9 BAB II
KERANGKA TEORITIK
A. Penelitian Terdahulu
Peneliti menyadari bahwa penelitian tentang internalisasi nilai-nilai karakter islami bukan sebuah penelitian yang pertama kali dilakukan. Penelitian yang berkaitan dengan hal tersebut sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti. Namun meneliti tentang internalisasi nilai karakter islami melalui program keberbakatan Al- Quran merupakan penelitian yang menarik untuk diteliti lebih lanjut karena program kelas keberbakatan tahfidz Al-Quran merupakan program khusus Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 1 Malang yang masih bersifat baru dan pertama kali dilaksanakan pada tahun 2021. Dengan demikian penelitian ini merupakan penelitian yang mencoba mengkaji permasalahan dengan latar dan sudut pandang yang berbeda. Untuk memperjelas keaslian penulisan tugas akhir ini penulis akan coba memaparkan beberapa penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan judul penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Adapun penelitian terdahulu antara lain sebagai berikut:
1. Sa‟diyah (2018). Internalization of Islamic Character Education To Students In Elementary School (Sd) Plus Nurul Hikmah Pamekasan Madura. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa SD Plus Nurul Hikmah dalam pelaksanaan pembentukan karakter islami menggunakan pendekatan, strategi dan metode yang disesuaikan dengan karakter peserta didik, dan dilaksanakan melalui 15 program kegiatan yang mengandung pendidikan karakter islami yaitu: kegiatan penyambutan kedatangan siswa di sekolah, sholat berjamaah, sholat sebelum dimulainya pelajaran, program muraja'ah al-Quran, program pagi ceria, program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun), kegiatan belajar mengajar, program berpenampilan dan berpakaian yang halal, program berperilaku dan bergaul sesuai dengan syariat Islam, program kegiatan ekstrakurikuler (seni, kaligrafi dan tilawah Hadrah), program Zakat fitrah, program kegiatan anak yatim, program halal bihalal, program tahfidz dan acara tasmi', program Apresiasi Potensi Diri, serta program untuk pembagian hewan kurban.
10
2. Racmawati & Maftuhatin (2017). Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Taḥfīẓ al-Qur’ān: Studi Kasus di Asrama XI Putri Muzamzamah- Chosyi’ah Rejoso Jombang. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan jenis studi kasus. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter melalui kegiatan taḥfidz al-Quran dilakukan dengan variasi penggunaan metode yang beragam seperti motivasi, keteladanan, dan kisah. Dengan adanya variasi penggunaan metode tersebut dapat membuat santri merasa mudah dalam menerima pengetahuan yang diinformasikan serta dapat mengikuti arahan ustadzah dengan baik. Adapun secara garis besar telah terdapat perubahan pada karakter santri seperti menjadi pribadi yang memiliki keimanan dan kesabaran serta menjadi pribadi yang lebih tawakal dan lebih tenang dalam kehidupan sehari-hari.
3. Hasanah, N. (2018). Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter melalui Kegiatan Badan Dakwah Islam di SMA Negeri 7 Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian lapangan. Adapun hasil penelitian ini menjelaskan bahwa Kegiatan Badan Dakwah Islam di SMA Negeri 7 Malang melaksanakan berbagai kegiatan seperti aktivitas ibadah dan amaliyah, memperingati hari raya keagamaan, mengadakan lomba yang berkaitan dengan keislaman dan memberdayakan kegiatan keislaman di sekolah. Adanya kegiatan-kegiatan tersebut memberikan dampak positif terhadap perubahan perilaku siswa. Dari kegiatan ini tertanam nilai-nilai pendidikan karakter religius yang terdiri dari takwa, syukur, dan sabar dan karakter sosial yang terdiri dari silaturahim, saling menolong, dan menjalin ukhuwah. Adapun bentuk internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter melalui kegiatan Badan Dakwah Islam di SMA Negeri 7 Malang adalah guru menyampaikan motivasi serta contoh perilaku nyata terhadap kegiatan yang sudah diterapkan.
4. Handayani, P., & Indrawadi, J. (2019). Internalization Of Character Values Through The Tahfizh Programs at Junior High 6 Gunung Talang Solok Regency. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Penelitian ini mewawancarai informan sebanyak 47 orang. Temuan penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teori vygotsky tentang tahapan intrapsikologi dan interpsikologi perkembangan kognitif anak. Teori tersebut menjelaskan bahwa hubungan antar manusia (Interpsikologi) akan mempengaruhi pembentukan identitas atau kepribadian
11
anak (Intrapsikologi). Adapun hasil penelitian ini mengatakan bahwa penanaman nilai karakter dalam program tahfizh di SMP Negeri 6 Gunung Talang dilaksanakan pada setiap alur pembelajaran tahfizh dengan menanamkan nilai-nilai karakter seperti; nilai agama, jujur, disiplin, kerja keras, bertanggung jawab. Kemudian melalui rutinitas Tahfizh terjadi interaksi timbal balik antara guru dan siswa (Interpsikologi) dalam proses penanaman nilai karakter. Hasil interaksi tersebut dapat ditemui dari akhlak mulia yang telah menyatu dalam diri santri hafidz quran (Intrapsikologi).
5. Mayasari, D. (2019). Internalisasi Nilai-Nilai Karakter Peserta Didik Dalam Pembelajaran Tahsin Dan Tahfidz Al-Qur’an Di Ma Tahfizhil Qur’an Yayasan Islamic Centre Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi. Hasil temuan penelitian ini menyatakan bahwa melalui pembelajaran tahsin dan tahfidz Al-Qur‟an di Madrasah Aliyah Tahfizhil Qur‟an Yayasan Islamic Centre maka telah terbentuk karakter peserta didik yang meliputi karakter ikhlas, sabar, istiqomah, jujur, disiplin, dan tanggung yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu penelitian ini juga menyatakan bahwa untuk pembelajaran tahsin dan tahfidz Al-Qur‟an di Madrasah Aliyah Tahfizhil Qur‟an Yayasan Islamic Centre ini lebih menekankan pada jumlah hafalan sedangkan penerapan karakter hanya sebagai penunjang untuk suksesnya target hafalan peserta didik.
6. Juwita, N. (2019). Internalisasi Nilai-Nilai Karakter Islami Siswa Melalui Program IMTAQ di SMPN 16 Kota Bengkulu. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa Program IMTAQ dilaksanakan setiap hari jumat pagi. Adapun kegiatan-kegiatan dalam program IMTAQ terdiri dari membaca ayat-ayat Al-quran, membaca shalawat, ceramah agama, penarikan uang infaq, pembacaan doa. Dalam proses internalisasinya, program Imtaq di sekolah ini belum memenuhi standar karena masih terdapat siswa yang hanya sebatas mengikuti namun tidak serius dalam setiap tahap pelaksanaan program yang ada. Adapun faktor pendukung pelaksanaan program adalah tempat dan alat-alat serta adanya kerja sama dengan siswa. Sedangkan faktor penghambatnya berasal dari lingkungan sekolah dan keluarga.
12
7. Taja & Nurdin. (2020). Conceptual Model Of Internalization Of Religious Ethical Value In Education Perspective Islamic Characters. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis studi pustaka. Pengumpulan data dilakukan dengan menilik teori-teori yang bersumber dari buku-buku atau jurnal yang memiliki keterkaitan dengan fokus pembahasan yang diteliti. Adapun hasil dari penelitian ini menemukan tiga konsep model internalisasi nilai etis religius yakni tahap tafhim (tahap memahami pengetahuan akan suatu nilai), tahap tazkiyatun nafs (tahap membersihkan jiwa dari perbuatan dosa), tahap tahdzib (tahap pemeliharaan jiwa dengan proses mujahadah (kesungguhan untuk konsisten dalam kebenaran) dan proses riyadhah (latihan diri untuk selalu melakukan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk).
8. Khoiriyah, S. (2020).. Internalisasi Nilai-Nilai Karakter Islami Melalui Program Mentoring Di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Al-Huda Wonogiri Tahun Pelajaran 2019/2020. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis fenomenologi. Penelitian ini menghasilkan temuan berupa nilai-nilai karakter islami diinternalisasikan melalui program mentoring yang diawali dengan kegiatan membaca Al- Qur‟an, mutaba‟ah harian, kultum atau tausiyah oleh peserta mentoring, kemudian dilanjutkan dengan pemberian informasi dari sekolah dan bimbingan konseling secara perorangan. Program ini berjalan dengan baik setiap minggu sekali dan pembinaan nilai-nilai karakter dilakukan secara bertahap dan disertai dengan pembiasaan positif.
9. Sangadah, L., & Huda, A. (2021). Integrasi Pendidikan Karakter pada Program Tahfiz al-Quran: Studi Kasus Asrama Darunnajah MAN 1 Magelang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan data pendukung berupa referensi yang berhubungan dengan kajian kurikulum pendidikan karakter dan tahfiz al-Quran. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa desain kurikulum Tahfidz Al-Quran dirancang dengan mengintegrasikan komponen yang terdiri dari tujuan program, kompetensi dasar, strategi dan metode pembelajaran. Komponen tersebut dirangkai dalam pembelajaran tahfiz al-Quran dengan menginternalisasikan nilai yang terdiri dari nilai religius, tekun, jujur, disiplin, mandiri, teliti dan tanggung jawab.
13
10. Nursikin, M., & Nugroho, M. A. (2021). Internalization of Qur'anic Values In The Islamic Multicultural Education System. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menjelaskan MAN 2 Kabupaten Semarang mengadakan program kegiatan pembinaan yang dinamakan kegiatan keagamaan
“madrasah pesantren” dengan menginternalisasikan penerapan nilai-nilai Al-Qur‟an dalam pergaulan sosial yaitu dengan melatih santri agar tidak melakukan perbuatan tercela, saling menjalin kerja sama dalam upaya menghindari tindakan yang dapat merusak pergaulan sosial, mengamalkan perbuatan yang baik dan bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat, menjalin hubungan keterikatan dengan aturan yang ada.
Adapun upaya sekolah dalam membentuk nilai-nilai islami yaitu dengan cara: kepala madrasah melaksanakan pembinaan rutin pada hari Jumat, lalu menerapkan prinsip musyawarah, keadilan, kejujuran, dan tanggung jawab kepada warga madrasah, dan semua warga madrasah harus patuh terhadap aturan yang ada. MAN 2 Kabupaten Semarang menjadi tempat untuk pembiasaan nilai-nilai Al-Qur‟an dengan didukung program pemantauan Pendidikan Islam di rumah dengan menyertakan berbagai elemen.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah disebutkan diatas, maka dapat ditemukan bahwa proses internalisasi nilai karakter islami dilakukan dengan beberapa hal seperti melalui kegiatan badan dakwah Islam, melalui program IMTAQ, melalui kegiatan mentoring, melalui pembelajaran tahsin dan Tahfidz Al-Quran, dan melalui berbagai kegiatan khusus yang ada di sekolah. Adapun persamaan penelitian diatas dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah meneliti internalisasi nilai karakter melalui program kegiatan sekolah seperti kegiatan keagamaan dan kegiatan tahfidz. Internalisasi nilai karakter islami melalui program Tahfidz Al-Quran telah diteliti oleh beberapa peneliti, namun terdapat perbedaan fokus antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Secara garis besar penelitian sebelumnya cenderung fokus pada jenis kegiatan yang dilaksanakan dan lebih menekankan pada aspek pembahasan meliputi metode menghafal dan tolak ukur keberhasilan menghafal.
Sedangkan pada proses internalisasi lebih menekankan pada pencapaian target hafalan peserta didik.
14
Selain itu fokus pembahasan pada penelitian sejenis juga hanya meliputi faktor pendukung dan faktor penghambat serta nilai-nilai karakter yang diinternalisasikan.
Sementara proses tahapan internalisasi nilai karakter islami melalui program Tahfidz Al- Quran dan implikasi program Tahfidz Al-Quran belum dikaji secara detail dan mendalam dengan teori internalisasi yang telah dirumuskan oleh para ahli. Selain itu juga penelitian yang akan dilakukan tidak hanya mengkaji internalisasi nilai-nilai karakter melalui pembelajaran tahfidz, akan tetapi mengkaji internalisasi nilai-nilai karakter melalui kelas keberbakatan Al-Quran.
Dengan demikian, berdasarkan beberapa perbedaan tersebut, maka penelitian ini penting untuk diteliti kembali dengan judul yang memiliki kemiripan, akan tetapi dengan program dan lokasi yang berbeda, sehingga penelitian ini tidak hanya bersifat mendalam dengan mendeskripsikan data secara utuh mengenai keadaan nyata yang ada pada objek penelitian, akan tetapi juga nantinya dapat menemukan temuan menarik yang memiliki keterbaruan pada objek yang diteliti.
15
Peta Penelusuran Penelitian Terdahulu yang Relevan
Studi Terdahulu Tentang Internalisasi Nilai-Nilai Karakter Islami
Internalisasi Nilai-nilai Karakter melalui kegiatan keagamaan
Konsep Internalisasi Nilai (karakter, Etik
Religius, Qurani) Internalisasi Nilai-nilai
Karakter Melalui Pogram Tahfidz Al-Quran
“Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter melalui Kegiatan Badan
Dakwah Islam di SMA Negeri 7 Malang”
Nurul Hasanah (2018)
“Internalisasi Nilai-Nilai Karakter Islami Melalui
Program Mentoring Di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Al-Huda Wonogiri Tahun
Pelajaran 2019/2020”
Sholihatunnisa Khoiriyah (2020)
JURNAL “Internalisasi Nilai- Nilai Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Taḥfīẓ al- Qur‟ān: Studi Kasus di Asrama
XI Putri Muzamzamah- Chosyi‟ah Rejoso Jombang”
Rachmawati & Maftuhatin (2017)
“Internalisasi Nilai-Nilai Karakter Islami Siswa Melalui Program IMTAQ
di SMPN 16 Kota Bengkulu”
Novia Juwita (2019)
JURNAL “Internalisasi Nilai- Nilai Karakter Peserta Didik Dalam Pembelajaran Tahsin Dan Tahfidz Al-Qur‟an Di Ma
Tahfizhil Qur‟an Yayasan Islamic Centre Sumatera Utara”
Duma Mayasari (2019)
JURNAL “Internalization Of Character Values Through The Tahfizh Programs at Junior High
6 Gunung Talang Solok Regency”. Handayani &
Indrawadi (2019) JURNAL “Internalization of Islamic Character Education To
Students In Elementary School (Sd) Plus Nurul Hikmah
Pamekasan Madura”
Halimatus Sa‟diyah (2018)
JURNAL “Integrasi Pendidikan Karakter pada Program Tahfiz al-Quran: Studi Kasus Asrama Daarunnajah MAN 1 Magelang”
Sangadah & Huda (2021)
Fokus Penelitian yang dikaji :
Internalisasi Nilai-nilai Karakter Islami melalui Program Kelas Keberbakatan Tahfidz Al-Quran dan Implikasi
Tahfidz Al-Quran terhadap Karakter Peserta didik
JURNAL “Conceptual Model Of Internalization Of Religious
Ethical Value In Education Perspective Islamic Characters”
Taja & Nurdin (2020) JURNAL “Internalization of Qur'anic Values In The Islamic Multicultural Education System"
Nursikin & Nugroho (2021)
16 B. Kajian Pustaka
1. Internalisasi nilai-nilai karakter Islami a. Pengertian Internalisasi
Secara etimologis, internalisasi memiliki definisi yang menunjukkan suatu proses. Dalam kaidah bahasa Indonesia akhiran-isasi diartikan dengan kata Proses. Jadi internalisasi dapat diartikan sebagai suatu proses. Dalam kamus besar bahasa Indonesia internalisasi didefinisikan sebagai proses penghayatan, pengamalan, penguasaan, secara mendalam yang berlangsung dalam pembinaan, bimbingan dan sebagainya (Racmawati & Maftuhatin, 2017). Reber menjelaskan bahwa definisi internalisasi adalah sebagai proses menyatunya nilai dalam diri seseorang, atau dalam bahasa psikologi disebut dengan penyesuaian keyakinan, nilai, sikap, praktik dan aturan-aturan baku pada diri seseorang. Pengertian ini mengisyaratkan bahwa pemahaman dan penghayatan nilai yang diperoleh harus dapat dipraktikkan dalam keseharian dan berimplikasi pada sifat yang permanen dan menyatu dalam dalam diri seseorang (Mayasari, 2019). Kama Abdul Hakam dalam buku yang berjudul Metode Internalisasi Nilai-nilai menjelaskan bahwa Internalisasi didefinisikan sebagai proses penyatuan nilai ke dalam diri seseorang kemudian nilai tersebut diproses sehingga menyatu dalam pikiran, perasaan, tindakan atau dalam keseluruhan kepribadiannya. Oleh karena itu internalisasi nilai dapat diartikan pengakuan adanya nilai-nilai dari luar yang perlu untuk dimiliki dan menjadi bagian dalam diri seseorang (Hakam & Nurdin, 2016).
Nilai-nilai yang diinternalisasikan merupakan nilai yang universal, absolut dan objektif sesuai dengan moralitas yang berlaku dalam keyakinan agama dan masyarakat. Dengan demikian internalisasi nilai merupakan proses penanaman nilai yang bersumber dari ajaran agama dan keyakinan masyarakat yang kemudian disatukan ke dalam jiwa individu sehingga nilai tersebut dapat menyatu dengan pribadi individu dalam aktivitas kesehariannya.
Menurut Muhaimin terdapat tiga tahapan dalam proses internalisasi, tiga tahapan itu terdiri dari tahap transformasi nilai, tahap transaksi nilai, tahap transinternalisasi. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
17
1. Tahap transformasi nilai merupakan proses pemindahan informasi pengetahuan mengenai nilai yang baik dan kurang baik yang dilakukan oleh seorang guru kepada siswa melalui proses pembicaraan secara verbal dan bersifat satu arah
2. Tahap transaksi nilai adalah suatu proses pendidikan nilai yang dilakukan dengan cara melakukan komunikasi dua arah antara guru dan siswa yang didalamnya terdapat proses interaksi.
3. Tahap transinternalisasi adalah proses pendidikan nilai yang lebih dalam dan dilakukan tidak hanya dengan cara komunikasi verbal melainkan juga dengan kepribadian yang ditampilkan oleh seorang guru melalui berbagai cara dengan tujuan siswa dapat memiliki perilaku yang sesuai dengan nilai yang diajarkan.
Oleh sebab itu pada tahap transinternalisasi, kepribadian guru dan siswa berperan secara aktif (Muhaimin et al., 2012). Dalam proses transinternalisasi memiliki 5 tahapan yaitu: (1) Receiving (kegiatan siswa menerima stimulus berupa nilai-nilai yang dikembangkan dalam aspek afektifnya, (2) Responding (keinginan siswa untuk menanggapi nilai-nilai yang diterima hingga memiliki kepuasan menanggapi nilainya (3) Valuing (kegiatan siswa yang telah mampu menghadirkan makna baru terhadap nilai yang telah diterima sesuai dengan kriteria kebenaran nilai yang diyakini, (4) Organization of Value (kegiatan siswa untuk mengatur sistem nilai yang diyakini dalam dirinya sehingga individu memiliki sistem nilai khusus yang tidak sama antara dirinya dengan orang lain, dan (5) Characterization by a value (kegiatan membiasakan kebenaran nilai yang diyakini dan telah disusun menjadi bagian dalam dirinya, dan nilai tersebut menyatu menjadi karakter dari dirinya dalam menjalani kehidupan sehari-hari (Muhaimin et al., 2012).
Sementara dalam teori Thomas Lickona menyatakan bahwa terdapat 3 komponen tahapan dalam mendidik karakter seseorang. Komponen internalisasi nilai karakter dari lickona tersebut diantaranya yaitu terdiri dari: (1) Pengetahuan Moral (Moral Knowing), (2) Perasaan Moral (Moral Feeling), (3) Tindakan moral (Moral Actuating) (Lickona, 2012). Berikut disajikan gambaran teori internalisasi nilai karakter:
18
Diagram. Teori Internalisasi nilai karakter Thomas Lickona
Diagram. Teori Internalisasi Nilai karakter Muhaimin Teori
Internalisasi Thomas Lickona
Tindakan Moral Perasaan Moral Pengetahuan Moral
Komponen Karakter yang
baik
1. Kesadaran Moral 2. Pengetahuan nilai moral 3. Penentuan Perspektif 4. Pemikiran moral 5. Pengambilan keputusan 6. Pengetahuan pribadi
1. Hati nurani 2. Harga diri 3. Empati
4. Mencintai hal yang baik 5. Kendali diri
6. Kerendadahn hati
1. Kompetensi 2. Keinginan 3. Kebiasaan
TEORI INTERNALISASI
NILAI MUHAIMIN
Tranformasi Nilai Transaksi Nilai Transinternalisasi
1. Receiving (Menyimak) 2. Responding (Menanggapi) 3. Valuing (Memberi Nilai) 4. Organization of Value
(Mengorganisasi nilai) 5. Characterization by a value
(Karakterisasi nilai) KARAKTER
ISLAMI
19 b. Nilai-nilai karakter Islami
Nilai adalah suatu gagasan tentang segala yang dipandang baik, benar, bijaksana sehingga menjadi berharga bagi seseorang sebagai acuan dan prinsip dalam berperilaku (Hakam & Nurdin, 2016). Semntara nilai-nilai diartikan sebagai kumpulan dari prinsip-prinsip hidup, ajaran-ajaran agama tentang cara manusia dalam menjalankan kehidupannya di dunia ini, yang satu dengan lainnya saling berkaitan membentuk satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah- pisahkan (Jempa, 2018). Gordon Allport seorang ahli psikologi kepribadian mengemukakan bahwasanya nilai adalah keyakinan yang menjadikan seseorang bertindak atas dasar pilihannya (Wahyuddin, 2019). Adapun definisi karakter secara bahasa berasal dari kata latin Charasein yang memiliki arti memahat atau menorehkan sesuatu sehingga hasilnya dapat bertahan lama walaupun prosesnya membutuhkan waktu yang lama (Hakam & Nurdin, 2016). Sementara secara istilah karakter dapat diartikan sebagai ciri khas, tabiat, watak dan sifat, akhlak atau adab yang membedakan antara individu dengan individu yang lain. Hal tersebut meliputi kebiasaan, kemampuan, potensi, kecenderungan, dan cara berpikir. Hermawan Kertajaya menjelaskan bahwa karakter adalah gambaran khas yang mengakar pada kepribadian individu yang menjadi alat penunjang bagi seseorang untuk merespon sesuatu, berbicara, bersikap, dan bertindak. Sementara itu Allport mendefinisikan karakter adalah kepribadian yang dinilai (Majid &
Andayani, 2017).
Ditinjau dari definisi yang telah disebutkan, maka karakter dan akhlak memiliki pengertian yang hampir sama. Sebagaimana pendapat yang disampaikan oleh Al-Ghazali dan Ibnu Maskawaih yang menjelaskan definisi karakter islami atau yang dalam agama islam disebut dengan istilah akhlak, keduanya memiliki pendapat yang tidak jauh berbeda. Al-Ghazali mendefinisikan karakter islami adalah gambaran dari keadaan di dalam jiwa yang menetap dan tertanam kukuh (terinternalisasi), menyandar pada sifat (perilaku) tersebut dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan proses pemikiran dan pertimbangan. Ibnu Maskawaih mendefinisikan karakter islami sebagai gambaran keadaan jiwa yang mendorong untuk melakukannya tanpa berpikir dan merenung (Kurniawan, 2018).
20
Dengan demikian nilai dalam konteks pendidikan karakter islami adalah suatu prinsip hidup tentang cara manusia berperilaku dan bertindak atas dasar pilihannya dalam proses menjalani kehidupan. Nilai-nilai pendidikan karakter yang dikembangkan di Indonesia berdasarkan empat aspek dasar yaitu: Agama, Pancasila, Budaya, tujuan pendidikan nasional. UU RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Sementara dalam buku Novan Ardi Wiyani mengungkapkan bahwa ruang lingkup nilai-nilai pendidikan karakter islami dibagi menjadi empat aspek, yaitu sebagai berikut:
1) Hubungan manusia dengan Allah, nilai nya berupa patuh, menerima konsekuensi, ikhlas, optimis, bekerja keras, bertanggung jawab, kesadaran diri, dan introspeksi diri
2) Hubungan manusia dengan dirinya sendiri, nilainya berupa jujur, bertanggung jawab, konsisten, mandiri, disiplin, bekerja keras, percaya diri, dan lapang dada
3) Hubungan manusia dengan sesama manusia terdapat nilai-nilai seperti jujur, dapat dipercaya, bertanggung jawab, konsisten, pemberani, bekerja keras, ramah, dan kasih sayang
4) Hubungan manusia dengan alam terdapat nilai-nilai seperti mencintai kebersihan, menyayangi binatang, menjaga tumbuhan, dan menjaga kelestarian alam (Kamaliyah, 2019).
Adapun dalam konsep pendidikan yang digagas oleh Kementrian pendidikan nasional tahun 2010 telah mengidentifikasi nilai-nilai yang akan diinternalisasikan terhadap generasi bangsa melalui pendidikan karakter. Adapun nilai-nilai pendidikan karakter yang digagas oleh pendidikan nasional terdapat 18 karakter adalah sebagai berikut : Religius, Jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai (Mayasari, 2019).
Sementara Zayadi dalam Majid & Andayani (2017) menjelaskan bahwa sumber nilai karakter islami dalam kehidupan manusia terdiri dari dua jenis yaitu nilai ilahiyah dan nilai insaniyah. Nilai ilahiyah meliputi nilai iman, islam, ihsan, ikhlas, tawakal, syukur, sabar. Nilai insaniyah yang meliputi silaturahmi
21
(pertalian cinta kasih), Al-ukhuwah (semangat persaudaraan), Al-Musawah (memandang semua manusia sama dalam harkat dan martabat), Al-Adalah (keseimbangan), Husnudzon (berbaik sangka), Al-Tawadhu (rendah hati), Al- Wafa (tepat jani), Insyirah (lapang dada), Al-Amanah (dapat dipercaya), Iffah (penuh harga diri), Qawamiyah, Al-Munfiqun (menolong sesama).
Secara Istilah pengertian akhlak atau karakter islami adalah nilai-nilai yang ada pada perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang diwujudkan dalam akal pikiran, sikap perasaan, perkataan dan perbuatan yang tidak bertentangan dengan prinsip dari norma-norma Islam, sebagaimana telah tercantum dalam Al-Quran dan telah diteladankan oleh Rasulullah SAW.
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa akhlak dan karakter islami merupakan hal yang memiliki definisi yang sama tetapi penggunaaan istilah tersebut hanya diistilahkan dalam konteks pendidikan yang ada. Namun secara garis besar keduanya merupakan hal yang sama dan jika disimpulkan karakter islami adalah gambaran jiwa di dalam diri seseorang yang berhubungan dengan prinsip ajaran Islam yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
c. Tujuan internalisasi nilai-nilai karakter islami
Dari beberapa istilah yang telah dijabarkan maka secara garis besar pengertian internalisasi nilai-nilai karakter adalah proses penanaman kualitas pribadi manusia yang baik dalam arti mengetahui dan menghayati nilai-nilai kebaikan, dan menampilkan kebaikan dalam bentuk perilaku sebagai manifestasi dan gambaran kesadaran mendalam dalam diri seseorang tentang nilai kebenaran dan kebaikan dalam kehidupan, yang dengan nilai tersebut mereka dapat berguna bagi lingkungan sekitarnya (Mayasari, 2019).
Adapun Tujuan internalisasi nilai pendidikan karakter islami adalah adanya keinginan agar nilai-nilai akhlak karakter islami menyatu dalam kepribadian peserta didik. Dalam konteks pendidikan, internalisasi bertujuan untuk membentuk kepribadian manusia secara utuh (Insan Kamil) yang berimplikasi pada pendidikan nilai sebagai keseluruhan pelaksanaan pendidikan (Hakam & Nurdin, 2016).
22
Dengan demikian maka dapat dipahami bahwa tujuan internalisasi nilai- nilai karakter islami adalah untuk mengembangkan karakter peserta didik menjadi lebih baik dalam menjalani kehidupan sehingga dapat terwujud tujuan pendidikan yang berupaya menghasilkan manusia dengan karakter yang baik dan kecerdasan yang unggul (Insan Kamil).
Dalam upaya untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter islami tersebut, diperlukan beberapa metode yang disebut metode dalam internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter Islami. Adapun metode internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter islami tersebut diantaranya yaitu:
1. Metode keteladanan
Secara etimologis keteladanan berasal dari kata teladan. Keteladanan adalah hal-hal yang ditiru atau dicontoh oleh seseorang dari orang lain. Arman Arief mengemukakan bahwa keteladanan adalah suatu keadaan ketika seseorang manusia mengikuti manusia lain dalam hal kebaikan maupun keburukan (Manan, 2017). Dalam konteks pendidikan, metode keteladanan adalah suatu metode yang dilakukan seseorang dalam proses pendidikan melalui perbuatan atau tingkah laku yang patut ditiru. Dalam internalisasi nilai karakter islami kepada peserta didik di sekolah, keteladanan merupakan metode yang paling efektif. Hal itu disebabkan karena peserta didik biasanya cenderung meneladani gurunya, pada dasarnya secara psikologis, peserta didik memang suka meniru tentang hal yang baik dan terkadang hal yang buruk pun sering ditiru (Hasanah, 2018).
Dalam Islam sosok suri tauladan terbaik adalah Rasulullah SAW, bahkan Rasulullah merupakan sosok yang dikenal di kalangan bangsa arab pada zamannya sebagai seorang yang memiliki akhlak yang baik tidak hanya kepada orang Islam bahkan kepada orang kafir sekalipun. Akhlak Rasulullah merupakan akhlak yang paling layak ditiru dalam proses memberikan keteladanan pada peserta didik. Namun disamping hal tersebut, sosok guru sebagai orang yang mendidik merupakan sosok yang menjadi suri tauladan peserta didik di kelas.
23
Oleh karena itu peran guru dalam memberikan keteladanan merupakan hal penting yang menjadi salah satu faktor dalam metode keteladanan. Dengan metode keteladan ini, proses internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter islami di sekolah dapat terlaksana dengan baik, sehingga metode keteladan dapat dikatakan merupakan metode yang efektif dalam proses menanamkan nilai-nilai karakter islami di sekolah
2. Metode pembiasaan
Secara etimologis pembiasaan berasal dari kata biasa. Pembiasaan diberi imbuhan pe dan an yang menunjukkan sebuah proses. Artinya pembiasaan adalah proses untuk membuat seseorang menjadi terbiasa. Arman Arief mengemukakan bahwa dalam konteks pendidikan Islam terdapat metode pembiasaan, Arief mengatakan bahwa metode pembiasaan adalah sebuah metode yang dilaksanakan untuk membiasakan peserta didik secara berulang- ulang untuk berfikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam (Sugiharto, 2017). Metode pembiasaan juga memiliki diartikan dengan sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu menjadi kebiasaan (Hannas, 2019).
Berdasarkan definisi tersebut metode pembiasaan adalah metode yang membiasakan seseorang untuk berpikir dan bersikap agar kebiasaan itu tertanam dalam diri seseorang, sehingga kebiasaan itu menyatu dalam kehidupan seseorang di dalam kesehariannya. Metode pembiasaan merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam internalisasi nilai karakter islami pada peserta didik, karena dengan menggunakan metode pembiasaan akan membantu internalisasi nilai dengan cepat dan sangat efektif dalam upaya penanaman sikap beragama. Dalam dunia psikologi, metode pembiasaan ini dikenal dengan istilah “operant conditioning” yang artinya membiasakan peserta didik untuk terbiasa melaksanakan nilai nilai terpuji, disiplin, rajin belajar, berkera kera, ikhlas, jujur dan tanggung jawab atas segala tugas yang telah dilakukan (Sugiharto, 2017). Dengan demikian metode pembiasaan dapat menjadi opsi yang tepat dalam proses internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter islami di sekolah
24 2. Program Keberbakatan Al-Quran
a. Keberbakatan Al-Quran
Dalam meninjau tentang konsep keberbakatan, tentu tidak lepas dari asal kata bakat dan anak berbakat. Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Yayasan Pengembangan Kreativitas tanggal 12-14 November 1981 di Jakarta dalam seminar menyepakati bahwa pengertian anak berbakat adalah anak-anak yang diidentifikasi oleh orang-orang profesional sebagai anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena memiliki kemampuan yang lebih, mereka membutuhkan program layanan pendidikan yang berbeda di luar jangkauan program reguler sekolah pada umumnya untuk mewujudkan kontribusi mereka kepada masyarakat maupun pengembangan diri mereka sendiri (Sofiyana, 2018).
Jika ditinjau dari pengertian tersebut, maka anak berbakat diidentifikasi memiliki kemampuan lebih daripada anak lainnya dalam hal kemampuan intelektual, akademik, kreativitas, memimpin, atau kemampuan dalam bidang tertentu contohnya seperti bidang seni dan bidang olahraga (Sofiyana, 2018). Sementara Ellen Winner mengemukakan bahwa bahwa anak berbakat (gifted) adalah anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata biasanya IQ di atas 130 dan punya bakat unggul di beberapa bidang seperti seni, musik atau matematika. Menurutnya anak bisa dikatakan berbakat jika memiliki kriteria khusus seperti dewasa lebih dini (menguasai satu bidang lebih dari teman-temannya), belajar atas kemauan sendiri, memiliki semangat untuk menguasai (tertarik memahami bidang yang menjadi minat dan bakat mereka dan menunjukkan kemampuan dalam bidang tersebut) (Susilawati, 2020).
Berdasarkan Teori yang dikemukakan tersebut, maka banyak bermunculan program keberbakatan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan untuk mengembangkan bakat peserta didik nya dalam bidang yang berbeda-beda. SMA Muhammadiyah 1 Malang misalnya, sekolah ini mengembangkan bakat peserta didik dalam bidang membaca atau menghafal Al-Quran sehingga akhirnya program keberbakatan ini disebut dengan program keberbakatan Al-Quran.
Keberbakatan Al-Quran sendiri jika didefinisikan berdasarkan teori yang ada,
25
maka artinya adalah sebuah program yang ditujukan untuk anak-anak yang memiliki kemampuan dalam bidang seni membaca dan menghafal Al-Quran untuk dikumpulkan dalam sebuah kegiatan dan melalui kegiatan tersebut mereka dapat mengembangkan potensi mereka lalu dengan potensi tersebut dapat memberikan kontribusi bagi diri mereka dan masyarakat disekitarnya.
b. Program kelas Keberbakatan Al-Quran
Program dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh perorangan, kelompok, dan organisasi (lembaga) yang berisi beberapa komponen komponen program. Komponen-komponen suatu program biasanya terdiri dari beberapa hal yaitu seperti tujuan program, sasaran, isi program dan jenis kegiatan, proses kegiatan, waktu, fasilitas, alat, biaya, organisasi penyelenggara (Suryana et al., 2018). Dalam hal ini program keberbakatan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh SMA Muhammadiyah 1 Malang untuk pengembangan bakat peserta didik.
Program kelas keberbakatan Al-Quran merupakan program khusus yang dikembangkan SMA Muhammadiyah 1 Malang pada tahun 2021 dalam proses pengembangan potensi dan bakat Al-Quran yang dimiliki oleh peserta didik dalam membaca dan menghafal Al-Quran. Program ini dilaksanakan di Ma‟Had K.H. Bedjo Dermolaksono yang berada di lantai 3 SMA Muhammadiyah 1 Kota Malang. Program ini merupakan program kerja sama sekolah dengan Rumah Tahfidz Rutaba Plus Al-Adn. Program ini disediakan bagi peserta didik yang memiliki kemampuan dan membaca Al-Quran, tetapi tidak hanya berisi tentang itu, program ini juga sebagai tempat menanamkan nilai-nilai karakter islami kepada peserta didik agar memiliki kesesuaian antara bakat yang dimiliki dengan karakter yang diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Fungsi Al-Quran sebagai dasar pijakan pendidikan karakter
Al-Quran adalah sumber rujukan pertama dan tertinggi bagi umat Islam.
Al-Quran merupakan pedoman dan petunjuk bagi umat manusia. Keberadaan Al- Quran menjadi solusi atas segala permasalahan yang dialami oleh umat baik Islam maupun non Islam. Yatimin Abdullah mengatakan bahwa dalam perspektif Islam, Al-Quran merupakan sumber ajaran karakter islami atau akhlak (Mayasari, 2019).
26
Berdasarkan hal tersebut, maka salah satu fungsi turunya Al-Quran bagi umat manusia adalah sebagai landasan pendidikan karakter Islami. Al-Quran sendiri menjelaskan dalam QS Luqman ayat 17-18 tentang pendidikan akhlak atau pendidikan karakter. Ayat ini menjelaskan bahwa Allah sangat jelas memerintahkan untuk semua manusia memiliki karakter dan akhlak yang baik.
Dalam konteks pendidikan Islam, orang tua dirumah maupun guru di sekolah memiliki tanggung jawab dalam pendidikan karakter islami pada anak.
Hal ini dijelaskan oleh Al-Quran dalam QS At-Tahrim ayat 6. Banyak ayat Al- Quran yang mengindikasikan karakter islami atau Akhlak Dalam al- Quran banyak ditemukan ayat yang berbicara tentang pokok-pokok keutamaan karakter atau akhlak yang dapat digunakan untuk membedakan perilaku seorang Muslim, seperti perintah berbuat kebaikan (ihsan) dan kebajikan (al-birr), menepati janji (al wafa), sabar, jujur, takut pada Allah SWT, bersedekah di jalan Allah, berbuat adil, dan pemaaf. Beberapa contoh ayat Al-Quran yang menjelaskannya yaitu QS.
al-Qashash: 77, QS. al-Baqarah: 177, QS. al-Mu'minun: 1–11, QS. al-Nur: 37, QS. al-Furqan: 35–37, QS. al-Fath: 39, dan QS. Ali „Imran: 134. Ayat-ayat tersebut menjelaskan bahwa setiap muslim wajib melaksanakan nilai karakter islami dalam berbagai aktivitasnya (Sajadi, 2019). Hal ini menunjukkan bahwa Al-Quran berfungsi sebagai dasar pijakan pendidikan karakter Islami. Dengan demikian Al-Quran tidak hanya berisi tentang dalil hukum tetapi lebih daripada itu fungsi Al-Quran adalah sebagai dasar pdeoman dalam pendidikan karakter untuk melaksanakan nilai-nilai karakter islami di segala aktivitas yang dilakukan seorang muslim
d. Rangkaian kegiatan bersama Al-Quran 1. Tadabbur Al-Quran
Al-Ahdal menerangkan pengertian tadabbur Al-Quran adalah pemahaman terhadap al-Quran yang dibaca beserta kehadiran hati dan konsentrasi diri serta mengamalkan isi kandungannya. Al-Qardhawi mendefinisikan bahwa tadabbur adalah memikirkan dibalik sesuatu (akibat) (Jafri et al., 2018).
Dalam konsep tadabbur, Al-Quran tidak hanya dibaca, tetapi berdampak pada akibat dari setelah kegiatan membaca.
27
Secara singkatnya kegiatan tadabbur merupakan adab dalam berinteraksi dengan Al-Quran. Dengan melaksanakan tadabbur Al-Quran, maka pembaca dan penghafal Al-Quran akan lebih merasakan implikasi dari interaksi dengan Al-Quran. Implikasi nya diantaranya yaitu: meningkatkan kualitas hafalan, memberi daya fokus yang lebih tinggi, meningkatkan pemahaman terhadap makna ayat, meningkatkan spiritual yang positif, siap menghadapi realita kehidupan. Dengan kegiatan tadabbur, tentu proses pendidikan karakter dan internalisasi nilai-nilai karakter islami menjadi lebih mudah bagi peserta didik yang mengikuti program keberbakatan Al-Quran
2. Menghafal Al-Quran
Subhan Nur mengemukakan bahwa definisi menghafal Al-Quran adalah kegiatan mengingat bacaan Al-Quran secara mendalam (intensif) sehingga bacaan itu masuk ke dalam hati sehingga tersimpan dalam memori ingatan dengan kuat. Sementara menurut Rauf menghafal Al-Quran adalah proses mengulang sesuatu dengan cara membaca atau mendengarnya (Susianti, 2016). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan menghafal Al- Quran adalah proses kegiatan mengingat bacaan Al-Quran secara intensif dengan cara membaca dan mendengarnya berulang-ulang sampai bacaan itu tersimpan dalam ingatan.