padi
gandum jagung
Sub-subtema
Sub-subtema
buah-buahan (subtema)
KD TEMA SUBTEMA ALOKASI WAKTU
• 2.11 3 3, 4.3, 3,4, 4,4 (Mob)
• 2.9, 2.10, 2.11, 2.12, 3.13, 4,13 (Sosem),
• 2.3, 3.5, 3,6, 4.6, 3,7, 4.4, 3.9, 4,9 (kognitif),
• 1.13, 3,10, 3.11, 3.12 (bahasa),
• 3.15- 4.15 (seni)
Binatang ikan
kupu-kupu belalang harimau
2 minggu 3 minggu 1 minggu 1 minggu
Dst ...
ALOKASI WAKTU: 17 MINGGU
Bagaimana merumuskan kompetensi dasar dan materi pembelajaran dikaitkan dengan tema?
Proses pembelajaran menggunakan tema dapat membantu guru dalam mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Saat membahas tema bersama anak, guru dapat memasukkan semua pengetahuan sikap dan keterampilan ke dalam tema tersebut sesuai dengan kompetensi dasar yang sudah ditetapkan, misalnya:
Tema Diriku, Subtema Tubuhku
AspekPengembangan Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Nilai Agama dan
Moral
KD. 1.1 Mengenal Tuhan
melalui ciptaan-Nya tubuhku ciptaan Tuhan
Fisik Motorik
KD 2.1 Memiliki perilaku yang mencerminkan hidup sehat
membiasaan anak untuk merawat tubuh: mandi, makan bergizi, dll.
KD 3.3-4.3 Mengenal anggota tubuh
nama- nama bagian tubuh dan fungsinya
Kognitif
KD 3.6-4.6 Mengenal warna, ukuran, bilangan
- warna kulit, mata, rambut
- ukuran tinggi tubuh - jumlah jari tangan KD 3.7-4.7 Mengenal
lingkungan sosial
dokter, rumah sakit, poliklinik, polindes, puskesmas
Sosial emosional
KD 2.5 Memiliki perilaku yang mencermin-kan sikap percaya diri
bangga dengan diriku, biasa menyapa teman dan guru saat bertemu
KD 2.6 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap taat pada aturan untuk melatih kedisiplinan
pembiasaan taat aturan
Bahasa
KD 2.14 Memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap santun pembiasaan sikap santun KD 3.10- 4.10 Memahami
bahasa reseptif cerita, informasi,
Seni KD 3.15-4.15 Memahami berbagai karya seni
karya seni dengan berbagai media
Untuk lebih jelas dan rinci, pengembangan materi dipaparkan di Pedoman Penyusunan Rencana Pembelajaran.
Untuk pengembangan tema, guru harus mempersiapkan hal- hal sebagai berikut:
1. Mengumpulkan informasi terkait tema dan subtema.
Walaupun untuk anak usia dini bukan pengetahuan kognitif yang diutamakan, informasi yang dibahas tentang tema seharusnya berdasarkan keilmuan yang sebenarnya.
Berarti guru harus banyak mencari tahu dan membaca pengetahuan yang terkait dengan tema.
2. Menyiapkan bahan-bahan bacaan terkait tema dan subtema. Tidak semua satuan PAUD memiliki buku yang memadai untuk mendukung tema, tetapi bukan alasan untuk tidak mengenalkan buku pada anak-anak didiknya.
Diupayakan setiap awal tema diawali dengan membacakan buku yang sesuai dengan tema. Untuk mengatasi ketiadaan buku, guru dapat membuka internet atau menggunakan majalah atau koran yang memuat informasi tema yang dibahas.
Guru dapat menggunakan ensiklopedia anak sebagai salah satu
referensi dalam
mengembangkan
tema.
3. Menyiapkan media dan sumber belajar yang diperlukan dalam kegiatan main yang sesuai dengan tema. Memahami anak usia dini masih berpikir konkret, maka sangat baik jika media dan sumber belajar konkrit dapat dihadirkan.
Oleh karena itu, memilih tema yang paling dekat dengan lingkungan anak sangat membantu.
4. Menyiapkan lingkungan main sesuai dengan tema. Setiap tema memiliki ciri tertentu. Tema binatang tentunya berbeda dengan tema kendaraan. Untuk menarik minat anak bermain dengan tema yang ditentukan sangat baik jika ruangan ditata dengan menghadirkan nuansa tema, baik dengan menggunakan bangunan kardus yang dibentuk sesuai dengan tema maupun dengan hiasan-hiasan yang tidak membutuhkan biaya banyak. Di bawah ini contoh penataan ruangan saat tema “tumbuhan” digunakan dalam pembelajaran.
5. Menyiapkan kegiatan-kegiatan main sesuai dengan tema (awal, selama, dan puncak tema). Secara besaran kegiatan akan selalu sama dari minggu ke minggu, tetapi isi kegiatan main disesuaikan dengan tema. Contohnya untuk tema laut, main perannya menangkap ikan di laut, sedangkan saat tema kotaku diisi dengan main peran pasar malam.
Guru menjelaskan tema ikan bakar.
Anak antusias menangkap ikan pada tema ikan bakar
Apakah Puncak Tema itu perlu?
Untuk memberikan kebermaknaan pembahasan tema, pada setiap akhir tema perlu dikokohkan dengan puncak tema. Kegiatan puncak tema bersifat menggembirakan, penguatan sikap, pengetahuan, keterampilan yang melibatkan berbagai pihak terutama orang tua/keluarga. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan cara :
1. berdiskusi dengan anak tentang pengalaman yang berkaitan dengan tema yang sudah digunakan.
2. mengajak anak untuk menceritakan kembali hasil karya selama penggunaan tema kepada teman, orang tua dan atau keluarga.
3. kunjungan lapangan dalam rangka penguatan kompetensi yang sudah dimiliki anak.
4. mengundang orang tua untuk kegiatan bersama yang berkaitan dengan tema, misalnya, dalam mengakhiri penggunaan tema “kelapa” guru dapat melibatkan orang tua untuk membuat makanan di satuan PAUD dengan bahan-bahan dari kelapa (es kelapa, kue kelepon, dan lainnya).
Selain itu, guru mengajak orangtua untuk mengapresiasi karya anak dari pohon dan buah kelapa yang telah dibuat oleh anak seperti sapu lidi, gambar kolase, dan lainnya.
Anak bersepeda keliling desa sebagai puncak tema sepeda
Salah satu kegiatan puncak tema diisi dengan bazar yang memamerkan hasil karya anak untuk dilihat orang tua.
Pada saat itu terjadi dialog antara anak dan orang tua.
Bagaimana mengembangkan kegiatan dalam transisi antartema?
Setelah mengakhiri tema, guru harus dapat mengkaitkan tema sebelum dan tema yang akan digunakan selanjutnya untuk membangun minat dan ketertarikan anak dalam memasuki kegiatan main di tema berikutnya.
Proses ini disebut transisi antar tema. Transisi antartema yang dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
1. diskusi tentang pengalaman anak terkait tema lama
2. berkunjung ke suatu tempat yang terkait dengan tema baru 3. membacakan cerita yang terkait dengan tema baru
4. berdiskusi sesuai dengan pengalaman anak yang terkait dengan tema baru
5. mengundang narasumber yang memiliki keahlian/pengetahuan terkait dengan tema baru
Contoh gambar di atas menunjukkan kegiatan anak saat diajak ke pasar sayuran setelah selesai membahas subtema buah-buahan dan akan beralih ke subtema sayur-sayuran.
Penutup
Pengembangan tema merupakan bagian penting yang harus dikuasai guru dalam proses pembelajaran. Pengembangan tema yang baik dapat menambah kosakata, mengembangkan pengetahuan, meningkatkan pemahaman, dan meningkatkan keterampilan anak tentang tema tersebut. Tema dapat memfokuskan perhatian anak sehingga memudahkan terwujudnya sikap, pengetahuan dan keterampilan. Jika guru memiliki kemampuan yang baik dalam mengembangkan tema, proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan bermakna bagi anak.
Disusunnya pedoman pengembangan tema ini dapat mempermudah guru dalam mengembangkan tema pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih terarah, bermakna, dan menarik.
Mulailah dengan pengembangan tema secara sederhana, seiring waktu berlalu guru akan mampu mengembangkan tema yang lebih luas dan kompleks.
Selamat bekerja.
Salam Penyusun
Dodge, Diane Trister, Laura J Colker, Cate Heroman. 2002. Creative Curriculum for Preschool Fourth Edition, Washington DC: Cengange Learning.
Essa, Eva L, Introduction to Early Childhood Education, Annotated Student’s Edition, 6th. Belmont, USA: Wadsworth, 2011.
Eliason, Claudia, Loa Jenkins. 2008. A Practical Guide to Early Childhood Curriculum Eight Edition. New Jersey, Pearson Education, Inc.
Kolestenik J. Marjorie et all (2007). Teching Your Children Using Themes, Michigan State University, USA.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014. 2015.
Daftar Pustaka
Catatan
Dedi W. Mustofa([email protected])
Rahmitha P. Soendjodjo (email: [email protected]) Aries Susanti (email: [email protected])
Nurmiati (email: [email protected]) Irma Yuliantina (email: [email protected])
Alamat Tim Penulis