• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dan pembelajaran merupakan aktivitas utama yang saling berkaitan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Belajar dan pembelajaran merupakan aktivitas utama yang saling berkaitan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Belajar dan pembelajaran merupakan aktivitas utama yang saling berkaitan satu sama lain di dalam dunia pendidikan. Menurut Hanafy (2014:68), aktivitas belajar peserta didik hanya dimungkinkan berlangsung dalam suatu proses pembelajaran, sebaliknya proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik jika mendapat respon dari peserta didik. Keterkaitan antara belajar dan pembelajaran terlihat pada konsep belajar dan pembelajaran itu sendiri. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya (Aunurrahman, 2014). Kemudian Hanafy (2014:68) juga menjelaskan belajar merupakan kegiatan fisik maupun psikis yang menghasilkan perubahan tingkah laku individu dalam bentuk kemampuan yang relatif konstan dan tidak disebabkan oleh kematangan yang bersifat sementara. Jadi belajar merupakan kegiatan yang menghasilkan tingkah laku baru pada individu. Sedangkan pembelajaran diartikan sebagai produk interaksi antara pengembangan dan pengalaman hidup (Trianto, 2009). Lalu Aviana dan Hidayah (2015:30) juga menjelaskan, pembelajaran adalah suatu sistem dimana di dalamnya terdapat komponen-komponen yang saling berinteraksi dan bekerja sama dalam mencapai tujuan. Komponen-komponen pembelajaran yang dimaksud mencakup tujuan, materi, metode, media, sumber, evaluasi, siswa, guru, dan lingkungan (Sukirman, 2009). Dengan demikian, proses pembelajaran merupakan suatu sistem yang

(2)

meliputi komponen-komponen pembelajaran yang saling berkaitan untuk mencapai hasil yang diharapkan secara optimal berdasarkan tujuan yang ditetapkan.

Keberlangsungan kegiatan belajar dan pembelajaran juga ditentukan oleh faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa. Salah satu faktor internal tersebut adalah sikap. Sikap merupakan bagian penting sebagai identitas manusia (Rahman, 2019:159). Sikap dapat menavigasi tindakan seseorang, sebab sikap merupakan kecenderungan untuk berprilaku (Susilawati, Hernani, & Sinaga, 2017:123). Ajzen (2005) menegaskan sikap merupakan suatu konstruk yang tidak dapat diamati langsung melainkan disimpulkan dari respon yang terukur. Respon tersebut dapat berupa positif atau negatif dari objek sikap. Jadi sikap dalam proses belajar dapat diartikan sebagai kecenderungan berperilaku ketika siswa mempelajari hal-hal yang bersifat akademik. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu (Katili,2018:16). Pembelajaran yang berlangsung hendaknya dapat menumbuhkan sikap positif seperti sikap ilmiah. Sikap ilmiah menggambarkan kemampuan seseorang untuk bertindak secara konsisten, rasional, dan objektif dalam menyelesaikan masalah (Olasehinde & Olatoye, 2014:446). Sikap ilmiah ini mendukung kurikulum 2013, yang dapat dikembangkan pada mata pelajaran IPA.

IPA adalah mata pelajaran yang berkaitan dengan lingkungan dan keteraturan alam semesta yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Susilawati, Hernani, &

Sinaga., 2017:120). Mata pelajaran IPA di SMP dapat berkontribusi untuk menjadikan siswa sebagai generasi yang memiliki sikap ilmiah dalam kehidupan maupun lingkungannya. Namun tidak semua siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah selama proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena kemampuan berpikir

(3)

dalam belajar IPA masih rendah. Rendahnya kemampuan berpikir siswa ini antara lain di karenakan pembelajaran yang diterapkan di sekolah masih didominasi oleh guru sehingga kurang melatih kemampuan berpikir pada siswa (Nuryati, Zubaidah,

& Diantoro, 2018:157). Patonah (2014:129) juga mengatakan bahwa proses pembelajaran IPA masih didominasi oleh guru, pembelajaran cenderung menghapal daripada mengembangkan daya pikir sehingga siswa lemah dalam menyampaikan gagasannya sendiri, lemah dalam menganalisis, serta bergantung pada orang lain dibandingkan bertanggung jawab terhadap pilihannya sendiri.

Mengacu pada hasil penelitian Veloo (2015:36) menyatakan bahwa 80%

keberhasilan belajar seseorang ditentukan melalui sikapnya. Menurut Osman dkk (2007: 42),

Seorang pelajar yang mempunyai sikap positif terhadap mata pelajaran IPA, kebiasaan mereka akan menunjukan tingkah laku yang positif terhadap mata pelajaran tersebut seperti menunjukkan minat yang tinggi terhadap ilmu yang diberikan, serta memperoleh pencapaian yang baik dalam mata pelajaran IPA, begitu juga sebaliknya pelajar yang mempunyai sikap negatif terhadap mata pelajaran IPA akan menunjukan sikap negatif terhadap mata pelajaran IPA.

Sejalan dengan hal itu Hardiyanti, Astalini & Kurniawan (2018:3) juga mengatakan sikap positif terhadap pembelajaran IPA akan meningkatkan prestasi dalam IPA dan keinginan siswa untuk berkarir di bidangnya.

Selain menumbuhkan sikap positif, penanaman karakter pada diri siswa juga sangat mendukung dalam keberlangsungan proses pembelajaran IPA. Pendidikan karakter bertujuan untuk membantu siswa tidak hanya menjadi pintar tetapi juga memnjadi baik (Putri, Harto, & Moecharam., 2017:163). Karakter yang tertanam dalam diri seseorang akan mempengaruhi sikap seseorang. Sejalan dengan yang dikatakan oleh Ikhwanudduin (2012:154) bahwa dengan adanya penanaman karakter dapat membantu siswa untuk mengembangkan sikap yang baik yang akan

(4)

memungkinkan siswa untuk berkembang secara intelektual, pribadi dan sosial.

Salah satu karakter yang termuat di dalam kurikulum 2013 adalah kerja keras.

Dengan kata lain, kerja keras yang tertanam pada diri siswa akan mempengaruhi sikap yang ditimbulkan oleh siswa tersebut selama proses pembelajaran. Kerja keras adalah kegiatan yang dikerjakan secara sungguh-sungguh tanpa mengenal lelah atau berhenti sebelum target kerja tercapai dan selalu mengutamakan atau memperhatikan kepuasan hasil pada setiap kegiatan yang dilakukan (Suhadi,2018).

Lalu Ikhwanuddin (2012:163) mengatakan bahwa karakter kerja keras adalah kedisiplinan berkonsultasi dan kualitas tugas secara mingguan sesuai jadwal. Jadi kerja keras merupakan usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh agar mendapatkan hasil yang optimal. Siswa yang bekerja keras dalam proses pembelajaran biasanya akan selalu disiplin dalam menyelesaikan tugas-tugasnya selain itu ketika mendapatkan suatu hambatan ketika menyelesaikan persoalan siswa tidak akan mudah menyerah begitu saja melainkan akan berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan solusi penyelesaiannya.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMPN 3 Batanghari, SMPN 21 Batanghari, dan SMPN 19 Batanghari terlihat bahwa selama proses pembelajaran IPA masih ditemukan siswa yang jarang mengumpulkan PR, siswa jarang membawa buku IPA, dan siswa yang mengganggu temannya saat proses pembelajaran. Kemudian saat mengerjakan soal-soal IPA masih ditemukan siswa yang kesulitan untuk menjawab soal namun kurang berusaha bertanya kepada guru maupun teman yang lainya. Selain itu guru yang mengajar kurang menguasai kelas dan kurang melibatkan siswa secara aktif sehingga membuat siswa jenuh dan kurang tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran hingga akhir.

(5)

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPA di SMPN 3 Batanghari, SMPN 21 Batanghari, dan SMPN 19 Batanghari diperoleh informasi bahwa siswa menganggap IPA merupakan mata pelajaran sulit. Guru juga mengatakan bahwa rata-rata siswa dengan latar belakang ekonomi menengah ke bawah sepulang sekolah membantu orang tua untuk bekerja sehingga siswa kurang memiliki waktu untuk mengulang kembali pelajaran yang telah diajarkan di sekolah. Dengan keadaan seperti itu ketika ulangan ataupun ujian masih banyak ditemukan siswa yang mencontek sebab kurang mempersiapkan diri terlebih dahulu untuk belajar.

Selain itu, guru juga mengakui bahwa ada beberapa siswa yang memanfaatkan jam kosong untuk belajar di perpustakaan ataupun pondok baca sekolah. Peneliti juga mewawancarai siswa sebanyak 9 orang persekolah. Setiap jenjang dipilih 3 siswa untuk diwawancarai dengan tiga kategori menurut prestasi belajarnya yaitu siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah. Sesuai dengan hasil wawancara siswa diproleh informasi bahwa rata-rata siswa menganggap IPA adalah mata pelajaran sulit khususnya pada materi yang mengandung angka dan perhitungan. Siswa juga mengatakan bahwa ketika ulangan ataupun ujian, apabila tidak bisa menjawab mereka memilih untuk mencontek daripada berusaha sendiri dalam menuntaskan jawabannya. Selanjutnya siswa jarang mengulang kembali pelajaran yang telah diajarkan disekolah. Terkadang siswa juga bersemangat belajar IPA apabila proses pembelajaran dilakukan dengan praktikum.

Berkaitan dengan kerja keras dan sikap siswa, maka berdasarkan penelitian dari Helmy, Adawiyah dan Banani (2019) bahwa kerja keras seseorang akan mengarah pada sikap positif. Lalu penelitian dari Taneo, Suyitno, & Wiyanto (2015) menyatakan bahwa kerja keras menyumbangkan pengaruh 56,3% pada

(6)

sikap siswa. Kemudian penelitian dari Lasmita & Kartina (2019) menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara karakter kerja keras dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian yang dilakukan berjudul

“Hubungan Kerja Keras dengan Sikap Siswa dalam Mata Pelajaran IPA di SMP se-Kecamatan Muara Bulian”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan, maka peneliti mengidentifikasi beberapa masalah yang terkait dengan penelitian ini, yaitu:

1. Selama proses pembelajaran IPA masih banyak siswa yang kurang bersungguh- sungguh dalam belajar seperti jarang mengerjakan tugas, mencontek, dan kurang mempersiapkan diri untuk mengikuti proses belajar mengajar.

2. Siswa menganggap bahwa mata pelajaran IPA sulit dipahami.

3. Siswa merasa bosan dan kurang tertarik pada matapelajaran IPA.

1.3 Batasan Masalah

Agar permasalahan yang dibahas lebih terarah dan sesuai tujuan, maka penelitian ini hanya membahas :

1. Hubungan kerja keras dengan sikap siswa dalam mata pelajaran IPA.

2. Penelitian dilakukan pada mata pelajaran IPA untuk seluruh siswa di SMP se- Kecamatan Muara Bulian.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu apakah terdapat hubungan kerja keras dengan sikap siswa dalam mata pelajaran IPA di SMP se-Kecamatan Muara Bulian dengan taraf signifikansi sebesar 95%?

(7)

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan kerja keras dengan sikap siswa dalam mata pelajaran IPA di SMP se-Kecamatan Muara Bulian dengan taraf signifikansi sebesar 95%.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Manfaat bagi guru yaitu dapat mengetahui kerja keras dan sikap siswa selama proses pembelajaran IPA sehingga bisa mengevaluasi kinerja guru agar tercapainya tujuan pembelajaran.

2. Manfaat bagi sekolah yaitu dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kerja keras dan sikap siswa pada mata pelajaran IPA sehingga akan meningkatkan kualitas pembelajaran dan kualitas siswa.

3. Manfaat bagi peneliti yaitu dapat mengetahui hubungan kerja keras dengan sikap siswa dalam mata pelajaran IPA selama proses pembelajaran di sekolah.

Referensi

Dokumen terkait

Anda mungkin memiliki keterampilan atau keahlian untuk melaksanakan tugas- tugas yang dituntut oleh pekerjaan yang ditawarkan, tetapi pimpinan perusahaan juga ingin mengetahui

Permukaan yang kasar dari kutil dapat merusak kulit yang berdekatan dan memungkinkan inokulasi virus ke lokasi yang berdekatan, dengan perkembangan kutil yang baru dalam

(2) Dalam keadaan tertentu sebagaimana yang ditentukan oleh menteri, kepala Kantor Pertanahan dapat mendaftar pemindahan hak atas bidang tanah hak milik, dilakukan diantara

MELAKA PPD ALOR GAJAH MCT0001 SEKOLAH RENDAH ARAB (JAIM) AL-FALAH BATU 28, KUALA SG.. BARU

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan akuntansi aset biologis yang berupa pengakuan, pengukuran, dan juga pengungkapan dalam laporan keuangan aset biologis di

Aset keuangan dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif diklasifikasi sebagai pinjaman yang diberikan dan piutang, yang diukur pada

Alhamdulillah, puji syukursenantiasa tercurah kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah serta karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

Penentuan karakter seleksi didapatkan bahwa karakter tinggi tanaman, jumlah gabah isi per malai, dan produktivitas dapat dijadikan sebagai karakter seleksi untuk padi sawah tadah