• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI JENIS PISCES DI KAWASAN CAGAR ALAM NIPAH PANJANG 1 KECAMATAN NIPAH PANJANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IDENTIFIKASI JENIS PISCES DI KAWASAN CAGAR ALAM NIPAH PANJANG 1 KECAMATAN NIPAH PANJANG "

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI JENIS PISCES DI KAWASAN CAGAR ALAM NIPAH PANJANG 1 KECAMATAN NIPAH PANJANG

KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

SKRIPSI

Oleh

PUTRI DEVINA RAHMAWATI NIM. TB131104

PRODI TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2018

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

PERSEMBAHAN

Dalam rasa syukur yang mendalam keahadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya yang telah memberikan kekuatan, kesehatan dan kesabaran kepadaku

dalam mengerjakan skripsi ini.

Setelah ucapan hamdalah saya ingin mengulur tali terimakasih kepada orang orang yang telah mewarnai hidup dan mengikat hati saya.

Terima kasih untuk ayahanda Rahamang dan Ibunda Dengtanurung yang telah membesarkan dan mendidik ku di waktu kecil...

keduanya telah bersusah payah dan senantiasa mengalirkan air mata kasih sayang, sehingga perasaan dan keberadaanku senantiasa dipenuhi kecintaan, kemulyaan

dan keimanan.

Terima kasih kepada saudaraku Jamalia, Sitti, Dewi, Mariana, rudi dan Ismail, saudara tersayangku, penyemangatku, inspirasiku, tempat curhatku, tempat untuk tertawa riang gembira. Saudaraku pembawa

keceriaan dalam hidupku.

“Tanpa keluarga, manusia sendiri di dunia, gemetar dalam dingin”

Terima kasih juga kupersembahkan kepada sahabat-sahabat ku Rahma Kartika Sari, Lis Mardiana, Utari Nurpratiwi dan tak bisa ku sebutkan satu persatu yang

selalu ada saat sedih maupun gembira , teruntuk teman-teman Biologi angkatan 2013 dan yang terakhir untuk Almamater kebanggaanku.

Akhir kata, Terimalah bingkisan indah ini sebagai persembahanku Semoga Allah meridhoi. Aamiin...

(7)

MOTTO































ﺮﺠﺤﻟا ١٥ :

Artinya: dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, melainkan dengan benar. dan Sesungguhnya saat (kiamat) itu pasti akan datang, Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik (Al-Hijr: 85)

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat dan rahmat serta karunia-Nya, .kepada peneliti terutama dalam rangka menyelesaikan skripsi ini. Shalat serta salam selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad SAW, untuk keluarga, para sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga hari kiamat dan semoga Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun dan membawa manusia dari zaman jahiliyah ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat akademik guna mendapatkan gelar Sarjana Strata 1 Pendidikan Biologi pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi ini mendapat banyak masukan-masukan maupun arahan dan bimbingan dari berbagai pihak terutama dari dosen pembimbing dan rekan-rekan peneliti lainnya. Untuk itu melalui kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang tulus kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Hadri Hasan, M.A selaku Rektor UIN Suthan Thaha Saifuddin Jambi.

2. Ibu Dr.Hj. Armida, M. Pd. I selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Suthan Thaha Saifuddin Jambi.

3. Ibu Reny Safita, S.Pt.,M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

4. Ibu Try Susanti, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Salahuddin, S.Pt, M.Si selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pemikirannya demi mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Warsito selaku warga nelayan di Kelurahan Nipah Panjang 1 yang telah membantu peneliti untuk mengetahui keanekaragaman jenis nekton di mangrove kawasan Kelurahan Nipah Panjang 1 Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

(9)
(10)

ABSTRAK

Nama : Putri Devina Rahmawati Department : Tadris Biologi

Title :. Identifikasi Jenis Pisces di Kawasan Cagar Alam Nipah Panjang 1 Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Skripsi ini membahas tentang identifikasi jenis pisces di kawasan Cagar Alam Nipah Panjang 1 Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, koleksi specimen, dokumentasi dan identifikasi dengan analisis data melalui, buku determinasi, indeks keanekaragaman, kepadatan jenis dan indeks dominan. Hasil pengamatan ditemukan 551 spesies dengan tujuh spesies jenis Pisces yaitu Glossogobius Giuris, Valamungil Ophuysenii, Mystus Gulio, Boesemania Microlepis, Eleutheronema Tridactylum, Thryssa Sp, dan Chelonodon Patoca. Nilai indeks keanekaragaman Pisces terbilang rendah dengan 0,157. Sementara kepadatan individu tertinggi adalah spesies Mystus gulio dengan kepadatan individu 1,29 pada stasiun I, sedangkan yang terendah adalah Chelonodon Patoca dengan kepadatan individu 0. Untuk kepadatan relatif yang paling tertinggi adalah pada stasiun II dengan kepadatan relative 62,4 dan yang terendah 0 pada stasiun III.

Setiap stasiun pengamatan dominasi oleh satu spesies sehingga indeks dominasi spesies pada tiap stasiun pengamatan tergolong rendah.

Kata Kunci: identifikasi jenis pisces, Cagar Alam, Nipah Panjang 1

(11)

ABSTRACT

Name : Putri Devina Rahmawati Department : Biology Education

Title :. The identification of the Type of Pisces in the Area of Nipah Panjang Nature Reserve 1 District Nipah Panjang East Tanjung Jabung Regency

This thesis discusses the identification of the type of pisces in the area of Nipah Panjang Nature Reserve 1 District Nipah Panjang East Tanjung Jabung Regency.

This study uses a quantitative descriptive approach. Data collection is done through observation, interview, specimen collection, documentation and identification with data analysis through, determination book, diversity index, density type and dominant index. The observation found 551 species with seven species of nekton species namely Glossogobius Giuris, Valamungil Ophuysenii, Mystus Gulio, Boesemania Microlepis, Eleutheronema Tridactylum, Thryssa Sp, and Chelonodon Patoca. The index value of nekton diversity is low with 0.157.

While the highest individual density was the Mystus gulio species with an individual density of 1.29 at station I, while the lowest was Chelonodon Patoca with an individual density of 0. For the highest relative density the highest was at station II with a relative density of 62.4 and the lowest 0 at station III. Each observation station is dominated by one species so that the index of species dominance in each observation station is low.

Key Words: Diversity of species, pisces, Nipah Panjang village 1

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

NOTA DINAS I ... ii

NOTA DINAS II ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... v

PERSEMBAHAN ... vi

MOTTO ... vii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 6

1. Keanekaragaman Hayati ... 6

2. Pisces ... 8

3. Mangrove ... 9

4. Kelurahan Nipah Panjang 1 Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur ... 11

a) Letak dan Luas ... 11

b) Iklim ... 12

c) Ketinggian... 12

d) Jenis Tanah ... 13

(13)

e) Topografi ... 13

f) Hidrologi ... 13

g) Salinitas Air dan Pasang Surut ... 14

B. Studi Relevan ... 14

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

B. Alam dan Bahan ... 18

C. Desain Penelitan ... 20

D. Prosedur/ Langkah Kerja ... 20

E. Teknik Pengumpulan Data ... 21

F. Analisis Data ... 22

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 26

1. Jenis Pisces ... 26

a) Pisces di kawasan Hutan mangrove Kelurahan Nipah Panjang 1 ... 26

1) Glossogobius Giuris (Ikan Bloso) ... 26

2) Valamungil Ophuysenii (Ikan Belanak) ... 28

3) Mystus Gulio (Ikan Duri Tikus) ... 29

4) Boesemania Microlepis (Ikan Gulama) ... 31

5) Eleutheronema Tridactylum (Ikan Senangin) ... 32

6) Thryssa Sp (Ikan Lais) ... 33

7) Chelonodon Patoca (Ikan Buntel) ... 34

b) Parameter Suhu ... 36

1) Suhu ... 36

2) Salinitas ... 36

3) Ph (Derajat Keasaman) ... 37

4) Substrat ... 38

(14)

2. Keanekaragaman Jenis Pisces... 38

3. Kepadatan Pisces ... 42

4. Dominasi Pisces ... 42

B. Pembahasan ... 44

c) Jenis Pisces ... 44

d) Keanekaragaman Jenis Pisces... 44

e) Kepadatan Pisces ... 45

f) Dominasi Pisces ... 46

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 47

C. Kata Penutup ... 48

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17,000 pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang kedua di dunia setelah Kanada (210.0000 km). Sepanjang garis pantai tersebut terdapat wilayah pesisir yang relatif sempit namun mempunyai sumber daya pesisir yang kaya dan sangat rentan mengalami kerusakan jika

pemanfaatannya kurang memperhatikan kaidah-kaidah yang ada (Pedoman, (2007), hal. 1).

Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat disepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove tumbuh pada pantai-pantai yang terlindung atau pantai-pantai yang datar (Majid, 2016, p.

488). Biasanya di tempat yang tak ada muara sungainya hutan mangrove terdapat agak tipis, namun pada tempat yang mempunyai muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur dan pasir, mangrove biasanya tumbuh meluas. Mangrove tidak tumbuh di pantai yang terjal dan berombak besar dengan arus pasang surut yang kuat karena hal ini tak memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur dan pasir dan juga substrat yang diperlukan untuk

pertumbuhannya (Burhanudin, 2016, p. 482).

Menurut Kurniastuti (2011, hal. 3) hutan bakau tidak hanya penting bagi pelebaran pantai kearah laut terbuka serta pembentukan pulau-pulau akan tetapi juga penting sebagai pelindung pantai terhadap erosi yang berlebihan akibat badai-badai tropik. Detritus dari daun-daun bakau yang gugur sangat penting sebagai sumber energi bagi perikanan. Sofiyanti (2007, hal. 2) mengemukakan bahwa penelitian tentang hutan mangrove di sumatera lebih banyak dilakukan dari

(16)

pada ekosisteme lainnya. Dari jumlah 1.470.000 ha hutan mangrove di sumatera, lebih dari 60% terletak di riau dan Sumatera selatan.

Fungsi hutan mangrove pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi fungsi fisik, fungsi biologik, dan fungsi ekonomi yang yang potensial. Sebagai Fungsi fisik yaitu untuk: 1) menjaga garis pantai agar tetap stabil. 2) mempercepat perluasan lahan. 3) melindungi pantai dan tebing sungai. Fungsi Biologik

meliputi: 1) Tempat benih-benih ikan, udang dan kerang-kerang dari lepas pantai.

2) Tempat bersarangnya burung-burung besar. 3) Sebagai habitat alami bagi banyak jenis biota. Fungsi ekonomi yang potensial antara lain; lahan tambak, tempat pembuatan garam, tempat berekreasi, memperoleh balok (Zoer’aini, 1992, hal, 137-138).

Keanekaragaman hayati biasa juga disebut biodiversitas. Biodiversitas merupakan sarapan dari kata biodiversity (Mardiyanti, 2013, hal. 33). Itu artinya keanekaragaman hayati dapat diartikan sebagai keseluruhan kekayaan makhluk hidup yang ada dimuka bumi termasuk didalamnya materi genetik dan ekosistem yang terbentuk karenanya yang juga dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan makroorganisme serta ekosisitem dan proses-proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini

merupakan bagiannya.

Pisces merupakan organisme yang dapat berenang dan bergerak aktif dengan kemauan nya sendiri, misalkan ikan, ambifi, dan serangga air besar (Odum, 1994, hal. 32). Banyaknya spesies Pisces di suatu perairan dapat

memberikan gambaran tentang komunitas Pisces kompleks di perairan tersebut.

Walaupun Pisces dalam pengertian yang luas mencakup semua organisme yang mampu mempertahankan gerak melawan pergerakan air tanpa bergantung pada habitat. Pisces seperti ikan yang berkelompok dapat diklasifikasikan dalam 2 golongan yaitu Golongan Holoepipelagik dan Golongan Meroepilagik

Kawasan hutan bakau pantai timur ditunjuk sebagai kawasan konservasi dengan fungsi sebagai Cagar Alam (CA) berdasarkan Surat Keputusan Menteri

(17)

Pertanian nomor : 507/Kpts-Um/6/1981 tanggal 14 Juni 1981 dengan luas 6.500 Hektar. Setelah dilakukan tata batas pada tahun 1986 kawasan Hutan Bakau Pantai Timur ditetapkan sebagai cagar alam melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor : 14/Kpts-II/2003 tanggal 7 Januari 2003 dengan luas 4.126,60 hektar dan panjang batas 109,331 km.

Kawasan CA hutan bakau pantai timur menghampar di sepanjang pantai timur Jambi. Secara administrative berada di dua wilayah Kabupaten yaitu Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Secara ekologis, ekonomis, sosial maupun budaya memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan khususnya bagi masyarakat sekitar kawasan. Secara ekologis kawasan CA hutan bakau pantai timur memiliki fungsi sebagai penahan/pemecah gelombang air laut, peredam gelombang dan angin badai, pelindung dari abrasi, penahan lumpur dan perangkap sediment; penurun gas karbondioksida (CO2) di udara dan bahan-bahan pencemar di perairan rawa pantai; sebagai daerah pemijahan (spawning grounds) dan daerah pembesaran (nursery grounds) berbagai jenis ikan, udang, kerang-kerangan dan spesies lainnya; Seresah mangrove (berupa daun, ranting dan biomassa lainnya) yang jatuh di perairan menjadi sumber pakan biota perairan dan unsur hara yang sangat menentukan produktivitas perikanan perairan.

Ekosistem mangrove merupakan habitat bagi fauna udang-udangan dan moluska. Hasil penelitian para ahli menyatakan bahwa terdapat 80 spesies udang- udangan dan 65 spesies moluska yang hidup diperairan ekosistem mangrove di Indonesia. Selain itu juga terdapat fauna ikan yang terdiri dari ikan pelagis dan jenis ikan (Puspitaningasih, 2012, hal, 40). Kondisi mangrove yang berada di Kelurahan Nipah Panjang 1 Kecamatan Niapah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur ini merupakan Lokasi yang memiliki Hutan mangrove yang luas, hutan tersebut banyak terdapat jenis Pisces, dan lokasi tersebut belum pernah diteliti oleh peneliti yang lain.

Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang jenis

(18)

Pisces dengan judul penelitian “Identifikasi Jenis Pisces di Kawasan Cagar Alam Nipah Panjang 1 Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur”.

B. Batasan Masalah

Melihat keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti dan supaya lebih terfokus, maka peneliti perlu membatasi kajian penelitian ini. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Keanekaragaman jenis Pisces di mangrove.

2. Keanekaragaman jenis ikan Vertebrata.

3. Tempat yang diteliti di kawasan cagar alam Nipah Panjang 1 Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

C. Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang masalah di atas dirumusankan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Jenis Pisces apa saja yang terdapat di kawasan cagar alam Nipah Panjang 1 Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur?

2. Bagaimana keanekaragaman jenis Pisces di kawasan cagar alam Nipah Panjang 1 Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur?

3. Bagaimana kepadatan jenis Pisces di kawasan cagar alam Nipah Panjang 1 Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur?

4. Bagaimana indeks dominansi jenis Pisces di kawasan cagar alam Nipah Panjang 1 Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

(19)

a) Ingin mengetahui jenis Pisces yang terdapat di kawasan cagar alam Nipah Panjang 1 Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

b) Ingin mengetahui keanekaragaman jenis Pisces di kawasan cagar alam Nipah Panjang 1 Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

c) Ingin mengetahui kepadatan jenis Pisces di kawasan cagar alam Nipah Panjang 1 Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

d) Ingin mengetahui indeks dominansi jenis Pisces di kawasan cagar alam Nipah Panjang 1 Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Untuk memberikan informasi pada masyarakat sekitar tentang jenis Pisces di kawasan cagar alam Nipah Panjang 1 Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

b) Seberapa banyak jenis Pisces di kawasan cagar alam Nipah Panjang 1 Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

c) Untuk penulis bertujuan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana Strata Satu dalam Ilmu Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik

1. Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati adalah variabilitas di antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk interaksi ekosistem terestrial, pesisir dan lautan dan ekosistem akuatik lain serta kompleks ekologik tempat hidup makhluk hidup menjadi bagiannya. Hal ini meliputi keanekaragaman jenis, antar jenis dan ekosistem. Pengertian yang lain, keanekaragaman hayati adalah

ketersediaan keanekaragaman sumber daya hayati berupa jenis maupun kekayaan plasma nutfah (keanekaragaman genetik di dalam jenis),

keanekaragaman antarjenis dan keane karagaman ekosistem (Triyono, 2013, hal. 12).

Keanekaragaman hayati menurut UU No. 5 Tahun 1994 adalah keanekaragaman diantara makhluk hidup dari semua sumber termasuk diantaranya daratan, lautan dan ekosistem akuatik lain, serta kompleks- kompleks ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragaman dalam spesies, antara spesies dengan ekosistem. Keanekaragaman hayati juga mencakup semua bentuk kehidupan di muka bumi, mulai dari makhluk sederhana seperti jamur dan bakteri hingga makhluk yang mampu berpikir seperti manusia.

Keanekaragaman hayati dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan:

a) Keanekaragaman spesies

Keanekaragaman spesies mencakup seluruh spesies yang ditemukan di bumi, termasuk bakteri dan protista serta spesies dari

kingdom bersel banyak (tumbuhan, jamur, hewan, yang bersel banyak atau multiseluler). Spesies dapat diartikan sebagai sekelompok individu yang

(21)

menunjukkan beberapa karakteristik penting berbeda dari kelompok- kelompok lain baik secara morfologi, fisiologi atau biokimia. Definisi spesies secara morfologis ini yang paling banyak digunakan oleh pada taksonom yang mengkhususkan diri untuk mengklasifikasikan spesies dan mengidentifikasi spesimen yang belum diketahui (Triyono, 2013, hal. 13).

b) Keanekaragaman genetic

Keanekaragaman genetik merupakan variasi genetik dalam satu spesies baik di antara populasi-populasi yang terpisah secara geografik maupun di antara individu-individu dalam satu populasi. Individu dalam satu populasi memiliki perbedaan genetik antara satu dengan lainnya.

Variasi genetik timbul karena setiap individu mempunyai bentuk-bentuk gen yang khas. Variasi genetik bertambah ketika keturunan menerima kombinasi unik gen dan kromosom dari induknya melalui rekombinasi gen yang terjadi melalui reproduksi seksual. Proses inilah yang meningkatkan potensi variasi genetik dengan mengatur ulang alela secara acak sehingga timbul kombinasi yang berbeda-beda (Triyono, 2013, hal. 13).

c) Keanekaragaman ekosistem

Keanekaragaman ekosistem merupakan komunitas biologi yang berbeda serta asosiasinya dengan lingkungan fisik (ekosistem)

masingmasing (Triyono, 2013, hal. 13). Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa terdapat tiga golongan keanekaragaman hayati yaitu;

keanekaragaman spesies, keanekaragaman genetic dan keanekaragaman ekosistem. Dalam hal ini peneliti akan memfokuskan pada

keanekaragaman spesies dikarenakan peneliti ingin mengatahui keanekaragaman jenis Pisces di mangrove kawasan kelurahan Nipah Panjang 1 kecamatan Nipah Panjang kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman hayati adalah tingkat variasi bentuk kehidupan dalam, mengingat

ekosistem bioma spesies atau seluruh planet. Keanekaragaman hayati adalah ukuran dari kesehatan ekosistem. Keanekaragaman hayati adalah sebagian fungsi dari iklim.

(22)

2. Pisces

Komponen-komponen di ekosistem perairan berdasarkan cara

hidupnya adalah bentos, perifiton, plankton, dan Pisces. Salah satu komponen yang memiliki variasi organisme yang sedikit dalam suatu perairan adalah Pisces dan memiliki peranan cukup penting dalam rantai makanan suatu perairan . Pisces adalah organisme laut yang dapat bergerak atau berenang sendiri dalam air sehingga tidak bergantung pada arus laut yang kuat atau gerakan air yang disebabkan oleh angin. sebagai contohnya adalah ikan, cumi- cumi, udang, kepiting, mamalia dan reptil laut (Alfiah, 2011, hal. 63).

Kang dan King (2013) mengatakan bahwa Pisces refers to the aggregate of actively swimming aquatic organisms in a body of water and Pisces assemblages in freshwater emergent marshes and ponds may have similar dominant species even though freshwater emergent marshes exhibit severe environmental conditions”. Itu artinya Pisces terdiri dari organisme yang mempunyai kemampuan untuk bergerak sehingga mereka tidak bergantung pada arus laut yang kuat atau gerakan air yang disebabkan oleh angin. Mereka dapat bergerak didalam air menurut kemampuan sendiri.

Kebanyakan merupakan hewan-hewan besar, dan didalamnya termasuk organisme-organisme tersebar dan tercepat bergerak dilaut. Pisces terutama merupakan hewan vertebrata. Diantaranya, ikan merupakan jumlah terbanyak, baik dalam spesies maupun individu.

. Penjelasan klasifikasi jenis mengenai Kelompok Holoepipelagik dan Meroepilagik dapat dilihat dibawah ini:

a) Golongan Holoepipelagik

Holoepipelagik adalah golongan ikan yang menghabiskan seluruh waktunya di daerah epipelagik. Kelompok ikan ini mencakup ikan-ikan hiu tertentu (cucut,martil, hiu mackerel, cucut biru), kebanyakan ikan terbang, tuna, setuhuk, cucut gergaji, lemuru, ikan dayung, dan lain-lain.

b) Golongan Meroepilagik

Meroepipelagik adalah golongan ikan yang menghabiskan

sebagian waktu hidupnya di daerah epipelagik. Meropelagik dapat dibagi

(23)

lagi berdasarkan pola hidup masing-masing organisme, diantaranya:

Kelompok Organisme yang menghabiskan sebagian waktu hidupnya di daerah epipelagik, kelompok ini beragam dan mencakup ikan yang menghabiskan masa dewasanya di epipelagik tetapi memijah di daerah pantai. Kelompok Organisme yang hanya memasuki daerah epipelagik pada waktu-waktu tertentu, seperti ikan perairan-dalam semacam ikan lentera yang bermigrasi ke permukaan pada malam hari untuk mencari makan. Kelompok Organisme yang menghabiskan awal daur hidupnya di epipelagik, tetapi masa dewasanya di daerah lain (Gonawi, 2009, hal. 31)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Pisces adalah organisme laut yang dapat bergerak atau berenang sendiri dalam air sehingga tidak bergantung pada arus laut yang kuat atau gerakan air yang disebabkan oleh angin. sebagai contohnya adalah ikan, cumi-cumi, udang, kepiting, mamalia dan reptil laut

3. Mangrove

Ekosistem hutan payau (ekosistem hutan mangrove) adalah tipe ekosistem yang terdapat didaerah pantai dan selalu atau secara teratur digenangi air laut atau dipengaruhi oleh pasang surut air laut, daerah pantai dengan kondisi tanah berlumpur, berpasir, atau lumpur berpasir. Ekosistem tersebut merupakan ekosistem yang khas untuk daerah tropis, terdapat di daerah pantai yang berlumpur dan airnya tenang (gelombang laut tidak besar).

Ekosistem hutan itu disebut ekosistem hutan payau karena terdapat didaerah payau (estuarine), yaitu daerah perairan dengan kadar garam/salinitas antara 0,50/00 dan 300/00, disebut juga ekosistem hutan pasang surut karena terdapat didaerah yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut (Indriyanto, 2006, hal, 65-66).

Hutan payau sering disebut hutan bakau atau mangrove yang merupakan formasi hutan yang khas daerah tropik. Hutan payau terdapat dipantai rendah dan tenang, berlumpur atau sedikit berpasir yang mendapat pengaruh pasang surut air laut, dimana tidak ada ombak keras. Hutan ini disebut juga hutan bakau karena dominansi tegaknya jenis bakau atau disebut

(24)

hutan payau karena hidup dilokasi yang payau akibat mendapat buangan air dari sungai atau air tanah (Arifin, 2001, hal, 42). Ekosistem mangrove atau hutan bakau termasuk ekosistem pantai atau komunitas bahari dangkal yang menarik, yag terdapat pada perairan tropik dan subtropik. Penelitian mengenai hutan mangrove lebih banyak dilakukan daripada ekosistem pantai lainnya.

Hutan mangrove merupakan ekosistem yang lebih spesifikjika dibandingkan dengan ekosistem lainnya karena mempunyai vegetasi yang agak seragam, serta mempunyai tajuk yang rata, tidak mempunyai lapisan tajuk dengan bentukan yang khas, dan selalu hijau (Hidayat, 2016, hal. 329).

Mangrove menghendaki lingkungan tumbuh yang agak ekstrim yaitu membutuhkan air asin (salinitas air), berlumpur dan selalu tergenang, yaitu didaerah yang berbeda dalam jangkauan pasang surut seperti didaerah delta, muara sungai atau sungai-sungai pasang berlumpur. Sedangkan dipantai berpasir atau berbatu ataupun karang berpasir tumbuhnya tidak akan baik.

Begitu pula arus yang kuat, misalnnya karena sering dilewati manusia dengan kapal motor akan dapat menghancurkan hutan mangrove (Winarno, 2006, hal.

282). Dalam pohon-pohon mangrove adalah halofit, artinya bahwa mangrove ini tahan akan tanah yang mengandung garam dan genangan air laut. Ada juga mangrove tumbuh di tempat yang lebih tinggi, sehingga akan mengalami masa tanpa genangan air laut. Ada juga mangrove tumbuh ditempat yang lebih tinggi, sehingga akan mengalami masa tanpa genangan air laut yang agak panjang. Namun beberapa pohon mangrove dapat dijumpai di tepi sungai sekitar 100 km dari laut, walaupun pada permukaan air dimana pohon itu tumbuh adalah air tawar, tetapi pada dasar sungai terdapat seiris air asin (Winarno, 2006, hal. 282).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa mangrove adalah ekosistem hutan daerah pantai yang terdiri dari kelompok pepohonan yang bisa hidup dalam lingkungan berkadar garam tinggi. Salah satu ciri

tanaman mangrove memiliki akar yang menyembul ke permukaan.

Penampakan mangrove seperti hamparan semak belukar yang memisahkan daratan dengan laut.

(25)

4. Kelurahan Nipah Panjang 1 Kecamatan Nipah Panjang kabupaten Tanjung Jabung Timur

a) Letak dan Luas

Kelompok Hutan Bakau Pantai Timur pertama kali ditunjuk sebagai kawasan cagar alam pada tahun 1981 berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Pertanian nomor: 507/Kpts/Um/6/1981 pada tanggal 12 Juni 1981. Pada awal penunjukkannya kawasan CA Hutan Bakau Pantai Timur memiliki luas sekitar 6.500 ha. Sebagai tindak lanjut

penunjukan tersebut, pada tahun 1991 dilakukan pengukuran dan penataan batas di kawasan CA Hutan Bakau Pantai Timur. Kegiatan tersebut

berhasil merampungkan pengukuran dan pemancangan tanda batas sepanjang 100 km dengan perkiraan luas kawasan 3.829 ha.

Pada tahun 1997 kembali dilakukan penataan batas dan rekonstrusi batas di kawasan CA Hutan Bakau Pantai Timur. Dari kegiatan tersebut diketahui luas kawasan CA Hutan Bakau Pantai Timur sekitar 4.126,6 Ha.

Dalam rangka pengukuhan kawasan, pada tahun 2003 pemerintah

menetapkan kawasan CA Hutan Bakau Pantai Timur seluas 4.126,6 ha dan panjang batas 109,33 km melalui surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor 14/Kpts-II/2003 tanggal 7 Januari 2003.

Kawasan Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur secara

administratif pemerintahan termasuk Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Tanjung Jabung Barat. Di Kabupaten Tanjung Jabung Barat di Kecamatan Kuala Betara desa Sungai Dualap. Adapun Tanjung Jabung Timur meliputi 4 (empat) kecamatan, yaitu:

(1) Kecamatan Muara Sabak Timur (Desa Simbur Naik, Lambur, Alang-alang, Sungai Ular, dan Kuala Simbur)

(2) Kecamatan Kuala Jambi (Desa Tanjung Solok) Kecamatan Mendahara (Desa Mendahara Ilir, Lagan ilir dan Pangkal Duri).

(3) Kecamatan Nipah Panjang yang meliputi Kelurahan Nipah Panjang I, Pamusiran, Bungo Tanjung, Teluk Kijing dan 4 pulau kecil, yaitu

(26)

Pulau Waitambi, Pulau Tengah, Pulau Pedadoanak dan Pulau Mudo.

Secara geografis Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur berada pada titik koordinat 10332’44”– 10412’03” BT dan 0151’47” – 0104’40” LS. Sesuai SK Menteri Kehutanan No. 14/Kpts-I/2003 tanggal 7 Januari 2003, kawasan ini mempunyai luas total 4.126,6 ha.

Peta tata letak dan adminitrasi Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur disajikan pada Lampiran 2 sampai dengan Lampiran 7. Adapun wilayah yang membatasi kawasan CA Hutan Bakau Pantai Timur adalah sebagai berikut:

(a) Sebelah Utara berbatasan dengan selat Berhala dan laut Natuna (b) Sebelah Timur berbatasan dengan laut Natuna

(c) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

(d) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

b) Iklim

Tipe iklim Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur termasuk tipe iklim ”AF” yaitu iklim tropis yang lembab dan hangat. Suhu harian kawasan ini sekitar 32-35°C dengan kelembaban udara mencapai sekitar 80% dan mempunyai temperatur udara rata-rata berkisar 22,73°C-26,49°C per tahun. Kawasan ini mempunyai curah hujan minimal lebih dari 60 mm/bulan.

c) Ketinggian

Ketinggian suatu tempat dari permukaan laut dapat mempengaruhi sifat tumbuhnya suatu tanaman karena adanya perbedaan suhu yang disebabkan oleh ketinggian, di mana tiap naik 100 M maka suhu udara turun 0,6 °C. Kabupaten Tanjung Jabung Timur mempunyai ketinggian kurang lebih 0 – 100 M dari permukaan laut. Topografi daerah pada umumnya dataran rendah terdiri dari rawa/gambut dengan permukaan tanah banyak dialiri pasang surut air laut.

(27)

d) Topografi

Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang sebagian secara topografi, seluruh kawasan mempunyai kelerengan antara 0 – 3 % (datar). Kawasan ini dapat dikembangkan sebagai kawasan pertanian dengan syarat input drainase, yang berfungsi juga sebagai saluran irigasi karena adanya

pengaruh arus pasang. Berdasarkan hasil studi serta pengukuran yang telah dilakukan sebelumnya, semua elevasi di daerah rawa-rawa sepanjang Sungai Batanghari dinyatakan dalam acuan ketinggian yang sama, yaitu dalam meter di atas Project reference Level (M + PRL). Acuan ketinggian di kawasan perencanaan diambil dari ketinggian BM (Bench Mark) BK 63 e) Jenis Tanah

Penyebaran tanah di kawasan Kabupaten Tanjung Jabung Timur secara makro pada umumnya adalah tanah yang selalu dipengaruhi oleh air, yaitu tanah-tanah yang berumur muda dan tanah organik atau tanah gambut. Beberapa jenis tanah yang terdapat di kawasan perencanaan menurut Pusat Penelitian Tanah (PPT) Bogor (1983), yaitu : Aluvial Tionik, Aluvial Gleik, Aluvial Humik, Organosol Fibrik, Organosol Saprik, Organosol Humik, dan Gleisol Humik.

f) Topografi

Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur berada pada ketinggian 0-2 dari permukaan laut dan mempunyai jenis tanah alluvium berupa lempung.

Kawasan ini mempunyai daerah pasang surut dengan kedalaman 1-2 meter. Di belakang hutan mangrove merupakan daerah transisi rawa air tawar dengan gambut yang kedalamannya lebih dari 2 meter.

g) Hidrologi

Pantai Timur Jambi merupakan wilayah muara Sungai

Batanghari,dan sungai-sungai di sekitar kawasan yang bermuara di hutan bakau seperti Sungai Lagan, Sungai Mendahara, Sungai Betara, Sungai Alang-alang, Sungai Ular, Sungai Lambur, Sungai Simbur, Sungai Berbak dan beberapa sungai kecil lainnya

(28)

h) Salinitas Air dan Pasang Surut

Salinitas air sungai pada waktu pasang maksimum dan surut minimum merupakan petunjuk besar kecilnya penyusupan air laut ke dalam sungai pada waktu pasang. Penyusupan air laut selain melalui sungai dapat juga langsung melalui garis pantai ke arah daratan.

Penyusupan ini akan lebih cepat pada daerah-daerah dimana hutan mangrovenya dalam kondisi rusak, sehingga tidak berfungsi sebagai daerah penyangga terhadap penetrasi air laut ke daratan seperti di daerah Sungai Ular dan Lambur.

Pasang surut Pantai Timur Jambi terjadi dua kali sehari yang urutannya dipisahkan kira-kira dua belas jam. Selain pasang surut biasa terjadi juga pasang surut loncatan (pasang surut purnama) dan pasang surut Perbani (pasang surut penuh). Pasang surut purnama adalah pasang surut dengan amplitudo besar, sedangkan pasang surut perbani amplitudo kecil. Pasang surut ini terjadi dua kali dalam 30 hari.

Daerah pantai timur ada dua musim, yaitu musim barat

(November-Maret) dan musim Timur (April-Oktober). Pada daerah ini musim barat angin justru bertiup dari arah utara (dari arah laut ke daratan) selama 3-4 bulan dengan kecepatan tinggi disertai dengan gelombang yang cukup besar. Dari pengalaman masyarakat ternyata pasang purnama yang terjadi pada musim barat lebih besar dibandingkan dengan pasang

purnama pada musim timur. Pada musim timur gelombang laut relatif kecil dan arahnya sejajar garis pantai.

B. Studi Relevan

Studi relevan yakni memuat hasil-hasil penelitian sebelumnya relevan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh penelitian lain, dengan maksud untuk menghindari duplikasi. Disamping itu, untuk menunjukkan bahwa topik yang akan diteliti belum pernah diteliti dalam konteks yang sama.

(29)

Permasalahan yang akan peneliti teliti sudah pernah di teliti oleh beberapa orang sebelumnya diantaranya:

Marcus dan Latupapua (2011), dalam penelitiannya yang berjudul

“Keanekaragaman Jenis Pisces Di Mangrove Kawasan Segoro Anak Taman Nasional Alas Purwo”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan struktur, komposisi, keanekaragaman, kelimpahan dan kekayaan organisme akuatik serta hubungan antara fisik faktor lingkungan dan keragaman di bagian diukur dari permanen hutan bakau. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret dan berlanjut lagi pada bulan Juli 2010 menggunakan systematic random sampling.

Data dikumpulkan dari Segoro Mangrove Hutan di Taman Nasional Alas Purwo di resort Grajagan. Organisme akuatik dikumpulkan menggunakan jaring, melingkar berbentuk jaring 5 meter dengan diameter tersebar 30 kali dengan 2 kali pengulangan pada saat pasang pagi dan sore pasang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa organisme akuatik yang ditemukan di lokasi yang diukur dari daerah permanen yang 10 jenis ikan dari 10 keluarga, 2 jenis udang dari 1 keluarga dan 1 jenis kepiting dari 1 keluarga. Dari analisis hasil Shannon indexOf tingkat keanekaragaman, kekayaan dan eveness distribusi cukup tinggi. The resluts analisis regresi menunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor lingkungan fisik dan kekayaan organisme air.

Adil Junaidi dkk (2014), dalam penelitiannya yang berjudul “Struktur Komunitas Pisces Di Danau Siombak Kecamatan Medan Marelan Kota Medan”. Siombak Lake adalah sebuah danau buatan yang terbentuk sebagai hasil dari aktivitas pengerukan pasir sebelumnya. Danau ini dipengaruhi oleh pasang surut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas Pisces.

Penelitian ini dilakukan dari Mei hingga Juli 2014. Pengumpulan data yang komposisi Pisces spesies dan kelimpahan, serta data kualitas air sebagai

pendukung. Data dianalisis dengan indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, indeks dominasi. Hasil penelitian menunjukkan ada 7 dari Ordo, dimana 6 ordo milik ikan dan 1 ordo udang. Slinding (Ambassis uroatenia) ditemukan

terperangkap di sebagian besar dalam jumlah 237 dan 64% kelimpahan relatif.

Keanekaragaman Pisces di Siombak Lake adalah media (kisaran 1 sampai 3) yang

(30)

1,07. Generallly Indeks dominasi 0,5, menunjukkan tidak ada spesies yang mendominasi. Indeks kesamaan adalah 0,48 yang menunjukkan individu menyebar berbeda.

Rana Descasari (2014), dalam penelitiannya yang berjudul “Keterkaitan Ekosistem Mangrove Dengan Keanekaragaman Ikan Di Pabean Ilir Dan Pagirikan, Pasekan Indramayu, Jawa Barat Ekosistem”. mangrove memiliki produktivitas yang tinggi karena kemampuannya sebagai perangkap unsur hara, yang mendukung kehidupan biota akuatik, terutama ikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan antara kerapatan mangrove dengan jumlah tangkapan ikan, jumlah jenis ikan, dan keanekaragaman jenis ikan. Pengumpulan data meliputi kondisi mangrove, parameter fisika dan kimia perairan, serta ikan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan mangrove di Desa Pabean Ilir lebih tinggi dibandingkan dengan Desa Pagirikan. Jenis mangrove yang memiliki indeks nilai penting tertinggi adalah Rhizophora mucronata dan Avicennia marina. Total hasil tangkapan ikan di dua lokasi sebanyak 1093 individu, terdiri atas 80 jenis yang termasuk ke dalam 38 famili. Jenis ikan dominan adalah Ambassis nalua, Johnius belangerii, Leiognathus equulus, dan Platycephalus indicus. Terdapat hubungan positif antara kerapatan mangrove dengan jumlah tangkapan ikan, jumlah jenis ikan, dan keanekaragaman jenis ikan di Desa Pabean Ilir dan Desa Pagirikan di Kecamatan Pasekan Indramayu, Jawa Barat.

Dari beberapa contoh hasil penelitian di atas, maka dapat digambarkan beberapa persamaan dan perbedaannya. Persamaan skripsi ini dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya adalah pada salah satu variabel yang digunakan dalam membahas pokok permasalahan, yaitu variabel komunitas jenis Pisces dan ekosistem mangrove. Sedangkan, perbedaan antara skripsi ini dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya adalah pada keanekaragaman jenis Pisces di mangrove.

Adanya persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam skripsi ini dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya tentu membawa konsekuensi pada hasil penelitian yang diperolehnya. Bila pada hasil-hasil penelitian sebelumnya ditujukan untuk memperoleh gambaran/deskriptif variabel itu sendiri (variabel komunitas jenis Pisces dan ekosistem mangrove), maka pada penelitian ini

(31)

diharapkan untuk menghasilkan gambaran tentang keanekaragaman jenis Pisces di kawasan cagar alam Nipah Panjang 1 Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan cagar alam Nipah Panjang 1 Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Adapun waktu untuk penelitian ini berawal pada bulan Juli sampai Agustus 2017.

Gambar 3.1: Peta Kawasan Cagar Alam Kelurahan Nipah Panjang (Sumber: Penataan Blok Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur).

B. Alat dan Bahan 1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : patok kayu, spidol, kalkulator, pensil, buku tulis, alat tangkap (jaring, dan serokan), tali rapia, kamera, wadah sampel, meteran.

(33)

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: jenis Pisces, formalin dan alkohol 70%.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif. Yaitu Penelitian yang berdasarkan pada data-data, gambar, hasil observasi, dan studi kepustakaan, kemudian disusun dalam kalimat yang dapat menginteprestasikan hasil penelitian. Sumber data yang diambil melalui litelatur atau informasi yang mendukung penelitian berdasarkan sumber buku, Jurnal, artikel, dan Internet.

Kemudian pengamatan dilakukan secara langsung dengan mengobservasi keberadaan jenis Pisces di kawasan cagar alam Nipah Panjang 1 Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

D. Prosedur/Langkah Kerja 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif kuantitatif, penelitian dilakukan dengan tahap observasi, dengan menentukan lokasi stasiun atau transek, wawancara, dokumentasi, koleksi Spesimen, dan identifikasi jenis Pisces. Dan untuk mendapatkan data Pisces digunakan metode purposive sampling. purposive sampling adalah tekhnik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009, hal. 68).

Metode yang digunakan dalam penelitian Pisces adalah pengambilan sampel secara sistematik (sistematika random sampling). Pisces ditangkap dengan menggunakan jaring (cash net) atau jaring jolo (nama lokal), yang di tebar sepanjang 100 meter di tiap-tiap transek. Penebaran jaring dilakukan

(34)

sekali pada saat air laut pasang, dengan waktu pengangkatan jaring 15-30 menit sesuai keadaan arus air di setiap stasiun.

Penentuan stasiun penelitian juga menggunakan transek garis dari arah darat ke laut sepanjang yang disesuaikan dengan panjang stasiun yang telah ditentukan. Penentuan stasiun ini dengan panjang dan lebarnya 10m x 10m dan lokasi penentuan stasiun ini berjumlah 4 stasiun yang mewakili wilayah pengamatan. Penelitian ini terlebih dahulu melakukan survey yang disertai dengan wawancara setelah itu digunakan metode transek garis yang sudah ditentukan, transek tersebut akan digunakan pada tiap masing-masing stasiun.

Metode survey dengan penempatan stasiun dilakukan secara “Purposive sampling” yaitu membagi kawasan tersebut berdasarkan keberadaan di

kawasan cagar alam Nipah Panjang 1, dengan ciri pada tiap-tiap stasiun antata lain :

a) Stasiun I: Daerah sungai dengan populasi cagar alam Nipah Panjang 1 yang padat, (kerapatan padat).

b) Stasiun II: Daerah ekowisata cagar alam Nipah Panjang 1, (kerapatan terbesar/padat).

c) Stasiun III : daerah berlumpur yang jauh dari populasi cagar alam Nipah Panjang 1, (tanpa mangrove).

d) Stasiun IV: Daerah cagar alam Nipah Panjang 1 yang berada antara pertemuan sungai dan laut. (kerapatan sedang), Seperti terlihat pada peta dibawah ini :

(35)

Gambar 3.1: Ciri Pada Tiap-Tiap Stasiun

(Sumber: Penataan Blok Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur).

2. Tekhnik Pengumpulan Data a. Observasi

Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan lokasi penelitian yang disesuaikan dengan biologis dan phsikologis dari lokasi tersebut.

Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2011, hal. 105) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Observasi Penelitian ini berguna untuk mendapatkan informasi mengenai gambaran umum tentang lokasi yang akan diamati serta keanekaragaman jenis Pisces yang berada di kawasan cagar alam Nipah Panjang 1 Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

b. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai tekhnik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, akan tetapi apabila peneliti ingin

I

III II

IV

Nipah panjang 1

(36)

mengetahui hal-hal dari key informasi dan responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2010, hal. 137).

Wawancara yang peneliti lakukan untuk mendapatkan data mengenai lokasi penelitian dan data spesies Pisces yang ditemukan oleh masyarakat Kelurahan Nipah Panjang 1 Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah hasil berupa foto-foto atau catatan yang penting yang didapat pada saat penelitian berlangsung dengan tujuan untuk menunjang dan pengingat agar Pisces yang diteliti tepat dan tidak keliru, selain itu data sekunder dari peneliti yaitu berupa historis dan geografis di kawasan cagar alam Nipah Panjang 1 Kecamatan Nipah Panjang

Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

d. Koleksi Spesimen

Pengumpulan Spesimen dilakukan di kawasan cagar alam Nipah Panjang 1 Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang merupakan habitat dari Pisces. Kawasan tersebut dibuat empat Stasiun pengamatan yang berbeda. Setelah stasiun ditetapkan, selanjutnya ditetapkan transek garis dengan menarik tali sepanjang 10 meter dari garis pinggir hingga ke bagian tepi stasiun, jumlah dari garis yang dibuat tiap- tiap stasiun adalah 2 garis transek. Hal tersebut agar mempermudah pengambilan sampel yang berada di lokasi stasiun tersebut.

e. Identifikasi

Indentifikasi Pisces dilakukan dengan cara mencocokkan jenis sample yang didapat dilapangan dengan literature taksonomi hewan.

Sampel yang ditemukan pada tiap-tiap stasiun akan dimasukkan dalam botol kemudian dimasukkan alcohol 70 % dan diawetkan kemudian mengindentifikasi sampel yang ditemukan jenisnya yang belum diketahui, disesuaikan literatus dan buku taksonomi hewan.

(37)

E. Analisis Data

Analisis data adalah pencarian atau pelacakan pola-pola. Analisis data kuantitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu teknik pengambilan sampel pada umumnya

dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian analisis data bersifat kuantitatif/statistic dengan tujuan untuk mengetahui data atau sampel yang telah didapat (Sugiyono, 2011, hal. 66). Itu artinya analisis data dapat dilakukan untuk menguji berbagai tujuan penelitian. Analisis ditujukan untuk mengetahui struktur komunitas Pisces, biometri, makanan dan kebiasaan, serta berbagai informasi berkaitan dengan pembiakan.

1. Identifikasi dengan menggunakan buku determinasi Widiasatwaloka Cibinong Freshwater Fishes of Westerm Indonesia and Sulawesi, Ikan- Ikan Laut Ekonomis Penting di Indonesia.

2. Indeks Keanekaragaman Jenis menurut Melati Ferianti Fachrul, (2012, hal.

118).

- Sahnon & waner :

= /N) In (

N Keterangan:

H= Indeks keanekaragaman S = Jumlah jenis ikan

N = Jumlah individu ikan

ni = Jumlah individu ikan tiap jenis Dengan kriteria sebagai berikut:

Jika nilai H’ <1 maka keanekaragaman jenis rendah Jika nilai 1 < H’ < 3 maka keanekaragaman jenis sedang Jika nilai H’ > 3 msks keanekaragaman jenis tinggai 3. Kepadatan Jenis

Kepadatan Pisces (Brower dan Zar dalam Adamy 2009) dalam Mahmuda (2016)

(38)

D =

Ni

A

Keterangan:

D = Kepadatan Pisces (ind/m2) Ni = Jumlah Individu

∑n = Luas Petak Pengamambilan Contoh (m2) Kepadatan Relatif (RD) (Kadir, 2012, hal. 222)

RDi=

ni

x 100%

∑n

Di mana:

RDi = Kepadatan relative spesies i Ni = Jumlah kepadatan suatu jenis

∑n = Kepadatan jumlah semuanya

4. Indeks Dominan menurut Melati Ferianti Fachrul, (2012, hal. 118).

= ( / )

Keterangan : C = Indeks dominan

S = Jumlah takson (jenis) biota dalam satu sampel N = Jumlah biota dalam jenis

∑ = Jumlah

Dengan kriteria sebagai berikut: indeks dominasi antara 0-1 semakin kecil nilai C maka dominasi suatu jenis organisme kecil, jika nilai C = 1 dominasi maka komunitas suatu organisme tinggi.

(39)

F. Jadwal Penelitiaan

Untuk memudahkan penelitiaan ini, maka kegiatan penelitiaan ini dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

Table III. I.

Jadwal Penelitian

No Jadwal penelitian 2018

Maret April Mei Juni Juli

1. Pengajuan judul √ √

2. Pembuatan proposal √ √

3. Pengajuan dosen pembimbing

4. Perbaikan proposal

5. Pengajuan dan pelaksanaan seminar

6. Perbaikan seminar

7. Pengajuan izin riset √

8. Riset dilapangan √

9. Penyusunan data √

10. Penulisan skripsi √ √ √

11 Ujian Skripsi/Munaqosah √

(40)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Jenis Pisces

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan cagar alam Nipah Panjang 1 Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur ditemukan tujuh jenis Pisces, terdiri dari keluarga Gobiidae, Mungilidae, Bagridae, Sciaenidae, Polynemoidei, Engraulidae dan Tetraodontidae, di mana masih dapat ditemukan di bebrapa titik Hutan mangrove yang luas.

Table IV. I.

Jenis-jenis Pisces di kawasan cagar alam Nipah Panjang 1

No Family Spesies Individu

1 Gobiidae Glossogobius Giuris (Ikan Bloso) 5 2 Mungilidae Valamungil Ophuysenii (Ikan

Belanak)

180 3 Bagridae Mystus Gulio (Ikan Duri Tikus) 329 4 Sciaenidae Boesemania Microlepis (Ikan

Gulama)

16 5 Polynemoidei Eleutheronema Tridactylum (Ikan

Senangin)

13

6 Engraulidae Thryssa Sp (Ikan Lais) 5

7 Tetraodontidae Chelonodon Patoca (Ikan Buntel) 3

Total 551

a) Jenis Pisces di kawasan cagar alam Nipah Panjang 1 1) Glossogobius Giuris (Ikan Bloso)

Family: Gobiidae

Deskripsi Umum: Ikan Bloso/Bongol memiliki sirip perut bersatu dan membentuk piringan penghisap yang memungkinkan mereka untuk tetap pada posisinya diperairan yang berarus deras.

Selain itu pula ikan ini berukuran kecil tetapi tebal dengan bentuk

26

(41)

ekornya menipis, sirip-siripnya lebar dan memiliki dua sirip punggung.

Ikan ini yang banyak tersebar di Indonesia. Ikan ini dapat hidup di perairan laut, payau dan tawar. Habitat bloso adalah di perairan tempat bertemunya sungai dan laut (Muara) atau di pinggiran laut. Ikan ini dapat tumbuh dengan panjang maksimal 40 cm. Sebagaian besar masyarakat Kelurahan Nipah Panjang 1 menamai ikan ini dengan Ikan Bloso/Bongol dan biasannya memanfaatkan ikan ini sebagai ikan konsumsi dengan cara diasinkan. Namun sekarang ini sudah banyak hobiis yang melirik ikan ini sebagai ikan penghias akuarium.

Genus: Glossogobius

Karakter: Celah ingsang memanjang sampai bagian bawah dekat pinggiran peoperkulum atau lebih jauh kedepan. Ikan ini termasuk predator, makananya berupa udang dan ikan-ikan kecil baik dalam kondisi hidup ataupun mati. Bahkan bloso di tank saya mau makan jangkrik dan daging ayam cincang. Bloso Glossogobius Giuris juga termasuk dalam kategori ikan demersal yakni ikan yang hidup dan makan di dasar (zona demersal). Ikan beloso kecil dialamnya biasanya hidup secara bergerombol dan jarang berenang, mereka lebih suka berdiam atau menyembunyikan diri di pasir, namun ketika ada mangsa lewat ikan ini dengan gesit langsung berenang mengejarnya.

Spesies: Glossogobius Giuris

Ciri-ciri: Sirip punggung pertama memiliki VI duri, dan sirip punggung kedua 1,9 1 yang keras dan 9 jari jari lemah, A 1,8. Sisik pada gurat sisi atau LL 30, Sisik yang di depan punggung ada 17. Ikan jenis ini dapat digunakan sebagai penghias akuarium. Ikan ini cukup menarik untuk dipelihara di akuarium, dikarenakan karakter, warna dan bentuknya yang unik. Selain itu pula ikan ini adalah tipikal ikan yang tidak gampang terpengaruh dengan parameter air. Yang terpenting adalah air dalam tank mempunyai sirkulasi dan pasokan oksigen cukup yang bisa didapatkan dari powerhead dan aerator.

(42)

Gambar IV. 1: Glossogobius Giuris Pada Stasiun 1, 3, dan 4 (Sumber: Koleksi Sendiri, Tgl: 4-7-2017)

2) Valamungil Ophuysenii (Ikan Belanak) Family: Mungilidae

Deskripsi Umum: Moncong kepalanya tumpul, bibir yang berbentuk ‘V’ jika dilihat dari depan terletak pada sudut moncong, bibir bagian atas lebih tebal daripada bagian bawahnya ini berguna untuk mencari makan di dasar/organisme yang terbenam dalam lumpur. Sebagaian besar masyarakat Kelurahan Nipah Panjang 1 menamai ikan ini dengan ikan Belanak. Sisik-sisiknya besar. Sirip punggung pertama memiliki empat duri dan terpisah dengan sirip ke dua yang hanya memiliki satu duri, ikan Belanak bentuknya memanjang agak langsing dan gepeng dan ikan Belanak mempunyai gigi yang amat kecil, tetapi kadang-kadang pada beberapa spesies tidak ditemukan sama sekali.

Genus : Valamungil

Karakter: Pinggiran belakang sisik bergerigi; ujung belakang rahang atas tersembunyi di belakang tendon ketika mulut tertutup. Ikan Belanak memiliki bentuk yang mirip dengan ikan Bandeng memiliki bentuk yang pipih dan memanjang dengan warna sisik putih dan berwarna coklat di punggung bagian atas. Ikan Belanak hidup secara berkelompok, saat sedang musim ikan Belanak, biasanya ikan Belanak akan terlihat dipermukaan air dalam jumlah yang sangat banyak di pagi hari dan juga dapat melihatnya dikawasan muara.

Spesies: Valamungil ophuysenii

(43)

Ciri-ciri; Sisik di sepanjang badan 38, dan awal sirip punggung pertama lebih dekat keujung moncong dari pada ekor. Di Indonesia ikan Belanak dikenal dengan salah satu jenis ikan konsumsi. Meski ikan Belanak, kalah popular dengan ikan Bandeng dikarenakan benulm banyak yang membudidayakan ikan Belanak, selain itu pula ikan Belanak, merupakan salah satu umpan favorit yang digunakan para mincing mania untuk berburu predator seperti Gaint Trecelly, Barrakuda, Kakap, dan Kerapu. Ikan Belanak merupakan ikan laut, akan tetapi ikan Belanak, dapat dijumpai di kawasan muara dan tidak jarang masuk ke perairan air tawar untuk mencari makan. Walaupun habitat utamanya di laut, ikan Belanak lebih efektif di pancing diperairan air payau yaitu di muara sungai.

Gambar IV. 2: Valamungil Ophuysenii Pada Stasiun 1, 2, 3, dan 4 (Sumber: Koleksi Sendiri, Tgl: 4-7-2017)

3) Mystus Gulio (Ikan Duri Tikus) Family: Bagridae

Deskripsi Umum: Kepala dan badan halus, kedua lubang hidung tidak berdekatan,bagian belakang bersungut. Sirip dubur pendek, 8-26 jari-jari, bentuk sirip ekor tidak meruning, tidak bersatu dengan sirip punggung. Banyak nama lokal yang disematkan ke ikan- ikan ini, beberapa di antaranya adalah Duri Tikus, Keting, Kating, Ndaringan, Sengat, Senggiringan, Ririgi, Kelibere dan lain-lain bergantung kepada spesies dan daerahnya. Masyarakat Kelurahan Nipah Panjang 1 menamai ikan ini dengan Ikan Duri Tikus, ikan ini memiliki beberapa karakteristik khusus, termasuk kehadiran 3 buah

(44)

patil atau sengatan, serta memiliki kumis, dengan kulit halus dan menghasilkan ikan tanpa sisik begitu licin. Tendon Ikan ini mirip dengan ikan Sembilang sekilas namun dengan ukuran yang lebih kecil dengan ekor yang memiliki cabang sebanyak 2.

Genus: Mystus

Karakter: Pola pewarnaan berbeda; 9-18 jari-jari sirip dubur, mata tidak tertutup oleh kulit, sungut umumnya lebih panjang dari pada kepala. Ikan Duri Tikus tergolong ke dalam kelompok ikan air tawar yang tergolong ke dalam marga Mystus (suku Bagridae, bangsa Siluriformes). Kelompok ikan Duri Tikus dapat ditemukan di Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Singapura dan Thailand.

Tumbuh dengan panjang 19,8 cm dan memakan zooplankton dan larva serangga di alam liar, dan sebagian besar makanan siap dalam akuarium Hal ini. Tidak aman untuk menjaga mereka dengan ikan yang lebih kecil di akuarium karena mereka akan memakannya.

Spesies: Mystus gulio

Ciri-Ciri: Sirip lemak yang pangkalnya lebih pendek dari pada pangkal sirip dubur. Ikan Duri Tikus sangat beragam, terdiri dari jenis- jenis ikan yang kecil dan menengah. sistematika grup ini masih belum stabil dan membutuhkan penelitian lebih lanjut. Kekerabatan filogenik dalam genus ini belum diketahui dengan jelas. Tapi percaya sejak tahun 2005 bahwa marga ini parafiletik. Ikan Duri Tikus diyakini memiliki asal-usulnya di Asia Selatan dan Asia Tenggara.

Sebelumnya, genus ini juga dikenal dengan nama lain Macrones, nama yang kini tidak lagi digunakan karena sebelumnya telah digunakan sebagai nama kumbang (Coleoptera).

(45)

Gambar IV. 3: Mystus Gulio Pada Stasiun 1, 2, 3, dan 4 (Sumber: Koleksi Sendiri, Tgl: 4-7-2017)

4) Boesemania Microlepis (Ikan Gulama) Family: Sciaenidae

Deskripsi Umum: Memiliki dua sirip punggung yang sedikit bersambung, sirip yang kedua sangat panjang dan berjari-jari banyak.

Sirip duburnya berpangkal pendek dan berjari-jari dua. Pori-pori umumnya menyolok pada moncong dan di depan rahang bawah. Gurat sisi berlanjut sampai keujung sirip ekor yang berbentuk jajaran genjang. Masyarakat Kelurahan Nipah Panjang 1 menamai ikan ini dengan Ikan Gulama.

Genus: Boesemania

Karakter: Sisik-sisik stenoid (bergerigi) pada gurat sisi; duri kedua pada sirip dubur kuat. Ikan Gulama tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia meliputi Sumatra, Jawa dan Nusa Tenggara, seluruh perairan Kelimantan dan Sulawesi kecuali daerah laut dalam sekitar Masalembo dan Banda Aceh serta Maluku dan Irian Jaya. Ikan Gulama habitatnya di perairan pantai yang dangkal dan sungai. Ikan Gulama adalah ikan yang mempunyai bentuk badan memanjang seluruh bagian kepala tertutup sisik kecuali ujung moncong. Bermulut lebar, gigi-gigi besar dan kecil pada rahangnya. Gigi besar pada ujung rahang atas tanpa gigi taring.

Warna dasar yang dimiliki ikan Gulama adalah putih keabuan dengan adanya strip-strip yang bergelombang. Terdapat di bagian atas badan suatu ban kuning pucat memanjang di atas garis rusuk. Totol hitam pada pangkal sirip dada, juga pada penutup insang. Sirip-sirip

(46)

sebagian kuning sebagian gelap. Ukuran dapat mencapai panjang 28 cm, umumnya 25-30 sm. Memiliki gelembung udara, gelembung ini berfungsi sebagai ruang resonasi untuk memperkeras suara yang dihasilkan oleh otot-otot di sekelilingnya. Suara ini keluar secara alami khususnya saat musim berkembang biak. Sirip ekor berbentuk lancet, seluruh badan dan kepala bersisik silklod, 10-13 sisir saring pada lengung bawah insang.

Spesies: Boesemania microlepis

Ciri-Ciri; Dorsal pertama mempunyai duri, D IX-X; I,30-33 A II. Ikan Gulama termasuk jenis ikan omnivora namun lebih cenderung ke carnivora: pakan alamnya ikan kecil, udang, serasah. Ikan ini menggunakan muara-muara sungai untuk berkembang baik dan memilah atau untuk pengasuhan anak. Ikan Guluma sering tertangkap dengan jarring, atau jala. Ikan ini mempunyai nilai konsumsi dengan harga sedang yaitu berkisar antara Rp.25000/kg

Gambar IV. 4: Boesemania Microlepis Pada Stasiun 1, 2, dan 4 (Sumber: Koleksi Sendiri, Tgl: 4-7-2017)

5) Eleutheronema Tridactylum (Ikan Senangin) Family: Polynemoidei

Deskripsi Umum: Memiliki sirip dada yang terdiri 2 bagian, bagian bawah berjari-jari sangat panjang seperti filament (benang- benang). Ikan Senangin adalah sejenis ikan laut yang tergolong ke dalam suku Polynemoidei. Masyarakat Kelurahan Nipah Panjang 1 menamai ikan ini dengan Ikan Senangin. Ikan yang bernilai komersial penting ini menyebar terutama di perairan paparan benua Asia, mulai

(47)

dari Teluk Persia ke timur hingga Australia dan Jepang selatan. Ikan Senangin ini bentuk mulut non proctractile, ukuran mulut lebar, posisi mulut didepan bola mata, ukuran bibir tipis dan tidak memiliki sungut.

Ikan senangin adalah ikan dengan badan yang panjang dan sedikit gepeng. Tubuh ditutupi oleh sisik yang besar-besar. Sedangkan tutup insang, moncong dan bagian sirip ditutupi oleh sisik yang halus.

Genus: Eleutheronema

Karakter: Ikan Senangin tidak memiliki bibir bawah, kecuali kearah sudut mulut; gigi-ginya memanjang kerah rahang; 3-4 filamen pada sirip dada. Ikan Senangin adalah jenis ikan laut yang aman dikonsumsi. Ikan ini bisa ditemukan di muara, atau perairan sungai dekat laut. Senangin memiliki ukuran tubuh sedang, dengan panjang maksimal 60 cm saja. Kulitnya berwarna keperakan. Ikan Senangin memiliki kandungan gizi yang kompleks.

Spesies: Eleutheronema Tridactylum

Ciri-ciri: Ikan senangin tubuhnya berbentuk panjang sedikit gepeng badan ditutupi sisik yang besar-besar sedangkan tutup insang moncong dan bagian siripnya ditutupi oleh sisik-sisik yang halus.

Warna tubuhnya hijau keperakan yang menjadi putik kekuning- kuningan pada pinggiran tubuh dan bagian perutnya siripnya berwarna kekuning-kuningan, sisip punggung depan D.VII dan sirip punggung belakang D.I.13, sirip ekor bercagak.

Gambar IV. 5: Eleutheronema Tridactylum Pada Stasiun 1, 2, dan 4 (Sumber: Koleksi Sendiri, Tgl: 4-7-2017)

(48)

6) Thryssa Sp (Ikan Lais) Family: Engraulidae

Deskripsi Umum: Badan agak memenjang; potongan melintang badan dari bundar sampai pipih; mempunyai sisik tebal kecuali marga engraulis. Moncong panjang dengan rahang atas bagian belakang sampai dibawah mata; mempunyai sisik lingkaran yang mudah terlepas; awal dasar sirip dubur terletak dibagian belakang dasar sirip punggung; sisik mudah terlepas; sirip ekor cangak; kepala dan badan sedikit abu-abu dan keperakan; bagian bawah lebih muda dan keperakan; sirip-sirip putih; ujung sirip ekor kehitaman. Masyarakat Kelurahan Nipah Panjang 1 menamai ikan ini dengan Ikan Lais.

Genus: Thryssa

Karakter: Ikan Lais ini sebagian besar waktu hidupnya dihabiskanan air hitam. Perairan air hitam dicirikan oleh warna perairan yang coklat tua sampai kehitaman yang disebabkan oleh adanya asam humat, pH relatif lebih rendah tapi tidak keruh (transparansinya tinggi). Semakin banyak (H+) kondisi semakin asam.

Kelompok Ikan Lais sering berada pada air yang tenang di dataran banjir dan mereka pindah ke sungai, mereka tinggal di pinggir sungai yang bervegetasi atau lubuk di dasar sungai pada periode kemarau.

Ikan Lais memanfaatkan tegakan rumput terendam dan hutan rawa jika tinggi air meningkat dan melimpah dari tebing.

Spesies: Thryssa Sp

Ciri-ciri: Bentuk badan agak memanjang dan pipih; moncong relatif tumpul; lengkung kepala bagian atas sampai awal dasar sirip punggung cembung; panjang kepala sedikit lebih pendek dari pada tinggi badan

(49)

Gambar IV. 6: Thryssa Sp Pada Stasiun 1, 2, dan 4 (Sumber: Koleksi Sendiri, Tgl: 4-7-2017)

7) Chelonodon Patoca (Ikan Buntel) Family: Tetraodontidae

Deskripsi Umum: Berbadan gemuk, bulat dengan sisik kecil, matanya besar dan lubang pada celah ingsangnya besar. Semua jenis mempunyai dua gigi pada masing-masing rahangnya yang membentuk sebuah paruh, ikan ini mampu mengembang. Masyarakat Kelurahan Nipah Panjang 1 menamai ikan ini dengan Ikan Buntel.

Genus: Chelonodon

Karakter: Organ hidung berupa cekungan pinggirannya sedikit menonjol disisi kiri kanan dan agak besar dibagian depan dan belakang. Ikan Buntel adalah sebuah famili dari ikan muara dan laut yang berasal dari. Secara morfologi, ikan-ikan serupa yang termasuk dalam famili ini tulang belakang lebih tipis, tersembunyi, dan dapat terlihat ketika ikan ini menggembungkan diri. Nama ilmiah ini merujuk pada empat gigi besar yang terpasang pada rahang atas dan bawah yang digunakan untuk menghancurkan cangkang krustasea dan moluska, mangsa alami mereka.

Spesies: Chelonodon Patoca

Ciri-ciri: D 9 A 8 berwarna coklat, perut keemaan (hidup), punggung dan sisik berbintik-bintik putih; remaja memiliki pita warna gelap melintang punggungnya, di antara kedua mata, di atas pangkal sirip dada dan di bawah sirip punggung.

(50)

Gambar IV. 7: Chelonodon Patoca Pada Stasiun 1, 2, dan 4 (Sumber: Koleksi Sendiri, Tgl: 4-7-2017)

b) Parameter Perairan 1) Suhu

Suhu merupakan faktor fisika yang penting dimana-mana.

Kenaikan suhu mempercepat reaksi-reaksi kimiawi. Setiap perubahan suhu cenderung untuk mempengaruhi banyak proses kimiawi yang terjadi secara bersamaan pada jaringan tanaman dan binatang, karenanya juga mempengaruhi pola kehidupan biota secra keseluruhan. Suhu sangat mempengaruhi pola kehidupan organisme perainan, seperti distribusi, komposisi, kelimpahan dan mortalitas.

Suhu air permukaan diperairan Nusantara kita umumnya bekisar antara 28 sampai 31◦C. Suhu air bisa turun sampa sekitar 25◦C.

Ini disebabkan karena air yang dingin dari lapisan bawah terangkat keatas. Suhu air di dekat pantai teratas, lapisan termoklin ditengah dan lapisan dingin sebelah bawah (Agustono dan Manan, 2014, hal. 46).

Parameter yang cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan bivalvia salah satunya adalah suhu. Kelarutan berbagai jenis gas di dalam air serta semua aktofitas biologis fisiologis di dalam suatu ekosistem perairan, sangat dipengaruhi (Piyanti, 2012, hal. 31).

Suhu pada perairan di kawasan cagar alam Nipah Panjang 1 Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada stasiun satu sesuai dengan hasil pengukura suhu di lokasi penelitian yaitu sebesar 31◦C, sedangkan stasiun dua sbsar 32◦C dan pada stasiun tiga sebesar 29◦C. Kondisi ini sesuai dengan baku mutu kehidupan

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Untuk mengatur SNAP, GRID, Polar Tracking, Object Snap dan Dynamic Input dapat dilakukan melalui menu Tools &gt;&gt; Drafting Setings… Dapat juga dilakukan pada command dengan

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Endorser Agnes Monica Terhadap Minat Beli Kartu Selular Simpati” disusun untuk memenuhi serta melengkapi syarat memperoleh gelar

Metode penelitian yang digunakan dilakukan melalui studi geokimia unsur utama dan unsur jejak batuan terhadap contoh batuan beku yang diambil dari pengamatan

Dari pernyataan itu kita bisa menarik suatu argumen bahwasannya untuk menjadikan perpustakaan itu benar-benar diminati, disukai oleh pengguna mau tak mau seorang pustakawan

SISA KONTRAK Vol Total Amount (IDR) INVOICE LALU.. Vol Total

Kegiatan promosi ini dilakukan secara tidak langsung, yaitu melalui media cetak (terutama surat kabar dan majalah), media elektronika (terutama televisi dan radio)

185.000,- (Seratus Delapan Puluh Lima Ribu Rupiah) Pakaian : Bebas rapi dan bersepatu. Catatan : Kartu ujian

Fokus kami adalah membantu perusahaan tentang rencana penyusunan dan pelaksanaan kegiatan pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja (MCU) serta Pemeriksaan dan Pengujian