• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Panduan Pemberdayaan Masyarakat Desa Wisata Berbasis Pendampingan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Buku Panduan Pemberdayaan Masyarakat Desa Wisata Berbasis Pendampingan"

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Buku Panduan

Pemberdayaan Masyarakat Desa Wisata Berbasis Pendampingan

Penyusun

Wisnu Bawa Tarunajaya Diana Simanjuntak Budi Setiawan Lia Afriza Santi Palupi Vitria Ariani

M. Husen Hutagalung

Editor

Budi Setiawan Lia Afriza

Diana Simanjuntak

Diterbitkan oleh

Direktorat Pengembangan SDM Pariwisata Kementerian Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif/

Badan Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif

Deputi Bidang Sumber Daya Dan Kelembagaan Gedung Film

Jl. Letjen MT. Haryono Kav.47-48 Jakarta Selatan 12770

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

(3)

SAMBUTAN

Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan

Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan melalui Direktorat Pengembangan Sumber Daya Manusia Pariwisata memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kepariwisataan di Indo- nesia bersama-sama dengan deputi lainnya, apalagi di tenagh pandemic covid 19 yang saat ini masih belum mereda. Dan salah satu tugas pokoknya adalah dalam pengembangan desa wisata melalui peningkatan kualitas SDM pengelola dan masyarakat di desa wisata serta mensinergikannya melalui perguruan tinggi teru- tama yang memiliki program studi pariwisata.

Buku Panduan ini dirancang untuk dapat digunakan para pemangku kepentingan khususnya para akademisi dari pergu- ruan tinggi, master trainer, trainer dan Pihak terkait lainnya da- lam upaya pengembangan desa wisata berbasis pendampingan melalui perguruan tinggi.

Dengan menggunakan buku panduan ini, diharapkan dap- at mempersiapkan SDM dan segala sesuatu yang berhubungan dengan program pendampingan desa wisata sehingga akan mampu meningkatkan kualitas pengelolaan pariwisata yang dimulai dari desa wisata.

Jakarta, Juni 2020

Dr. Wisnu Bawa Tarunajaya, S.E., M.M

(4)

KATA PENGANTAR

Direktur Pengembangan Sumber Daya Manusia Pariwisata

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya, Buku Panduan Pemberdayaan Masyarakat Desa Wisata Berbasis Pendampingan dapat disele- saikan dengan baik.

Buku ini dibuat untuk dapat digunakan sebagai panduan teknis oleh para master trainer, trainer dan pendamping desa wisata yang ada di berbagai perguruan tinggi di seluruh Indone- sia yang telah berkomitmen memberdayakan masyarakat desa wisata berbasis pendampingan melalaui kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi berupa Pengabdian kepada Masyarakat dan Penelitian dosen dan mahasiwanya.

Diharapkan buku panduan ini akan memudahkan para pendamping desa wisata dalam memahami dan mentransfer hakekat pendampingan, pengelolaan desa wisata, sadar wisata new normal, CHS (clean, health, safety), dan Pengembangan Pro- duk Desa Wisata. Dan pada bagian lampiran buku ini juga dise- diakan berbagai lembar isian untuk memudahkan pendamping desa wisata melakukan berbagai kegiatan dari awal hingga akh- ir pendampingan.

Kami ucapkan terima kasih kepada tim penyusun buku, editor dan semua pihak terkait yang berkontribusi dalam peny- usunan buku ini.

Jakarta, Juni 2020

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMBUTAN DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA

DAN KELEMBAGAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I KERJASAMA KEMENPAREKRAF, KEMENDES PDTT, DAN PERGURUAN TINGGI ... 1

BAB II PROGRAM PENDAMPINGAN MASYARAKAT DESA WISATA ... 11

BAB III PROPOSAL DAN PELAPORAN ... 40

BAB IV RPP DAN APRESIASI PROGRAM PENDAMPINGAN ... 51

BAB V DESA WISATA ... 65

BAB VI CHE, SADAR WISATA, DAN PELAYANAN PRIMA ... 96

BAB VII PENGEMBANGAN PRODUK PARIWISATA (EXPLORING, PACKAGING, PRESENTATION) ... 123

PENUTUP ... 151

DAFTAR PUSTAKA ... 152

LAMPIRAN ... 162

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Nomor

Halaman 3.1 Contoh Tabel Materi, Waktu dan Narasumber ... 44 3.2 Contoh Rundown Acara Pelatihan ... 45 3.3 Contoh Renacana Program Kerja Pendampingan

Perguruan Tinggi ... 46 3.4 Contoh Rencana Peserta Pelatihan ... 48 5.1 Kriteria Penilaian Desa Wisata ... 73

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Nomor

Halaman

2.1 Strategi Pendampingan ... 14

2.2 Peran Pendamping ... 15

2.3 Prinsip Pendampingan ... 17

2.4 Proses pelaksanaan pendampingan perguruan tinggi di desa wisata ... 21

2.5 Pengorganisasian pelatihan ... 29

2.6 Dale’s Cone of Experience ... 34

3.1 Contoh Model Pengembangan Desa Wisata Berbasis Pendampingan ... 43

3.2 Roadmap Program Pendampingan ... 47

3.3 Roadmap PT ... 48

5.1 Peran dan Fungsi Pariwisata menurut UNWTO ... 66

5.2 Pentahelix ... 71

5.3 Tahapan Pengembangan Desa Wisata ... 72

5.4 Skema Pengembangan Desa Wisata Berbasis Pendampingan ... 79

5.5 Skema Pengembangan Desa Wisata ... 88

5.6 Logo Lembaga di Desa Wisata ... 88

5.7 Contoh struktur organisasi pengelola desa ... 89

5.8 Contoh Struktur Organisasi Pokdarwis ... 90

5.9 Struktur Organisasi BUMDes ... 91

5.10 Struktur Organisasi Koperasi ... 91

5.11 Contoh Struktur Organisasi Karang Taruna ... 92

7.1 Level Product ... 123

7.2 Desa Wisata sebagai Ekosistem ... 127

7.3 Self Exploration ... 130

7.4 Framework for Community Leadership ... 131

7.5 Product Exploration ... 134

7.6 Model Travis ... 135

7.7 Kemasan Produk Dodol ... 138

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Nomor

Halaman

7.8 Pia Legong, Bali ... 139

7.9 Desa Wisata Pujon Kidul, Malang ... 140

7.10 Kemasan Botol untuk Jamu ... 141

7.11 Presentation Mix ... 142

7.12 Breksi, Yogyakarta ... 143

7.13 Desa Wisata Panglipuran ... 144

7.14 Keramahan SDM Desa Wisata ... 145

7.15 Aktifitas Wisatawan Mancanegara ... 146

7.16 Influencing Capacity ... 148

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Nomor

Halaman

1 Lembar Coaching Desa Wisata ... 162

2 Lembar Pendampingan Pengelolaan Homestay ... 163

3 Data Peserta Pelatihan ... 166

4 Daftar Hadir Peserta Dalam Pelatihan ... 167

(10)

BAB I

KERJASAMA KEMENPAREKRAF DENGAN KEMENDES PDTT DAN PERGURUAN TINGGI

A. Latar Belakang

Pertumbuhan industri pariwisata akan berdampak ke- pada pertumbuhan industri lainnya, karena industri pari- wisata memiliki karakter multiplier effect yang sangat be- sar, disamping itu juga industri pariwisata yang pro job, pro poor, pro growth dan pro people. Setiap provinsi di Indonesia memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan industri pariwisatanya dengan menambah nilai dari produk unggulan menjadi produk pariwisata, seperti keindahan alam, perta- nian, pertambangan, gunung, sungai dan seterusnya. Nilai tambah yang dimaksud adalah bagaimana agar wisman dan wisnus ketika menikmati (what to see) daya tarik dapat den- gan mudah, aman, dan nyaman ? bagaimana wisman dengan nyaman, dan aman ikut berpartisipasi atau terlibat melaku- kan aktivitas bersama dengan masyarakat ? bagaimana wis- man pulang dapat membawa souvenir atau membeli sesua- tu di destinasi dengan mudah dan nyaman ? dan bagaimana wisman berkunjung ke destinasi dapat belajar sesuatu yang tidak pernah mereka temui di negaranya? sehingga wisman mendapatkan pengalaman yang mengesankan di destinasi.

Semua hal tersebut dapat dicapai jika masyarakat di desti- nasi mengerti dan memahami pentingnya jika pariwisata berkembang di daerahnya, dampak ekonomi yang ditimbul- kannya, kesempatan kerja yang ditimbulkannya sehingga dengan demikian masyarakat mau dan dapat berpartisipa- si langsung atau tidak langsung dalam pengembangan pari- wisata di daerah.

(11)

Salah satu program yang dikembangkan oleh Kemen- parekraf dalam mempercepat laju perekonomian di sek- tor pariwisata yang tidak hanya berorientasi di lingkungan perkotaan tetapi juga di pedesaan, adalah program pember- dayaan masyarakat berbasis pendampingan yang dilaku- kan melalui kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi.

Kemenparekraf mengembangkan program pendampingan bekerja sama dengan Perguruan Tinggi dan juga dengan Ke- mendes PDTT. Kerjasama ini dilakukan dengan mengguna- kan anggaran masing masing sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan di lapangan. Program kerja sama sudah dilakukan sejak tahun 2019 yang diikuti oleh sebanyak 55 perguruan tinggi dan sekarang tahun 2020 diikuti oleh sebanyak 109 Perguruan Tinggi yang menyebar di seluruh provinsi di In- donesia. Program pendampingan tahun ini bukan saja hanya pada tataran pemahaman dasar tentanng sadar wisata dan desa wisata, tetapi juga memberikan materi-materi pariwisa- ta yang kekinian terkait dengan new normal pariwisata, yai- tu Cleanliness, Healthy dan Safety di desa wisata, pengem- bangan produk pariwisata di desa wisata berupa exploring, packaging dan presentation. Sehingga kreatifitas masyar- akat desa melakukan pembaruan- pembaruan dengan tetap memiliki keunikan, ciri khas berbasis kearifan lokal.

Pada masa pemberdayaan masyarakat berbasis pen- dampingan, maka dosen dan mahasiswa dan dosen akan menjadi pendamping masyarakat pada masa tertentu den- gan materi, metode dan model yang sama, dengan harapan pemberdayaan masyarakat antardesa wisata relatif sama.

Untuk memudahkan pelaksanaannya, Kemeparekraf menye- diakan fasilitas berupa, materi pelatihan lengkap, buku pan- duan, buku saku, modul gerakan sadar wisata, dan modul pengembangan potensi produk pariwisata.

(12)

B. Pentingnya Kerjasama Antarlembaga dalam Pember- dayaan Masyarakat Desa Wisata.

Dari tahun ke tahun semakin dirasakan perlunya pen- dekatan yang strategis dan efektif dalam pemberdayaan masyarakat desa wisata, sehingga tahun 2019 Kemenpar merasa perlu melakukan pendekatan baru dalam memper- cepat perubahan yang lebih baik bagi masyarakat yaitu pendekatan pendampingan dengan program pendampingan diharapkan masyarakat desa supaya mampu mewujudkan desanya menjadi desa wisata. Diharapkan program pen- dampingan masyarakat desa, akan terbangun kekuatan yang dapat membantu dan mempercepat langkah mereka menjadi dinamis dan sinergis. Faktor pendorong sehingga kerjasama ini perlu dilakukan adalah: besarnya jumlah SDM yang harus diberdayakan, perlu keseragaman/standar pro- gram, keseragaman materi, dan metode pemberdayaan yang tepat, memerlukan waktu relatif lama keterbatasan Kemen- parekraf menjangkau masyarakat yang banyak dan tersebar di seluruh nusantara. Sementara perguruan tinggi memiliki program Pengabdian kepada Masyarakat melalui program KKN mahasiswa, dosen secara mandiri atau bermitra dengan perusahaan-perusahaan. Bahkan momen ini dapat dilakukan menjadi kesempatan melakukan penelitian. Kerjasama ini merupakan simbiosis mutualisme bagi semua pihak karena perguruan tinggi mendapat kemanfaatan dengan memili- ki program kegiatan pengabdian masyarakat yang kongkrit di desa-desa wisata dan juga manfaat bagi Kemenparekraf dan Kemendes PDTT sebagai fasilitator dan dinamisator pembangunan pariwisata di berbagai desa, bahkan keman- faatan dari program PkM ini, bisa dimanfaatkan sebagai me- dia pelaksanaan penelitian dosen dan mahasiswa. Sehingga kemanfaatan program PkM juga bisa dikembangkan menam- bah Tridarma untuk bidang penelitian dosen dan mahasiswa.

(13)

Untuk itu Direktorat Pengembangan SDM Pariwisata mel- akukan suatu terobosan baru dengan cara menggandeng berbagai pihak terutama Kemendes PDTT dan Perguruan Tinggi dalam mewujudkan desa wisata yang berkembang se- cara terus-menerus sehingga percepatan masyarakat desa yang maju dan mandiri dapat tercapai secara kuantitas dan kualitas. Mengingat Kemendes PDTT mempunyai program pengembangan masyarakat desa dalam hal sarana dan pras- arana desa, Perguruan Tinggi juga memiliki program Peng- abdian kepada Masyarakat (PkM) yang dapat diarahkan ke desa-desa wisata, maka keinginan pemerintah untuk mem- percepat pemberdayaan masyarakat desa wisata yang memi- liki karakteristik tersendiri dan memiliki potensi ekonomi cukup besar. Diharapkan semua perguruan tinggi yang mel- akukan PkM dengan Kemenparekraf mempunyai pedoman yang sama karena model, materi/RPP dan metode pember- dayaan masyarakat secara seragam dan berstandar, maka perubahan masyarakat desa wisata juga relatif sama, walau- pun potensi dan budaya masyarakat desa berbeda-beda.

Program kerja sama ini merupakan perwujudan dari Pen- taheliks pembangunan pariwisata, yaitu: Kemanparekraf tidak dapat bekerja sendiri tetapi perlu menjalin sinergi dengan lembaga lain, yaitu Perguruan Tinggi sebagai kon- septor dan pelaksana lapangan, bersama dengan Kemendes PDTT dari unsur pemerintah sebagai regulator, dinamisator, fasilitator dan motivator, Pelaku Bisnis sebagai mitra profe- sional, Media sebagai promosi dan publikasi serta Masyar- akat desa wisat sebagai subyek.

(14)

C. Manfaat Kerja Sama

1. Manfaat bagi Perguruan Tinggi a. Institusi

Kegiatan kerjasama ini akan diwujudkan dalam pen- dampingan masyarakat di desa wisata yang waktu pelaksanaannya relatif lama,dapat digunakan sebagai ajang promosi perguruan tinggi yang bersangkutan dalam program tersebut . Selain itu naskah MoU ber- skala nasional dan mempunyai angka kredit tertentu terhadap institusi Perguruan Tinggi. Mendapat fasil- itasi penyelenggaraan pelatihan sehari bagi masyar- akat desa wisata yang biayanya ditanggung sepenuh- nya oleh Kemenparekraf. Perguruan tinggi juga mendapat hard copy dan soft copy dari semua materi pelatihan yang disediakan Kemenparekraf.

Perguruan tinggi yang masuk dalam 10 besar sebagai pendamping terbaik akan mendapat hadiah dan peng-

Gambar 1.1 Sinergi Antar Lembaga dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Wisata

(15)

b. Dosen

Bagi dosen Perguruan tinggi yang mengikuti TOT yang diselenggarakan Kemenparekraf akan mendapat sertifikat Trainer, ketika melaku- kan pelatihan internal kepada dosen dan maha- siswa, mendapat sertifikat narasumber. Sedangkan kepada pembimbing mendapat sertifikat pen- damping dan kepada narasumber dalam pelatihan diberi sertifikat narasumber dari Kemenparekraf.

Selain itu dosen perguruan tinggi memanfaatkan momen ini sebagai kesempatan untk melakukan penelitian. Hasil PkM dan penelitiannya dapat dis- alurkan ke jurnal mitra Kemenparekraf.

c. Mahasiswa

Mahasiswa yang mengikuti program pendampin- gan akan mandapat 2 (dua) sertifikat, yaitu serti- fikat peserta pelatihan pendampingan dan sebagai pendamping desa wisata. Momen ini juga bisa di- gunakan sambil melakukan penelitian sehingga memudahkannya untuk melanjutkan penulisan skripsinya.

2. Manfaat bagi Kemenpar

Berkat banyaknya perguruan tinggi yang mau bersin- erji dengan Kemenparekraf, pasti akan meningkatkan kinerjanya secara kuantitas dan kualitas.

3. Manfaat bagi Kemendes PDTT

Sebagai fasilitator desa , maka akan banyak desa yang bisa ditingkatkan sarana dan prasarananya yang akan memudahkan aktifitas desa wisata.

4. Manfaat bagi Masyarakat

Dengan adanya program ini, maka percepatan pem- berdayaan masyarakat desa wisata akan terwujud se- hingga kompetensi Sumber Daaya Manusianya akan meningkat. Sehingga makin percaya diri dalam

(16)

D. Peran dan Fungsi Kemenparekraf

Ada beberapa tahapan yang dilakukan Kemenparekraf da- lam menyiapkan program kerja sama antarlembaga, yaitu:

1. Menyiapkan Master Trainer

Untuk menyiapkan trainer baru di perguruan tinggi, maka harus ada master trainer yang melakukan persiapan buku panduan, buku saku, pengembangan RPP/materi, metode model dan penyempurnaan-penyempurnaan pelaksan- aan program pendampingan.

2. Menyiapkan Trainer Perguruan Tinggi

Trainer di setiap perguruan tinggi harus disiapkan set- iap tahun dan diwajibkan mengikuti pelatihan untuk up- dating knowledge yang nantinya diteruskan dalam pem- bekalan dosen pembimbing dan mahasiswa.

3. Fasilitasi Pelatihan Masyarakat desa Wisata

Menyelenggarakan pelatihan sehari bagi masyarakat desa wisata, dengan seluruh biaya penyelenggaraannya ditanggung oleh Kemenparekraf.

4. Menyelenggarakan Lomba Pendampingan Masyarakat Desa Wisata

Untuk mendorong semangat perguruan tinggi melakukan pendampingan, maka, program pendampingan ini dilom- bakan dan yang menang mendapatkan hadiah, sertifikat- nya bagi perguruan tingginya sedangkan hadiah berupa uang diberikan kepada desa dampingannya.

5. Menyelenggarakan Malam Apresiasi dan Pemberian Award

Malam apresiasi diselenggarakan sebagai momen penga- nugerahan award bagi pemenang, namun dalam undan- gannya semua perguruan tinggi mitra diundang untuk mendapat sertifikat penghargaan sebagai mitra Kemen- parekraf.

(17)

6. Membantu Menyalurkan tulisan jurnal penelitian atau PkM Dosen Pendamping

Hasil PkM dan penelitian dosen pendamping akan yang akan dibuat menjadi jurnal, akan dibantu penyalurannya ke beberapa jurnal mitra Kemenparekraf

7. Melakukan monitoring pendampingan Perguruan Tinggi Program pendampingan Perguruan tinggi akan dimonitor oleh Master trainer yang ditugasi oleh Kemenparekraf, tujuannya adalah untuk melihat perkembangan pember- dayaan di desa wisata.

8. Menyelenggarakan penjurian dan visitasi

Laporan akhir program pendampingan akan menjadi ba- gian penting dalam penjurian, selanjutnya perguruan tinggi yang masuk dalam kategori 20 besar akan divisita- si untuk penentuan akhir penilaian lomba untuk 5 (lima) pemenang.

9. Menyediakan berbagai macam sertifikat dalam berbagai kegiatan seperti diuraikan di atas ( Institusi, dosen, mahasiswa)

Semua kegiatan terkait dengan program pendampingan sebagai wujud MoU akan diberi sertifikat oleh kemen- parekraf.

(18)

E. Mekanisme dan Tindak Lanjut Kerja sama

Mekanisme kerjasma antarlembaga, ditempuh dengan beberapa tahapan, yaitu: Sosialisasi MoU ke berbagai per- guruan tinggi yang bersedia bekerja sama dengan keme- parekraf dalam melakukan PkM berbasis pendampingan. Se- lanjutnya perguruan tinggi diminta unruk membuat proposal sebagai pertimbangan untuk dilanjutkan pada tahap MoU.

Penandatanganan MoU dilakukan secara kolektif dengan seluruh mitra perguruan tinggi dan Kemendes PDTT. Setelah itu dilanjutkan dengan pelatihan TOT dosen perguruan tinggi di beberapa provinsi. Kemenparekraf menjadwalkan waktu fasilitasi pelatihan masyarakat desa wisata. Setelah berse- lang satu bulan dilakukan monitoring untuk memastikan bahwa semua perguruan tinggi sudah berjalan dengan baik.

Pada waktu pendampingan selesai, perguruan tinggi mem- buat laporan pendampingan dengan mengikuti format yang sudah ditentukan. Laporan yang dikirim menjadi data utama dan pertama yang dinilai. Setelah itu dipilih 20 besar untuk divisitasi dan memastikan 5 (lima) besar sebagai pemenang Perguruan Tinggi Pendamping Terbaik. Secara keseluruhan digambarkan sebagai berikut:

(19)

Gambar 1.3 Mekanisme dan Tindak Lanjut Kerja Sama

Demikian kerja sama antar lembaga tahun ini menja- di tantangan bagi kita semua di tengah musibah pandemi Covid-19 yang melumpuhkan bisnis pariwisata, namun kita semua harus tetap bersemangat menghadapinya, karena hal ini adalah realitas yang harus dihadapi.

Semoga semua mitra Perguruan Tinggi, Masyarakat, Ke- mendes PDTT, Media, Master Trainer, Trainer dan semua pi- hak yang membantu dapat bergandengan tangan untuk memajukan pariwisata Indonesia dengan spirit Thoughtfull Indonesia.

(20)

BAB II

PROGRAM PENDAMPINGAN MASYARAKAT DESA WISATA

A. Konsep Dasar dan Tujuan Pendampingan

Pemberdayaan masyarakat desa berbasis pendampingan sedang populer saat ini, pendekatan ini banyak digunakan dalam program pengabdian kepada masyarakat (PkM), baik yang dilakukan secara mandiri oleh perguruan tinggi mau- pun oleh CSR perusahaan tertentu. Pendampingan dirasakan efektif karena relasi pendamping dengan masyarakat san- gat dekat, durasi waktu pendampingan relatif lama, materi pelatihan beorientasi pada kebutuhan masyarakat dan ting- kat partisipasi maasyarakat di dalam pendampingan tinggi, materi dan target pemberdayaan lebih terencana.

Banyak pendapat tentang pemahaman dasar pendampin- gan, hal ini terkait dari sudut pandang dan pengalaman para ahli merumuskannya. Suharto (2006) mengatakan, bahwa pendampingan merupakan strategi yang sangat menen- tukan keberhasilan program pemberdayaan masyarakat.

Payne dalam Suharto (2006) mengatakan bahwa pendampin- gan merupakan strategi yang lebih mengutamakan

“making the best of the client’s resources”. Peraturan Men- teri PDTT no 3 tahun 2015 menyatakan bahawa Pendampin- gan Desa adalah kegiatan untuk melakukan tindakan pem- berdayaan masyarakat melalui asistensi, pengorganisasian, pengarahan dan fasilitasi desa. Menurut Sumodiningrat (2009:106), pendampingan merupakan kegiatan yang diya- kini mampu mendorong terjadinya pemberdayaan secara optimal kepada masyarakat miskin. Perlunya pendampin- gan dilatarbelakangi oleh adanya kesenjangan pemahaman diantara pihak yang memberikan bantuan dengan sasaran penerima bantuan.

(21)

Dalam melaksanakan tugasnya, para pendamping mempo- sisikan dirinya sebagai perencana, pembimbing, pemberi in- formasi, motivator, penghubung, fasilitator, dan sekaligus evaluator. Ada juga yang menyebutnya sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh fasilitator atau pendamping masyar- akat dalam berbagai program pemberdayaan masyarakat secara dekat dan intensif. Yayasan Pulih (2011) mengatakan bahwa dalam pemahaman psikologi, pendampingan diar- tikan sebagai upaya terus menerus dan sistematis dalam mendampingi atau memfasilitasi individu, kelompok mau- pun komunitas, dalam mengatasi permasalahan atau kesu- litan, sehingga mereka dapat mengatasi permasalahannya dan mencapai perubahan hidup yang lebih baik. Dikatakan pula bahwa pendampingan itu proses interaksi timbal balik, antara pendamping dengan yang didampinginya yang bertu- juan mengembangkan sumber daya dan potensi orang yang didampingi sehingga terdorong untuk mandiri.

Dengan demikian, pendekatan yang tepat dalam pem- berdayaan masyarakat desa saat ini adalah pendekatan pendampingan, dimana pendamping dan masyarakat desa secara bersama-sama meningkatkan kapasitas masyarakat, peran masyarakat diarahkan secara optimal untuk memban- gun kemandirian dan percepatan mencapai tujuan pengem- bangan masyarakat desa.

B. Strategi Kegiatan Pendampingan

Strategi pendampingan dalam pemberdayaan masyarakat desa wisata terdiri dari beberapa aspek, yaitu:

1. Mendengarkan

Diperlukan kesediaan pendamping untuk mendengar- kan permasalahan, gagasan dan pemikiran, kecenderun- gan - kecenderungan, dan praduga dari masyarakat desa wisata yang didampingi.

(22)

2. Meningkatkan motivasi.

Pendamping hendaknya berupaya secara terus menerus meningkatkan motivasi masyarakat agar aktif dan

memiliki semangat tinggi dalam mencapai keberhasilan.

3. Menyesuaikan diri dengan masyarakat.

Pendamping hendaknya menyesuaikan diri dengan komunitas masyarakat yang didampinginya dari berbagai latar belakang (agama, budaya, ekonomi, sosial, dan lain-lain).

4. Berkomunikasi secara efektif.

Pendamping harus mengembangkan komunikasi yang efektif dengan masyarakat yang didampingi agar terjalin relasi yang bai, sehingga mudah melakukan pendekatan kepada masyarakat.

5. Mengidentifikasi potensi masyarakat.

Pendamping perlu mencari, menggali, dan mendayagu- nakan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman masing - masing;

6. Mengembangkan kemampuan masyarakat.

Pendamping perlu mengembangkan kemampuan para anggota komunitas kelompok belajar masyarakat;

7. Mengembangkan karakter

Pendamping dapat mengembangkan semangat

eksperimentasi dan eksplorasi dalam usaha memecah- kan semua masalah yang dihadapi para anggota

komunitas kelompok belajar masyarakat;

8. Meningkatkan kompetensi masyarakat

Pendamping hendaknya mampu meningkatkan

kompetensi masyarakat dalam memberikan pendampi- ngan, sehingga dengan peningkatan kompetensi mereka dapat menambah penghasilannya kelak.

(23)

Secara keseluruhan strategi pendampingan digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Strategi Pendampingan

C. Fungsi dan Peran Pendamping dalam Masyarakat Fungsi dan peran pendamping dalam pengembangan SDM desa wisata meliputi:

1. Menjalankan dan menciptakan kegiatan yang men dorong peserta pendampingan mau belajar mandiri secara berkelanjutan.

2. Membantu melakukan pemecahan masalah yang terjadi dalam proses kemandirian mereka.

3. Menciptakan kegiatan yang membangun kemandirian.

4. Merupakan sistem kegiatan yang mengikuti tindakan kelompok masyarakat

5. Sebagai pemersatu apabila dari komunitas saling bertentangan atau konflik.

6. Sebagai narasumber jika masyarakat desa wisata mengalami hambatan

(24)

Peran pendamping masyarakat adalah sebagai pendor- ong, pemberi semangat masyarakat, sebagai komunika- tor yang dapat mempersuasi, membujuk mendekati se- cara menyenangkan dan setara. Sebagai pendidik, mampu mengembangkan potensi menjadi kekuatan masyarakat, juga mampu mengevaluasi, mengawasi dan mefasilitasi apa yang diperlukan masyarakat yang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Peran Pendamping

D. Prinsip Pendampingan

Menurut Jazuli ( 2018), prinsip pendampingan masyarakat sebagai bagian dari upaya pemberdayaan masyarakat di- dasarkan atas prinsip – prinsip sebagai berikut:

1. Kesetaraan

Pendamping memposisikan diri sejajar dengan kelompok yang didampingi dan berperan sebagai mitra dalam pemberdayaan masyarakat.

2. Menjaga dan melestarikan nilai kearifan lokal

Pemahaman dan upaya pelestarian terhadap kearifan lokal merupakan hal penting dalam pemberdayaan

Masyarakat Desa Wisata

(25)

3. Berkelompok

Sebagai komunitas yang berada di desa, masyarakat harus membangun secara berkelompok dan bergotong royong dengan azas, silih asih, siih asah dan silih asuh.

Kelompok tumbuh dari, oleh dan untuk kepentingan mas- yarakat. Selain dengan anggota kelompoknya sendiri, kerjasama juga dikembangkan antara kelompok dan mitra kerja lainnya agar usaha mereka berkembang, men- ingkatkan pendapatan dan kesejahteraan serta mampu membentuk kelembagaan ekonomi.

4. Keberlanjutan

Seluruh kegiatan penumbuhan dan pengembangan diori- entasikan pada terciptanya sistem dan mekanisme yang mendukung pemberdayaan masyarakat secara berkelan- jutan. Berbagai kegiatan yang dilakukan merupakan ke- giatan yang memiliki potensi berlanjut di kemudian hari.

5. Kemandirian

Kemandirian menjadi hal yang penting untuk dikembang- kan dalam diri masyarakat, mereka harus diberi ruang dan waktu untuk banyak peran dalam aktivitas pember- dayaan dayaan masyarakat. Mereka diberi motivasi un- tuk berusaha atas dasar kemauan dan kemampuan mere- ka sendiri dan tidak selalu tergantung pada bantuan dari luar.

6. Kesatuan Keluarga.

Masyarakat yang didampingi harus digerakkan secara keseluruhan dari anggota keluarga untuk bersama-sa- ma bertumbuh dan berkembang sebagai satu kesatuan keluarga yang utuh. Kepala keluarga beserta anggota keluarganya merupakan pemacu dan pemicu kemajuan usaha. Prinsip ini menuntut para pendamping untuk memberdayakan seluruh anggota keluarga masyarakat berperan serta dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan.

(26)

7. Belajar Menemukan Sendiri

Kelompok dalam masyarakat harus didorong untuk tum- buh dan berkembang atas dasar kemauan dan kemamp- uan mereka untuk belajar menemukan sendiri apa yang mereka butuhkan dan apa yang akan mereka kembang- kan, termasuk upaya untuk mengubah penghidupan dan kehidupannya.

Gambar 2.3 Prinsip Pendampingan

E. Dosen dan Mahasiswa Pendamping

Dosen dan mahasiswa pendamping adalah, dosen dan mahasiswa yang ditugasi oleh pergururn tinggi sebagai tin- dak lanjut MoU dengan Kemenparekraf. Diusulkan beberapa persyaratan untuk menjadi pertimbangan bagi perguruan tinggi untuk menunjuk dosen dan mahasiswanya untuk pen-

(27)

Sesuai dengan tugas dan tanggung jawab pendamping desa wisata sebagai motivator, edukator, fasilitator, super- visor, evaluator, dan komunikator maka pendamping desa hendaknya memenuhi persyaratan berikut:

1. Kriteria Dosen Pendamping

a. Memiliki jabatan fungsional, minimal asisten ahli b. Pernah membimbing KKN, PKL atau magang

c. Tim dosen pendamping setiap perguruan tinggi terdiri dari 5 orang yang memiliki kemampuan pariwisata umum dan khusus di bidang Destinasi dan Desa Wisata, Akomodasi, Pengolahan dan

Penyajian Makanan, Usaha Wisata dan Friendly Tour Operator, serta IT Pariwisata.

d. Mampu menyusun proposal, monev dan pelaporan pendampingan

e. Memiliki interpersonal comunication skill yang baik f. Memiliki kemampuan presentasi yag baik

g. Bersedia berbaur dengan masyarakat desa

h. Mendapat surat tugas dari perguruan tinggi-nya.

i. Bersedia mengikuti TOT yang diselenggarakan Kemenprekraf secara penuh.

2. Kriteria Mahasiswa

a. Mahasiswa semester akhir atau mahasiswa yang sedang mengikuti mata kuliah KKN

b. Memiliki pengetahuan tentang kepariwisataan dan desa wisata atau pengetahuan tentang Destinasi dan Desa Wisata, Akomodasi, Pengolahan dan

Penyajian Makanan, Usaha Wisata dan Friendly Tour Operator, serta IT Pariwisata.

c. Memiliki kemampuan interpersonal comunication skill

d. Memiliki kemapuan presentasi

e. Bersedia berbaur dengan masyarakat desa f. Mendapat surat tugas dari perguruan tinggi-nya

(28)

3. Pelatihan Dosen dan Mahasiswa a. Dosen

Dosen yang sudah diseleksi oleh perguruan tingginya, diwajibkan mengikuti pelatihan/TOT Pendampin- gan Desa Wisata yang diselenggarakan Kemen- parekraf di provinsi. Dosen tersebut akan mendapat sertifikat Trainer Pendampingan desa wisata. dan selanjutnya akan menjadi narasumber untuk

melakukan pelatihan internal di perguruan tingginya.

Jika ada dosen selain yang sudah mengikuti TOT Kemenparekraf, yang mengikuti pembekalan/TOT internal, kepada dosen tersebut juga diberi diberi sertifikat dari Kemenparekraf.

b. Mahasiswa

Mahasiswa yang sudah ditentukan oleh perguruan tingginya untuk menjadi peserta KKN/pendamping desa wisata, diwajibkan mengikuti pembekalan/

TOT yang diselenggarakan oleh perguruan tingginya masing-masing. Kepada mahasiswa yang mengikuti program pembekalan/ TOT internal perguruan tinggi tersebut diberi sertifikat dari Kemenparekraf . F. Roadmap Pendampingan

Terdapat 8 tahapan atau langkah yang akan dilakukan da- lam mewujudkan program pendampingan masyarakat desa wisata yang akan dilakukan Kemenparekraf dan perguruan tinggi pada tahun 2020, yaitu:

1. Sosialisasi Program Kerjasama ke Perguruan Tinggi Kemenpar melakukan sosialisasi/ pengenalan program pendampingan desa wisata kepada perguruan tinggi sebagai mitra Kemenparekraf dalam pembangunan pariwisata indonesia.

(29)

2. Kesediaan Perguruan Tinggi

Perguruan tinggi yang sudah bersedia menjadi mitra mengirimkan surat kesediaan, baik kesediaan untuk bekerjasama, kesediaan memberikan materi PkM, lokus PkM dan waktu PkMnya.

3. Penandatanganan MoU Perguruan Tinggi.

Penandatanganan MoU Kemenpar dan perguruan tinggi dalam Program Pedampingan masyarakat desa wisata ini akan dilakukan secara kolektif, yang dihadiri oleh menteri bersama-sama dengan pimpinan perguruan tinggi.

4. Membuat Proposal

Perguruan Tinggi wajib membuat proposal PkM nya, sesuai dengan materi yang telah disampaikan dan mengikuti format yang disedikan Kemenpar.

5. TOT Dosen Pendamping

Setelah MoU dilakukan, kemenpararekraf menyeleng- garakan program TOT kepada dosen pendamping yang telah diseleksi perguruan tingginya di provinsi tempat perguruan tinggi berdomisili.

6. Pelaksanaan PkM Berbasis Pendampingan

Ada beberapa tahapan yang diakukan perguruan tinggi dalam pendampingan desa wisata, yaitu:

Persiapan, dilakukan pada saat membuat proposal meliputi kegiatan: pendekatan/ perkenalan dengan desa wisata melalui jalur formal atau nonformal, mendiskusikan kesediaan mereka akan desa wisata tersebut sebagai lokus PkM perguruan

tinggi dan melakukan survey awal sebagai data awal untuk pembuatan proposal. Selanjutnya jika kerjasama dengan Kemenparekraf sudah definitif dan dosen serta mahasiswa sudah waktunya turun ke desa maka dilaku- kan sosialisasi program terlebih dahulu, sehingga masyarakat mengatur waktu, peserta dan tempat

(30)

baik yang dilakukan secara mandiri oleh perguruan tinggi maupun sebagai fasilitasi dari Kemenparekraf. Setelah itu dilanjutkan dengan supervisi atau monitoring untuk meli- hat perkembangan kompetensi masyarakat setelah program pelatihan berlangsung. Jika pada masa supervisi ini terdapat masalah yang perlu dilatih ulang atau cukup dengan coach- ing, maka dosen dan mahasiswa pendamping melakukannya.

Ada pula yang menyebut supervisi dengan monev walaupun hal ini berbeda, karena dalam program monev pada umum- nya hanya membandingkan target-target dengan capaian, sedangkan dalam supervisi pendampingan termasuk men- gatasi masalah-masalah bersama masyarakat selama masa pendampingan secara keseluruhan. Namun demikian ditarg- etkan supervisi atau monev ini harus dilakukan minimal 3 kali selama program pendampingan setelah pelatihan dilakukan.

Gambar 2.4 Proses pelaksanaan pendampingan perguruan tinggi di desa wisata

(31)

7. Monitoring dan Evaluasi

Dosen dan mahasiswa berperan aktif melakukan pen- dampingan dalam bentuk: supervisi, coaching, moni- toring, briefing, problem solving, dan mendokumen- tasikan semua kegiatan pendampingan sesuai format yang tersedia.

8. Pelaporan

Pada akhir program, tim PkM perguruan tinggi wajib membuat laporan yang dilengkapi dengan dokumentasi dan lampiran sesuai dengan format yang tersedia.

Tim dosen dan mahasiswa pendamping desa wisata har- us membuat dokumentasi lengkap setiap tahapan pendampin- gan dari awal hingga akhir, sehingga dapat merepresentasikan proses disertai bukti pendukung otentik dan komprehensif.

G. Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pen- dampingan

Suharto (2006) merumuskan kegiatan serta proses pen- dampingan berpusat pada empat bidang tugas atau fungsi dalam 4P, yakni: pemungkinan (enabling) atau fasilitasi, pen- guatan (empowering), perlindungan (protecting), dan pen- dukungan (supporting). Fasilitasi, merupakan fungsi yang berkaitan dengan pemberian motivasi dan kesempatan bagi masyarakat. Penguatan atau yang serig disbut dengan pem- berdayaan merupakan fungsi yang berkaitan dengan pen- didikan dan pelatihan guna memperkuat kapasitas masyar- akat (capacity building). Pendamping berperan aktif sebagai agen yang memberi masukan positif dan direktif berdasar- kan pengetahuan dan pengalamannya serta bertukar gaga- san dengan pengetahuan dan pengalaman masyarakat yang didampinginya. Fungsi perlindungan berkaitan dengan inter- aksi antara pendamping dengan lembaga lembaga eksternal atas nama dan demi kepentingan masyarakat dampingann-

(32)

adalah dimana pendamping mengorganisasi kelompok, mel- aksanakan tugas-tugas teknis sesuai dengan berbagai ket- erampilan dasar, seperti melakukan analisis sosial, mengelo- la dinamika kelompok, menjalin relasi.

Dalam melakukan fungsi empowering atau penguatan/pem- berdayaan dapat dilakukan berupa pendidikan dan pelati- han masyarakat, atau pendekatan tertentu dengan mem- perhatikan beberapa metode yang perlu disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, yaitu berdasarkan tingkat kedewa- saan masyarakat dan metode pelatihan yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan secara andragogsi dan peda- gogis.

1. Pendekatan Andragogi dan Pedagogi

Kata andragogi berasal dari kata andros atau aner yang berarti orang dewasa, agogos berarti memimpin atau melayani, dengan demikian andragogi berarti memimpin orang dewasa. Pedagogi berasal dari kata paes, yang berarti anak, dan agogos berarti memimpin, sehingga pedagogi berarti memimpin, mendidik anak-anak.

Pemahaman terhadap dua metode ini menjadi penting bagi pendamping masyarakat desa wisata, sehingga dapat memilih dan menyesuaikan kondisi masyarakat desa dengan pendekatan yang digunakan.

Knowles (dalam Sudjana, 2005 ) mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu dalam membantu peserta didik orang dewasa untuk belajar (the science and arts of helping adults learn). Berbeda dengan pedagogi sebagai seni dan ilmu untuk mengajar anak- anak (pedagogy is the science and arts of teaching

children). Kedua pendekatan ini boleh digunakan asalkan disesuaikan dengan tingkat kedewasaan masyarakat, jika yang diberdayakan adalah orang dewasa maka

(33)

Menurut UNESCO (dalam Supriantono) mendefinisi- kan pendidikan orang dewasa adalah: keseluruhan pros- es pendidikan yang diorganisasikan berupa: isi, tingka- tan, metode, bersifat formal atau tidak, melanjutkan maupun menggantikan pendidikan sekolah, akademi dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang di- anggap dewasa oleh masyarakat untuk mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya, mening- katkan kualifikasi teknis atau profesionalnya, dan meng- akibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam persfektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam pengembangan sosial, ekonomi, dan budaya yang seimbang dan bebas. Demikian pula hal- nya dengan pemberdayaan masyarakat desa wisata, har- us terorganisir dan berorientasi pada pengembangan dan perubahan kognitif , afektif dan psikomotor mereka.

Orang dewasa tidak hanya dilihat dari segi biologis semata, tetapi juga dilihat dari segi sosial dan psikolo- gis. Secara biologis, seseorang disebut dewasa apabila ia telah mampu melakukan reproduksi. Secara sosial, se- seorang disebut dewasa apabila ia telah melakukan per- an-peran sosial yang biasanya dibebankan kepada orang dewasa. Secara psikologis, seseorang dikatakan dewasa apabila telah memiliki tanggung jawab terhadap kehidu- pan dan keputusan yang diambil.

Dengan demikian setiap fasilitator atau tutor atau pendamping desa wisata harus melibatkan masyar- akat seoptimal mungkin dalam kegiatan pemberdayaan.

Prosedur yang perlu ditempuh oleh dalam proses pem- belajaran orang dewasa dalam hal ini masyarakat desa wisata sebagaimana dikemukakan Knowles dalam Sud- jana (2005 ), adalah sebagai berikut:

a. menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar melalui kerjasama dalam merencanakan program

(34)

b. menemukan kebutuhan belajar,

c. merumuskan tujuan dan materi yang cocok untuk memenuhi kebutuhan belajar,

d. merancang pola belajar dalam sejumlah pengalaman belajar untuk peserta

e. melaksanakan kegiatan belajar dengan menggunakan metode, teknik dan sarana belajar yang tepat dan f. menilai kegiatan belajar serta mendiagnosis kembali kebutuhan belajar untuk kegiatan pembelejaran selanjutnya.

2. Tujuan

Secara teknis metode pemberdayaan masyarakat yang paling banyak digunakan adalah pelatihan, karena pendekatan ini bertujuan untuk:

a. Membekali kompetensi tertentu sesuai dengan kebutuhan masyarakat

b. Memutakhirkan atau memperbaharui kompetensi jika ada perkembangan atau penyesuaian dengan kondisi saat ini

c. Meningkatkan kompetensi, yaitu tidak berdiam pada posisi yang sama terus, namun ada peningkatan kom- petensi yang baru

d. Membantu memecahkan persoalan operasional, jika ada hal-hal yang menghambat kelancaran, proses atau segala sesuatu tentang materi yang sedang dilatihkan.

e. Mengorientasikan setiap peserta terhadap desa wisatanya, bahwa peserta diarahkan kepada perkem- bangan desanya

f. Memberikan kemampuan yang lebih tinggi dalam melaksanakan tugas dalam bekerja, meningkatkan supaya lebih terampil dari yang sebelumnya.

(35)

3. Training dan Coaching

Training atau pelatihan merupakan hal yang sudah bi- asa didengar di kalangan masyarakat. Kegiatan pelatihan banyak dilakukan di berbagai instansi formal maupun organisasi sosial, bahkan organisasi masyarakat biasa.

Banyak ahli mengemukakan pendapat tentang penger- tian training atau pelatihan ini.

Ada dua istilah artinya hampir sama dalam program pemberdayaan ini, yaitu training dan coaching. Kedua metode ini berbeda orientasi, berbeda tujuan dan berbe- da masalah. Dalam training atau pelatihan, materi yang diberikan biasanya secara kolektiaf dan seragam kepa- da seluruh peserta. Narasumber pelatihan akan berper- an sentral dalam proses ini dan menitik beratkan pada isi materi yang diajarkannya. Ada kalanya materi train- ing tidak bisa menjawab seluruh kebutuhan pesertanya.

Berbeda dengan pendekatan coaching biasanya bersifat privat dan tidak untuk jumlah peserta yang banyak. Jika materi training umumnya diberikan sama secara bersama dalam jumlah banyak, maka materi coaching diberikan hanya kepada jumlah terbatas bahkan hanya satu peser- ta berdasarkan kasus masing-masing.

Perbedaan yang kedua antara training dan coach- ing berkaitan dengan metodenya. Training merupakan gabungan mengajar, mendidik dan melatih seseorang un- tuk mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan baru.

Umumnya metode yang dikenal peserta dan digunakan dalam training biasanya ceramah, diskusi, studi kasus, demonstrasi, simulasi dan beberapa metode kolektif lainnya. Berbeda halnya dengan coaching, seorang coach menggunakan kemampuannya untuk bertanya sehingga peserta mampu menemukan akar permasalahannya dan memunculkan solusinya sendiri. Peserta dianggap su- dah memiliki kemampuan yang memadai, sehingga tidak

(36)

Pada umumnya dalam coaching lebih mendorong pada masalah yang terkait dengan masalah psikologis sep- erti motivasi, percaya diri, kekuatiran, dan sebagainya.

Coaching bersifat personal dibandingkan training yang bersifat kelompok, coaching membutuhkan pembangu- nan relasi coach dengan peserta, untuk mempermudah proses pendampingan. Karena itu dalam membangun suasana, coaching umumnya dibuka dengan pertanyaan atau obrolan ringan seputar keseharian peserta. Sedang- kan training dapat diberikan oleh narasumber yang tidak harus dikenal peserta sebelumnya.

Sesuai dengan subjek pelatihan adalah masyarakat dewasa, dosen pendamping yang juga berperan sebagai narasumber/ pelatih/instruktur, dapat memilih metode pembelajaran yang variatif dan sesuai dengan materi yang akan disampaikan, di antaranya :

a. Ceramah : metode pembelajaran dengan cara penya- jian informasi secara lisan baik formal maupun infor- b. Diskusi kelompok : adalah interaksi antara dua orang mal.

atau lebih / kelompok. Metode diskusi merupakan sebuah metode pembelajaran yang berkaitan dengan pemecahan suatu masalah yang dilakukan oleh beber- apa orang. Metode yang satu ini sangat cocok diterap- kan pada kelompok yang berjumlah tidak terlalu ban- c. Bermain peran : adalah salah satu bentuk pembelaja-yak.

ran, dimana peserta didik ikut terlibat aktif memain- kan peran-peran tertentu.

d. Field trip/ praktek lapangan : mengajak peserta ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar kelas untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti men- injau, mengidentifikasi, membuat laporan dan se-

(37)

e. Praktikum/eksperimen: Metode pembelajaran untuk membuat sesatu dalam proses dan material yang ses- ungguhnya.

f. Demonstrasi : metode dengan menggunakan ben- da, alat, ataupun bahan-bahan informasi yang dapat memberikan gambaran yang nyata. Selain itu, untuk memperjelas informasi juga bisa dengan bentuk prak- tikum mengenai materi yang disampaikan.

g. Penugasan: metode pembelajaran dengan cara mem- berikan tugas pada setiap peserta.

5. Pengorganisasian Bahan dan Model Pelatihan

Pengorganisasian bahan belajar yang umum disebut metode pelatihan dalam pemberdayaan masyarakat.

mengorganisisr bahan pelatihan yang tepat akan memu- dahkan tutor dan peserta dalam mempelajarinya. Fak- tor-faktor yang patut dipertimbangkan dalam memilih bahan pelatihan adalah tingkat kemampuan masyarakat, kesesuaian dengan kebutuhan mereka, keterkaitannya dengan pengalaman, tingkat daya tarik bahan pelatihan, dan tingkat kebaruan dan aktualisasi bahan.

Untuk mengoptimalkan daya ingat peserta pelatihan diperlukan model pelatihan yang bervariasi. Untuk itu model pelatihan sebaiknya disiapkan sedemikian rupa sehingga memudahkan peserta dalam memahami dan mengingat materi pembelajaran. Demikian pula haln- ya dengan tutor menjadi lebih mudah dan lancar dalam proses pembelajran jika model pelatihannya terorgani- sir dengan baik. Keragaman model pelatihan merupakan hal penting karena semakin memfokuskan dan melibat- kan partisipasi peserta dalam proses pelatihan secara optimal. Gambar di bawah ini menunjukkan keterkaitan tingkat memorisasi atau daya ingat, dengan model pela- tihan serta tingkat keterlibatan peserta dalam proses

(38)

Gambar 2.5 Pengorganisasian pelatihan

H. Teknik Presentasi

Dosen dan mahasiswa pendamping desa wisata hendak- nya memiliki keterampilan presentasi, karena mereka harus menjadi pembicara di depan umum, baik dalam keadaan for- mal maupun nonformal, sebagai motivator, fasilitator, tutor dan sebagainya akan mempresentasikan sesuatu di masyar- akat.

Presentasi adalah salah satu bentuk komunikasi yaitu pertukaran pesan/informasi antara pembicara dengan au- diens/ peserta atau sekelompok orang tertentu. Presenter atau pembicara membawa informasi tertentu, kemudian menyampaikannya kepada audiens melalui sebuah salu- ran. Karena presentasi adalah juga komunikasi, maka tujuan presentasi pada dasarnya sama dengan tujuan komunikasi, yaitu untuk: menginformasikan, meyakinkan, membujuk, menginspirasi dan menghibur, demikian menurut Diana

daya ingat Bahan pelatihan tingkat partisipasi

(39)

1. Menginformasikan: sebaiknya menyampaikan informa- si kepada masyarakat disahakan secara detail dan jelas sehingga mereka menerima informasi dengan baik dan tidak salah presepsi terhadap informasi yang diberikan tersebut.

2. Meyakinkan: informasi, data, dan bukti-bukti hendaknya disusun secara logis sehingga menyakinkan orang atas suatu topik tertentu. Kontradiksi dan ketidakjelasan in- formasi dan penyusunan yang tidak logis akan mengu- rangi keyakinan orang atas presentasi yang diberikan.

3. Membujuk: cara berkomunikasi dengan ajakan, bujukan, atau rayuan yang disertai dengan bukti-bukti sehingga masyarakat merasa tidak ragu dan yakin untuk melaku- kan suatu tindakan.

4. Menginspirasi: berusaha untuk membangkitkan inspira- si orang, memberi contoh, berbagi pengalaman, memutar video menunjukkan kasus-kasus merupakan contoh yang tepat dalam membangkitkan inspirasi.

5. Menghibur: memberi atau menciptakan suasana yang menyenangkan kepada masyarakat, apakah melalui hu- mor, ice breaking, kuiz lucu, tiktokan, dan sebagainya.

Pendamping desa wisata ketika akan melakukan pre- sentasi, harus menguasai isi materi yang akan disampaikan, sehingga dia bisa fokus kepada audiens dan pengayaan ma- teri yang disampaikan dan teknik menyampaikannya. Jika tidak dia akan panik dalam berbagi pikiran antara mengin- gat-ingat isi materi yang akan disampaikan, teknik presenta- si yang dia gunakan dan membagi perhatian bagi audiens, seringkali hal semacam ini mengacaukan presentasi. Dia juga harus menguasai secara teknis penggunaan alat bantu presentasi, mulai dari laptop, infocus, papan tulis, flip chart, dan mengelolanya dengan baik dan benar. Sehingga pen- gelolaan waktu dalam presentasi tidak terganggu oleh hal- hal teknis penggunaan alat bantu, atau perlu bantuan tena-

(40)

Mengetahui kondisi peserta juga penting, apakah han- ya masyarakat atau ada aparat pemerintah yang akan hadir harus diketahui sebelumnya, hal ini bertujuan untuk meng- etahui latar belakang pendidikan, budaya, pekerjaan dan kehidupan sosial mereka, sehingga materi yang akan dipres- entasikan harus sesuai dengan tingkat pemehaman mereka terhadap isi materi yang akan disampaikan tesebut. Memilih materi pendukung dalam bentuk gambar, video dan materi penunjang lainnya agar jangan sampai bertentangan den- gan budaya dan agama setempat ataupun terlalu rumit un- tuk mereka pahami. Sebelum presentasi, pendamping desa harus terlebih dahulu mengetahui kondisi lingkungan loka- si atau tempat untuk presentasi, tujuannya adalah meng- hindari terjadinya hambatan ketika presentasi. Pembicara harus mengetahui apakah presentasinya di ruangan tertut- up atau terbuka, di kelas, di kantor, di rumah dengan duduk di kursi atau lesehan di atas karpet atau tikar.

Dalam suatu presentasi, hendaknya pembicara berori- entasi kepada peserta, karena hal ini berpengaruh terh- adap strategi untuk mencapai tujuan presentasi. Karena itu mengidentifikasi peserta merupakan hal yang penting un- tuk diperhatikan dalam persiapan suatu presentasi. Untuk menganalisis peserta, beberapa faktor yang perlu diperhati- kan:1. Mengetahui tentang apakah peserta telah mengetahui

tentang pokok bahasan dalam presentasi.

2. Mengetahui tingkat pengetahuan peserta, mempertim- bangkan pengetahuan peserta tentang gaya bicara, ba- hasa dan istilah yang digunakan oleh presenter.

3. Memperkirakan tingkat kemampuan peserta untuk memahami pesan dalam presentasi.

4. Mempertimbangkan pemahaman konsep, istilah yang umum dan istilah yang khusus yang akan diterangkan

(41)

I. Menyiapkan Materi Presentasi

Materi presentasi perlu disiapkan dengan baik dan sistima- tis, secara garis besar materi presentasi terdiri dari tiga ba- gian, yaitu pembukaan, isi presentasi dan penutup.

1. Pembukaan

Pada saat memulai presentasi, pembicara harus mem- persiapkan peserta untuk menerima pesan atau infor- masi yang akan disampaikannya. Umumnya di dalam pembukaan selalu diawali dengan salam dengan mem- perhatikan budaya dan kebiasaan setempat, perkenal- an melalui riwayat hidup atau biodata singkat dan dita- mpilkan menarik. Kata-kata dalam pembukaan sebaiknya dapat membangkitkan minat audiens, dengan cara: ber- cerita singkat tentang suatu pengalaman ringan yang menarik tentang topik dapat menyegarkan suasana, mengungkapkan pernyataan yang mengundang surprise.

Slide pertama sebagai topik presentasi termasuk bagian yang harus dibuat semenarik mungkin, dilengkapi den- gan gambar yang relevan dan menggambarkan kondisi yang akan dipresentasikan.

2. Isi

Membagi seluruh isi presentasi ke dalam bagian-bagi- an yang proporsional, antara bagian yang penting har- us diketahui peserta. Setiap informasi atau pesan yang yang dipresentasikan dihubungkan dengan butir-butir yang penting dengan transisi, jangan putus-putus dan tidak ada keterkaitan sehingga membuat konsentrasi au- diens menjadi buyar. Semua materi disusun secara bera- turan, berurutan dari awal ke akhir yang menghantarkan logika yang terarah dan teratur pula bagi peserta.

(42)

3. Penutup

Penutup bisa diartikan juga sebagai kesimpulan dan akhir dari suatu presentasi, materi terkhir daam suatu presentasi dapat berupa pengulangan, penguatan dari hal-hal yang dianggap penting. ucapan terima kasih atas perhatian audiens dan permohonan maaf jika ada yang kurang berkenan adalah pemanis komunikasi akhir dalam suatu presentasi orang timur yang diakhiri dengan salam penutup.

J. Alat Bantu / Media Presentasi

Perkembangan iptek telah banyak membawa perubahan alat bantu dalam proses presentasi, sehingga media pre- sentasi bisa bermacam- macam, baik yang digunakan secara tebatas ragamnya hingga ke multimedia, jenis alat bantu tesebut adalah :

1. Media yang tidak diproyeksikan 2. Media yang diproyeksikan 3. Media audio

4. Media video

5. Media berbasis komputer 6. Multi media

Teori Dale”s Cone Experience menunjukkan bahwa alat bantu mengajar mempengaruhi tingkat pemahaman dan daya ingat tehadap materi yang dipresentasikan, teori ini memberikan gambaran keterkaitan antara teori belajar den- gan komunikasi audiovisual dengan tingkat atau rentang yang berbeda antara satu jenis media dengan media lainnya.

Untuk lebih jelasnya daat dilihat pada gambar berikut:

(43)

Gambar 2.6 Dale’s Cone of Experience

Untuk itu, memilih alat bantu presentasi sangat penting agar tingkat pemahaman dan tingkat memorisasi/daya ingat pe- serta dapat optimal. Multi media menjadi solusi dalam men- dukung optimalisasi tersebut.

K. Monitoring dan Evaluasi

Istilah supervisi dan monitoring seringkali membingung- kan dalam pelaksanan tugas di lapangan. Dari pengalaman praktis di industri, lebih banyak menggunakan istilah super- visi yang dilaksanakan oleh supervisor kepada bawahannya.

Sedangkan monitoring tidak dilakukan oleh atasan langsung, bisa pihak lain atau institusi lain yang terkait dalam suatu program tertentu. Baik supervisi maupun monitoring pada adasarnya melihat, mengamati, mencatat, antara apa yang seharusnya dilakukan berdasarkan rencana program dengan apa yang dilaksanakan secara faktual dari rencana program tersebut.

(44)

Supervisi dalam pendampingan masyarakat adalah sua- tu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk memeban- tu masyarakat melakukan pekerjaan merekamenjadi lebih baik. Dalam program pendampingan desa wisata, yang mel- akukan supervisi adalah orang yang melakukan pember- dayaan yaitu para pendamping desa wisata, yaitu dosen dan mahasiswa pendamping.

Perlu diingat bahwa supervisi dalam pemberdayaan bukanlah antara atasan dan bawahan, harus memperhati- kan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Prinsip kemitraan, yaitu memperlakukan masyarakat se- bagai mitra, teman yang setara bukan bawahan.

2. Prinsip harmonis, menciptakan hubungan yang harmonis dan menyenangkan.

3. Prinsip berkesinambungan, supervisi dilakukan secara terprogram dalam alokasi waktu yang memadai, bukan tugas bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewak- tu-waktu jika ada kesempatan.

4. Prinsip demokratis, tidak mendominasi pelaksanaan supervisi, memberi kesempatan bagi masyarakat ber- pendapat secara bebas.

5. Supervisi harus komprehensif, program supervisi harus mencakup keseluruhan aspek, karena hakikatnya suatu aspek pasti terkait dengan aspek lainnya.

6. Prinsip konstruktif, supervisi bukanlah sekali-kali untuk mencari kesalahan-kesalahan tetapi membengun per- caya diri masyarakat untuk berkembang.

7. Prinsip obyektif, dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi, keberhasilan program supervisi harus obyektif. Obyektivitas dalam penyusunan program berar- ti bahwa program supervisi itu harus disusun berdasar- kan aturan dan standar, bukan asumsi – asumsi.

(45)

Teknik supervisi dapat dilakukan dalam bentuk yang bervariasi sesuai kebutuhan lapangan dan karakteristik dan kondisi desa wisata dan keseakatan pendamping dengan masyarakat. Contoh teknik supervisi yang bisa dilakukan di desa wisata, di antaranya:

1. Monitoring/ Kunjungan Lapangan

Monitoring merupakan fungsi berkelanjutan yang menggunakan pengumpulan data secara sistematis ber- dasarkan indikator untuk memberikan informasi pada manajemen yang berhubungan dengan kemajuan atau hasil yang diraih dalam suatu kegiatan.

Monitoring dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasca pelatihan, apakah kompetensi masyarakat sudah mulai berkembang dan menyesuaikan dengan standar, apakah ada perkembangan sebelum dan sesudah pem- berdayaan, apakah menemukan hambatan-hambatan yang harus diatasi dalam pelaksanaan program. Melalui monitoring, dapat diperoleh umpan balik mengenai tar- get yang ingin dicapai sesuai proposal. Dalam melakukan monitoring ini tentunya pendamping harus melengka- pi diri dengan parangkat atau daftar isian yang memuat seluruh indikator Desa Wisata yang harus diamati dan dinilai. Kegiatan monitoring meliputi: observasi lapan- gan, interview, mengisi kuisioner tertentu, melakukan dokumentasi secara terbuka, bersahabat dan memper- lakukan masyarakat sebagai teman. Agar monitoring dapat berjalan lancar dan sistematis maka sebaiknya dibuat instrumen atau panduan Observasi, panduan in- terview/Tanya Jawab, kuisioner dan panduan dokumen- tasi. ( lihat contoh) Frekwensi pelaksanaan monev dalam program pendampingan ini ditentukan minimal 3 kali dan harus dilengkapi dengan laporan sesuai dengan tahapan dan doumentasi lengkap dan kreatif.

(46)

2. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian yang sitematis dan ob- jektif yang berkaitan dengan pelaksanaan atau hasil dari program, kebijakan berdasarkan perencanaan implemen- tasi dan hasilnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui efektivitas hasil, dampak maupun keberlanjutan. Has- il monitoring, selanjutnya dievaluasi. Kegiatan evalua- si diakukan untuk mengetahui sejauhmana kesuksesan pengelolaan desa wisata, atau sejauhmana keberhasilan yang telah dicapai dalam kurun waktu tertentu., atau ter- dapat masalah atau hanbatan-hambatan di masyarakat sehingga tidak dapat melakukan pengembangan diri dan peengembangan desanya. Tujuan evaluasi adalah untuk:

a. Mengetahui tingkat keterlaksanaan program, b. Mengetahui keberhasilan program,

c. Mengetahui hambatan dan mencari solusi

d. Mendapatkan bahan/masukan dalam perencanaan da- lam pengembangan berikutnya

e. Memberikan penilaian terhadap Pimpinan PT penye- lenggara PkM dan Kemenparekraf.

3. FGD: Focused Group Discussion

Hasil monitoring dan evaluasi hendaknya disampaikan secara terbuka kepada masyarakat desa wisata, pergu- ruan tinggi dan Kemenparekraf. dosen pendamping se- baiknya membuat forum apakah seminar atau berben- tuk Focused Group Discussion (FGD), yang melibatkan unsur-unsur stakeholder. Hasil monev akan disampaikan secara terbuka, demikian juga analisisnya secara seder- hana, sehingga menjadi rekomendasi dalam menentu- kan langkah-langkah strategis maupun operasional yang akan diambil untuk memajukan desa wisata tersebut.

(47)

4. Laporan Monev

Pelaporan merupakan tidak lanjut dari monev lapan- gan, yang menggambarkan keseluruhan mulai dari awal hingga selesainya, sehingga dapat menunjukkan perkem- bangan secara berkala, kemungkinan adanya permasala- han, dan solusi yang dilakukan. Sesuai dengan ketentuan bahwa frekwensi pelaksanaan monev dilakukan minimal minimal 3 x, maka laporan monevnya juga menunjukann- ya secara aktual yang dilengkapi dengan bukti penduku- ng yang layak.

Mengingat masyarakat desa yang berpola pikir sederhana dan tergolong sebagai orang dewasa, maka pendekatan andragogi juga harus dilakukan pada waktu melakukan monev, dengan menunjukkan:

1. Bersikap bersahabat kepada masyarakat.

2. Kesediaan mendengarkan pembicaraan mereka den- gan kesungguhan.

3. Berusaha meningkatkan partisipasi masyarakat da- lam pembicaraan dan tanya jawab.

4. Melibatkan masyarakat dalam membahas permasala- han, mencari sebab-sebabnya, dan memberi saran-sa- ran yang mereka inginkan.

5. Mencatat rencana dan saran-saran yang mereka beri- kan dan dari supervisor sendiri

6. Berusaha agar sebab-sebab permasalahan diketemu- kan sejelas mungkin.

7. Membuat ringkasan tentang ide-ide, kesimpulan, dan rencana tindak.

8. Membuat laporan berkala setiap pertemuan dan lapo- ran lengkap yang menyeluruh secara tertulis.

(48)

Untuk memudahkan pelaksanaan monitoring dan eval- uasi, diperlukan instrumen yng sistematis dan terukur, didokumentasikan dengan baik dan menjadi bahan ana- lisis dalam pelaporan akhir, sehingga dapat menarik ke- simpulan dan rekomendasi yang tepat. Dalam hal pen- dampingan ini instrumen yang digunakan adalah:

1. Logbook Monev (lihat contoh), yang berisi tentang catatan supervisi harian/ mingguan yang dilakukan tim pendamping. Siapa saja yang disupervisi dan apa temuan-temuannya, saran tindak apa yang diberikan jika menemukan masalah di lapangan.

2. Daftar hadir pendamping dan masyarakat desa dan pendamping

3. Check list pendampingan, sesuai dengan program apa yang dikembangkan.

Ketiga aspek ini bisa dibuat terpisah atau disatukan dalam satu buku untuk kemudahan pelaksanaan teknis di lapangan. Selanjutnya dokumen ini akan digunakan se- bagai laporan l monitoring yang selanjutnya dievaluasi dan dianalisis setiap kali kunjungan monev dilakukan.

(49)

BAB III

PROPOSAL DAN PELAPORAN

A. Proposal

Proposal sebagai usulan tertulis hedaknya dapat meng- gambarkan suatu rencana kegiatan secara lengkap sehingga dapat menggambarkan keseluruhan dari rencana kegiatan yang akan dilakukan, untuk itu hendaknya memenuhi sis- tematika tertentu dan dibuat secara komprehensif.

1. Sistematika Proposal

Proposal ini terdi dari beberapa sub bagian, yang meliputi :

Judul Kegiatan Halaman Sampul Lembar Pengesahan Kata Pengantar Daftar Isi

1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan a. Maksud

b. Tujuan 1.3 Sasaran 1.4 Target

1.5 Konsep Dasar Pemberdayaan dan Model Pengembangan ( buat dalam matriks / desain lain)

1.6 Materi, Waktu dan Narasumber Pelatihan 1.7 Rundown Acara Pelatihan

1.8 Program Kerja Pendampingan Perguruan Tinggi

1.9 Roadmap Program Kerja sama Kemenparekraf dengan Perguruan Tinggi

(50)

1.10 Roadmap Program Pendampingan Perguruan Tinggi

1.11 Rencana Anggaran Biaya ( sesuai anggaran PT masing-masing)

1.12 Penutup

1.13 Daftar Pustaka 1.14 Bio Data Tim 1.15 Lampiran

a. SK Desa Wisata/Surat Keterangan b.SK atau Surat Tugas Tim

c. SK atau Surat tugas Mahasiswa 2. Penjelasan Sistematika:

a. Judul Kegiatan

Judul kegiatan ini adalah:

PROPOSAL

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA WISATA BERBASIS PENDAMPINGAN (KERJA SAMA

KEMENPAREKRAF, KEMENDES DAN PERGURUAN TINGGI) TAHUN 2020

b. Halaman Sampul

Silahkan didesain sebaik mungkin dan disesuaikan dengan judul kegiatan,

c. Lembar Pengesahan

Lembar pengesahan harus ditandatangani oleh pimpinan perguruan tinggi, minimal dekan yang menunjukkan bahwa program dibuat atas ijin dan sepengetahuan pimpinan perguruan tinggi, LPPM dan ketua tim pendamping.

d. Kata Pengantar e. Daftar Isi

(51)

1.1 Latar Belakang

Tentang faktor pendorong tim pendamping men- gusulkan proposal pada desa wisata tertentu, potensi wisata yang ada di tempat tersebut dan kondisi masyarakat desa wisata tersebut serta fenomena menarik lainnya.

1.2 Maksud dan Tujuan a. Maksud

Merupakan deskripsi singat singkat mengenai maksud pemberdayaan masyarakat yang akan dilakukan.

b. Tujuan

Menguraikan tujuan yang akan dicapai secara spesifik yang merupakan kondisi baru yang di- harapkan terwujud setelah kegiatan selesai.

Rumusan tujuan hendaknya jelas dan dapat di- 1.3 Sasaranukur

Penjelasan tentang kondisi masyarakat sasaran yang akan diberdayakan, harus dijelaskan secara konkrit. Gambaran permasalahan yang dihadapi masyarakat, gambaran potensi dan rencana solu- si yang ditawarkan.

1.4 Target

Target merupakan gambaran capaian yang dihara- pkan secara operasional, jelas dan terukur.

1.5 Konsep Dasar Pemberdayaan dan Model Pengem- bangan ( buat dalam matriks / desain lain)

(52)

Uraian singkat tentang konsep teoritis dan model pengembangan dalam bentuk gambar, skema yang memudahkan pemahaman tentang program yang akan dilakukan.

Berikut adalah contoh Model Pengembangan masyar- akat desa wisata berbasis pendampingan :

Gambar 3.1 Contoh Model Pengembangan Desa Wisata Berbasis Pendampingan

(53)

Tabel 3.1 Contoh Tabel Materi, Waktu dan Narasumber 1.6 Materi, Waktu dan Narasumber Pelatihan

Pada bagian ini diuraikan rencana program pela- tihan masyarakat, meliputi materi pelatihan, dur- asi waktu dan narasumber yang akan melakukan pelatihan masyarakat. Ketua maupun anggota tim, termasuk mahasiswa harus dilibatkan dalam pe- letihan ini. Selai sebagai pendamping boleh juga menjadi narasumber sepanjang latar belakang kompetensi dosen relavan dan memiliki pengala- man untuk bidang yang akan dilatihkan.

(54)

Tabel 3.2 Contoh Rundown Acara Pelatihan 1.7 Rundown Acara Pelatihan

Rundown acara merupakan jabaran rinci dan teknis pelaksanaan pelatihan pada periode tertentu. Set- iap pelatihan dilakukan, hendaknya membuat run- down acara masing-masing.

(55)

Tabel 3.3 Contoh Renacana Program Kerja Pendampingan Perguruan Tinggi

(Waktu pelaksanaan diatur sendiri PT, namun perlu memperhatikan Roadmap program Kemenpar)

1.8 Renacana Program Kerja Pendampingan Perguruan Tinggi

Program kerja perguruan tinggi di desa wisata har- us dibuat secara terencana, baik sebagai gambaran keseluruhan kegiatan di desa wisata maupun se- bagai informasi ke desa wisata, sehingga mereka pun tau gambaran kegiatan perguruan tinggi di desa.

(56)

1.9 Roadmap Program Kerja sama Kemenparekraf dengan Perguruan Tinggi

Roadmap kerjasama Kementerian dengan pergu- ruan tinggi merupakan jabaran kegiatan dan wak- tu yang menjelaskan kegiatan dari awal hingga akhir program pendampingan tahun 2020. Roadm- ap dibuat oleh Kemenparekraf dan perlu dican- tumkan agar semua pihak yang terkait mengeta- hui kegiatan pendampingan secara keseluruhan sehingga bisa menyesuaikan dengan agenda kerja masing-masing perguruan tinggi dan masyarakat desa wisata.

1.10 Roadmap Program Pendampingan Perguruan Tinggi

Roadmap perguruan tinggi dibuat oleh perguru- an tinggi berdasarkan roadmap Kemenparekraf, sehingga semua pihak saling meneyesuaikan programnya dengan program dari

Gambar 3.2 Roadmap Program Pendampingan

(57)

1.11 Rencana Anggaran Biaya ( sesuai anggaran PT masing-masing)

Menjabarkan gambaran biaya yang wajar dan sesuai dengan program yang direncanakan, boleh menggunakan biaya internal perguruan tinggi, mi- tra kerja, alumni atau sumber lain yang bersedia mendanai.

1.12 Rencana Peserta

Pada bagian ini diuraikan rencana pesrta pen- dampingan, yang menjelaskan nama, pekerjaan dan alamat lengkap.

Gambar 3.3 Roadmap PT

Tabel 3.4 Contoh Rencana Peserta Pelatihan DESA ...

KEC ... ...

KAB ...

(58)

1.13 Penutup

Pada bagian ini dijelaskan bahwa konsep proposal sudah selesai

1.14 Daftar Pustaka

Mencantumkan referensi dan dituliskan dengan APA style

1.15 Bio Data Tim

Isi dengan bio data lengkap tim pendamping perguruan tinggi dan mahasiswa yang turut dalam program pendampingan.

1.16 Lampiran

a. SK Desa Wisata/Surat Keterangan b. SK atau Surat Tugas Tim

c. SK atau Surat tugas Mahasiswa B. PELAPORAN PROGRAM PENDAMPINGAN

Di sub bab proposal telah dijelaskan setiap sub bab yang ada di dalamnya, pada dasrnya pada pelaporan ini juga sama halnya dengan uraian-uraian pada laporan ini, untuk itu pada sub bab ini hanya membuat sitematika laporan saja, dan tidak lagi diuraikan satu persatu.

Sistematika laporan ini sedikit berbeda dengan yang ada pada proposal, arena pada sub bab ini dilengkapi dengan konsep teori pariwisata untuk panduan dalam menganalisis hasil PkM berbasis pendampingan ini. Adapun sub-sub bagi- an yang ada pada laporan pendampingan ini adalah sebagai berikut:

(59)

Judul Kegiatan Halaman Sampul Lembar Pengesahan Kata Pengantar Daftar Isi

Daftar Gambar Daftar Tabel

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1.2 Ruang Lingkup

1.3 Lokasi dan Jadwal Pelaksanaan BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Pariwisata 2.2 Desa Wisata

2.3 Pengembangan desa Wisata berbasis CBT 2.4 ...

2.5 dst....

BAB III DESAIN DAN ROADMAP Pendampingan 3.1 Desain Pelaksanaan Program Pendampingan 3.2 Roadmap Pelaksanaan Program Pendampingan BAB IV HASIL DAN ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM 4.1 Profil Desa Wisata

4.2 Profil Peserta

4.3 Pelaksanaan Pelatihan ( Metode, materi, Rundown, Peran Masyarakat , dll)

4.4 Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan coaching 4.5 Perkembangan Desa Wisata Pasca Pendampingan (dilengkapi dengan dokumen )

4.6 Analisis/ Pembahasan Hasil Pendampingan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 5.2 Saran DAFTAR PUSTAKA

Gambar

Gambar 1.1 Sinergi Antar Lembaga  dalam  Pemberdayaan Masyarakat  Desa Wisata
Gambar 1.3 Mekanisme dan Tindak Lanjut Kerja Sama
Gambar 2.1 Strategi Pendampingan
Gambar 2.3  Prinsip Pendampingan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mendiskripsikan program Kelompok Sadar Wisata Dewabejo dalam mengembangkan obyek wisata sebagai upaya pemberdayaan masyarakat , 2)

Hari, tanggal 02 Sep 2018). Penghantaran dengan melakukan pemeliharaan pada program pemberdayaan masyarakat untuk mengembangkan Desa Genilangit sebagai desa Wisata

Pada pemberdayaan masyarakat di Desa Jogoboyo melalui program desa wisata menjadikan program tersebut sebagai program yang sustainable atau berkelanjutan, di mana kegiatan

Sedangkan, implikasi peneltian ini berupa wisatawan merasa pengembangan desa wisata Pujo Rahayu masih belum maksimal hal ini terlihat dari belum tersentalnya

Faktor pendukung bagi pihak pengelola untuk melakukan pemberdayaan terhadap pemandu wisata lokal di objek wisata Hidden Canyon Beji Guwang itu adalah objek wisata

Wisata Bahari Pantai Lapoili di Desa Wawoangi, Kecamatan Sampolawa, Kabupaten Buton Selatan, merupakan salah satu daerah yang berhasil dalam program desa wisata untuk mewujudkan

266 PARTISIPASI DAN DESENTRALISASI DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGEMBANGAN DESA WISATA Oti Kusumaningsih1*, Emiraldo Win Pazqara2, Johar Ma’muri3

Keywords: UMKM, Pemberdayaan, Souvenir, Desa Wisata Batu Kumbung Lingsar Lombok Barat PENDAHULUAN Desa Batu Kumbung merupakan salah satu Desa dari 19 Desa di Kabupaten Lombok