Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Brawijaya 2201
Implementasi Sistem Akuisisi Data Sensor Pertanian Menggunakan Protokol Komunikasi LoRa
Richad Gilang Wisduanto1, Adhitya Bhawiyuga2, Dany Primanita Kartikasari3
Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1[email protected], 2[email protected], 3[email protected]
Abstrak
Pemantauan kondisi lingkungan pertanian secara periodik diperlukan agar pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik sehingga akan meningkatkan kualitas dan kuantitas dari hasil produksi pertanian tersebut. Salah satu cara pemantauan kondisi lingkungan secara periodik adalah dengan sistem akuisisi data. Sistem akuisisi data memerlukan minimal dua node, yaitu sensor node dan gateway. Sensor node berfungsi untuk mengambil data dari sensor dan mengirimkan data kepada gateway, sedangkan gateway berfungsi untuk menerima data dan menyimpan data. Selain itu juga diperlukan protokol komunikasi agar kedua node dapat saling terhubung dan untuk mengirimkan data secara wireless agar memungkinkan pemantauan jarak jauh, salah satunya adalah LoRa. LoRa merupakan teknologi dimana memiliki daya jangkau yang luas dengan daya konsumsi baterai rendah sehingga cocok untuk melakukan pemantauan pertanian di Indonesia yang dikenal dengan negara agraris karena luasnya lahan pertanian. Terdapat dua pengujian yang dilakukan, yaitu pengujian fungsional dan pengujian kinerja.
Pada pengujian fungsional, sistem dapat berjalan dengan baik dimana sistem dapat mengambil data hingga menyimpannya. Pengujian kinerja dilakukan untuk mengetahui kinerja dari perangkat modul LoRa HopeRF-RFM9x berdasarkan packet loss dan delay dengan pengaruh jarak, ukuran paket, dan interval waktu pengiriman. Hasil dari pengujian, modul HopeRF-RFM9x dapat mengirimkan paket dengan baik pada jarak 200 meter, 300 meter dan jarak 400 meter.
Kata kunci: sistem akuisisi data, pemantauan, Long Range Abstract
Periodic monitoring of agricultural environmental condition is needed to growth the plant will be better, so it will improve the quality and quantity of agricultural products. The way of monitor environmental conditions periodically is an acquisition data system. The system requires minimum of two nodes, namely sensor nodes and gateways. Sensor node has function to put the data from the sensor and transmit it to the gateway, while the gateway receives the data and store it. Beside that a communication protocol is needed to connect both of nodes and to transmit the data wirelessly to remote monitoring, which one of it is LoRa. LoRa is a technology which has a wide range with low battery consumption, so it is suitable for monitoring agriculture in Indonesia, which is known as an agricultural country because of the wide area of agricultural land. There are two tests had been done, that are functional testing and performance testing. In the functional testing, the system can run properly where the system can put the till save it. The performance testing was hold to see the performance of the LoRa HopeRF-RFM9x module based on packet loss and delay with the influence of distance, packet size, and interval of delivery time. The result of the performance is the HopeRF-RFM9x module can transmit the packets well for 200, 300 and 400 meters.
Keywords: data acquisition system, monitoring, Long Range
1. PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang dikenal dengan sebutan negara agraris karena sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di
bidang pertanian. Pada Februari 2016, Badan Pusat Statistik mencatat penduduk yang bekerja di sektor pertanian sebanyak 39,68 juta orang atau 31,86 persen dari jumlah penduduk bekerja yang jumlahnya 124,54 juta orang (Hamdani,
2017). Tingginya jumlah penduduk yang berprofesi sebagai petani menjadikan pertumbuhan tanaman sebagai hal yang terpenting dalam menyiapkan kebutuhan pangan. Salah satu faktor penting untuk menentukan pertumbuhan tanaman adalah faktor kondisi lingkungan lahan pertanian itu sendiri.
Kondisi lingkungan lahan pertanian dapat diketahui dengan melakukan pemantauan. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem yang dapat melakukan pemantauan kondisi lingkungan lahan pertanian tersebut secara periodik, yaitu dengan menggunakan sistem akuisisi data.
Sistem akuisisi data berfungsi untuk mengambil dan mengumpulkan data dari lingkungan lahan pertanian. Sistem akuisisi data juga memungkinkan untuk melakukan pemantauan jarak jauh dengan menggunakan model client/server terdistribusi (Saptadi, 2013), sehingga sistem akuisisi data memerlukan minimal dua node yang saling terhubung untuk mengirimkan data secara wireless agar memungkinkan pemantauan jarak jauh. Node tersebut terdiri dari sensor node dan gateway.
Agar sensor node dapat mengirimkan data ke gateway secara wireless maka diperlukan sebuah protokol komunikasi yang mendukung.
Salah satu contoh protokol komunikasi yang dapat digunakan adalah protokol long range atau LoRa sebagai protokol komunikasi dalam pengiriman data dengan daya jangkau yang luas. Long range adalah teknologi nirkabel berdaya rendah yang menggunakan spektrum radio dengan pita frekuensi 433 MHz, 868 Mhz atau 915 MHz tergantung pada regulasi masing- masing negara (Wixted, A.J. et al., 2016). Untuk di Asia, frekuensi yang digunakan adalah 433 MHz. LoRa memiliki daya jangkau yang luas dengan konsumsi daya baterai rendah, sehingga LoRa sangat cocok untuk memantau lingkungan lahan pertanian di Indonesia yang dikenal dengan negara agraris karena luasnya lahan pertanian yang dimiliki.
Berdasarkan permaparan tersebut, penulis akan melakukan penelitian mengenai
“Implementasi Sistem Akuisisi Data Sensor Pertanian Menggunakan Protokol Komunikasi LoRa”. Pada penelitian ini, penulis mengimplementasikan sistem akuisisi data sensor dimana sistem terdiri dari 2 jenis node, yaitu sensor node dan gateway. Sensor node digunakan untuk mengambil data menggunakan sensor. Setelah mendapatkan data, sensor node kemudian mengirimkan data tersebut kepada gateway untuk disimpan. Perangkat protokol
komunikasi LoRa untuk mengirimkan data dari sensor node kepada gateway yang digunakan penulis adalah HopeRF-RFM9x. Adanya penelitian ini diharapkan dapat melakukan pemantauan lingkungan lahan pertanian secara periodik.
2. PENELITIAN TERKAIT
Pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Muhammad Misbahul Munir, berjudul “Implementasi Wireless Sensor Node Untuk Pemantauan Lahan Pertanian Berbasis Protokol 802.15.4” yang mana dalam penelitiannya telah menerapkan sistem Wireless Sensor Node untuk pemantauan lahan pertanian.
Pada penelitian ini, sistem terdiri dari 3 jenis node, yaitu End Device, Coordinator, dan PAN Coordinator. End device merupakan node yang digunakan untuk mengambil data menggunakan sensor dimana sensor yang digunakan adalah sensor seperti sensor suhu dan kelembaban udara, sensor kelembaban tanah, dan sensor hujan. Seteleh data diambil oleh sensor selanjutnya End Device akan mengirimkan data ke Coordinator. Data sensor yang telah diterima oleh Coordinator kemudian dikirimkan ke PAN Coordinator. Setelah PAN Coordinator mendapatkan data sensor, maka data tersebut akan disimpan dan ditampilkan oleh PAN Coordinator yang juga berperan sebagai gateway pada jaringan WSN. Pada penelitian ini juga menggunakan protokol 802.15.4 sebagai protokol untuk pengiriman data. Namun daya jangkau protokol 802.15.4 untuk pengiriman data tidak terlalu luas, sehingga dibutuhkan topologi tree dimana Coordinator berperan untuk meneruskan pengiriman data dar i End Device ke PAN Coordinator.
Pada penelitian yang dilakukan Konstantinos Tzortzakis, et al, berjudul
“Wireless Self Powered Environmental Monitoring System for Smart Cities based on LoRa” telah mengimplementasikan protokol komunikasi LoRa untuk pemantauan lingkungan perkotaan. Pada penelitian ini, sistem terdiri dari peripheral nodes yang berguna untuk mengambil data kondisi lingkungan perkotaan menggunakan beberapa sensor dan gateway yang berguna untuk menerima data dari peripheral nodes. Pada penelitian ini juga menggunakan protokol komunikasi LoRa untuk pengiriman data dimana protokol komunikasi LoRa ini berdaya rendah. Selain berdaya rendah, protokol komunikasi LoRa ini juga memiliki
daya jangkau yang luas, sehingga pengiriman data dapat dikirimkan secara langsung dari peripheral nodes ke gateway. Dengan adanya pengiriman secara langsung dari peripheral nodes ke gateway, maka tidak diperlukan lagi perantara untuk meneruskan pengiriman data agar dapat dikirimkan secara jauh.
3. PERANCANGAN SISTEM
Sistem harus memenuhi tujuan penelitian dibuat yaitu sensor node dapat mengambil data dan mengirimkannya kepada gateway untuk menyimpan data. Perancangan sistem secara umum akan digambarkan dalam perancangan arsitektur sistem sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Perancangan arsitektur sistem Gambar 1 merupakan perancangan arsitektur sistem dimana sistem terdiri dari sensor node dan juga gateway. Sensor node berfungsi untuk mengambil data dari sensor dan mengirimkannya ke gateway dengan perangkat LoRa agar data dapat disimpan. Pada sisi sensor node terdapat beberapa komponen perangkat seperti sensor suhu udara dan kelembaban udara, sensor kelembaban tanah, sensor hujan, arduino nano, Raspberry pi 3 dan modul HopeRF- RFM9x. Sensor suhu udara dan kelembaban udara, sensor kelembaban tanah dan juga sensor hujan dihubungkan dengan arduino nano melalui pin yang tersedia dengan menggunakan kabel jumper. Untuk arduino nano dengan Raspberry pi 3 dihubungkan secara serial, sedangkan Raspberry Pi 3 dengan modul HopeRF-RFM9x dihubungkan dengan menggunakan kabel jumper melalui pin yang tersedia.
Pada sisi gateway terdapat komponen perangkat seperti modul HopeRF-RFM9x dan juga Raspberry Pi 3. Modul HopeRF-RFM9x dihubungkan dengan Raspberry Pi 3 dengan menggunakan kabel jumper melalui pin yang tersedia. Gateway berfungsi untuk menerima data dari sensor node serta menyimpan data yang diterima kedalam basis data, sehingga selain perangkat keras penyusun gateway tersebut, terdapat juga perangkat lunak basis data
MongoDB didalam Raspberry Pi 3 untuk penyimpanan data.
4. IMPLEMENTASI
Berdasarkan perancangan perangkat sensor node, perangkat terdiri dari dari sensor suhu udara dan kelembaban udara, sensor kelembaban tanah dan sensor hujan yang terhubung dengan Arduino Nano melalui pin-pin yang tersedia menggunakan kabel jumper, lalu Arduino Nano yang terhubung secara serial dengan Raspberry Pi 3 dan Raspberry Pi 3 yang terhubung dengan modul HopeRF-RFM9x melalui pin menggunakan kabel jumper. Pada gambar 2 menunjukkan hasil implementasi dari perancangan sensor node.
Gambar 2. Perangkat sensor node
Kemudian berdasarkan perancangan perangkat gateway, perangkat terdiri dari perangkat keras Raspberry Pi 3 dan modul HopeRF-RFM9x. Perangkat Raspberry Pi 3 dengan modul HopeRF-RFM9x dihubungkan dengan menggunakan kabel jumper melalui pin yang tersedia. Pada gambar 3 menunjukkan hasil implementasi dari perancangan gateway.
Gambar 3. Perangkat gateway
5. PENGUJIAN SISTEM
Pengujian sistem terdiri dari pengujian fungsional dan pengujian kinerja. Pengujian fungsional dilakukan untuk melihat kesesuaian fungsi-fungsi hasil perancangan dan implementasi. Hasil pengujian fungsional dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 5. Hasil pengujian fungsional sistem
No. Fungsi Hasil
Pengujian 1. Membaca nilai suhu dan
kelembaban udara
Berhasil
2. Membaca nilai kelembaban tanah
Berhasil
3. Membaca nilai curah hujan Berhasil 4. Mengambil data dari
Arduino Nano
Berhasil
5. Menerima data dari sensor node
Berhasil
6. Menyimpan data kedalam database
Berhasil
Kemudian pengujian kinerja dilakukan untuk mengetahui kinerja dari modul HopeRF- RFM9x berdasarkan packet loss dan delay dengan pengaruh jarak, ukuran paket, dan interval waktu pengiriman paket antara sensor node dan gateway. Pengujian kinerja dari modul HopeRF-RFM9x berdasarkan packet loss untuk mengetahui berapa banyak data yang hilang saat dikirimkan dari sensor node ke gateway, sedangan delay untuk mengetahui waktu yang diperlukan sistem dari sensor node ke gateway dalam mengirimkan data. Jarak yang diujikan yaitu 200 meter, 300 meter, 400 meter, 600 meter, 800 meter, dan 1 kilometer. Selanjutnya ukuran paket data yang diujikan yaitu 82 byte, 157 byte, 217 byte dan 251 byte. Data yang dikirimkan dalam format struct, sehingga data hanya bisa dibuka dari format struct apabila data yang diterima sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Kemudian jumlah data yang dikirimkan untuk pengujian kinerja adalah 100 paket setiap ukuran paket dengan interval waktu yang pengiriman 0.5 detik, 1 detik, dan 5 detik.
Selain itu, pengujian ini dilakukan di desa Tegalgondo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang dengan pertimbangan lokasi yang masih terdapat lokasi persawahan yang luas, sehingga gangguan untuk menguji kinerja modul HopeRF-RFM9x dapat diminimalisir.
Pada pengujian ini gateway dapat menerima data dengan baik pada jarak 200 meter, 300 meter dan 400 meter. Pada jarak 600 meter dan 800 meter, gateway menerima data tidak sesuai ukuran data yang telah ditentukan. Sedangkan pada jarak 1 kilometer, tidak ada data yang diterima oleh gateway. Hasil pengujian kinerja berdasarkan packet loss dari modul HopeRF- RFM9x didapat dari penghitungan persentase packet loss yang diterima gateway. Hasil
pengujian dapat dilihat pada tabel 6, tabel 7, dan tabel 8.
Tabel 6. Hasil penghitungan packet loss dengan interval waktu pengiriman 0.5 detik
Jarak
Persentase packet loss berdasarkan besar ukuran paket data 82
byte 157 byte 217 byte
251 byte
200 meter 24% 11% 32% 33%
300 meter 27% 0% 3% 71%
400 meter 62% 10% 100% 55%
600 meter Data diterima tidak sesuai ukuran paket 800 meter Data diterima tidak sesuai ukuran paket
1 kilometer 100%
Tabel 6 merupakan hasil pengitungan packet loss berdasarkan hasil pengujian kinerja dengan interval waktu pengiriman 0.5 detik.
Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa persentase packet loss terkecil ada pada jarak 300 meter dengan ukuran paket 157 byte dimana persentase packet loss sebesar 0% yang berarti 100 paket yang dikirimkan sensor node dapat diterima seluruhnya oleh gateway. Kemudian persentase packet loss terbesar ada pada jarak 400 meter dengan ukuran paket data 217 byte dan ada pada jarak 1 kilometer dengan semua ukuran paket data dimana persentase packet loss sebesar 100% yang berarti 100 paket data yang dikirimkan tidak ada yang diterima oleh gateway.
Tabel 7. Hasil penghitungan packet loss dengan interval waktu pengiriman 1 detik
Jarak
Persentase packet loss berdasarkan besar ukuran paket data
82 byte 157 byte 217 byte 251 byte
200 meter 2% 0% 41% 30%
300 meter 67% 47% 32% 8%
400 meter 0% 0% 1% 24%
600 meter Data diterima tidak sesuai ukuran paket 800 meter Data diterima tidak sesuai ukuran paket
1 kilometer 100%
Tabel 7 merupakan hasil pengitungan packet loss berdasarkan hasil pengujian kinerja dengan interval waktu pengiriman 1 detik. Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa persentase packet loss terkecil ada pada jarak 200 meter dengan ukuran paket 157 byte dan pada jarak 400 meter dengan ukuran paket 82 byte dan 157
byte dimana persentase packet loss sebesar 0%
yang berarti 100 paket yang dikirimkan sensor node dapat diterima oleh gateway. Sedangkan persentase packet loss terbesar ada pada 1 kilometer dengan semua ukuran paket data dimana tidak ada data yang diterima oleh gateway.
Tabel 8. Hasil penghitungan packet loss dengan interval waktu pengiriman 5 detik
Jarak
Persentase packet loss berdasarkan besar ukuran paket data 82
byte
157 byte
217 byte
251 byte
200 meter 17% 32% 1% 1%
300 meter 71% 27% 49% 58%
400 meter 6% 0% 2% 0%
600 meter Data diterima tidak sesuai ukuran paket 800 meter Data diterima tidak sesuai ukuran paket
1 kilometer 100%
Tabel 8 merupakan hasil pengitungan packet loss berdasarkan hasil pengujian kinerja dengan interval waktu pengiriman 5 detik. Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa persentase packet loss terkecil ada pada jarak 400 m dengan ukuran paket 157 byte dan 251 byte dimana persentase packet loss sebesar 0% yang berarti 100 paket yang dikirimkan sensor node dapat diterima oleh gateway. Sedangkan persentase packet loss terbesar ada pada 1 kilometer dengan semua ukuran paket data dimana tidak ada data yang diterima oleh gateway.
Kemudian hasil pengujian kinerja dari modul HopeRF-RFM9x berdasarkan delay didapat dari penghitungan rata-rata delay dari paket yang berhasil diterima, namun pada jarak 600 meter 800 meter dan 1 kilometer penghitungan tidak dapat dilakukan dikarenakan pada jarak 600 meter dan 800 meter, paket data yang diterima tidak sesuai dengan ukuran paket yang ditentukan, sehingga paket data yang dikirimkan dalam bentuk format struct tidak dapat dibuka, sedangkan pada jarak 1 kilometer tidak ada paket yang diterima oleh gateway.
Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 9, tabel 10, dan tabel 11.
Tabel 9. Hasil penghitungan rata-rata delay dengan interval waktu pengiriman 0.5 detik
Jarak
Rata-rata delay dari berdasarkan ukuran besar paket
82 byte
157
byte 217 byte 251 byte
200 meter 182,99 ms
310,69 ms
411,44 ms
446,89 ms 300 meter 188,87
ms
286,29 ms
365,74 ms
411,11 ms 400 meter 207,95
ms
314,43 ms
Tidak dapat dihitung
452,04 ms 600 meter Tidak dapat dihitung 800 meter Tidak dapat dihitung 1 kilometer Tidak dapat dihitung
Tabel 9 merupakan hasil pengitungan rata- rata delay berdasarkan pengaruh jarak dan ukuran paket dengan interval waktu pengiriman 0.5 detik. Tabel tersebut menunjukkan bahwa rata-rata delay terkecil ada pada jarak 200 meter dengan ukuran paket 82 byte dimana rata-rata delay sebesar 182,99 ms dan rata-rata delay terbesar ada pada jarak 400 meter dengan ukuran paket 251 byte dimana rata-rata delay sebesar 452,04 ms. Sedangkan pada jarak 400 meter dengan ukuran paket data 217 byte rata-rata delay tidak dapat dihitung karena tidak ada paket yang diterima.
Tabel 10. Hasil penghitungan rata-rata delay dengan interval waktu pengiriman 1 detik
Jarak
Rata-rata delay dari berdasarkan ukuran besar paket
82 byte
157 byte
217 byte
251 byte 200 meter 184,9
5 ms
297,89 ms
396,05 ms
464,97 ms 300 meter 199,4
3 ms
289,64 ms
375,10 ms
438,04 ms 400 meter 170,4
6 ms
267,20 ms
372,03
ms 440,99 ms 600 meter Tidak dapat dihitung 800 meter Tidak dapat dihitung 1 kilometer Tidak dapat dihitung
Tabel 10 merupakan hasil pengitungan rata- rata delay berdasarkan pengaruh jarak dan ukuran paket dengan interval waktu pengiriman 1 detik. Tabel tersebut menunjukkan bahwa rata- rata delay terkecil ada pada jarak 400 meter dengan ukuran paket 82 byte dimana rata-rata delay sebesar 170,46 ms dan rata-rata delay terbesar ada pada jarak 200 meter dengan ukuran paket 251 byte dimana rata-rata delay sebesar 464,97 ms.
Tabel 11. Hasil penghitungan rata-rata delay dengan interval waktu pengiriman 5 detik
Rata-rata delay dari berdasarkan ukuran
Jarak
besar paket 82
byte
157 byte
217 byte
251 byte 200 meter 238,75
ms
329,98 ms
451,79 ms
487,65 ms 300 meter 228,56
ms
314,57 ms
405,93 ms
447,07 ms 400 meter 210,30
ms
293,02 ms
362,95
ms 428,36 ms 600 meter Tidak dapat dihitung 800 meter Tidak dapat dihitung 1 kilometer Tidak dapat dihitung
Tabel 11 merupakan hasil pengitungan rata- rata delay berdasarkan pengaruh jarak dan ukuran paket dengan interval waktu pengiriman 5 detik. Tabel tersebut menunjukkan bahwa rata- rata delay terkecil ada pada jarak 400 meter dengan ukuran paket 82 byte dimana rata-rata delay sebesar 210,30 ms dan rata-rata delay terbesar ada pada jarak 200 meter dengan ukuran paket 251 byte dimana rata-rata delay sebesar 487,65 ms.
6. KESIMPULAN DAN SARAN
Untuk membentuk sistem akuisisi data diperlukan 2 jenis node, yaitu sensor node dan gateway. Sensor node terdiri dari komponen sensor yaitu sensor hujan, sensor kelembapan tanah, sensor suhu udara dan kelembapan udara, Arduino Nano, Raspberry Pi 3 dan modul HopeRF-RFM9x, dimana komponen sensor dihubungkan dengan Arduino Nano menggunakan kabel jumper, kemudian Arduino Nano dihubungkan dengan Raspberry Pi 3 secara serial dan Raspberry Pi 3 dihubungkan dengan modul Hope-RF-RFM9x menggunakan kabel jumper. Sedangkan gateway terdiri dari komponen Raspberry Pi 3, dan modul HopeRF- RFM9x. Selain itu terdapat perangkat lunak basis data MongoDB pada gateway untuk penyimpanan data.
Sistem yang telah diimplementasikan berhasil mengambil data pada sisi sensor node, dimana sensor node mengambil data menggunakan sensor suhu dan kelembaban udara, sensor kelembaban tanah dan sensor hujan. Sensor node mengambil data dari sensor menggunakan Arduino Nano yang kemudian dikirimkan kepada Raspberry Pi 3 secara serial.
Protokol komunikasi LoRa dengan perangkat HopeRF-RFM9x menjadi penghubung komunikasi nirkabel antara sensor node dan gateway dimana sensor node dapat mengirimkan
data kepada gateway. Selanjutnya Gateway berhasil menerima data yang dikirim sensor node menggunakan perangkat Raspberry Pi 3 dan modul LoRa HopeRF-RFM9x. Selain itu gateway juga berhasil menyimpan data menggunakan basis data MongoDB pada perangkat Raspberry Pi 3.
Jarak antara sensor node dan gateway, interval waktu pengiriman dan ukuran paket yang berbeda pada pengiriman data berpengaruh terhadap kinerja dari modul LoRa HopeRF- RFM9x. Kinerja dari perangkat HopeRF- RFM9x diuji berdasarkan packet loss dan delay dengan pengaruh jarak 200 meter, 300 meter, 400 meter, 600 meter, 800 meter, dan 1 kilometer dan ukuran paket data 82 byte, 157 byte, 217 byte dan 251 byte serta interval waktu pengiriman 0.5 detik, 1 detik dan 5 detik.
Berdasarkan pengujian tersebut, perangkat HopeRF-RFM9x dapat menerima data dengan baik pada jarak 200 meter, 300 meter, dan 400 meter. Pada jarak 600 meter dan 800 meter data yang diterima tidak sesuai dengan ukuran data yang telah ditentukan, sedangkan pada jarak 1 kilometer, tidak ada data yang diterima oleh gateway.
Jumlah sensor node dan gateway yang digunakan pada penelitan ini masing-masing hanyalah satu perangkat. Diharapkan untuk kedepannya dapat menggunakan jumlah sensor node dan gateway lebih dari satu. Kemudian protokol komunikasi pada penelitian ini menggunakan protokol komunikasi LoRa.
Diharapkan untuk kedepannya dapat menggunakan protokol komunikasi lainnya untuk bisa dijadikan sebagai perbandingan.
7. DAFTAR PUSTAKA
Bakhri, F. R. & Sudaryono, L., 2016. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Padi Antara Kecamatan Peterongan dan Kecamatan Megaluh.
Jurnal Pendidikan Geografi, 3(3), pp.
416-422.
Fahmi, N. et al., 2017. A Prototype of Monitoring Precision Agriculture System Based on WSN. International Seminar on Intelligent Technology and Its Application, pp. 323-328.
Hamdani, T., 2017. 31,86% Penduduk Kerja Indonesia Ada di Sektor Pertanian.
[online] Tersedia di <
https://economy.okezone.com/read/201 7/05/05/320/1683895/31-86-penduduk-
kerja-indonesia-ada-di-sektor-
pertanian> [Diakses 13 Februari 2018].
Munir, M.M., Akbar, S.R., & Bhawiyuga, A., 2018. Implementasi Wireless Sensor Node Untuk Pemantauan Lahan Pertanian Berbasis Protokol 802.15.4.
S1. Universitas Brawijaya.
Saptadi, A.H., 2013. Sebuah Tinjauan Terhadap Teknologi Akuisisi Data Dan Pemantauan Jarak Jauh. Prosiding SNST ke-4 Tahun 2013.
Tzortzakis, K., Papafotis, K., & Sotiriadis, P.P., 2017. Wireless Self Powered Environmental Monitoring System for Smart Cities based on LoRa. 2017 Panhellenic Conference on Electronics and Telecommunications (PACET).
Wixted, A. J. et al., 2016. Evaluation of LoRa and LoRaWAN for Wireless Sensor Networks. Orlando: IEEE SENSORS, pp. 1–3.