• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN WILAYAH, KOTA, DAN DESA TERINTEGRASI YANG BERKELANJUTAN, BERIMBANG, DAN INKLUSIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERENCANAAN WILAYAH, KOTA, DAN DESA TERINTEGRASI YANG BERKELANJUTAN, BERIMBANG, DAN INKLUSIF"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN WILAYAH, KOTA, DAN DESA TERINTEGRASI YANG BERKELANJUTAN, BERIMBANG, DAN INKLUSIF

IPB International Convention Center (IICC) Bogor, 28 Agustus 2018

SEMINAR NASIONAL

ASPI ASPI ASPI

Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI)

2018

PROSIDING

P4W - LPPM IPB Universitas Pakuan Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia

ASPI

(2)

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 i

IPB International Convention Center Bogor, 28 Agustus 2018

Prosiding

Seminar Nasional ASPI 2018

“Perencanaan Wilayah, Kota, dan Desa Terintegrasi yang berkelanjutan, Berimbang dan Inklusif”

Penerbit

P4W LPPM IPB

(3)

ii Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018

Kredit

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018

“Perencanaan Wilayah, Kota, dan Desa Terintegrasi yang berkelanjutan, Berimbang dan Inklusif”

P4W LPPM IPB, Bogor, Indonesia

Editor

Dr. Andrea Emma Pravitasari Dr. Ernan Rustiadi

Dr. Janthy Trilusianty Hidayat Dr. Didit Okta Pribadi

Copy Editor

Alfin Murtadho, S.P.

Reviewer

Dr. Ernan Rustiadi

Dr. Andrea Emma Pravitasari Dr. Janthy Trilusianty Hidayat Dr. Didit Okta Pribadi

Dr. Candraningratri Ekaputri Widodo Arief Rahman, S.Si, M.Si

Setyardi Pratika Mulya, S.P., M.Si.

Layout dan Cover Design Muhammad Nurdin, S.Kom.

Tiffany Ramadianti, A.Md.

E-ISBN : 978-602-72009-3-7

Cetakan pertama, Januari 2019

Prosiding. Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018

“Perencanaan Wilayah, Kota, dan Desa Terintegrasi yang berkelanjutan, Berimbang dan Inklusif”

Bogor, P4W LPPM IPB, 2019 x + 700 halaman: x cm

(4)

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 iii

Steering Committee - Dr. Ernan Rustiadi

- Dr. Janthy Trilusianti Hidayat - Prof. Akhmad Fauzi

- Dr. Khursatul Munibah - Prof. Widiatmaka

Organizing Committee

Ketua Panitia : Dr. Andrea Emma Pravitasari

Wakil Ketua : Dr. Didit Okta Pribadi

Bendahara : Mia Ermyanyla, S.P., M.Si

Nusrat Nadhwatunnaja, S.P.

Erlin Herlina, S.E.

Kesekretariatan : Nur Etika Karyati, S.P.

Alfin Murtadho, S.P.

Muhammad Nurdin, S.Kom.

Yanti Jayanti, S.P.

Yurta Farida, S.E.

Hardini Nikamasari, S.P.

Tiffany Ramadianti, A.Md.

Prosiding & Program Book : Afan Ray Mahardika, S.T.

Siti Wulandari, S.P.

Kreshna Yudichandra, S.P.

Acara : Setyardi Pratika Mulya, S.P., M.Si.

Arief Rahman, M.Si.

Ulul Hidayah, S.T.

Dinda Luthfiani Tjahjanto, S.E.

Agus Ramadhan, S.P.

Logistik & Akomodasi : Khairul Anam, S.P.

Ridha M. Ichsan, S.T., M.Si.

Pubdekdok : Khalid Saifullah, M.Si.

LO : Zahra Kartika, S.P.

Rista Ardy Priatama, S.P.

Luthfia Nursetya Fuadina, S.P.

Yuni Prihayati, M.Si.

Dr. Mujio Sukirman Field Excursion : F. S. Putri Cantika, S.P.

Thomas Oni Veriasa, S.E.

Penerbit

Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)

Institut Pertanian Bogor (IPB) Sekretariat

Kampus IPB Baranangsiang

Jalan Raya Pajajaran Bogor 16127, Jawa Barat, Indonesia Tlp/Fax: +62-251-8359072

(5)

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 v

Daftar Isi

Kredit... ii Sambutan dari Ketua ASPI ... iv Daftar Isi ... v

1. Keterkaitan Desa-Kota 1

Potensi Alpukat sebagai Alternatif Olahan Kuliner dalam Upaya Pengembangan Desa Wisata Sakerta ... 3

Fransiska Dessy Putri H.1*, Aggy Lestari Dwi P.1, & B. S. Rahayu Purwanti2

Analisis Daya Saing Perekonomian Antar Wilayah di Kecamatan Prambanan berdasarkan

Aspek Sosial, Pendidikan, dan Kesehatan Tahun 2018 ... 14 Hayatun Nupus1*, Candra Andi Wardoyo1, Ismi Latifah1, Soni Setiawan 1, Araa Reda Astara1, Fatin Naufal M1, & Dahroni1

Infrastruktur dan Keterhubungan Desa-Kota (Studi Kasus: Desa Bokor dan Desa Sendaur di Pulau Rangsang, Kabupaten Kepulauan Meranti) ... 23

Wulansari1*, Arief Budiman1, Maria Febriana Bewu Mbele1 & Sonny Yuliar1

Pola Perjalanan Berangkat Bekerja Menggunakan Layanan Transjakarta ... 32 Yudi Susandi1*, Danang Priatmodjo1 & Eduard Tjahjadi1

2. Perencanaan Kawasan Pertanian dan Pembangunan Perdesaaan 49

Pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Lombok Utara ... 51 Ar Rohman Taufiq Hidayat1*, Muchammad Rosulinanda1 & Ade Atmi1

Pengembangan Pusat Pelayanan sebagai Pusat Pengolahan Komoditas Unggulan Buah Naga

Berdasarkan Faktor yang Mempengaruhi di Kabupaten Banyuwangi ... 68 Ayu Sri Lestari1* & Eko Budi Santoso1

Pengembangan Kecamatan Waelata Kabupaten Buru Provinsi Maluku Sebagai Wilayah

Pemekaran Melalui Potensi Unggulan ... 81 Dwi Setiowati1* & Indarti Komala Dewi1

Kontinuitas Desa Wisata Lingkungan Sukunan Yogyakarta ... 89 Fikrani F. Asha1* & Lysna Eka Agustina1

Penataan Ruang yang Berkearifan Lokal untuk Pengembangan Wisata Pedesaan ... 97 Harne Julianti Tou1*, Melinda Noer 2, Helmi2 & Sari Lenggogeni3

Pembangunan Perdesaan Kawasan Perbatasan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten

Kendal ... 105 Holi Bina Wijaya1*, Artiningsih1, Wiwandari Handayani1 & Herlina Kurniawati1*

Perencanaan Sinergitas Sistem Kawasan Agropolitan Berkelanjutan di Kawasan Hortipark

Tastura Desa Karang Sidemen Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah... 115 Indah Cahyaning Sari1*, Nurul Falah Pakaya1 & Bunga Adelia1

Adopsi Teknologi Pada Petani Dalam Upaya Adaptasi Perubahan Iklim (Studi Kasus Pertanian Cerdas Iklim di Kabupaten Sumba Timur) ... 137

John P. Talan1*, Andhika Riyadi2 &Sonny Yuliar3

(6)

vi Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 Transformasi Kampung Wisata Berbasis Lingkungan Studi Kasus Kampung Sukunan

Kabupaten Sleman ... 150 M. Ilham1*, Budi Kamulyan2 & Yori Herwangi2

Peranan Nilai-Nilai Religius dalam Penguatan Institusi Ekonomi Masyarakat Perdesaan

(Kajian dengan Pendekatan Teori Jaringan Aktor) ... 164 Sri Lestari1*, G Andhika Riyadi1, Ari Nurfadilah1 & Sonny Yuliar1

Pembangunan Daerah Kabupaten Berbasis Komoditi Pajale (Padi, Jagung, Kedelai) di

Provinsi Sumatera Barat ... 175 Syahrial1* & Welly Herman1

Review Perencanaan Kawasan Pertanian Agropolitan Rupanandur Kabupaten Pamekasan ... 184 Luh Putu Suciati1*, Rudi Wibowo1, Yuli Wibowo2, Elida Novita3

Pengembangan Industri Prospektif Pengolahan Ikan Tangkap di Kawasan Minapolitan

Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek ... 201 Oky Dwi Aryanti1 & Sardjito1

3. Infrastruktur Hijau dan Perencanaan Kawasan Hutan 217

Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Jember dalam Upaya Menuju

Infrastruktur Hijau Kota ... 219 Dewi Junita Koesoemawati1*& Hari Sulistiyowati2

Transformasi Kampung Hijau di Kota Surabaya (Studi Kasus di Kampung Bratang Binangun dan Kampung Genteng Candirejo) ... 227

Febrian Indra Warman1*, Achmad Djunaedi2 & Doddy Aditya Iskandar2

Kualitas Ruang Terbuka Hijau Publik di Kota Bandar Lampung| (Studi Kasus Lapangan

Merah dan Pasar Seni, Lapangan Kalpataru dan Embung Sukarame/Taman Kota) ... 236 Fitri Yanti1*, Citra Persada2 & Agus Setiawan3

Daya Serap Vegetasi Alun-Alun Kota Batu terhadap Co2 Aktifitas Transportasi ... 244 Kartika Eka Sari1*, Dita Nia Ambarsari1 & Chairul Maulidi1

Perencanaan Jalur Pengguna Sepeda di Universitas Jember ... 255 Nunung Nuring Hayati1, Ahmad Hasanuddin2 & Nur Fahmi Anshori3

4. Pertanian Perkotaan 261

Perencanaan Pengembangan Kawasan Minapolitan di Kabupaten Gianyar, Bali ... 263 I Ketut Arnawa1*, I Ketut Sumantra1 & Gst.Ag.Gde Eka Martiningsih1

Dampak Pola Pemilikan dan Pengusahaan Lahan Pertanian terhadap Kesejahteraan Petani di Pusat Kawasan Wisata, Kota Denpasar ... 272

Nyoman Utari Vipriyanti1* & Yohanes Jandi1

5. Perencanaan Inklusif dan Berkeadilan 279

Proses Pengembangan Wilayah Melalui Pendidikan Vokasi Sebagai Hasil Kerja Sama dengan Djarum Foundation Di Kabupaten Kudus ... 281

Tri Rindang Astuti1*, Achmad Djunaedi2 & Doddy Aditya Iskandar2

(7)

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 vii Potensi Pengembangan Kampung Wisata Kreatif di Kampung SAE Cibiru, Kota Bandung

Dalam Upaya Mewujudkan Kampung Kota Yang Berkelanjutan ... 291 Asep Nurul Ajiid Mustofa1*, Iwan Kustiwan2

Re-orientasi Pemerintahan Propinsi Kepulauan Riau Menuju Pembangunan Kemaritiman

yang Inklusif. ... 318 Deti rahmawati* Difa Kusumadewi1 Sonny Yuliar1

Karakteristik Rumah Tangga Berpenghasilan Rendah Dalam Memilih Rumah Di Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten Tangerang ... 335

Diva Teguh Respati1, Komara Djaja2

Model Ekslusifitas Perumahan Real Estate Masyarakat Perkotaan (Studi Kasus Pada Kota

Makassar) ... 345 Mimi Arifin1*, A. Rachman Rasyid1, Wiwik W. Osman1

Hubungan Social Bounding dengan Tindakan Kolektif Gabungan Kelompok Tani dalam Upaya Membangun Perencanaan Inklusif Perdesaan (Lokasi Studi: Kabupaten Karawang) ... 352

Selfa Septiani Aulia1*, Tubagus Furqon Sofhani2

Kajian Perencanaan Infrastruktur Persampahan dengan Masifikasi Komposter dan Gerakan Pilah Sampah (Studi Kasus Kecamatan Seberang Ulu 2, Palembang) ... 363

Sitti Sarifa Kartika Kinasih1*, Yuwono Aries1

Evaluasi Penyediaan Taman Tematik Kalbu Palem sebagai Ruang Terbuka Publik di Kota

Bandung ... 379 Alby Avrialzi1*, Retno Widodo D. Pramono2

6. Mitigasi Bencana dan Perubahan Iklim 389

Penampungan Air Hujan, Pemanfaatan, dan Pengaruhnya terhadap Genangan di Kawasan

Permukiman Kota Pontianak ... 391 Agustiah Wulandari1*, Yudi Purnomo1

Dampak Urbanisasi terhadap Iklim Perkotaan di Jabodetabek ... 403 Lady Hafidaty Rahma Kautsar1*, Eko Kusratmoko2, & Chotib3

Perubahan Konstruksi Rumah sebagai Bentuk Adaptasi Masyarakat Pasca Bencana Gempa

Bumi Juni 2013 di Desa Medana, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, NTB... 408 Laylan Jauhari1*, R. Rijanta1, Doddy Aditya Iskandar1

Keragaman Bentuk Adaptasi Masyarakat Pantai Ampenan Kota Mataram Ketika Terjadi

Bencana Rob ... 417 Lysna Eka Agustina1, R. Rijanta1, Doddy Aditya Iskandar1

Upaya Mitigasi Guna Mengurangi Dampak Perubahan Iklim Pada Kelompok Masyarakat

Miskin di Wilayah Pesisir Kota Semarang ... 426 Mohammad Muktiali1

Mengurug dan Meninggikan Rumah sebagai Strategi Adaptasi Utama Masyarakat Selama 23 Tahun Menghadapi Rob di Kawasan Tambak Lorok, Semarang Utara ... 432

Nadhila Shabrina1*, Agam Marsoyo1, & Deva Fosterharoldas1

Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Pengetahuan Bencana Gempa Bumi dan Erupsi

(Studi Kasus di Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten) ... 441 Ruis Udin1, Intan Purnamasari1, Dizy Hana Tri Cahyani1, Rhizki Yulia Anjarsari1, Hanifah

Kusumaningrum1, Erfin Dwi Fitria Handayani1

(8)

viii Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 Mitigasi Perubahan Iklim Melalui Perencanaan Pengembangan Ruang Terbuka Hijau di

Perkotaan dan Sekitarnya ... 457 Siti Badriyah Rushayati1*, Rachmad Hermawan1

Analisa Valuasi Ekonomi terhadap Pengelolaan Bantaran Sungai Ciliwung di Kampung

Melayu dan Bukit Duri ... 466 Catur Dyah Novita1*, Budi Kamulyan2, Yori Herwangi2

7. Daya Dukung, Resiliensi Kota dan Desa 479

Daya Dukung Wilayah Pengembangan Perumahan dan Kawasan Pemukiman Kota Serang

Provinsi Banten ... 481 Ernamaiyanti1, Tiar Pandapotan Purba2, Topan Himawan3 & Nur Irfan Asyari4

Ketangguhan Identitas terhadap Perkembangan DIY ... 487 Hana Afifah1*

Pengaruah Sektor Pariwisata terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Kecamatan

Prambanan ... 496 Maryadi1*, David Ramadhan1, Mohammad Anggit Setiawan1, Henny Novita Sari1,

Ihda Nur Rohmah P S1, Tri Setyaningsih1

Ketangguhan Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Penanganan Permukiman Kumuh ... 510 Satrya Wirawan1, Bakti Setiawan1*, Retno Widodo Dwi Pramono1

Hubungan Kualitas Lingkungan Permukiman dan Tingkat Kesehatan Masyarakat di

Permukiman Kumuh Bantaran Sungai Winongo, Kota Yogyakarta... 524 Veronika Adyani E.W1*, M. Sani Roychansyah2, & Ahmad Sarwadi2

8. Perubahan Penggunaan Lahan dan Degradasi Lingkungan 537

Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Koefisien Limpasan Permukaan di DAS

Bone Tanjore, Kota Makassar ... 539 Amar Ma’ruf Zarkawi1*, Sumartini1, & Faricha Kurniadhini1

Penggunaan Lahan di Wilayah Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kaim II Pekanbaru ... 550

Apriyan Dinata1, Annisa Rachmi1

Partisipasi Stakeholder dalam Penataan dan Pengembangan Situs Geoheritage Tebing Breksi Kawasan Cagar Budaya Candi Ijo ... 562

Rista Lentera Ghaniyy W.M 1, Retno Widodo D. Pramono 2, Achmad Djunaedi3 Perubahan penggunaan lahan dan faktor-faktor penentu keinginan petani untuk

mempertahankan lahan sawahnya di Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat, Indonesia ... 575 Santun R.P. Sitorus1*, Grahan Sugeng Aprilian2

9. Smart City and Smart Village 589

Karakterisasi Kampung Kota Surabaya Melalui Pengembangan Purwarupa Kecerdasan

Buatan: Smartkampung ... 591 Dian Rahmawati1*, Haryo Sulistyarso1, Dewi A. Paramasatya1, Rohmawati1

(9)

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 ix

10. Pengelolaan Sektor Informal Perkotaan 603

Analisa Tingkat Kesiapan Pengembangan Kampung Tematik di Kota Malang ... 605 Deni Agus Setyono1

Pola Distribusi Spasial Minimarket di Wilayah Peri Urban (Studi Kasus Kawasan Sukaraden

Kecamatan Cibinong Kab. Bogor) ... 612 Janthy Trilusianthy Hidayat1* dan Noordin Fadholie1

Pemilihan Alternatif Pengelolaan Kawasan Wisata “Payung” Kota Batu Berdasarkan

Stakeholder ... 620 Nindya Sari1*, Ayu Puspa Kartika1, Dian Dinanti1

Interaksi Sektor Formal dan Informal pada Kawasan Perdagangan dan Jasa di Kota

Pekanbaru (Studi Kasus: Jalan Kaharuddin Nasution) ... 633 Puji Astuti1*, Wika Susmita1

Dinamika Pengembangan Kawasan Perdagangan Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara ... 645 Setyardi Pratika Mulya1,2*, Mujio Sukir2, Abdul Jamaludin2

11. Penerapan SDG's dan NUA dalam Pendidikan Perencanaan 657

Evaluasi Relevansi Implementasi Program Penanganan Permukiman Kumuh di Kota

Semarang ... 659 Akhiatul Akbar1*, Deva F. Swasto1, Agam Marsoyo1

Pengelolaan Rumah Susun Sewa di DKI Jakarta (Kasus: Rumah Susun Sewa Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta di Kota Jakarta Barat) ... 669 Aphrodita Puspateja1*, Deva Fosterharoldas Swasto1, Agam Marsoyo1

Peran Pendidikan Perencanaan Terhadap Penerapan SDG’s dan New Urban Agenda di Kota Mataram ... 682

Ima Rahmawati Sushanti1*, Sarah Ariani2

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PENDAPATAN DIKECAMATAN

PRAMBANAN KABUPATEN KLATEN ... 689 Iqbal Ghozy Murtadlo1*, Seika Saputri1, Ilham Yoga Pramono1, Diyah Ayu Wulan1, Abdul

Aziiz Rayh Gilang1, Arum Dwi Anggraini1

Prospek Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Berkelanjutan Di Kawasan Pesisir

Bandarharjo Kota Semarang ... 702 Mario Rama1*, Bakti Setiawan1, Retno Widodo1

(10)

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 657

11. Penerapan SDG's dan NUA dalam Pendidikan Perencanaan

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018

(11)

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 669

Pengelolaan Rumah Susun Sewa di DKI Jakarta

(Kasus: Rumah Susun Sewa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Kota Jakarta Barat)

Aphrodita Puspateja1*, Deva Fosterharoldas Swasto1, Agam Marsoyo1

1Program Studi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Gadjah Mada, Jalan Grafika Nomor 2, Yogyakarta, 55281, Indonesia

*Penulis korespondensi. e-mail: [email protected]

ABSTRAK

DKI Jakarta terus membangun rumah susun sewa (rusunawa), baik rusunawa walk-up dengan akses tangga serta rusunawa berlantai tinggi dengan elevator, padahal rusunawa di Indonesia secara umum masih mengalami kendala dalam pengelolaannya. Tahun 2017, terjadi perubahan penerapan pengelolaan rusunawa mulai dari perubahan struktur pengelolaan rusunawa dari 3 UPRS (Unit Pengelolaan Rumah Susun) menjadi 13 UPRS serta melibatkan 27 stakeholders. Pengelolaan rusunawa mendukung tujuan 11 di dalam NUA, khususnya strategi implementasi permukiman melalui ex-situ upgrading. Menggunakan konsep teori manajemen kota, pengelolaan rusunawa akan dikaji berdasarkan 4 fungsi yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengendalian (controlling) yang dikenal dengan fungsi POAC.

Sehingga, akan dideskripsikan efektivitas pengelolaan rusunawa di Jakarta yang diidentifikasi dengan fungsi POAC. Penelitian berlokasi di seluruh rusunawa yang dikelola oleh pemerintah provinsi di wilayah administrasi Kota Jakarta Barat yaitu Rusunawa Tambora, Flamboyan, dan Daan Mogot. Metode pengumpulan data primer menggunakan in-depth interview dengan pengelola dan observasi partisipan di lokasi rusunawa, serta data sekunder menggunakan koleksi data dari pemerintah daerah. Pengelolaan rusunawa di Jakarta berdasarkan fungsi perencanaan, sudah disusun dengan baik melalui pertimbangan banyak aspek, termasuk menerima calon penghuni yang mempertimbangkan jarak ke lokasi kerja. Kemudian, ditentukan juga oleh fungsi pengorganisasian yang sangat dipengaruhi oleh kebijakan lokal Kepala UPRS dan kematangan kolaborasi oleh ke-27 stakeholders. Adapun terkait fungsi pelaksanaan, hal dominan menunjukkan salah satu kesuksesan pengelolaan ialah penerapan inovasi serta ketertiban pembayaran sewa, namun pada pelaksanaannya cenderung dengan cara kekeluargaan bagi warga terprogram. Selanjutnya, fungsi pengendalian yang dilaksanakan sudah sesuai prosedur kebijakan dan dokumen hukum yang berlaku dengan bantuan pegawai kontrak yang digaji secara layak. Sehingga, setiap fungsi POAC memiliki kelebihan dan kekurangan yang mendeskripsikan efektivitas pengelolaan rusunawa di DKI Jakarta.

Kata kunci: rusunawa; MBR; warga terprogram; POAC; efektivitas; DKI Jakarta

PENDAHULUAN

Pembangunan rumah susun di Provinsi DKI Jakarta seakan tiada henti, baik rumah susun mewah maupun rumah susun khusus Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Hal ini selaras dengan data BPS tahun 2017 bahwa angka pertumbuhan penduduk mencapai 0,94% yang meningkatkan kebutuhan tempat tinggal terus meningkat. Dari 10,37 juta jiwa, terdapat 3,77%

penduduk DKI Jakarta dengan kondisi hidup di bawah garis kemiskinan (pendapatan di bawah Rp536.000,00), sehingga perlu diberikan perhatian lebih. Penyebabnya beragam, tetapi penyebab

(12)

670 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018

terbesar semakin tingginya jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan ialah dari komoditi non makanan berupa perumahan sebanyak 35,3%. Kemudian, salah satu tugas pemerintah diamanatkan di dalam UUD 1945 pasal 28H bahwa negara memastikan seluruh masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan tempat tinggal. Hal yang menjadi pertimbangan, Kementerian PUPR (2015) menjelaskan bahwa kelemahan rumah susun sederhana ialah pengelolaan, terutama pengelolaan rumah susun sewa. Kemudian, fokus pengelolaan rusunawa pun dapat mendukung tujuan 11 di dalam NUA khususnya strategi implementasi permukiman melalui ex-situ upgrading. Sehingga, pemenuhan kebutuhan tempat tinggal menjadi sangat perlu untuk diperhatikan oleh pemerintah agar terciptanya peningkatan kualitas meningkatkan perekonomian penduduk, melalui efektivitas pengelolaan rumah susun sewa khusus MBR.

Pengelolaan rusunawa dilakukan demi terciptanya keberlanjutan dari program pembangunan rusunawa yang telah dilakukan dalam rangka mengatasi permasalahan hunian. Pengelolaan menurut Subkhan (2008) ialah pengelolaan rumah susun sewa terkait aspek sosial masyarakat, aspek ekonomi, aspek spasial, aspek pengelola, aspek pengelolaan teknis prasarana dan sarana, pengelolaan persewaan, pemasaran dan pembinaan penghuni, startegi pasar dan pembinaan, serta pengelolaan administrasi dan keuangan dari sudut pandang penghuni. Sedangkan menurut Hendaryono (2010), ada beberapa hal yang mempengaruhi pengelolaan rumah susun sewa terkait pemanfaatan fisik, penghunian, lingkungan, peranan badan pengelola, pemberdayaan sosial, kemampuan ekonomi, peranan pemerintah daerah, dan implementasi regulasi pengelolaan dari sudut pandang penghuni.

Ganisen et. al. (2014) mengungkapkan bahwa permasalahan utama dalam pengelolaan di rumah susun ialah sistem pembuangan sampah. Sistem pembuangan sampah merupakan masalah yang paling sering terjadi, sedangkan masalah mengenai cacat listrik paling sedikit terjadi pada masalah pemeliharaan layanan bangunan. Kekurangan ini disebabkan kurangnya keahlian dan jumlah staf. Organisasi pemeliharaan lebih mengetahui penyebab masalah dibandingkan dengan penghuni. Hal ini terjadi tidak hanya karena kesalahan manusia tapi disebabkan kesalahan sistem.

Pengelolaan rumah susun sewa di Kota Jakarta Barat ini dikaji lebih lanjut mengenai efektivitas pengelolaan rumah susun sewa yang dikelola Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Efektivitas dijelaskan di dalam beberapa teori bahkan peraturan pemerintah yan berlaku di Indonesia.

Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan menjelaskan mengenai efektivitas yang merupakan ukuran seberapa jauh program/kegiatan mencapai hasil dan manfaat yang diharapkan berupa hasil dan dampak terhadap sasaran, ataupun manfaat (dampak terhadap kebutuhan) dari suatu program. Dunn (2003) menjelaskan bahwa terdapat kriteria efektivitas di dalam penilaian suatu program, efektivitas merupakan kriteria yang digunakan untuk mengetahui apakah hasil yang diinginkan telah dicapai.

Sedangkan Development Assistance Committee menjelaskan bahwa efektivitas ialah sejauh mana tujuan intervensi pembangunan tercapai, atau apakah diharapkan bisa tercapai, dengan mempertimbangkan kepentingan relatif mereka. Selanjutnya menurut JICA Evaluation Development (2010), dijelaskan bahwa efektivitas dilihat dari ‘apakah proyek menghasilkan efek seperti yang diharapkan) bersama dengan faktor penyebab dan penghambat, berdasarkan status dan kinerja saat ini. Dari berbagai sumber terkait efektivitas, dapat ditarik kesimpulan bahwa efektivitas merupakan pelaksanaan dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

Efektivitas pengelolaan rumah susun sewa, dibahas lebih lanjut melalui fungsi manajemen (pengelolaan). Menurut Terry dalam Sadyohutomo (2008), terdapat 4 fungsi yang dikenal dengan POAC yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengendalian (controlling) yang saling melengkapi satu sama lain. Seluruh proses ini merupakan siklus yang dilaksanakan untuk menjalankan tugas pokok organisasi demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berikut ini masing-masing penjelasan dari keempat fungsi tersebut:

(13)

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 671

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah bagian dari manajemen yang berisi langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pembangunan yang disepakati oleh seluruh organisasi sebagai peserta pembangunan. Hal ini dilakukan untuk mematangkan yang ingin dilakukan sebelum berbuat, sehingga tujuan organisasi dapat terwujud. Perencanaan di dalam manajemen keruangan memiliki dua sasaran yaitu perencanaan kebijakan publik serta perencanaan organisasi dan perencanaan program kegiatan organisasi terkait. Kebijakan publik memiliki orientasi pada tujuan dan manfaat bagi publik serta bersifat adil (berdasarkan kebutuhan bukan sama rata) yang mempertimbangkan berbagai aspek berupa aspek ekonomi, teknis, politik, administratif, nilai- nilai agama, budaya, etika, dan filsafat. Setelah kebijakan publik terumuskan, dilakukan perencanaan organisasi beserta perencanaan program kegiatan yang sangat berkaitan terutama pendanaan sebagai tugas pemerintah, serta swasta dan personal yang memiliki dana untuk investasi.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian, merupakan pengaturan dan pengalokasian wewenang serta sumber daya untuk mencapai sasaran melalui pengaturan staf di dalam struktur organisasi dengan mempertimbangkan kemampuan sumberdaya yang dimiliki untuk pendukung keputusan bekerja.

3. Pelaksanaan (Actuating)

Pelaksanaan, merupakan aktivitas seorang pemimpin yang mengarahkan, mengoordinasikan, mempengaruhi, memberi komando, dan memotivasi untuk melaksanakan tugas.

4. Pengendalian (Controlling)

Pengendalian, merupakan aktivitas yang memastikan bahwa manajemen sedang bergerak mencapai tujuan melalui pengawasan dan pelaporan.

Penelitian-penelitian terkait pengelolaan ini belum memberikan penilaian terkait efektivitas dalam pengelolaan beberapa rumah susun sewa di Kota Jakarta Barat dengan target penghuni MBR baik penghuni MBR umum atau warga terprogram (gusuran/ korban kebakaran) yang memungkinkan berada atau tinggal di satu lokasi rumah susun sewa yang khusus dikelola oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta. Pengelolaan ini terkait pengelolaan yang dilakukan pengelola untuk penghuni sebagai komunitas terhadap rumah susun sewa, bukan pengelolaan penghuni secara individual terhadap satuan rumah susunnya.

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan merupakan pendekatan deduktif dengan metode campuran dari kualitatif dan kuantitatif. Metode campuran yang dimaksud merupakan penerapan data kualitatif dan kuantitatif yang akan memperkuat satu sama lain (Creswell, 2010). Di dalam penerapan metode campuran terdapat beberapa strategi. Digunakan strategi berupa metode campuran konkuren khususnya concurent embedded. Strategi pada metode ini merupakan penggabungan metode kuantitatif dan kualitatif yang pelakasanaannya dilakukan secara bersamaan atau dilaksanakan diwaktu yang sama dengan bobot yang berbeda. Selain itu, ada metode primer untuk memperoleh data yang utama dan ada metode sekunder untuk memperoleh data pendukung dari data primer (Tashakkori dan Teddlie, 2010; Creswell, 2010).

(14)

672 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 Gambar 1. Strategi Metode Campuran yang Digunakan

Sumber: Tashakkori dan Teddlie, 2010

Penelitian ini memiliki fokus lokasi berupa rumah susun sewa yang dikelola oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta di wilayah administrasi Kota Jakarta Barat, yaitu Rusunawa Tambora, Rusunawa Flamboyan, dan Rusunawa Daan Mogot. Dilakukan pengumpulan data baik primer maupun sekunder dalam pelaksanaan metode campuran konkuren dalam penelitian ini. Pengumpulan data primer menggunakan formulir wawancara melalui indept interview dengan pengelola (Unit Pengelola Rumah Susun/UPRS) dan pemerintah provinsi khususnya Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman pada subdit P3KP, serta dengan observasi partisipan terhadap penghuni di lokasi rusunawa. Sedangkan metode pengumpulan data sekunder menggunakan koleksi data dari pemerintah daerah berupa data monografi penghuni rusunawa di Jakarta Barat. Kemudian, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif kualitatif dari data primer yang kemudian didukung oleh data kuantitatif dari data sekunder/data pendukung.

HASIL DAN PEMBAHASAN Perencanaan

Perencanaan merupakan bagian dari pengelolaan yang didalamnya berisi tujuan-tujuan pembangunan dan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dengan disepakati oleh seluruh organisasi sebagai peserta pembangunan. Perencanaan memiliki orientasi dapat memberikan manfaat bagi publik serta bersifat adil. Di dalam perencanaan terkait pengelolaan rumah susun sewa di DKI Jakarta yang dikelola oleh pemerintah provinsi, terdapat beberapa hal yang menarik untuk dikaji.

Sampai dengan tahun 2015, pengelolaan rusunawa yang ada dikelola oleh 3 UPRS. Ketiga UPRS tersebut memiliki area pengelolaan yang dibatasi berdasarkan administratif. UPRS 1 mengelola rusunawa-rusunawa di Kota Jakarta Utara, UPRS 2 mengelola rusunawa-rusunawa di Kota Jakarta Barat dan Jakarta Pusat, dan UPRS 3 mengelola rusunawa-rusunawa di Kota Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Ketiga kepala UPRS dan staf-stafnya pun mengelola dan berkantor di Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, bukan di lokasi rusunawa. Semenjak tahun 2016, sejak momentum disahkan (sekaligus berlakunya) Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 351 Tahun 2016 tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Unit Pengelola Rumah Susun, maka UPRS menjadi 13 UPRS. Ketiga belas UPRS ini penerapannya dilakukan melalui anggaran tahun 2017, yang secara de facto juga mengelola langsung di lokasi rusunawa. Terdapat 1 UPRS yang mengelola 1 lokasi rusunawa, namun terdapat pula 1 UPRS yang mengelola lebih dari 1 lokasi rusunawa hingga 4 lokasi dengan pertimbangan bagian dari administrasi, kedekatan lokasi antar rusunawa, dan jumlah penghuni di dalam rusunawa. Pembagian kerja sejak berlakunya Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 351 Tahun 2016, menjadi lebih efektif karena petugas pengelola yang

INTERPRETASI Kualitatif

Kuantitatif

(15)

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 673

tergabung di dalam UPRS berada lebih dekat dengan lokasi rusunawa bahkan berada di lokasi rusunawa.

Tiga rusunawa (Rusunawa Tambora, Rusunawa Flamboyan, dan Rusunawa Daan Mogot) yang berada di bawah pengelolaan UPRS Tambora yang merupakan salah satu UPRS dengan tugas mengelola lebih dari 1 rusunawa. UPRS Tambora yang berkantor di rusunawa Daan Mogot ini memiliki perencanaan berupa sasaran penghuni masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), yang ditentukan oleh Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman. Sasaran penghuni rusunawa ini terbagi menjadi 2 yaitu warga MBR umum dan warga terprogram. Warga umum MBR ini secara persyaratan di dokumen perencanaan maupun dokumen hukum hanya menjelaskan bahwa masyarakat yang tergolong sebagai MBR tanpa memiliki batasan pendapatan maksimum, namun Kepala Dinas Perumahan Rakyat Dan Kawasan Permukiman memiliki batas maksimum yaitu masyarakat yang memiliki pendapatan UMP untuk calon penghuni rusunawa. Sedangkan warga terprogram merupakan korban relokasi bencana kebakaran dan relokasi program pemerintah pusat dan pemerintah DKI terkait penataan ruang di provinsi DKI Jakarta, baik yang masuk ke dalam golongan MBR ataupun tidak karena dapat digantikan dengan surat rekomendasi dari lurah setempat.

Namun, hal ini dinilai kurang efektif terutama terkait dengan batasan MBR, karena hanya dinyatakan bahwa yang masuk ke dalam golongan MBR merupakan masyarakat yang memiliki KTP DKI dan mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan Pemerintah Daerah untuk memperoleh rusunawa dengan kriteria sesuai dengan peraturan perundang-undangan bidang rumah susun. Perencanaan terkait pengelolaan rusunawa menjadi lebih efektif jika di dalam dokumen Peraturaturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 111 Tahun 2014 mencantumkan secara jelas terkait posisi atau kriteria masarakat yang tergolong ke dalam MBR seperti statement penghasilan di bawah UMP atau kriteria lainnya karena kebijakan yang mengatur merupakan Pergub sehingga hanya berlaku di Provinsi DKI Jakarta.

Kedua sasaran penghuni rusunawa ini pun secara perencanaan terdapat beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaannya, dalam penentuan lokasi rusunawa untuk calon penghuni turut mempertimbangkan jarak rusunawa ke lokasi tempat bekerja calon penghuni. Perbedaannya, persyaratan terkait biaya sewa atau tarif sewa yang dibebankan berbeda dengan tarif sewa untuk warga terprogram lebih terjangkau (lebih murah) daripada tarif sewa warga umum. Tarif sewa yang dibebankan kepada penghuni memiliki jumlah yang berbeda setiap rusunawa, namun tarif ini hanya untuk memenuhi kebutuhan dari pengeluaran terkait kebersihan, keamanan, dan perawatan di lingkungan rusunawa saja. Demi menutupi semua kebutuhan terkait pengelolaan rusunawa, pemerintah provinsi DKI Jakarta memberikan subsidi hingga 80% (hasil data primer), sedangkan hasil perhitungan keuangan UPRS ini pemerintah provinsi DKI Jakarta memberikan subsidi hampir 85% (hasil data sekunder).

Selain jumlah tarif sewa yang dibebankan berbeda, terdapat pula perbedaan terkait waktu penarikan tarif sewa antara warga umum dan warga terprogram. Terdapat dispensasi penarikan tarif sewa awal bagi warga terprogram yang dilakukan pengelola, berbeda dengan warga umum.

Penarikan tarif sewa bagi warga umum dikenakan pada bulan pertama. Sedangkan tarif sewa bagi warga terprogram dilakukan pada bulan ke-tujuh dengan pertimbangan selama 6 bulan para penghuni melakukan adaptasi baik lingkungan, emosional, dan terutama pekerjaan atau mata pencaharian karena terdapat banyak kemungkinan terjadi pergantian mata pencaharian yang mungkin saja memerlukan skill baru. Kebijakan ini dilakukan mengingat penghuni dari warga terprogram memerlukan adaptasi di lingkungan baru dengan situasi yang berbeda, diperlukan motivasi dan keberanian dalam mengambil resiko untuk beralih profesi demi memecahkan masalah ekonomi keluarga. Namun, proses adaptasi setiap individu dapat berbeda karena bergantung pada kondisi masyarakat dan waktu. Berlakunya dispensasi sebagai bentuk fasilitasi yang diberikan oleh pengelola

(16)

674 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018

bagi warga terprogram, sesuai dengan pertimbangan Samovar (2010) yang menyatakan bahwa perspektif temporal mengenai karakter situasional terkait waktu dan perilaku yang mempengaruhi sejumlah proses psikologis mulai dari motivasi, emosi, spontanitas, keberanian dalam mengambil resiko, kreativitas, serta kemampuan dalam memecahkan masalah.

Dispensasi terkait waktu penarikan tarif sewa bagi warga terprogram diberikan oleh pengelola, dispensasi terkait waktu tinggal atau waktu sewa rusunawa pun sangat besar. Pada perencanaan terkait rusunawa di DKI Jakarta, tidak terdapat batas maksimal waktu tinggal di dalam rusunawa karena hanya menjelaskan bahwa setiap 1 tahun sekali harus melakukan perpanjangan kontrak sewa.

Selama kepala keluarga yang terdaftar sebagai penyewa masih hidup maka seluruh atau sebagian anggota keluarga masih dapat menghuni di rusunawa tersebut. Bahkan terdapat beberapa kasus yang kepala keluarganya sudah meninggal dunia namun anggota keluarga di dalam kartu keluarga terdaftar masih hidup, anggota keluarganya masih dapat menghuni rusunawa tersebut. Hal ini memberi kesan bahwa tinggal di rusunawa seperti tinggal untuk seumur hidup, karena di dalam perencanaan yang ada tidak memuat batasan waktu tinggal atau batasan waktu sewa. Akan tetapi, tahun 2018 sedang disusun rancangan instruksi gubernur terkait batasan waktu sewa (estimasi pengerjaan selama 6 bulan) yang secara target tahun 2018 ini akan disahkan. Perencanaan terkait batasan waktu sewa ini dengan harapan bahwa nantinya para penghuni yang tinggal di rusunawa akan memiliki kehidupan yang lebih sejahtera dan dapat memiliki rumah tinggal hak milik secara legal. Proses perencanaan ini sesuai dengan konsep mobilitas tempat tinggal menurut Turner (1968) bahwa penduduk kota yang termasuk bridgeheader atau merupakan kelompok penduduk yang baru migrasi atau dengan status keluarga baru memiliki kemampuan ekonomi yang belum stabil sehingga cenderung sewa tempat tinggal di pusat kota, namun setelah mengalami peningkatan pendapatan karena lama kerja dan kemampuan kerja yang meningkat maka penduduk akan memilih tempat tinggal dengan status hak milik di pinggiran kota sebagai bentuk capaian peningkatan sosial.

Perencanaan sebagai acuan dari harapan yang akan dicapai nantinya, dilakukan berbagai macam langkah. Langkah baik demi menuju pengelolaan efektif semakin terencana sejak disahkan Instruksi Gubernur Nomor 131 tahun 2016 yang mengatur para stakeholders untuk terlibat langsung dalam pengelolaan rusunawa. Terdapat 25 stakeholders yang diatur untuk terlibat dalam pengelolaan rusunawa, diluar gubernur dan sekretaris daerah Provinsi DKI Jakarta. Beragamnya SKPD yang turut bekerjasama selain Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah Daerah Provinsi, terciptanya kerjasama dan pengelolaan yang semakin komprehensif. Langkah melibatkan beragam stakeholders ini dengan melihat permasalahan dan kondisi yang terjadi di lapangan serta menyesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi dari masing-masing SKPD. Secara fungsi, membagi peran masing-masing SKPD dalam pengelolaan rusunawa masih bersifat umum, namun demikian bertujuan agar pelaksanaannya lebih fleksibel antar SKPD demi pengelolaan rusunawa yang lebih efektif.

Penyusunan kegiatan di dalam pengelolaan rusunawa direncanakan berdasarkan permasalahan yang terjadi di lapangan sebagai langkah penyelesaian masalah (bukan pencegahan masalah).

Pengelola di dalam internal UPRS melaksanakan rapat koordinasi secara berkala setiap 2 kali dalam satu bulan di awal minggu, serta jika ada sesuatu yang sifatnya urgent. Penentuan kegiatan tahun ini berdasarkan pengajuan dari penyelesaian permasalahan yang terekap tahun sebelumnya. Jika ada permasalahan tahun ini, akan dijadikan kegiatan dengan anggaran dari dinas (bukan dana pengelolaan) akan dilaksanakan tahun depan dengan jarak 1 tahun anggaran. Keadaan-keadaan yang sifatnya harus segera ditangani dan tidak memungkinkan jika harus menunggu anggaran tahun berikutnya dapat menyebabkan kerusakan yang semakin parah. Pengajuan ini terkait kemampuan secara anggaran yang dimiliki Pengelola yaitu UPRS Tambora dalam penanganan masalah yang terbatas. Akan tetapi, pengelola UPRS Tambora kerap kali melakukan improvisasi pada penanganan masalah-masalah yang mendesak tanpa menyalahi alur pendanaan. Contohnya, jalur pembuangan

(17)

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 675

sampah di salah satu blok di Rusunawa Daan Mogot sempat mengalami kerusakan yang jika tidak segera ditangani akan menyebabkan volume sampah yang tidak terkendali di dalam saluran yang semestinya terkumpul di bak sampah di hilir saluran pembuangan sampah. Sehingga, pengelola UPRS Tambora melakukan penanganan secara cepat dengan memanfaatkan dana pengelolaan tingkat UPRS. Seharusnya, dana yang dikeluarkan pengelola tingkat UPRS hanya menangani kerusakan-kerusakan minor seperti ubin pecah.

Pengorganisasian

Pengorganisasian terkait pengelolaan rusunawa ini secara garis besar berada di struktur di dalam Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi DKI Jakarta. Terdapat 3 hal yang cukup memiliki perbedaan antara dinas, UPRS, dan satuan pelaksana. Secara garis besar, ketiga tingkatan ini bersifat hirarki namun UPRS merupakan tingkat yang paling berperan secara langsung dalam pengelolaan rusunawa di Provinsi DKI Jakarta

Tingkat dinas khususnya di Subdit P2M memiliki tugas dalam penentukan calon penghuni serta pengalokasian dana jika rusunawa membutuhkan perawatan dengan biaya besar dan kegiatan- kegiatan selama setahun dalam rangka pengelolaan rusunawa yang sifatnya tahunan atau berkala.

Kegiatan menentukan calon penghuni (menyeleksi) dilakukan dengan beberapa pertimbangan berdasarkan persyaratan, pendaftaran, dan penetapan penghuni rusunawa yang tertuang di dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 111 tahun 2014. Terdapat perbedaan persyaratan antara calon penghuni yang masuk ke dalam katogori masyarakat terprogram dan masyarakat umum yaitu jika calon penghuni warga terprogram syarat administrasi terkait KTP daerah atau KK daerahm SK Penghasilan, NPWP, dan syarat sudah menikah bisa digantikan dengan rekomendasi lurah setempat, serta tidak menyaratkan calon tersebut tergolong MBR, namun calon penghuni warga umum tidak bisa digantikan dengan surat rekomendasi tersebut dan harus tergolong sebagai MBR. Berikut ini tabel persyaratan administrasi calon penghuni baik warga terprogram ataupun warga umum:

Tabel 1. Perbedaan Syarat Huni Rusunawa bagi Warga Terprogram dan Warga Umum

No. Persyaratan Warga Terprogram Warga Umum

a. KTP Daerah atau KK Daerah V V

b. SK Penghasilan V V

c. NPWP V V

d. Sudah Menikah V V

e. SK Lurah Belum Memiliki Tempat Tinggal Milik Sendiri V V f. Surat Kesanggupan membayar sewa, listrik, air, dan biaya lainnya V V g. Poin a,b,c,d dapat digantikan dengan rekomendasi Lurah setempat V -

h. MBR - V

Sumber: Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 111 tahun 2014.

Sedangkan di tingkat UPRS, setelah dari dinas menentukan calon penghuni kemudian UPRS yang akan mendistribusikan calon penghuni tersebut akan mendapatkan unit berapa di blok atau tower apa. Tingkat UPRS menentukan unit untuk calon penghuni dengan pertimbangan jika yang tinggal terdapat lansia dan difable akan diutamakan menempati lantai 2, serta melakukan maintenance harian. Pelaporan dan penganggaran maintenance secara teknis berada posisinya di UPRS. Segala hal keperluan yang dibutuhkan yang skalanya kecil, akan difasilitasi oleh UPRS.

Satuan pelaksana seperti pembuatan surat perjanjan dengan kepala UPRS serta lebih memahami lokasi hingga kondisi penghuni. Pada prinsipnya satuan pelaksana ini sifatnya berupa

(18)

676 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018

perpanjangan tangan dari UPRS. Persiapan dan keadaan yang lebih teknis, namun segala administasi akan ditandatangani di bawah UPRS.

Selain ketiga pengelola rusunawa langsung, terdapat produk hukum yang mengatur berbagai stakeholders yang berperan dan terlibat langsung dalam pengelolaan rusunawa di DKI Jakarta khususnya Kota Jakarta Barat, termuat tugas pokok dan fungsinya di dalam Instruksi Gubernur Nomor 131 tahun 2016. Sebanyak 27 stakeholders yang terlibat termasuk gubernur dan sekretaris daerah, yaitu Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah Daerah Provinsi; Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi; Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah serta Perdagangan Provinsi; Dinas Tata Air Provinsi; Dinas Perindustrian dan Energi Provinsi; Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Provinsi; Dinas Bina Marga Provinsi; Dinas Olahraga dan Pemuda Provinsi; Dinas Kesehatan Provinsi; Dinas Pendidikan Provinsi; Dinas Kebersihan Provinsi; Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi; Dinas Perhubungan dan Transportasi Provinsi; Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi; Dinas Sosial Provinsi; Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi; Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi; Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan; Badan Keluarga Berencana Provinsi; Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi; Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi; Lurah; BAZIZ Provinsi; PT Bank DKI; serta Ketua Yayasan Beasiswa Jakarta. Seluruh stakeholders ini saling melengkapi dalam pengelolaan rusunawa, seperti dengan dinas perhubungan dan transportasi provinsi melalui transjakarta yang menyalurkan hingga ke lokasi rusunawa sebagai origin dari rute transjakarta sehingga memudahkan penghuni rusunawa dalam melakukan kegiatannya sehari-hari.

Penghuni tidak dikenakan retribusi dalam penggunaan jasa transportasi publik transjakarta ini jika mereka melakukan perjalanan dari rusunawa mereka, namun jika akan kembali maka harus melakukan pembayaran. Di dalam penerapan di lapangan, origin yang dilihat didalam trayek sebenarnya lebih kepada freeder. Kemudian Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah serta Perdagangan Provinsi yang memfasilitasi satu koperasi di setiap lokasi rusunawa, jadi terdapat 3 koperasi yang tercatat di Kota Jakarta Barat demi membantu penghuni dalam meningkatkan ekonomi serta mendampingi penghuni dalam proses adaptasi ekonomi/ lapangan pekerjaan baru di rusunawa terutama bagi warga terprogram.

Selain 27 stakeholders di atas, terdapat pula kerjasama yang dilakukan Kepala UPRS dengan yayasan swasta. Kerjasama ini salah satu bentuk CSR dari perusahaan swasta yang kemudian dioptimalkan oleh Kepala UPRS Tambora untuk meningkatkan pengelolaan rusunawa di Kota Jakarta Barat. Sebagian bekerjasama dengan swasta (yayasan) melalui peningkatan kapasitas penghuni yang sasarannya anak-anak. Bentuk kerjasama ini memiliki harapan jangka panjang dapat membentuk pola pikir dan perilaku keluarga. Seberapa banyak kerjasama yang dilakukan dengan yayasan dipengaruhi oleh peran dari Kepala UPRS, semakin baik hubungan Kepala UPRS maka memungkinkan semakin banyak kerjasama dengan yayasan. Pada prakteknya, proses pengorganisasian di dalam pengelolaan rusunawa diperlukan inovasi dan kebijakan lokal oleh Kepala UPRS yang dapat menentukan wajah rusunawa yang dikelola.

Implementasi

Di dalam pelaksanaan atau implementasinya, jumlah staf secara strukturisasi atau staf organik memiliki jumlah sumberdaya manusia yang terbatas sebanyak 9 orang, yaitu 1 Kepala UPRS; 2 kepala sub bagian berupa sub bagian keuangan dan sub bagian tata usaha; 2 bendahara berupa bedahara penerimaan dan bendahara pengeluaran; 3 kepala satuan berupa satuan sarana prasarana, satuan pelayanan, dan satuan penertiban; serta 1 pengurus barang. Demi mengatasi keterbatasan ini, dilakukan pemenuhan pegawai tidak tetap atau pegawai harian lepas (PHL) baik secara kuantitas dan kualitas sesuai posisi yang dibutuhkan. Di Kota Jakarta Barat, terdapat sebanyak 225 PHL yang

(19)

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 677

terdaftar per tahun anggaran 2018 untuk membantu dalam pengelolaan rusunawa. Terbagi menjadi 16 tenaga administrasi yang membantu bendahara penerimaan, bendahara pengeluaran, sarana dan prasarana, pelayanan, penertiban, dan pengurus barang; serta terdapat tenaga cleaning service, mechanical electrical, dan security.

Posisi dengan jumlah sumberdaya manusia yang telah disebutkan, tentu saja memiliki persyaratan atau kualitas individu yang terstandarisasi. Hal ini demi menunjang pengelolaan rusunawa yang efektif. Persyaratannya dibuktikan dengan dokumen legal seperti bukti akademis sebagai pendidikan terakhir, serta sertifikasi keahlian dan pelatihan/sosialisasi sebagai penilaian tambahan. Posisi dari struktur organisasi ditentukan oleh Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman dengan mempertimbangkan latar belakang pendidikan dari ASN terkait. Kepala Bidang Fisik dan Sarpras memiliki latar belakang pendidikan teknik seperti teknik sipil dan teknik arsitektur yang ditentukan dengan ijazah dan rekam pendidikan dan pelatihan yang telah ditempuh. Kemudian penentuan PHL dalam bidang keamanan baik keamanan untuk kantor pengelola UPRS dan keamanan kawasan rusunawa, selain softskill juga akan dijadikan pertimbangan sebagai hal yang prioritas yaitu sertifikasi keamanan yang menyatakan bahwa orang terkait telah mengikuti pelatihan sebagai security. Pada saat proses masa adaptasi 6 bulan warga terprogram tinggal di rusunawa, pemerintah melaksanakan pelatihan bagi para penghuni yang tertarik mengikuti pelatihan security, hal ini diharapkan dapat membantu penghuni untuk beralih pekerjaan. Akan tetapi, informasi yang sudah tersebar luas ini hanya diikuti tidak sampai 10 orang dari warga terprogram karena mindset dari penghuni masih sulit untuk beralih profesi dan menginginkan tetap bekerja seperti profesi sebelum pindah ke rusunawa.

Beralihnya profesi atau langkah adaptasi profesi dari penghuni yang merupakan warga terprogram memiliki hubungan dengan pembayaran tarif sewa sebagai kewajiban setiap penghuni rusunawa di Kota Jakarta Barat. Pada dasarnya, tarif sewa yang harus dibayarkan jauh lebih murah dibandingkan dengan warga umum, namun jika warga terprogram belum memiliki penghasilan tetap dari profesi baru maka akan mempersulit mereka untuk membayar sewa. Pembayaran tarif sewa rusunawa sebenarnya dilakukan autodebit di rekening Bank DKI, ketika akad atau perjanjian sewa maka setiap kepala keluarga diharuskan membuka rekening Bank DKI. Akan tetapi, tunggakan tetap terjadi karena ketidakmampuan membayar sewa. Sehingga dalam penindakan pada warga terprogram yang menunggak, pengelola menerapkan cara kekeluargaan. Selain itu, adanya kerjasama dengan Bazis dan Dinas Sosial jika penghuni benar-benar dinilai tidak mampu lagi. Berdasarkan kejadian ini, pengelola melakukan strategi penyelesaian berupa inovasi yang memudahkan penghuni rusunawa untuk berkegiatan ekonomi di dalam rusunawa. Seharusnya, hunian atau sarusun tidak diperuntukan untuk dua kegiatan yang menciptakan mix used di setiap lantainya, karena secara perencanaan, setiap blok atau tower disediakan unit-unit usaha di lantai dasar di dalam kios yang sudah disediakan. Akan tetapi, melalui pertimbangan kesejahteraan penghuni dan menekan angka tunggakan sewa maka pengelola mengizinkan bagi penghuni yang ingin membuka usaha di dalam sarusun mereka dengan syarat berada di dalam sarusun dan tidak diperbolehkan menggunakan lorong atau teras di depan sarusunnya. Saat sore hari, kegiatan perdagangan di lingkungan rusunawa pun terlihat dengan jelas di ruang-ruang dekat taman dan ruang kosong di lantai dasar setiap blok, kegiatan ekonomi yang diciptakan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya penghuni rusunawa di Kota Jakarta Barat. Hal ini diperlukan keluwesan untuk menentukan inovasi dan kebijakan lokal dalam pelaksanaan peraturan dan instruksi gubernur yang sedang berlaku.

Selain itu, hal terpenting dilakukan koordinasi baik komunikasi horizontal dan komunikasi vertikal. Koordinasi antar level pengelola atau komunikasi vertikal yang dilakukan rutin (berjadwal) dan memanfaatkan teknologi social chat untuk memangkas rantai birokrasi pelaporan (khususnya

(20)

678 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018

untuk berita/laporan aktual). Salah satu langkah baik dalam pelaksanaan komunikasi. Dikatakan oleh kepala pengelola UPRS Tambora bahwa cara ini merupakan salah satu bentuk laporan informal untuk bahan dari penentuan T3 (tindak turun tangan). Sehingga dengan adanya komunikasi seperti ini, mempermudah pemimpin untuk memutuskan suatu keputusan terutama dalam penanganan suatu masalah di lapangan agar cepat tertangani dengan mentukan T3. Ruang-ruang yang tersedia di dalam rusunawa, disediakan di lantai dasar untuk bermain atau beraktivitas sosial.

Pengendalian

Pengendalian di dalam penelitian ini memastikan bahwa pelaksanan pengelolaan rusunawa sedang bergerak mencapai tujuan melalui pengawasan dan pelaporan. Bentuk pelaporan yang dilakukan oleh UPRS yang berada di Kota Jakarta Barat, dilakukan setiap bulan dalam bentuk laporan bulanan dan setiap tahun dalam laporan tahunan, kedua laporan ini diserahkan berupa bentuk cetak kepada Sub Bagian P2M Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman. Di dalam laporan bulanan, di dalamnya meliputi daftar pembayaran tarif sewa sehingga diketahui jumlah penghuni yang telah membayar atau menunggak, berbagai macam permasalahan dan cara penyelesaian yang telah dilakukan oleh satuan pelaksana dan UPRS, serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan di rusunawa. Sedangkan laporan tahunan memiliki pelaporan yang lebih lengkap, disertai pula dengan laporan keuangan tahunan, daftar nama PHL dan jika akan melakukan pergantian atau mutasi atau bahkan pengurangan dan penambahan staf PHL, kemudian adanya pengajuan kegiatan yang dibutuhkan di dalam rusunawa baik yang bersifat fisik atau pun non fisik. Laporan yang dibuat ini, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang akan diputuskan oleh pemangku kepentingan yang memiliki power lebih dalam menindaklanjuti masalah yang terjadi.

Masalah yang terjadi di rusunawa ini terdapat masalah fisik dan non fisik. Masalah fisik seperti pemanfaatan sarana dan prasarana yang terganggu atau disfungsi merupakan salah satunya. Penghuni yang sehari-hari berada dan tinggal di dalam rusunawa memiliki tugas untuk turut menjaga keutuhan rusunawa. Keterlibatan masyarakat rusunawa di Kota Jakarta Barat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari melaporkan jika ada kerusakan-kerusakan di rusunawa seperti tangga yang rusak, lampu lapangan olah raga mati, hingga turut serta dalam kegiatan kerjabakti dan membersihkan lingkungan.

Melaporkan adanya kerusakan fisik pada bangunan atau prasarana di rusunawa kerap dilakukan oleh penghuni karena merupakan sesuatu yang sangat mudah, cukup dengan melapor dengan petugas ME dan teknisi, serta cleaning service di blok mereka, nanti akan disampaikan kepada pengelola. Akan tetapi, keterlibatan penghuni dalam kegiatan kerja bakti dan membersihkan lingkungan hanya dilakukan oleh sebagain kecil penghuni karena kerap kali penghuni sudah merasa mereka sudah membayar sewa termasuk kebersihan.

Terkait pelaporan kerusakan fisik yang lebih mudah dilakukan oleh penghuni, pengelola rusunawa di Kota Jakarta Barat selalu melakukan verifikasi fisik sebelum melakukan atau sekedar memutuskan tindak turun tangan. Walaupun pada dasarnya, ada pengecekan rutin yang dilakukan oleh pengelola dibantu dengan PHL (ada bagian sarpras yang bertanggung jawab dan ME dan teknisi yang mengecek setiap hari), dibantu pula oleh cleaning service. Jika butuh perbaikan, dilakukan verifikasi terlebih dahulu mulai dari tingkat kerusakan hingga perhitungan estimasi bahan baku dan biaya, jika kerusakan kecil akan langsung diperbaiki namun jika besar harus melakukan pengajuan anggaran atau menggunakan dana operanional dari pengelola. Verifikasi yang dilakukan pengelola hanya meliputi ruang bersama di dalam rusunawa, jika kerusakan atau masalah fisik terjadi di sarana yang terdapat di rusunawa ini milik dari SKPD lain maka pengelola hanya melakukan pelaporan secara resmi yang dituangkan ke dalam laporan bulanan rusunawa, nantinya akan ditindaklanjuti oleh SKPD terkait.

(21)

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 679

Selain verifikasi kerusakan fisik, pengelola juga melakukan verifikasi penertiban khususnya terkait pembayaran sewa. Dokumen laporan bulanan yang dibuat setiap bulan menjadi acuan satuan pelaksana penertiban untuk melakukan verifikasi terkait tunggakan atau keterlambatan pembayaran sewa oleh penghuni. Pengelola akan melakukan koordinasi dengan Bank DKI sebagai lembaga yang membantu dalam penampungan pembayaran sewa, karena terkadang pembayaran sewa dilakukan di hari terakhir pembayaran di luar jam kerja sehingga adanya perbedaan data dengan yang diberikan sistem. Pengelola juga membuat pengumuman dan teguran melalui surat dan melakukan tanya jawab terkait alasan keterlambatan pembayaran sewa, sehingga meminimalisir kesalahan data dan pendekatan dengan penghuni terkait permasalahan yang sangat menjadi sorotan publik kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terkait tunggakan biaya sewa rusunawa yang per tahunnya hingga milyaran rupiah. Aktivitas verifikasi oleh pengelola berjalan dengan baik, selalu melakukan verifikasi jika ada laporan kerusakan bahkan memiliki jadwal rutin terkait pengecekan fisik, serta verifikasi terkait tunggakan pembayaran sewa, walaupun pengelola belum dapat menyelesaikan permasalahan tunggakan pembayaran sewa.

Pengawasan terkait pembayaran sewa yang dilakukan oleh penghuni terkesan lemah, alasan ekonomi yang kerap kali muncul mendasari alasan belum siapnya penghuni khususnya warga terprogram untuk membayar sewa. Pengelola yang bekerjasama dengan berbagai macam kepentingan yang diatur dalam Instruksi Gubernur Nomor 131 tahun 2016, melakukan pembinaan pada penghuni. Terealisasinya berbagai pembinaan yang ditujukan kepada penghuni di rusunawa Kota Jakarta Barat, diantaranya berupa pelatihan komputer dan pelatihan keamanan atau security yang tersertifikasi. Hal ini demi meningkatkan skill agar memiliki pendapatan lebih baik/alih profesi.

Selain itu, pembinaan bagi penghuni yang masih duduk di bangku sekolah dasar bahkan usia dini pun diselenggarakan. Pembinaan penghuni untuk sasaran anak-anak lebih kepada fokus mengubah kebiasaan hidup yang lebih sehat, peduli lingkungan, hidup sportif dan jujur, menghormati orang tua dan menghargai orang lain, serta taat beragama. Bentuk pembinaannya beragam, mulai dari menggambar, mendongeng, membawa sampah plastik di rumah ke sekolah, cara bertutur kata yang baik, mengaji bersama, dan sebagainya. Pembinaan pada penghuni diharapkan dapat meningkatkan skill dan perbaikan kebiasaan dan pola berfikir penghuni. Seperti yang terjadi di Taiwan pada saat Indonesia masih berada di era orde baru, negara tersebut melakukan penanaman perubahan perilaku kebiasaan dan pola berfikir yang lebih baik sehingga dapat mengubah generasi yang lebih baik.

Walaupun hal ini dilakukan saat ini, akan dirasakan manfaatnya pada generasi berikutnya, namun hal ini merupakan suatu langkah baik demi menuju permukiman vertikal yang lebih baik. Membuat satu kesatuan pengelolaan rusunawa menjadi semakin efektif.

KESIMPULAN

Pengelolaan rusunawa di Kota Jakarta Barat secara perencanaan sudah efektif semenjak adanya pengesahan Peraturan Gubernur 351 tahun 2016. Kemudian secara organisasi juga sudah efektif sejak adanya pergub tersebut dan ditindaklanjuti dengan Instruksi Gubernur Nomor 131 tahun 2016 karena semakin terkoordinir dengan tugas dan fungsi yang jelas dalam berkolaborasi terkait pengelolaan rusunawa. Selanjutnya implementasi yang baik serta pengawasan yang cukup efektif.

Sehingga pengelolaan rusunawa di Kota Jakarta Barat yang dibawah pengelolaan pemerintah provinsi tergolong cukup efektif.

(22)

680 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A. (2002). Re-Desain Jakarta Tata Kota Tata Kita 2020. Kota Kita Press, 39-40, 65-71.

Angriani, D. (2014). Ini Dia Rusunawa Pertama di Jakarta yang Pakai Lift.

http://news.metrotvnews.com/read/2014/05/16/242544/ini-dia-rusunawa-pertama-di-jakarta-yang- pakai-lift.

Badan Pusat Statistik. (2017). Jakarta Dalam Angka. Jakarta: BPS Provinsi DKI Jakarta.

Budihardjo, E. (2009). Perumahan dan Permukiman di Indonesia. Bandung: Alumni.

Coralie, B. & Loise, G. (1989). Manajemen Pembangunan untuk negara Berkembang. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama. penerjemah (Rusyanto L. Simatupang.). Judul asli: Manging Development in The Third World.

Creswell, J. W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Dan Mixed. Pustaka Pelajar.

Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman. (2004). Pembangunan Rumah Susun Sederhana Di DKI Jakarta Oleh Instansi Pemerintah. Jakarta.

Direktorat Jenderal Cipta Karya. Surat Edaran Dirjen Perumahan dan Permukiman Nomor 03/SE/DM/04 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa Pola Unit Pelaksana Teknis (UPT).

Dunn, W. N. (2003). Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta University Press.

Ganisen, S., Mohammed, A. H., Nesan, L. J., & Kanniyapan, G. (2014). Critical Success Factors for Low Cost Housing Building Maintenance Organization. Jurnal Teknologi, 31-40.

Gommans, H. P., Njiru, G. M., & Owange, A. N. (2014). Rental House Management System. International Journal of Scientific and Research Publications, 4 (11).

Hariyono, P. (2007). Sosiologi Kota untuk Arsitek. Cetakan Pertama. Bhumi Aksara.

Instruksi Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 131 Tahun 2016 tentang Optimalisasi Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa di Provinsi DKI Jakarta.

JICA Evaluation Departement. (2010). New JICA Guidelines for Project Evaluatiion First Edition.

Kartahardja, A. (2009). Seputar Pembangunan Rumah Susun Bertingkat Delapan, dalam Perumahan dan Permukiman di Indonesia, Diedit oleh Budihardjo, Eko. Bandung: Alumni.

Kementerian PUPR. Permenpera Nomor 14/Permen/M/2007 tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa.

Kementerian PUPR. Permenpera Nomor 18 tahun 2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perhitungan Tarif Sewa Rumah Susun Sederhana yang Dibiayai APBN dan APBD.

Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR). 2015. Kamus Penataan Ruang (Ed.3). Jakarta: Kementerian ATR.

Kuswartojo, T. (2005). Perumahan dan Permukiman di Indonesia. Bandung: ITB.

Hasibuan, M. S. P. H. (2003). Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Edisi Revisi. Cetakan Kedua.

Bhumi Aksara.

Nurmandi, A. (2014). Manajemen Perkotaan (Edisi Revisi Cetakaan Keempat). Jusuf Kalla School of Government: Yogyakarta.

Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 111 tahun 2014 tentang Mekanisme Penghunian Rumah Susun Sederhana Sewa.

Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 351 tahun 2016 tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Unit Pengelola Rumah Susun.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

Perum Perumnas. (2017). Materi Bincang Santai Perumahan. Jakarta, 5 November 2017.

Pratama, A. F. (2015). Pakai Lift, Harga Rusunawa Melonjak.

http://www.tribunnews.com/bisnis/2015/03/04/pakai-lift-harga-rusunawa-melonjak.

Qodar, N. (2015). Ini Fasilitas Rusun untuk Warga Kampung Pulo. http://news.liputan6.com/read/2298126/ini- fasilitas-rusun-untuk-warga-kampung-pulo.

Ramadhani, A. N., Yusuf, M. A., Kisnarini, R., Septanti, D., & Santosa, H. R. (2017). The Effectiveness of Rental Housing Finance for Low-Income Households in Sombo Rental Flats, Surabaya. International Journal of Scientific & Technology Research, 6 (7).

(23)

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 681 Sadyohutomo, M. (2008). Manajemen Kota dan Wilayah. Bumi Aksara.

Samovar, L. A., Porter, R. E., & McDaniel, E. R. (2010). Komunikasi Lintas Budaya (Ed.7). Salemba Humanika.

Sekretaris Daerah Provindi DKI Jakarta. Peraturan Gubernur Nomor 351 Tahun 2016 tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Unit Pengelola Rumah Susun.

Subkhan, M. (2008). Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa di Cengkareng Jakarta Barat. Tesis.

Universitas Diponegoro.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.

Swasto, D. F. (2016). Evaluation of Walk-up Flats Housing for Urban Low Income People in Yogyakarta, Indonesia. Newcastle University.

_______. (2015). Partnership on The Management of Walk-Up Flats in Indonesia. Regional Center for Community Enpowerment on Housing and Urban Development.

Tashakkori, A. & Teddlie, C. (Eds.) (2010). Handbook of mixed methods in social and behavioral research.

(2nd edn). Thousand Oaks, CA: Sage.

Turner, J. F. C. (1969). Housing Priorities, SettlementPattern, and Urban Development in Modernisig countries. Journal the American Institute Planners, 34, 354-363.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Yin, R. K. (2002). Studi Kasus. (Penerjemah: Mudzakir, M. Djauzi). Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Yudohusodo, S. (1991). Rumah untuk Seluruh Rakyat. INKOPPOL, Unit Percetakan Bharakerta.

Yunus, H. S. (2007). Subject Matter dan Metodologi Penelitian Geografi Permukiman Kota. Yogyakarta.

(24)

SEMINAR NASIONAL

ASPI

Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI)

2018

PROSIDING

Disponsori Oleh:

PT. Barn Cita Laksana MAPIN FAPERTA - IPB

DITSL - IPB

Diselenggarakan Oleh:

P4W - LPPM IPB Universitas Pakuan Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia

ASPI

Referensi

Dokumen terkait