• Tidak ada hasil yang ditemukan

Digitalisasi Pertanian Menuju Kebangkitan Ekonomi Kreatif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Digitalisasi Pertanian Menuju Kebangkitan Ekonomi Kreatif"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-46 UNS Tahun 2022

“Digitalisasi Pertanian Menuju Kebangkitan Ekonomi Kreatif”

Analisis Biaya dan Nilai Tambah Buah Mangrove pada Kegiatan Home Industry di Kota Langsa (Studi Kasus : Rumah Usaha Perempuan Kuala Maju)

Silvia Anggraini, Faoeza Hafiz Saragih, dan Silvia Anzitha

Mahasiswa Agribisnis, Dosen Fakultas Pertanian Agribisnis, Universitas Samudra

Email: silviaanggraini508@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa biaya dan pendapatan dalam proses pembuatan produk olahan buah mangrove dan untuk mengetahui berapa jumlah nilai tambah yang diperoleh dalam setiap produk yang diproduksi. Peneltian ini dilakukan seruang lingkup Kota Langsa dengan lokasi perusahaan berada di Desa Kuala Langsa yaitu bertepat pada perusahaan Perempuan Kuala Maju. Hasil penelitian yang didapatkan yaitu total biaya keseluruhan produk adalah Rp 692.149 dengan masing-masing biaya total produk sebesar sirup angrove Rp 390.483, selai mangrove Rp 139.583 dan dodol mangrove Rp 162.308 sedangkan pendapatan yang didapatkan sebesar Rp 482.850 dengan pendapatan masing-masing produk sebesar sirup mangrove Rp 359.517, selai mangrove Rp 85.642 dan dodol mangrove Rp.37.692. Pada setiap olahan produk buah mangrove juga didapatkan hasil adanya nilai tambah dengan maing-masing rasio nilai tambah setiap produknya adalah sirup mangrove 87%, selai mangrove 99 % dan dodol mangrove 99%.

Kata kunci: nilai tambah, buah mangrove Pendahuluan

Kota Langsa merupakan kota pesisir yang terletak di pesisir timur pulau Sumatra.

Kota Langsa memiliki suatu desa di dekat pesisir yaitu Desa Kuala Langsa. Desa yang secara geografis totalitas wilayahnya merupakan pesisir dan banyak di tumbuhi oleh hutan mangrove. Pemanfaatan hutan mangrove yang hanya dimanfaatkan kayunya dan sebagai objek wisata kini sudah mulai berkembang pemanfaatannya salah satu bentuk perkembangan pemanfaatan hutan mangrove yaitu pemanfaatan hasil hutan bukan kayu salah satunya adalah buah mangrove. Seiring perkembangan industri rumah tangga dan banyaknya ditemukan inovasi baru terutama dalam pemanfaatan buah mangrove, seperti hal nya yang dilakukan oleh ibu rumah tangga di Desa Kuala Langsa dimana para ibu rumah tangga tersebut dapat memanfaatkan buah mangrove menjadi beberapa produk olahan.

(2)

Dalam pengelolahan produk ini mereka sendiri sudah memiliki rumah produksi dan memiliki nama usaha “Perempuan Kuala Maju”.

Perempuan kuala maju merupakan satu-satunya rumah industri di Kota Langsa yang berkecimpung dalam pengelolahan buah mangrove. Rumah industri ini sudah berdiri sejak tahun 2017 dan terus berkembang hingga sekarang. Perkembangan yang terus meningkat menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian mengenai analisis biaya dan nilai tambah olahan buah mangrove di rumah industri Perempuan Kuala Maju Kota Langsa.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) berapa biaya dan pendapatan yang dikeluarkan selama proses produksi olahan produk dari buah mangrove, 2) berapa nilai tambah yang dihasilkan dari setiap produk yang diproduksi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa biaya dan pendapatan yang dibutuhkan untuk setiap proses dalam pembuatan olahan berbagai macam produk dari buah mangrove dan mengetahui jumlah nilai tambah yang diproleh dalam setiap produk yang diproduksi.

Metode

Waktu dan lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa kuala langsa kota langsa, rumah industri perempuan kuala maju. Waktu penelitian dilaukan pada bulan November 2021-Januari 2022.

Desain penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode studi kasus. Studi kasus adalah metode yang bertujuan untuk mempelajari dan menyelidiki suatu kejadian atau fenomena mengenai individu, seperti riwayat hidup seseorang yang menjadi objek penelitian. Studi kasus yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara berfokus pada spesifikasi kasus dalam suatu lingkungan, aktivitas atau proses baik itu mencakup individu, kelompok budaya atau suatu potret kehidupan (Walgito, 2010).

Analisis data

a) Analisis Nilai Tambah

Analisis nilai tambah yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan metode analisis nilai tambah hayami, seperti tampak pada Tabel 1.

(3)

Tabel 1. Perhitungan metode nilai tambah hayami

No Variabel Nilai

Ouput, input dan harga

1 Output (unit/bulan) A

2 Bahan Baku (Kg/produksi) B

3 Tenaga Kerja (HOK/produksi) C

4 Faktor Konversi D=A/B

5 Koefesien Tenaga Kerja E=C/B

6 Harga Output (Rp/bungkus) F

7 Upah Rata-Rata Tenaga Kerja (Rp/HOK) G Pendapatan dan Nilai Tambah

8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg) H

9 Sumbangan Input Lain I

10 Nilai Output (Rp) J=D×F

11 Nilai Tambah (Rp) K=J – I – H

Ratio Nilai Tambah (%) L=(K/J)×100%

12 Imbalan Tenaga Kerja (RP) M=E×G

Bagian Tenaga Kerja (%) N= (M/K)×100%

13 Keuntungan (RP) O= K – M

Tingkat Keuntungan (%) P% = (O/K) × 100%

Bahan Jasa Pemilik Faktor-faktor Produksi

14 Margin Keuntungan Q = J-H

Keuntungan R = O/Q x 100%

Tenaga kerja S = M/Q x 100%

Input lain T = I/Q x 100%

Sumber: Hayami (1987) dalam Zakaria (2007) Kriteria nilai tambah (NT) adalah:

(1). Jika NT > 0, berarti usaha olahan buah mangrove Perempuan Kuala Maju memberikan nilai tambah (positif).

(2). Jika NT < 0, berarti usaha olahan buah mangrove Perempuan Kuala Maju tidak memberikan nilai tambah (negatif).

b) Analisi Biaya

Besarnya biaya yang digunakan dalam proses produksi olahan buah mangrove dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: (Sumber: Noor, 2007)

TC = FC + VC c) Analisis Penerimaan

Besarnya penerimaan yang diperoleh dari hasil produksi olahan buah mangrove akan dihitung dengan rumus sebagai berikut:

TR = Q x P

d) Analisis Pendapatan

(4)

Besarnya pendapatan atau keuntungan yang diperoleh dari hasil produksi olahan buah mangrove dapat diketahui dengan rumus:

Pendapatan (𝝅) TR – TC e) Analisi R/C Rasio

Besarnya efisiensi yang diperoleh dari proses pengelolahan buah mangrove dapat diketahui dengan menggunakan analisis R/C rasio, menggunakan rumus:

R/C rasio = TR / TC

Hasil dan Pembahasan 1. Analisis Biaya

Kegiatan produksi merupakan kegiatan yang berkaitan erat dengan adanya biaya yang diperlukan. Dalam kegiatan produksi struktur biaya merupakan salah satu yang penting untuk di analisis. Perhitungan biaya itu sendiri perlu dianalisis guna mengetahui bagaimana struktur biaya tersebut yang nantinya akan mempengaruhi keuntungan dari suatu usaha.

Biaya-biaya yang dianalisis dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Perhitungan biaya dilakukan untuk satu bulan. Berikut merupakan uraian struktur biaya pada usaha Rumah Industri Perempuan Kuala Maju.

a) Biaya Tetap

Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan oleh suatu usaha dalam bentuk kosntan dan pada umumnya tidak berubah walaupun mengalami peningkatan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh usaha Rumah Industri Perempuan Kuala Maju diantaranya biaya sewa tempat dan biaya penyusutan alat. Dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Biaya tetap usaha pengelolahan buah mangrove

Uraian Sirup Mangrove Selai Mangrove Dodol Mangrove jumlah (Rp) jumlah (Rp) jumlah (Rp)

1 Biaya sewa tempat 50.000 50.000 50.000

2 Biaya penyusutan alat 12.583 7.208 12.908

total biaya tetap 62.583 57.208 62.908

Total biaya tetap (TFC) 182.699

b) Biaya Variabel

Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya variabel dalam penelitian ini meliputi biaya upah tenaga kerja, biaya bahan baku, dan biaya penunjang lainnya. Berikut uraian

(5)

mengenai biaya variabel yang dikeluarkan oleh usaha Perempuan Kuala Maju dalam pengelolahan olahan buah mangrove.

Tabel 3. Biaya variabel

No Uraian Sirup Mangrove Selai Mangrove Dodol

Mangrve Jumlah (Rp) / bulan (sekali produksi)

1 Biaya Tenaga Kerja 45.000 28.125 37.500

2 Biaya Bahan Baku 202.000 25.625 26.000

3 Biaya Penunjang Lainnya 80.900 28.400 35.900

Total Biaya Variabel 509.450

c) Total Biaya

Setelah biaya tetap dan biaya variabel dihitung maka selanjutnya dapat dilakukan perhitungan total biaya. Total biaya adalah jumlah dari seluruh biaya yang dikeluarkan selama proses produksi.

Tabel 4. Biaya total

No Komponen Biaya Sirup Mangrove Selai Mangrove Dodol Mangrove

Jumlah (Rp) / bulan / Sekali produksi

1 Total Biaya Tetap 62.583 57.208 62.908

2 Total Biaya Variabel 3227.950 82.150 99.400

Total Biaya/ olahan 390.483 139.583 162.308

Total Biaya keseluruhan 692.149

d) Penerimaan dan R/C

Pada setiap usaha produksi yang dilakukan tentu saja akan menghasilkan penerimaan dan keuntungan yang akan diperoleh dari hasil penjualan produksi tersebut. Dimana penerimaan adalah hasil penjualan produk dan belum dikurangkan dengan total biaya yang dikeluarkan selama proses produksi sehingga masih dikatakan pendapatan kotor. Lain halnya dengan keuntungan atau pendapatan bersih, dimana artinya penerimaan yang diterima telah dikurangkan dengan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung, berikut tabel mengenai penerimaan dan keuntungan usaha Rumah Industri Perempuan Kuala Maju.

Tabel 5. Perhitungan penerimaan dan rasio R/C

No Jenis Produk Penerimaan (Rp) Total Biaya (Rp)

Keuntungan (Rp)

1 Sirup Buah Mangrove 750.000 390.483 395.517

2 Selai Buah Mangrove 225.000 139.583 85.642

3 Dodol Buah Mangrove 200.000 162.308 37.692

Total 1.175.000 692.374 482.850

(6)

e) Analisi Nilai Tambah

Kegiatan pengelolahan buah mangrove menjadi beberapa produk olahan merupakan kegiatan perubahan bentuk dari hanya sekedar buah mangrove yang tidak dikonsumsi menjadi produk-produk olahan yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Sehingga kegiatan pengelolahan memiliki nilai tambah. Besarnya nilai tambah dapat dhitung dengan menggunakan metode perhitungan nilai tambah yaitu metode hayami. Analisis nilai tambah dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai tambah pengelolahan bahan baku yang digunakan dan distribusi margin yang diperoleh dari pemanfaatan faktor-faktor produksi yang dilakukan dengan berbagai macam aktifitas pengelolahan didalamnya. Berikut komponen utama dalam perhitugan nilai tambah:

1. Bahan Baku

Dimana bahan baku merupakan bahan terpenting yang diperlukan oleh pelaku usaha untuk memproduksi olahan yang ingin dibuatnya, pada usaha Rumah Industri Perempuan Kuala Maju jumlah bahan baku yang digunakan untuk setiap olahannya berbeda-beda dikarenakan terdapat olahan produk yang dimana bahan bakunya adalah bahan sisa dari produk sebelumnya.

2. Output

Hasil ouput usaha pegelolahan buah mangrove menjadi beberapa produk olahan berbeda-beda dikarenakan jumlah produksi yang dilakukan juga berbeda sehingga hasil yang diterima juga berbeda- beda.

3. Tenaga Kerja

Proses produksi yang dilakukan dalam pengelolahan buah mangrove menjadi beberapa olahan produk memiliki jumlah pekerja yang sama yaitu sebanyak 4 orang namun dikarenakan lama waktu dan tingkat kesulitan dalam proses pembuatan olahan yang berbeda-beda maka upah tenaga kerja yang dikeluarkan juga berbeda-beda.

Berdasarkan ketiga kompenen tersebut dapat dilihat bahwa setiap produk yang dihasilkan memiliki perbedaan yang cukup signifikan, hal ini lah yang melatarbelakangi untuk perhitungan nilai tambah dengan metode hayami akan dilakukan dengan perhitungan masing-maing produk sehingga dapat dilihat dengan jelas berapa nilai tambah yang dihasilkan oleh tiap produknya, dan perhitungan dengan metode Hayami ini juga dilakukan dengan perhitungan satu kali produksi sehingga dapat terlihat jelas nilai tambah yang dihasilkan.

A. Nilai Tambah Sirup Mangrove

(7)

Tabel 6. Perhitungan nilai tambah sirup Mnagrove Perhitungan Sirup Mangrove

No Variabel Nilai

Ouput, input dan harga

1 Output (unit/bulan) A 50

2 Bahan Baku (kg/produksi) B 10

3 Tenaga Kerja (HKW/produksi) C 1

4 Faktor Konversi D=A/B 5

5 Koefesien Tenaga Kerja E=C/B 0.1

6 Harga Output (Rp/bungkus) F 15.000

7 Upah Rata-Rata Tenaga Kerja (Rp/HKW) G 11.250

Pendapatan dan Nilai Tambah

8 Harga Bahan Baku (Rp/kg) H 5.000

9 Sumbangan Input Lain (sekali produksi) I 4.658

10 Nilai Output (Rp) J=D×F 75.000

11 Nilai Tambah (Rp) K=J – I – H 65.342

Ratio Nilai Tambah (%) L=(K/J)×100% 0,87

12 Imbalan Tenaga Kerja (RP) M=E×G 1125

Bagian Tenaga Kerja (%) N= (M/K)×100% 0,017

13 Keuntungan (RP) O= K – M 6.417

Tingkat Keuntungan (%)

P% = (O/K) x

100% 0,98

Bahan Jasa Pemilik Faktor-faktor Produksi

14 Margin Keuntungan Q = J-H 70.000

Keuntungan R = O/Q x 100% 0,91

Tenaga kerja S = M/Q x 100% 0,016

Input lain T = I/Q x 100% 0,066

B. Nilai Tambah Selai Mangrove

Berdasarkan ketiga hasil nilai tambah yang sudah didapatkan maka dapat diketahui bahwa produk olahan yang diproduksi memiliki beberapa perbedaaan, salah satunya dalam hal bahan baku, bahan baku utama terdapat pada produk olahan sirup mangrove dan sisa dari proses olahan sirup mangrove akan digunakan pada proses olahan produk selai dan dodol mangrove dengan perbandingan bahan baku yang digunakan 4:1 dalam sekali produksi, maka dapat dikatakan bahwa produk olahan selai mangrove lebih banyak dalam penggunaan bahan baku yang berasal dari sisa proses olahan sirup mangrove.

Berdasarkan ketiga produk olahan tersebut memiliki masing-masing tingkat keuntungan yang berbeda, dimana sirup mangrove memiliki tingkat keuntungan sebesar 98 %, selai mangrove 96% dan dodol mangrove 95%, jika dilihat dari hasil tingkat

(8)

keuntungan tersebut maka dapat diketahui bahwa keuntungan paling besar yang didapatkan adalah pada produk olahan selai mangrove. Berdasarkan hasil yang didapatkan ini memiliki manfaat bagi produsen untuk mengetahui produk mana yang memiliki keuntungan paling besar.

Tabel 7. Perhitungan nilai tambah selai mangrove Perhitungan selai mangrove

No Variabel Rumus Nilai

Ouput, input dan harga

1 Output (unit/bulan) A 15

2 Bahan Baku (Kg/produksi) B 0,4

3 Tenaga Kerja (HKW/produksi) C 1

4 Faktor Konversi D=A/B 37,5

5 Koefesien Tenaga Kerja E=C/B 2,5

6 Harga Output (Rp/bungkus) F 15.000

7 Upah Rata-Rata Tenaga Kerja (Rp/HKW) G 7.031

Pendapatan dan Nilai Tambah

8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg) H 0

9 Sumbangan Input Lain (sekali produksi) I 3.601

10 Nilai Output (Rp) J=D×F 562.500

11 Nilai Tambah (Rp) K=J – I – H 558.899

Ratio Nilai Tambah (%) L=(K/J)×100% 0,993

12 Imbalan Tenaga Kerja (RP) M=E×G 17.577,5

Bagian Tenaga Kerja (%) N= (M/K)×100%

0,031

13 Keuntungan (RP) O= K – M 541.321,3

Tingkat Keuntungan (%) P% = (O/K) x 100% 0,968

Bahan Jasa Pemilik Faktor-faktor Produksi

14 Margin Keuntungan Q = J-H 562.500

Keuntungan R = O/Q x 100% 0.962

Tenaga kerja S = M/Q x 100% 0.031

Input lain T = I/Q x 100% 0,006

C. Nilai Tambah Dodol Mangrove

Tidak hanya mengenai keuntungan kita juga dapat melihat tingkat nilai tambah yang dihasilkan dari setiap olahan produk dimana ketiga olahan memiliki ratio nilai tambah yang berbeda-beda. Produk olahan sirup mangrove memiliki rasio nilai tambah sebesar 87%, selai mangrove 99%, dan dodol mangrove 99% yang artinya nilai tambah yang dihasilkan pada setiap produk olahan memiliki variasi, dan nilai tambah yang paling besar nilainya adalah pada produk olahan selai dan dodol mangrove dimana nilai tambah yang dihasilkan sebesar

(9)

99%, jika diartikan maka setiap Rp.100 nilai produk didapatkan nilai tambah sebesar Rp.99/unit. Dari hasil yang didapatkan ini memiliki manfaat bagi produsen yaitu produsen dapat mengetahui mana produk olahan yang memiliki nilai tambah yang paling besar.

Tabel 8. Perhitungan nilai tambah dodol mangrove Perhitungan dodol mangrove

No Variabel Nilai

Ouput, input dan harga

1 Output (unit/bulan) A 20

2 Bahan Baku (Kg/produksi) B 0,1

3 Tenaga Kerja (HKW/produksi) C 1

4 Faktor Konversi D=A/B 200

5 Koefesien Tenaga Kerja E=C/B 10

6 Harga Output (Rp/bungkus) F 10.000

7 Upah Rata-Rata Tenaga Kerja (Rp/HKW) G 9.375

Pendapatan dan Nilai Tambah

8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg) H 0

9 Sumbangan Input Lain (sekali produksi) I 4.126

10 Nilai Output (Rp) J=D×F 2.000.000

11 Nilai Tambah (Rp) K=J – I – H 1.995.874

Ratio Nilai Tambah (%) L=(K/J)×100% 0,997

12 Imbalan Tenaga Kerja (RP) M=E×G 93.750

Bagian Tenaga Kerja (%) N= (M/K)×100% 0,0460

13 Keuntungan (RP) O= K – M 1.902.124

Tingkat Keuntungan (%) P% = (O/K) x 100% 0,953

Bahan Jasa Pemilik Faktor-faktor Produksi

14 Margin Keuntungan Q = J-H 2000000

Keuntungan R = O/Q x 100% 0.951

Tenaga kerja S = M/Q x 100% 0.046

Input lain T = I/Q x 100% 0.002

Secara penjualan dari ketiga produk olahan, kita dapat melihat produk mana yang memiliki tingkat penjulan yang paling banyak, berdasarkan jumlah output yang dihasilkan oleh setiap produknya dalam sekali produksi yaitu sebanyak sirup mangrove 50 unit dengan harga jual Rp.15.000/unit, selai mangrove 15 unit dengan harga jual Rp.15.000/unit, dan dodol mangrove 20 unit dengan harga jual Rp.10.000/unit, hasil output ini dapat dijadikan acuan dikarenakan jumlah produk yang dihasilkan oleh rumah industri Perempuan Kuala Maju merupakan atas pertimbangan permintaan konsumen sehingga jumlah ouput yang dihasilkan berbeda-beda untuk setiap produknya, maka dapat disimpulkan bahwa olahan sirup mangrove

(10)

merupakan peroduk olahan yang paling laris dan paling banyak diminati hal ini dibuktikan dengan jumlah output olahan sirup mangrove sebanyak 50 unit / sekali produksi. Dari hasil yang didapatkan ini akan bermanfaat bagi produsen untuk mengetahui produk olahan mana yang paling diminati

oleh konsumen.

Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah dianalisis dari hasil dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Jumlah total biaya yang dikeluarkan untuk seluruh proses produksi pada olahan buah mangrove sebesar Rp 692.149. Dengan pembagian masing-masing biaya pada tiap olahannya sebesar, sirup mangrove Rp 390.483 selai mangrove Rp 139.583 dan dodol mangrove Rp 162.308. Pendapatan yang didapatkan dari hasil penjualan seluruh produk olahan yang terdiri dari sirup mangrove, selai mangrove dan dodol mangrove yaitu sebesar Rp 482.850 dengan masing masing pendapatan pada setiap produk olahan yaitu sirup mangrove Rp 359.517 selai mangrove Rp 85.642 dan dodol mangrove Rp 37.692.

2. Rasio nilai tambah merupakan presentase antara nilai tambah dengan nilai ouput produk, sehingga didapatkan hasil:

a. Produk sirup mangrove memiliki rasio sebesar 87% yang artinya bahwa setiap Rp 100 nilai produk olahan sirup mangrove menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 87.

b. Produk selai mangrove memiliki rasio sebesar 99% yang artinya bahwa setiap Rp 100 nilai produk olahan selai mamgrove menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 99.

c. Produk dodol mangrove memiliki rasio sebesar 99% yang artinya bahwa setiap Rp 100 nilai produk olahan dodol mangrove menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 99.

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik Kota Langsa. 2021. Kota Langsa Dalam Angka 2021.

Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Hayami, Y et al. 1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java, A Prespective From Sinda Village. Coarse Grains Pulses Roots and Tuber Center (CGPRTC). Bogor.

75 hal.

Kartikahadi, H. 2012. Akuntansi Keuangan berdasarkan SAK berbasis IFRS. Jakarta.

Noor. 2007. Ekonomi Manajerial. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Noor, R. Yus, M. Khazali, dan I. N. N. Suryadiputra. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

Dukungan material barn yang mempunyai kekuatan clan sifat-sifat mekanik clan fisika lebih baik diharapkan akan diperoleh sistem PL TN barn yang handal clan ekonomis untuk

Pendidikan untuk anak usia 0-5 tahun atau biasa disebut dengan pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Manisha Behal tahun 2015 didapatkan hasil bahwa kematian perinatal paling banyak terjadi pada kelompok yang melakukan persalinan

elektronegatif akan menaikkan kekuatan asam dan dapat menjadi lebih besar bila gugus penarik elektron yang kuat terikat pada atom karbon α lebih dari satu. • Misalnya, dalam

Beberapa ketentuan Qanun Kota Langsa Nomor 8 Tahun 2010 tentang Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi Di Kota Langsa (Lembaran Daerah Kota Langsa Tahun 2010

Teknik Pengumpulan Data pada penelitian ini terdiri dari observasi yang dilakukan melalui pengumpulan data dari instansi yang terkait peraturan yang berlaku yang

Dan komunikasi antarpribadi dalam keluarga yang terjalin secara terus menerus, maka dapat terlihat bahwa pola komunikasi yang terbentuk adalah pola komunikasi kelengkapan,

Wilayah pesisir yang terletak di desa kuala langsa merupakan pesisir yang memiliki potensi sumber daya alam yang beragam, seperti sumber daya dapat pulih (Hutan