• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

84 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Data Pratindakan

Tahap awal yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu tindakan prasiklus dengan melakukan observasi, wawancara kepada guru, dan tes kemampuan memori. Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi proses pembelajaran kimia yang berlangsung di kelas X. Hasil observasi diketahui bahwa selama proses pembelajaran berlangsung terlihat masih terdapat siswa yang melamun, asyik bermain dengan teman sebangku dan mengantuk saat guru menjelaskan materi pembelajaran. Guru menyampaikan materi dengan metode ceramah dan siswa hanya mendengarkan penjelasan. Masih banyak siswa yang diam atau pasif, sedikit siswa yang berani menyampaikan pendapat dan mengajukan pertanyaan. Hal ini karena dalam pembelajaran masih menerapkan Teacher Centered Learning (TCL) dimana kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh guru. Kondisi seperti ini menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya prestasi belajar siswa.

Prestasi belajar siswa yang rendah di kelas X1 juga ditunjukkan dengan nilai hasil Ulangan Tengah Semester Ganjil dan Ulangan Akhir Semester Ganjil. Hasil ulangan tersebut diketahui bahwa sebagian besar siswa belum mencapai KKM. KKM untuk kelas X adalah 68. Adapun deskripsi hasil Ulangan Tengah Semester Ganjil dan Ulangan Akhir Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017 disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Nilai Hasil Ulangan Tengah Semester dan Ulangan Akhir Semester Ganjil Kelas X1

Kriteria UAS

Nilai terendah Nilai tertinggi Nilai rata-rata Ketuntasan (%) Tidak Tuntas (%)

28 76 41,70 14,81 85,19

(2)

Selain observasi, peneliti juga melakukan wawancara. Berdasarkan hasil wawancara bersama guru pengampu mata pelajaran kimia kelas X, bahwa pada materi kelas X semester genap biasanya anak mengalami kesulitan pada beberapa bab salah satunya pada materi hidrokarbon. Materi hidrokarbon penting sebagai dasar dalam mempelajari kimia. Karakteristik materi kimia ada yang kualitatif (hafalan) dan kuantitatif (perhitungan). Hidrokarbon masuk dalam kualitatif. Kesulitan dialami oleh siswa karena pada materi tersebut lebih banyak menggunakan ingatan dimana hal yang dipelajari sesuatu yang bersifat abstrak. Oleh sebab itu pada materi hidrokarbon siswa cenderung mengalami kesulitan dalam memberi nama senyawa hidrokarbon, menggambar senyawa hidrokarbon, dan menentukan isomernya. Hal ini erat kaitannya dengan kemampuan memori yang dimiliki oleh siswa. Kemampuan memori siswa yang rendah menyebabkan mereka mudah lupa dalam mengingat amteri yang baru saja dipelajari. Kemampuan memori yang rendah didukung dengan hasil tes prasiklus yang diperoleh hasil hanya 41% siswa memiliki kemampuan memori tinggi. Kemampuan memori yang rendah inilah diduga juga menjadi salah satu fakor yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa. Hal ini berarti bahwa kemampuan memori siswa harus diperbaiki karena tanpa adanya kemampuan memori yang baik terhadap materi pembelajaran, dimungkinkan siswa akan kesulitan memahami dan mengemukakan kembali isi materi yang pernah disampaikan oleh guru.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan peneliti untuk mengetahui kondisi awal pratindakan, maka diperlukan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya kemampuan memori dan prestasi belajar siswa pada siswa kelas X1 SMA Islam 1 Surakarta. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan modul pada materi hidrokarbon. Tujuan pembelajaran TAI adalah untuk mengatasi kesulitan pemahaman serta memecahkan permasalahan materi pembelajaran bersama dengan ketua kelompok (asisten) yang mempunyai pengetahuan lebih tinggi.

Siswa yang berkemampuan lebih tinggi dapat membantu temannya yang

(3)

mengalami kesulitan dalam belajar. Modul sebagai penyedia informasi dasar dijadikan sumber belajar dan media yang menunjang pembelajaran individual dalam melaksanakan pembelajaran model TAI. Oleh karena itu, pembelajaran TAI berbantuan modul mampu meningkatkan kemampuan memori dan prestasi belajar siswa pada materi hidrokarbon.

2. Hasil Tindakan Siklus I

Pelaksanaan tindakan siklus I terdiri dari 4 kegiatan, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection) yang dilakukan bersiklus. Tahap perencanaan (planning) dilakukan dengan mempersiapkan instrumen yang digunakan pada pembelajaran. Tahap pelaksanaan (action) dengan melakukan pembelajaran dengan model Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan modul diikuti tahap observasi (observation) untuk mengukur ketercapaian prestasi belajar siswa pada aspek afektif dan psikomotor. Siklus berakhir dengan dilakukan tes untuk mengukur ketercapaian tindakan dan dilanjutkan dengan refleksi (reflection) untuk mengevaluasi pelaksaan tindakan yang telah dilakukan.

a. Perencanaan Tindakan

Tahap perencanaan tindakan siklus 1 meliputi penyusunan instrumen pembelajaran dan instrumen penilaian. Instrumen pembelajaran yang pertama adalah silabus. Peneliti mencari informasi mengenai silabus mata pelajaran kimia materi hidrokarbon sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Silabus yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan kondisi dan indikator pada SMA Islam 1 Surakarta tahun pelajaran 2016/2017. Silabus divalidasi oleh dua orang panelis dan menunjukkan hasil bahwa silabus layak digunakan.

Setelah menyusun silabus penelitian, kemudian pembelajaran dijabarkan dalam sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajran (RPP) dengan menggunakan model pembelajaran tipe Team Assisted Individualization (TAI). Berdasarkan silabus yang dibuat untuk penelitian ini, alokasi waktu yang dibutuhkan sebanyak 6 jam pelajaran (JP). Oleh karena itu, disusun

(4)

RPP siklus I sebanyak 5 JP (tiga kali pertemuan), yaitu 5 x 45 menit untuk menyampaikan materi dan 1 x 45 menit untuk evaluasi siklus I yang berupa evaluasi aspek kognitif. RPP divalidasi oleh dua orang panelis dan hasil validasi menunjukkan bahwa RPP layak digunakan.

Proses pembelajaran TAI ini dilengkapi oleh media pembelajaran berupa modul. Modul disusun berdasarkan sintaks dari model pembelajaran TAI. Modul ini diharapkan dapat membantu siswa untuk menjadi lebih aktif lagi dan mampu mengontruksi pengetahuan secara mandiri.

Selain instrumen pembelajaran, juga disusun instrumen penilaian yang terdiri dari prestasi belajar dan kemampuan memori siswa. Prestasi belajar meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Pada penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen penilaian kognitif yang berupa tes objektif pilihan ganda, instrumen penilaian afektif yang berupa angket dan lembar observasi, penilaian psikomotor berupa lembar observasi, dan tes kemampuan memori.

Instrumen penilaian siklus I divalidasi oleh dua orang panelis. Hasil uji validitas instrumen kognitif, afektif, kemampuan memori, dan psikomotor menunjukkan bahwa semua instrumen tersebut layak digunakan. Instrumen penilaian tersebut diujikan kepada siswa yang mempunyai kemampuan setara dengan kelas yang diuji, yaitu kelas X2 SMA Islam 1 Surakarta tahun pelajaran 2016/2017. Hasil uji coba instrumen kognitif digunakan untuk mengetahui reliabilitas, daya pembeda soal, dan tingkat kesukaran soal. Berdasarkan hasil analisis aspek kognitif dari 27 butir soal objektif, diperoleh 25 soal layak untuk digunakan pada siklus I. Sedangkan hasil uji coba instrumen afektif dan kemampuan memori digunakan untuk mengetahui reliabilitas. Hasil analisis ujicoba menunjukkan bahwa instrumen tersebut dapat digunakan untuk pengambilan data.

Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TAI, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mendukung proses

(5)

pembelajaran. Pada tahap perencanaan ini, peneliti juga menyusun kelompok siswa yang akan diterapkan selama pembelajaran materi hidrokarbon. Pembagian kelompok ini didasarkan pada nilai ulangan harian tatanama senyawa dan Ujian Akhir Semester Ganjil.

b. Pelaksanaan Tindakan

Penelitian ini dilakukan di kelas X1 SMA Islam 1 Surakarta tahun pelajaran 2016/2017. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan modul. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan langkah- langkah pembelajaran yang tercantum di dalam RPP yang telah disusun oleh peneliti dan disetujui oleh guru mata pelajaran kimia.

Awal pelaksanaan siklus I, guru memberi pengarahan tentang sistem pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dilengkapi modul pembelajaran. Siswa duduk berkelompok sesuai dengan pembagian kelompok yang sudah dibentuk oleh peneliti bersama guru. Pembagian kelompok dilaksanakan sebelum pelaksanaan pembelajaran siklus I dimulai, hal ini dikarenakan untuk mengetahui asisten dari masing-masing kelompok. Asisten diberikan pembekalan terlebih dahulu sebelum pembelajaran.

Kegiatan awal pembelajaran adalah guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan mereview kembali materi yang telah diajarkan sebelumnya. Guru memberikan orientasi dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan digunakan juga memotivasi siswa dengan menyampaikan manfaat mempelajari materi tersebut agar siswa bersemangat mengikuti pembelajaran.

Pada kegiatan inti, pembelajaran dibagi menjadi tiga tahap yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi yang disesuaikan dengan sintak model pembelajaran TAI. Pada tahap eksplorasi, siswa didistribusikan ke dalam kelompok-kelompok kecil heterogen. Setiap kelompok memiliki asisten yang bertanggungjawab untuk membantu rekan satu timnya dalam

(6)

menguasai materi hidrokarbon. Asisten dipilih dari siswa yang memiliki nilai tertinggi dari ujian-ujian sebelumnya (placement test). Jumlah siswa kelas X1 ada 27 siswa dan dibagi menjadi 6 kelompok dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa (teams). Untuk menghindari adanya miskonsepsi dalam penyampaian materi dari asisten ke anggota kelompoknya, asisten diberikan pembekalan terlebih dahulu dihari sebelumnya di luar jam pelajaran. Penentuan kelompok tersebut berlaku selama pembelajaran di siklus I. Siswa juga difasilitasi terjadinya interaksi antarsiswa, serta antara siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya pada bahasan hidrokarbon (teaching group). Selain itu, siswa mencari informasi tentang materi hidrokarbon dengan membaca modul yang telah dipersiapkan oleh guru atau dari sumber lain (student creative).

Pada tahap elaborasi, siswa berdiskusi dalam kelompok tentang permasalahan berupa soal diskusi yang terdapat di dalam modul (team study). Apabila ada anggota kelompok yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas dapat meminta bimbingan kepada teman yang ditunjuk sebagai asisten. Guru berperan sebagai fasilitator dan mengarahkan siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang terdapat pada modul. Siswa menyajikan hasil diskusi kelompok di depan kelas dan siswa dari kelompok lain ikut menanggapi presentasi tersebut dengan cara memberi pertanyaan atau masukan kepada kelompok tersebut. Pada tahap konfirmasi, siswa diberi penguatan dan umpan balik positif dalam bentuk lisan maupun tulisan tentang hasil pembelajaran yang telah berlangsung.

Hal ini dilakukan supaya tidak terjadi miskonsepsi mengenai materi yang didiskusikan.

Pada kegiatan penutup, guru memberikan post test kepada siswa yang dikerjakan secara individu sebagai evaluasi (fact test). Soal post test yang ada di dalam modul dikerjakan mandiri untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah disampaikan.

Nilai post test dan nilai hasil diskusi tidak digunakan dalam proses

(7)

perhitungan aspek kognitif, hanya digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa pada sub materi yang sudah dibahas. Meski begitu, nilai yang didapat dipaparkan dan nilai yang tinggi akan diberi penghargaan (team score and team recognition). Selanjutnya siswa dibimbing guru untuk menyampaikan kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan (whole class units). Pada kegiatan akhir, guru menyampaikan sub materi yang akan dipelajari selanjutnya yang bertujuan agar siswa mempunyai gambaran tentang materi yang akan dipelajari.

Pertemuan pertama pembelajaran dimulai pada tanggal 25 April 2017 dengan materi yang dipelajari yaitu tentang penggolongan senyawa hidrokarbon dan penamaan senyawa alkana. Pada pertemuan kedua dan ketiga dilakukan proses pembelajaran seperti tercantum pada RPP dengan materi pembahasan penamaan senyawa alkena, alkuna, dan keisomeran.

Pertemuan keempat diadakan tes evaluasi siklus I untuk mengetahui kemampuan siswa dalam aspek kognitif. Instrumen yang digunakan berupa lembar soal objektif dengan 25 butir soal dengan alokasi waktu 45 menit. Selain tes aspek kognitif, diadakan pula tes kemampuan memori dan pengukuran aspek afektif pada pertemuan berikutnya. Aspek afektif menggunakan angket dengan jumlah soal sebanyak 30 butir. Kemampuan memori diukur dengan menggunakan tes objektif dengan jumlah soal 30 butir.

c. Observasi Tindakan 1) Kegiatan Siswa

Pada saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran pada siklus I mulai dari pertemuan pertama hingga pertemuan keempat, beberapa siswa sudah menunjukkan keaktifan mereka dalam hal bertanya beberapa bagian dari materi yang masih belum jelas. Suasana belajar di kelas cukup kondusif, sedikit ribut akibat adanya diskusi kelompok.

Hal ini menandakan bagaimana aktifnya siswa dalam mengikuti pembelajaran. Proses pembelajaran pun berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(8)

(RPP). Namun demikian, keaktifan siswa belum menyeluruh, masih ada sebagian kecil siswa yang belum menunjukkan keaktifannya dalam mengikuti pembelajaran dan ikut dalam pemecahan permasalahan dengan kelompoknya.

a) Aspek Kognitif

Tes aspek kognitif pada siklus I digunakan untuk mengukur pengetahuan siswa pada materi hidrokarbon. Tes kognitif diujikan pada akhir pembelajaran siklus I yang berbentuk tes obyektif pilihan ganda sebanyak 25 butir soal. Berdasarkan analisis hasil tes siklus I diperoleh hasil bahwa siswa kelas X1 yang telah mencapai ketuntasan sebanyak 40,74% atau sebanyak 11 siswa dari 27 total siswa, sedangkan terdapat 16 siswa lainnya masih berada di bawah nilai 68 dan dinyatakan belum tuntas. Nilai 68 merupakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan oleh guru dan harus dipenuhi oleh siswa untuk mencapai ketuntasannya. Dari persentase ketuntasan tersebut, maka hasil tes siklus I untuk aspek kognitif belum memenuhi target ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu sebesar 60%. Persentase ketuntasan aspek kognitif pada siklus I ditunjukkan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Persentase Ketuntasan Aspek Kognitif Siklus I

Berdasarkan analisis hasil tes siklus I dapat dinyatakan hasil capaian ketuntasan belajar setiap indikator kompetensi dapat dilihat pada Tabel 4.2.

40.74%

59.26%

Tuntas Belum Tuntas

(9)

Tabel 4.2. Ketercapaian Hasil Aspek Kognitif Materi Hidrokarbon Tiap Indikator pada Siklus I

No Indikator Target

(%)

Capaian

(%) Ket

1

2 3

4

5

Mengelompokkan senyawa hidrokarbon berdasarkan kejenuhan ikatan.

Menuliskan nama senyawa alkana, alkena, dan alkuna.

Menggambar rumus

struktur senyawa alkana, alkena, dan alkuna.

Mengenal isomer struktur (kerangka, fungsi, posisi) dan isomer geometri (cis, trans).

Menentukan isomer posisi dan rangka senyawa alkana, alkena, dan alkuna.

60

60 60

60

60

73,50

75,38 58,46

75

45,51

Tercapai

Tercapai Belum Tercapai Tercapai

Belum Tercapai

Berdasarkan analisis hasil penilaian aspek kognitif siklus I, terdapat 2 indikator yang belum mencapai target yaitu menggambar rumus struktur senyawa alkana, alkena, dan alkuna dan menentukan isomer posisi dan rangka senyawa alkana, alkena, dan alkuna. Berdasarkan hasil ini disimpulkan bahwa diperlukan tes aspek kognitif pada siklus II.

b) Aspek Afektif

Aspek afektif merupakan salah satu bagian dari prestasi belajar yang digunakan untuk mengukur sikap siswa selama proses pembelajaran. Aspek yang diukur dalam penelitian afektif adalah sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Prestasi belajar aspek afektif dinilai melalui tiga cara, yaitu melalui lembar observasi yang dinilai oleh observer, lembar angket yang diisi oleh siswa yang bersangkutan, dan wawancara kepada guru.

Berdasarkan hasil observasi afektif pada pertemuan pertama terdapat 1 siswa dengan kategori sangat baik, 15 siswa dengan kategori baik, 11 siswa dengan kategori kurang dan tidak ada siswa

(10)

dengan kategori sangat kurang. Dari akumulasi perhitungan lembar observasi afektif pada pertemuan pertama ini menunjukkan bahwa dari 11 indikator aspek afektif yang diukur, terdapat 4 indikator pada empat aspek yang belum mencapai target yang telah ditentukan yaitu 70% sehingga dilakukan perbaikan pada pertemuan selanjutnya. Indikator tersebut adalah interaksi siswa dengan guru, usaha memahami materi hidrokarbon, percaya diri ketika menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, dan kepedulian pada teman.

Indikator yang belum tercapai dapat disebabkan karena sebagian besar siswa masih enggan bertanya dan berinteraksi kepada guru maupun kepada asisten saat mengalami kesulitan dalam memahami materi hidrokarbon. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru mendorong siswa untuk membaca materi pelajaran sebelum proses pembelajaran dimulai agar siswa lebih siap dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan.

Selain itu, guru juga menekankan siswa untuk saling membantu apabila ada teman yang mengalami kesulitan dalam memahami materi hidrokarbon.

Pertemuan kedua terdapat 2 siswa dengan kategori sangat baik, 21 siswa dengan kategori baik, dan 4 siswa dengan kategori kurang. Akumulasi perhitungan lembar observasi efektif pada pertemuan kedua ini menunjukkan bahwa ada dua indikator yang belum memenuhi target. Indikator yang belum terpenuhi adalah percaya diri ketika menjawab pertanyaan dari guru sebesar 51,85%

dan peduli kepada teman sebesar 56% sehingga ingin dilakukan perbaikan dengan meminta siswa untuk lebih aktif dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru dan meminta siswa agar tidak sungkan bertanya kepada teman satu kelompoknya apabila ada materi yang belum dipahami.

(11)

Pertemuan ketiga terdapat 9 siswa dengan kategori sangat baik dan 18 siswa dengan kategori baik. Akumulasi perhitungan lembar observasi afektif pada pertemuan ketiga ini menunjukkan bahwa semua indikator telah mencapai target minimal 70%. Hasil ini mengalami peningkatan dibandingkan pada pertemuan pertama dan kedua. Siswa mempunyai usaha yang lebih baik dibandingkan sebelumnya. Siswa saling membantu ketika ada siswa lain yang masih kesulitan dalam memahami materi sehingga sebagian besar siswa sudah mampu memahami materi dengan baik.

Secara keseluruhan dari pertemuan pertama hingga ketiga, aspek afektif siswa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan aspek afektif siswa di setiap pertemuan cukup berhasil.

Ketercapaian hasil observasi afektif tiap pertemuan dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Ketercapaian Hasil Observasi Aspek Afektif Tiap Pertemuan

Aspek Ind Capaian (%)

Target Kriteria

P1 P2 P3

Sikap

Minat Konsep Diri Nilai Moral

1 2 3 1 2 1 2 1 2 1 2

100 68,51 74,07 72,22 69,44 76,85 50,92 77,77 72,22 46,29 73,14

95,37 74,07 75 76,85 71,29 78,70 51,85 74,07 70,37 56 83,33

99,07 77,77 73,14 76,85 77,77 74,07 70,37 75 74,07 71,29 96,29

70 70 70 70 70

Tercapai Tercapai Tercapai Tercapai Tercapai

Selain menggunakan observasi, penilaian aspek afektif juga menggunakan angket. Hasil yang diperoleh melalui angket menunjukkan bahwa jumlah siswa yang telah mencapai target sebesar 88,88% dengan rincian 13 siswa dengan kategori sangat

(12)

baik, 11 siswa dengan kategori baik, dan 3 siswa dengan kategori kurang. Hasil penilaian angket afektif dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Hasil Angket Aspek Afektif Siswa

Aspek Target (%) Capaian (%) Kriteria Sikap

Minat Konsep Diri Nilai

Moral

70 70 70 70 70

77,03 78,47 71,29 79,17 83,33

Tercapai Tercapai Tercapai Tercapai Tercapai

Hasil penelitian, terdapat perbedaan hasil aspek afektif siswa antara hasil observasi dengan angket. Oleh karena itu, diperlukan teknik wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran kimia untuk mengetahui kecenderungan sikap siswa sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Berdasarkan wawancara, diperoleh hasil akhir bahwa aspek afektif siswa mencapai 88,89% dengan rincian 29,63% siswa dengan kategori sangat baik, 59,25% siswa dengan kategori baik, dan 11,11% dengan kategori kurang. Walau demikian, hasil akhir menunjukkan bahwa semua aspek afektif telah memenuhi target, sehingga tes prestasi belajar aspek afektif tidak perlu diulang pada siklus II. Gambar 4.2 menunjukkan hasil capaian persentase penilaian aspek afektif siklus I.

Gambar 4.2. Persentase Hasil Penilaian Aspek Afektif Siswa 30%

59%

11%

Sangat Baik Baik Kurang

(13)

c) Aspek Psikomotor

Prestasi belajar aspek psikomotor dinilai berdasarkan observasi yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung.

Indikator aspek psikomotor berupa persiapan, pelaksanaan, penyimpulan, dan penggunaan waktu dalam berdiskusi. Indikator tersebut diambil mengingat materi hidrokarbon merupakan materi yang bersifat abstrak tanpa ada perlakuan di laboratorium, sehingga penilaian psikomotor dilakukan dari proses belajar dalam kelompok kecil. Hasil penilaian prestasi belajar aspek psikomotor tiap indikator disajikan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Ketercapaian Hasil Observasi Aspek Psikomotor Tiap Pertemuan

N

o Indikator Target (%)

Ketuntasan Siswa (%) P1 P2 P3 Ket 1

2 3 4

Persiapan Proses Diskusi Kesimpulan Waktu

60 60 60 60

100 92,59 70,37 100

100 92,59 74,07 100

100 100 96,29

100

Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas

Hasil dari penilaian prestasi belajar aspek psikomotor menunjukkan bahwa 27 siswa kelas X1 SMA Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017 dinyatakan tuntas 100%, artinya 27 siswa tersebut telah memenuhi kriteria minimal yang ditentukan.

Hasil dari penilaian prestasi belajar aspek psikomotor disajikan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Ketercapaian Aspek Psikomotor Siswa

Aspek Jumlah Siswa (orang) Capaian

Tuntas Tidak Tuntas (%)

Psikomotor 27 0 100

Hasil yang disajikan pada Tabel 4.6 merupakan hasil akhir dari penilaian aspek psikomotor. Kesimpulan dari penilaian aspek

(14)

psikomotor dinyatakan tuntas dan tidak perlu diulang pada siklus II. Nilai akhir aspek psikomotor dinyatakan dalam diagram pie pada Gambar 4.3 sebagai berikut:

Gambar 4.3. Persentase Hasil Akhir Aspek Psikomotor

d) Kemampuan Memori

Data skor kemampuan memori siswa diperoleh dengan cara memberikan tes kemampuan memori pada siswa, kemudian mengelompokkannya dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah yang bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok terpisah secara berjenjang. Berdasarkan hasil tes diakhir siklus I didapatkan hasil bahwa dari 27 siswa, terdapat 14 siswa memiliki kemampuan memori tinggi, 11 siswa memiliki kemampuan memori sedang, dan 2 siswa berkemampuan rendah.

Hasil penilaian kemampuan memori disajikan dalam Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Hasil Kemampuan Memori Siklus I

Aspek Jumlah Siswa (orang) Capaian Tinggi Sedang Rendah (%)

Kemampuan Memori 14 11 2 52

Secara umum, hasil tes kemampuan memori tinggi pada kelas X1 didapatkan hasil 52% siswa berkemampuan tinggi dan belum mencapai target. Dengan hasil ini, maka penilaian kemampuan

82%

18%

Sangat Baik Baik

(15)

memori perlu diuji lagi pada siklus II. Diagram pie yang menunjukkan hasil persentase hasil penilaian kemampuan memori kelas X1 SMA Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017 pada Siklus I disajikan pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4. Persentase Hasil Kemampuan Memori Siklus I

2) Kegiatan Guru

Berdasarkan observasi terhadap guru, secara umum selama proses pembelajaran guru telah melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Guru telah menciptakan suasana yang kondusif. Pada proses pembelajaran, guru memberi umpan pertanyaan sesuai dengan konsep yang diterangkan kepada siswa dan juga memberikan pujian kepada siswa yang telah menjawab pertanyaan dengan benar. Kegiatan guru di kelas secara umum adalah memberikan apersepsi, motivasi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Selanjutnya guru melaksanakan kegiatan inti pembelajaran dengan sintak yang telah dirancang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI). Pada akhir pembelajaran, guru beserta siswa menarik kesimpulan bersama terkait materi pembelajaran yang telah dilakukan, dan menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Guru juga memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik dalam berdiskusi.

41% 52%

7%

Tinggi Sedang Rendah

(16)

d. Refleksi Tindakan

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang sudah terjadi.

Refleksi tindakan adalah upaya mencari kelebihan dan kekurangan yang ada dalam siklus I dimana kekurangan yang ada akan diperbaiki ketika lanjut ke siklus berikutnya. Selain itu, kegiatan refleksi ini juga dibentuk suatu rencana agar target yang belum terpenuhi pada siklus I dapat terpenuhi ada siklus selanjutnya.

Pembelajaran materi hidrokarbon pada siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu 5 x 45 menit. Pertemuan pertama hingga ketiga dilakukan pengambilan data berupa observasi aspek afektif dan keterampilan berdiskusi siswa oleh observer. Pertemuan keempat dilakukan pengambilan data berupa tes aspek kognitif. Pertemuan kelima dilakukan pengambilan data berupa angket afektif dan tes kemampuan memori. Terdapat kelompok diskusi yang belum terbimbing dengan baik karena adanya asisten yang belum berkompeten. Siswa yang kelihatan menonjol justru mendapatkan hasil belajar yang rendah. Ada asisten yang mendapatkan nilai yang lebih rendah dan kurang mampu dalam membimbing anggotanya. Kurang optimalnya peran asisten menyebabkan perolehan prestasi belajar tim rendah. Terdapat juga anggota kelompok (bukan asisten) yang lebih unggul dalam pengetahuan dan kecakapannya dalam membimbing rekan dalam timnya sehingga dapat dijadikan asisten pada siklus berikutnya. Sebagai tindak lanjutnya, maka diberikan pembekalan yang lebih mendalam kepada asisten masing-masing kelompok.

Aspek kognitif yang diperoleh dari tes objektif siklus I diketahui bahwa siswa yang mencapai batas tuntas (KKM) sebesar 40,74% atau sebanyak 11 dari 27 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa target ketuntasan aspek kognitif belum mencapai target yang telah direncanakan yaitu sebesar 60%. Berdasarkan hasil analisis masih terdapat dua indikator yang belum mencapai target. Indikator yang belum tuntas yaitu menggambar rumus struktur senyawa alkana, alkena, dan alkuna serta menentukan

(17)

isomer posisi dan rangka senyawa alkana, alkena, dan alkuna. Indikator yang tidak tuntas disebabkan oleh karakteristik materi yang kompleks, yaitu menerapkan keseluruhan konsep dari penamaan senyawa hidrokarbon hingga perubahannya menjadi senyawa lain. Hal inilah yang membuat siswa kesulitan menghadapi soal dengan IK tersebut.

Aspek afektif diperoleh dari hasil angket, observasi, dan wawancara didapatkan hasil ketercapaian sebesar 92,59%. Hasil ini menunjukkan bahwa siswa telah mencapai target yang ditentukan yaitu 70%.

Ketercapaian target aspek afektif ini bisa diperoleh karena guru akan menyampaikan indikator aspek afektif yang kurang pada siswa agar bisa dilaksanakan dengan sebaik mungkin. Aspek psikomotor diperoleh dari hasil observasi oleh observer pada setiap pertemuan pembelajaran pada siklus I diperoleh hasil bahwa 100% siswa telah memenuhi target awal yaitu 60% siswa tuntas. Ketuntasan hasil observasi aspek psikomotor tiap indikatornya mengalami peningkatan pada setiap pertemuannya. Hal ini dikarenakan bila guru melihat ada hal yang kurang pada saat siswa berdiskusi, maka guru akan menyampaikan hal yang kurang untuk ditingkatkan. Adanya pembenahan setiap adanya kekurangan pada aspek psikomotor siswa ini menjadi pemicu terjadinya kenaikan hasil penilaiannya. Aspek kemampuan memori yang diperoleh dari hasil tes pada siklus I diperoleh hasil ketercapaian sebesar 52%. Meski hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan memori siswa belum mencapai target yang direncanakan yaitu sebesar 60%, namun hasil ini telah menunjukkan adanya peningkatan kemampuan memori yang lebih tinggi daripada prasiklus.

Berdasarkan target yang telah direncanakan pada siklus I, terdapat aspek yang belum tercapai. Hasil ketercapaian pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.8.

(18)

Tabel 4.8. Ketercapaian Target Keberhasilan Siklus I

No Aspek Target

(%)

Ketercapaian

(%) Kriteria

1.

2.

3.

4.

Aspek Kognitif Aspek Afektif Aspek Psikomotor Kemampuan Memori

60 70 60 60

40,74 92,59 100

52

Belum Tercapai Tercapai Tercapai Belum Tercapai

Berdasarkan keseluruhan hasil yang diperoleh pada siklus I, aspek kognitif dan kemampuan memori belum mencapai target yang ditentukan.

Oleh karena itu, peneliti mengadakan tindakan lebih lanjut yaitu dengan melakukan pembelajaran di siklus II. Pembelajaran ini bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran pada materi hidrokarbon dengan menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) khususnya pada dua indikator yang belum tercapai pada aspek kognitif dan juga meningkatkan kemampuan memori siswa sehingga mampu mencapai target yang telah ditentukan.

3. Hasil Tindakan Siklus II a. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan dimulai dari penyusunan instrumen pembelajaran yang digunakan pada siklus II adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI). RPP siklus II disusun sebanyak 4 JP (2 kali pertemuan), yaitu 3 x 45 menit penyampaian materi dan 1 x 45 menit untuk evaluasi siklus II yang berupa evaluasi aspek kognitif. Hasil validasi menunjukkan bahwa RPP siklus II layak digunakan. Instrumen penilaian yang digunakan adalah instrumen penilaian kognitif berupa tes objektif.

Materi yang difokuskan pada indikator yang belum mencapai ketuntasan pada siklus I, yaitu IK3 (menggambar rumus struktur senyawa alkana, alkena, dan alkuna) dan IK 5 (menentukan isomer posisi dan rangka senyawa alkana, alkena, dan alkuna). Hasil uji validitas instrumen kognitif menunjukkan bahwa instrumen tersebut layak digunakan. Instrumen penilaian tersebut diujikan kepada siswa yang mempunyai kemampuan

(19)

yang setara dengan kelas yang diuji dan telah menerima materi hidrokarbon, yaitu kelas X2 SMA Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017. Selain instrumen penilaian aspek kognitif, juga digunakan instrumen penilaian kemampuan memori.

Tindakan pada siklus II lebih difokuskan untuk memperbaiki kendala yang terdapat pada siklus I. Adapun kendala yang ada pada siklus I yaitu belum tercapainya kemampuan memori dan aspek kognitif.

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, terdapat asisten yang memiliki hasil aspek kognitif yang lebih rendah dan adanya kekurang mampuan asisten dalam membimbing anggota kelompoknya, dan juga adanya anggota kelompok (bukan asisten) yang lebih unggul dalam pengetahuan dan kecakapannya dalam membimbing rekan dalam timnya sehingga diperlukan perubahan kelompok. Guru menegaskan kembali bahwa harus ada interaksi antarsiswa saat berdiskusi, memanfaatkan asisten, dan guru berperan sebagai fasilitator. Guru memberikan perhatian lebih kepada asisten maupun kepada siswa yang mengalami kesulitan pada aspek kognitif siklus I. Pada siklus II, guru tidak melakukan penilaian aspek afektif dan aspek psikomotor karena kedua aspek tersebut telah mencapai target ketuntasan pada siklus I.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan dua kali pertemuan.

Pertemuan pertama dilaksanakan dengan alokasi waktu 2 x 45 menit untuk pelaksanaan pembelajaran. Pertemuan kedua dilaksanakan dengan alokasi waktu 1 x 45 menit penyampaian materi dan 1 x 45 menit untuk kegiatan evaluasi siklus II. Pada pembelajaran siklus II, guru hanya menyampaikan materi sesuai indikator yang belum tuntas pada siklus I.

Tindakan dalam siklus II ini siswa tetap dibagi dalam 6 kelompok.

Pembagian kelompok berdasarkan pertimbangan guru dan peneliti dengan melihat nilai aspek kognitif siklus I. Pembagian kelompok diumumkan sebelum pembelajaran siklus II dimulai, hal ini dikarenakan asisten dari

(20)

masing-masing kelompok tersebut diberikan pembekalan terlebih dahulu sebelum pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini sesuai dengan langkah- langkah yang tercantum pada RPP siklus II. Pertama-tama guru memberikan apresiasi kepada siswa berkaitan dengan mengingat kembali materi sebelumnya yaitu hidrokarbon dan menanyakan kesulitan-kesulitan yang dialami saat menjalankan siklus I.

Siswa didistribusikan kedalam kelompok-kelompok baru yang dipilih secara heterogen berdasarkan hasil tes pada siklus I (placement test), dimana siswa dibagi ke dalam 6 kelompok dan setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 orang siswa. Siswa diminta agar bisa menempatkan diri sesuai dengan kelompoknya (teams). Siswa mendengarkan penjelasan dari guru berupa penekanan-penekanan pada materi yang belum tuntas pada siklus I (teaching group). Siswa belajar secara individu dalam kelompok tentang materi dalam modul yang sudah dibagikan (student creative).

Siswa diminta mendiskusikan hasil belajar individunya dalam kelompoknya masing-masing. Pada tahap ini diberikan bantuan secara individu kepada siswa yang belum memahami materi oleh asisten kelompok atau teman sekelompok yang sudah terlebih dahulu memahami materi (team study).

Seusai diskusi, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan ditanggapi oleh kelompok lain. Siswa menanyakan materi yang belum dipahami baik saat diskusi maupun presentasi kepada guru. Siswa diberi penguatan dan penekanan pada materi secara menyeluruh. Di akhir pembelajaran, siswa diberikan soal post test (fact test) untuk dikerjakan secara individu. Guru memberikan skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan penghargaan terhadap kelompok terbaik (team score and team recognition). Siswa dibimbing guru menyimpulkan materi pembelajaran pada hari tersebut (whole class units).

(21)

Pertemuan kedua, setelah 1 x 45 menit melakukan kegiatan pembelajaran sesuai RPP yang telah dibuat untuk siklus II, kemudian diadakan evaluasi siklus II. Evaluasi siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan memori dan prestasi belajar siswa pada aspek kognitif. Soal yang diberikan untuk uji aspek kognitif berbentuk pilihan ganda berjumlah 10 butir soal, sedangkan tes kemampuan memori berjumlah 30 butir soal objektif.

c. Observasi Tindakan

Observasi tindakan pada siklus II dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan memori dan prestasi belajar pada aspek kognitif.

Berdasarkan observasi selama pembelajaran siklus II berlangsung, siswa lebih antusias dibandingkan pada pembelajaran siklus I. Perombakan kelompok secara heterogen berdasarkan hasil kognitif siklus I.

Pembelajaran pada siklus II menunjukkan adanya interaksi antar siswa yang lebih baik dikarenakan siswa yang memiliki pemahaman lebih (berdasarkan aspek kognitif) secara aktif membagikan ilmu kepada teman yang belum memahami. Siswa juga tak jarang berinteraksi dengan guru jika terdapat kendala pada saat diskusi kelompok. Secara umum, pembelajaran siklus II berjalan dengan baik.

1) Aspek Kognitif

Penilaian prestasi belajar aspek kognitif dilakukan pada akhir pembelajaran siklus II yang berbentuk tes objektif berbentuk pilihan ganda sebanyak 10 butir soal yang merupakan penjabaran dari 3 indikator kompetensi. Walau indikator kompetensi yang harus diulang sebanyak 2 indikator, namun ada satu indikator soal pada indikator kompetensi satu yang belum tuntas sehingga perlu diulang kembali.

Berdasarkan analisis hasil tes siklus II diperoleh bahwa indikator kompetensi yang diulang mengalami kenaikan dalam ketuntasan siswanya. Pada IK 3 hasil ketuntasannya mencapai 80,24%, dan pada IK 5 hasil ketuntasannya menjadi 64,19%. Siswa kelas X1 yang telah mencapai ketuntasan sebanyak 66,67%. Berdasarkan persentase

(22)

ketuntasan tersebut, maka hasil tes siklus II untuk aspek kognitif telah memenuhi target ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu sebesar 60%.

Persentase ketuntasan aspek kognitif siklus II ditunjukkan pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5. Persentase Ketuntasan Aspek Kognitif Siklus II

Berdasarkan analisis hasil tes siklus II dapat dinyatakan hasil capaian ketuntasan belajar setiap indikator kompetensi dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Hasil Penilaian Aspek Kognitif Materi Hidrokarbon Tiap Indikator

No Indikator Target

(%)

Capaian

(%) Kriteria 1

2

Menggambar rumus struktur senyawa alkana, alkena, dan alkuna.

Menentukan isomer posisi dan rangka senyawa alkana, alkena, dan alkuna.

60

60

80,24

64,19

Tuntas

Tuntas

Berdasarkan analisis hasil penilaian aspek kognitif siklus II tiap indikator telah mencapai target. Berdasarkan ketuntasan kelas juga telah melebihi target ketuntasan yang ditentukan yaitu 60%.

67%

33%

Tuntas Belum Tuntas

(23)

2) Kemampuan Memori

Berdasarkan hasil tes di akhir siklus II didapatkan hasil bahwa dari 27 siswa, terdapat 20 siswa memiliki kemampuan memori tinggi, 5 siswa memiliki kemampuan memori sedang, dan 2 siswa berkemampuan rendah. Hasil analisis penilaian kemampuan memori disajikan dalam Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Hasil Kemampuan Memori Siklus II

Aspek Jumlah Siswa (orang) Capaian

Tinggi Sedang Rendah (%)

Kemampuan Memori 20 5 2 74

Secara umum, hasil tes kemampuan memori pada kelas X1 telah mencapai target sebesar 74%. Hasil ini telah mencapai target yang ditetapkan yaitu 60% ketuntasan siswa memiliki predikat tinggi.

Diagram pie yang menunjukkan hasil persentase hasil penilaian kemampuan memori kelas X1 SMA Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017 pada Siklus II disajikan pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6. Persentase Hasil Kemampuan Memori Siklus II

d. Refleksi Tindakan

Pembelajaran kimia materi hidrokarbon pada siklus II berjalan lebih baik dari pada siklus I karena siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran yang diterapkan. Pada saat proses diskusi juga terlihat bahwa siswa lebih

74%

19%

7%

Tinggi Sedang Rendah

(24)

aktif dan antusias dalam menyelesaikan masalah dalam kelompoknya masing-masing dan peran asisten lebih optimal dibandingkan pada siklus I.

Berdasarkan analisis hasil tes kognitif pada siklus II, siswa yang tuntas mencapai 66,67% dari 60% yang ditargetkan sedangkan pada kemampuan memori tinggi siswa telah mencapai 74%, sehingga target siklus II telah tercapai. Kesimpulannya bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan modul pembelajaran pada siklus II berhasil.

4. Perbandingan Hasil Tindakan a. Aspek Kognitif

Prestasi belajar aspek kognitif siswa ditentukan oleh seberapa besar persentase ketuntasan siswa pada materi hidrokarbon. Pada penelitian tindakan kelas ini, prestasi belajar aspek kognitif diperoleh melalui tes yang dilakukan pada akhir siklus I dan siklus II. Perbandingan hasil tes kognitif materi hidrokarbon siklus I dan siklus II tiap indikator kompetensi disajikan pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Perbandingan Hasil Tes Kognitif Siklus I dan Siklus II

No Indikator Kompetensi Capaian (%)

Siklus I Ket Siklus II Ket 1.

2.

Menggambar rumus struktur senyawa alkana, alkena, dan alkuna.

Menentukan isomer posisi dan rangka senyawa alkana, alkena, dan alkuna.

58,46

45,51 -

-

80,24

64,19

Berdasarkan Tabel 4.11. dapat diketahui adanya peningkatan ketercapaian per indikator. Pada siklus I terdapat 2 indikator kompetensi yang belum mencapai target 60%, sehingga pada siklus II diujikan kedua indikator kompetensi tersebut ditambah 1 indikator soal yang belum tuntas pada indikator kompetensi lain. Setelah dilaksanakan siklus II, diperoleh hasil bahwa kedua indikator yang belum mencapai target pada siklus I

(25)

telah mencapai target ketuntasan. Pada siklus I, siswa yang mencapai tuntas sebesar 40,74%, sedangkan pada siklus II diketahui ketuntasan siswa mencapai 66,67%. Hasil tersebut menunjukkan peningkatan yang baik pada aspek kognitif. Adapun persentase ketercapaian penilaian aspek kognitif siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7. Persentase Ketuntasan Siswa Aspek Kognitif Tiap Siklus

b. Kemampuan Memori

Kemampuan memori siswa dalam proses pembelajaran dinilai melalui tes. Tes kemampuan memori dilakukan pada siklus I dan siklus II.

Perbandingan hasil kemampuan memori prasiklus, siklus I, dan siklus II disajikan pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Perbandingan Kemampuan Memori Tiap Siklus

Waktu Rata-Rata Kategori Capaian

Rendah Sedang Tinggi (%) Prasiklus

Siklus I Siklus II

19,11 20,44 22,63

6 2 2

10 11 5

11 14 20

41 52 74

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa ketercapaian kemampuan memori mengalami peningkatan di setiap siklusnya. Dapat dilihat pada saat

0 10 20 30 40 50 60 70

Siklus I Siklus II

Ketercapaian (%)

Siklus

(26)

prasiklus ketercapaian kemampuan memori hanya 41%. Setelah siswa menerapkan model pembelajaran TAI pada siklus I, kemampuan memori siswa meningkat menjadi 52%. Peningkatan terus terjadi hingga di siklus II didapatkan hasil 74%. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran TAI mampu memperbaiki kemampuan memori siswa.

B. Pembahasan

Pada pembahasan ini peneliti membahas hasil temuan lapangan setelah proses tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan memori dan prestasi belajar pada materi hidrokarbon kelas X1 di SMA Islam 1 Surakarta tahun pelajaran 2016/2017 dengan menerapkan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan modul pembelajaran. Hasil temuan lapangan setelah proses tindakan sebagai berikut:

1. Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan Modul terhadap Peningkatan Kemampuan Memori

Menurut Walgito (2010: 146) memori merupakan kemampuan jiwa untuk memasukkan, menyimpan, dan menimbulkan kembali hal-hal yang lampau. Kemampuan memori merupakan salah satu rumpun model pemrosesan informasi yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengingat. Pada pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal (keadaan individu, proses kognitif) dan kondisi eksternal (rangsangan dari lingkungan) dan interaksi keduanya akan menghasilkan hasil belajar (Rusman, 2012: 139). Beberapa tahun belakangan ini mulai muncul pendekatan terhadap memori yang lebih kognitif. Pendekatan ini memandang memori bukan sebagai respon-respon untuk dijaga atau diretensi dan bukan sebagai item-item untuk disimpan melainkan sebagai sebuah pola pemahaman. Kemampuan memori akan lebih terbina dalam diri siswa apabila dalam kegiatan belajar dan mengajar menggunakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembentukan konsep sendiri, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan.

(27)

Upaya peningkatan kemampuan memori siswa di kelas X1 SMA Islam 1 Surakarta dilakukan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif TAI didukung dengan media modul. TAI merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dalam pelaksanaannya menuntut siswa untuk terlibat aktif selama proses pembelajaran. TAI merupakan model pembelajaran yang penggabungkan pembelajaran yang bersifat individual dengan pembelajaran yang bersifat kelompok. Pada metode TAI terdapat seorang siswa yang berperan sebagai asisten yang bertugas membantu siswa yang kurang mampu secara individual dalam kelompoknya. Adanya teman sebaya yang bertugas membantu guru menjelaskan, siswa tidak takut untuk banyak bertanya pada temannya yang bertindak sebagai asisten apabila merasa kurang paham dalam mengerjakan soal diskusi. Selain itu, siswa dapat berlatih bekerjasama untuk menyelesaikan masalah, sehingga disini siswa tidak hanya mengharapkan bantuan dari guru saja. Hal ini dapat mengasah memori siswa sehingga nantinya dalam mempelajari suatu hal bisa lebih mudah untuk memahaminya.

Pembelajaran secara individu yang dilakukan siswa dalam kelompoknya dapat lebih memahamkan siswa terhadap konsep hidrokarbon. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Noor, Mulyani, & Masykuri (2015) bahwa penggunaan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan kemampuan memori siswa pada materi hidrokarbon.

Penggunaan modul pembelajaran dalam penelitian ini berfungsi sebagai media untuk menunjang proses pembelajaran pada materi hidrokarbon, sehingga dengan adanya modul diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi terutama dalam belajar secara individu dalam sintak pembelajaran TAI. Pembelajaran bermodul secara efektif akan melatih siswa untuk menemukan konsep, sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan kemampuan memori siswa seoptimal mungkin baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.

Pada proses pembelajaran, siswa dibagi ke dalam 6 kelompok dengan dibantu asisten pada masing-masing kelompok. Siswa melakukan pembelajaran secara individual di dalam kelompok sebelum berdiskusi

(28)

dengan anggota kelompoknya mengenai soal-soal yang terdapat dalam modul pembelajaran. Diskusi yang dilaksanakan oleh siswa dapat meningkatkan aktivitas dalam kelompok, sehingga siswa dapat saling membantu terkait materi yang belum dipahami. Selain itu, dalam diskusi kelompok siswa dapat memperoleh pengalaman bermakna karena memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan masalah melalui proses yang memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir.

Pada aspek kemampuan memori terjadi peningkatan persentase kemampuan memori tinggi dari prasiklus ke siklus I yaitu dari 41% menjadi 52%, kemudian pada akhir siklus II terjadi kenaikan menjadi 74%. Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus II aspek kemampuan memori telah mencapai target yang ditetapkan.

2. Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan Modul terhadap Peningkatan Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif untuk mengukur penguasaan materi, aspek afektif untuk mengukur sikap siswa selama pembelajaran, dan aspek psikomotor untuk mengukur kecakapan siswa dalam berdiskusi. Upaya peningkatan prestasi belajar siswa di kelas XI SMA Islam 1 Surakarta dilakukan dengan penerapan model pembelajaran TAI didukung dengan media modul. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI memotivasi siswa untuk saling membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetisi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif.

Penelitian yang telah dilakukan Tilaar (2014) mengenai pengaruh model pembelajaran kooperaif jenis TAI dan kinerja prestasi belajar terhadap program linear matematika, memberikan hasil model pembelajaran kooperatif TAI dan penerapan penilaian kinerja memberikan pengaruh yang signifikan terhadap rata-rata prestasi belajar siswa. Hal ini relevan dengan penelitian ini yaitu model pembelajaran kooperatif TAI dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sedangkan modul dibuat dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara individu. Hal ini dapat membantu dalam proses pembelajaran model

(29)

TAI yang mana selain menekankan pada pembelajaran kelompok juga menekankan pada pembelajaran individu.

Ditinjau dari prestasi belajar yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dapat dinyatakan bahwa pembelajaran model TAI berbantuan modul dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X1 SMA Islam 1 Surakarta pada materi hidrokarbon. Ketuntasan belajar aspek kognitif pada siklus I sebesar 40,74% sehingga diperlukan tindakan pada siklus berikutnya.

Setelah diterapkan tindakan pada siklus II persentase ketuntasan mencapai 66,67%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan pada siklus II dan telah mencapai target yang telah ditetapkan. Peningkatan yang terjadi pada siklus II dikarenakan proses pembelajaran yang lebih fokus pada indikator yang belum tercapai pada siklus I. Siswa yang telah tuntas pada siklus I berperan untuk membantu siswa lain untuk memahami konsep materi yang disampaikan. Aspek afektif menyangkut sikap siswa dalam menyikapi permasalahan yang sedang dihadapi sehingga prestasi afektif siswa lebih dipengaruhi oleh faktor internal dalam diri siswa seperti minat, konsep, nilai, dan moral siswa terhadap materi pelajaran. Aspek afektif pada siklus I telah mencapai target yaitu sebesar 92,59% sehingga penilaian aspek afektif tidak dilakukan kembali pada siklus II. Pada aspek psikomotor siklus I siswa telah tuntas 100% dalam berdiskusi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model TAI berbantu modul mampu meningkatkan prestasi belajar aspek kognitif, mampu memberikan dan melatih siswa terhadap sikap-sikap yang dinilai dan dibutuhkan dalam pembelajaran, serta mampu melatih siswa terhadap keterampilan.

Berdasarkan data nilai rata-rata prestasi diketahui bahwa siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi, mempunyai rata-rata nilai pada aspek kognitif yang lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan memori rendah. Hal ini sesuai dengan kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan Hartono, Utomo, dan Mulyani (2015) bahwa terdapat pengaruh kemampuan memori terhadap prestasi belajar aspek kognitif pada materi pokok hidrokarbon.

Siswa dengan kemampuan memori yang tinggi mampu dengan cepat menangkap

(30)

dan menimbulkan kembali pengetahuan yang diperoleh dalam belajar.

Rangkuman hasil penelitian tindakan kelas X1 SMA Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017 pada materi hidrokarbon disajikan pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tiap Aspek

Aspek Siklus I

(%) Ketuntasan Siklus II

(%) Ketuntasan Kognitif

Afektif Psikomotor

Kemampuan Memori

40,74 92,59 100

52

Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas

66,67 - - 74

Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas

Berdasarkan hasil yang ditunjukkan oleh Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa secara keseluruhan penelitian penerapan model pembelajaran TAI berbantuan modul dapat dikatakan berhasil karena pada akhir penelitian semua indikator capaian penelitian yang ditetapkan telah terpenuhi. Kemampuan memori dalam berbagai hal khususnya pada pelajaran kimia dapat memberikan dampak kepada siswa dalam rangka meningkatkan prestasi belajar.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam proses pembuatan konsep memeperhatikan beberapa aspek yaitu (1) Conserving Energy (Hemat Energi), (2) Water Conservation & Quality , (3) Sustainable Site

 Memberikan informasi kepada Kepala Sekolah dan guru Bimbingan Konseling mengenai gambaran self-regulation dalam bidang akademik dan gambaran tipe-tipe school engagement

Oleh karena itu, kebijakan moneter pada variabel perubahan suku bunga dapat digunakan untuk membantu mengurangi potensi risiko yang berasal dari shock terhadap

Dalam Permendikbud nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa Standar Proses adalah kriteria mengenai

Dari hasil perhitungan dan analisa ini, dapat diketahui nilai besar rata-rata keluhan yang dirasakan tiap bagian tubuh dan dapat digambarkan titik-titik keluhan

Pengembangan Model Meaningful Learning Untuk Meningkatkan Daya Nalar Siswa Melalui Aplikasi Mindmap Pada Mata Pelajaran Geografi di SMA. Disertasi SPs UPI,

denganKoperasi Lamina. Bahwa proses pembuatan perjanjian kerja waktu tertentu serta pelaksanaannya pada perusahaan PT. Export Leaf Indonesia ini sudah sesuai dengan

Fitur lain yang akan menjadi bagian perancangan aplikasi ini antara lain pembagian permainan berdasarkan kategori, deskripsi permainan, cara-cara memainkan