• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kinerja VLAN Trunking Protocol dengan Metode Spanning Trees Protocol Menggunakan GNS-3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Evaluasi Kinerja VLAN Trunking Protocol dengan Metode Spanning Trees Protocol Menggunakan GNS-3"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Evaluasi Kinerja VLAN Trunking Protocol dengan Metode Spanning Trees Protocol

Menggunakan GNS-3

Afdhal, Rizal Munadi, dan Imam Fachdil Wireless and Networking Research Group (WINNER) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala

Jalan Syech Abdurrauf No.7 Darussalam - Banda Aceh 23111 e-mail: afdhal@unsyiah.ac.id

Abstrak—VTP merupakan sebuah protokol yang dirancang untuk mengelola sekelompok VLAN pada suatu jaringan agar dapat berkomunikasi dengan kelompok VLAN lainnya. VTP bertugas untuk membawa informasi VLAN ke semua switch diseluruh jaringan pada domainnya masing-masing. Fungsi VTP dalam suatu domain adalah bertanggung jawab untuk melakukan sinkronisasi informasi VLAN dan mengurangi kebutuhan untuk mengkonfigurasi informasi VLAN yang sama pada setiap switch. Permasalahannya adalah VTP sangat rentan dengan terjadinya looping pada saat proses penyebaran informasi ke seluruh jaringan. Solusi untuk menghindari hal tersebut adalah menggunakan metode STP. STP merupakan protokol jaringan pada lapisan link yang menjamin tidak terjadinya loop dalam suatu topologi yang memiliki banyak bridge/switch pada suatu jaringan LAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi looping dengan metode STP serta menganalisis kinerja jaringan antara VTP tanpa STP yang dibandingkan dengan VTP dengan STP. Pengujian dilakukan dengan menggunakan GNS-3, sedangkan paket data dibangkitkan dengan Packet Tracer dan Iperf. Hasil pengujian menunjukkan bahwa metode STP mampu mengindentifikasi sejumlah looping pada jaringan. Dari hasil evaluasi kinerja jaringan diketahui bahwa VTP dengan STP memiliki nilai throughput yang lebih besar dan delay yang lebih sedikit dibandingkan dengan VTP tanpa STP.

Kata kunci: VTP, STP, loop, switch, GNS-3

Abstract—VTP is a protocol designed to manage a group of VLANs on a network to communicate with other VLAN group. VTP has responsibility to disseminating VLAN information to all switches throughout the network in their respective domain. The function of VTP in a domain is responsible to synchronizing VLAN information and reduce the need to configure the same VLAN information on each switch. The problem of VTP is particularly vulnerable to the looping during the information dissemination process to the entire network. This problem is possible solved by using the STP method. STP is a link layer protocol on a network that guarantees the absence of loops in a topology that has a lot of bridge/switch on a LAN network. This study aims is to identify the looping on a network using STP method and analyze the network performance between the VTP without STP compared to the VTP with STP method. Testing is done by using GNS-3, while the data packets generated by Packet Tracer and Iperf. The test results shows that the STP method is able to identify a number of loops in the network. Based on the network performance evaluation shows that the VTP with STP method has a greater throughput and smaller delay compared to the VTP without STP.

Keywords: VTP, STP, loop, switch, GNS-3

I. P

endahuluan

Pemanfaatan teknologi jaringan komputer sebagai media komunikasi data hingga saat ini semakin meningkat.

Seiring dengan peningkatan kebutuhan terhadap teknologi ini, semakin banyak pengguna jaringan yang menginginkan suatu bentuk jaringan yang dapat memberikan hasil yang maksimal, baik dari segi efisiensi maupun efektifitas penggunaan sumber daya jaringan. Berbagai teknik dilakukan agar pemanfaatannya semakin optimal. Salah satu teknik yang digunakan adalah konsep Virtual Local Area Network (VLAN). Konsep ini diyakini lebih baik

dibandingkan konsep LAN sebelumnya, khususnya pada teknik subnetting dan konfigurasi penggunaan perangkat jaringan yang lebih baik, diantaranya adalah optimalisasi konfigurasi pada switch.

VLAN merupakan suatu model jaringan yang tidak

terbatas pada lokasi fisik seperti LAN umumnya. Hal ini

mengakibatkan suatu jaringan dapat dikonfigurasi secara

maya (virtual) tanpa harus tergantung pada lokasi fisik

peralatan. Penggunaan VLAN akan membuat pengaturan

jaringan menjadi sangat fleksibel. Dengan adanya

penggunaan VLAN dapat dibuat segmen-segmen sesuai

dengan organisasi atau departemen yang memanfaatkan

(2)

jaringan tersebut. VLAN menyediakan segmentasi suatu jaringan yang fleksibel yang mengakibatkan perubahan mendasar bagaimana suatu LAN dirancang dan dijalankan.

Salah satu protokol yang dirancang untuk mengatur dan mengelola jaringan VLAN adalah VLAN Trunking Protocol (VTP). VTP adalah sebuah protokol yang dikembangkan oleh Cisco System, Inc. Tujuannnya adalah untuk membuat dan mengelola jaringan VLAN pada jaringan komputer yang besar yang memiliki banyak switch yang saling terhubung. Penerapan VTP ditujukan untuk menjaga konsistensi proses pengiriman dan penerimaan data pada seluruh jaringan VLAN tersebut. Dengan penggunaan VTP, seluruh switch dapat berkomunikasi satu dengan lainnya secara efektif dan efisien. Dengan kata lain, VTP merupakan suatu protokol yang dapat memperkenalkan suatu atau sekelompok VLAN yang telah ada pada suatu jaringan agar dapat berkomunikasi dengan cara membawa informasi VLAN tersebut ke semua switch dan ke seluruh jaringan pada domainnya.

Adapun tugas dan fungsi VTP dalam suatu domain adalah bertanggung jawab untuk melakukan sinkronisasi informasi VLAN dan mengurangi kebutuhan untuk mengkonfigurasi informasi VLAN yang sama pada setiap switch. Namun demikian, VTP memiliki sebuah kelemahan yaitu sangat rentan terhadap terjadinya looping (pengulangan pada sesuatu bagian dari program) atau suatu kondisi dimana frame-frame berputar tanpa henti pada saat menyebarkan informasi ke seluruh jaringan [1]. Hal ini dapat berdampak negatif dan mempengaruhi kinerja jaringan itu sendiri. Adapun solusi untuk menghindari hal tersebut adalah menggunakan metode Spanning Trees Protocol (STP). STP merupakan protokol jaringan pada lapisan link yang menjamin tidak terjadinya looping dalam suatu topologi yang memiliki banyak bridge/switch pada suatu jaringan LAN. Sebagaimana diketahui, looping adalah serangkaian kerja berupa pengulangan dari suatu program atau suatu kondisi dimana terjadi perulangan terhadap pengiriman frame-frame tanpa henti pada suatu jaringan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi loop dengan metode STP serta menganalisis perbandingan kinerja jaringan antara VTP tanpa STP dan dengan STP. Simulasi dan pengujian dilakukan dengan menggunakan perangkat simulasi jaringan GNS-3 [2], sedangkan untuk membangkitkan paket data digunakan Cisco Packet Tracer [3] dan pengujian jaringan dilakukan dengan Jperf [4].

II. V

Irtual

lan A. Tinjauan Umum

Secara logika, konfigurasi dasar VLAN sama dengan LAN konvensional yaitu sekelompok host terkoneksi dalam broadcast domain yang sama. Berbeda dengan LAN konvensional yang memiliki sejumlah host terkoneksi secara fisik ke dalam suatu jaringan melalui hub atau switch, VLAN dapat mengkoneksikan sejumlah host tanpa tergantung pada lokasi fisik perangkat jaringan

berada. Dengan kata lain sejumlah host pada VLAN dapat terhubung antara satu dengan lainnya secara maya. Selain tidak tergantung pada lokasi fisik sejumlah host, perbedaan utama lainnya antara LAN konvensional dengan VLAN terletak pada peningkatan skalabilitas ethernet dan dukungan terhadap kebijakan-kebijakan, khususnya dalam hal manajemen dan keamanan jaringan [5].

Manfaat VLAN akan semakin dirasakan ketika terdapat sebuah jaringan komputer yang luas dimana terdapat sejumlah perbedaan topologi, protokol, dan kebijakan- kebijakan tertentu yang harus dijalankan. Administrator jaringan dapat memanfaatkan VLAN untuk membuat sejumlah segmentasi-segmentasi secara maya, walaupun secara fisik sekelompok host berada pada sebuah switch, namun berada pada broadcast domain yang berbeda.

VLAN dapat mengkonfigurasikan bahwa keberadaan setiap host adalah independen dan tidak tergantung pada switch yang secara fisik terhubung dengannya. Contoh sederhana misalnya terdapat sebuah switch layer 2 dengan total jumlah port-nya 48 buah. Dengan memanfaatkan teknologi VLAN, switch tersebut dapat dibagi menjadi dua broadcast domain yang berbeda. Port 1 sampai dengan port 24 dapat dijadikan sebagai VLAN-1, sementara port 25 sampai dengan port 48 dijadikan VLAN-2. Dalam hal ini seolah-olah terdapat dua switch yang berbeda, padahal secara fisik switch tersebut tetap satu buah. Dengan demikian manfaat yang dapat diperoleh adalah perbedaan dalam hal manajemen kebijakan penggunaan jaringan yang lebih fleksibel tanpa tergantung pada fisik switch itu sendiri. Sebuah switch dapat dimanfaatkan oleh dua departemen yang berbeda, sehingga penyalahgunaan data atau informasi antar departemen dapat dihindari karena berada pada domain yang berbeda. Manfaat lainnya juga dapat diperoleh dari jumlah lalu lintas data. Pada LAN konvensional, data akan di-broadcast ke seluruh host yang terkoneksi secara fisik ke switch tersebut. Misalnya terdapat 48 host dalam satu switch, maka data akan di- broadcast ke seluruh host yang ada. Sementara itu, VLAN dapat membatasi jumlah lalu lintas data ke host pada domain tertentu saja, sehingga kinerja VLAN dapat lebih baik dari pada LAN konvensional.

Oleh karena itu, VLAN dapat didefinisikan sebagai

suatu teknik pada jaringan komputer yang memungkinkan

setiap host atau sekelompok host terhubung dalam satu

domain yang sama tanpa tergantung pada lokasi fisik

perangkat host itu sendiri. Secara umum, manfaat dan

dukungan VLAN terbagi empat yaitu: dukungan terhadap

isolasi sumberdaya, pengaturan akses, manajemen

terdesentralisasi dan mobilitas host [5]. Saat ini, VLAN

telah digunakan secara luas untuk meningkatkan

skalabilitas, keamanan dan fleksibilitas manajemen

jaringan serta pemanfaatannya tidak hanya dibatasi

pada lingkungan jaringan komputer lokal, namun dapat

dimanfaatkan jauh lebih luas lagi [6]. IEEE menetapkan

802.1Q sebagai standar jaringan untuk teknologi VLAN

pada jaringan ethernet. Standar ini digunakan untuk

interkoneksi sejumlah (multiple) switch dan router serta

sejumlah pendefinisian untuk teknologi VLAN. Teknologi

(3)

ini juga telah mendukung antarmuka untuk fast ethernet dan gigabit ethernet. Keuntungan dari penggunaan teknologi VLAN antara lain meliputi [7]:

1. Segmentasi: konfigurasi topologi VLAN mampu melapisi dan mengalihkan segmentasi fisik infrastruktur jaringan sehingga menjadi sekelompok segmentasi sesuai dengan yang diinginkan;

2. Keamanan: VLAN mampu meningkatkan keamanan jaringan dengan mengisolasi sekelompok host pada segmen tertentu;

3. Pengaturan broadcast: VLAN mengisolasi aliran lalu lintas data hanya untuk port pada kelompok atau domain tertentu;

4. Kinerja: kinerja VLAN dapat meningkatkan kinerja jaringan dengan cara mengelompokkan pengguna yang intensif dengan membuat sistem akuntasi jaringan untuk pengguna yang akuntabel.

5. Manajemen jaringan: dengan adanya pengelompokkan secara maya terhadap seluruh pengguna yang aktif memungkinkan mudahnya pengelolaan jaringan.

6. Monitoring jaringan: penambahan Simple Network Management Protocol (SNMP) pada VLAN memungkinkan agen SNMP melakukan akses jarak jauh terhadap antar Management Information Base (MIB) yang telah menyediakan tabel yang berisi database sejumlah entitas pada sub-antarmuka ethernet.

B. VLAN Trunking Protocol (VTP)

VTP merupakan protokol yang dirilis pertama kali untuk penerapan dan pengelolaan VLAN dengan kapasitas yang luas oleh Cisco System, Inc. Ketika sebuah jaringan memiliki banyak switch dengan sejumlah konfigurasi VLAN, maka untuk menghubungkan sejumlah VLAN tersebut dibutuhkan metode trunking [5]. Trunking adalah suatu sistem yang menyediakan akses jaringan untuk banyak client dengan membagi satu set cabangnya.

Didalam teknologi VLAN, trunking dapat diartikan membawa beberapa VLANs melalui sebuah link jaringan melalui penggunaan protokol. Keuntungan penggunaan VTP dapat meningkatkan penyebaran VLAN dengan sejumlah dukungan sebagai berikut [1]:

1. Dukungan integrasi Inter-Switch Link (ISL)-based 802.1Q, 802.10, dan ATM LAN-based VLANs;

2. Dukungan auto-intelligence untuk sejumlah switch pada saat konfigurasi VLAN;

3. Dukungan konsistensi konfigurasi di seluruh jaringan;

4. Penyediaan skema automapping yang dapat melewati mixed-media backbones;

5. Penyediaan pelacakan akurat dan pemantauan VLAN;

6. Penyediaan pelaporan dinamis dari penambahan VLAN yang ditambahkan di seluruh jaringan;

7. Metode instalasi dan konfigurasi “plug-and-play” saat penambahan VLAN baru.

C. Spanning Trees Protocol (STP)

STP merupakan sebuah protokol yang diperuntukkan

untuk mencegah loop yang terbentuk ketika switch/

bridge saling berhubungan melalui beberapa jaringan.

STP mengimplementasikan algoritma yang berbasis pada standard IEEE 802.1d dengan bertukar pesan dengan switch lain untuk mendeteksi loop dengan cara menemukan link- link redundant (berlebihan) secara dinamis, dan kemudian menghilangkan loop dengan menutup interface bridge yang dipilih. Algoritma ini menjamin bahwa hanya ada satu dan hanya satu jalur yang aktif antara dua perangkat jaringan [8]. STP memperbolehkan desain jaringan memiliki redundant links untuk membuat jalur backup otomatis jika sebuah link aktif gagal bekerja, tanpa adanya bahaya dari loop pada switch. STP juga dapat didefinisikan sebuah protocol bridge untuk menemukan link-link cadangan secara dinamis. Bridge bertukar pesan-pesan Bridge Protocol Data Unit (BPDU) dengan bridge lain untuk mendeteksi loop-loop itu dengan cara mematikan interface-interface bridge yang dipilihnya. Untuk menjamin tidak adanya loop, maka harus menyediakan jalur back up. STP membuat status jalur back up menjadi stand by atau di-block. STP hanya memperbolehkan satu jalur yang aktif di antara dua host namun menyiapkan jalur back-up (cadangan) bila jalur utama terputus [9].

Oleh karena itu, secara umum tugas STP adalah menghapus link-link yang redundant dengan menonaktifkan port-port yang menghubungkan link-link tersebut. STP memungkinkan switch-switch berkomunikasi ke seluruh jaringan switching pada suatu topologi jaringan, dan kemudian mematikan atau memblokir port jika terdapat loop. Port yang diblokir dapat diaktifkan kembali jika link lain pada jaringan switching terputus, tujuannya adalah agar STP mampu menjaga toleransi kesalahan [10].

III. S

ImulaSIdan

P

engujIan

Dalam rangka mengevaluasi kinerja jaringan VLAN yang dikonfigurasikan VTP dibandingkan dengan VTP dengan metode STP (VTP+STP), maka langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan identifikasi terhadap sejumlah looping baik pada jaringan VLAN dengan konfigurasi VTP, maupun VLAN dengan konfigurasi VTP+STP. Untuk mengidentifikasi sejumlah looping tersebut, pengujian dilakukan dengan menggunakan perangkat simulasi jaringan GNS-3, sedangkat paket data dibangkitkan dengan perangkat Packet Tracer.

Adapun rancangan topologi jaringan VLAN untuk pengidentifikasian looping dari kedua jenis konfigurasi tersebut adalah sebagai berikut:

A. Identifikasi Looping pada VTP

Adapun topologi jaringan VLAN dengan konfigurasi VTP dirancang sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.

Topologi jaringan VLAN sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar 1 dirancang dengan menggunakan 4 (empat) buah router yang ditempatkan dengan jarak yang sama.

Rancangan ini dibuat dengan menggunakan perangkat

simulasi jaringan GNS-3. Untuk menghubungkan antara

(4)

satu router dengan router lainnya, semua perangkat yang terlibat dihubungkan dengan jalur FastEthernet. Pada simulasi ini terlihat bahwa jalur yang menghubungkan router 3 ke router 4 (FastEthernet 1/5) teridentifikasi telah terjadi identifikasi looping yang mengakibatkan jalur tersebut putus sehingga secara otomatis jalur itu tidak dapat digunakan untuk mengirimkan paket data. Untuk memudahkan penelusuran untuk mengidentifikasikan bagian yang terdapat looping, setiap looping yang terjadi akan di-block dan ditandai dengan titik merah dengan menggunakan perangkat Packet Tracer.

B. Identifikasi Looping pada VTP dengan metode STP Untuk mengidentifikasi looping pada VTP dengan metode STP, topologi jaringan VLAN dirancang sama dengan topologi jaringan VTP sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk memudahkan proses evaluasi terhadap kedua jenis konfigurasi tersebut. Adapun topologi jaringan VLAN dengan konfigurasi VTP+STP dirancang sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.

Untuk mengimplementasikan STP, semua router yang terlibat yang jaringan dihubungkan antara satu dengan

lainnya, sehingga semuanya saling terhubung. Oleh karena itu, perbedaan rancangan topologi jaringan VTP+STP dibandingkan dengan topologi jaringan VTP sebelumnya terletak pada penambahan jalur fa1/7 dan fa1/8 yang berfungsi sebagai jalur back-up.

Dengan menggunakan perangkat Packet Tracer, terlihat bahwa interface FastEthernet 1/3, 1/7, dan 1/5 teridentifikasi telah terjadi looping. Hal ini menyebabkan semua jalur-jalur yang teridentifikasi terjadi looping, hubungan (link) antara satu dengan lainnya menjadi terputus. Berbeda dengan VTP tanpa STP, dengan adanya konfigurasi VTP+STP permasalahan tersebut dapat teratasi. Hal ini disebabakan karena STP telah menyediakan jalur back-up sehingga paket data tetap akan diteruskan melalui jalur back-up yang telah disediakan.

C. Pengujian Kinerja

Pada tahap pengujian kinerja jaringan VLAN dengan penggunaan VTP yang dibandingkan VLAN dengan penggunaan VTP yang ditambahkan dengan penerapan metode STP, telah disiapkan 2 (dua) unit client yaitu:

client-1 dan client-2. Penempatan kedua client tersebut dilihat dari gambar 1 dan 2. Simulasi dan waktu pengujian dilakukan selama 100 detik dengan interval waktu sebesar 1 detik. Sementara itu beban yang diaktifkan adalah sebesar 50 MB dikirim server. Pengujian dilakukan dengan perangkat Jperf. Parameter kinerja jaringan yang akan dievaluasi pada saat pengujian terdiri dari throughput dan delay. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, pengujian untuk setiap konfigurasi dilakukan sebanyak 5 (lima) kali untuk setiap parameter yang diuji. Adapun hasil pengujian, hasil evaluasi dan pembahasan masing-masing dapat dilihat pada bagian IV dan bagian V artikel ini.

IV. h

aSIl

P

engujIan

Setelah dilakukan identifikasi terhadap sejumlah looping yang yang terjadi, langkah yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan pengujian kinerja terhadap kedua jenis jaringan VLAN tersebut. Pengujian kinerja dilakukan dengan metode yang sama sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian III sub-bagian C artikel ini.

A. Pengujian Jaringan VLAN dengan VTP

Untuk hasil pengujian dari jaringan VLAN yang di konfigurasikan dengan penggunaan VTP, nilai throughput dan delay yang dihasilkan selama pengujian adalah sebagai berikut:

1. Throughput Jaringan VLAN dengan VTP

Dari hasil pengujian menggunakan perangkat uji Jperf, nilai throughput rata-rata yang dihasilkan pada jaringan VLAN dengan VTP dapat dilihat pada Gambar 3.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai throughput tertinggi yang dicapai oleh Client-1 adalah 3,565.80 Kbps, sedangkan Client-2 adalah 6,665.40 Kbps. Untuk nilai throughput terendah yang dihasilkan Client-1

Gambar 1. Topologi Pengujian Jaringan VTP

Gambar 2. Topologi Pengujian Jaringan VTP+STP

(5)

adalah 726.62 Kbps, sedangkan Client-2 adalah 505.60 Kbps. Untuk nilai throughput rata-rata yang dihasilkan oleh Client-1 adalah 1,369.76 Kbps, sedangkan Client-2 menghasilkan 1,508.59 Kbps per setiap detiknya. Bila ditinjau nilai throughput per setiap detik, throughput yang dihasilkan oleh Client-1 sampai dengan waktu simulasi mencapai detik ke 80 masih lebih baik daripada Client-2.

Namun secara rata-rata Client-2 memiliki nilai throughput yang lebih baik daripada Client-1. Hal ini disebabkan oleh terjadinya peningkatan nilai throughput yang signifikan pada Client-2 saat simulasi telah mencapai di atas 80 detik.

2. Delay Jaringan VLAN dengan VTP

Delay rata-rata yang dihasilkan oleh Client-1 dan Client-2 pada konfigurasi jaringan VLAN dengan VTP dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 menunjukkan bahwa nilai delay rata-rata yang dihasilkan oleh kedua Client tidak terdapat perbedaan secara signifikan. Nilai delay tertinggi yang dihasilkan oleh Client-1 adalah 28.184 ms, sedangkan delay rata-rata pada Client-2 adalah 30.350 ms. Untuk nilai delay terendah yang dihasilkan oleh Client-1 adalah 6.986 ms, sedangkan Client-2 adalah 3.166 ms. Bila mengacu pada ketentuan ITU-T G.8251 nilai delay yang dihasilkan oleh kedua Client ini masih dalam ambang batas yang diizinkan, dimana ambang batas delay yang diizinkan adalah dibawah nilai 100 ms.

B. Pengujian Jaringan VLAN dengan VTP+STP

Untuk hasil pengujian dari jaringan VLAN yang di konfigurasikan dengan penggunaan VTP bersama dengan penerapan metode STP, nilai throughput dan delay yang dihasilkan selama pengujian adalah sebagai berikut:

1. Throughput Jaringan VLAN dengan VTP+STP Dengan menggunakan metode pengujian yang sama, dimana pengujian dilakukan tetap selama 100 detik dengan beban yang diaktifkan adalah sebesar 50 MB, maka throughput yang dihasilkan pada model jaringan VLAN dengan VTP+STP dapat dilihat pada Gambar 5.

Dari Gambar 5 diketahui bahwa untuk hasil pengujian pada Client-1, nilai throughput tertinggi yang dicapai adalah 6,632.40 Kbps, sedangkan nilai throughput terendah yang didapatkan adalah 1,369.00 Kbps. Adapun nilai throughput rata-rata yang dihasilkan Client-1 adalah 2,489.85 Kbps. Untuk hasil pengujian pada Client-2 dapat diketahui bahwa nilai throughput tertinggi yang dicapai adalah 6,157.60 Kbps, sedangkan nilai throughput terendah yang didapatkan adalah 790.20 Kbps. Adapun nilai throughput rata-rata yang dihasilkan Client-2 adalah 1,987.89 Kbps.

2. Delay Jaringan VLAN dengan VTP+STP

Adapun delay rata-rata yang dihasilkan dari hasil pengujian jaringan VLAN dengan penggunaan VTP+STP dapat dilihat pada Gambar 6. Dari hasil pengujian diketahui bahwa delay tertinggi pada Client 1 mencapai 14.558 ms sedangkan delay terendahnya berada pada angka 2.182 ms. Sedangkan nilai delay rata-rata Client-1 berada pada

Gambar 3. Throughput pada Jaringan VLAN dengan VTP

Gambar 4. Delay pada Jaringan VLAN dengan VTP

Gambar 5. Throughput pada Jaringan VLAN dengan VTP+STP

Gambar 6. Delay pada Jaringan VLAN dengan VTP+STP

(6)

nilai 8.063 ms. Sementara itu untuk hasil pengujian delay yang didapatkan pada Client-2 dapat diketahui bahwa nilai delay tertinggi mencapai 20.215 ms sedangkan nilai delay terendah yang dihasilkan adalah 3.071 ms. Nilai delay rata-rata Client-2 adalah 9.805 ms. Bila mengacu pada ketentuan ITU-T G.8251 nilai ini masih jauh dibawah ambang batas yang diizinkan.

V. h

aSIldan

P

embahaSan

Berdasarkan hasil pengujian terhadap kedua parameter kinerja jaringan VLAN baik yang dikonfigurasikan hanya dengan menggunakan VTP maupun yang dikonfigurasikan dengan VTP bersamaan dengan pengimplementasian metode STP, kinerja jaringannya dapat dievaluasi sebagai berikut:

A. Throughput Jaringan VLAN dengan VTP vs. VTP+STP Berdasarkan data nilai throughput yang diperoleh dari masing-masing jenis jaringan VLAN yang didapat selama pengujian, maka perbandingan throughput rata-rata yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 7. Dari data yang ditunjukkan pada gambar 7 terlihat bahwa nilai throughput rata-rata Client-1 VTP adalah 1,369.76 Kbps, sedangkan throughput rata-rata Client-2 VTP adalah 1,508.59 Kbps. Sementara itu, nilai throughput rata-rata Client-1 VTP+STP adalah 2,489.85 Kbps, sedangkan throughput rata-rata Client-2 VTP+STP adalah 1,987.89 Kbps.

Oleh karena itu, berdasarkan data ini dapat diketahui bahwa penerapan protokol VTP dengan metode STP secara sekaligus di dalam jaringan VLAN memberikan dampak yang lebih baik dibandingkan dengan kinerja jaringan VLAN dengan penerapan protokol VTP tanpa penggunaan metode STP.

B. Delay Jaringan VLAN dengan VTP vs. VTP+STP Dari data yang diperoleh dari hasil pengujian kedua jenis jaringan VLAN tersebut, delay rata-rata yang dihasilkan oleh jaringan VLAN dengan penerapan protokol VTP yang dibandingkan dengan jaringan VLAN yang menggunakan metode STP sekaligus dengan protokol VTP dapat dilihat dapat Gambar 8.

Gambar 8 menunjukkan bahwa nilai delay rata-rata

pada pengujian kedua jenis jaringan VLAN tersebut dapat dilihat bahwa nilai delay rata-rata Client-1 VTP adalah 14.059 ms, sedangkan delay rata-rata Client-2 VTP adalah 15.692 ms. Sementara itu, nilai delay rata-rata Client-1 VTP+STP adalah 8.063 ms, sedangkan delay rata-rata Client-2 VTP+STP adalah 9.805 ms.

Berdasarkan perbandingan data delay rata-rata yang diperoleh dari hasil pengujian kedua jenis jaringan tersebut dapat diketahui bahwa, delay yang dihasilkan oleh jaringan VLAN dengan penerapan protokol VTP dengan pengimplementasikan metode STP (VTP+STP) secara sekaligus memiliki nilai delay rata-rata yang lebih kecil. Hal ini menunjukkan bahwa terlambatnya ketibaan paket data (delay) yang terjadi pada jaringan VTP dipengaruhi oleh adanya looping yang berada jauh dari server dan minimnya jalur yang dapat dilewati oleh paket data tersebut sehingga menjadikan nilai delay pada jaringan VTP+STP lebih baik dari pada jaringan VTP tanpa penggunaan metode STP.

VI. K

eSImPulan

Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pengujian kinerja VLAN Trunking Protocol dengan metode Spanning Trees Protocol ini adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan nilai throughput rata-rata dan delay rata-rata yang diperoleh pada pengujian kedua jenis jaringan VLAN tersebut, dapat diketahui bahwa penerapan protokol VTP dengan menggunakan metode STP (VTP+STP) dapat menghasilkan kinerja jaringan VLAN yang lebih baik dibandingkan penerapan protokol VTP tanpa penggunaan metode STP (VTP).

2. Selain dapat menon-aktifkan port yang redundant untuk mencegah looping, penggunaan protokol VTP dengan metode STP dapat mengaktikan kembali port yang telah diblokir sebelumnya jika ada jalur pengiriman data yang terputus. Hal ini dapat meningkatkan besarnya nilai throughput dan meminimalkan besarnya delay yang terjadi karena proses pengiriman data tetap dapat dilanjutkan melewati jalur yang aktif meskipun jalur yang digunakan sebelumnya telah terputus.

Gambar 7. Perbandingan Throughput pada Jaringan VLAN dengan VTP

vs. VTP+STP Gambar 8. Perbandingan delay pada jaringan VLAN dengan VTP vs.

VTP+STP

(7)

r

eferenSI

[1] Designing_Switched_LAN_Internetworks, available: http://

docwiki. cisco.com/wiki/Internetwork_Design_Guide_-- Designing_ Switched_LAN_Internetworks#Loops, [accessed:

April 2014]

[2] Graphical Network Simulator-3, available: http://www.gns3.com/

[accessed: April 2014]

[3] Cisco Packet Tracer, available: http://www.packettracernetwork.

com/ [accessed: April 2014]

[4] IPERF, available: https://iperf.fr/ [accessed: April 2014]

[5] M. Yu, J. Rexford, X. Sun, S. Rao, and N. Feamster, “A Survey of Virtual LAN Usage in Campus Networks.” IEEE Communication Magazine, vol. 49, no. 7, pp. 98-103, Juli 2011.

[6] R. O. Verma, S. S. Shriramwar, “Effective VTP Model for Enterprise VLAN Security,” International Conference on Communication Systems and Network Technologies (CSNT), 2013 pp.426-430, 6-8 April 2013.

[7] Cisco IOS Switching Services Configuration Guide, available:

http://www.cisco.com , [accessed: April 2014]

[8] Spanning Trees Protocol, available at http://www.cisco.com/c/

en/us/tech/lan-switching/spanning-tree-protocol/index.html, [accessed: April 2014]

[9] L. Todd, “CCNA Cisco Certified Network Associate Study Guide”. PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2005.

[10] Y.N. Krishnan, C.N Bhagwat,and A.P Utpat, “Optimizing Spanning Tree Protocol using Port Channel.” Proceeding of IEEE International Conference on Electronics and Communication Systems (ICECS) 2014, pp. 1-5, 13-14 Feb. 2014

Gambar

Gambar 1. Topologi Pengujian Jaringan VTP
Gambar 3. Throughput pada Jaringan VLAN dengan VTP
Gambar 8 menunjukkan bahwa nilai delay rata-rata

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa peningkatan produksi keripik pare ke depan lebih menjanjikan dari pada keripik sayur lainnya, disamping pula ada

,engingatkan kembali ke"ada ibu tentang "ers/nal $ygiene "ada balita  dengan membiasakan kebiasaan 9u9i tangan setela$ melakukan aktiitas?.

 Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah dan DPRD membahas Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah dan DPRD membahas

Analisis efisiensi penggunaan modal kerja dan likuiditas terhadap profitabilitas pada perusahaan semen bertujuan agar bisa mengukur seberapa banyak modal kerja yang

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Subjek Penelitian

Gambar 2.1 komponen-komponen SD yang bermutu……….... 12 Gambar 2.2 Peta Komponen Pendidikan Sebagai Sistem……….. 36 Gambar 3.1 Karakteristik Metodologi Penelitian

1 TUJUAN TUGAS: Mahasiswa mampu menyusun silabus pembelajaran bahasa Inggris untuk tujuan khusus (English for Specific Purposes) berdasarkan hasil analisis kebutuhan pembelajar..