APLIKASI
DAMINOZIDE PRA TANAM MENGGUNAKAN
TEKNIK PERENDAMAN DAN VACUUM INFILTRATION
PADA BIBIT TANAMAN KRISAN POT
PARAMYTA NILA PERMANASARI
A24062422
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
RINGKASAN
PARAMYTA NILA PERMANASARI. Aplikasi Daminozide Pra Tanam Menggunakan Teknik Perendaman dan Vacuum Infiltration pada Bibit Tanaman Krisan Pot. (Dibimbing oleh DINY DINARTI dan YOYO SULYO). Percobaan ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh aplikasi daminozide pra tanam dengan beberapa konsentrasi menggunakan teknik vacuum infiltration dan perendaman pada pertumbuhan krisan pot. Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium dan Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) Segunung, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada bulan Februari hingga Juli 2010. Percobaan menggunakan Rancangan Petak Terbagi (split plot) dengan tiga ulangan. Petak utama terdiri dari lima taraf konsentrasi retardan. Retardan yang digunakan adalah Alar dengan bahan aktif daminozide sebesar 85%. Konsentrasidaminozide yang digunakan adalah 0.213 g/l (K1), 0.425 g/l (K2), 0.850 g/l (K3), 2.125 g/l (K4), dan 4.250 g/l (K5). Anak petak terdiri dari dua teknik aplikasi daminozide, yaitu menggunakan vacuum infiltration (T1) dan teknik perendaman (T2). Bibit berupa stek berakar krisan varietas Time Sunny diberi perlakuan teknik vacuum infiltration dan perendaman dengan konsentrasi retardan tertentu. Bibit selanjutnya ditanam di media yang telah disiapkan. Tanaman kemudian diberi perlakuan hari panjang selama tiga minggu. Pada dua minggu setelah tanam (MST), tanaman dibuang tunas terminalnya. Pada minggu keempat hingga panen, tanaman diberi perlakuan hari pendek. Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, pemupukan, serta pengendalian hama dan patogen. Hasil percobaan menunjukkan bahwa teknik vacuum infiltration dan perendaman tidak berpengaruh nyata terhadap karakter yang diamati. Konsentrasi daminozide berpengaruh nyata terhadap beberapa karakter yang diamati. Jumlah tunas paling rendah pada 4, 5, dan 8 MST yaitu 5.30, 5.27, dan 4.55 dicapai dari perlakuan daminozide konsentrasi 0.425 g/l. Tinggi batang utama pada dua MST sebelum pembuangan tunas terminal dan tinggi tanaman terendah yaitu 4.7717 cm dan 25.232 cm dicapai dari perlakuan daminozide konsentrasi 4.250 g/l. Jumlah
daun paling rendah pada dua MST sebelum pembuangan tunas terminal, 4 MST, dan 5 MST yaitu 6.63, 21.90, dan 30.97 dicapai dari perlakuan daminozide konsentrasi 4.250 g/l. Jumlah daun paling rendah pada 6 dan 7 MST yaitu 41.85, 42.42, 42.10, 42.50 (6 MST) dan 45.37, 45.13, 45.52, 46.37 (7 MST) dicapai dari perlakuan daminozide konsentrasi 0.425 g/l, 0.850 g/l, 2.125 g/l, 4.250 g/l. Jumlah total bunga terbanyak yaitu 40.60 kuntum dicapai dari perlakuan daminozide konsentrasi 0.213 g/l. Panjang tangkai bunga terendah yaitu 7.41 cm dan 6.99 cm dicapai oleh perlakuan daminozide konsentrasi 0.850 g/l dan 4.250 g/l.
Kandungan karotenoid tertinggi yaitu 1.5562, 1.5758, dan
1.5892 (x 10-3) μmol/ml dicapai oleh perlakuan daminozide konsentrasi 0.425 g/l, 2.125 g/l, dan 4.250 g/l. Perlakuan konsentrasi dan teknik aplikasi daminozide berpengaruh nyata terhadap tinggi batang utama pada 7 MST dan kandungan antosianin. Tinggi batang utama terendah pada 7 MST yaitu 5.2367, 4.9833, 5.2167, dan 4.9500 cm dicapai dari perlakuan daminozide konsentrasi 0.425 g/l, 0.850 g/l, 2.125 g/l, dan 4.250 g/l dengan teknik perendaman. Pada perlakuan daminozide konsentrasi 0.213 g/l teknik vacuum infiltration mampu menghasilkan tinggi batang utama lebih rendah dibandingkan teknik perendaman yaitu 5.3067 cm. Kandungan antonianin tertinggi dicapai dari perlakuan daminozide konsentrasi 0.425 g/l teknik vacuum infiltration yaitu 3.1555 (x 10-3) μmol/ml dan daminozide konsentrasi 0.213 g/l teknik perendaman yaitu 3.4076 (x 10-3) μmol/ml.
APLIKASI DAMINOZIDE PRA TANAM MENGGUNAKAN TEKNIK PERENDAMAN DAN VACUUM INFILTRATION
PADA BIBIT TANAMAN KRISAN POT
Pre-Planting Application Of Daminozide Using Immersion and Vacuum
Infiltration Techniques on Chrysanthemum Pot ’s Rooted Vegetative Cuttings
Paramyta Nila Permanasari1, Diny Dinarti2, Yoyo Sulyo3
1 Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB (A24062422) 2 Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB 3 Staf Peneliti Balai Penelitian Tanaman Hias, Segunung, Cianjur, Jawa Barat Abstract The aim of this research was to study the effect daminozide applications with several concentrations using the vacuum infiltration and immersion techniques on the growth of potted chrysanthemum. This research was conducted in laboratory and experimental field of Research Institute of Ornamental Plants, Pacet District, Cianjur Regency, West Java, from February until July 2010. The
design of the research using Split Plot design. The main plot consisted of five
levels of daminozide (Alar consist of 85% daminozide), which are 0.213 g/l,
0.425 g/l, 0.850 g/l, 2.125 g/l, and 4.250 g/l. The subplot consisted of two
daminozide application techniques, using vacuum infiltration and immersion
techniques. The result of this study indicate that vacuum infiltration or immersion
technique did not significantly affect to the observed characters. Daminozide
concentration applied significantly affected to number of shoots, the main stem
height at 2 weeks after planting pre pinching, plant height, number of leaves, the
total number of flowers, flower stem length, and carotenoid content. Interaction of
concentration and application techniques of daminozide showed significantly
different results on the main stem height at 7 weeks after planting and
anthocyanin content.
APLIKASI
DAMINOZIDE PRA TANAM MENGGUNAKAN
TEKNIK PERENDAMAN DAN VACUUM INFILTRATION
PADA BIBIT TANAMAN KRISAN POT
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PARAMYTA NILA PERMANASARI A24062422DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
Judul
: APLIKASI
DAMINOZIDE
PRA
TANAM
MENGGUNAKAN
TEKNIK
PERENDAMAN
DAN
VACUUM INFILTRATION PADA BIBIT
TANAMAN KRISAN POT
Nama
: PARAMYTA NILA PERMANASARI
NIM
: A24062422
Menyetujui: Dosen Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Ir. Diny Dinarti, MSi. Ir. Yoyo Sulyo, MS. NIP. 19660408 199203 2 003 NIP. 19481001 197703 1 001 Mengetahui: Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB Dr. Ir. Agus Purwito, MScAgr. NIP. 19611101 198703 1 003 Tanggal Lulus :RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pasuruan, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 9 Juni 1988. Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Tjahjo Pribadi dan Ibu Sri Wahyuning Tyas. Tahun 2000 penulis lulus dari SDN Kalipang I, pada tahun 2003 penulis menyelesaikan studi di SMPN II Grati, dan pada tahun 2006 penulis lulus dari SMAN I Pasuruan. Tahun 2006 penulis diterima di IPB melalui USMI. Selanjutnya tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Penulis aktif dibeberapa organisasi mahasiswa. Tahun 2006 sebagai anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Gentra Kaheman, tahun 2007 sebagai staf internal Himpunan Mahasiswa Agronomi, dan tahun 2009 sebagai anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Bola Voli. Pada tahun 2008 penulis mendapatkan pendanaan program kreativitas mahasiwa bidang kewirausahaan dengan judul “Baby Corn Candy sebagai Alternatif Jajanan Sehat” dan tahun 2010 mendapatkan pendanaan program kreativitas mahasiwa bidang pengabdian kepada masyarakat dengan judul “Peningkatan Kualitas Saluran Irigasi Sawah sebagai Teknik Peningkatan Produksi Tanaman (Studi Kasus: Desa Sukaharja, Cijeruk, Bogor).” Pada tahun 2009 dan 2010 penulis mendapatkan beasiswa PPA IPB. Penulis pernah melaksanakan magang di Kebun Raya Purwodadi bidang kultur jaringan anggrek pada tahun 2008. Tahun 2010 penulis melaksanakan magang di PT. Saung Mirwan bidang budidaya krisan pot serta di Indoflowers Nursery bidang pengelolaan nursery.KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan hidayah sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian aplikasi daminozide pra tanam menggunakan teknik perendaman dan vacuum infiltration pada bibit tanaman krisan pot dilaksanakan terdorong oleh keinginan untuk mengetahui teknik aplikasi daminozide pada tanaman krisan pot yang efektif. Penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberi kasih sayang, doa, semangat, dan dorongan. 2. Ir. Diny Dinarti, MSi. sebagai dosen pembimbing I dan Ir. Yoyo Sulyo, MS. sebagai dosen pembimbing II atas doa, bimbingan, dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi. 3. Dr. Dewi Sukma, SP., MSi. sebagai dosen penguji skripsi atas masukan dan perbaikan yang telah diberikan kepada penulis. 4. Prof. Dr. Ir. Bambang Sapta Purwoko, MSc. sebagai dosen pembimbing akademik atas doa dan bimbingannya selama masa perkuliahan di Departemen Agronomi dan Hortikultura. 5. Seluruh staf dan karyawan Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) Segunung, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama kegiatan penelitian berlangsung. 6. Seluruh staf dan karyawan nursery Saung Mirwan, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama kegiatan penelitian berlangsung. 7. Teman-teman atas dukungan dan doa yang diberikan, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini berguna bagi yang memerlukan. Bogor, Desember 2010 PenulisDAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR ... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Hipotesis ... 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4 Krisan Pot ... 4 Retardan... 5 Teknik Aplikasi Retardan... 7 BAHAN DAN METODE ... 9 Tempat dan Waktu ... 9 Bahan dan Alat ... 9 Metode Pelaksanaan ... 9 Rancangan Penelitian... 9 Pelaksanaan Penelitian... 10 Pengamatan dan Pengumpulan Data ... 13 HASIL DAN PEMBAHASAN... 17 Kondisi Umum ... 17 Jumlah Tunas... 20 Tinggi Batang Utama ... 22 Tinggi Tanaman... 24 Panjang Ruas ... 27 Jumlah Daun ... 27 Persentase Colouring... 29 Persentase Kuntum Mekar... 31 Jumlah Total Bunga... 32 Diameter Bunga... 33 Panjang Tangkai Bunga... 34 Kandungan Klorofil... 34 Kandungan Antosianin ... 37 Kandungan Karotenoid... 37 Uji Kualitatif... 39 Uji Korelasi ... 41 KESIMPULAN DAN SARAN... 44 Kesimpulan... 44 Saran ... 44Halaman DAFTAR PUSTAKA ... 46 LAMPIRAN... 50
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman 1. Kondisi Kelembaban Green House selama Penelitian………. 17 2. Kondisi Suhu Green House selama Penelitian………. 18 3. Kondisi Intensitas Cahaya Tambahan pada Bulan Februari………….... 19 4. Jumlah Tunas di Batang Utama pada Berbagai Konsentrasi Daminozide……….. 21 5. Tinggi Batang Utama (cm) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide pada 2 MST Sebelum Pembuangan Tunas Terminal……… 22 6. Tinggi Batang Utama (cm) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide pada 7 MST……… 23 7. Tinggi Tanaman (cm) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide……….. 24 8. Jumlah Daun (helai) pada Berbagai Konsentrasi Daminozide………...28 9. Persentase Colouring (%) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide………. 29 10. Persentase Kuntum Mekar (%) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide………. 31 11. Jumlah Total Bunga Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide………....32 12. Panjang Tangkai Bunga (cm) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide………. 34 13. Kandungan Antosianin (10-3 μmol/ml) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide saat 50 % Kuntum Mekar………...37 14. Kandungan Karotenoid Mahkota Bunga (10-3 μmol/ml) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide saat 50 % Kuntum Mekar 38 15. Uji Kualitatif Krisan Pot pada Berbagai Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide………....39 16. Koefisien Korelasi (r) diantara Karakter Pengamatan Kuantitatif…...41DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman 1. Rumus Bangun Daminozide atau Succinic Acid-2,2-Dimethyl Hydrazide (SADH)... 6 2. Vacuum Pump and Chamber Jenis Memmert………...11 3. Perbandingan Warna Bunga Krisan Time Sunny Tipe Spray Hasil Perlakuan Daminozide 0.850 g/l Teknik Perendaman (Gambar Kiri) dengan Krisan Time Sunny Tipe Standar Hasil Budidaya Nursery di Cipanas (Gambar Kanan)………...19 4. Jumlah Tunas di Batang Utama pada Berbagai Teknik Aplikasi Daminozide……… 21 5. Perbandingan Tinggi Tanaman Krisan Tanpa Daminozide (Tanaman Sebelah Kiri) dan Menggunakan Daminozide (Tanaman sebelah Kanan)……… 25 6. Tinggi Tanaman Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide……… 26 7. Panjang Ruas Tunas yang Tumbuh dari Batang Utama (cm) HasilPerlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi
Daminozide……… 27 8. Jumlah Daun (helai) pada Berbagai Teknik Aplikasi Daminozide……… 28 9. Diameter Bunga (cm) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide saat 50% Kuntum Mekar……… 33 10. Kandungan Klorofil a dan b (μmol/ml) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide saat 75% Colouring………. 35
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman 1. Tata Letak Penelitian... 51 2. Kuesioner Nilai Kesukaan Konsumen Terhadap Krisan Pot…….. …... 52 3. Pendapat Responden terhadap Penampilan Krisan Pot Uji Kualitatif………. 53PENDAHULUAN
Latar Belakang Tanaman krisan (Chrysanthemum sp.) merupakan salah satu jenis tanaman hias yang memiliki nilai komersial yang cukup tinggi dan potensial untuk dikembangkan di usaha agribisnis florikultura Indonesia. Analisis perkembangan tanaman hias tahun 2001-2003 menunjukkan bahwa krisan mempunyai nilai rata- rata skor terbesar yaitu 16.66 untuk luas panen, produksi, produktivitas, dan potensi ekspor, diikuti oleh sedap malam dengan skor 14.00, anggrek 6.33, dan mawar 5.33 (Wuryaningsih dan Budiarto, 2007). Produksi krisan pada tahun 2007 sebesar 66 979 260 tangkai (37.34% dari total produksi tanaman hias) dengan luas panen 4 279 390 m2 (Direktorat Jendral Hortikultura, 2008a : 2008b). Krisan tumbuh baik pada dataran medium hingga dataran tinggi (600-1 200 meter di atas permukaan laut). Daerah sentra produksi krisan diantaranya adalah Cipanas, Sukabumi, Lembang, Bandungan, Malang, dan Berastagi (Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, 2005); Cihideung, Sleman, Semarang, Pasuruan, Pagar Alam, Lampung Barat, dan Bandung Barat (Direktorat Jendral Hortikultura, 2008). Krisan selain sebagai bunga potong juga merupakan bunga pot. Perkembangan industri tanaman hias dalam pot dimulai sejak tahun 1940-an dan krisan mulai menjadi tanaman hias pot nomor satu sejak tahun 1970-an (Crater, 1992). Krisan pot memiliki keunggulan mudah dibawa dan digelar untuk keperluan dekorasi serta tahan lama. Bunga krisan pot dapat tetap segar selama 10 hari (Prihatman, 2000). Tinggi tanaman krisan pot yang ideal adalah sekitar 2 sampai 2.5 kali tinggi pot (Crater, 1992). Kualitas krisan pot terutama dilihat dari tinggi tanaman, keserempakan berbunga, serta keseimbangan antara tajuk dan bunga dengan tinggi tanaman (Kartikasari, 2000). Pengaturan tinggi krisan pot dilakukan dengan dua cara yaitu melalui aplikasi zat pengatur tumbuh yang bersifat menghambat (retardan) dan pengaturan jumlah hari panjang. Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dapat mengontrol tinggi tanaman, menyerempakkan pertumbuhan, membuat warna daun menjadi lebih gelap, meningkatkan kekuatan batang, meningkatkan daya tahan terhadaplayu, dan meningkatkan kualitas pembungaan (Crater, 1992). Perlakuan retardan pada krisan pot bertujuan untuk memperoleh pertumbuhan yang kompak dan kuat melalui penghambatan pertumbuhan tinggi tanaman, serta untuk memenuhi kebutuhan pasar (Yoder Toddington, 2003). Pada penelitian ini digunakan retardan berupa daminozide. Daminozide merupakan salah satu dari sekian ZPT sintetik yang bersifat menghambat pertumbuhan tanaman. ZPT yang berperan dalam menghambat aktivitas meristem apikal disebut plant growth retardant (Abidin, 1983). Retardan yang sering digunakan untuk krisan pot adalah B-9 atau Alar dengan bahan aktif daminozide dan mulai dikembangkan sebagai retardan sejak awal tahun 1960-an (Yoder Toddington, 2003). Daminozide merupakan salah satu zat penghambat pertumbuhan tanaman yang banyak digunakan pada tanaman hias (Fishel, 2009). Pengaplikasian daminozide dilakukan menggunakan teknik vacuum infiltration dan perendaman dengan berbagai konsentrasi. Penggunaan vacuum infiltration dalam pengaplikasian daminozide diharapkan mampu meningkatkan efisiensi penggunaan retardan. Hasil penelitian Sanderson et al. (1994) menunjukkan bahwa perendaman stek krisan kultivar “Engarde” pada 1 g daminozide/l selama 10 detik dengan teknik vacuum infiltration (tekanan 42.5 kPa selama 15 detik) pada 0.25 g daminozide/l menghasilkan tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh aplikasi daminozide pra tanam dengan beberapa konsentrasi menggunakan teknik vacuum infiltration dan perendaman pada pertumbuhan krisan pot. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Aplikasi menggunakan vacuum infiltration mampu mengurangi penggunaan daminozide. 2. Terdapat konsentrasi daminozide yang sesuai bagi pertumbuhan krisan pot.
3. Terdapat interaksi antara konsentrasi daminozide dengan teknik aplikasi yang digunakan.
TINJAUAN PUSTAKA
Krisan Pot Krisan (Chrysanthemum morifolium Ram.) termasuk ke dalam famili Compositae. Klasifikasi botani tanaman hias krisan adalah sebagai berikut: Divisi : Spermathophyta Subdivisi : Angiospermae Famili : Asteraceae (Compositae) Genus : Chrysanthemum Spesies : Chrysanthemum morifolium Ramat, C. indicum, C. daisy, dan lain- lain (Thalib dan Lim, 2008). Bunga krisan mempunyai bentuk bunga yang bervariasi. Terdapat 13 kelas bentuk bunga krisan, yaitu irregular incurve, reflex, regular incurve, decorative, intermediate incurve, pompon, single and semi-double, anemone, spoon, quill, spider, brush or thistle, dan unclassified (National Chrysanthemum Society, 2003). Krisan selain sebagai bunga potong juga merupakan bunga pot. Krisan potong umumnya digunakan sebagai bahan dekorasi ruangan, rangkaian besar ataupun jambangan bunga. Krisan pot banyak digunakan sebagai penghias lobi hotel, tanaman pembatas, penghias meja ruangan kantor, restoran, serta rumah. Krisan pot memiliki keunggulan mudah dibawa dan digelar untuk keperluan dekorasi serta tahan lama. Bunga krisan pot dapat tetap segar selama 10 hari (Prihatman, 2000). Fase budidaya krisan pot terbagi atas dua, fase vegetatif dan fase generatif. Fase vegetatif merupakan fase dimana pengaturan tinggi tanaman disesuaikan dengan keinginan konsumen. Fase ini memerlukan kondisi hari panjang agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang optimal sebelum fase pembungaan (fase generatif). Tahapan-tahapan yang terkait dengan fase ini adalah persiapan media tanam, penanaman dalam pot (potting), penentuan jarak antar tanaman dalam pot maupun jarak antar pot (spacing), penentuan jumlah tanaman pada setiap pot, perlakuan fotoperiodisme hari panjang, pengaturan suhu daerah aerial dan perakaran, pengaturan intensitas cahaya, pemupukan, penyiraman, pemangkasan(pinching), pemberian zat pengatur tumbuh, dan pengaturan kandungan karbondioksida pada greenhouse (Crater, 1992). Sementara tahapan yang terkait dengan fase generatif adalah perlakuan fotoperiodisme hari pendek dan penjadwalan kegiatan hingga tanaman siap dijual. Kualitas tanaman hias sangatlah ditentukan oleh keragaan tanamannya. Kualitas krisan pot terutama dilihat dari tinggi tanaman, keserempakan berbunga, serta keseimbangan antara tajuk dan bunga dengan tinggi tanaman (Kartikasari, 2000). Pengaturan tinggi tanaman tanpa mengabaikan pengaturan kualitas faktor yang lain merupakan tantangan bagi para grower. Keberadaan zat penghambat pertumbuhan (growth retardants) memungkinkan dihasilkannya tanaman pot berkualitas tinggi tanpa resiko pertumbuhan batang yang terlalu panjang (Mastalerz, 1977). Retardan Retardan merupakan zat pengatur tumbuh yang bersifat menghambat. Pemberian retardan akan mempengaruhi inisiasi pembungaan, khususnya pada tanaman berkayu, tapi sebaliknya pada sebagian besar tanaman herbaceous (Cathey, 1976). Retardan adalah komponen organik yang menghambat
pemanjangan batang tanpa mengakibatkan perubahan morfologi atau
perkembangan bagian tanaman yang lain (Mastalerz, 1977). Wattimena (1988)
menambahkan bahwa retardan mengakibatkan terjadinya perubahan fisiologis pada tanaman. Perubahan fisiologis tersebut adalah penghambatan elongasi sel pada subapikal meristem, pemendekan ruas tanaman, penebalan batang, peningkatan kekuatan tanaman sehingga mengurangi terjadinya rebah, penghambatan etiolasi, peningkatan perakaran stek, penghambatan senescence,
peningkatan masa simpan, peningkatan pembuahan, serta peningkatan
perkecambahan dan penunasan. Saat ini telah banyak perusahaan industri kimia pertanian yang memproduksi retardan sintetik yang dapat dimanfaatkan bagi kepentingan pertanian. Contoh zat kimia yang dikelompokkan dalam retardan adalah Amo- 1618, Phosfon-D, CCC (Cycocel atau Chlormequat), SADH (Succinic Acid-2,2- Dimethyl Hydrazide) atau daminozide, dan Morphatctins (Abidin, 1983).
Aktivitas retardan dalam menghambat pemanjangan batang tanaman berkaitan dengan kerja hormon tanaman. Aplikasi SADH, CCC, Phosfon-D, dan Amo-1618 dapat menghambat pemanjangan batang, dimana aktivitas ini berlawanan dengan aktivitas giberelin (Abidin, 1983). Perubahan yang terjadi setelah penggunaan retardan adalah panjang ruas menjadi berkurang namun tidak terjadi pengurangan jumlah daun sehingga tanaman terlihat kompak, peningkatan intensitas warna daun, kemungkinan terjadinya penundaan pembungaan, kemungkinan ukuran bunga menjadi lebih kecil, dan kemungkinan terjadinya penurunan intensitas warna bunga (Yoder Toddington, 2003). Daminozide merupakan salah satu dari sekian retardan yang dipergunakan untuk mengatur pertumbuhan krisan pot. Daminozide lebih efektif dalam mengontrol tinggi krisan melalui aplikasi penyemprotan dibandingkan ancymidol dan chlormequat pada kultivar ”Early Golden Hill” (Reed dan Nightingale, 1983). Hasil percobaan juga menunjukkan bahwa daminozide memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan tanaman lebih efektif dibandingkan chlormequat, dengan waktu pengukuran pada 42 hari setelah aplikasi pada krisan kultivar “Revert” (Karlović et al., 2004). Hal ini didukung oleh pernyataan bahwa retardan yang sering digunakan untuk krisan pot adalah B-9 atau Alar dengan bahan aktif daminozide (Yoder Toddington, 2003). Daminozide yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Alar. Daminozide juga dikenal dengan nama dagang B-Nine, Dazide, Kylar, SADH, dan B-995. Rumus bangun daminozide menurut Sachs and Hackett (1972) adalah sebagai berikut O ║ C─N─N │ CH3 CH3 CH2 │ C─H2 │ C─OH ║ O Gambar 1. Rumus Bangun Daminozide atau Succinic Acid-2,2-Dimethyl Hydrazide (SADH)
Daminozide bersifat mudah ditranslokasikan dalam seluruh jaringan tanaman. Daminozide cepat diserap oleh tanaman melalui daun, akar, dan batang. Cornell University (1993) menyatakan bahwa daminozide dalam jaringan tanaman dapat terakumulasi di akar, buah, atau bagian tanaman lainnya. Daminozide tidak akan terakumulasi pada tanaman lain yang berada disamping tanaman perlakuan. Yoder Toddington (2003) menyatakan bahwa jumlah dan waktu aplikasi B-9 dengan bahan aktif daminozide tergantung pada kultivar, temperatur, dan intensitas cahaya. Kultivar yang berbeda akan memiliki perbedaan vigoritas.
Daminozide bersifat mobile dalam tanah dan terdegradasi oleh mikroorganisme tanah. Cornell University (1993) menyatakan bahwa di lahan, 50% Alar yang diaplikasikan menghilang dalam waktu satu minggu, sementara di green house, 90% Alar yang diaplikasikan menghilang dalam waktu dua minggu. Hal ini didukung oleh Krisantini (2007) bahwa daminozide disarankan diaplikasikan dengan cara menyemprot pada tajuk tanaman karena bersifat cepat rusak bila disiramkan pada media. Daminozide dapat bersifat racun pada beberapa organisme. Chemtura (2009) menyatakan bahwa lethal dose (LD) 50 pada tikus adalah >5000 mg/kg jika tertelan dan masuk melalui kulit. Lethal consentration (LC) 50 pada tikus adalah >4 mg/l jika terhirup. LC50 pada ikan Rainbow trout adalah >149 mg/l dengan waktu kontaminasi 96 jam. Effective concentration (EC) 50 pada alga adalah >80 mg/l dengan waktu kontaminasi 72 jam. Teknik Aplikasi Retardan Pengaplikasian retardan pada krisan pot biasa dilakukan dengan teknik penyemprotan atau penyiraman ke media. Aplikasi retardan pada krisan pot biasa dilakukan dengan penyemprotan karena biayanya lebih murah dan sudah dikenal efektif untuk retardan yang biasa digunakan seperti daminozide (Sanderson et al., 1994). Aplikasi daminozide secara penyemprotan menjadi tidak efektif pada kultivar krisan yang memiliki ukuran tanaman yang tinggi (krisan kultivar ”Engarde”) (Yoder, 1983 dalam Sanderson et al., 1994). Hal tersebut dapat diatasi dengan merendam stek tanpa atau dengan akar pada 1 g daminozide/l selama
10 detik, kemudian disimpan selama 24 jam di lemari pendingin sebelum ditanam (Yoder, 1983 dalam Sanderson et al., 1994). Pada penelitian ini, daminozide diaplikasikan menggunakan teknik vacuum infiltration dan perendaman. Vacuum infiltration adalah proses infiltrasi dimana terdapat penggunaan tekanan hidrostatik ke dalam bahan cair sehingga terjadi kekosongan cairan (Mortensen et al., 2000). Penggunaan teknik vacuum infiltration berguna untuk menjaga kualitas apel (Malus domestica Borkh.) (Lidster et al.,1986 dalam Sanderson et al., 1994) dan wortel (Daucus carota L.) (Bruemmer, 1987 dalam Sanderson et al., 1994) di ruang penyimpanan. Teknik vacuum infiltration juga berguna untuk membantu proses transformasi gen menggunakan vektor Agrobacterium pada tanaman (PatentLens, 2006). Penggunaan teknik vacuum infiltration diharapkan mampu meningkatkan efisiensi aplikasi retardan. Sanderson et al. (1994) menyatakan bahwa teknik perendaman stek krisan kultivar ”Engarde” tanpa akar pada 1 g daminozide/liter selama 10 detik dan teknik vacuum infiltration (tekanan 42.5 kPa) pada 0.25 g daminozide/liter selama 15 detik menghasilkan tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teknik vacuum infiltration berguna untuk meningkatkan serapan retardan oleh jaringan tanaman. Peningkatan efisiensi aplikasi retardan dapat mengurangi biaya, polusi, dan resiko kesehatan. Teknik vacuum infiltration pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan vacuum pump and chamber jenis Memmert-vacuum drying oven. Pertama, suhu dan tekanan alat diatur. Suhu diatur menjadi 240C. Tekanan diatur menjadi 420 mb. Metode penggunaan selanjutnya dijelaskan dalam prosedur pelaksanaan pelaksanaan penelitian.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium dan kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) Segunung, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Tempat penelitian terletak pada ketinggian 1100 m di atas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari hingga Juli 2010. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah stek berakar krisan pot varietas Time Sunny, retardan Alar 85 (daminozide), pupuk, pestisida, pot plastik berdiameter 15 cm, kompos, pasir, dan arang sekam. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah vacuum pump and chamber, timer, lampu pijar 150 watt, termohigrometer, lux meter, Royal Horticulture Society colour chart, jangka sorong, dan alat pelubang daun berdiameter 1.5 cm. Vacuum pump and chamber adalah alat yang digunakan untuk menerapkan metode vacuum infiltration.Metode Pelaksanaan
Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (split plot). Petak utama adalah faktor konsentrasi retardan. Retardan yang digunakan adalah Alar dengan bahan aktif daminozide sebesar 85%. Anak petak adalah teknik aplikasi retardan. Petak utama terdiri dari lima taraf konsentrasi, yaitu: Konsentrasi I (K1) = 0.25 g Alar/l (0.213 g daminozide/l). Konsentrasi II (K2) = 0.50 g Alar/l (0.425 g daminozide/l). Konsentrasi III (K3) = 1.00 g Alar/l (0.850 g daminozide/l). Konsentrasi IV (K4) = 2.50 g Alar/l (2.125 g daminozide/l). Konsentrasi V (K5) = 5.00 g Alar/l (4.250 g daminozide/l). .Anak petak terdiri dari dua teknik aplikasi retardan, yaitu: Teknik I (T1) = pemberian retardan menggunakan metode vacuum infiltration. Teknik II (T2) = pemberian retardan menggunakan metode perendaman. Penelitian terdiri dari 10 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan, sehingga terdapat 30 satuan percobaan. Satu satuan percobaan terdiri dari 3 pot, sehingga terdapat 90 pot. Model matematika yang digunakan untuk analisis statistika dalam penelitian ini adalah:
Yijk = μ + Ai + Bk + (AB)ik + Cj + (AC)ij + εijk Keterangan: i = 1, 2, 3, 4, 5; j = 1, 2; k = 1, 2, 3 Yijk = nilai pengamatan pada petak utama taraf ke-i, anak petak taraf ke-j, dan ulangan ke-k μ = rataan umum Ai = pengaruh petak utama taraf ke-i Bk = pengaruh ulangan ke-k (AB)ik = pengaruh petak utama taraf ke-i terhadap ulangan ke-k Cj = pengaruh anak petak taraf ke-j (AC)ij = pengaruh petak utama taraf ke-i terhadap anak petak taraf ke-j εijk = pengaruh galat pada ulangan ke-k yang memperoleh taraf ke-i petak utama dan taraf ke-j anak petak Apabila terdapat perlakuan yang berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut DMRT pada taraf 5%. Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan bibit Bibit berupa stek berakar usia 14 hari. Bibit diperoleh dari tanaman induk (motherplant). Stek yang akan ditanam, diberi perlakuan retardan terlebih dahulu. Masing-masing dipilah berdasarkan perlakuan. Untuk yang diberi perlakuan teknik vacuum infiltration, maka stek diletakkan di wadah berisi retardan dengan konsentrasi tertentu. Wadah berisi stek kemudian dimasukkan ke dalam
vacuum pump and chamber (Gambar 2). Vacuum pump and chamber kemudian dijalankan hingga mencapai tekanan 420 mb. Selama sekitar 15 detik tekanan dibiarkan sebesar 420 mb, kemudian tekanan diatur hingga naik mencapai 800 mb sehingga vacuum pump and chamber dapat dibuka. Sementara untuk waktu perlakuan perendaman disamakan dengan lamanya perlakuan vacuum infiltration di vacuum pump and chamber, yaitu sekitar 1 menit 50 detik. Bibit yang telah diberi perlakuan kemudian ditiriskan. Gambar 2. Vacuum Pump and Chamber Jenis Memmert b. Persiapan media Media yang digunakan adalah kompos, pasir, dan arang sekam dengan perbandingan 1:1:1 berdasarkan volume. Setelah media dicampur, kemudian media dimasukkan ke dalam pot. Media selanjutnya disiram agar lembab. Media kemudian disiram dengan fungisida konsentrasi 2 g/l dan pupuk NPK 15-15-15 (15% nitrogen (N), 15% fosfor (P2O5), dan 15% kalium (K2O)) konsentrasi 17 g/l. c. Penanaman Setiap pot ditanami lima bibit krisan dengan cara satu bibit tegak di tengah-tengah pot dan empat bibit lainnya ditanam di dekat bibir pot dengan jarak sama, melingkar, dan kemiringan stek 450. Pot diletakkan dengan jarak 15 cm x 15 cm. Tata letak penelitian dideskripsikan pada Lampiran Gambar 1. d. Fotoperiode Tanaman diberi perlakuan hari panjang melalui night break (jam 22.00- 02.00 WIB) selama 3 minggu setelah tanam (MST). Lampu pijar yang digunakan berdaya 150 watt. Jarak antar lampu 1.85 m dan jarak lampu ke tanaman sekitar
1.14 m. Intensitas cahaya lampu yang diterima bagian ujung tanaman adalah 158.33 lux pada ulangan 1, 152.33 lux pada ulangan 2, dan 174.67 lux pada ulangan 3. Tunas terminal tanaman dibuang pada 2 MST (menyisakan sekitar 6 buku) dan dilanjutkan dengan perlakuan hari panjang untuk merangsang pertumbuhan tunas aksilar. Setelah 3 MST maka tanaman diberi perlakuan hari pendek. e. Pemeliharaan Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari dengan frekuensi 1-2 kali sehari. Penyiraman disesuaikan dengan kondisi cuaca atau media tumbuh. Pemupukan awal dilakukan saat penanaman yaitu pupuk NPK 15-15-15 konsentrasi 17 g/l. Pemupukan selanjutnya diberikan dua hari sekali selama delapan kali aplikasi, yaitu 0.2 g nitrogen dan 0.2 g kalium yang diperoleh dari 1.4 g/l pupuk CPN (15% N, 14% K2O, 18% natrium (Na), dan 0.05% boron (B)). Pemupukan ke-9 menggunakan pupuk NPK 15-15-15 dengan konsentrasi 1.3 g/l. Pupuk NPK 15-15-15 ini diberikan sampai aplikasi pupuk ke-18. Pemupukan selanjutnya dilakukan bergantian antara NPK 15-15-15 dengan pupuk daun NPK
18+18+18+ TE (18% N, 18% K2O, 18% P2O5, 14% sulfit (SO3), 0.01% B,
0.0075% tembaga (Cu), 0.026% besi (Fe), 0.032% Mangan (Mn), dan 0.023% zink (Zn)) konsentrasi 1 g/l (mulai aplikasi pupuk ke-29, konsentrasi pupuk daun dinaikkan menjadi 2 g/l) sampai aplikasi pupuk ke-38. Frekuensi pemupukan selanjutnya adalah tiga hari sekali sampai pemupukan ke-40. Pemupukan dilanjutkan dengan aplikasi pupuk bunga 10-55-10+ unsur mikro (10% N, 55% K2O, 10% P2O5, 0.05% Cu, 0.1% Fe, 0.05% Mn, 0.05% Zn, dan unsur mikro lainnya) dengan konsentrasi 2 g/l dan frekuensi pemupukan seminggu sekali sampai aplikasi pupuk ke-52. Pengendalian hama dan patogen dilakukan dengan mengaplikasikan pestisida, membuat perangkap, dan melakukan sanitasi bagian tanaman yang terserang hama atau patogen.
Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengamatan dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Selain itu juga dilakukan uji korelasi antar karakter pengamatan kuantitatif. Pengamatan secara kuantitatif meliputi: 1. Jumlah Tunas Jumlah tunas yang tumbuh pada batang utama dihitung mulai 3 hingga 8 MST. Perhitungan dilakukan di 3 tanaman sampel per pot. 2. Tinggi Batang Utama Tinggi batang utama diukur mulai buku pertama di atas media sampai bagian ujung batang. Pengukuran dilakukan sejak sebelum pembuangan tunas terminal sampai tanaman berusia 7 MST di 3 tanaman sampel per pot. 3. Tinggi Tanaman Tinggi tanaman diukur dari buku pertama di atas media sampai buku paling ujung dari tunas tanaman. Pengukuran dilakukan pada saat 75% bunga colouring di 3 tanaman sampel per pot. 4. Panjang Ruas Panjang ruas diukur dengan cara memilih tunas yang dapat mewakili kondisi tunas tanaman secara keseluruhan dan merupakan tunas yang berada di area bawah bagian batang utama tanaman. Selanjutnya dihitung jumlah buku yang terdapat pada tunas tersebut hingga buku di batang utama. Kemudian diambil 2/3 dari jumlah buku yang ada untuk kemudian dilakukan pengukuran (Laboratorium Pengujian Balai Penelitian Tanaman Hias, 2003). Pada setiap pot diambil 1 tunas pada setiap 3 tanaman sampel. Pengukuran dilakukan mulai ruas terujung tunas dan pada saat 75% bunga colouring. 5. Jumlah Daun Perhitungan jumlah daun dilakukan mulai 2 MST sebelum pembuangan tunas terminal hingga 7 MST. Perhitungan dilakukan di 3 tanaman sampel per pot. 6. Persentase Colouring Persentase colouring dihitung pada setiap pot tanaman untuk kemudian dirata-ratakan. Kuntum bunga colouring ditandai dengan keluarnya helaian mahkota dari selaput kuntum bunga. Perhitungan dimulai sejak ada tanaman yang
mengalami colouring hingga persentase colouring setiap perlakuan mencapai 75%. 7. Persentase Kuntum Mekar Persentase kuntum mekar dihitung pada setiap pot tanaman untuk kemudian dirata-ratakan. Kuntum bunga mekar sempurna ditandai dengan terbukanya hampir seluruh helaian mahkota bunga. Perhitungan dimulai sejak ada kuntum bunga yang mekar sempurna hingga persentase kuntum mekar setiap perlakuan mencapai mencapai 50%. 8. Jumlah Total Bunga Jumlah total bunga dihitung pada saat 50% kuntum mekar. Perhitungan meliputi bunga yang mekar sempurna, belum mekar sempurna, kuntum bunga yang tangkainya sudah naik, dan kuntum bunga yang tangkainya belum naik. Perhitungan dilakukan pada setiap pot tanaman untuk kemudian dirata-ratakan. 9. Diameter Bunga Pengukuran diameter bunga dilakukan pada bunga yang telah mekar sempurna pada saat 50% kuntum mekar. Pengukuran dilakukan pada 2 bunga mekar tiap tanaman sampel dalam 1 pot. Bunga mekar sempurna ditandai dengan telah mekarnya bunga tabung dan bunga pita krisan. 10. Panjang Tangkai Bunga Panjang tangkai bunga diukur mulai buku pangkal tangkai yang menempel pada cabang batang hingga bagian bawah kelopak bunga. Pengukuran dilakukan pada saat 75% colouring di 3 tanaman sampel per pot (masing-masing 2 tangkai bunga per tanaman sampel). Pemilihan sampel pengukuran tangkai bunga dilakukan secara acak. 11. Kandungan Klorofil Kandungan klorofil daun dihitung pada saat tanaman 75% colouring. Pada pot ke-2 perlakuan di masing-masing ulangan diambil 2 daun dewasa sehat dan diusahakan merupakan daun yang terletak pada buku bawah batang. Daun kemudian diambil seluas 1.77 cm2 dengan alat pelubang daun. Selanjutnya daun ditimbang, dihancurkan dengan asetris, dan disentrifus pada 10 000 rpm selama 3 menit. Supernatan kemudian diambil untuk diukur absorbannya dengan
spektrofotometer panjang gelombang 470, 537, 647, dan 663 nm. Selanjutnya kandungan klorofil dihitung dengan rumus:
Chla = 0.01373*A663 – 0.000897*A537 – 0.003046*A647 Chlb = 0.02405*A647 – 0.004305*A537 – 0.005507*A663 12. Kandungan Antosianin Kandungan antosianin bunga dihitung pada saat 50% kuntum mekar. Pada pot ke-2 perlakuan di masing-masing ulangan diambil 4 helai mahkota bunga dari 1 bunga yang telah mekar sempurna namun warnanya belum pudar. Helai mahkota diambil dari 4 arah secara melingkar pada bunga. Selanjutnya diambil bagian tengah dari setiap helai mahkota dan ditimbang hingga mencapai kurang lebih 0.02 g. Helai mahkota tersebut kemudian dihancurkan dengan asetris dan tahapan selanjutnya sama dengan uji kandungan klorofil. Kandungan antosianin dihitung dengan rumus:
Antosianin = 0.08173*A537 – 0.00697*A647 – 0.002228*A663 13. Kandungan Karotenoid Kandungan karotenoid bunga dihitung bersamaan dengan kandungan antosianin. Kandungan karotenoid dihitung dengan rumus: Karotenoid = (A470-(17.1*(Chla+Chlb)-(9.479*Antosianin))) 119.26 Pengamatan secara kualitatif dilakukan dengan pengamatan hasil isian kuisioner. Kuesioner tercantum pada Lampiran Tabel 1. Pengisian kuisioner bertujuan untuk mengetahui nilai kesukaan konsumen terhadap krisan pot berdasarkan penampilannya. Responden berjumlah 19 orang meliputi peneliti, teknisi, dekorator bunga, pengusaha tanaman hias, dan mahasiswa yang berada di Balai Penelitian Tanaman Hias. Responden menilai langsung krisan pot tanpa mengetahui perlakuan yang diberikan. Uji kualitatif dilakukan pada saat tanaman mulai ada yang mencapai 75% colouring. Pelaksanaan uji kualitatif lebih awal dari jadwal semula yaitu saat 50% kuntum mekar karena tanaman sudah mulai banyak terserang hama dan patogen. Responden menilai 20 pot krisan dari 10 perlakuan (masing-masing perlakuan diwakili 2 pot). Pot contoh diberi nomor 1 sampai dengan 10 dan diletakkan secara acak dalam satu ruangan.
Karakter yang diuji kualitatif adalah keseimbangan tajuk dan bunga, keseragaman mekar bunga, dan ketinggian tanaman. Selain itu juga disertakan kolom penilaian responden terhadap kekurangan yang terdapat pada tanaman. Skoring penilaian uji kualitatif adalah a. 1≤ kurang ≤1.9 b. 1.9< sedang ≤2.9 c. 2.9< baik ≤3.9 d. 3.9< sangat baik ≤4 Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antar karakter pengamatan kuantitatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Varietas krisan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Time Sunny. Varietas ini tergolong varietas krisan pot. Deskripsi dari Fides (1994) menyebutkan bahwa bunga tergolong jenis dekoratif dan berwarna kuning. Tanaman berbunga pada 8 minggu setelah perlakuan hari panjang. Diameter bunga sekitar 7 cm. Pada penelitian ini tanaman mengalami colouring pada 12 MST atau 9 minggu setelah perlakuan hari panjang. Diameter bunga pada penelitian ini berkisar 6.6870-7.6635 cm. Kelembaban, suhu, dan intensitas cahaya tambahan merupakan beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh penting dalam pertumbuhan tanaman krisan. Pada tabel berikut disajikan kondisi kelembaban, suhu, dan intensitas cahaya tambahan di green house selama penelitian. Tabel 1. Kondisi Kelembaban Green House selama Penelitian Bulan Kelembaban (%)Pukul 08.00 WIB Pukul 12.00 WIB Pukul 16.00 WIB 1.Hasil
Pengamatan:
Februari - 68.0 86.5
Juni 61.0 64.0 95.0
Pukul 07.00 WIB Pukul 13.00 WIB Pukul 18.00 WIB 2. Data Balai Meteorologi dan Geofisika Wilayah-II Pacet (2010): Februari 89.6 78.6 89.5 Maret 89.4 78.1 89.1 April 84.9 76.6 84.3 Mei 86.3 75.2 88.3
Tanaman krisan membutuhkan kelembaban 90-95% pada awal
pertumbuhan untuk pertumbuhan akar. Pada tanaman dewasa, pertumbuhan optimal tercapai pada kelembaban udara sekitar 70-85% (Balai Penelitian Tanaman Hias, 2008). Kelembaban green house pada awal pertumbuhan stek krisan mendekati sesuai, sedangkan kelembaban pada saat tanaman dewasa di
bulan Mei dan Juni melebihi kelembaban normal yang dibutuhkan tanaman krisan dewasa. Kelembaban yang terlalu tinggi ini dapat merupakan salah satu penyebab tanaman terserang cendawan. Kondisi suhu green house selama penelitian adalah sebagai berikut. Tabel 2. Kondisi Suhu Green House selama Penelitian Bulan Suhu (0C)
Pukul 08.00 WIB Pukul 12.00 WIB Pukul 16.00 WIB 1.Hasil
Pengamatan:
Februari 28.5 23
Juni 29 29 17
Pukul 07.00 WIB Pukul 13.00 WIB Pukul 18.00 WIB 2. Data Balai Meteorologi dan Geofisika Wilayah-II Pacet (2010): Februari 19.6 23.3 20.6 Maret 19.7 23.9 21.1 April 20.0 24.4 22.4 Mei 20.4 25.1 21.6 Krisan dapat tumbuh pada kisaran suhu harian 17-300C. Balai Penelitian
Tanaman Hias (2008) menyatakan bahwa pada fase vegetatif, krisan membutuhkan kisaran suhu harian 22-280C pada siang hari dan tidak melebihi 260C pada malam hari untuk pertumbuhan optimal. Suhu juga mempengaruhi kualitas bunga yang dihasilkan. Suhu harian ideal pada fase generatif adalah 16- 180C. Pada suhu lebih dari 180C, bunga yang dihasilkan cenderung berwarna kusam, pucat, dan memudar. Pada penelitian ini suhu green house untuk perkembangan vegetatif tanaman krisan telah sesuai, sedangkan suhu untuk perkembangan generatif tidak sesuai. Suhu green house terlalu tinggi pada saat krisan Time Sunny mulai memasuki fase generatif yaitu bulan April. Hal ini dapat merupakan salah satu penyebab warna bunga krisan Time Sunny hasil penelitian terlihat lebih kusam jika dibandingkan dengan krisan Time Sunny hasil budidaya suatu nursery di Cipanas, selain karena kandungan pigmen warna bunga (antosianin dan karotenoid) yang berbeda (Gambar 3).
Gambar 3. Perbandingan Warna Bunga Krisan Time Sunny Tipe Spray Hasil Perlakuan Daminozide 0.850 g/l Teknik Perendaman (Gambar Kiri) dengan Krisan Time Sunny Tipe Standar Hasil Budidaya Nursery di Cipanas (Gambar Kanan) Kondisi intensitas cahaya tambahan selama penelitian adalah sebagai berikut. Tabel 3. Kondisi Intensitas Cahaya Tambahan pada Bulan Februari Ulangan Intensitas Cahaya Tambahan (lux) Ulangan 1 158.33 Ulangan 2 152.33 Ulangan 3 174.67 Pemberian cahaya tambahan pada krisan dilakukan pada periode hari panjang. Intensitas cahaya tambahan diusahakan sekitar 70-100 lux atau setara dengan lampu pijar 75-100 watt, dengan jarak 2 x 2.5 m2 dan ketinggian 1.5 m dari permukaan atas bedengan (Balai Penelitian Tanaman Hias, 2008). Intensitas cahaya tambahan pada penelitian ini lebih besar dari 100 watt karena lampu yang digunakan berdaya 150 watt dan dipasang dengan jarak antar lampu 1.85 m dan ketinggian 1.14 m dari meja penelitian. Selama berlangsungnya penelitian, terjadi gangguan berupa adanya cahaya tambahan pada malam hari saat perlakuan hari pendek mulai 5-12 MST (11 Maret-3 Mei). Hal ini disebabkan karena pada green house yang bersebelahan dengan lokasi penelitian menggunakan night break pada pukul 22.00-02.00 WIB dengan daya lampu 150 watt untuk tanaman marigold. Cahaya tambahan ini mengenai tanaman krisan ulangan tiga yang letaknya berdekatan dengan green
house tersebut, sehingga pertumbuhan generatif krisan ulangan tiga menjadi terhambat jika dibandingkan dua ulangan yang lain.
Hama yang mengganggu tanaman adalah Liriomyza sp. (pengorok daun),
Thrips sp., Trialeurodes vaporariorum (white fly), belalang, Spodoptera litura F. (ulat grayak), Myzus persicae (kutu hijau), serta Tetranychus sp. (tungau kuning
dan tungau merah). Semua hama ini menyerang daun tanaman krisan. Hama yang menyerang bunga krisan adalah belalang, Spodoptera litura F. (ulat grayak), serta Tetranychus sp. (tungau kuning dan tungau merah). Patogen yang mengganggu tanaman adalah Fusarium sp., Rhizoctonia sp., Botrytis cinerea Pers. (kapang kelabu), Alternaria sp., Puccinia horiana Henn. (karat putih), Agrobacterium tumefaciens, dan Pseudomaonas cichorii. Gangguan
oleh cendawan menyebabkan kualitas daun tanaman krisan menurun.
Perkembangan bunga juga menjadi terhambat. Pengendalian hama dan patogen dilakukan dengan mengaplikasikan pestisida, membuat perangkap, membuang bagaian tanaman yang terserang, serta mengatur jadwal penyiraman untuk mengatur kelembaban green house. Jumlah Tunas Hasil pengujian pada karakter jumlah tunas di batang utama menunjukkan bahwa teknik aplikasi daminozide tidak berpengaruh nyata (Gambar 4). Hal ini berarti teknik vacuum infiltration belum efektif untuk mengurangi penggunaan daminozide pada krisan varietas Time Sunny. Ketidakefektifan teknik vacuum infiltration dapat disebabkan belum tepatnya waktu dan tekanan yang diberikan saat proses berlangsung. Perlakuan konsentrasi daminozide menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Konsentrasi 0.425 g/l (K2) memberikan pengaruh jumlah tunas yang berbeda nyata dengan konsentrasi 0.213 g/l (K1) pada 4 MST, dengan konsentrasi 0.213 g/l (K1) dan 0.850 g/l (K3) pada 5 MST, serta dengan keempat perlakuan lainnya pada 8 MST (Tabel 4). Hasil pengujian pada 4 dan 5 MST menunjukkan bahwa dengan semakin meningkatnya konsentrasi daminozide, maka jumlah tunas di batang utama cenderung semakin berkurang. Penurunan jumlah tunas di batang utama
JumlahT una s Teknik Perendaman menunjukkan juga terjadinya penurunan jumlah cabang, sebab tunas batang utama akan berkembang menjadi cabang. Hasil penelitian Widiastuti et al. (2004) menunjukkan bahwa terdapat hubungan linear antara kadar daminozide dengan jumlah cabang tanaman krisan pot. Jumlah cabang tanaman semakin menurun seiring dengan peningkatan kadar daminozide. Aplikasi daminozide dapat menghambat pertumbuhan vegetatif karena menghambat biosintesis auksin di buku cabang tanaman yang berfungsi merangsang pembentukan tunas-tunas baru, sehingga dengan meningkatnya daminozide pada tanaman akan menghambat pembentukan cabang. Tabel 4. Jumlah Tunas di Batang Utama pada Berbagai Konsentrasi Daminozide Umur (MST) Uji F Daminozide (g/l) Rata- 0.213 0.425 0.850 2.125 4.250 Rata 3 tn 5.95 5.45 5.90 5.92 5.82 5.81 4 * 5.68a 5.30b 5.50ab 5.52ab 5.50ab 5.50 5 * 5.67a 5.27b 5.52a 5.48ab 5.47ab 5.48 6 tn 5.58 5.25 5.47 5.48 5.37 5.43 7 tn 5.18 4.93 5.32 5.22 5.18 5.17 8 * 5.02a 4.55 b 4.98 a 4.93a 5.10a 4.92 Keterangan: Nilai pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% (Tunas) 6 5.8 5.6 5.4 5.2 5 4.8 4.6 4.4 TeknikVacuum Infiltration Teknik Perendaman Umur (MST) 3 4 5 6 7 8 Gambar 4. Jumlah Tunas di Batang Utama pada Berbagai Teknik Aplikasi Daminozide
Hasil penelitian ini juga menunjukkan jumlah tunas yang tidak berbeda nyata di minggu ke-3, 6, dan 7. Hasil ini sama dengan hasil penelitian perlakuan Alar pada krisan pot varietas Rage di minggu ke-6. Jumlah tunas pada 6 MST tanaman krisan pot varietas Rage menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antara perlakuan Alar konsentrasi 2.5 g/l, 3.5 g/l, dan 4 g/l dengan kontrol (3 g/l) (Kartikasari, 2000). Tinggi Batang Utama Hasil pengujian pada karakter tinggi batang utama menunjukkan bahwa teknik aplikasi daminozide tidak berpengaruh nyata (Tabel 5), sementara perlakuan konsentrasi daminozide menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Perlakuan konsentrasi daminozide pada 2 Minggu Setelah Tanam (MST) sebelum pembuangan tunas terminal berpengaruh nyata pada tinggi batang utama (Tabel 5). Tinggi batang utama pada perlakuan 4.250 g/l (K5) berbeda nyata dengan 0.213 g/l (K1) dan 0.425 g/l (K2). Semakin tinggi konsentrasi daminozide yang diberikan, maka tinggi batang utama semakin rendah. Aplikasi daminozide secara foliar pada konsentrasi 5 g/l menghasilkan tinggi tanaman aster “Butterfly Blue” dan “Purple Monarch” terendah dibandingkan tanaman kontrol (Whipker et al., 1995). Hal ini dikarenakan terdapatnya penghambatan biosintesis giberelin oleh retardan sehingga dapat menyebabkan menurunnya pemanjangan batang (Pinto et al., 2005). Tabel 5. Tinggi Batang Utama (cm) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide pada 2 MST Sebelum Pembuangan Tunas Terminal Daminozide Teknik Aplikasi Rata-Rata Perlakuan (g/l) Vacuum Infiltration Perendaman Daminozide (g/l) 0.213 6.24 6.91 6.58a 0.425 6.17 6.05 6.11ab 0.850 5.64 5.35 5.50abc 2.125 5.43 5.43 5.43bc 4.250 4.79 4.76 4.78c Rata-Rata 5.66 5.70 Perlakuan Teknik Aplikasi Keterangan: Nilai pada baris atau kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%
Tabel 6. Tinggi Batang Utama (cm) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide pada 7 MST
Teknik Aplikasi Rata-Rata
Daminozide (g/l) Vacuum Infiltration Perendaman Perlakuan
Daminozide (g/l) 0.213 5.31B 6.00Aa 5.66 0.425 5.37 5.24b 5.31 0.850 5.60 4.98b 5.29 2.125 5.30 5.22b 5.26 4.250 4.96 4.95b 4.96 Rata-Rata 5.31 5.28 Perlakuan Teknik Aplikasi Keterangan: Nilai pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf besar yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. Hasil pengujian perlakuan teknik vacuum infiltration (T1) dengan berbagai konsentrasi daminozide menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Sementara pada perlakuan teknik perendaman (T2) dengan berbagai konsentrasi daminozide, terdapat hasil yang berbeda nyata antara konsentrasi 0.213 g/l (K1) dengan seluruh perlakuan daminozide lainnya (Tabel 6). Tinggi batang utama paling rendah diperoleh dari hasil perlakuan daminozide konsentrasi 0.425 g/l, 0.850 g/l, 2.125 g/l, dan 4.250 g/l pada teknik perendaman. Perlakuan konsentrasi daminozide menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada kedua teknik aplikasi yaitu pada konsentrasi 0.213 g/l (K1). Perlakuan 0.213g/l teknik vacuum infiltration menghasilkan tanaman yang lebih pendek daripada 0.213 g/l teknik perendaman. Perlakuan konsentrasi dan teknik aplikasi daminozide menunjukkan bahwa teknik vacuum infiltration lebih efektif jika konsentrasi daminozide yang digunakan rendah (0.213 g/l). Retardan dengan konsentrasi rendah akan lebih efektif jika menggunakan teknik vacuum infiltration dibandingkan perendaman (Sanderson et al., 1994). Retardan dengan konsentrasi rendah akan memudahkan penyerapan oleh jaringan tanaman jika menggunakan teknik vacuum infiltration. Hasil penelitian Sanderson et al. (1994) menunjukkan bahwa teknik perendaman stek krisan kultivar ”Engarde” tanpa akar pada 1 g daminozide/liter selama 10 detik dan
teknik vacuum infiltration (tekanan 42.5 kPa) pada 0.25 g daminozide/liter selama 15 detik menghasilkan tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata. Tinggi Tanaman Hasil pengujian pada karakter tinggi tanaman krisan menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi daminozide menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Tinggi tanaman semakin rendah dengan semakin meningkatnya konsentrasi daminozide yang diaplikasikan. Tinggi tanaman terendah tercapai pada konsentrasi 4.250 g/l (K5) (Tabel 7). Tabel 7. Tinggi Tanaman (cm) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide Teknik Aplikasi Rata-Rata Daminozide (g/l) Vacuum Infiltration Perendaman Perlakuan Daminozide (g/l) 0.213 28.63 29.08 28.86a 0.425 30.57 30.58 30.58a 0.850 30.43 25.96 28.20a 2.125 29.19 28.73 28.96a 4.250 25.56 24.90 25.23b Rata-Rata 28.88 27.85 Perlakuan Teknik Aplikasi Keterangan: Nilai pada baris atau kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Konsentrasi daminozide nyata mengendalikan pertumbuhan tanaman. Daminozide menghambat sintesis enzim 3β-hydroxylase pada tahap akhir biosintesis gberelin. Enzim 3β-hydroxylase berfungsi untuk mengubah GA9 dan GA20 menjadi GA4 dan GA1 (Brown et al., 1997). GA4 dan GA1 merupakan giberelin yang bersifat aktif, salah satunya dalam elongasi sel. Pengaruh
daminozide dalam menghambat perpanjangan batang krisan Time Sunny dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Perbandingan Tinggi Tanaman Krisan Tanpa Daminozide (Tanaman Sebelah Kiri) dan Menggunakan Daminozide (Tanaman sebelah Kanan) Tinggi tanaman hias pot merupakan salah satu hal yang menentukan kualitas. Tinggi tanaman krisan pot ideal adalah 2-2.5 kali tinggi pot (Crater, 1992). Tinggi pot yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10.5 cm. Sehingga diharapkan tinggi tanaman akan berkisar antara 21-26.25 cm. Tinggi tanaman pada penelitian ini yang memenuhi kriteria di atas adalah perlakuan dengan konsentrasi 4.250 g/l (K5), yaitu 25.232 cm. Gambar tanaman krisan Time Sunny dengan perlakuan konsentrasi dan teknik aplikasi daminozide dapat dilihat pada Gambar 6.
0.213 g/l 0.425 g/l 0.850 g/l 2.125 g/l 4.250 g/l Teknik Vacuum Infiltration 0.213 g/l 0.425 g/l 0.850 g/l 2.125 g/l 4.250 g/l Teknik Perendaman Gambar 6. Tinggi Tanaman Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide Teknik aplikasi vacuum infiltration dan perendaman menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada tinggi krisan pot Time Sunny. Pada penelitian ini retardan diaplikasikan pada bibit sebelum dilakukan penanaman. Perlakuan retardan di nursery umumnya adalah dengan menyemprot daminozide pada tanaman di minggu kedua, ketiga, dan keempat setelah tanam dengan konsentrasi yang semakin meningkat (1.5 g/l, 2 g/l, dan 3 g/l). Sehingga jika dibandingkan dengan teknik aplikasi retardan pada umumnya, teknik perendaman dan vacuum infiltration pada saat sebelum tanam lebih efektif dalam penggunaan retardan. Hal ini disebabkan teknik perendaman dan vacuum infiltration dengan konsentrasi daminozide 4.250 g/l mampu menghasilkan tinggi krisan pot yang sesuai kriteria, yaitu 25.232 cm. Aplikasi retardan dengan teknik perendaman dan vacuum infiltration juga lebih efektif dalam penggunaan tenaga kerja karena aplikasi retardan cukup dilakukan satu kali sebelum tanam. Pada penelitian ini tidak
Panjan gRu as Teknik Aplikasi: digunakan kontrol tanaman krisan pot yang dibudidayakan seperti pada umumnya. Sehingga pembandingan dilakukan secara tidak langsung. Panjang Ruas Hasil pengujian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi dan teknik aplikasi daminozide tidak berpengaruh nyata terhadap panjang ruas (Gambar 7). (cm) 1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 Konsentrasi Daminozide: K1= 0.213 g/l K2= 0.425 g/l K3= 0.850 g/l K4= 2.125 g/l K5= 4.250 g/l Series1, 1.17333 T1= vacuum infiltration T2= perendaman Perlakuan Axis Title Gambar 7. Panjang Ruas Tunas yang Tumbuh dari Batang Utama (cm) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide Retardan merupakan zat yang dapat menghambat pemanjangan ruas. Pertimbangan penting dalam penggunaan retardan pada tanaman adalah konsentrasi dan resistensi retardan dalam menghambat perpanjangan ruas (Keever and Cox, 1989). Retardan merupakan senyawa kimia yang menyebabkan terkontrolnya ukuran dan tinggi tanaman melalui tiga mekanisme yaitu dengan menonaktifkan pucuk terminal batang (menghambat aktivitas meristematik), menghambat pemanjangan ruas tanpa mengganggu aktivitas apikal meristematik dan mengurangi dominansi apikal (Rimando, 2001). Jumlah Daun Hasil pengujian pada karakter jumlah daun krisan menunjukkan bahwa teknik aplikasi daminozide tidak berpengaruh nyata (Gambar 8), sementara perlakuan konsentrasi daminozide menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Jumlah