• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE FULL COSTING PADA KEDAI NOL DUA DI MAKASSAR. Muh. Fadhlurrohman Arwin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE FULL COSTING PADA KEDAI NOL DUA DI MAKASSAR. Muh. Fadhlurrohman Arwin"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Format Artikel (Block Style)

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE FULL COSTING PADA KEDAI NOL DUA

DI MAKASSAR

Muh. Fadhlurrohman Arwin 36117041

[email protected]

Abstrak

Penetuan harga pokok produksi ini penting dilakukan untuk mengidentifikasi biaya-biaya apa saja yang memengaruhi produk. Penulis bertujuan untuk menentukan harga pokok produksi menggunakan metode full costing dan kemudian membandingkan harga pokok produksi menurut pihak usaha Kedai Nol Dua di Makassar. Perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode harga pokok proses yang dikumpulkan dalam satu departemen produksi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian lapangan yaitu mengobservasi secara langsung usaha tersebut dengan teknik analisis dokumen pendukung terbentuknya harga pokok produksi dan wawancara kepada pemilik terkait biaya-biaya yang dikeluarkan. Hasil perhitungan harga pokok produksi menurut pihak usaha dengan perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode full costing memiliki perbedaan yang signifikan.

Perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode full costing diperoleh untuk jenis produk susu adalah Rp. 5.169 untuk cup kecil, Rp. 6.985 untuk cup sedang, dan Rp. 9.037 untuk cup besar. Sedangkan jenis produk squash diperoleh harga pokok produksi sebesar Rp. 5.684 untuk cup kecil, Rp. 7.060 untuk cup sedang, dan Rp. 8.500 untuk cup besar.

Kata Kunci: Biaya, Harga Pokok Produksi, Harga Pokok Proses, Metode Full Costing

(2)

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perusahaan merupakan suatu organisasi yang memproses sumber daya berupa bahan baku dan tenaga kerja untuk menghasilkan suatu barang dan jasa bagi pelanggan. Produk perusahaan yang berupa barang maupun jasa tersebut digunakan untuk menghasilkan laba. Laba (profit) adalah selisih antara jumlah yang diterima dari pelanggan atas barang atau jasa yang dihasilkan dengan jumlah yang dikeluarkan untuk membeli sumber daya berupa bahan baku dan biaya-biaya lainnya dalam menghasilkan barang atau jasa tersebut. Pencapaian suatu perusahaan dalam memperoleh laba dapat diperoleh berdasarkan harga jual yang tepat.

Penentuan harga jual dengan tepat, terlebih dahulu harus diketahui harga pokok produksi sebagai dasar bagi perusahaan untuk menentukan harga jual suatu produk. Penentuan harga pokok produk penting untuk pihak manajemen perusahaan menentukan harga jual produksi yang sudah ada, sehingga keinginan konsumen untuk memperoleh harga jual rendah dapat terealisasi. Perhitungan harga pokok produksi yang tepat belum cukup untuk penentuan harga jual produk, sehingga perlu adanya perhitungan markup pada biaya non produksi dan laba yang ingin dicapai oleh perusahaan yang dinyatakan dalam persentase (Samryn, 2012:352).

Dua pendekatan dalam penentuan harga pokok produksi, yaitu pendekatan full costing dan pendekatan variable costing. Kammarudin (2013:174) menyatakan bahwa antara pendekatan full costing dan variable costing terdapat perbedaan mengenai konsep langsung dan tidak langsungnya biaya dengan

(3)

volume. Menurut metode full costing biaya yang dipengaruhi langsung oleh volume berupa biaya produksi, sedangkan biaya yang tidak dipengaruhi langsung oleh volume berupa biaya non-produksi. Menurut metode variable costing biaya yang dipengaruhi langsung oleh volume seperti biaya variabel, dan biaya yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh volume seperti biaya tetap.

Elemen-elemen biaya yang terkait dalam menentukan harga pokok produksi dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya-biaya tersebut harus diteliti dengan cermat untuk mempermudah perusahaan mengetahui berapa pengorbanan biaya yang dikeluarkan pihak usaha untuk menghasilkan suatu produk atau yang disebut harga pokok produksi (Setiadi dkk, 2014)

Kedai Nol Dua merupakan salah satu usaha yang bergerak di bidang manufaktur. Usaha tersebut menjual produk olahan langsung dari pemilik usaha dan memiliki beberapa variasi produk minuman. Adapun ukuran gelas yang disediakan oleh kedai tersebut adalah ukuran small, middle, dan large. Pada usaha tersebut, perhitungan harga pokok produksi telah diukur dengan melihat seluruh pengeluaran biaya selama satu bulan penuh tanpa kaidah akuntansi biaya yang tepat.

Mengingat harga pokok produksi merupakan bagian yang penting bagi kemajuan usaha, oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Menggunakan Metode Full Costing pada Kedai Nol Dua di Makassar”.

(4)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dari kegiatan ini adalah berapa perhitungan harga pokok produksi yang diperoleh menurut pengelola usaha dengan perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing pada Kedai Nol Dua di Makassar?

1.3 Ruang Lingkup

Berdasarkan data produksi perusahaan yang disajikan pada latar belakang, penulis menentukan harga pokok produk berdasarkan tiap ukuran gelas, yaitu small, medium, dan large untuk produk susu dan squash.

1.4 Tujuan dan Manfaat Kegiatan 1.4.1 Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing pada Kedai Nol Dua di Makassar.

1.4.2 Manfaat Kegiatan a. Manfaat akademis

Kegiatan ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis tentang perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing, serta sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin mengambil judul yang sama.

(5)

b. Manfaat Praktis

Kegiatan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam penentuan harga pokok produksi yang dapat diterapkan oleh Kedai Nol Dua agar dapat dijadikan sebagai dasar dalam penentuan harga jual produk.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biaya

Penggunaan istilah kos (cost) atau biaya (expense) secara konsisten dalam semua konteks bukan hal yang mudah. Kos (cost) adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat sekarang atau masa yang akan datang. Saat barang dan jasa dimanfaatkan, kos akan menjadi biaya (expense) untuk memperoleh pendapatan (Siregar, dkk., 2014:36).

Biaya didefinisikan dalam arti luas oleh Mulyadi (2017:8) adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang sudah terjadi atau yang berpotensi akan terjadi untuk tujuan tertentu. Sedangkan Dunia dan Wasilah Abdullah (2012:22) mengemukakan bahwa biaya (cost) adalah pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk memeroleh barang atau jasa untuk masa yang akan datang, atau mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi yang tercermin dalam laporan posisi keuangan (neraca) sebagai aset perusahaan.

Pengertian biaya juga dikemukakan oleh Nugroho (2017:5) bahwa biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dengan satuan uang, untuk

(6)

memperoleh barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini maupun akan datang. Pengorbanan sumber ekonomis tersebut bisa merupakan biaya historis (historical cost) dan biaya masa yang akan datang (Future Cost).

2.2 Klasifikasi Biaya

Pengklasifikasian biaya menurut Siregar (2014:36) adalah sebagai berikut:

1) Klasifikasi Biaya Berdasarkan Ketertelusuran a) Biaya langsung (direct cost);

b) Biaya tidak langsung (indirect cost).

2) Klasifikasi Biaya Berdasarkan Perilaku a) Biaya variabel (variable cost);

b) Biaya tetap (fixed cost); dan c) Biaya campuran (mixed cost).

3) Klasifikasi Biaya Berdasarkan Fungsi a) Biaya produksi;

b) Biaya pemasaran;

c) Biaya administrasi dan umum.

4) Klasifikasi Biaya Berdasarkan Elemen Biaya Produksi a) Biaya bahan baku;

b) Biaya tenaga kerja langsung; dan c) Biaya overhead pabrik.

2.3 Pengertian Harga Pokok Produksi

Biaya produksi merupakan semua biaya yang berkaitan dengan barang (produk) yang diperoleh, dimana didalamnya terdapat unsur biaya produk berupa

(7)

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (Narafin, 2009:497). Sedangkan biaya non-produksi merupakan biaya yang dikeluarkan diluar aktivitas produksi.

Penentuan harga pokok produksi diperoleh dari biaya-biaya yang digunakan dalam kegiatan produksi maupun non-produksi. Besarnya biaya produksi yang terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik digunakan sebagai penghitung harga pokok produk. Dengan penambahan markup yang berupa biaya yang berasal dari biaya non-produksi dan laba yang diharapkan akan menghasilkan harga jual produk.

2.4 Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi

Metode perhitungan harga pokok produksi dengan cara mengalokasikan biaya-biaya ke dalam pokok produksi dapat dilakukan dengan dua pendekatan dalam perhitungan harga pokok produksi (Mulyadi, 2010:22), yaitu:

a. Metode kalkulasi biaya penuh (full costing)

Full Costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang membebankan seluruh biaya produksi, baik yang bersifat tetap maupun variabel terhadap produk. Cara menentukan harga pokok produksi berdasarkan metode full costing terdiri atas biaya-biaya sebagai berikut:

Biaya bahan baku Rp. xxx

Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx Biaya overhead pabrik tetap Rp. xxx Biaya overhead pabrik variabel Rp. xxx

Harga Pokok Produksi Rp. xxx

(8)

b. Metode kalkulasi biaya variabel (variable costing)

Variable Costing adalah metode penentuan harga pokok produksi hanya yang membebankan biaya produksi yang bersifat tetap variabel terhadap produk, yang terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.

Biaya bahan baku Rp. xxx

Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx Biaya overhead pabrik variabel Rp. xxx

Harga Pokok Produksi Rp. xxx

2.5 Karasteristik Metode Harga Pokok Proses

Metode pengumpulan biaya produksi dengan metode harga pokok proses yang digunakan dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan proses produk suatu perusahaan memiliki karakteristik yang disebutkan oleh Supriyono (2010:142) sebagai berikut:

1) Laporan harga pokok prroduksi digunakan untuk mengumpulkan, meringkai, dan menghitung harga pokok baik total maupun satuan unit.

2) Biaya produksi periode tertentu dibebankan kepada produk melalui rekening barang dalam proses yang diselenggarakan untuk setiap elemen biaya.

3) Produksi dikumpulkan dan dilaporkan untuk satuan waktu atau periode tertentu.

4) Produksi ekuivalen digunakan untuk menghitung harga pokok satuan.

Produksi ekuivalen adalah tingkatan atau jumlah produksi dimana pengolahan produk dinyatakan dalam ukuran produk selesai.

(9)

5) Untuk mengitung harga pokok satuan setiap elemen biaya produksi tertentu dibagi dengan produksi ekuivalen untuk elemen biaya yang bersangkutan.

6) Harga pokok yang diperhitungkan untuk mengetahui elemen yang menikmati biaya yang dibebankan, beberapa yang dinikmati produk selesai dari departemen tertentu atau pengolahan ke gudang atau departemen berikutnya dan berapa harga pokok dalam proses akhir.

2.6 Prosedur Metode Harga Pokok Proses

Adapun prosedur dalam rangka penentuan harga pokok produksi menggunakan metode harga pokok proses menurut supriyono (2010: 143) adalah sebagai berikut:

1) Mengumpulkan data produksi dalam periode tertentu untuk menyusun laporan produksi dan menghitung produksi ekuivalen.

2) Mengumpulkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik periode tertentu dibagi produksi ekuivalen dari elemen biaya yang bersangkutan.

3) Menghitung harga pokok satuan setiap elemen biaya, yaitu jumlah elemen biaya tertentu dibagi produksi ekuivalen dari elemen biaya yang bersangkutan.

4) Menghitung harga pokok produk selesai yang dipindahkan ke gudang atau ke departemen berikutnya dan menghitung harga pokok produk dalam proses akhir.

(10)

2.7 Alokasi Biaya Bersama

Perusahaan yang memproduksi atau menjual lebih dari satu produk atau jasa (berdasarkan pesanan), dalam suatu proses produksi dapat dihasilkan dua jenis produk atau lebih karena berbagai produk tersebut berasal dari proses pengolahan yang sama, menimbulkan masalah pengalokasian biaya bersama (joint cost) kepada berbagai produk yang dihasilkan tersebut. Pengertian biaya bersama menurut Mulyadi (2018:335), yaitu:

Biaya bersama dapat diartikan sebagai biaya overhead bersama (joint overhead cost) yang harus dialokasikan ke berbagai departemen baik dalam perusahaan yang kegiatan produknya berdasarkan pesanan maupun kegiatan produknya dilakukan secara massal. Maksudnya dapat disimpulkan bahwa biaya bersama terjadi selama masa proses produksi yang dialokasikan ke berbagai produk atau departemen yang menikmati manfaat dari biaya tersebut.

Selanjutnya menurut Mulyadi (2018:336) untuk mengalokasikan biaya bersama pada tiap-tiap produk bersama dapat digunakan salah satu metode dari empat metode, yaitu:

1) Metode nilai jual relatif.

2) Metode satuan fisik.

3) Metode rata-rata biaya per satuan.

4) Metode rata-rata tertimbang.

2.8 Aset Tetap

Aset tetap adalah aset yang berwujud (tangible fixed asset) yang memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun, digunakan dalam kegiatan perusahaan, tidak untuk dijual, dan nilainya cukup besar (Soemarso, 2014:20). Menurut Shatu (2016:80) Aset tetap adalah asset berwujud yang dimiliki oleh perusahaan yang

(11)

digunakan dalam operasi perusahaan tidak dimaksudkan untuk dijual dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

2.9 Metode Penyusutan Aset Tetap

Soemarso (2014:24) mengemukakan bahwa penyusutan adalah penurunan nilai aset tetap berwujud. Adapun beberapa metode penyusutan diantaranya sebagai berikut:

a. Metode Garis Lurus;

b. Metode Saldo Menurun;

c. Metode Jumlah Angka Tahun; dan d. Metode Unit Produksi.

3. METODE KEGIATAN 3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan

Kegiatan ini berlokasi di Kedai Nol Dua yang beralamat di Jln. Bau Mangga II, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari hingga September 2020.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis dokumen yang dapat menunjang terbentuknya harga pokok produksi seperti data penjualan untuk dijadikan dasar pengalokasian biaya dan data pengeluaran kas sebagai dasar pembagian elemen-elemen biaya yang dikorbankan, serta wawancara terkait biaya-biaya yang tidak tertuangkan dalam dalam dokumen sebagai bahan penentuan harga pokok produksi.

(12)

3.3 Tipe Kegiatan

Kegiatan ini dilakukan dengan metode penelitian lapangan, yaitu dengan mengamati secara langsung objek kegiatan yang diteliti. Metode ini dianggap paling tepat karena data yang diperoleh berada di lapangan. Hal ini bertujuan untuk mendapatan data yang relevan serta akurat untuk menunjang kegiatan ini.

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan mendeskripsikan data-data berupa angka yang dimiliki oleh Kedai Nol Dua. Teknik ini digunakan untuk menentukan harga pokok produksi dengan pendekatan full costing pada usaha Kedai Nol Dua di Makassar, dengan prosedur sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi biaya-biaya yang termasuk dalam penentuan harga pokok produksi;

2) Melakukan pencatatan biaya-biaya menggunakan metode harga pokok proses, yaitu:

a) Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung berdasarkan data yang diperoleh dari Usaha Kedai Nol Dua yang diolah.

b) Menghitung taksiran biaya overhead pabrik yang dibebankan ke dalam proses produksi berdasarkan biaya bahan baku yang digunakan 3) Mengalokasikan biaya alokasi bersama berdasarkan jenis kemasan dari

jenis produk yang diproduksi menggunakan metode satuan fisik.

4) Data yang terkumpul kemudian dianalisis harga pokok produksinya menggunakan metode full costing yang terdiri dari:

(13)

a) Pengumpulan biaya produksi yang sesungguhnya:

Biaya bahan baku Rp. xxx

Biaya bahan penolong Rp. xxx

Biaya tenaga kerja Rp. xxx

Biaya overhead pabrik Rp. xxx Harga Pokok Produksi Rp. xxx b) Menentukan harga pokok per satuan.

Harga Pokok Persatuan

5) Membandingkan hasil penentuan harga pokok produk menurut pihak usaha Kedai Nol Dua dengan penentuan harga poko k produk menggunakan metode full costing.

4. HASIL DAN DESKRIPSI KEGIATAN

Proses perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode full costing dimulai dengan cara mengidentifikasi jumlah produk yang telah terjual selama periode Juli 2019. Untuk produk susu, jumlah unit yang sudah terjual sebesar 222 unit untuk cup kecil, 537 unit untuk cup sedang, dan 379 unit untuk cup besar. Sedangkan untuk produk squash, jumlah unit yang sudah terjual sebesar 137 unit untuk cup kecil, 201 unit untuk cup sedang, dan 97 unit untuk cup besar.

Setelah produk ysng terjual teridentifikasi, selanjutnya yaitu menelusuri elemen biaya atas aktivitas-aktivitas yang terjadi. Adapun biaya-biaya tersebut adalah biaya bahan baku, biaya listrik, biaya gas, biaya gaji

(14)

karyawan, biaya penyusutan aset tetap, biaya perlengkapan, dan biaya konsumsi karyawan. Biaya-biaya tersebut dibebankan secara langsung sesuai dengan pemakaian selama proses produksi.

a) Biaya bahan baku terdiri dari pembelian bahan utama setiap produk dengan tiga jenis kemasan. Produk yang dihasilkan adalah susu dan squash.

b) Biaya bahan penolong dibedakan berdasarkan kebutuhan masing-masing produk. Perbedaan bahan penolong dilihat berdasarkan varian rasa untuk masing-masing produk.

c) Biaya tenaga kerja terdiri dari biaya upah

d) Biaya overhead pabrik terdiri dari biaya listrik, biaya gas, biaya konsumsi, dan biaya penyusutan peralatan.

Setelah menelusuri biaya-biaya yang terkait dengan biaya produksi, maka dilakukan pencatatan biaya-biaya menggunakan metode harga pokok proses.

a) Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku adalah harga perolehan bahan baku yang digunakan untuk memproduksi produk sampai produk jadi. Berdasarkan tabel 4.18 sampai dengan tabel 4.23, biaya bahan baku untuk produk susu adalah Rp. 1.659,50 untuk cup kecil, Rp. 2.493,73 untuk cup sedang, dan Rp.3.046,26 untuk cup besar. Sedangkan jenis produk squash diperoleh harga pokok produksi sebesar Rp. 1.640,00 untuk cup kecil, Rp. 2.360,00 untuk cup sedang, dan Rp. 2.922,00 untuk cup besar.

(15)

b) Biaya Bahan Penolong

Biaya bahan penolong dibedakan berdasarkan jenis produk dan ukuran kemasan. Berdasarkan tabel 4.30 sampai dengan tabel 4.35, diperoleh biaya bahan penolong untuk produk susu adalah Rp. 1.433,03 untuk cup kecil, Rp. 2.065,00 untuk cup sedang, dan Rp. 2.991,66 untuk cup besar. Sedangkan jenis produk squash diperoleh harga pokok produksi sebesar Rp. 1.967,61 untuk cup kecil, Rp. 2.273,04 untuk cup sedang, dan Rp. 2.578,47 untuk cup besar.

c) Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji/upah kepada pegawai yang menangani proses produksi secara langsung. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan pihak usaha Kedai Nol Dua adalah sebesar Rp. 2.700.000 untuk dua orang pegawai.

d) Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik terdiri atas biaya listrik, biaya gas, biaya konsumsi, biaya penyusutan peralatan, dan biaya penyusutan kontainer.

Adapun biaya overhead pabrik yang terjadi selama periode Juli 2019 adalah sebagai berikut:

a) Biaya Listrik

Biaya listrik yang dikeluarkan pihak usaha adalah sebesar Rp.

300.000 dengan membayar tagihan di PLN.

(16)

b) Biaya Gas

Untuk memproduksi produk tertentu seperti susu dan kopi, diperlukan proses perebusan terlebih dahulu sebelum mengolah produk tersebut. Usaha Kedai Nol Dua menggunakan dua tabung gas untuk tiap bulannya. Biaya yang dikeluarkan untuk satu tabung gas adalah Rp.20.000. Maka usaha tersebut mengeluarkan biaya untuk tabung gas sebesar Rp.40.000 dalam satu bulan.

c) Biaya Konsumsi

Usaha Kedai Nol Dua mengoptimalkan kinerja pegawai dengan menanggung komsumsi selama jam kerja produksi. Untuk itu, Kedai Nol Dua mengeluarkan biaya untuk konsumsi pegawai selama satu bulan sebesar Rp. 400.000.

d) Biaya penyusutan Aset Tetap

Biaya penyusutan aset tetap dengan menggunakan metode garis lurus dengan rumus sebagai berikut:

Beban Penyusutan

= Harga Perolehan - Nilai Aset sisa Umur Ekonomis Aset

Berdasarkan tabel 4.29, perhitungan biaya penyusutan aset tetap adalah sebesar Rp. 156.250 untuk kontainer, Rp. 13.333 untuk mesin sealer, dan Rp. 5.000 untuk kompor gas. Biaya penyusutan aset tetap dibebankan untuk periode satu bulan.

Setelah melakukan perhitungan biaya produksi, dilakukan pengalokasian biaya bersama. Alokasi biaya bersama dilakukan karena

(17)

adanya biaya bersama yang digunakan oleh semua produk yang dihasilkan. Metode yang digunakan untuk mengalokasikan biaya tersebut adalah metode satuan fisik, yaitu metode yang dilakukan untuk mengumpulkan biaya bersama berdasarkan kuantitas yang telah diproduksi.

a) Alokasi Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja selama satu bulan sebesar Rp. 2.700.000. Biaya tenaga kerja dialokasikan berdasarkan bahan baku yang telah diolah menjadi produk selesai diproduksi selama satu bulan. Pada tabel 4.24 sampai dengan 4.25 telah diketahui biaya tenaga kerja untuk tiap ukuran kemasan. Ukuran cup kecil sebesar Rp. 405.000, ukuran cup sedang sebesar Rp. 1.269.000, dan ukuran cup besar sebesar Rp.1.026.000. Berikut perhitungan alokasi biaya tenaga kerja untuk jenis produk periode Juli 2019:

Tabel 4.53 Alokasi Biaya Tenaga Kerja untuk Kemasan Cup Kecil Jenis

Produk

Jumlah Produk dalam liter

Persentase (%)

Biaya Tenaga Kerja

Alokasi Biaya Bersama

Susu 26,64 61,84 405.000 250.445

Squash 16,44 38,16 405.000 154.555

43,08 100 405.000

Sumber : Data diolah, 2020

(18)

Tabel 4.54 Alokasi Biaya Tenaga Kerja untuk Kemasan Cup Sedang Jenis

Produk

Jumlah Produk dalam liter

Persentase (%)

Biaya Tenaga Kerja

Alokasi Biaya Bersama

Susu 96,66 72,76 1.269.000 923.378

Squash 36,18 27,24 1.269.000 345.622

132,84 100 1.269.000

Sumber : Data diolah, 2020

Tabel 4.55 Alokasi Biaya Tenaga Kerja untuk Kemasan Cup Besar Jenis

Produk

Jumlah Produk dalam liter

Persentase (%)

Biaya Tenaga Kerja

Alokasi Biaya Bersama

Susu 83,38 79,62 1.026.000 816.921

Squash 21,34 20,38 1.026.000 209.079

104,72 100 1.026.000

Sumber : Data diolah, 2020

b) Alokasi Biaya Gas

Biaya gas yang diperlukan oleh usaha ini adalah 2 unit tabung gas dengan biaya sebesar Rp 40.000. Pada tabel 4.27 telah diketahui biaya gas untuk tiap ukuran kemasan. Ukuran cup kecil sebesar Rp. 6.140, ukuran cup sedang sebesar Rp. 18.934, dan ukuran cup besar sebesar Rp. 14.926. Berikut perhitungan alokasi biaya gas untuk jenis produk periode Juli 2019:

(19)

Tabel 4.56 Alokasi Biaya Gas untuk Kemasan Cup Kecil Jenis

Produk

Jumlah Produk dalam liter

Persentase (%)

Biaya Gas Alokasi Biaya Bersama

Susu 26,64 61,84 6.140 3.797

Squash 16,44 38,16 6.140 2.343

43,08 100 6.140

Sumber : Data diolah, 2020

Tabel 4.57 Alokasi Biaya Gas untuk Kemasan Cup Sedang Jenis

Produk

Jumlah Produk dalam liter

Persentase (%)

Biaya Gas Alokasi Biaya Bersama

Susu 96,66 72,76 18.934 13.777

Squash 36,18 27,24 18.934 5.157

132,84 100 18.934

Sumber : Data diolah, 2020

Tabel 4.58 Alokasi Biaya Gas untuk Kemasan Cup Besar Jenis

Produk

Jumlah Produk dalam liter

Persentase (%)

Biaya Gas Alokasi Biaya Bersama

Susu 83,38 79,62 14.926 11.884

Squash 21,34 20,38 14.926 3.042

104,72 100 14.926

Sumber : Data diolah, 2020

c) Alokasi Biaya Listrik

Biaya listrik yang dikeluarkan untuk membayar tagihan dari PLN sebesar Rp. 300.000 per bulan. Pada tabel 4.28 telah diketahui biaya listrik untuk tiap ukuran kemasan. Ukuran cup kecil sebesar Rp.

(20)

68.468, ukuran cup sedang sebesar Rp. 140.750, dan ukuran cup besar sebesar Rp. 90.782. Berikut perhitungan alokasi biaya listrik untuk jenis produk periode Juli 2019:

Tabel 4.59 Alokasi Biaya Listrik untuk Kemasan Cup Kecil Jenis

Produk

Jumlah Produk Persentase (%)

Biaya Listrik Alokasi Biaya Bersama

Susu 222 61,84 68.468 42.340

Squash 137 38,16 68.468 26.128

359 100 68.468

Sumber : Data diolah, 2020

Tabel 4.60 Alokasi Biaya Listrik untuk Kemasan Cup Sedang Jenis

Produk

Jumlah Produk Persentase (%)

Biaya Listrik Alokasi Biaya Bersama

Susu 537 72,76 140.750 102.416

Squash 201 27,24 140.750 38.334

738 100 140.750

Sumber : Data diolah, 2020

Tabel 4.61 Alokasi Biaya Listrik untuk Kemasan Cup Besar Jenis

Produk

Jumlah Produk Persentase (%)

Biaya Listrik Alokasi Biaya Bersama

Susu 379 79,62 90.782 72.282

Squash 97 20,38 90.782 18.500

476 100 90.782

Sumber : Data diolah, 2020

(21)

d) Alokasi biaya penyusutan aset tetap

Pada tabel 4.29 telah dihitung perhitungan biaya penyusutan untuk tiap aset tetap pada pihak usaha Kedai Nol Dua. Biaya penyusutan selama satu bulan sebesar Rp. 156.250 untuk kontainer, Rp. 13.333 untuk mesin sealer, dan Rp. 5.000 untuk kompor gas. Alokasi biaya bersama dilakukan berdasarkan ukuran gelas pada tiap produk.

Berikut perhitungan alokasi biaya penyusutan aset tetap untuk jenis produk periode Juli 2019:

Tabel 4.62 Alokasi Biaya Depresiasi Kontainer untuk Kemasan Cup Kecil Jenis

Produk

Jumlah Produk Persentase (%)

Biaya Kontainer

Alokasi Biaya Bersama

Susu 222 61,84 156.250 96.623

Squash 137 38,16 156.250 59.627

359 100 156.250

Sumber : Data diolah, 2020

Tabel 4.63 Alokasi Biaya Depresiasi Kontainer untuk Kemasan Cup Sedang Jenis

Produk

Jumlah Produk Persentase (%)

Biaya Kontainer

Alokasi Biaya Bersama

Susu 537 72,76 156.250 113.694

Squash 201 27,24 156.250 42.556

738 100 156.250

Sumber : Data diolah, 2020

(22)

Tabel 4.64 Alokasi Biaya Depresiasi Kontainer untuk Kemasan Cup Besar Jenis

Produk

Jumlah Produk Persentase (%)

Biaya Kontainer

Alokasi Biaya Bersama

Susu 379 79,62 156.250 124.409

Squash 97 20,38 156.250 31.841

476 100 156.250

Sumber : Data diolah, 2020

Tabel 4.65 Alokasi Biaya Depresiasi Mesin Sealer untuk Kemasan Cup Kecil Jenis

Produk

Jumlah Produk Persentase (%)

Biaya Mesin Sealer

Alokasi Biaya Bersama

Susu 222 61,84 13.333 8.245

Squash 137 38,16 13.333 5.088

359 100 13.333

Sumber : Data diolah, 2020

Tabel 4.66 Alokasi Biaya Depresiasi Mesin Sealer untuk Kemasan Cup Sedang

Jenis Produk

Jumlah Produk Persentase (%)

Biaya Mesin Sealer

Alokasi Biaya Bersama

Susu 537 72,76 13.333 9.702

Squash 201 27,24 13.333 3.631

738 100 13.333

Sumber : Data diolah, 2020

(23)

Tabel 4.67 Alokasi Biaya Depresiasi Mesin Sealer untuk Kemasan Cup Besar Jenis

Produk

Jumlah Produk Persentase (%)

Biaya Mesin Sealer

Alokasi Biaya Bersama

Susu 379 79,62 13.333 10.616

Squash 97 20,38 13.333 2.717

476 100 13.333

Sumber : Data diolah, 2020

Tabel 4.68 Alokasi Biaya Depresiasi Kompor Gas untuk Kemasan Cup Kecil Jenis

Produk

Jumlah Produk Persentase (%)

Biaya Mesin Sealer

Alokasi Biaya Bersama

Susu 222 61,84 5.000 3.092

Squash 137 38,16 5.000 1.908

359 100 5.000

Sumber : Data diolah, 2020

Tabel 4.69 Alokasi Biaya Depresiasi Kompor Gas untuk Kemasan Cup Sedang

Jenis Produk

Jumlah Produk Persentase (%)

Biaya Mesin Sealer

Alokasi Biaya Bersama

Susu 537 72,76 5.000 3.638

Squash 201 27,24 5.000 1.362

738 100 5.000

Sumber : Data diolah, 2020

(24)

Tabel 4.70 Alokasi Biaya Depresiasi Kompor Gas untuk Kemasan Cup Besar Jenis

Produk

Jumlah Produk Persentase (%)

Biaya Mesin Sealer

Alokasi Biaya Bersama

Susu 379 79,62 5.000 3.981

Squash 97 20,38 5.000 1.019

476 100 5.000

Sumber : Data diolah, 2020

Setelah menelusuri biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik dengan mengalokasikan biaya bersama untuk tiap produk dan kemasan, maka diperoleh biaya tenaga kerja selama satu bulan dibagi dengan unit produksi untuk susu sebesar Rp. 1.128,13 untuk cup kecil, Rp. 1.719,51 untuk cup sedang, dan Rp. 2.155,46 untuk cup besar. Sedangkan jenis produk squash diperoleh biaya tenaga kerja sebesar Rp. 1.128,14 untuk cup kecil, Rp. 1.719,51 untuk cup sedang, dan Rp. 2.155,45 untuk cup besar.

biaya overhead pabrik selama satu bulan dibagi dengan unit produksi untuk susu sebesar Rp. 948,41 untuk cup kecil, Rp. 707,22 untuk cup sedang, dan Rp. 588,85 untuk cup besar. Sedangkan jenis produk squash diperoleh biaya overhead pabrik sebesar Rp. 948,41 untuk cup kecil, Rp.707,22 untuk cup sedang, dan Rp. 843,14 untuk cup besar.

Dari perhitungan biaya-biaya produksi, maka dapat dihitung perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode full costing yang dapat dilihat pada tabel 4.39 sampai dengan tabel 4.44. Harga pokok produksi untuk produk susu adalah sebesar Rp. 5.169 untuk cup kecil, Rp. 6.985 untuk

(25)

cup sedang, dan Rp. 9.037 untuk cup besar. Sedangkan jenis produk squash diperoleh harga pokok produksi sebesar Rp. 5.684 untuk cup kecil, Rp. 7.060 untuk cup sedang, dan Rp. 8.500 untuk cup besar.

Selisih perhitungan harga pokok produksi antara pihak usaha dengan menggunakan metode full costing adalah sebesar Rp 4.025 atau 41,46 % untuk cup kecil, cup sedang sebesar Rp 7.504 atau 51,52 %, dan cup besar sebesar Rp 9.300 atau 51,56 % (Tabel 4.52).

5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan deskripsi kegiatan perhitungan harga pokok produksi pada Kedai Nol Dua dapat disimpulkan bahwa perhitungan harga pokok produksi untuk periode Juli 2019 dengan metode full costing memiliki perbedaan yang signifikan jika dibandingkan dengan perhitungan harga pokok produksi menurut pihak Kedai Nol Dua. Harga pokok produksi berdasarkan metode full costing untuk jenis produk susu adalah Rp. 5.169 untuk cup kecil, Rp. 6.985 untuk cup sedang, dan Rp. 9.037 untuk cup besar. Sedangkan jenis produk squash diperoleh harga pokok produksi sebesar Rp. 5.684 untuk cup kecil, Rp. 7.060 untuk cup sedang, dan Rp. 8.623 untuk cup besar. Adapun selisih atau perbandingan harga pokok produksi menurut pihak usaha dengan menurut metode full costing untuk jenis produk susu adalah sebesar Rp. 2.660 untuk cup kecil, Rp. 4.759 untuk cup sedang, dan Rp. 5.316 untuk cup besar. Sedangkan untuk produk squash adalah sebesar Rp. 4.025 untuk cup kecil, Rp. 7.504 untuk cup sedang, dan Rp. 9.177 untuk cup besar. Hasil harga pokok produksi yang dihitung lebih rendah

(26)

dibandingkan harga pokok produksi menurut pihak usaha. Hal ini disebabkan karena pihak usaha mencatat biaya bahan baku yang dibeli selama periode satu bulan, bukan berdasarkan pemakaian bahan baku yang sudah diproses selama satu periode yang bersangkutan sehingga perbedaan perhitungan biaya produksi menurut pihak usaha dengan metode full costing sangat besar.

5.2 Saran

a. Saran untuk Usaha Kedai Nol Dua

Perhitungan harga pokok produksi pada usahah Kedai Nol Dua sebaiknya dihitung berdasarkan seluruh unsur-unsur biaya yang terkait dengan produk yang dijual, bukan berdasarkan biaya yang dikeluarkan selama satu bulan tanpa melihat nilai sisa dari periode tersebut untuk periode berikutnya. Hal ini bertujuan agar perhitungan harga pokok produksi dapat dilakukan dengan tepat dan biaya produksi dapat digunakan sebagai penetapan harga jual produk tersebut.

b. Saran untuk penelitian selanjutnya

Penulis sebaiknya mencantumkan biaya non-produksi jika perusahaan tersebut mengeluarkan biaya-biaya seperti periklanan, perawatan peralatan, dan biaya-biaya non-produksi lainnya, sehingga menghasilkan perhitungan harga pokok produksi yang lebih akurat.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Dunia, Firdaus Ahmad dan Wasilah Abdullah. 2012. Akuntansi Biaya. Edisi ke-3.

Depok: Salemba Empat.

Gitosudarmo, Indriyo. 2012. Manajemen Pemasaran. Yogyakarta : BPFE- Yogyakarta.

Kamaruddin, Ahmad. 2013. Akuntansi Manajemen: Dasar-dasar konsep biaya dan pengambilan keputusan. Edisi Revisi 8. Jakarta : Rajawali Pers Bisnis.

Kotler, Ketler. 2009. Dalam Sujarweni, V. Wiratna. 2015. Akuntansi Manajemen (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Mulyadi. 2017. Akuntansi Biaya, Edisi 5. Yogyakarta : UPP-STIM YKPN.

Samryn. 2012. Akuntansi Manajemen: Informasi biaya untuk pengendalian aktivitas operasi dan informasi. Jakarta. PT. Fajar Intertama Mandiri.

Setiadi, Pradana. 2014. ”Perhitungan Harga Pokok Produksi Dalam

Menentukan Harga Jual Pada CV. Minahasa Mantap Perkasa”. “Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi”. Volume 14, No.2 Mei 2014.

Shatu, Yayah Pudin. 2016. Kuasa Detail Akuntansi Perkantoran. Yogyakarta:

Pustaka Ilmu Semesta

Siregar, Baldric, dkk. 2014. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.

Soemarso. 2014. Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi ke-5. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Supriyono. 2012. AKUNTANSI BIAYA : Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok. Edisi 2. Yogyakrata: BPFE.

Swastha Basu, 2010. Manajemen Penjualan. Edisi 3. BPFE, Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Menjamin kepastian layanan pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan; Uraian di atas tidak jauh berbeda dengan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dan dijadikan

Namun karena pandemi, pemerintah Saudi masih menutup tanah suci, sehingga kemungkinan (ibadah haji) ditunda tahun 2021,” terang Kepala Kemenag Kabupaten malang, Dr musta’in

Yang pertama metode penentuan perhitungan full costing, metode full costing merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menghitung harga pokok produksi dengan

  Perbandingan dan Perbedaan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Metode Full Costing dengan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Perhitungan Bakpia Pathok 145 ....  

Limbah kotoran manusia mengandung nilai tinggi yang dapat dibuat kompos untuk menghasilkan pupuk tanaman yang berkualitas dan enhancer tanah dengan harga yang jauh

Setelah lama tinggal di Sengoret, sebagian lagi orang Dayak Ribun tersebut melakukan perpindahan lagi ke daerah Kecamatan Tayan Hilir dan Kecamatan Kapuas hingga sekarang,

Perkembangan dari media televisi di tingkat lokal ini setidaknya diharapkan akan memiliki andil dalam memberikan kontribusi bagi pembangunan daerah itu sendiri,

Dalam perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing pada UKM Mie Ayam Bakso Pakde menghasilkan biaya produksi yang lebih tinggi karena metode full