BAB II KERANGKA TEORI A. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai tradisi lisan ini bukanlah penelitian pertama yang di lakukan oleh para peneliti. Penelitian mengenai tradisi lisan sebelumnya juga pernah diteliti oleh Hamzon situmorong(02/2015) dari fakultas ilmu budaya Universitas Sumatra Utara.
Hamzon melakukan penelitian tentang tradisi lisan nyanyian rakyat anak-anak pada masyarakat Batok Toba di kecamatan Lintongnihuta kabupaten Humbang Hasundutan.
Juga pernah dilakukan oleh Eka juita(2014) Universitas Pendidikan Indonesia.
Eka juita meneliti mengenai Konsep Hidup Rahayu dalam Kidung Rahayu di desa Cikedung lor, kecamatan Cikedung kabupaten Indramayu. Eka juita meneliti konsep hidup Rahayu dengan kajian Etnolinguistiknya. Selain itu, juga pernah di lakukan oleh Wahyu Widodo (2012) Studi Linguistik, program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Ia meneliti Mantra Kidung Jawa kajian Repetisi dan Fungsi.
Sudah banyak peneliti yang meneliti permasalahan kidung. Namun, penelitian saya berbeda dengan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan. Yang membedakan penelitian saya dengn peneliti-peneliti lainya, jika penelitian penelitian di atas lebih fokus pada masalah kajian Linguistik, kajian Repetisi dan fungsi. Dari penelitian-penelitian itu kurang mengkaji bagaimana keadaan masyarakat di sekitarnya. Namun, dalam penelitian ini saya mencoba meneliti bagaimana pengaruh Adanya Tradisi Kidung terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat desa Kedongdongkidul kecamatan Dukupuntang kabupaten Cirebon.
B. Deksrpsi Teori a. Tradisi Lisan.
Sejarah lisan merupakan jenis pertama dalam sebuah sejarah. Sejarah lisan merupakan suatu sejarah yang legendaris. Semua penjuru dunia mengenal sejarah lisan.
Lisan merupakan alat komunikasi utama yang digunakan untuk mewarisi pengetahuan secara turun-temurun, dari masa lampau hingga generasi berikutnya. Fungsi lisan mulai tergantikan saat manusia mulai menuliskan pengetahuan-pengetahuannya melalui
pelepah kurma, tulang, batang pohon dan lain-lain. Hal ini pun pernah dilakukan oleh para sahabat Rasul. Pada awalnya Al-quran merupakan sebuah pengetahuan melalui cara mengingat. Namun, karena sebuah Perang yang menyebabkan banyaknya para penghafal Al-quran yang wafat, dikhawatirkan pengetahuan(ayat al-quran) hilang. Maka para Sahabat mulai menulis ayat Al-quran pada pelepah kurma, tulang dan lain-lain sehingga saat itulah tradisi lisan mulai tergantikan dengan tradisi tulisan.
Setelah adanya tulisan-tulisan kini kebenaran itu dianggap benar apabila hal tersebut sudah tertulis, Pada saat ini sejarah lisan mulai pudar. Namun, pernyataan tersebut dibantah oleh Sejarawan Amerika. Para Sejarawan Amerika merasa bahwa sejarah-sejarahnya pada zaman dahulu tidak ada catatan-catatan tertulis. Hal ini juga menjadi cikal bakal munculnya kembali pengakuan pada sejarah lisan. Hingga pada tahun 1948 berdiri sebuah usat Kajian Lisan di Universitas Columbia new York. Selanjtnya juga berdiri beberapa pusat sejarah lisan seperti di Inggris, Kanada dan Italia.
Indonesia pun mulai mengakui kembali sejarah lisan pada tahun 1964. Sejarawan Universitas Indonesia Nugroho Notosusanto dengan proyek Monument Nasional. Ia berhasil mengumpulkan data-data sejarah sejak tahun 1945-1950. Adanya pengakuan sejarah lisan di Indonesia pun di perkuat juga dengan berdirinya ANRI(Arsip Nasional Republik Indonesia) ANRI melaksanakan projek sejarah lisannya. 1
Tradisi lisan, merupakan suatu pesan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pesan yang disampaikan dalam Tradisi Lisan bisa melalui berbagai cara diantaranya, dengan cara berpidato, nyanyian, cerita rakyat, nasihat dll. Dengan cara terebut pesan akan terus tersampaikan ke generasi berikutnya. Tanpa perlu adanya suatu pesan tertulis. Richard M. Darson (1973) menyebut tradidi lisan (oral traditional) sebagai folk literature (kesusastraan rakyat)2
M. Dorson membagi folklore dan folklife kepada 4 bagian yaitu
1 Abdul syukur, sejarah lisan orang biasa sebuah pengalaman penelitian, yang di kutip dari Mona Lohanda, dalam makalahnya yang tidak diterbitkan, Oral History In Indonesia: A Critical Review.
2 Syed Abdullah bin syedz sulaiman,tradisi lisan:satu penilaiaan semula, fakulti teknologi kreatif dan warisan university Malaysia kelantan.
1) Kesusastraan lisan(oral literature) disebut juga sebagai Seni Tutur (verbal art) atau kesusastraan ekspresif (ekspresife literature), yang merangkum semua jenis aktivitas lisan.
2) Folklore sebagai budaya (Material Cultur) termasuk di dalamnya bukan hanya saja bendanya. Tetapi juga teknik, resepsi dan cara-cara yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu yang diwarisi secara turun temurun.
3) Adat istiadat(Social Folk Custom) pada bagian ini, kegiatan tersebut biasanya dilakukan secara bersama-sama, Contoh membina rumah, permainan rakyat.
4) Seni persembahan rakyat, termasuk juga di dalamnya teater rakyat, nyanyian tradisional, tarian tradisional, musik tradisonal dan sebagainya.
Tradisi lisan sangat beragam, dalam karyanya oral tradition; A study in historical methodology (1965). Jan Vansina membagi tradisi lisan di Afrika kedalam 5 kategori 3
1) Rumusan untuk belajar, ritual, slogan dan gelar.
2) Terdaftar, daftar berisikan nama-nama dan tempat.
3) Puisi-puisi resmi dan pribadi yang temanya sejarah, Agama atau Personal.
4) Cerita, sejarah, didaktis atau personal.
5) Komentar-komentar tentang hukum dan hal lainnya.
b. Kidung
Kidung merupakan salah satu tradisi lisan. Kidung merupakan teks lagu mantra yang dinyanyikan oleh suatu masyarakat tertentu. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, kidung merupakan nyanyiaan yang bersifat lirik( yang melukiskan suatu perasaan). Kidung masih sangat popular di masyarakat Jawa.
Kidung merupakan karya sastra lisan yang indah dan harmoni. Keindahannya seringkali terlihat dalam irama, bunyi, dan makna pesan moral di dalamnya
a. Teks, Ko-Teks Dan Konteks
3 Paul Thompson.2012. teori dan metode sejarah lisan, Jakarta, penerbit ombak hal 26.
Setiap tradisi lisan memiliki bentuk dan isi. Bentuk terbagi atas teks, ko-teks, dan konteks. Sedangkan isi terdiri dari makna dan fungsi, nilai dan norma, serta kearifan lokal Menurut Sibarani, 2012; 242 yang dikutip oleh Hamzon situmorang, 2015.
Tradisi lisan nyanyian rakyat anak-anak pada masyarakat batok toba di kecamatan lintongnihuta kabupaten humbang hasundutan, Study Linguistic FIB, Universitas Sumatra Utara, mengatakan
Teks meruupakan unsur verbal. baik berupa bahasa naratif yang tersusun ketat
“thigh formalized language”. Seperti bahasa sastra, maupun bahasa naratif yang mengantarkan tradisi lisan non verbal, Seperti teks pengantar performasi. Struktur tersebut dapat dilihat dari struktur makro, Struktur alur dan struktur mikro. Struktur makro merupakan makna keseluruhan, makna global, dan makna umum. Dapat dipahami dengan melihat tema dan topik dari sebuah teks. Teks, dapat dikatakan teks tradisi lisan apabila tersusun atas 3 elemen yaitu pendahuluan (introduction), bagian tengah (body), dan penutup (conclusion). Masing-masing saling mendukung secara koheren4
Ko-teks menurut Cook (1994) adalah hubungan antara wacana yang merupakan lingkungan kebahasaan yang melingkupi suatu wacana. Ko-teks adalah seluruh unsur yang mendampingi teks seperti unsur Paralinguistik, Proksemik, Kinetik, dan unsur materi lainnya (Sibarani, 2012: 42). Paralinguistic mencakup intonasi, jeda, dan tekanan.
kinetik merupakan bidang ilmu yang mengkaji gerak isyarat. Proksemik, merupakan cabang ilmu yang mempelajari penjagaan jarak antara pembicara dengan pendengar, sebelum dan ketika sedang terjadi komunikasi.5
Secara harfiah, konteks berarti “something accompanying text” yang berarti:
sesuatu yang inheren dan hadir bersama teks. Konteks diungkapkan melalui karakteristik bahasa yang digunakan penutur (Halliday dan Hasan, 1985). Dalam kajian tradisi lisan, peranan konteks sangat penting. Dalam penelitian tradisi lisan Kidung di desa Kedongdongkidul kecamatan Dukuputang kabupaten Cirebon. Konteks merupakan salah
4 . Hamzon situmorang, 2015. Tradisi lisan nyanyian rakyat anak-anak pada masyarakat batok toba di kecamatan lintongnihuta kabupaten humbang hasundutan, study linguistic FIB, universitas Sumatra utara, tidak di terbitkan halaman 6.
5. Hamzon situmorng, 2015. Tradisi lisan nyanyian rakyat anak-anak pada masyarakat batok toba di kecamatan lintongnihuta kabupaten humbang hasundutan, study linguistic FIB, universitas Sumatra utara, tidak di terbitkan halaman 5.
satu yang harus diamaati, sehingga pemaknaan atas nyanyiaan kidung dapat dilihat secara keseluruhan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mendeskripsikan serta peran tradisi kidung dalam konteks sosial dan situasi yang dikemukakan oleh Sibarani.
Dalam Sibarani (2012: 326) konteks sosial mengacu pada faktor-faktor sosial, yang mempengaruhi atau menggunakan konteks. Konteks sosial meliputi orang-orang yang terlibat di dalamnya. Orang-orang yang terlibat seperti pelaku, pengelola, penikmat, dan bahkan komunitas pendukungnya. Konteks situasi mengacu pada waktu, tempat dan cara penggunaan teks. Hal ini terlihat jelas pada tradisi kidung. Siapakah orang yang melakukan kidung. Siapa orang yang meminta untuk mengadakan kidung. Kapan macam-macam nyanyian kidung tersebut akan digunakan. Di mana tempat melakukan kidung, dan bagamiana cara kidung berlangsung.
b. Kehidupan Sosial
1. Manusia Sebagai Mahluk Sosial
Manusia merupakan mahluk sosial, dalam menjalankan kehidupannya manusia senantiasa bergantung pada manusia lainnya. Manusia saling membutuhkan dan harus saling bersosialisasi yang baik dengan manusia lainnya. Pada usia bayi, Ia sudah menjalin hubungan terutama dengan ayah dan ibunya dalam bentuk senyuman, gerakan dan kata- kata. Pada usia 4 tahun, ia mulai berhubungan dengan sebayanya dan melakukan kontak sosial. Pada usia-usia yang selanjutnya Ia terikat dengan norma-norma. Bergaul dengan lingkungan yang semakin luas. Manusia hidup dalam lingkungan sosial.
Kehidupan sehari-hari kita selalu berdapingan dengan masyarakat lain. Pun dengan perilaku kita yang selalu dipengaruhi oleh orang lain. Ketika kita pergi pada suatu tempat, sudah tentu tempat tersebut memiliki norma dan aturan yang ada. Maka kita perlu memahami peraturan dan norma tersebut. Contoh, ketika kita pergi ke kampus, maka kita harus menuruti segala peraturan yang ada di kampus. Misalkan wajib menggunakan sepatu, wajib berpakaian rapih serta wajib menaati peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh kampus tersebut. Oleh karena itu kita harus mematuhi segala peraturan yang ditetapkan kampus.
Selama manusia hidup Ia tidak akan terlepas dari pengaruh masyarakat lainnya.
Seperti halnya di rumah, di sekolah, di kampus, di tempat kerja, bahkan di lingkungan yang lebih luas sekalipun. Manusia selalu di pengaruhi oleh orang lain. Oleh sebab itu manusia dikatakana sebagai mahluk sosial. Yaitu selama manusia hidup, manusia tidak akan bisa hidup sendiri dan selalu berkaitan dengan yang lainnya. Baik dipengaruhi maupun mempengaruhi kehidupan orang lain.
Sejarah mengatakan bahwasanya belum ada manusia yang dapat hidup sendiri.
Hidup sendiri tanpa adanya pergaulan dengan manusia lainnya hanya mungkin terjadi di dongeng belaka. Hal ini tidak mungkin terjadi, sebab dalam diri manusia terdapat hasrat untuk berkumpul dengan sesamanya dalam sebuah kelompok. Yaitu hasrat bermasyarakat.
Manusia dikatakan sebagai mahluk sosial juga dikarenakan dalam diri manusia selalu ada dorongan untuk berhubungan( interaksi) dengan orang lain. Ada kebutuhan sosial untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Manusia juga mempunyai kebutuhan untuk mencari teman dan kawan. Kebutuhan untuk mencari teman, biasnya di latar belakangi adanya kesamaan secara ciri, ataupun mempunyai visi yang sama. Maka tak heran biasanya orang-orang yang cerdas berteman dengan orang yang cerdas juga. Orang yang kaya berteman dengan orang kaya. Begitupun dengan orang yang dianggap di bawah rata-rata juga bergabung dengan orang yang di bawah rata-rata. Hal ini juga yang menjadikan adanya stratifikasi sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
Manusia juga dikatkan sebagai mahluk sosial, karena manusia tidak dapat hidup sebagai manusia tanpa adanya campur tangan dari orang lain. Sejak manusia berada dalam kandungan pun manusia sudah membutuhkan pertolongan orang lain. Saat dalam kandungan, seorang ibu juga membuthkan dokter untuk memeriksa kandungannya.
Setelah itu, pada saat melahirkan pun manusia masih tetap membutuhkan campur tangan orang lain karena manusia tidak dapat melahirkan dengan sendrinya. Setelah bayi itu lahir kemudian bayi juga mebutuhkan pertolongan orang tuanya untuk bisa melanjutkan hidupnya. Belajar untuk merangkak, belajar untuk berjalan, belajar membaca, dan lain sebagainya bahkan hingga besar sekalipun. Sepanjang sejarah belum ada manusia yang dapat hidup sendiri. Berbeda denngan hewan, hewan dapat mengurus hidupnya sendiri,
karena hewan dibekali oleh insting. Insting atau naluri adalah sesuatu yang di bawa sejak lahir yang diperoleh tanpa adanya suatu proses belajar. Pada saat bayi hewan lahir, dalam waktu beberapa hari berikutnya hewan tersebut dapat berdiri tegak dan berjalan mengikuti induknya.
Tanpa bantuan dari orang lain, manusia tidak mungkin bisa hidup. Dengan bantuan orang lain manusia bisa berkomunikasi atau berbicara dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Aristoteles (384-322 SM) seorang ahli filusuf Yunani kuno mengatakan dalam ajarannya, bahwa manusia adalah zoon politicon. Artinya bahwa manusia itu merupakan suatu mahluk yang pada dasarnya selalu ingin bergaul dengan masyarakat. Sikap yang selalu ingin bergaul dengan masyarakat inilah yang kemudian mengatakan bahwa manusia merupakan mahluk sosial6. Adapun yang menyebabkan manusia selalu hidup bermasyarakat antara lalin karena adanya dorongan kesatuan biologis yang terdapat dalam naluri manusia, misalnya
a. Hasrat untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum b. Hasrat untuk membela diri
c. Hasrat untuk mengadakan keturunan
Dalam bukunya Cooley memberi nama looking-glass self untuk melihat seseorang dipengaruhi oleh orang lain. Nama tersebut diberikan oleh Cooley karena ia melihat analogi pembentukan diri seseorang, dengan perilaku orang yang sedang bercermin. Cermin memantulkan apa yang ada di depannya, maka menurut Cooley diri seseorang memantulkan apa yang dirasakannya sebagai tanggapan masyarakat terhadapnya. 7
Cooley berpendapat bahwa untuk membentuk looking glass self terdapat beberapa tahapan. Pertama, seseorang mempunyai prsepsi mengenai pandangan orang lain terhadapnya. Tahap kedua, seseorang mempunyai presepsi pandangan terhadap
6 Herimanto, Winarno. 2011. Ilmu sosial & budaya dasar, jakarta, bumi aksara, hal 44
7 Elly M Setiadi, Kama Abdul Hakam, Ridwan Effendi, 2013, ilmu sosial budaya dasar, Bandung, Kencana hal 68- 69
penampilannya. Tahap ke tiga, seseorang mempunyai presepsi pandangan terhadap apa yang dirasakan sebagai penilaiaan orang lain terhadapnya.
Untuk memahami pendapat Cooley disini akan disajikan sebuah contoh seorang mahasiswa cenderung mendapatkan IP rendah(misalkan IP nya di bawah 2,5) dalam ujian semesternya. Para dosen di kampusnya menganggap bahwa mahasiswa tersebut bodoh. Ia merasa pula bahwa karena Ia dianggap bodoh maka Ia kurang dihargai oleh para dosennya. Misalkan mahasiswa tersbut berpendapat terkadang pendapatnya kurang didengar. Karena merasa kurang dihargai maka mahasiswa tersebut menjadi murung.
Jadi, dalam kasus ini perasaan diri sendiri pada mahasiswa tersebut merupakan cerminan atas penilaiaan dosen tersebut kepada dirinya. Yaitu perasaan yang muncul pada diri seseorang merupakan cerminan dari penilaiaan orang lain terhadapnya( looking glass self). Pada kasus di atas, pelecehan seorang dosen tersebut ada dalam benak mahasiswa dan mempengaruhi pandangan mahasiswa terhadap dirinya sendiri. Terlepas dari soal apakah pandangan seorang dosen memang demikian terhadapnya.
Dapat di simpulkan bahwa manusia dikatakana sebagai mahluk sosial karena beberapa alasan, sebagai berikut
1) Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
2) Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaiaan dari orang lain.
3) Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
4) Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah tengah manusia.
Kata sosial memiliki beragam pengertian. Conyers mengelompokan kata sosial ke dalam 5 pengertian8
1) Kata sosial mengandung pengertian umum dalam kehidupan sehari hari yang berhubungan dengan kegiatan yang bersifat hiburan atau sesuatu yang menyenangkan, misalnya olah raga, rekreasi, dll hal ini juga sering di sebut sebagai kegiatan sosial.
8 Dany Haryanto, Edwi Nugroho, 2011, Pengantar Sosiologi Dasar, jakarta, prestasi pustaka hal 139-140
2) Kata sosial juga diartikan sebagai lawan kata individual. Dalam hal ini kata sosial memiliki arti sebagai suatu perkumpulan orang atau grup, atau suatu kolektif seperti halnya masyarakat, warga atau komunitas.
3) Kata sosial sebagai istilah yang melibatkan manusia sebagai lawan dari pengertian benda atau binatang. Pembangunan sosial berkaitan dengan pembangunan kualitas manusia, yang berbeda dengan pembangunan fisik atau pembangunan infrastruktur. Seperti, pembangunan gedung, jalan jembatan dan tempat umum lainnya yang digunakan bersama oleh masyarakat.
4) Kata sosial sebagai lawan kata ekonomi. Dalam pengertian ini kata sosial berkonotasi sebagai aktivitas-aktivitas masyarakat, atau organisasi yang bersifat volunter, swakarsa swadaya, yang tidak berorientasi mencari keuntungan finansial. Organisasi sosial seperti karang taruna, PKK adalah organisasi yang menyelenggarakan berbagai kegiatan yang tidak mencari keuntungan yang berupa uang. Ini berbeda dengan organisasi ekonomi, seperti perusahaan, perseroan terbatas(PT) atau Bank yang tentunya kegiatan-kegiatannya bertujuan untuk mencari keuntungan ekonomi.
5) Kata sosial berkaitan dengan hak asasi manusia, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Misalnya, setiap orang memiliki hak asasi dan hak sosial.
Seperti kesamaan hak dalam memperoleh pendidikan, pekerjaan, rumah, kebebasan dalam menyatakan pendapat, atau berpartisipasi dalam pembangunan.
2. Interaksi Sosial
a. Pengertian Interaksi Sosial.
Hubungan antara manusia yang satu dengan manusia lainnya, atau relasi sosial sangat menentukan struktur yang ada di dalam suatu masyarakat tertentu. Hubungan ini diwujudkan dalam bentuk komunikasi, sehingga komunikasi menjadi salah satu cara dalam eksistensi masyarakat. Hubungan anatara manusia yang satu dengan yang lainnya baik dalam perorangan dengan perorangan, perorangan dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok, menjadi sumber dinamika perubahan dan perkembangan sosial.
Manusia berinteraksi dengan sesamanya akan menghasilkan suatu pergaulan hidup dalam suatu kelompok. Pergaulan yang demikian baru akan terjadi apabila manusia baik perorangan dengan perorangan, perorangan dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok sudah melakuan kerjasama yang baik, saling berbicara dan sebagainya.
Untuk mencapai tujuan bersama mengadakan persaingan, pertikaiaan, dan lain-lain.
Dapat dikatakan bahwa interaksi sosial merupakan proses-proses sosial, yang menunjukan pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis.
Interaksi sosial merupakan syarat utama dalam kehidupan sosial, interaksi sosial juga merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan yang dinamis yang menyangkut orang perorangan dengan sekelompok manusia. Apabila ada 2 orang yang bertemu saat itulah terjadi interaksi sosial. karena kedua orang tersebut akan saling menegur, berjabat tangan, atau bahkan mungkin berkelahi sekalipun. Aktivitas-aktivitas yang demikian merupakan bentuk interaksi sosial.
Interaksi sosial adalah proses berkomunikasi dimana seseorang akan memengaruhi pikiran dan tindakan orang lain. Seperti yang telah kita ketahui bahwa dalam hidup manusia, manusia tidak akan lepas dari berhubungan atau berkomunikasi dengan yang lainnya. Ada beberapa pengertian interaksi sosial yang ada di lingkungan masyarakat, diantaranya.9
1) H Booner dalam bukunya, social psychology, memberikan rumusan interaksi sosial, bahwa:” Interaksi sosial adalah hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.”
2) Gillin and Gillin (1954) interaksi sosial adalah hubungan-hubungan antara orang- orang individual, kelompok orang, dan orang perorangan dengan kelompok.
3) Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik, antara kelompok dengan kelompok, individu dengan individu, antara individu dengan kelompok.
9 Elly M Setiadi, Kama Abdul Hakam, Ridwan Effendi, 2013, ilmu sosial budaya dasar, Bandung, Kencana hal 96
Interaksi sosial bersifat sosial dan bukan personal. Sebab pada akhirnya dibutuhkan adanya dua orang atau lebih. Di dalam suatu interaksi, terdapat proses yang tetap daripada saling menyesuaikan terhadap kegiatan atau aksi dan tingkah laku yang mendahului.
Douglas Oliver mengatakan, Interaksi terjadi apabila ada hubungan penyesuaiaan tingkah laku antar pihak. Suatu kelompok ataupun masyarakat tidak akan dapat mempertahankan interaksi tanpa adanya penyesuaiaan.10
Interaksi sosial merupakan faktor utama dalam kehidupan sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis. Yang menyangkut hubungan timbal balik antar individu, antara kelompok manusia, mupun antara orang dengan kelompok manusia. Bentuk interaksi sosial adalah akomodasi, kerja sama, persaingan, dan pertikaiaan.
Interkasi sosial dapat terjadi dalam sistuasi situasi permusuhan atau persahabatan.
Bisa dengan tutur kata, jabat tangan, bahasa isyarat, ataupun tanpa melakukan kontak fisik sekalipun. Dapat dikatakan suatu interaksi apabila adanya suatu reaksi dari ke dua belah pihak.
Ciri ciri interaksi sosial adalah sebagai berikut.
a. Pelakunya lebih dari satu orang
b. Adanya komunikasi antara individu dalam kontak sosial
c. Mempunyai maksud dan tujuan, terlepas apakah masing-masing orang mempunyai tujuan yang sama atau justru malah sebaliknya.
d. Ada dimensi waktu yang menentukan sikap aksi yang sedang berlangsung.
b. Faktor Faktor Terjadinya Interaksi Sosial 1) Faktor Imitasi
Imitasi merupakan suatu kegiatan meniru. Meniru orang lain untuk berperilaku seperti orang tersebut maupun meniru dalam bentuk fisik agar terlihat sama dengan orang yang kita pilih. Imitasi mempunyai peranan penting dalam
10 Dany Haryanto, Edwi Nugroho, 2011, Pengantar Sosiologi Dasar, jakarta, prestasi pustaka hal 218
proses interaksi sosial. Contoh, seorang anak mempunyai suatu aktor yang diidolakan. Aktor yag diidolakan tersebut biasa menggunakan aksesoris celana pendek. Anak tersebut meniru gaya aktor yang diidolakan tersebut dengan menggunakan celana pendek, hal ini merupakan contoh dari kegiatan imitasi.
Salah satu segi fositifnya adalah bahwa imitasi dapat membawa seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku. Faktor imitasi ini telah diuraikan oleh Gabriel Tarde, Ia berpendapat bahwa seluruh kehidupan sosial itu sebenarnya berdasarkan pada faktor imitasi saja.
2) Faktor sugesti
Yang di maksud sugesti di sini adalah pengaruh psikis, baik yang datang dari individu itu sendiri maupun yang datang dari luar faktor dirinya yaitu orang lain. Pada umumnya diterima tanpa adanya daya kritik. Dalam psikologi sugesti di bedakan menjadi 2
a. Autosugesti, yaitu sugesti terhadap diri sendiri yang datang dari dirinya sendiri
b. Heterosugesti, yaitu sugesti yang datang dari orang lain.
Arti imitasi dan sugesti dalam hubungannya dengan interaksi sosial adalah hampir sama. Bedanya dalam imitasi orang yang satu mengikuti salah satu darinya. Sedangkan pada sugesti seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang lain diluarnya. Dalam ilmu jiwa sosial, sugesti dapat dirumuskan sebagai suatu proses dimana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa dikritik terlebih dahulu.
3) Faktor identifikasi
Identifikasi menurut psikologi merupan dorongan untuk menjadi identik dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun bathiniyah. Dalam hal ini dapat kita ketahui bahwa hubungan sosial yang berlangsung pada identifikasi
merupakan hubungan yang lebih mendalam dari pada hubungan yang merupakan hasil dari proses imitasi dan sugesti.
4) Faktor Simpati
Simpati adalah perasaan tertariknya seseorang terhadap orang yang lain.
Simpati biasanya timbul dengan sendirinya bahkan terkadang tanpa ada alasan yang logis dan rasional. Simpati biasanya muncul berdasarkan penilaiaan perasaan seperti juga identifikasi. Bahkan tanpa adanya hal apapun seseorang bisa langsung merasa tertarik dengan orang lain. Dengan sendirinya orang tersebut tertarik karena keseluruhan cara-cara tingkah laku menarik lainnya.
c. Syarat Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Menurut Gillin Syarat syarat terjadinya interaksi sosial ada 2 yaitu 1. Adanya kontak sosial
Kata kontak berasal dari bahasa latin con yang artinya bersama-sama dan tanga yang berarti menyentuh. Jadi secara bahasa kontak berarti “bersama-sama menyentuh”.
Sebagai gejala sosial kontak yang diartikan disini bukan hanya kontak saling menyentuh saja. Seseorang dapat menjalin hubungan dengan orang lain tanpa harus terjadi adanya kontak fisik. Misalnya orang yang berbicara melalui telepon, berkirim kabar melalui surat dan lain sebagainya.
Kontak sosial mempunyai 2 sifat. Ada yang bersifat positif ada juga yang bersifat negatif. Kontak sosial yang bersifat positif dapat mengarah pada terjalinnya suatu hubungan yang baik, seperti halnya tercipta kerukunan, saling tolong menolong, bekerja sama dan lain sebagainya. Sedangkan kontak sosial yang bersifat negatif, dapat menjadikan seseorang mengarah pada suatu pertentangan bahkan keributan. Dan lebih parahnya lagi dari keibutan tersebut juga bisa berdampak pada kedua belah pihak untuk saling diam, dengan demikian tidak terjadi interaksi sosial sekalipun.
2. Adanya komunikasi
Seseorang memberikan tafsiran atau tangggapan atas apa yang telah diucapka oleh orang lain, dalam bentuk pembicaraan, gerak badan atau sikap-sikap tertentu seperti
bahasa wajah dan lain sebagainya. Misalnya seorang anggota pramuka yang pada saat itu tersesat di tengah kegelapan malam, pada hutan belantara yang sepi. Kemudian dia menyalakan lampu SOS sebagai wujud permintaan tolongnya. Apabila yang melihat lampu tersebut anak pramuka juga, Ia akan faham bahwa tanda SOS adalah tanda meminta bantuan. Ia akan memabantu teman tersebut dengan mencari sumber senter tersebut. Namuan, yang lebih bahayanya apabila yang melihat senter SOS tersebut adalah orang biasa yang tidak paham akan isyarat tersebut, bisa saja orang tersebut hanya menganggap lampu biasa.
Dari kejadian tersebut dapat disimpulkan bahwa, komunikasi merupakan proses penyampaiaan pesan dari satu pihak ke pihak yang lain. Hingga terjadi pengertian dan pemahaman yang bersama. Dalam komuikasi terdapat 2 pihak yang terlibat, yang memberikan pesan disebut komunikator dan pihak yang menerima pesan disebut komunikasi.
Selain itu kontak sosial dapat terjadi dalam 3 bentuk
a) Antara orang perorangan, misalnya sorang siswa baru dalam suatu sekolah mencoba mempelajari kebiasaan dan peraturan di dalam kelasnya. Proses yang demikian terjadi melalui sosialisasi, yaitu suatu proses dimana siswa(anggota) sekolah baru baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai peraturan di sekolah barunya.
b) Antara orang perorangan dengan suatu kelompok atau sebaliknya.
c) Antara kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya. Misalnya 2 kelompok politik yang saling bergabung dan bekerjasama untuk mengalahkan lawan partai politik ketiga di dalam pemilihan umum.
Terjadinya suatu kontak sosial tidaklah semata-mata tergantung dari tindakan.
Akan tetapi juga tanggapan terhadap tindakan tersebut. Kontak sosial dapat pula bersifat primer dan sekunder. Kontak sosial dikatakan primer apabila terjadinya kontak secara langsung secara tatap muka. Seperti halnya berjabat tangan, saling tersenyum, dan lain sebagainya. Sedangkan kontak sekunder yaitu suatu kontak sosial yang membutuhkan perantara.
d. Bentuk bentuk interaksi sosial
Ada beberapa bentuk interksi sosial, di antaranya berupa kerjasama, persaingan, bahkan dapat juga berbentuk pertentangan. Gillin dan Gillin berpendapat terdapat 2 proses interaksi sosial diantaranya proses asosiatif dan proses disasosiatif. Proses asosiatif terbagi dalam 3 bentuk yaitu, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi. Proses disasosiatif mencakup persaingan yang meliputu kontroversi dan pertentangan pertikaiaan.
1. Bentuk interaksi Asosiatif 1) Kerjasama
Kerjasama yang dimaksud di sini adalah suatu pekerjaan yang dikerjakan secara bersamaan. Dikerjakan oleh individu maupun kelompok karena keduanya mempunyai visi yang sama. Kerjasama akan timbul karena adanya orientasi individu terhadap kelompoknya dan kelompok lainnya. Menurut Charles H Cooley
“Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang sama mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut, kesadaran akan kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama berguna”.
Ada lima bentuk kerja sama diantaranya
1) Kerukunan (harmony) yang mencakup dengan kerukunan diantaranya gotong royong dan tolong menolong.
2) Tawar menawar ( bargaining) yaitu kegiatan perjanjian pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi
3) Ko-optasi( Cooptation) yaitu suatu proses belajar menerima terhadap sesuatu yang baru. Dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik, dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari dari keadaan yang menggoncangkan. Kegoncangan pada masa transisi kepemimpinan serta dalam stabilisasi organisasi yang bersangkutan.
4) Koalisi (Coalition), yaitu suatu percampuran antara 2 organisasi atau lebih. Keduanya mempunyai tujuan yang sama. Koalisi dapat menjadikan suatu keadaan yang kurang kondusif, dalam waktu-waktu pertama penggabungan 2 organisasi tersebut karena keduanya mempunyai struktur yang berbeda, sehingga perlu adanya waktu untuk menyamakan presepsi dari kedua organisasi tersebut.
5) Kemitraan (joint venture) yaitu suatu kerjasama antara perusahaan dalam proyek- proyek tertentu. Misalnya kerjasama anatar traktor dan yang menyediakan bahan- bahan bangunan untuk membangun sebuah gedung.
2) Akomodasi
Kata akomodasi mempunyai 2 fungsi. Fungsi pertama kata akomodasi diartikan sebagai suatu tempat. Kedua akomodasi diartikan sebagai suatu proses. Akomodasi yang menunjukan pada suatu tempat berarti adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara individu dengan kelompok sehubungan dengan norma dan nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Sebagai suatu proses akomodasi menunjuk pada usaha-usaha untuk meredakan pertentangan agar mencapai kesetabilan. Akomodasi juga mempunyai tujuan diantaranya
a. Untuk mengurangi pertentangan suatu kelompok dengan individu, individu dengan individu,serta kelompok dengan kelompok karena adanya suatu pemahaman yang bertentangan.
b. Untuk mencegah terjadinya suatu klimaks pertentangan dalam suatu waktu
c. Akomodasi kadang-kadang dimungkinkan untuk kerja sama antar kelompok yang hidup terpisah, sebagai akibat dari bekerjanya faktor-faktor sosial, psikologis dan kebudayaan.
d. Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok yang terpisah.
3) Asimilasi
Asimilasi adalah usaha-usaha untuk meredakan perbedaan antar individu atau antar kelompok. Guna mencapai satu kesepakatan berdasarkan kepentingan dan tujuan- tujuan bersama. Menurut Koentjaraningrat, prosedur asimilasi akan timbul bila ada
kelompok-kelompok yang mempunyai perbedaan kebudayaan. Kemudian, individu- individu dalam kelompok tersebut berinteraksi secara langsung secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama, sehingga kebudayaan masing-masing kelompok berubah dan menyesuaikan diri.
Faktor-faktor yang mempermudah asimilasi 1. Toleransi
2. Keadaan ekonomi yang seimbang
3. Sikap menghargai orang asing dan kebudayaan yang di bawanya 4. Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa pada masyarakat 5. Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
6. Perwakilan campuran
7. Adanya musyawarah bersam.
Faktor yang menghalangi asimilasi
1. Kehidupan masyarakat tertentu dalam masyarakat yang terisolasi 2. Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang di hadapi 3. Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan
4. Perasaan bahwa kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih superior dari kelompok yang lainnya.
5. Dalam batas-batas tertentu, perbedaan warna kulit, atau perbedaan ciri fisik lainnya dapat pula menjadi penghalang terjadinya asimilasi
6. Adanya in group felling yang kuat
7. Apabila golongan yang minoritas mengalami gangguan golongan yang berkuasa.
8. Kebedaan kepentingan dan pertentangan pribadi.
2. Bentuk Interaksi Disasosiatif 1. Kontravensi
Yaitu suatu gejala-gejala ketidak puasan terhadap diri seseorang atau suatu rencana, kontroversi ditandai dengan adanya ketidakpastian dalam diri seseorang. Juga diselimuti perasaan yang tidak suka, serta kebencian terhadap perilaku orang lain. Akan tetapi gejala-gela ketidak sukaan dan kebencian tersebut hanya sekedar dalam hati saja
tanpa diwujudkan dalam bentuk pertentangan dan pertikaiaan. Kontrovensi mencakup 5 sub proses diantaraya, proses umum, bentuk yang sederhana,bentuk yang intensif, bersifat rahasia, bersifat taktis.
2. Pertentangan (conflict)
Pertentangan merupakan suatu bentuk interaksi individu atau kelompok sosial yang berusaha untuk mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lain disertai dengan ancaman atau kekerasan. Pertentangan terjadi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, perbedaan antar individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan dan perubahan sosial.
Pertentangan memiliki bentuk-benuk yang khusus diantaranya a. Pertentangan pribadi, yaitu suatu pertentangan antar individu
b. Pertentangan rasional, yaitu suatu pertentangan yang timbul karena adanya perbedaan ras.
c. Pertentangan kelas sosial, yaitu suatu pertentangan yang di sebabkan oleh perbedaan kepentingan antara kelas sosial.
d. Pertentangan politik, yaitu suatu pertentangan yang biasanya terjadi pada partai- partai politik. Pertentangan politik biasanya terjadi saat musim pemilu dimana partai-partai politik saling berusaha untuk mendapatkan kekuasaan.
Teori Interaksionisme Simbolik.
1. Dalam setiap masyarakat pasti terdapat individu individu yang saling berinteraksi satu sama lain.
2. Interaksi digunakan dengan menggunakan simbol simbol. Simbol simbol yang digunakan dalam interaksi berupa bahasa, budaya, tradisi, tanda-tanda dan sebagainya.
3. Makna-makna simbol yang digunakan dalam interaksi, merupakan suatu makna yang sudah disepakati bersama dalam suatu masyarakat.
3. Stratifikasi Sosial 1. Pengertian stratifikasi sosial
Stratifikasi juga dikatakan sebagai lapisan-lapisan sosial dalam suatu masyarakat.
Ini merupakan suatu pembedaan masyarakat yang membaginya dalam beberapa tingkatan kelas. Sistem lapisan sosial dapat terjadi dengan sendirinya namun ada juga sebuah rekayasa yang di ciptakan untuk mencapai pada suatu tujuan bersama.
Ketika dalam suatu masyarakat masih memiliki sesuatu untuk dihargai, maka hal- hal demikianlah yang menjadikan cikal bakal terbentuknya suatu kelas sosial. Sesuatu yang dihargai oleh masyarakat dapat berupa berbagai macam seperti halnya, uang, benda- benda yang bernilai ekonomis, tanah, kekuasaan, jabatan, ilmu pengetahuan, kesalehan dalam beragama bahkan juga keturunan yang terhormat.
Perbedaan lapisan sosial, merupakan gejala universal yang ada dalam setiap masyarakat. Kedudukan seseorang dalam suatu masyarakat menjadi bahasan pokok dalam permasalahan stratifikasi sosial.
Ada beberapa hal yang menjadikan dasar adanya suatu stratifikasi sosial. Ukuran- ukuran yang di pakai untuk menggolongkan suatu masyarakat dalam lapisan-lapisan yang ada di masyarakat adalah
a. Ukuran kekayaan b. Ukuran kekuasaan c. Ukuran kehormatan
d. Ukuran ilmu pengetahuan.
Dalam kaitannya dengan stratifikasi sosial Max Weber menjelaskan stratifikasi sosial dalam tiga dimensi. pertama dimensi kekayaan, kedua dimensi kekuasaan ketiga dimensi prestise. Ketiga dimensi dari Weber dianggap lebih layak dan komprehensip di banding dengan yang di kemukakan oleh Karl Mark. Dalam pendahuluannya Karl Mark hanya melihat stratifikasi dari sudut pandang ekonomi saja. Dimensi-dimensi di atas akan membentuk formasi sosial tersendiri. Dimensi kekayaan akan membentuk formasi sosial yang di sebut kelas. Dimensi kekuasaan akan membentuk partai. Dimensi prestise akan membentuk status.11
Kurt B. Meyer berpendapat, istilah kelas hanya digunakan untuk lapisan yang bersandarkan unsur-unsur ekonomis. Sedangkan suatu lapisan yang disandarkan
11 Elly M Setiadi, Kama Abdul Hakam, Ridwan Effendi, 2013, ilmu sosial budaya dasar, Bandung, Kencana hal 104-105
berdasarkan kehormatan sosial dinamakan kelompok kedudukan(status group). Adanya suatu kelas dengan kedudukan sosial perlu dibedakan. Hal ini juga ditanggapi oleh Max Weber, dalam hal ini Max Weber memang membedakan antara kelas dan kedudukan sosial namun dalam istilahnya Max Weber masih tetap menggunakan kelas.
Adanya suatu kelas yang bersifat ekonomis, dibagi dalam kelas yang bersandarkan atas pemilikan tanah dan benda-benda. Serta kelas yang bergerak dalam bidang ekonomi menggunakan kriteria kecakapan. Di samping itu, Max Weber masih menyebutkan adanya golongan yang mendapat kehormatan khusus dari masyarakat hal ini dinamakan dengan stand.
Joseph Schumpeter mengatakan bahwa terbentuknya kelas dalam masyarakat diperlukan, untuk menyeseuaikan masyarakat dengan keperluan-keperluan yang nyata.
Akan tetapi makna kelas dan gejala-gejala kemasyarakatan lainnya hanya dapat dimengerti dengan benar apabila diketahui kronologis terjadinya.
Dalam praktiknya, situasi kelas akan ditentukan oleh situasi pasar. Proses pertukaran dalam pasar dapat menciptakan suatu kehidupan tertentu bagi mereka yang mempunyai material tertentu. Distribusi pemilikan material yang berbeda dalam tatanan ekonomi menjadikan orang-orang yang tidak memiliki material tidak dapat berpartisipasi dalam proses pertukaran dengan orang-orang yang memiliki material. Hal ini juga menjadikan suatu barang tertentu bersifat dinamis dan statis serta menjadikan suatu barang yang bernilai eksklusif. Suatu barang yang bernilai eksklusif tersebut disediakan di pasar dengan harga yang relatif mahal, sehingga besar kemungkinan yang akan memiliki barang tersebut pun merupakan orang-orang yang memiliki kepemilikan yang besar.
Jika dalam suatu kelas yang menjadi bahasan penting adalah keadaan pertukaran di pasar, maka dalam suatu kedudukan sosial yang menjadi pembahasan pokoknya yaitu suatu kehormatan yang di capai. Dan dalam partai yang menjadi pokok pembahasannya adalah suatu pencapaiaan kekuasaan sosial.
Ada beberapa pengertian kelas yang jika ditinjau lebih mendalam, maka akan di jumpai beberapa kriteria tradisonal, yaitu:
a. Besar atau ukuran jumlah anggotanya
b. Kebudayaan yang sama, menentukan hak-hak dan kewajiban kewajiban warganya.
c. Kelanggengan
d. Tanda atau lambang yang menjadi suatu tanda atau ciri khas
e. Batasan-batasan yang tegas, ( batasan yang tegas bagi kelompok itu terhadap kelompok yang lainnya)
f. Antagonisme tertentu.
2. Unsur-Unsur Lapisan Sosial 1. Kedudukan
Kedudukan mempunyai 2 arti. Secara abstrak kedudukan merupakan suatu tempat seseorang dalam suatu pola tertentu. Seseorang dapat mempunyai kedudukan tertentu apabila orang tersebut ikut serta dalam berbagai pola-pola kehidupan. Pengertian tersebut menunjukan tempat, sehubungan dengan kerangka masyrakat secara menyeluruh.
Apabila suatu kedudukan di pisahkan dari individu yang memiliki kekuasaan tersebut, maka kekuasaan hanyalah sekumpulan hak dan kewajiban. Oleh karenanya hak dan kewajiban hanya akan menjadi suatu hak dan kewajiban melalui perantara individu yang menjalannya.
Masyarakat pada umumnya mengenal 2 kedudukan, yakni kedudukan asali, dan kedudukan prestasi.
Kedudukan asali merupakan suatu kedudukan seseorang dalam suatu masyarakat tanpa memperhatiakan perbedaan rohaniah dan jasmaniah. Kedudukan tersebut di peroleh karena kelahiran.
Kedua kedudukan prestasi, yaitu suatu kedudukan yang diperoleh karena adanya suatu prestasi yang di capainya. Kedudukan prestasi bukanlah suatu kedudukan yang diperoleh berdasarkan proses kelahiran. Namun, kedudukan prestasi diperoleh melalui suatu usaha sendiri. Kedudukan tersebut juga dapat diraih tergantung pada kemampuan mengejar serta mencapai tujuannya.
Namun, terkadang suatu kedudukan juga terbagi pada satu macam lagi, yaitu suatu kedudukan yang di berikan (assigned status).
2. Peranan
Peranan, merupakan aspek dinamis dari kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan peranannya. Ada 3 hal yang mencakup peranan, diantaranya
a. Peranan meliputi norma, norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam hal ini merupakan rangkaiaan- rangkaian peraturan yang akan mengatur hidupnya seseorang dalam suatu kehidupan bermasyarakat
b. Peranan adalah suatu konsep dari apa yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur masyarakat.
Pembahasan aneka peranan yang melekat pada individu masyarakat sangat penting karena
a. Peranan tertentu harus dilakukan apabila struktur masyarakat tertentu hendak dipertahankan kelangsungannya.
b. Peranan seharusnya diletakan pada individu individu yang dianggap mampu oleh masyarakat untuk melaksanakan peranan tersebut. Individu individu tersebut harus individu yang sudah terlatih dan siap melaksanakan peranan tersebut.
c. Dalam masyarakat kadang-kadang dijumpai individu tak mampu melaksanakan peranannya, seperti yang diharapkan masyarakat. karena dalam pelaksanaannya, ia keberatan mengorbankan kepentingan-kepentingan pribadinya.
d. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya, belum tentu masyarakat akan memberi peluang yang seimbang. Seringkali masyarakatlah yang sering membatasi peluang individu.