• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM

Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan perbankan, baik perbankan konvensional maupun perbankan syariah, selanjutnya akan dibahas mengenai kredit dan juga pembiayaan.

a. Pengertian Kredit

Kata Kredit berasal dari bahasa latin Credere yang berarti kepercayaan.kepercayaan yang dimaksud dalam perkreditan adalah antara si pemberi dan si penerima kredit. Kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang dan barang) dengan balas prestasi (kontra prestasi) yang akan terjadi pada waktu mendatang.28

Kredit juga artinya percaya, maksudnya sipemberi kredit percaya kepada si penerima kredit , bahwa kredit yang disalurkan pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai jangka waktunya.29

Menurut KBBI, kredit berarti cara menjual barang dengan pembayaran secara tidak tunai ( pembayaran ditangguhkan atau diangsur) pinjaman uang

28 O.P. Simorangkir, pengantar Lembaga Keuangan Bank dan NonBank (Bogor.Ghalia Indonesia,Bogor,2004) hal.100

29 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan (Jakarta : Raja Grafindo persada, 2002), hal.101

(2)

dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur, pinjaman sampai batas jumlah waktu tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lainnya.30

Sedangakan pasal 1 angka 11 Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan :

Kredit adalah penyedian uang atau tagihan atau yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Bila dikaitkan dengan kegiatan usaha, kredit berarti suatu kegiatan memberikan nilai ekonomi kepada seseorang atau badan usaha berlandaskan kepercayaan saat itu, bahwa nilai ekonomi yang sama akan dikembalikan kepada kreditur (bank) setelah jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan yang telah disetujui antara kreditur (bank) dengan debitur (user).

Selain itu dapat digunakan definisi kredit sebagaimana dirumuskan berikut ini : Credit is the transmitaal of economic value now, in return for an expected equivalent economic value in the future, atau kredit ialah penyerahan

sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis pada saat sekarang ini atas dasar kepercayaan, sebagaiman penggati sesuatu yang mempunyai nilai ekonomi yang sepadan dikemudian hari.31

30 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Op.cit, Hal.599

31 Moh. Tjoekam, Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersial (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,1999), Hal.1

(3)

b. Unsur-Unsur Kredit

Unsur yang esensial dari kredit bank adalah adanya kepercayaan dari bank sebagai kreditu terhadap nasabah peminjam sebagai debitur. Kepercayaan tersebut timbul karena dipenuhinya segala ketentuan dan persyaratan untuk memperoleh kredit bank oleh debitur antara lain : jelaskan tujuan peruntuan kredi, adanya benda jaminan atau agunan dan lain-lain.32

Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga kredit didasarkan atas kepercayaan. Dengan demikian, pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan, yang berarti bahwa suatu lembaga kredit baru akan memberikan kredit kalau ia betul-betul yakin bahwa si penerima kredit akan menggembalikan pinjaman yang akan diterimanya sesuai jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Tanpa keyakinan tersebut, suatu lembaga kredit tidak akan meneruskan simpanan masyarakat yang diterimanya.

Dengan demikian , dapat disimpulkan bahwa unsure yang terdapat didalam kredit adalah sebagai berikut :33

1. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan, baik dalam bentuk uang, barang atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang.

2. Waktu, yaitu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dan kontrasepsi yang akan diterima pada yang akan datang. Dalam unsure waktu

32Laturamaeissa, Julius R, Mengenal Aspek-Aspek Operasi Bank Umum, (Jakarta : Bumi Aksara,1999), Hal.45

33 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia. (Jakarta,Kencana,2005) hal.56

(4)

ini terkandung pengertian nilai agio dari uang, yaitu uang yang akan ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang masa yang akan datang.

3. Degree of risk, yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari jangka waktu yang memisahkan antara pemberian antara pemberian prestasi dan kontraprestasi yang akan diterimanya dikemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat resikonya. Dengan adanya unsur resiko ini maka timbul jaminan dalam pemberian kredit. Prestasi atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi jug adapt berbentuk barang dan jasa. Namun, karena kehidupan ekonomi modern sekrang ini didasarkan kepada uang muka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering dijumpai dalam prektek perkreditan.

Sedangkan menurut Moh. Tjoekam dalam bukunya yang berjuduk perkreditan bisnis inti bank komersial, unsur-unsur kredit terdiri dari :34

1. Waktu, yang menyatakan bahwa ada jarak antara persetujuan [emberian kredit dan pelunasannya.

2. Kepercayaan, yang melandasi pemberian kredit oleh pihak kreditur kepada debitur, bahwa setelah jangka waktu tertentu debitur akan mengembalikannya sesuai kesepakatan yang disetujui oleh kedua belah pihak.

34 Moh.Tjoekam. Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersial (Jakarta, Gramedia pustaka utama,1999) Hal.2

(5)

3. Penyerahan, yang menyatakan bahwa pihak kreditur menyerahkan nilai ekonomi kepada debitur yang harus dikembalikannya setelah setelah jatuh tempo.

4. Resiko, yang menyatakan adanya resiko yang mungkin timbul sepanjang jarak antara saat memberikan dan pelunasannya.

5. Persetujuan/perjanjian yang menyatakan bahwa antara kreditur dan debitur terdapat suatu persetujuan dan dibuktikan dengan suatu perjanjian.

Sedangkan menurut kasmir, dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar perbankan, unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut:35

1. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bagi si pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan ( baik berupa uang, barang dan jasa) benar-benar diterimanya kembali dimasa yang akan datang sesuai jangka waktu kredit.

Kepercayaan yang diberikan oleh bank sebagai dasar utama yang melandasi mengapa suatu kredit berani dikucurkan. Oleh karena itu sebelum kredit diluncurkan harus dilakukan penelitian dan penyelidikan lebih dahulu secara mendalam tentang kondisi nasabah, baik secara intern maupun estern.

Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi pemohon kredit sekarang dan masa lalu, untuk menilai kesungguhan dan itikad baik nasabah terhadap bank.

35 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan (Jakarta, RajaGrafindo,2002) hal.103

(6)

2. Kesepakatan

Disamping unsur percaya, didalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan diantara sipemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepaktan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. Kesepakatan ini kemudian dituangkan dalam akad kredit dan ditandatangani kedua belah pihak sebelum kredit dikucurkan.

3. Jangka Waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakuo masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa benbentuk jangka waktu pendek (dibawah 1 tahun) jangka menengah ( 1 sampai 3 tahun) atau jangka panjang (diatas 3 tahun) jangka waktu merupakan batas waktu pengelian ansuran kredit yang sudah disepakati kedua belah pihak. Untuk kondisi tententu jangka waktu ini dapat diperpanjang sesuai kebutuhan.

4. Resiko

Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan memungkinkan suatu resiko tidak tertaginya atau macetnya pengembalian suatu kredit.semakin panjang suatu jangka waktu kredit, maka semakin besar risikonya, demikian pula sebaliknya. Resiko menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja oleh nasabah, maupun oleh risiko yang tidak disengaja, misalnya karena bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur

(7)

kesengajaan lainnya. Sehingga nasabah tidak mampu lagi melunasi kredit yang diperolehnya.

5. Balas Jasa

Bagi bank balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan atas pemberian suatu kredit. Dalam bank jenis konvensional balas jasa dikenal dengan nama bunga. Disamping balas jasa dalam bentuk bunga bank juga membebankan kepada nasabah biaya administrasi kredit yang juga merupakan keuntungan bank.

Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasa dikenal dengan nama bagi hasil.

Dalam manajemen kredit bisnis perbankan dikenal enam unsur kredit yang sangat esensial yang senantiasa melekat dalam transaksi perkreditan. Keenam unsur kredit meliputi:36

1. Amanat

Amanat berasal dari bahasa arab “amuna” yang berarti jujur, dapat dipercaya, atau titipan, amanat adalah segala hal yang dipercayakan kepada manusia, baik yang berkaitan dengan dirinya, maupun dengan Allah. Dalam hal ini bank yakin benar bahwa prestasi yang diberikan kepada nasabah akan diterima kembali diwaktu tertentu kelak.

36Komarudin Sastradipoera, Strategi Manajemen Bisnis Perbankan, (Bandung : kappa Sigma,2004) hal.159

(8)

2. Waktu

Dalam setiap transaksi kredit terdapat suatu periode waktu antara pemberian prestasi dan saat mengembalikannya. Dalam transaksi kredit terdapat tenggang waktu antara peristiwa prestasi dan peristiwa kontraprestasi.

3. Resiko

Setiap kredit akan senantiasa mengadung resiko tertentu, mungkin resiko kehilangan seluruhnya atau sebagian. Hal ini disebabkan oleh ketidakpastian yang semakin besar atau semakin mengecilnya kepastian dimasa yang akan datang.

4. Prestasi

Prestasi (prestatie) tampak sebagai sesuatu yang diserahkan oleh pemberi kredit (kreditur) kepada penerima kredit (debitur)

5. Perjanjian dua belah pihak

Kredit bermuka ganda, pemberi amanat dan penerima amanat. Dari sudut pandang penerima amanat (debitur) berupa utang, suatu kewajiban yang harus dipenuhivsementara dari sudut pemberi amanat (kreditur) berupa kredit, suatu kepercayaan dan harapan bahwa debitur mau dan mampu memenuhi kewajibannya pada waktu jatuh tempo.

6. Perjanjian Keuangan

Terkecuali dalam keadaan khusus atau luar biasa, utang dan kredit dalam perekonomian modern, dinytakan atau dihitung dalam satuan uang (atau alat bayar) yang menjadi baku pembayaran yang ditunda.

(9)

c. Penggolongan kredit

Dalam prakteknya kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri atas dua jenis, secara umum, jenis- jenis kredit dapat dilihat dari segi antara lain :37

1. Dilihat dari segi kegunaan a. Kredit investasi

Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/

pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. Masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relative lebih lama dan dibutuhkan modal kerja yang relatif besar pula.

b. Kredit Modal Kerja

Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

2. Dilihat dari segi tujuan kredit a. Kredit Produktif

37 Ibid, hal,109

(10)

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa.

Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang dan kredit pertanian akan menghasilkan produk pertanian, kredit pertambangan akan menghasilkan barang tambang atau kredit industry akan menghasilkan barang industri.

b. Kredit konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seorang atau badan usaha.

Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit untuk mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga dan kredit konsumtif lainnya.

c. Kredit Perdagangan

Merupakan kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membiayai aktifitas perdangan seperti untuk membeli barang perdagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut.

3. Dilihat dari segi jangka waktu a. Kredit Jangka Pendek

Merupakan Kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan

(11)

modal kerja. Contoh untuk peternakan , misalnya peternakan ayam atau jika untuk pertanian misalnya tanaman padi atau pala wija.

b. Kredit Jangka Menengah

Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai 3 tahun dan biasanya kredit ini digunakan untuk melakukan investasi. Sebagai contoh kredit untuk pernian seperti jeruk atau peternakan kambing.

c. Kredit Jangka Panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang.

Kredit jangka panjang watu pengembaliannya diatas 3 sampai 5 tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan.

4. Dilihat dari segi jaminan a. Kredit dengan Jaminan

Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau jaminan orang.

Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi minimal senilai jamiana atau untuk kredit tertentu jaminan harus melebihi jumlah kredit yang diajukan si calon debitur.

b. Kredit Tanpa jaminan

(12)

Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit ini diberikan dengan melihat orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat aspek usaha, karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama berhubungan dengan bank atau pihak lain.

5. Dilihat dari segi sector usaha

a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sector perkebunan atau pertanian.sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang

b. Kredit peternakan, merupakan kredit yang diberikan untuk sector peternakan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka pendek misalnya peternakan ayam dan peternakan panjang ternak kambing atau sapi.

c. Kredit industri, merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai industri, baik industri kecil, industry menengah atau industri besar.

d. Kredit pertambangan, merupakan yang diberikan kepada usaha tambang, jenis tambang yang dibiayai biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak dan tanah.

e. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa.

(13)

f. Kredit profesi, merupakan kredit yang diberkan kepada kalangan professional seperti dosen, pengacara atau dokter.

g. Kredit perumahan, yaitu kredit yang membiayai pembangunan atau pembelian perumahan dan biasanya berjangka waktu panjang.

h. Dan sector lainnya.

Selain itu, ada juga penggolongan lain dari kredit yakni:38 1. Dilihat dari segi sumber dana

a. Kredit Prioritas, yaitu kredit yang dananya 100 % atau sebagian dari bank Indonesia, pemerintah atau bantuan dari luar negeri.

b. Kredit Nonprioritas, yaitu kredit yang dananya 100 % dari bank bersangkutan, misalnya kredit usaha kecil (KUK) dan kredit pensiunan.

2. Dilihat dari segi pengambilannya

a. Kredit persekot, yaitu kredit yang diambil sekaligus pada saat realisasi.

b. Kredit rekening Koran (R/C), yaitu kredit yang pengambilannya sesuai dengan kebutuhan ( sekaligus atau sebagian) dengan saldo menurun atau naik.

Sedangkan menurut Ruddy Tri Santoso, dalam prakteknya kredit usaha perbankan dikelompokan kedalam beberapa jenis, yaitu :39

38Faisal Afif,dkk, Op.cit, hal89.

39Ruddy Tri Santoso, Op.cit, Hal 7.

(14)

1. Menurut jangka waktu pemberian kredit a. Kredit jangka pendek : 1-3 tahun b. Kredit jangka menengah : 3-5 tahun c. Kredit jangka panjang : > 5 tahun 2. Menurut kegunaan kredit

a. Pinjaman komersial, untuk tujuan perdagangan komersial.

b. Pinjam konsumen, untuk tujuan konsumtif.

c. Kredit investasi, untuk tujuan investasi.

d. Kredit modal kerja, untuk modal usaha.

e. Kredit usaha kecil, untuk pedagang golongan menengah kebawah.

f. Kredit pemilikan rumah (KPR), untuk tujuan membeli rumah.

g. Kredit pemilikan mobil (KPB), untuk tujuan pembelian mobil.

h. Kredit likuidtas bank Indonesia, kredit dari bank Indonesia yang diperuntukkan bagi bank-bank pemerintah dan swasta guna disalurkan lagi ke berbagai sector.

3. Menurut cara pembayaran

a. Pinjaman angsuran, yaitu pinjaman dengan cara pengembalian pinjaman dengan pokoknya melalui tahap angsuran bertahap.

b. Pinjaman tetap, yaitu pinjaman dengan cara pengembalian pokok pinjaman menurut jangka waktu tertentu.

(15)

c. Demand Loan, yaitu pinjaman yang dapat ditarik sewaktu-waktu sesuai fasilitas yang tersedia dan pengembaliannya menurut jangka waktu tertentu.

d. Pinjaman rekening Koran, yaitu fasilitas kredit yang disediakan oleh bank sesuai mutasi rekening nasabah yang terutama ditujukan untuk menunjang transaksi perdagangannya.

e. Pinjaman promes (aksep), yaitu pinjaman yang didasarkan atas jaminan promes sesuai nominal maupun jatuh tempo pembayarannya.

f. Pinjaman Call Money (Money Market), yaitu pinjaman antar bankyang pembayarannya didasarkan atas nominal dan jangka waktu jatuh temponya sesuai tingkah suku bunga yang disepakati.

4. Menurut Sifatnya

a. Pinjaman sindikasi (subordinate Loan) adalah pembiayaan bersama beberapa bank untuk membiayai sebuah project financing.

b. Pinjaman luar negeri adalah pinjamandari luar negeri yang dipergunakan untuk pembiayaan suatu project dengan tingkat suku bunga yang didasarkan atas interbank offered rate, baik sibor maupun labor.

Keduanya sama-sama mempunyai sifat berulang yang dapat diperpanjang.

(16)

Sedangkan menurut warman djoham, selain jenis-jenis kredit yang disebutkan diatas, ada juga kredit yang dilihat dari segi sifatnya yaitu :40

1. Kredit Revolving, yaitu fasilitas kredit yang diberikan atas dasar limit atau flafon tertentu dan dapat di pakai berulang-ulang sampai dengan batas limit yang telah ditentukan tersebut. Kredit ini biasanya dalam bentuk kredit modal kerja atau atas dasar rekening Koran dengan jangka waktu tidak melebihi satu tahun.

2. Kredit aflofend, yaitu fasilitas kredit yang diberikan untuk satu kali penggunaannya atau sesuai schedule dan tidak dapat dipakai berulang.

d. Fungsi dan Tujuan Kredit

Keuntungan merupakan tujuan dari pada pemberian kredit, yang menjelma dalam bentuk bunga yang diterima dank arena pancasila adalah dasar falsafah negara kita, maka tujuan kredit tidak semata-mata mencari keuntungan, melainkan disesuaikan dengan tujuan negara, yaitu untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila.

Oleh karena itu, tujuan kredit yang diberikan oleh suatu bank, khususnya bank pemerintah yang akan mengemban tugas sebagai agent of development, adalah sebagai berikut:41

40 Warman Djohan, Kredit Bank, Alternatif Pembiayaan dan Pengajuannya, (Jakarta : Mutiara Sumber Widya, 2000) hal.44

41O.P Simorangkir. Op.cit, Hal.102

(17)

1. Turut mensukseskan program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan.

2. Meningkatkan aktifitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin kebutuhan masyarakat.

3. Memperoleh laba agar kelansungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahanya.

Dari tujuan tersebut, terlihat bahwa adanya kepentingan yang seimbang antara kepentingan masyarakat (rakyat) dan kepentingan pemilik modal.

Dalam praktiknya tujuan pemberian suatu kredit sebagai berikut:42 1. Mencari keuntungan

Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan, hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya admistrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank, disamping itu keuntungan juga dapat mebesarkan usaha bank. Bagi bank yang terus-menerus menderita kerugian, maka besar kemungkinan bank tersebut akan diakuidir (dibubarkan). Oleh karena itu sangat penting bagi bank untuk memperbesar keuntungannya mengingat biaya operasional bank juga relative besar.

2. Membantu usaha nasabah

42 Kasmir, Op.cit. hal.105

(18)

Bank merupakan usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal kerja. Engan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.

Dalam hal ini baik bank maupun nasabah sama-sama diuntungkan.

3. Membantu pemerintah

Tujuan lainnya adalah membantu pemerintah dalam berbagai bidang. Bagi pemerintah semakin banyak kredit disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya kucuran dana dalam rangka peningkatan pembangunan diberbagai sector, terumata sekor riil.

Secara garis besar keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarkan pemberian kredit oleh dunia pebankan adalah sebagai berikut :43

1. Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank.

2. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembanguna usaha, baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru, sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih menganggur.

3. Meningkat jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah produksi barang dan jasa yang beredar dimasyarakat, sehingga akhirnya masyarakat memiliki banyak pilihan.

43 Ibid. hal. 108

(19)

4. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi didalam negeri dengan fasilitas kredit yang jelas akan dapat menghemat devisa negara.

5. Mengingatkan devisa negara, apabila produk dan kredit yang dibiayai untuk kepeluan eskpor.

Perkreditan melibatkan beberapa pihak, kreditur (bank) debitur (penerima Kredit) otoritas moneter bukan merupakan masyarakat luas pada umumnya.

Oleh karena itu, tujuan perkreditan juga berbeda bagi pihak-puihak tersebut.

Adapun tujuan tersebut adalah :44 1. Bagi Kreditur (bank) :

a. Perkreditan merupakan sumber utama pendapatannya.

b. Pemberian kredit merupakan perangsang pemasaran produk-produk lainnya dalam persaiangan.

c. Perkreditan merupakan instrument penjaga likuiditas, solvabilitas dan profabilitas bank.

2. Bagi Debitur

a. Kredit berfungsi sebagai sarana untuk membuat kegiatan usaha semakin lancer dan kinerja usaha semakin baik dari pada sebelumnya.

b. Kredit meningkatkan minat berusaha dan keuntungan sebagai jaminan kelanjutan kehidupan perusahaan.

44 Moh.Tjoekam, Op.cit, hal.4

(20)

c. Kredit memperluas kesempatan berusaha dan bekerja dalam perusahaan.

3. Bagi Otorita

a. Kredit berfungsi sebagai instrument moneter

b. Kredit berfungsi untuk menciptakan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja yang memperluas sumber pendapatan dan kemungkinan membuka sumber-sumber pendapatan negara.

c. Kredit berfungsi sebagai instrument untuk ikut serta meningkatkan mutu manajemen dunia usaha, sehingga terjadi efesiensi dan mengurangi pemborosan disemua lini.

4. Bagi Masyarakat

a. Kredit dapat menimbulkan backward dan fordward linkage dalam kehidupan perekonomian.

b. Kredit mengurangi penganguran, karena membuka peluang berusaha, bekerja dan pemerataan pendapatan.

c. Kredit meningkatkan fungsi pasar, karena ada peningkatan daya beli (sosial buying power)

Sedangkan fungsi kredit perbankan secara luas dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut :45

1. Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang.

45Kasmir, Op.cit, hal.107

(21)

Maksud jika uang hanya disimpan saja dirumah tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit, uang tersebut menjadi berguna dan menghasilkan barang atau jasa oleh penerima kredit. Kemudian juga dapat memberikan penghasilan tambahan pemilik dana.

2. Kredit dapat meningkatkan peredaran lalu lintas uang.

Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga, suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya. Sebagai contah, seorang pengusaha di kepulauan meranti memperoleh kredit dari salah satu bank di Malaysia sebanyak 1 milyar ringgit . dengan demikian ada tambahan peredaran uang dari Malaysia ke meranti sebesar 1 milyar ringgit.

3. Kredit meningkatkan daya guna dan peredaran uang.

Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang semula tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat. Sebagai contoh, seorang pengusaha memperoleh dana dari salah satu bank untuk mengolah limbah plastic yang sudah tidak terpakai mejadi barang-barang rumah tangga. Biaya pengolah barang tersebut dari bank.

4. Kredit merupakan salah satu alat stabilitas ekonomi.

(22)

Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai alat stabilitas ekonomi, karena dengan adanya kredit yang memberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kredit dapat pula membantu mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga dapat meningkatkan devisa negara.

5. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha.

Bagi sipenerima kredit tentu akan meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi si nasabahyang memang modalnya pas-pasan. Dengan memperoleh kredit nasabah bergairah untuk dapat memperbesar atau memperluas usahanya.

6. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan.

Semakin banyak kredit yang disalurkan maka semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut butuh tenaga kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran. Disamping itu bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan memperoleh seperti gaji bagi karyawan yang bekerja di pabrik dan membuka warung atau menyewakan rumah kontrakan atau jasa lainnya bagi masyarakat yang tinggal disekitar lokasi pabrik.

7. Kredit merupakan alat untuk meningkatkan hubungan internasional.

Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara si penerima kredit dengan si penerima kredit.

(23)

Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama dibidang lainnya, sehingga dapat juga tercipta perdamaian dunia.

Selain itu kredit juga mempunyai sasaran kegiatan perkreditan yakni berupa untuk:46

1. Memelihara keamanannya, yaitu bank harus menerima kebali nilai ekonominya setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan pinjaman.

2. Penggunaan terarah, yaitu kredit tersebut sungguh-sungguh dipakai oleh debitur sesuai perencanaan perusahaan untuk meningkatkan kinerja kegiatan usaha (performance) dan bukti sampai pada objek kredit.

3. Mendatangkan hasil usaha, yaitu memberikan hasil lebih kepada bank, debitur dan otorita moneter, sehingga mampu menimbulkan backward dan fordward linkage kepada masyarakat luas.

e. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit

Dalam pemberian kredit, terdapat unsur resiko, oleh karena itu, kreditur dalam memberikan kredit berupaya untuk memperkecil resiko ini.

Upaya itu dapat dilakukan dengan cara menganalisis kegiatan usaha nasabah dengan bank menggunakan prinsip-prinsip kredit pada aspek-aspek usaha nasabah.47

46 Moh.Tjoekam,Op.cit, hal.3.

47 Faisal Afif dkk,, Strategi dan Operasional Bank (bandung : Eresco1996). hal.114

(24)

Ketika bank menerima permohonan kredit dari nasabah, bank perlu melakukan analisis kredit terlebih dahulu, analisis kredit meliputi: 48

a. Latar belakang nasabah/perusahaan.

b. Prospek usaha yang dibiayai.

c. Jaminan yang diberikan.

d. Hal-hal lain yag ditentukan oleh bank.

Tujuan analisi kredit alah untuk meyakinkan bank bahwa kredit yang dimohonkan itu adalah layak dan dapat dipercaya serta tidak fiktif.

Adapun dasar pertimbangan pemberian kredit adalah hasil penilaian berdasarkan 5c, yaitu:49

1. Chacacter (Watak)

Penilaian terhadap Chacacter perlu dilakukan untuk mengetahui itikad baik dan kejujuran nasabah calon debitur untuk membayar kembali kredit yang diterimanya. Penilaian watak calon debitur dimaksudkan untuk mengetahui kemauannya membayar (willingness to pay).

Penilaian tersebut meliputi moral, sifat, perilaku, tanggung jawab dan kehidupan pribadi calon debitur yang sangat berpengaruh terhadap pelunasan kredit. Selain itu juga diperhatikan referensi dan tingkah laku (attitude).

2. Capacity (Kemampuan)

48 Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, Op.cit, hal.61

49 Ibid. hal.72

(25)

Penilaian terhadap capacity perlu dilakukan untuk mengetahui kemampuan debitur untuk membayar kembali kredit serta bunganya.

Penilaian kemampuan membayar tersebut dilihat dari kegiatan usaha dan kempuan mengelola usaha yang akan dibiayai melalui kredit.

Kesimpulannya yang akan dinilai adalah kemampuan/ reputasi usaha dan kemampuan/reputasi manajemen.

3. Capital (Modal)

Penilaian terhadap capital perlu dilakukan untuk mengetahui jumlah modal yang dimiliki calon debitur cukup memadai untuk menjalankan usahanya. Makin besar jumlah modal yang ditanam oleh calon debitur ke dalam usaha yang akan dibiayai dengan kredit makin menunjukkan keseriusan calon debitur menjalankan usahanya. Besarnya jumlah modal yang ditanam terutama berupa benda bergerak dan tidak bergerak akan member daya tahan usaha dalam menghadapi siklus atau fluktuasi ekonomi. Selain itu juga diperhatikan masalah keadaan struktur modal/capital, kebutuhan kredit dan bonafitnya.

4. Collateral (Jaminan)

Penilaian terhadap collateral perlu dilakukan untuk mengetahui nilai barang jaminan yang diserahkan calon debitur untuk menutupi resiko kegagalan pengembalian kredit yang diperolehnya. Barang jaminan berfungsi sebagai pengaman terhadap kemungkinan ketidakmampuan

(26)

calon debitur melunasi kredit yang diterimanya. Terlebih dahulu juga diperhatikan bagaimana kondisi jaminan dan marketablenya.

5. Condition of Economic (keadan ekonomi)

Penilaian terhadap Condition of Economic perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi pada suatu saat disuatu daerah yang mungkin akan mempengaruhi kelancaran usaha calon debitur (misalnya : ekonomi stabil atau inflasi). Kondisi ekonomi ini menackup juga peraturan atau kebijaksanaan pemerintah yang memiliki dampak terhadap perekonomian yang pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan usaha calon debitur.

Selanjutnya penilaian suatu kredit dapat pula dilakukan dengan analisis 7P kredit dengan unsure penilaian sebgai berikut:50

1. Personality yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun kepribadian masa lalu. Pernilaian personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan

nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan menyelesaikannya.

2. Party yaitu mengklarifikasi nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu, berdasarkan modal, loyaltas serta karakternya. Nasabah yang digolongkan kedalam golongan tertentu akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.

50 Kasmir, Op.cit.hal.119.

(27)

3. Purpose yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam sesuai kebutuhan.

Sebagai contoh apakah untuk modal kerja, investasi, konsumtif, produktif dan lain-lain.

4. Prospect yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang untuk menguntungkan atau tidak atau dengan kata lain mempunyai propek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang akan dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah.

5. Payment yaitu merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh usaha yang lainnya.

6. Profitability untuk mengalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari period eke periode, apakah akan tetap sama atau semakin meningkat, apalagi dengan tambahankredit yang diperolehnya.

7. Protection tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang diberikan mendapat jaminan perlindungan, sehingga kredit yang diberikan

(28)

benar-benar aman. Perlindungan yang akan diberikan oleh debitur dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

Selain penilaian terhadap 7P, ada lagi penilaian kredit terhadap beberapa aspek yang menyangkut kegiatan usaha calon debitur yaitu :51

a. Aspek pemasaran yaitu penilaian terhadap aspek pemasaran pada dasarnya untuk mengetahui kemampuan daya beli masyarakat (purchasing power), keadaan persaingan (completion), pangsa pasar (marketing area), kualitas produk (product quality). Factor-faktor

tersebut akan berpengaruh pada perkembangan usaha calon debitur.

b. Aspek teknis yaitu penilaian terhadap aspek teknis pada dasarnya untuk mengetahui kelancaran produksi, kapasitas produksi, mesin- mesin dan peralatan, ketersediaan dan kontinuitas bahan baku dan kualitas tenaga kerja yang dimiliki. Factor-faktor tersebut akan berpengaruh pada perkembangan usaha calon debitur

c. Aspek Manajemen Penilaian terhadap aspek manajamen pada dasarnya untuk mengetahui struktur dan susunan organisasi serta anggota manajeman termasuk juga kemampuan dan pengalamannya serta pola kepemimpinan yang diterapkan oleh top manajeman. Perlu diperhatikan juga apakah pengelolaan dan kepengurusan perusahaan menunujukkan tanda-tanda one man show management. Faktor-faktor tersebut akan berpengaruh pada perkembanagan usaha calon debitur.

51 Ibid hal.118

(29)

d. Aspek Yuridis penilaian terhadap aspek yuridis pada dasarnya untuk mengetahui status hukum badan usaha, kelengkapan izin usaha, dan yang cukup penting adalah mengenai legalitas barang jaminan. Faktor- faktor tersebut akan berpengaruh pada perkembangan usaha calon debitur.

e. Aspek Sosial Ekonomi penilaian terhadap aspek sosial ekonomi pada dasarnya untuk mengetahui apakah usaha yang akan dibiayai dengan kredit dapat diterima atau memberi dampak positif atau negatif terhadap lingkungan masyarakat setempat. Faktor ini juga berpengaruh pada perkembangan usaha calon debitur.

f. Pembatasan Pemberian Kredit dalam memberikan kredit, bank mempunyai ketentuan sendiri yang mewajibkan bank untuk membatasi jumlah kredit yang akan diberikannya kepada nasabah ( Konsumen ).

Ketentuan ini terimplikasi dalam batas maksimum pemberian kredit ( BMPK ).

Batas maksimum pemberian kredit yaitu suatu presentase perbandingan batas maksimum penyediaan dana yang diperkenankan terhadap modal bank.52

Dalam kerangka penyediaan dana ini makan ada beberapa yang dikecualikan yaitu: penanaman dana pada SBI dan surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia atau dijamin oleh Bank Indonesia penyertaan modal

52 Muhammad Djumhana, Op.cit, hal.421.

(30)

sementara dalam rangka restrukturisasi kredit, bagian penyediaan dana yang dijamin dengan agunan tunai berupa Giro, Deposito, Tabungan , Setoran jaminan yang diblokir disertai dengan surat kuasa pencairan; penempatan sepanjang program penjaminan pemerintahan masih berlaku dan bank tersbut memenuhi persyaratan program penjaminan.

Menurut surat keputusan direksi Bank Indonesia Nomor 31/177/KEP/DIR tentang batasmaksimum pemberian kredit bank umum, tanggal 31 desember 1998, maka BMPK dikelompokkan sebagai berikut:53

a. BMPK untuk pihak tidak terkait ditetapkan setinggi-tingginya 30% ( Tiga puluh persen ) dari modal bank tersebut berlaku sampai dengan akhir tahun 2001 dan terus dikurangi setiap tahun 5% ( lima persen ) dan pada awal tahun2003 harus tinggal 20% ( dua puluh persen ) dari modal bank.

b. BMPK untuk pihak terkait ditetapkan setinggi-tingginya sebesar 10% ( sepuluh persen ) dari modal.

Ketentuan BMPK tersebut diatas, pelanggaranya dapat dikenakan sanksi dengan serta berakibat kepada penilaian kesehatan bank sebagaimana diatur

53 Ibid hal.431

(31)

dalam keputusan direksi Bank Indonesia Nomor 30/11/KEP/DIR tanggal 30 april 1997 tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan. 54

Menurut keputusan tersebut, ditentukan bahwa pelanggaran terhadap ketentuan BMPK dihitung berdasarkan jumlah kumulatif pelanggaran BMPK kepada debitur individual, debitur kelompok dan pihak terkait dengan bank, terhadap modal yang bersangkutan. 55

Adapun yang dimaksud dengan modal bank sebagaimana yang dimaksud dalamketentuan tentang kewajiban penyertaan modal minimum bank yang diatur dalam SK Direksi Bank Indonesia Nomor 26/20/KEP/DIR sebagai berikut:56

a. Modal bank yang didirikan dan berkantor pusat diindonesia terdiri atas modal inti dan modal pelengkap. Modal inti terdiri dari modal disektor, modal sumbangan, cadangann-cadangan yang dibentuk tidak berasal dari laba, modal pinjaman serta pinjaman subordinasi.

b. Modal kantor cabang bank yang berkedudukan diluar negeri terdiri atas dana dari kantor pusat dan kantor-kantor cabangnya diluar indonesia.

54 Ibid hal.436

56Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniarti, Op.cit, Hal.66.

(32)

Didalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan juga ada diatur mengenai batas maksimumpemberian kredit yaitu pada pasal 11, yang menyatakan bahwa:

a. Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai batas maksimum pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, pemberian jaminan, penempatan investasi surat berharga, atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh bank kepada peminjam atau sekelompok peminjam yang terkait, termasuk kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sam denganbank yang bersangkutan.

b. Batas maksimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak boleh melebihi 30% (tiga puluh persen) dari modal bank yang sesuai dengan ketebtuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

c. Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai batas maksimum pemberiankredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, pemberian jaminan, penempatas investasi surat berharga, atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh bank kepada:

1. Pemegang saham yang memiliki sqham 10% ( sepuluh persen ) atau leih dari modal yang disetor bank.

2. Anggota dewan komisaris 3. Anggota direksi

(33)

4. Keluarga dari pihak sebagimana dimaksud dalam huruf (a), huruf (b), dan huruf (c).

5. Pejabat Bank lainnya

6. Perusahaan-perusahaan yang didalamnya terdapat kepentingan dari pihak-pihak sebagimana dimaksud dalam huruf (a), huruf (b), dan huruf (c), huruf (d), dan huruf (e).

d. batas maksimumsebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak boleh melebihi 10% ( sepuluh persen ) dari modal bank yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

(4A) dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank dilarang melampaui batas maksimum pemberian kredit atau pembiayaan berdastkan prinsip ayariah, sebagaimnana diatur dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4).

e. pelaksanaan ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (3) wajib dilaporkan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh bank indonesia.

Selain pembatasan tersebut diatas, bank dalam pemberian kredit juga diatur mengenai administrasinya, misalkan bahwa:57

57 Muhammad Djamhana, Op.cit, Hal.422

(34)

a. Bank tidak diperkenankan mempertimbangkan permohonan kredit yang tidak memenuhi persyaratan kewajiban penyampaian NPWP dan laporan keuangan sebagaimana ditetapkan dalam surat keputusan direksi bank indonesia nomor 27/121/ KEP/DIR tanggal 25 januari 1995 tentang penyampaian NPWP dan laporan keuangan dalam permohonan kredit.

b. Bank tidak diperkenankan memberikan kredit untuk pembelian saham dan modal kerja dalam rangka kegiatan jual beli saham sebagaimana ditetapkan dalam surat keputusan direksi Bank Indonesia Nomor 23/70/KEP/DIR tanggal 28 februari 1991 tentang pembatasan pemberian kredit untuk pembeliaan saham dan pemilikansaham oleh bank.

c. Bank perlu membatasi pemberian kredit untuk pengadaan dan atau pengolahan tanah sebagaimana ditetapkan dalam surat keputusan direksi Bank Indonesia Nomor 30/46/KEP/DIR tanggal 7 juli 1997 tentang pembatasan pemberian kredit untuk pembiayaan pengadaan dan atau pengolahan tanah.

Batas maksimum pemberian kredit merupakan sarana pengawasan penyaluran kredit atau pembiayaan oleh bank.

Batas maksimum pemberian kredit adalah batas maksimum penyediaan dan yang diperkenankan untuk dilakukan oleh bank kepada peminjam atau

(35)

sekelompok peminjam tertentu yang meliputi pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan, fasilitas jaminan, penempatan investasi surat berharga, atau hal lain yang serupa dengan itu; tagihan yang diambil alih oleh bank dalam rangka kegiatan piutang yang dapat diberikan oleh bank kepada peminjam atau sekelompok peminjam.58

Dalam hal ini , Bank Indonesia diberikan wewenang untuk menetapkan batasan maksimum pemberian kredit untuk masing-masing peminjam atau sekelompok peminjam termasuk perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.59

f. Dasar Hukum Kredit

Kredit merupakan bentuk perjanjian pinjam-meminjam antara bank dengan nasabah debitur. Dengan demikian perjanjian kredit mengacu pada perjanjian pinjam-meminjam yang diatur dalam kitab undang-undang hukum perdata. Dalam KUHP perdata, masalah perjanjian pinjam-meminjam diatur didalam pasal 1754 KUHP perdata yang menyatakan:

Pinjam-meminjam adalah perjanjian dengan nama pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabisi karna pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula.

58 Rachmadi usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, (Jakarta : Gramedia, Pustaka Utama,2001), Hal 252.

59 Ibid hal.252

(36)

Mengenai kewajiban kedua pihak juga ada diatur dalam KUHP perdata, yakni kewajiban pihak yang memberikan pinjaman (dalam hal ini bank) diatur dalam pasal 1759-1762 KUHP perdata dan kewajiban peminjam (nasabah debitur) diatur dalam pasal 1763-1764 KUHP perdata.

Lebih spesifik lagi, KUHP perdata juga ada mengatur masalah pinjaman dengan bunga, yang dapat disamakan sebagai kredit (karena kredit menggunakan sistem bunga), yakni pasal 1765 KUHP perdata menyatakan:

Adalah diperbolehkan memperjanjikan bunga atas peminjaman uanag atau lain barang yang menghabisi karena pemakaian.

Mengenai bunga, menurut KUHP perdata pasal 1767 ada bunga menurut Undang-Undang dan ada bunga yang ada ditetapkan didalam perjanjian. Bunga menurut Undang-Undang ditetapkan didalam Undang- Undang, sedangkan bunga yang diperjanjikan dalam perjanjian boleh melampaui bunga menurut Undang-Undang dalam segala hal yang tidak dilarang oleh Undang-Undang. Besarnya bunga yang diperjanjikan dalam perjanjian harus ditetapkan secara tertulis (bunga menurut Undang- Undang adalah menurut lembaran Negara tahun 1848 No. 22 sebesar 6%).

(37)

Perjanjian kredit sebagai suatu perjanjian juga harus memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian, yang dalam KUHP perdata diatur dalam pasal 1320 yang menyatakan bahwa:

Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan 3. Suatu hal tertentu

4. Suatu sebab yang halal

Selain dari KUHP perdata, dasar hukum keberadaan kredit juga terdapat didalam pasal 1 angka 11 Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan yang berbunyi:

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan atau yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam- meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam utnuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

g. Subyek Hukum Dalam Kredit

Menurut Subekti, yang dimaksud dengan subyek hukum adalah pembawa hak atau subyek dalam hukum60. Sedangkan menurut Sudikno Mertukusumo, subyek hukum adalah segala sesuatu yang dapat

memperoleh hak dan kewajiban dari hukum. Jadi dapat disimpulkan bahwa subyek hukum adalah pembawa hak dan kewajiban artinya subyek

60 Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, (bandung : Alfabeta, 2003), hal.9

(38)

hukum itu mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban dalam perbuatan hukum yang dilakukan.61

Dalam kredit, terdapat beberapa pihak (subyek) yang terlibat, yaitu: Bank dan pihak nasabah sebagai pengguna kredit. Pihak nasabah ini dapat berupa perorangan atau badan hukum/badan usaha.

I. Pihak Bank

Pasal 21 Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan menyatakan bahwa bentuk hukum suatu bank umum dapat berupa:

a. Perseroan terbatas b. Koperasi

c. Perusahaan daerah.

Dari ketiga bentuk badan hukum dari suatu bank hukum dapat disimpulkan bahwa bank umum wajib berbentuk badan hukum.oleh karena itu ada 4 unsur yang harus dipenuhi agar suatu badan dianggap sebagai badan hukum yaitu:62

a. Harus ada kekayaan yang terpisah b. Mempunyai tujuan tertentu

c. Adanya kepentingan yang diakui dan dilindungi oleh hukum d. Adanya organisasi yang teratur

61 Ibid hal.9

62 Tri Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan Di Indonesia, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2006) hal.30

(39)

Bagi Bank Umum berbentuk terbatas (PT) berlaku azaz-azaz umum dalam perseroan terbatas. Bagi bank umum yang berbentuk koperasi, berlaku ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang No.25 tahun 1992 tentang perkoperasian dan PP No.4 tahun 1884. Dan bagi bank umum yang berbentuk badan usaha milik daerah berlaku ketentuan badan usaha milik daerah yang diatur dalam Undang-Undang No.22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah dan Undang-Undang No.5 tahun 1962 tentang perusahaan daerah.63

II. Pihak Nasabah A. Perorangan

Manusia atau dalam hukum disebut orang adalah subyek hukum, pembawa hak dan kewajiban mampu melakukan perbuatan hukum. Setiap orang mempunyai hal untuk mengajukan permohonan meminjam kredit dari bank, tetapi permohonan kredit hanya diperbolehkan untuk nasabah yang sudah dewasa.

Bank sendiri harus menganalisa perorangan yang mengajukan permohonan meminjam kredit terlebih dahulu, yaitu dengan mempertimbangkan aspek nama (identitas), kecakapan, kedewasaan,

63 Ibid hal.38

(40)

orang yang ditaruh dibawah pengampuan, orang yang dinyatakan pailit, kewarganegaraan dan domisilinya.64

B. Badan Hukum dan Badan Usaha

Badan juga merupakan subyek hukum yang berhak mengajukan permohonan kredit, sama seperti permohonan kredit perorangan. 65

Badan ini berupa:66

1. Badan Bukan Badan Hukum

Misalnya: persekutuan perdata (Maatschap), firma dan persekutuan komanditer (Commanditair vennotschap/CV)

2. Badan Hukum

Misalnya: badan hukum publik, perseroan terbatas ( PT ), badan usaha miliki daerah ( BUMD ), badan usaha milik negara ( BUMN ), koperasi, yayasan, badan hukum milik negara ( BHMN ), dan pensiun, partai politik dan organisasi kemasyarakatan yang memenuhi syarat sebagai badan hukum, perkumpulan umum, usaha perorangaan dan badan usaha. Banyak orang dan lembaga yang memerlukan kredit yang perlu dilayani oleh bisnis perbankan, termasuk organisasi bisnis,

64 Sutarno, ASpek-Aspek Perkreditan pada Bank (Bandung : Alfabeta) hal.14

65 Ibid, hal.15

66 Tri Widiyono, Op.cit hal.26

(41)

pemerintah, perseorangan, spekulan dan sistem perbankan yang langsung berhubungan dengan persaingan potensial:67

1. Organisasi bisnis. Organisasi bisnis mencari kredit jangka pendek utnuk modal kerja atau modal usaha (misalnya, untuk meningkatkan volume operasi produktif yang sedang ebrjalan) atau kredit jangka panjang utnuk mendapatkan modal investasi atau modal tetap (misalnya, ekspansi perlengkapan dan pabrik). Tidak ada kredit investasi atau komersial dapat dicari dan diberikan kecuali bilamana peminajm dam pemberi pinjaman percaya bahwa kredit itu produktif (bahwa kredit itu akan dibayar kembali dan akan menghasilkan keuntungan bagi semua pihak).

2. Pemerintah. Pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten, misalnya meminjam dana dalam bentuk kredit umum jika penerimaan pajak tidak mencukupi utnuk memenuhi belanja yang sesang berjalan atau membayar emisi sekuritas yang telah jatuh tempo. Badan usaha miilik negara dan badan badan usaha milik daerah merupakan badan-badan usaha yang biasanya membutuhkan pelayanan bisnis perbankan. Emisi uang kertas yang itdak dijaminatau dijamin merupakan suatu jenia pinjaman paksaan (Forcedloan) jika umum harus menerima uang penerintah untuk barang atau jasa kepada pemerintah tersebut.

67 Komarudin Sastradipoera, Op.cit hal.158

(42)

3. Perseorangan.Perseorangan mencari kredit investasi, misalnya untuk membangun perumahan. Mereka mengharapkan agar pendapatanya ditahun-tahun yang akan datang mampu melunasi kewajiban hipotek.

Kekurangan dana yang dibutuhkan mendorong orang untuk mencari kredit konsumtif untuk membeli barang konsumsi seperti alat-alat dapur dan meubel. Pengecer yang menjual barang seperti itu mungkin hanya menerima uang muka dan sisanya dalam bentuk kredit jangka menengah, denganharapan akan melunasi dalam beberapa tahun yang akan datang sperti dijanjikan.

4. Spekulan. dengan motif spekulatif, perseorangan atau organisasi bisnis memanfaatkan kredit spekulatif ketika mereka laba dalam waktu pendek dari perubahan harga atau bunga yang diantisipasi.

5. System perbankan. Menjadi kebiasaan diantara kalangan bisnis perbankan saling meminjam uang untuk sementara waktu agar dapat menyelesaikan utang piutang antar bank, khusunya dalam penyelesaian kliring, utang piutang diantara mereka tampak dalam pembukuan, khususnya neraca.

B. Pembiayaan Pada Bank Syariah

Dalam bank syariah tidak dikenal istilah kredit. Yang dikenal adalah istilah pembiayaan. Pada dasarnya istilah ini merajuk pada maksud yang sama, yaitu memberikan bantuan pinjaman kepada pihak-pihak yang

(43)

membutuhkan, tentunya dengan syarat-syarat tertentu yang telah ditetapkan.

Perbedaan yang paling mendasar yang dapat dengan mudah diketahui adalah pada obyeknya; kredit hanya berupa uang, sedangkan pembiayaan dapat berupa barang/jasa.

1. Pengertian pembiayaan

Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan pada pasal 1 angka 12 menyatakan:

pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikn uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Pembiayaan berdasarkan syariah ini tidak tertutup dari adanya kegagalan pembiayaan, dalam hal pengembalian pembiayaan oleh nasabah debitor sehingga dapat mempengaruhi tingkat kesehatan bank. Maka dengan demikian, pelaksanaan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah harus memperhatikan asas-asas pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang sehat seperti dalam Undang-Undang No 10 tahun1998 tentang perbankan pasal 8 ayat 1 dan 2 menyatakan bahwa:

a. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis

(44)

yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau menembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.

b. Bank umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman pengkreditan dan pembiayaan berdasrakan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh bank Indonesia.

2. Jenis-Jenis Pembiayaan Pada Bank Syariah

secara umum, pembiayaan dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu:68 a. Pembiayaan konsumtif, yakni pembiayaan yang diberikan untuk

pembelian atau pengadaan barang tertentu yang tidak digunakan untuk tujuan mereka.

b. Pembiayaan produktif, yakni pembiayaan yang diberikan kebutuhan usaha. Pembiayaan produktif terbagi menjadi dua yakni:

pembiayaan investasi dan pembiayaan modal kerja.

Perbedaan perlakuan antara pembiayaan konsumtif dan produktif terletak pada metode pembiayaan konsumtif, focus analisa dilakukan pada kemampuan financial pribadi dalam mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya seperti gaji. Sedangkan pada pembiayaan produktif, focus analisa diarahkan pada kemampuan financial usaha untuk melunasi pembiayaan yang telah diterimanya. Dari sisi prosesnya, analisa pembiayaan produktif jauh lebih rumit dari pada pembiayaan konsumtif.69

68 Sumarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi perbankan Syariah ( Jakarta : Zikrul Hakim, 2003) hal.61

69 Ibid hal. 65

(45)

Secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi kedalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaanya, yaitu:

1. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli

Yang termasuk pembiayaan dengan prinsip ini adalah pembiayaan Murabahah, pembiayaan salam dan pembiayaan istishna.

2. Pembiayaan dengan prinsip sewa

Pembiayaan dengan prinsip sewa hanya mencakup transaksi ijarah 3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil.

Pembiayaan musyarakah, pembiayaan mudharabah merupakan bagian dari pembiayaan dengan prinsip bagi hasil ini.

4. Pembiayaan dengan akad pelengkap

Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, tapi ditujukan uantuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan.

Meskipun tidak ditujukan uantuk mencari keuntungan, dalam dalam akad pelengkap ini diperbolehkan untuk meminta pengganti biaya- biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Besarnya pengganti biaya ini sekedar untuk menutupi biaya-biaya yang benar-benar timbul. Akad pelengkap ini adalah akad-akad Tabarru’.

Akad-akad pelengkap ini terdiri dari Hiwalah ( utang-piutang ), Rahn ( Gadai ), Qardh ( pinjaman kebajikan ), Wakalah ( perwakilan ) dan Kafalah ( Garansi bank )

(46)

Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah bermacam-macam, sesuai dengan kebutuhan dari nasabah debitur. Pembiayaan ini berupa:70

1. Al Murabahah atau Pembiayaan Modal Kerja Perdagangan

Pembiayaan Al murabahah adalah pembiayaan dengan menjual suatu barang dengan harga asal ( modal ) ditambah dengan Margin keuntungan yang disepakati. Jadi pembiayaan Al murabahah adalah pembiayaan pembelian barang, local atau internasional dengan pembayaran yang ditangguhkan ( satu minggu, satu bulan, dan seterusnya ). Pembiayaan ini diberikan dalam rangka pemenuhan kebutuhan persediaan yang dilakukan dengan cara jual beli secara Murabahah.

Pembiayaan ini mirip dengan kredit modal kerja yang diberikan kepada nasabah oleh bank konvensional dan jangka waktunya dibawah satu tahun. Bank mendapatkan keuntungan dari harga yang demikian.

2. Al Bai Bithaman Ajii atau Pembiayaan Angsuran Barang Modal Al bai bithaman ajii merupakan suatu pembiayaan uantuk membeli barang dengan pembayaran secara cicilan per periode.

Pembiayaan bai bithaman ajii merupakan kredit yang diberikan kepada nasabah debitur ddalam rangka memenuhi kebuthan barang modal ( investasi ) yang dilakukan dengan cara jual beli secara bai bithaman ajil. Pembiayaan ini sama deengan kredit invesytasi yang dilakukan

70 Frianto Pandia dkk, Lembaga Keuangan, (Jakarta : Rineka Cipta) , hal.192

(47)

oleh bank konvensional., karena itu jangka waktu pemberian kredit ini lebih dari satu tahun, dan keuntungan yang diterima bank dari selisih harga barang yang dijual kepada nasabah debitur dennan jumlah modal yang dikeluarkan oleh bank.

3. Al Mudharabah atau Pembiayaan Usaha Secara Penuh

Kredit yang diberikan oelh bank menyediakan pembiayaan modal investasi atau modal kerja. Pengusaha menyediakan usaha dan manajemannya, sedangkan hasil keuntunganya dibagi sesuai dengan hassil perjanjian. Apabila merugi shahibul mal ( bank ) akan menaggung kerugian tersebut sebagai pengurangan modal sedangkan mudharib ( pengusaha ) akan kehilangan imbalan dari kerja keras dan managerial skill selama proyek berlangsung kecuali kerugian yang diakibatkan oleh penyelewengan dan penipuan.

4. Al Musyarakah atau Pembiayaan Sebagai Usaha

Pembiayaan bagi hasil musyarakah adalah suatu perjanjian bersama antara dua pihak atau lebih pemilik dana untuk menyertakan modal dalam dalam satu proyek investasi. Pihak bank dilibatkan dalamhal manajemen proyek, pembagian keuntungan proyek berdasarkan perjanjian. Apabila ada kerugian masing-masing pihak bertanggung jawab atas seberapa besaar modal yang disektor investasi tersebut.

5. Al Qurdhul Hasan atau Pembiayaan Kebajikan

(48)

Merupakan pembiayaan berdasrkan perjanjian pinjam-meminjam antar pemilik dana tanpa adanya tambahan atau biaya saat mengembalikan pinjamn tersebut. Pembiayaan ini merupakan pinjamn lunak bagi pengusaha kecil yang benar-benar kekurangan modal.

Peminjam/debitur diwajibkan mengembalikan modal/dana tersebut pada waktu yang telah disepakati dengan jumlah yang sama dengan jumlah yang diterima sebelumnya. Nasabah tidak perlu membagi keuntungan kepada bank tetapi hanya membayar administrasi saja, bank dibenarkan menerima kelebihan pembayaran secara sukarela dari peminjam/debitur sebagai tanda terima kasih yang besarnya tidak ditentukan sebelumnya tetapi ditentukan sendiri oleh debitur.

Tujuan dari pembiayaan al qardhul hasan untuk menolong nasabah debitur yang berada dalam keadaan terdesak, baik untuk hal- hal yang bersifat konsumtif maupunyang bersifat prodiktif. Dana yang didapat untuk digunakan dalam memberikan pembiayaan oleh bank berasal dari BAZIZ ( Badan Amil Zakat Infaq dan Sadaqah ) ysng sebelumnya dititipkan oleh baziz kepala bank syariah untuk dialokasikan /diserahkan kepada kaum mustahiqqin ( orang yang berhak ).

3. Prinsip Pemberian Pembiayaan

(49)

Dalam memberikan pembiayaan, bank syariah menggunakan beberapa prinsip untuk menganalisa nasabah yakni yang paling sering digunakan adalah prinsip analisa 5C, yang meliputi:71

1. Character (Karakter)

Analisa mengenai karakter ini merupakan analisa kualitatif yang tidak dapat didekteksi secara numeric. Namun demikian, hal ini merupakan pintu gerbang utamaa proses persetujuan kredit/pembiayaan. Kesalahan dalam menilai karakter calon nasabah dapat berakibat fatal pada kemungkinan pembiayaan terhadap orang yang beritikad buruk seperti berniat membobol bank, penipu, pemalas, pemabuk, pelaku kejahatan dan lain-lain. Untuk memperkuat data ini, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Wawancara; karakter seseorang dapat dideteksi dengan melakukan verivikasi data dengan interview. Apabila datanya benar, maka calon nasabah seharusnya dapat menjawab semua pertanyaan dengan mudah dan yakin. Apabila terdapat kesalahan yang prinsipil, maka hal bisa merupakan indikasi awal sebuah itikad buruk.

b. BI ( Bank Indonesia ) cheking, BI cheking dilakukan untuk mengetahui riwayat pembiayaan yang telah diterima oleh nasabah berikut status nasabah yang dittapkan BI. Tunggakan pinjaman

71 Sumarto Zulkifli, Op.cit Hal.144

(50)

nasabah di bank lain juga memberikan indikasi yang buruk terhadap karakter nasabah.

c. Bank cheking; bank cheking dilakukan secara personal antara sesame officer bank, baik darui bank yang sama maupundari bank yang berbeda. Biasanya setiap officer memiliki pengalaman tersendiri dalam berhubungan dengan calon nasabah. Tunggakan pinjaman dibank lain juga memberikan indikasi yang buruk terhadap karakter nasabah.

d. Trade cheking; analisa dilakukan terhadap usaha-ysaha sejenis, pesaing, pemasok, dan konsumen. Pengalaman kemitraan semua pihaak terkait pasti meninggalkan kesan tersendiri yang dapat meberikan indikasi tentang karakter calon nasabah, terutama masalah keuangan sperti cara pembayaran.

2. Capacity ( kapasitas/kemampuan )

Kapasitas calon nasabah sangat penting diketahui untuk memahami kemampuan seseorang berbisnis. Hal ini dapat dipahami karena watak yang baik semata-mata tidak menjamin seseorang mampu berbisnis dengan baik. Untuk perorangan hal ini dapat terindikasi dari referensi ataupun curriculum vitae yang dimilikinya, yang dapat menggambarkan pengalaman kerja/bisnis yang bersangkutan. Untuk perusahaan, hal ini dapat terlihat dari laporan keuangan dan past performance usaha. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemsmpuan

(51)

perusahaan memenuhi semua kewajibannya termasuk pembayaran pelunasan pembiayaan.

Untuk mengetahui kapasitas nasabah, bank harus memperhatikan:

a. Angka-angka hasil produksi

b. Angka-angka penjualan dan pembelian

c. Perhitungan rugi laba perusahaan saat ini dan proyeksinya

d. Data financial perusahaan beberapa tahun terakhir yang tercermin neraca laporan keuangan.

Untuk pembiayaan konsumtif, analisa diarahkan pada kemampuan sumber penghasilan calon nasabah membiayai seluruh pengeluaran bulannya. Untuk itu, yang perlu dianalisa adalah:

a. Perusahaan tempat yang bersangkutan bekerja b. lama bekerja

c. penghasilan 3. Capital (Modal)

Analisa modal diarahkan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keyakinan calon nasabah terhadap usahanya sendiri. Jika nasabah sendiri tidak yakin atas usahnya, maka orang lain akan lebih tidak yakin.

Untuk mengetahi hal ini, maka bank harus melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Melakukan analisa neraca sedikitnya 2 tahun terakhir

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian alat pengukur arah angin dilakukan untuk mengetahui apakah alat pengukur arah angin yang dibuat dapat mengukur hingga 3600 dalam satu putarannya

Rendahnya efisiensi total produk yang dihasilkan terhadap jam kerja yang digunakan merupakan rasio yang dominan menyebabkan produktivitas perusahaan menurun dikarenakan 2

Hasil yang diperoleh adalah ketika smart card dihubungkan dengan smart card reader dan saldo mencukupi serta data keberangkatan sesuai dengan kondisi pada saat itu, maka

Cara-cara di mana seorang guru berinteraksi dengan kelas (seperti yang mereka promosikan bentuk spesifik 'iklim kelas') dikatakan oleh beberapa orang (lihat ulasan

sumber sampah untuk wilayah Kabupaten Madiun diperkirakan tidak akan berubah terutama dalam. waktu dekat, karena pola hidup masyarakat dalam mengurangi penggunaan barang

Laporan skripsi dengan judul “ Sistem Informasi Geografis Industri dan Perdagangan Meubel Kabupaten Jepara dengan Metode Cluster Fuzzy ” yang dapat dimanfaatkan

Keragaman dari aspek kelompok pangan dan juga komoditas di dalam kelompok tersebut disesuaikan dengan konsep pola pangan harapan (PPH) dan potensi sumberdaya lokal,

Paparan Publik tahun 2016 dibuka pada pukul 14.30 WIB oleh pembawa acara ( “ MC ” ) yang dilanjutkan dengan paparan mengenai Profil Perseroan dan Tinjauan