• Tidak ada hasil yang ditemukan

N. Proses Pembelajaran 1. Pemanfaatan Teknologi Modern dalam Pembuatan Silase

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "N. Proses Pembelajaran 1. Pemanfaatan Teknologi Modern dalam Pembuatan Silase"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

L. Kegiatan Belajar 7

1. Pembuatan silase dengan teknologi modern 2. Kualitas silase

3. Pemberian silase pada ternak

4. Integrasi silase dalam sistem pertanian

5. Perbandingan nilai nutrisi antara silase dan hay

M. Capaian Belajar 7

Setelah mempelajari dan menyelesaikan modul 4 dan kegiatan belajar 7 peserta didik mampu memahami dan menjelaskan tentang pembuatan silase dengan teknologi modern, pemberian silase pada ternak, integrasi silase dalam sistema pertanian. Agar tujuan pembelajaran 7 dapat dipahami dengan baik, peserta didik diharapkan melakukan pendalaman materi dengan mencermati uraian modul 4, latihan, dan evaluasi yang tersedia pada kegiatan belajar 7. Pada bagian akhir dari proses belajar ini, disajikan rangkuman yang merupakan inti sari dari uraian proses belajar 7. Pemahaman terhadap kontek isi modul ini dapat ditingkatkan dengan melakukan kajian pustaka yang terkait dengan proses belajar 7.

N. Proses Pembelajaran

1. Pemanfaatan Teknologi Modern dalam Pembuatan Silase

Pembuatan silase dengan teknologi modern sudah dipraktekkan di negara-negara maju dan biasanya dalam jumlah besar dengan melibatkan peralatan yang canggih dan teknologi tinggi. Dalam sistem ini pelibatan tenaga kerja manusia sangat minim. Proses pembuatan silase yang dimulai dari pemotongan hijauan, transportasi, penyimpanan sampai pemberian ke ternak menggunakan mesin.

(2)

Gambar 4.9. Pemotong hijauan pada panen sorghum (Kaiser et al., 2004)

(3)

Gambar 4.11. Pembungkusan hijauan dengan plastik untuk pembuatan silase (Kaiser et al., 2004)

Gambar 4.12. Tempat penyimpanan hijauan sebelum dibuat silase (Kaiser et al., 2004)

(4)

Gambar 4.13. Sistem penyimpanan dengan lajur yang cukup besar (Kaiser et al., 2004)

2. Kualitas Silase

Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas silase. Faktor-faktor tersebut meliputi bahan yang dibuat (hijauan), penanganan selama proses pembuatan, kualitas silo dan penyimpanan. Berikut ini adalah tanda-tanda yang menggambarkan kualitas silase yang tidak baik yiatu:

a. Struktur daun-dan batang tidak jelas/menggumpal b. Berbau busuk, merangsang dan berlendir

c. Warnanya kehitam-hitaman

d. Memiliki kandungan nutrisi rendah dan tidak disukai ternak

Sebaliknya silase yang berkualitas baik memiliki tanda-tanda sebagai berikut:

Sifat kimiawi:

a. Mempunyai pH 4,5, bila pH silase di bawah 4,5 maka kualitasnya akan lebih baik

b. Mengandung sedikit asam lemak mudah terbang (VFA = volatile Fatty Acid) <

5%, khususnya ammonia.

c. Mengandung asam susu (Lactic acid) <3-5%

(5)

d. Mengandung asam butirat (Butirat Acid) < 2%, prosentase tersebut didasarkan atas bahan kering.

Sifat Fisik

a. Mempunyai bau yang tidak merangsang, tetapi bau yang enak/segar.

b. Mempunyai warna sedikit hijau tua.

c. Tekstur tidak menggumpal sehingga antara daun dan batang masih kelihatan jelas d. Mengandung nilai nutrisi tinggi dan disukai oleh ternak.

a. Hijauan

Hijauan untuk pembuatan silase dapat bersumber dari padang potongan atau hasil ikutan dari tanaman pangan (crops). Pada perusahaan pembuatan silase biasanya silase dibuat dengan menggunakan bahan hasil ikutan tanaman pangan yang bervariasi.

Ciri utama dari bahan-bahan yang berasal dari sisa tanaman pangan adalah berserat dan kualitasnya rendah sehingga sulit untuk dibuat silase. Oleh karena itu perlu penanganan khusus dalam pembuatan silase terhadap bahan yang berasal dari sisa tanaman pangan.

Tabel 4.2. Pengaruh tahap pertumbuhan tanaman terhadap produksi dan kualitas rumput ryegrass (Lolium aristocrat)

Tahap pertumbuhan EM (MJ/kg BK) Protein kasar Produksi (ton

(%BK) BK/ha)

Vegetatif (25 cm) 10-11 15-25 1,5-3,0

Diatas vegetatif (40 cm) 9,5-11 12-22 2,5-4,0

Berbunga 8,5-10 10-20 2,5-5,0

b. Penggunaan Pupuk Nitrogen

Padang penggembalaan atau potongan yang mendapatkan pupuk yang cukup akan pulih dengan cepat setelah penggembalaan atau pemotongan. Jika tidak terdapat kendala air atau unsur hara yang lain, pemupukan nitrogen (N) pada padang penggembalaan yang kekurangan N maka padang penggembalaan tersebut akan merespon dengan cepat, sehingga dapat dipotong dengan interval pemotongan yang lebih pendek. Namun apabila dosis pemupukan N tinggi, kualitas hijauan akan cepat mengalami penurunan, oleh karena itu waktu pemotongan harus lebih cepat.

(6)

Pemupukan dengan pupuk N yang tinggi juga dapat menyebabkan tanaman cepat tumbuh (tua), sehingga dapat beresiko roboh. Akibat pemupukan N terjadi peningkatan produksi lebih dari 30%. Respon pertumbuhan bervariasi dari 12 sampai dengan 26 kg BK/kg N. Table 4.3 merupakan contoh respon dari padang penggembalaan terhadap pemupukan N.

Tabel 4.3. Pengaruh level pupuk nitrogen terhadap produksi dan nilai energi metabolisme rumput ryegrass (Lolium aristocrat)

Level nitrogen (kg N/ha) Produksi (ton BK/ha) EM (MJ/kg DM)

0 1,6 11,2

25 1,9 11,4

50 2,2 11,2

75 2,3 11,3

100 2,3 11,4

Kualitas hijauan yang dibuat silase berpengaruh terhadap kualitas silase.

Rumput atau legum yang masih muda seperti lucerne dan clover memiliki kualitas yang tinggi (kecernaan, EM dan protein yang tinggi), memiliki potensi yang tinggi untuk menghasilkan kualitas silase yang baik. Sebaliknya rumput yang sudah tua, atau hijauan sisa hasil pertanian biasanya menghasilkan kualitas silase yang rendah.

c. Kesuburan Tanah

Kesuburan tanah dapat mempengaruhi produksi, pertumbuhan tanaman (hijauan) dan kualitas hijauan. Sebagai contoh hijauan yang tumbuh pada lahan yang mengalami defisien nitrogen maka hijauannya akan mengandung proten dan EM yang lebih rendah. Unsur hara lain yang dibutuhkan oleh tanaman adalah Sulphur yang sering berpengaruh terhadap kualitas hijauan. Jika pemanenan dilakukan terlambat maka hijauan yang dihasilkan berkualitas rendah.

(7)

d. Pengembalian unsur hara

Pada saat pemanenan hijauan terjadi pengambilan unsur hara (nutrien) dalam jumlah yang besar dari hijauan tersebut. Sebagai contoh dalam pemotongan rumput Brachiaria mutica dengan hasil produksi sebanyak 4 ton/hektar, terdapat 96 kg N/hektar, 12 kg P/hektar, 100 kg K/ha dan 10 kg S/ha. Unsur hara yang terambil tersebut harus dikembalikan jika produksi hijauan jangka panjang ingin dipertahankan.

Kebutuhan pupuk untuk pengembalian sangat bervariasi dan tergantung pada jenis tanah. Untuk hal tersebut diperlukan uji laboratorium terhadap tanah dan level unsur hara yang ada di lahan tersebut. Pemupukan sebaiknya dilakukan sebelum hijauan tumbuh agar lebih efektif. Untuk mendapatkan produksi hijauan yang tinggi, maka disarankan pemupukan dapat dilakukan dua kali. Kadar kalsium juga banyak yang hilang pada saat pemanenan hijauan, oleh karena itu pemupukan dengan kalsium sangat dianjurkan untuk pengembalian unsur hara ke dalam tanah. Pemupukan dapat meningkatkan produksi hijauan. Dengan pemupukan nitrogen akan mempercepat pemuliahan pertumbuhan hijauan dan meningkatkan produksi bahan kering hasil panen.

Jika kandungan nitrogen dalam tanah sudah cukup, penambahan N ke dalam tanah akan dapat menstimulasi perkembangan jaringan tumbuhan menjadi lebih besar dan menjadikan sejumlah N untuk disimpan di dalam tanah sebagai cadangan.

Tabel 4.4. Perkiraan unsur hara yang hilang (kg/ton bahan kering) pada hijauan yang dipanen

Jenis hijauan N P K S Ca Mg

Rumput tahunan(cam

35* 3,0 20 2,5 8,0 2,4

clover)

Pastura legum 35* 3,0 25 2,5 13 3,0

Lucerne 35* 3,0 25 3,0 15 4,0

Kikuyu 24 3,0 25 2,5 2,7 3,0

Hijauan sorghum 24 3,0 20 2,0 3,0 3,0

Millet 25 3,0 20 2,5 3,0 3,0

Dolicos lab lab 28* 2,5 25 3,0 10 2,5

N = nitrogen, P = Phosphor, K = kalium, S = Sulphur, Ca= Calsium, Mg= Magnesium,

* = kebutuhan nitrogen dapat dipenuhi dari fixasi nitrogen oleh legum

(8)

e. Pembuangan Kotoran Ternak

Kotoran ternak dari kandang juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik. Sebaiknya kotoran jangan langsung diaplikasikan pada tanaman hijauan enam minggu semenjak pemotongan. Aplikasi yang terlambat dapat mengakibatkan kontaminasi secara fisik terhadap hijauan dengan mikroba yang tidak dikehendaki.

Supaya tidak mencemari, pupuk kandang sebaiknya diaplikasikan pada lahan sebelum penanaman, tanaman berumur pendek atau segera setelah tanaman dipotong.

f. Gulma dan Hama Tanaman

Produksi dan kualitas hijauan akan menurun bila di dalam pastura terifeksi dengan gulma, serangga dan penyakit lainnya. Beberapa jenis gulma seperti thistle dan rumput barley dapat mengkontaminasi bulu domba, atau melukai mulut yang dapat menuarunkan konsumsi pakan. Oleh karena itu perlu dilakukan seleksi terhadap pastura yang terbebas dari gulma dan penyakit agar diperoleh kualitas silase yang baik. Gulma dapat dibersihkan baik secara mekanik, atau kimia.

g. Umur Pemotongan Hijauan

Tingkat kecernaan kandungan EM dan protein tanaman tinggi pada saat umurnya masih muda. Pada saat umur tanaman mengalami penuaan, kandungan seratnya meningkat dan kualitasnya turun dengan cepat. Namun tingkat penurunan lebih lambat pada hijauan legum. Pada tanaman biji-bijian seperti jagung, wheat dan oat, kecernaannya dan kandungan proteinnya tinggi pada saat masih muda. Namun pada saat sudah tua energinya berpindah ke biji, batang menjadi berserat dan berkurang kecernaanya dan beberapa daun mengalami kematian.

(9)

Tabel 4.5. Rataan nilai pakan hay dan silase Australia yang analisa di laboratorium selama periode lima tahunan (Kaiser et al., 2004).

Jenis hijauan Banyaknya PK (%) KBK (%) Estimasi EM

sampel (MJ/kg DM)

HAY

Legum 3496 18.2 64.9 9.2

Mayoritas legum +rumput 2238 14.8 62.5 8.9

Mayoritas rumput (R) + legum 3365 11.2 61.1 8.6

Rumput 260 8.5 58.9 8.3

Biji-bijian 4741 7.3 60.0 8.4

Biji-bijian + legum 707 10.1 61.6 8.7

SILASE

Legum 258 18.8 66.7 9.5

Mayoritas legum +rumput 710 16.2 66.3 9.5

Mayoritas rumput (R) + legum 3124 14.4 66.1 9.4

Rumput 321 13.3 64.9 9.3

Biji-bijian 467 10.3 62.4 8.8

Biji-bijian + legum 189 11.8 62.9 8.9

Biji jagung 531 7.8 69.1 10.5

Keterangan PK = protein kasar, KBK = kecernaan bahan kering, EM = energi metabolis

3. Pemberian Silase Pada Ternak

Silase dapat diberikan kepada ternak baik sebagai pakan tunggal atau dikombinasikan dengan pakan suplemen yang tergantung kepada target yang ingin dicapai oleh peternak. Pemberian pakan dapat secara langsung dengan menempatkan ternak pada tumpukan silase yang telah disediakan. Cara lain adalah dengan menempatkan silase pada tempat pakan yang besar dan ternak mengkonsumsi silase tersebut dari luar tempat pakan yang berbentuk lingkaran.

Walaupun proses pembuatan silase sudah melalui prosedur yang benar, hijauan yang telah menjadi silase tetap mengalami penurunan kualitas. Adapun kandungan nutrisi yang mengalami pengurangan adalah karbohidrat, sedangkan kandungan

(10)

proteinnya tidak banyak mengalami perubahan. Berdasarkan bahan keringnya, hijauan silase dapat menggantikan hijauan segar. Namun demikian, bukan berarti hijauan silase dapat menggantikankeseluruhan hijauan segar yang diberikan pada seekor ternak.

Kandungan nutrisi yang menurun dan terjadinya proses keasaman pada hijauan silase meruapakan faktor pembatas tidak bisanya hijauan silase menggantikan pemberian hijauan segar pada ternak. Berikut ini adalah kisaran pemberian silase pada ternak, disamping pakan lain yang berupa hijauan segar atau konsentrat agar kebutuhan nutrisi ternak tetap terpenuhi.

a. Sapi laktasi = 13,5 – 22,5 kg/hari/ekor b. Sapi dara = 5,0 – 9,0 kg/hari/ekor c. Sapi potong = 13,5 – 22,5 kg/hari/ekor

d. Sapi potong digemukkan (umur 2 tahun) = 10,0 – 13,0 kg/hari/ekor e. Sapi potong digemukkan (umur 2,5 tahun) = 4,0-7,0 kg/hari/ekor f.

Anak sapi muda yang digemukkan= 4,0-10 kg/hari/ekor

g. Domba = 1 kg/50 kg berat badan h. Domba yang digemukkan = 0,5 – 1,5 kg

Gambar 4.14. Model pemberian pakan secara alami (Kaiser et al., 2004)

(11)

Gambar 4.15. Tempat penyajian silase (Kaiser et al., 2004)

Gambar 4.16. Tempat bantalan pakan yang permanen (Kaiser et al., 2004)

(12)

4. Integrasi Silase dalam Sistem Pertanian a. Pengembangan Budget pakan

Budget pakan adalah perhitungan kebutuhan pakan seekor ternak dan suplai pakan yang dapat diberikan kepada ternak tersebut. Bila peternak hanya memberikan ternak berupa hijauan sebagai pakan tunggal (sistem cut and carry) maka istilah yang tepat digunakan adalah forage bugetting. Bila kebutuhan dan suplai pakan dari seekor ternak dapat dihitung, maka kebutuhan dan suplai pakan dari beberapa ekor dapat dihitung pula. Bila perhitungan akan feed bugetting ini sudah dipahami dengan baik maka dapat dilakukan penaksiran apakah pakan yang tesedia cukup atau tidak. Bila suplai pakan tidak mencukupi maka harus dilakukan langkah-langkah strategis untuk mengatasi kekurangan pakan. Pemahaman feed budgetting yang akurat memungkinkan untuk peningkatan efisiensi penggunaan pakan. Bila berdasarkan perhitungan feed budgetting ternyata terdapat kelebihan suplai pakan maka dapat dilakukan penambahan ternak untuk mencapai keseimbangan.

Penerapan forage budgetting juga dapat memudahkan dalam menentukan luas lahan yang akan ditanami untuk hijauan. Sebagai contoh bila seorang peternak memiliki 4 ekor sapi dengan bobot badan sekitar 200 kg dan peternakn tersebut akan menanam rumput gajah untuk diberikan kepada sapinya. Yang menjadi pertanyaan adalah berapa luas lahan untuk penanaman rumput gajah. Kebutuhan pakan/hijauan perekor sapi adalah 3% bahan kering (BK) dari bobot badan (BB) atau setara dengan 6 kg BK/ ekor atau 24 kg BK/4 ekor sapi/hari. Selama satu tahun peternak tersebut harus dapat menyediakan rumput gajah sebanyak 365 hari x 24 kg BK = 8760 kg BK rumput gajah.

Bila kandungan bahan kering rumput gajah sebesar 70%, maka rumput gajah segar yang harus diberikan kepada 4 ekor sapi adalah sebesar 12.514 kg/tahun. Dengan asumsi bahwa produksi rumput gajah dalam 1 ha sekitar 20 ton BK/tahun maka untuk mencukupi kebutuhan hijauan pakan sebanyak 4 ekor sapi, dapat dilakukan penanaman rumput gajah pada lahan seluas 0,6257 ha.

Pengembangan feed budgeting pada usaha peternakan dapat untuk mengidentifikasi apakah padang penggembalaan dalam keadaan surplus atau defisit dan peran silase dalam hal ini sangat penting. Forage budgeting dapat membantu dalam

(13)

Dalam feed budgeting kita akan membandingkan secara sederhana antara produksi hijauan harian dengan kebutuhan pakan harian oleh ternak. Faktor wilayah dan musim sangat mempengaruhi variasi produksi hijauan. Disamping itu faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah jenis usaha dan permintaan pasar terhadap hijauan juga mempengaruhi budget pakan. Dalam banyak hal, kualitas hijauan lebih besar perannya dibandingkan kuantitasnya hijauan dalam menentukan produksi ternak. Oleh karena itu dalam forage budgeting perlu diperhitungkan kualitas hiajuan. Dalam budget pakan dapat digunakan untuk menilai kecukupan pakan pada sistem manajemen yang berbeda dan perlunya intervensi terhadap sistem manajemen yang ada misalnya, variasi dalam menentukan stok ternak, waktu melahirkan, stok dalam perdagangan, peningkatan produksi padang penggembalaan melalui peningkatan manajemen, pemberian pakan suplemen, pemilihan metode penyimpanan hijauan..

b. Faktor yang Mempengaruhi Produksi Silase pada Sistem Pertanian

Faktor yang mempengaruhi banyaknya silase yang diproduksi dalam suatu perusahaan pembuatan silase meliputi banyaknya ternak (stocking rate) dan produksi hijauan musiman, serta kualitas hijauing, yang selanjutnya akan dibuat silase. Peningkatan jumlah ternak yang dipelihara dapat mengurangi kelebihan pakan, sehingga hijauan yang tersedia untuk dibuat silase menjadi berkurang dan juga meningkatkan banyaknya hijauan yang harus dibeli dari perusahaan dari luar. Bahkan kadang-kadang justru terjadi peningkatan defisit pakan. Kemampuan padang penggembalaan/potongan untuk menyediakan hijauan pada ternak yang ada akan menentukan banyaknya silase yang dapat dibuat silase. Sebagai contoh, produksi hijauan pada musim hujan melimpah, dan terjadi kekurangan produksi pada musim kemarau. Oleh karena itu terdapat potensi yang cukup besar untuk meningkatkan produksi ternak dengan cara menstranfer kelebihan produksi pada musim hujan dan memanfaatkannya pada musim kemarau dalam siklus tahunan.

Namun beberapa sistem pertanian membatasi jumlah ternaknya sebagai strategi untuk mengatasi fluktuasi produksi hijauan. Namun strategi ini sering menyebabkan pemanfaatan padang penggembalaan kurang maksimal khususnya pada musim melimpah. Sebaliknya pada musim kering terjadi defisien pakan pada musim kering, sehingga memaksa perusahaan untuk membeli pakan suplemen. Model-model yang ada berpotensi untuk mengurangi keuntungan

(14)

perusahaan jika tidak dievaluasi dan dimanage secara tepat. Model yang paling tepat adalah mengkombinasikan antara pembuatan silase dengan tingkat pemilikan jumlah ternak yang optimal.

c. Pemotongan Hijauan

Sebaiknya hijauan dipotong pada saat masih muda untuk menghasilkan kualitas silase yang tinggi. Hal ini penting karena produktivitas ternak yang tinggi hanya akan dapat dicapai dengan pemberian pakan yang berkualitas. Namun dalam usaha pertanian dimana hijauan yang digunakan merupakan produk sampingan msilnya jagung, maka pemanenan harus menunggu saat buah sudah dipanen. Dalam kondisi ini maka kualitas silase yang terbuat tidak terlalu bagus, sehingga produktivitas ternak kemungkinan rendah. Kondisi ini perlu disesuaikan dengan pemberian pakan yang kurang berkuliatas pada kelas ternak tertentu, yang tidak mengganngu produktivitas ternak, misalnya pada induk ternak ruminansia yang tidak sedang menyusui (periode kering).

d. Pembelian Silase

Strategi lain untuk mengatasi kekurangan ketersediaan pakan adalah dengan membeli silase dari perusahaan pembuat silase. Pembelian silase ini dapat meningkatkan fleksibilitas usaha peternakan. Namun keuntungan usaha dengan pembelian silase perlu dihitung dengan cermat dengan mempertimbangkan nilai nutrisi silase, kandungan bahan kering, biaya transport, dan penanganan silase. Disamping itu perlu dipertimbangkan sisa-sisa kandungan bahan kimia pada silase yang dibeli.

e. Pertimbangan Lain

Faktor ekonomi merupakan pertimbangan lain yang perlu diperhatikan dalam mengintegrasikan silase dalam sistem produksi ternak. Biaya infrastruktur dalam pembuatan gudang, pembelian peralatan pembuatan silase, skala ternak yang dipelihara akan mempengaruhi tingkat keuntungan usaha.

5. Perbandingan Nilai Nutrisi antara Silase dan Hay

Beberapa penelitian dengan menggunakan analisa laboratorium menunjukkan bahwa nilai kecernaan pakan dan kandungan protein kasar dari silase lebih tinggi

(15)

dibandingkan dengan hay. Adapun kelebihan silase dibandingkan dengan hay adalah sebagai berikut:

a. Kualitas hijauan yang lebih tinggi

Hal ini dapat dilihat dari beberapa komponen nilai nutrisinya yang lebih tinggi pada silase dimana nilai kecernaan bahan keringnya 68,5 lawan 60,9%, estimasi kandungan energy metabolismenya (9,7 lawan 8,6 MJ/kg BK) dan protein kasar 15,1 lawan 8,1%

BK.

b.. Pertumbuhan ternak dan efisiensi penggunaan pakan lebih tinggi pada ternak yang mendapatkan silase dibanding dengan ternak yang mendapatkan hay.

Sistem dalam pembuatan silase memungkinkan untuk melakukan pemotongan pada hijauan yang masih muda sehingga diperoleh nilai kecernaan pakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hay. Hanya pada pembuatan silase ada potensi kehilangan bahan kering produk silase. Pada pembuatan silase dengan skala yang lebih kecil, sekitar 26%

bahan kering hilang. Namun pada skala yang lebih besar dengan fasilitas silo yang rapi dan rapat maka kehilangan bahan kering dapat ditekan menjadi 7%. Kehilanagn produk biasanya berupa adanya kebocoran silo, yang berakibat terhadap kerusakan kualitas silase dan penuruinan kualitas silase secara umum. Hasil perbandingan antara hay dan silase terhadap produksi susu dapat dilihat pada Table 4.6

Tabel 4.6. Pertumbuhan pedet (dengan bobot awal 277 kg) yang mendapatkan hay dan silase dan dengan pakan tambahan konsentrat dengan level yang berbeda

Level konsentrat (%BB) Hay (5,6 ton BK/ha) Silase (5,0 ton BK/ha)

0,5 1,0 1,5 0,5 1,0 1,5

Konsusmi BK (kg/hari)

Hijauan 4,36 3,86 2,82 4,99 4,26 3,58

Konsentrat 1,39 2,90 4,47 1,45 2,94 4,39

Total 5,75 6,76 7,29 6,44 7,20 7,97

Pertumbuhan

Kg/hari 0,33 0,63 0,88 0,81 1,09 1,20

Kg/ton BK 57 93 121 126 151 151

Konsentrat terdiri dari 67% biji barley, 30% biji lupin dan 3% mineral

(16)

Tabel 4.7. Produksi susu (kg/hari) dari sapi induk yang mendapatkan hay atau silase yang terbuat dari tanaman lucerne

Jenis Level Kondisi tanaman

pengawetan konsentrat (%) muda sedang agak tua tua

Hay 45 26,6 25,5 25,5

Silase 45 27,2 27,0 27,7

Hay 40 30,7 32,1

Silase 40 33,6 33,4

Hay 40 35,0 36,0

Silase 40 38,1 37,0

O. Latihan 7

Jawablah soal-soal berikut dengan singkat dan jelas

1. Apa yang dimaksud dengan modernisasi pembuatan silase 2. Sebutkan cir-ciri fisik kualitas silase yang baik

3. Jelaskan kelebihan penyimpanan hijauan dengan silase dibanding dengan hay

P. Rangkuman 7

Pembuatan silase dapat dilakukan dengan cara modern. Pada proses pembuatan silase dengan cara ini melibatkan mesin yang modern dan canggih, keterlibatan tangan manusia sangat minim. Biasanya silase yang dibuat dalam jumlah besar dengan kapasitas silo yang besar pula. Pada pembuatan silase yang modern, kualitas silase yang dihasilkan juga sangat baik. Adapun ciri-ciri kualitas fisik silase yang baik yaitu baunya yang tidak merangsang, tetapi berbau segar, warna sedikit hijau tua, tekstur tidakmenggumpal sehingga antara daun dan batang masih kelihatan jelas, mengandung nilai nutrisi tinggi dan disukai oleh ternak. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas silase adalah

bahan yang dibuat (hijauan), penanganan selama proses pembuatan, kualitas silo dan penyimpanan. Silase dapat diberikan kepada ternak baik sebagai pakan tunggal atau dikombinasikan dengan pakan suplemen, yang dapat disesuaikan dengan target produksi yang dinginkan. Pengawetan hijauan dengan silase dilaporkan lebih tinggi kandungan nutrisi, dan kecernaan pakan yang berakibat terhadap pertambahan bobot

(17)

Q. Evaluasi 7

Pilihlah salah satu jawaban yang benar dari pertanyaan berikut 1. Salah satu ciri fisik silase yang baik adalah

a. Baunya menyengat dan berlendir c. Warna kehitam-hitaman

b. Tekstur tidak menggumpal d. Kandungan nutrisi rendah dan tidak

disukai ternak

2. Ciri pembuatan silase secara modern adalah

a. Menggunakan tenaga manusia c. Pembuatan silase dalam jumlah sedikit b. Tidak efisien d. Menggunakan mesin dan efisien 3. Faktor yang mempengaruhi kulaitas silase kecuali

a. Bahan yang dibuat silase c. Kualitas silo

b. Biaya pembuatan silase d. Penanganan pada proses pembuatan

silase

Gambar

Gambar 4.9. Pemotong hijauan pada panen sorghum (Kaiser et al., 2004)
Gambar 4.11. Pembungkusan hijauan dengan plastik untuk pembuatan silase (Kaiser et  al., 2004)
Gambar 4.13. Sistem penyimpanan dengan lajur yang cukup besar (Kaiser et al., 2004)
Gambar 4.14. Model pemberian pakan secara alami (Kaiser et al., 2004)
+2

Referensi

Dokumen terkait

2020 Pertama kali selama berdirinya perseroan, omzet sampai dengan kuartal ke-3 mengalami penurunan yang drastis sebesar 30% sampai 35% dibandingkan dengan periode yang sama tahun

Pasangan yang masih tinggal satu rumah dengan orang tua pernah mengalami masalah kecil seperti perbedaan pendapat dengan orang tua, Perempuan yang menikah

Lebih lanjut pada Bab 1 pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam

Dilihat dari hasil uji dengan dua kali pengulangan pada tepung biji nangka dan tepung terigu dan menggunakan metode yang sama dimana kadar protein diuji dengan

Sepeda motor berbahan bakar LPG.. kimiawi minyak lumas yang dipakai. Suhu tinggi yang diserap oleh minyak lumas akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi termal,

Secara umum, koefisien total hamburan (scattering) relatif tinggi ditemui di perairan pesisir khususnya dekat muara sungai setiap musim dan relatif rendah di

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada sampel keramik KNN dan KNLN diyakini terjadi optimasi polarisasi akibat perubahan fasa dari tetragonal (fasa ferroelektrik) ke

menjalankan kewenangan Judicial Review ; 1) Dalam melaksanakan pengujian MK tidak boleh membuat putusan yang bersifat mengatur, 2) Dalam melakukan pengujian, MK tidak boleh membuat