• Tidak ada hasil yang ditemukan

Scientific News Magazine Edisi September 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Scientific News Magazine Edisi September 2016"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

E-ISSN: 2528-3049 1

Smart City, Smart Campus, dan Jalan Bagi Universitas Udayana

untuk Mewujudkannya

I Putu Agus Eka Pratama, S.T., M.T.

Jurusan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Udayana

Email: eka.pratama@unud.ac.id

Pendahuluan

Saat ini, di berbagai kota dan daerah di dunia (termasuk juga di sejumlah kota dan daerah di Indonesia), Smart City menjadi sebuah konsep, gerakan, sekaligus salah satu topik perbincangan yang begitu ramai dibicarakan dan diimplementasikan pada berbagai bidang kehidupan. Melihat ke belakang, istilah Smart City sejatinya pertama kali dikemukakan oleh Samuel Palmisano dari IBM di tahun 2008, melalui konsep yang disebut dengan Smarter Planet [1]. Konsep Smarter Planet sendiri merupakan sebuah konsep untuk menjadikan dunia ini (Planet Bumi) menjadi lebih pintar di dalam menyikapi berbagai permasalahan yang terjadi serta pengelolaan potensi-potensi yang ada, berbasiskan kepada teknologi informasi, dengan disertai peran dari pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat. Tentunya, konsep Smarter Planet tidak akan berjalan apabila setiap kota dan daerah di dunia ini, tidak menjadi Smart City atau kota pintar.

Smart City atau kota pintar, merupakan sebuah konsep pada suatu kota untuk menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh kota bersangkutan, sekaligus mengelola potensi-potensi yang dimiliki oleh kota tersebut, dengan berbasiskan kepada teknologi informasi. Tujuan dari Smart City adalah untuk mewujudkan kondisi kota yang aman, nyaman, serta memiliki kekuatan ekonomi dan daya saing. Seiring dengan berjalannya konsep Smart City dan konsep awal berupa Smarter Planet, serta makin luasnya cakupan bidang dari Smart City, maka Smart City tidak lagi terbatas hanya pada suatu kota (City) saja, tapi juga pada bentuk tatanan hirarki suatu daerah atau geografis. Misalkan saja ruang lingkup negara, propinsi, pulau, desa, maupun pada sekolah dan perguruan tinggi.

Highlight

Konsep Smart City telah banyak diterapkan di berbagai kota dan daerah di dunia, termasuk juga di Indonesia. Salah satu bidang dari Smart City adalah pada perguruan tinggi berupa Smart Campus. Universitas Udayana sebagai salah satu perguruan tinggi terbaik di Bali dan Indonesia, sejatinya memiliki jalan untuk mewujudkan Smart Campus, sekaligus memberikan kontribusi nyata kepada Bali dan Indonesia yang tengah mewujudkan Smart City di berbagai bidang. Tulisan ini menguraikan tentang Smart City dan Smart Campus, serta upaya yang dapat dilakukan oleh Universitas Udayana untuk mewujudkannya.

Kata kunci : Smart City, Smart Campus, Universitas Udayana

(2)

E-ISSN: 2528-3049 2 Uraian Isi

Kembali mengenai Smart City, pertanyaan mendasarnya adalah apa saja yang menjadi kriteria dari suatu kota atau daerah dapat dikatakan Smart (pintar)? Setidaknya, untuk dapat dikatakan Smart, maka sebuah kota atau daerah, hendaknya dapat melakukan tiga hal berikut:

1 Dapat mengetahui kondisi dan keadaan kota atau daerah melalui proses pemindaian (Sensing) berbasiskan teknologi informasi.

2 Mampu memahami kondisi dan keadaan kota secara lebih jauh (Understanding) dengan melibatkan peran dari Human Brain (Brainware), yang dalam hal ini mencakup pemerintah setempat, masyarakat, swasta, dan institusi pendidikan (akademisi).

3 Mampu melakukan tindakan atau aksi nyata terhadap permasalahan yang dihadapi (Action), yang melibatkan keempat elemen tersebut (pemerintah, masyarakat, swasta, institusi pendidikan) secara kompak.

Sejalan dengan hal ini, Rudolf Giffinger, di dalam salah satu tulisannya mengenai Smart City pada sejumlah kota besar di Eropa, membagi Smart City ke dalam enam buah karakteristik utama. Keenam buah karakteristik ini menjadi dimensi sekaligus menggambarkan kemampuan kota bersangkutan di dalam mengelola potensi yang ada maupun menyelesaikan permasalahan yang terjadi atau dialami. Adapun keenam buah karakteristik tersebut, meliputi:

1 Smart Economy

Kota diharapkan dapat menjadi tempat berlangsungnya kegiatan ekonomi yang berkelanjutan. Hal ini dapat diwujudkan melalui adanya produktivitas yang tinggi, yang diikuti dengan semangat untuk melakukan inovasi. Misalkan dengan adanya industri kreaktif, industri digital, kewirausahaan (enterpreneurship), didukung dengan infrastruktur dan regulasi.

2 Smart Mobility

Kota diharapkan mampu mewujudkan penyediaan infrastruktur, sistem, dan layanan transportasi (darat, air, udara) yang aman, nyaman, dan inovatif, yang mendukung proses mobilitas masyarakat. Intelligent Transportation System (ITS) merupakan salah satu konsep pemanfaatan teknologi informasi untuk mewujudkan Smart Mobility pada bidang transportasi.

3 Smart Environment

Kota diharapkan dapat mewujudkan pemanfaatan teknologi informasi yang ramah lingkungan, sehingga mampu mewujudkan lingkungan yang aman, nyaman, lestari, sehat, bersahabat bagi masyarakat dan makhluk hidup lainnya, serta memiliki keberlangsungan hidup (Sustainalibility) yang tinggi. Konsep dan implementasi berupa Green Computing dan Smart Grid, bertujuan untuk membantu mewujudkan Smart Environment.

4 Smart People

Kota diharapkan tidak hanya mampu mewujudkan sistem yang Smart (dengan berbasiskan kepada teknologi informasi), tapi juga masyarakat yang Smart. Masyarakat pada kota bersangkutan diharapkan mampu berperan aktif di dalam mewujudkan, menjaga, serta mengembangkan Smart City. Masyarakat pada

(3)

E-ISSN: 2528-3049 3

tipe ini memiliki jiwa dan semangat kreaktifitas yang tinggi, yang diikuti dengan toleransi, ramah, serta memiliki pikiran yang terbuka (Open Mind).

5 Smart Living

Kota diharapkan dapat mewujudkan proses kehidupan yang lebih baik (berbasiskan kepada teknologi informasi), yang mencakup kualitas hidup masyarakat (Quality Of Life) dan budaya (Culture) yang telah berjalan di masyarakat. Untuk mewujudkan karakteristik ini, dapat dilakukan melalui penyediaan dukungan infrastruktur (listrik, internet, jalan raya), penanganan masalah di masyarakat (sosial, kesehatan, lingkungan), serta pelestarian budaya, dengan memanfaatkan teknologi informasi.

6 Smart Governance

Kota diharapkan memiliki tata kelola yang baik untuk mewujudkan Smart City, yang mana dalam hal ini memerlukan kerja sama yang baik antara pemerintah (sebagai pemegang kewenangan) dan masyarakat. Transparansi jalannya pemerintahan, keterbukaan, dukungan masyarakat terhadap pemerintah yang berjalan, serta partisipasi aktif dari masyarakat dan pemerintah, menjadi kunci utama untuk mewujudkan Smart Governance.

Suatu kota dapat memiliki dan mewujudkan satu, beberapa, maupun keenam buah karakteristik Smart City yang telah disebutkan oleh Giffinger di atas. Dari keenam buah karakteristik tersebut, terlihat bahwa untuk mewujudkan Smart City pada suatu kota, diperlukan adanya kerja sama yang baik antara pemerintah, masyarakat, institusi pendidikan, dan pihak swasta, yang diikuti dengan kerja keras dan keinginan bersama untuk mewujudkan Smart City.

Smart City harus memiliki dukungan yang baik dan kuat dari sisi infrastruktur, teknologi, tata kelola, kebijakan, hingga Sumber Daya Manusia (SDM). Smart City menghubungkan kompleksitas dari semua keilmuan yang ada. Smart City tidak cukup hanya menghandalkan teknologi semata, meskipun jika diuraikan lebih lanjut, terdapat sejumlah konsep dan terapan teknologi, antara lain Cloud Computing, Internet of Things (IOT), Intelligent Transportation System, Augmented Reality, dan sebagainya [3], yang diperlukan di dalam mewujudkan Smart City. Di samping membutuhkan SDM yang handal di bidang teknologi-teknologi tersebut, dibutuhkan juga adanya SDM yang handal di bidang ilmu lainnya yang dapat saling berhubungan satu sama lain.

Smart Campus merupakan salah satu bidang implementasi dari Smart City pada lingkungan perguruan tinggi (Campus). Isham Shahrour dari Polytech'Lille France, menyatakan bahwa Smart Campus muncul sebagai respon dari keterkaitan antara sebuah kota (City) dengan sebuah institusi pendidikan berupa perguruan tinggi (Campus) [4]. Setidaknya, setiap kota besar di dunia pasti memiliki sebuah perguruan tinggi. Selain itu, keberadaan sebuah kampus pada suatu daerah, secara tidak langsung akan membentuk tatanan sebuah kota, meskipun sebuah kota kecil (Town), yang meliputi pemukiman civitas akademik (mahasiswa, dosen, pegawai), masyarakat setempat, pemerintahan, dan swasta. Hal ini akan berhubungan dengan tata ruang, sanitasi, interaksi sosial, dan lainnya, yang umum terjadi pada suatu kota.

(4)

E-ISSN: 2528-3049 4

Johannes Schoning dari Hasselt University Belgia, melengkapi pendapat dari Isham Shahrour dengan penambahan bahwa sebuah perguruan tinggi (Campus) akan membentuk masyarakatnya sendiri (Citizen). Sehingga diharapkan, sebuah perguruan tinggi yang baik akan menghasilkan masyarakat yang baik pula. Demikian pula halnya dengan implementasi Smart Campus, diharapkan dapat mewujudkan Smart Citizen. Smart Citizen adalah salah satu modal untuk mewujudkan Smart City, sehingga dapat dikatakan bahwa Smart Campus merupakan ruang inkubator di dalam mewujudkan Smart City pada suatu kota atau daerah [5].

Universitas Udayana merupakan salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia, sekaligus menjadi salah satu yang terbaik di Propinsi Bali. Propinsi Bali sendiri, melalui ibukota propinsi (Kota Denpasar) maupun sejumlah daerah lainnya (Kabupaten Badung, Jembrana, Buleleng, Gianyar, dan lainnya), telah mulai merencanakan konsep dan implementasi Smart City pada satu atau beberapa buah bidang, sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerah bersangkutan maupun sebagai solusi terhadap masalah yang dihadapi oleh daerah tersebut.

Sebagai salah satu wujud dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, maka sudah sepantasnyalah apabila perguruan tinggi (dalam hal ini Universitas Udayana) berperan aktif ke masyarakat, antara lain kepada Propinsi Bali maupun daerah-daerah lainnya di Bali. Wujud peran aktif ini, dapat dilakukan melalui implementasi Smart Campus pada Universitas Udayana, yang diharapkan dapat menciptakan Smart Citizen akademisi Universitas Udayana, yang meliputi dosen, mahasiswa, alumni, dan pegawai. Dengan beragam disiplin ilmu yang ada pada Universitas Udayana (melalui fakultas yang dimilikinya) serta kemampuan SDM yang dimilikinya, maka upaya untuk mewujudkan Smart Campus pada Universitas Udayana bukanlah hal yang mustahil.

Universitas Udayana perlu mewujudkan bentuk kerja sama yang baik dengan berbagai pihak, yang meliputi pemerintah, swasta, dan sesama institusi pendidikan. Sehingga diharapkan, akan mendukung implementasi Smart Campus pada Universitas Udayana, yang meliputi lima hal : Smart Technology (teknologi), Smart Governance (tata kelola), Smart Environment (lingkungan akademis), Smart Service (layanan akademik), dan Smart Policy (aturan dan kebijakan). Tentu akan panjang apabila diuraikan secara detail langkah dari kelima hal tersebut. Namun secara garis besar dapat disimpulkan bahwa, apabila Universitas Udayana ingin mewujudkan Smart Campus, maka tidak cukup hanya dengan mengandalkan infrastruktur dan teknologi informasi semata, tapi juga hal-hal lainnya (teknis dan non teknis), yang tentunya melibatkan peran serta dari berbagai pihak dari berbagai bidang atau disiplin ilmu. Hal ini tidaklah sulit, namun juga tidak dapat dikatakan mudah, sebab membutuhkan usaha, proses, waktu, tenaga, dan biaya.

Sebagai contoh, manajemen layanan akademik Universitas Udayana, secara teknologi, dapat melibatkan fakultas ataupun program studi yang berhubungan dengan bidang ini untuk dapat menciptakan cetak biru (Blue Print), desain sistem, desain aplikasi, hingga implementasi, pengujian, dan pengembangan berkelanjutan. Untuk mewujudkan lingkungan yang asri dan sehat guna menunjang proses belajar-mengajar dan riset yang baik, maka tata kelola ruang, bangunan, dan lingkungan,

(5)

E-ISSN: 2528-3049 5

dapat melibatkan fakultas dan (atau) program studi yang berhubungan dengan hal ini. Misalkan mendesain dan membuat bangunan baru, memperbaiki bangunan lama, manajemen ruangan, penghijauan lingkungan kampus/fakultas/jurusan, pemanfaatan sumber energi ramah lingkungan, pengelolaan limbah dan sampah, peraturan akademik, kurikulum, tata kelola parkir, manajemen air, manajemen keuangan, manajemen data, manajemen Sumber Daya Manusia, Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), penelitian, dan lain sebagainya.

Dengan terwujudnya Smart Campus pada Universitas Udayana, maka akan memudahkan di dalam proses terwujudnya Smart City pada sejumlah daerah di Bali, termasuk juga kota dan Propinsi Bali itu sendiri. Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dari Universitas Udayana, yang meliputi dosen, mahasiswa, dan alumni, akan menjadi motor utama penggerak jalannya proyek Smart City pada daerah-daerah di Bali, sesuai dengan bidang ilmunya masing-masing. Kolaborasi yang baik antar fakultas, ditambah dengan kerja sama melibatkan pemerintah, pihak swasta, dan sesama institusi pendidikan lainnya (perguruan tinggi, sekolah), akan menyempurnakan wacana mengenai implementasi Smart City di Bali, baik yang tengah direncanakan maupun yang sedang berjalan. Sebut saja di antaranya adalah Bali Smart Island oleh Pemerintah Provinsi Bali, Denpasar Smart City oleh Pemerintah Kota Denpasar, ataupun Smart City/Regency yang akan dicoba untuk diwujudkan oleh kabupaten-kabupaten di Bali (Badung, Gianyar, Buleleng, Jembrana, Klungkung, Bangli, Karangasem).

Kesimpulan

Smart City yang diawali dengan Smarter Planet dari IBM, kemudian meluas penerapanya di seluruh dunia, termasuk juga di Indonesia. Salah satu bidang dari Smart City adalah Smart Campus, serta keduanya ini memiliki hubungan erat. Universitas Udayana memiliki potensi besar untuk mewujudkan Smart Campus, serta terdapat jalan untuk mewujudkan hal tersebut. Apabila Smart Campus terwujud pada Universitas Udayana, maka akan membantu terwujudnya Smart City di Propinsi Bali dan daerah-daerah lainnya di Bali, melalui peran serta civitas akademisi Universitas Udayana, bersama dengan pemerintah, masyarakat, swasta, dan institusi pendidikan lainnya. Manfaat yang diperoleh melalui penerapan Smart City, secara garis besarnya, akan dinikmati oleh semua pihak.

Referensi

1. Palmisano, Samuel. Welcome to the Decade of Smart. IBM. 2010.

2. Giffinger, Rudolf. Smart Cities European Smart Cities: The Need for A Place Related Understanding. Edinburg. 2011.

3. Eka Pratama, I Putu Agus. Smart City Beserta Cloud Computing Dan Teknologi-Teknologi Pendukung Lainnya. Penerbit Informatika. Bandung. 2014.

4. Shahrour, Isam. Smart Campus an Effective Concept for the Development of the Smart and Sustainable City. Polytech’Lille France. 2014.

(6)

E-ISSN: 2528-3049 6

5. Schoning, Johannes. From Smart Cities to Smart Campus Supporting the Campus Citizen. Hasselt University Belgium. 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Tak dapat dipungkiri bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan sains dalam berbagai disiplin ilmu pada masa dinasti Umayyah Andalusia menjadi salah satu pemantik kemajuan peradaban

Hasil pengembangan karya profesi yang berwwujud karya ilmiah baik laporan penelitian maupun artikel ilmiah yang dilhasilkan oleh kelompok ibi-ibu sebagai hasil dari

peran Humas dilihat dari perencanaan Program, Perencanaan Strategi, Aplikasi Strategi, dan Evaluasi dan kontrol, jika semua itu diprioritaskan untuk

Inkubasi tabung mikrosentrifus kedua selama 10 menit pada temperatur ruang (bolak-balikkan tabung 2-3 kali selama masa inkubasi) untuk melisis sel-sel darah

Berita yang terkait dengan garis atau area ditampilkan dalam bentuk chartlet untuk membantu pelaut mengetahui posisi suatu objek, Contoh : Peletakan kabel laut

Faktor teknis adalah segala persyaratan yang harus dipenuhi dalam kegiatan pembenihan ikan kerapu macan yang berhubungan langsung dengan aspek teknis dalam

 Dalam welfare state, hak kepemilikan diserahkan kepada swasta sepanjang hal tersebut memberikan insentif ekonomi bagi pelakunya dan tidak merugikan secara sosial,

Tujuan peneltian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kualitas pelayanan makanan dan tingkat kepuasan dengan sisa makanan pasien DM tipe II rawat inap