• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Tarumanagara, Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Universitas Tarumanagara, Jakarta"

Copied!
847
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

SAMBUTAN PADA SNKIB 2016

PERAN WIRAUSAHA MARITIM INDOENSIA MEMBANGUN EKONOMI NASIONAL

Yang terhormat:

Bapak Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia, Bapak Rektor Universitas Tarumanagara, para pembicara, para peserta dan hadirin semua.

Selamat Pagi.

Bapak, ibu dan saudara-saudara sekalian, hari ini kita berkumpul kembali dalam acara Seminar Nasional Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis (SNKIB). Sebagai tuan rumah, tentu saya mengucapkan selamat datang di Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara dan juga mengucapkan banyak terima kasih atas peran serta Bapak, Ibu dan Saudara sekalian.

Acara ini adalah yang keenam kalinya diselenggarakan Fakultas Ekonomi dan UPT MKU Universitas Tarumanagara. Saya, selaku Dekan FE UNTAR, menyambut baik acara ini dan berharap akan terus berlangsung di masa-masa mendatang. Sebab kegiatan seperti ini dapat menjadi ajang sharing diantara akademisi dengan praktisi bisnis. Sehingga mampu meningkatkan profesionalisme para akademisi dan kemajuan dunia bisnis di Indonesia.

Pada SNKIB kali ini, tema yang diusung adalah Peran Wirausaha Maritim Indonesia Membangun Ekonomi Nasional. Saya berpendapat tema ini amat penting untuk didiskusikan. Sebab, memang ada hal yang sangat urgen untuk diperhatikan dalam pembangunan maritim Indonesia.

Secara potensial, Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk mendapatkan sumber ekonomi dari maritime. Secara geografis Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan dengan dua pertiga luas lautan lebih besar dari daratan. Garis pantai di setiap pulau di Indonesia mencapai 81.000 km, yang menjadikan Indonesia menempati urutan kedua setelah Kanada sebagai negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia.

Data FAO menunjukkan, Indonesia menempati peringkat ketiga terbesar dunia dalam produksi perikanan di bawah China dan India. Selain itu, perairan Indonesia menyimpan 70 persen potensi minyak karena terdapat kurang lebih 40 cekungan minyak. Dari angka ini hanya10 persen yang telah dieksplorasi dan dimanfaatkan. Indonesia juga memiliki empat titik strategis yang dilalui 40% kapal-kapal perdagangan dunia yaitu : Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Lombok, dan Selat Makasar, yang bisa memberikan peluang besar untuk memfasilitasi Indonesia menjadi pusat industri perdagangan serta pelayaran maritim dunia.

Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum merasakan peran signifikan dari potensi maritim. Meski potensi kekayaan maritim menjanjikan harta yang bisa dimanfaatkan, namun sangat perlu untuk dipikirkan cara-cara untuk memanfaatkan harta tersebut. Jangan sampai tiga kesalahan sebelumnya akan menjadi yang keempat setelah laut dikelola.

Kesalahan pertama terjadi ketika Indonesia memanfaatkan harta minyak. Hasil dari eksploitasi minyak ini, tidak digunakan untuk kepentingan produktif, sehingga Indonesia memiliki fasilitas-fasilitas produksi untuk memproduksi produk-produk non minyak, jika kelak minyak telah habis ketersediaannya. Perilaku pengelolaan harta dengan cara dihabiskan hanya untuk kepentingan konsumsi ini berulang ketika Indonesia memanfaatkan hutan. Hutan

(3)

dibabat habis, tanpa memanfaatkan hasil pembabatan itu untuk membangun fasilitas produksi, sehingga pasca panen hutan, Indonesia kesulitan membangun infrastruktur.

Kesalahan ketiga terjadi ketika Indonesia mendapat rizki booming batu bara. Dengan cara pengelolalan harta batu bara seperti dua kesalahan sebelumnya, maka hari ini, sampai kejayaan batu baru memudar (meskipun deposit batu bara belum habis), tetap saja Indonesia belum mampu memiliki fasilitas produksi untuk memproduksi produk-produk komersial yang bisa menggantikan produk alam.

Belajar dari pengalaman ketiga kesalahan tersebut, maka kali ini kita tidak boleh lagi terlena dengan kekayaan maritime yang akan dieklpoitasi. Seminar SNKIB kali ini diharapkan bisa memberikan kontribusi gagasan untuk tidak mengulang kesalahan yang sudah terjadi di darat, kelak beralih ke laut. Paling tidak dari sisi peran wirausaha maritim. Sehingga sektor maritim bisa menjadi harapan untuk membangun ekonomi nasional. Saya amat yakin banyak paper yang bisa menghadirkan gagasan-gagasan tersebut.

Demikianlah yang bisa saya sampaikan, mudah-mudahan bisa berkontribusi dalam seminar yang akan berlangsung nanti. Terima kasih atas perhatiannya.

Selamat Berseminar!

Jakarta, 12 Mei 2016

Dr. Sawidji Widoatmodjo, SE, MM, MBA

Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara

(4)

SAMBUTAN KETUA PANITIA

Selamat pagi, Bapak, Ibu dan saudara-saudara sekalian, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkatNya Jurusan manajemen Fakultas Ekonomi bekerja sama dengan Mata Kuliah Umum (MKU) dan Magister Manajemen (MM) Universitas Tarumanagara dapat menyelenggarakan Seminar Nasional Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis yang keenam.

Seminar kali ini mengangkat tema “Peran Wirausaha Maritim Indonesia Membangun Ekonomi Nasional”. Indonesia yang 2/3 wilayahnya merupakan lautan dan juga berada di daerah equator antara dua benua Asia dan Australia. Kekayaan maritim yang dimiliki Indonesia sangat berpotensi untuk membangun perekonomian kita, hal tersebut tentunya harus didukung dengan jiwa wirausaha yang tangguh. Untuk itu kami mengundang pembicara yang sangat kompeten di bidangnya sehingga diharapkan seminar ini dapat memberikan kontribusi pada perkembangan kewirausahaan di Indonesia khususnya di sektor maritim.

Kami bersyukur bahwa acara ini mendapat respon yang sangat baik dengan jumlah makalah untuk presentasi call for paper sejumlah 58 tulisan. Di masa mendatang, kami berharap Seminar Nasional Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis semakin dikenal lagi sebagai bentuk usaha penyebaran dan pengembangan ilmu khususnya dalam bidang kewirausahaan.

Terselenggaranya seminar ini merupakan hasil kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Para pembicara yang telah hadir dan meluangkan untuk acara ini 2. Para pemakalah dan peserta seminar

3. Ketua Pengurus Yayasan Tarumangara, Bapak Gunardi, S.H., M.H.

4. Rektor Universitas Tarumanagara, Bapak Prof. Ir. Roesdiman Soegiarso, M.Sc., Ph.D

5. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara, Bapak Dr. Sawidji Widoatmodjo, S.E., M.M., M.B.A.

6. Kepala UPT MKU Universitas Tarumanagara, Bapak Rahaditya, S.H, M.H.

7. Ketua Program MM Universitas Tarumanagara, Bapak Dr. Indra Widjaja, S.E, M.M.

8. Ketua Program Studi S-1 Manajemen, Bapak Dr. Ignatius Roni Setyawan, S.E., M.Si.

9. Tim pengarah SNKIB VI

10. Seluruh anggota panitia SNKIB VI

11. Ikatan Mahasiswa Manajemen Tarumanagara (IMMANTA)

12. Serta seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan kontribusi dan dukungan untuk penyelenggaraan seminar ini.

Selamat mengikuti seminar ini, semoga bermanfaat untuk kita semua.

Jakarta, 12 Mei 2016 Ketua Panitia SNKIB VI Tommy Setiawan Ruslim, SE, MM

(5)

Seminar Nasional Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis VI 2016

Universitas Tarumanagara Jakarta, 12 Mei 2016 ISSN NO: 2089-1040

SCIENTIFIC COMITTEE

Prof. Dr. Carunia Mulya Firdausy, MA, APU (Untar)

Prof. Dr. Gunawan Sumodiningrat (UGM)

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA (IPB)

Dr. Rizal Edy Halim, M.Si (UI)

Dr. Fitri Ismiyanti, SE, M.Si (Unair)

Dr. Keni, SE, MM (Untar)

Dr. Ir. Chairy, SE, MM (Untar)

Dr. Indra Widjaja, SE, MM (Untar)

Dr. Lerbin Aritonang, MM (Untar)

Dr. Sawidji Widoatmodjo, SE, MM, MBA (Untar) Dr. Ignatius Roni Setyawan, SE., Msi (Untar) Dr. Hetty Karunia Tunjungsari, SE, Msi (Untar)

(6)

Seminar Nasional Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis VI 2016

Universitas Tarumanagara Jakarta, 12 Mei 2016 ISSN NO: 2089-1040

DAFTAR UNIVERSITAS PESERTA SNKIB VI 2016

No Urut Universitas Kota

1 Universitas Tarumanagara Jakarta

2 Universitas Padjajaran Bandung

3 Syarif Hidayatullah Islamic State University Jakarta

4 Universitas Bunda Mulia Jakarta

5 STIE Manajemen Bisnis Indonesia Depok

6 Universitas Nusantara PGRI Kediri Kediri

7 Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta

8 Universitas Kristen Petra Surabaya

9 Universitas Wijaya Putra Surabaya

10 Universitas Atma Jaya Jakarta

11 Universitas Muhammadiyah Purwokerto Purwokerto

12 Universitas 45 Surabaya Surabaya

13 Universitas Musamus Merauke Merauke

14 Universtas Widyatama Bandung

15 Universitas Atma Jaya Yogyakarta

16 Universitas Mercu Buana Jakarta

17 Universitas Pakuan Bogor

18 Universitas Terbuka Jakarta

19 Universitas Sahid Jakarta

20 Universitas Jember Jember

21 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Surabaya

22 Universitas Maranatha Bandung

23 Universitas Telkom Bandung

24 Universtas Widyatama Bandung

25 Akademi Sekretari dan Manajemen Bina Insani Bekasi

26 Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

27 Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

28 Universitas Bina Nusantara Jakarta

29 Universitas Mulawarman Samarinda

30 Universitas Hang Tuah Surabaya

31 Universitas Kediri Kediri

32 Universitas Airlangga Surabaya

33 Universitas Ciputra Surabaya

(7)

Seminar Nasional Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis VI 2016

Universitas Tarumanagara Jakarta, 12 Mei 2016 ISSN NO: 2089-1040

DAFTAR ISI HALAMAN

ERA PERSAINGAN PASAR BEBAS USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) INDONESIA SIAP ATAU TIDAK?

ARDAN GANI ASALAM, SABIRIN

1

TINJAUAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL (STUDI KASUS PADA PEDAGANG KAKI LIMA DI JAKARTA

FAHMI KAMAL

14

TINJAUAN ASPEK KREATIVITAS TERHADAP WIRAUSAHAWAN YANG TERGABUNG DALAM KOMUNITAS ORGANIK INDONESIA

(KOI)

ARISTO SURYA GUNAWAN

24

PENYEBARAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN MELALUI PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT UNTUK

KALANGAN SISWA SMA DI JABODETABEK MEI IE, HETTY KARUNIA TUNJUNGSARI

33

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG DOMINAN DALAM MEMILIH MENJADI WIRAUSAHA TOKO BUNGA DI TEBET, JAKARTA

SELATAN

CUT MUTIARA HASTRID DAYANTI, SUMARSONO,KANIA RATNASARI

42

KOMBINASI STRATEGI KEBIJAKAN PEMBINAAN UMKM KOTA KEDIRI

LILIA PASCA RIANI

53

STRATEGI MENGATASI PERMASALAHAN ALIH GENERASI PADA USAHA BATIK KELUARGA:

BERKACA PADA USAHA BATIK DI JATIM PUJI WAHONO

62

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN, KETRAMPILAN, ORIENTASI DAN HAMBATAN BERWIRAUSAHA PADA MINAT BERWIRAUSAHA

MAHASISWA

SINGGIH SANTOSO, HETTY KARUNIA TUNJUNGSARI

71

ANALISA BCG’S GROWTH SHARE MATRIX & SWOT MATRIX SEBAGAI DASAR MENGEMBANGKAN STRATEGI PEMASARAN YANG DITERAPKAN OLEH PT. ASA WAHANA REKSA SIDOARJO

WIRATNA, DIANA ZUHROH

82

PERAN WORKSHOP KEWIRAUSAHAAN DALAM UPAYA PENGEMBANGAN WIRAUSAHA MUDA

HETTY KARUNIA TUNJUNGSARI, MEI IE

94

KEPERCAYAAN, KEPUASAN DAN NORMA SUBYEKTIF SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP INTENSI BERBELANJA SECARA ONLINE

PADA MAHASISWI/A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TARUMANAGARA

HERLINA BUDIONO, STEFANI, LERBIN R. ARITONANG R.

104

(8)

Seminar Nasional Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis VI 2016

Universitas Tarumanagara Jakarta, 12 Mei 2016 ISSN NO: 2089-1040

PERFORMA KELAYAKAN BISNIS PADA PERENCANAAN USAHA (STUD KASUS CAFÉ KULINER DI KOTA SURABAYA) HERI T PRASETIA, ACHMAD DAENGS, GS, HARSONO TEGUH

127

DETERMINAN PROSES SUKSESI BISNIS KELUARGA SARWO EDY HANDOYO, STEFANIE

145 ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN USAHA MIKRO: TANTANGAN

PENERAPANNYA DJOKO POERNOMO

157

ANALISIS STUDI KELAYAKAN BISNIS PENANGKARAN BURUNG MURAI BATU SUMATRA (SURVEI TERHADAP PENANGKAR

BURUNG MURAI BATU SUMATRA DI KOTA BANDUNG) FADHLAN RIDHWANA SUJANA

166

URGENSI PENGENALAN KONSEP SPIRITUAL MARKETING DALAM MATA KULIAH MANAJEMEN PEMASARAN

ARIDHA PRASSETYA

175

PERENCANAAN BISNIS BURGER IKAN APRIANI SIMATUPANG, KRISTIANA WIDIAWATI

184 TANTANGAN START UP BUSINESS MENGHADAPI PELEMAHAN

EKONOMI

UKI YONDA ASEPTA, WENDRA HARTONO

194

MENDUKUNG MAHASISWA BERWIRAUSAHA MELALUI PENDEKATAN INKUBATOR BISNIS

F. ANITA HERAWATI, ELISABET DITA SEPTIARI, ANNA PURWANINGSIH, ANNA PUDIANTI

204

PENGARUH ATMOSFIR TOKO TERHADAP INTENSI PEMBELIAN KONSUMEN TOKO BUKU DI JAKARTA

OLIVIA WIJAYA, FRANKY SLAMET

213

MENGUJI MODEL KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP HASIL PEKERJAAN MAHASISWA YANG MENGIKUTI PROYEK

KWU 3

HENGKY WIDHIANDONO, HERMIN ENDRATNO

227

PENGARUH INOVASI KEPERCAYAAN, INOVASI POLA PIKIR DAN INOVASI KEYAKINAN TERHADAP KEINGINAN BERPRESTASI

BAGI WIRAUSAHA WANITA DI MANGGA DUA IVANG IMELDA, OEY HANNES WIDJAYA, ANDI WIJAYA

243

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN SISTEM KOMPENSASI TERHADAP MOTIVASI KERJA SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA STYLIST (STUDI KASUS PADA LANANG BARBERSHOP)

ARIEF BOWO PRAYOGA KASMO, OKI JULIYANTO

256

IDENTIFIKASI INTENSI KEWIRAUSAHAAN PADA MAHASISWA NON KONSENTRASI KEWIRAUSAHAAN DENGAN BASIS ORANG

TUA BUKAN PELAKU WIRAUSAHA

DANET A. PATRIA, YOHANA F. CAHYA PALUPI MEILANI

276

(9)

Seminar Nasional Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis VI 2016

Universitas Tarumanagara Jakarta, 12 Mei 2016 ISSN NO: 2089-1040

ANALISIS FAKTOR AGAMA, TEKNOLOGI DAN FASILITAS YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUTUSAN NASABAH DALAM

PENGGUNAAN PRODUK KARTU SHAR-E ABDUL ROZAK, WIEN DYAHRINI, IBNU RACHMAN

291

PENGARUH INTUISI TERHADAP KREATIVITAS INDUSTRI KREATIF MARITIM DI INDONESIA STUDI KASUS: MASYARAKAT

KOMUNITAS NELAYAN SUKARAJA, BANDAR LAMPUNG OKTAFALIA MARISA M

301

PENGARUH COLLABORATIVE DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP

PEMBENTUKAN SIKAP BERORIENTASI PADA TINDAKAN (STUDI PADA MAHASISWA S1 AKUNTANSI UNIVERSITAS WIDYATAMA

BANDUNG)

MEIRYANI, SUPRIYANTO ILYAS, HAFIED NOOR BAGJA

310

DETERMINAN PERILAKU MOTIVASI WANITA MENJALANKAN USAHA JAMU TRADISIONAL DI KOTA DEPOK

KARTIKA NURINGSIH

320

MANAJEMEN MUTU USAHA JAMU GENDONG SEBAGAI MODEL MENINGKATKAN KINERJA KUALITAS KOMUNITAS JAMU

GENDONG

KARTIKA NURINGSIH, RODHIAH

331

PREFERENSI KONSUMSI MAKANAN LAUT GENERASI Y MAHASISWA UNIVERSITAS HANG TUAH DI SURABAYA

FEBRINA HAMBALAH, CHASAN AZARI

342

BUSINESS ANALYSIS OF MURABAHA FINANCING IN ISLAMIC BANKING INDUSTRY

MUHAMAD NADRATUZZAMAN HOSEN, FITHRAH KAMALIYAH

352

MENGELOLA RISIKO USAHA BAGI PELAKU UKM DALAM BINGKAI PERENCANAAN KEUANGAN

ZARAH PUSPITANINGTYAS

365

EVALUASI IMPLEMENTASI SAK ETAP PADA UMKM KERAJINAN KULIT BUAYA DI KABUPATEN MERAUKE

LADY ANGGELA DAMANIK, ALI SYAHID, ANGELINE LESTARI DWI PUTRI, INDAH MEGA SARI, M. V. IRENE HERDJIONO

374

MODEL PENDANAAN UNTUK INTEGRASI JALUR KERETA API DAN MARITIM DALAM MENUNJANG PEREKONOMIAN, PELESTARIAN

LINGKUNGAN DAN PARIWISATA DI SELATAN JAWA BARAT BENNY BUDIAWAN TJANDRASA

396

MENDORONG SPIRIT ECO ENTREPRENEURSHIP DI KALANGAN MAHASISWA

KARTIKA NURINGSIH, CLAUDIA GITA HAPSARI

407

(10)

Seminar Nasional Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis VI 2016

Universitas Tarumanagara Jakarta, 12 Mei 2016 ISSN NO: 2089-1040

IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI KREDIT PENSIUN TERHADAP PEMBERIAN KREDIT TERHADAP EFEKTIVITAS

PENGENDALIAN INTERNAL DINI ARWATI, REGINA DESTIANA PUTRI

419

PENINGKATAN KINERJA KEUANGAN MELALUI PENGUNGKAPAN PENERAPAN GCG PADA BUMN GO PUBLIK

MAILANI HAMDANI

433

PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS BADAN USAHA KOPERASI

MOCHAMMAD KOHAR MUDZAKAR, RUDY LIZWARIL SJAIFUL

443

EKSPANSI KREDIT BANK ASING DAN DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA KEUANGAN BANK DI INDONESIA

RIZKY YUDARUDDIN

473

KAJIAN BISNIS KELUARGA TENUN IKAT BERBASIS KEARIFAN LOKAL

RINO SARDANTO

483

PENINGKATAN KUALITAS SDM DI KAWASAN TRANSMIGRASI (STUDI KASUS PADA SATUAN KIMTRANS TANGGUL HARAPAN DI

KABUPATEN SERUYAN, KALIMANTAN TENGAH) NOVITA WAHYU

493

IDENTIFIKASI POSTURAL STRESS PADA UKM UNTUK

PENINGKATAN PERFORMA DAN MENGHINDARI RESIKO CEDERA PEKERJA

SUYOGO JEFTON, JANI RAHARDJO

507

ANALISIS KUALITATIF TINJAUAN KEPEMIMPINAN WIRAUSAHA PADA WIRAUSAHA MUDA DI DKI JAKARTA

ATI CAHAYANI

516

MOTIVASI MAHASISWA/I FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TARUMANAGARA DALAM MEMILIH TEMPAT TINGGAL

(INDEKOST) DI JAKARTA M. TONY NAWAWI

531

PENGARUH PENGAMBILAN KEPUTUSAN STRATEGIS, KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF, ORIENTASI JANGKA PANJANG,

DAN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KEWIRAUSAHAAN PERUSAHAAN BISNIS KELUARGA

RASMI, LOUIS UTAMA, OEY HANNES WIDJAYA

544

ANALISIS FAKTOR PEMBENTUK TALENTA PEGAWAI DI UNIVERSITAS TERBUKA

IRMAWATY

561

STUDI GAYA KEPEMIMPINAN WIRAUSAHA PADA WIRAUSAHAWAN MUDA DI DKI JAKARTA

RUSMINTO WIBOWO

570

(11)

Seminar Nasional Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis VI 2016

Universitas Tarumanagara Jakarta, 12 Mei 2016 ISSN NO: 2089-1040

PENGARUH FAKTOR STRATEGI TERHADAP ORGANIZATIONAL LEARNING UMKM DI JAKARTA BARAT

LYDIAWATI SOELAIMAN, SANNY EKAWATI, IDA PUSPITOWATI

578

PERAN WIRAUSAHA MARITIM INDONESIA MEMBANGUN EKONOMI NASIONAL

ROBERT GUNARDI, YUNIARWATI

587

SUKA BERSAMA TETAPI SULIT BEKERJA SAMA (STUDI KASUS MOTIVASI DAN PENGEMBANGAN USAHA PADA WIRAUSAHA

PERANTAU MINANGKABAU DI YOGYAKARTA) ILHAM SETIAWAN, TRIAS SETIAWATI

592

PENGARUH KOMITMEN PROFESIONAL DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA AUDITOR DENGAN TINDAKAN

SUPERVISI SEBAGAI MODERATING BAMBANG LEO HANDOKO

614

ANALISA PENGARUH E-SERVICE QUALITY TERHADAP CUSTOMER LOYALTY, DENGAN CUSTOMER SATISFACTION DAN

CUSTOMER TRUST SEBAGAI VARIABEL MEDIASINYA. (STUDI KASUS PADA WEBSITE ZALORA.CO.ID)

MERISA, HENILIA YULITA

624

PENGARUH CELEBRITIES ENDORSER TERHADAP MINAT BELI DI KALANGAN REMAJA

ANDHI SUKMA

639

ANALYZING THE FEATURES OF E-COMMERCE WEBSITE USING CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (A CASE STUDY OF

BHINNEKA.COM)

YUGOWATI PRAHARSI, WIRANTO HERRY UTOMO, MAEREL HERENZ MATATULA

649

ANALISIS FAKTOR MINAT PENGGUNA PRODUK PEMBERSIH WAJAH ATAS DORONGAN CELEBRITY ENDORSER (STUDI KASUS

PONDS’ MEN) MAHIR PRADANA

657

HUBUNGAN PERCEIVED CUSTOMER DENSITY, WAIT EXPECTATIONS DAN STORE ATMOSPHERE EVALUATION TERHADAP PURCHASE INTENTION : SEBUAH TINJAUAN PADA

FORMAT SPECIALTY STORE DI SURABAYA VERONIKA RAHMAWATI

669

HUBUNGAN BRAND IMAGE TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN DALAM PERANAN JASA LOGISTIK

PIPIN SUKANDI, YELLI EKA SUMADHINATA

681

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB LEMAHNYA DAYA SAING USAHA DENGAN PENDEKATAN

COMFIRMATORY FACTOR ANALYSIS MODELS

DALAM UPAYA MENANGGULANGI MELEMAHNYA TINGKAT PERTUMBUHAN USAHA (STUDI KASUS PADA INDUSTRI KREATIF

690

(12)

Seminar Nasional Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis VI 2016

Universitas Tarumanagara Jakarta, 12 Mei 2016 ISSN NO: 2089-1040

DI KOTA BANDUNG-JAWA BARAT ) DEDEN SUTISNA MN, ANDHI SUKMA

SISTEM INFORMASI PEMASARAN BERBASIS WEB PADA UMKM BINAAN DINAS PARIWISATA, PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN,

KOPERASI DAN UMKM KABUPATEN PANGANDARAN (STUDI KASUS : UMKM ELIN PONDOK SENI)

IWAN RIJAYANA

702

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENJUALAN PERUSAHAAN MELALUI MEDIA CELEBRITY

ENDORSEMENT ADVERTISING PADA DUNIA E-BUSINESS WENDRA HARTONO, UKI YONDA ASEPTA

712

PENGARUH KUALITAS JASA TERHADAP LOYALITAS ANGGOTA FITNESS VIEW BANDUNG

YELLI EKA SUMADHINATA, REANGGA PRAZIENDO

720

MODEL PENGEMBANGAN STRATEGI PEMBANGUNAN NEGARA MARITIM MELALUI ELEMEN AKTIVASI DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI MARITIM UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING KEMARITIMAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MARITIM

DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2016 CHANDRA KARTIKA, SOENARMI

731

KINERJA USAHA DAN DAYA SAING EKSPOR OLAHAN IKAN TUNA KABUPATEN PACITAN, PROPINSI JAWA TIMUR

MAHJUDIN, FADJAR BUDIANTO

752

PERKEMBANGAN POTENSI WIRAUSAHA ANALISIS KATAGORI PENGANGGUR TERBUKA BERDASARKAN DATA SAKERNAS

AGUSTUS TAHUN 2011- 2015 SAPTO SETYODHONO

763

PENGEMBANGAN USAHA WISATA BAHARI DI PULAU NOKO SELAYAR

HEVY MARYANI, CHOIRON ANISA AFRIYANTI ABDILLAH

774

PENGEMBANGAN PARIWISATA BAHARI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR (KAJIAN

TEORITIS KEPUSTAKAAN) SUHARSONO, AGNES HARNADI

780

CARA PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN TUNA DENGAN CARA KERAMBA JARING APUNG

MAHFUROH, SITI FATIMAH

790

PEMANFAATAN TERIPANG UNTUK PENINGKATAN GIZI MASYARAKAT MELALUI KEWIRAUSAHAAN USAHA MAKANAN

FIGRIAWAN RISTANTO, DIDAH ELIA, LUTHFY OCTAVIANI PUTRI

797

(13)

Seminar Nasional Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis VI 2016

Universitas Tarumanagara Jakarta, 12 Mei 2016 ISSN NO: 2089-1040

PERAN WIRAUSAHA MANDIRI DALAM UPAYA MENINGKATKAN EKONOMI DAERAH DI BIDANG MARITIM (PENELITIAN TERHADAP UMK NELAYAN IKAN DI PANGANDARAN, JAWA

BARAT)

R. ADJENG MARIANA FEBRIANTI

805

PEMBERDAYAAN IKAN SIDAT SEBAGAI PERWUJUDAN KEWIRAUSAHAAN MARITIM

IKA RACHMATIKA, MERISA RG

816

PERAN WIRAUSAHA MARITIM KOTA SURABAYA DALAM MEMBANGUN PEREKONOMIAN DAN PERTAHANAN NEGARA

NURUL ISTIFADAH, ANDRYS DAUD

823

(14)

Seminar Nasional Kewirausahaan

& Inovasi Bisnis VI

Universitas Tarumanagara, Jakarta

1

ERA PERSAINGAN PASAR BEBAS

USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) INDONESIA SIAP ATAU TIDAK?

Ardan Gani Asalam

Universitas Padjadjaran, Bandung Email: [email protected]

Sabirin

Universitas Padjadjaran, Bandung Email: [email protected]

ABSTRAK

Satu diantara paket kebijakan yang telah dikeluarkan adalah Paket Kebijakan Ekonomi IV yang menyangkut tiga bidang yaitu terkait ketenagakerjaan, pengembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan pengembangan ekspor oleh pelaku UMKM dengan dukungan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).

Diharapkan dari ketiga paket kebijakan itu dapat menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya dengan membuka masuknya investasi, melakukan deregulasi sistem pengupahan, perluasan KUR, dan pemberian kredit oleh LPEI untuk mendorong UMKM melakukan ekspor dan mencegah Pemutusan Hak Kerja (PHK).

UMKM dalam hal ini memiliki peranan besar dalam menambah lapangan pekerjaan. Tenaga kerja yang dapat diserap dari meluasnya pelaku UMKM ini adalah sebesar 97,2% dengan total unit UMKM yang mencapai 56,2 juta unit, dalam skala mikro ekonomi jumlah tenaga kerja yang dapat diserap lebih besar lagi yaitu mencapai hampir 95% tenaga kerja. Tidak hanya itu, UMKM juga memiliki kontribusi dalam PDB yang mencapai 4.303 triliun/tahun. Saat ini di Indonesia, jumlah usaha mikro mencapai 98,82% dan usaha kecil jumlahnya hanya 1,09%. Sedangkan target peningkatan UKM pertahunnya mencapai sebesar 20% pertahun. Peningkatan UMKM ini berbanding lurus dengan kesiapan UMKM Indonesia dalam menghadapi MEA 2015 yang dihadapi negara- negara di ASEAN. Memasuki MEA ini tantangan yang akan dihadapi oleh pelaku UMKM akan semakin tajam, menuntut untuk terus kreatif dan inovatif. UMKM harus mampu meningkatkan standar, kualitas produk agar sesuai permintaan pasar secara global. Sudah saatnya untuk memikirkan produk yang berskala internasional.

Tantangan penting lainnya, UMKM harus membuat diversifikasi output dan menjaga stabilitas pendapat usaha makro agar tidak jatuh ke kelompok masyarakat miskin.

Tulisan ini akan memaparkan sejauh mana kesiapan para pelaku UMKM dalam menghadapi mana politik pasar bebas MEA yang diberlakukan sejak tahun 2015 serta sejauh mana pengaruhnya bagi perluasan dan memunculkan peluang bisnis-bisnis baru bagi pembangunan perkekonomian Indonesia.

Key Word : UMKM, MEA 2015, Persaingan Bebas ABSTRACT

One of the policy package that has been issued was Economic Policy Package IV concern three areas related to employment, the development of the People's Business Credit (KUR), and the development of exports by UMKM with support of the Indonesian Export Financing Agency (LPEI). It was expected of the third package of measure that would create a lot of jobs by opening the widest possible inclusion of investment, deregulate wage system, expansion of KUR, and lend by LPEI encourage UMKM to export and prevent Employment Rights Termination (PHK).

UMKM has a major role in increasing employment. Labor can be absorbed from the expansion of UMKM was estimated at 97.2% with a total UMKM units which reached 56.2 million units, in the micro-

(15)

Seminar Nasional Kewirausahaan

& Inovasi Bisnis VI

Universitas Tarumanagara, Jakarta

2 economic scale the amount of labor can be absorb and largr, also reach almost 95% of the workforce. UMKM was contributed to GDP reach 4,303 billion / year. Currently in Indonesia, the number of micro-enterprises reached 98.82% and small business number was only 1.09%. While the annual increase target UMKM reached 20% per year. UMKM was proportional improved directly to the readiness of Indonesian UMKM in the face of AEC 2015 facing these countries in ASEAN. By entering this MEA that challenges faced by UMKM will be more sharply, demanding to continue to be creative and innovative. UMKM should be able to raise the standards, quality products to match market demand globally. It is the time to think of a product by international scale.

Beside that, it has another important challenges that UMKM must diversify output and maintain the stability of the macro business opinion in order not to fall into poor society.

This paper will describe the extent of the readiness of UMKM in the face of which the free market politics MEA in place since 2015 as well as the extent of the effect on the expansion and bring new businesses opportunities for development has been somehow Indonesia.

Key Word: SMEs, MEA 2015, the Competitive Free Market

PENDAHULUAN

Perekonomian dunia memasuki akhir tahun 2015 seperti pepatah telur diujung tanduk.

Banyak semangat yang muncul ke permukaan untuk menyegerakan pemulihan ekonomi dunia sejak krisis keuangan yang meletus pada 2007 dan tahun 2008. Hal ini tentu sangat membutuhkan peran pemerintah, terutama dalam tatanan sistem perekonomian. Dimana sudah seharusnya pemerintah tidak hanya berperan sebagai pelaku tapi sekaligus harus mengambil peran sebagai pengatur kegiatan ekonomi. Sebagai pengatur dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi secara efisien, misalnya. Sebagai distributor pendapatan dari golongan mampu ke golongan kurang mampu. Serta sebagai aktor dalam upaya untuk menstabilkan perekonomian.

Agar perekonomian Indonesia tetap stabil, Pemerintah telah berualang kali mengeluarkan paket kebijakan ekonomi untuk menghadapi gejolak perekonomian dunia. Satu diantara paket kebijakan yang telah dikeluarkan adalah Paket Kebijakan Ekonomi IV yang meberikan angin segar bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), paket kebijakan tersebut menyangkut tiga bidang yaitu terkait ketenagakerjaan, pengembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan pengembangan ekspor oleh pelaku UMKM dengan dukungan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Diharapkan dari ketiga paket kebijakan itu dapat menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya dan membuka masuknya investasi, melakukan deregulasi sistem pengupahan, perluasan KUR, dan pemberian kredit oleh LPEI untuk mendorong UMKM melakukan ekspor dan mencegah Pemutusan Hak Kerja (PHK).

Disaat bersamaan, kekhawatiran terhadap ekonomi pasar telah menjadi momok yang menakutkan bagi para pelaku usada di Indonesia. Terutama pelaku UMKM lemahnya daya saing industri lokal, dikhawatirkan akan mampu menggerus potensi pengusaha lokal dan beberapa Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang masih kekurangan dalam berbagai aspek ekonomi. Seandainya dibutuhkan utilitas seperti infrastruktur, sarana prasarana maka pemerintah harus menyediakan hal tersebut, agar peran pemerintah dapat dirasakan dan secara bertahap dan proporsional akan mampu menciptakan stabilitas pasar, sehingga peran pemerintah tidak hilang. Secara bersamaan lalu para pelaku usaha, dalam hal ini pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia akan mampu bersaing

(16)

Seminar Nasional Kewirausahaan

& Inovasi Bisnis VI

Universitas Tarumanagara, Jakarta

3 dan berkonsentrasi pada kualitas dan kecepatan dalam membaca kecenderungan pasar karena secara bersamaan pemerintah telah memberikan dukungan dan perlindungan yang mendukung terciptanya pasar yang positif.

Apa lagi saat ini kita sedang dalam semangat untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dan ACFTA. Pelaku UMKM diharapkan mampu bertahan dinegeri sendiri, serta bersaing di pasar global. Pelaksanaan ACFTA dan MEA akan memberikan dampak pada penurunan biaya tarif ekspor-impor menjadi 0-5 persen serta diberlakukannya penghapusan batasan kuantitatif dan hambatan non tarif lainnya. Pengembangan serta pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah langkah yang strategis, apalagi kenyataannya UMKM telah mampu menggerakkan kegiatan ekonomi. Diantaranya UMKM memiliki peranan besar dalam menambah lapangan pekerjaan. Tenaga kerja yang dapat diserap dari meluasnya pelaku UMKM ini adalah sebesar 97,2% dengan total unit UMKM yang mencapai 56,2 juta unit, dalam skala mikro ekonomi jumlah tenaga kerja yang dapat diserap lebih besar lagi yaitu mencapai hampir 95% tenaga kerja. Tidak hanya itu, UMKM juga memiliki kontribusi dalam PDB yang mencapai 4.303 triliun/tahun. Saat ini di Indonesia, jumlah usaha mikro mencapai 98,82% dan usaha kecil jumlahnya hanya 1,09%.

Sedangkan target peningkatan UKM pertahunnya mencapai sebesar 20% pertahun. Tidak heran jika usaha mikro kecil menengah tersebut telah menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan khusunya oleh dua departemen pemerintahan, yaitu Departemen Perindustrian dan Perdagangan; dan Departemen Koperasi dan UMKM.

MEA 2015 yang dihadapi negara-negara di ASEAN, adalah alasan yang mengharuskan pelaku UMKM kita harus siap. Peningkatan kualitas produksi dengan adanya kreativitas dan inovasi dalam mengembangkan usaha mutalk dilakukan. Namun, Catatan pertumbuhan perekonomian Indonesia yang seharusnya mengatakan Indnesia mampu bersaing dalam perdagangan bebas tidak dapat kita lihat dalam hasil nyata saat ini. Hal tersebut ditunjukkan dengan masih banyaknya pelaku UMKM terutama usaha mikro yang tidak berkembang, bahkan cendrung sulit untuk meningkatkan levelnya.

Tantangan yang akan dihadapi oleh pelaku UMKM tentu akan menjadi sangat banyak.

UMKM juga dituntut untuk mampu mempertahankan serta meningkatkan standar, desain dan kualitas produk agar sesuai agar dapat diterima oleh pasar secara global. Persaingan yang semakin ketat, dengan terbukanya pasar didalam negeri dan pasar global tersebut, juga dapat menjadi ancaman bagi UMKM karena akan semakin banyak barang dan jasa yang masuk dari luar sebagai dampak globalisasi. Oleh karena itu pembinaan dan pengembangan UMKM saat ini dirasakan semakin mendesak dan sangat strategis untuk mengangkat perekonomian rakyat, maka kemandirian UMKM dapat tercapai dimasa mendatang. Dengan berkembangnya perekonomian rakyat diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka kesempatan kerja, dan memakmurkan masyarakat secara keseluruhan.

Tulisan ini akan memaparkan sejauh mana kesiapan para pelaku UMKM dalam menghadapi mana politik pasar bebas MEA yang diberlakukan sejak tahun 2015 serta sejauh mana pengaruhnya bagi perluasan dan memunculkan peluang bisnis-bisnis baru bagi pembangunan perkekonomian Indonesia.

(17)

Seminar Nasional Kewirausahaan

& Inovasi Bisnis VI

Universitas Tarumanagara, Jakarta

4 TINJAUAN LITERATUR

Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia

UMKM adalah singkatan dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. UMKM diatur berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil,dan Menengah. Berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2008 Usaha Mikro didefinisikan sebagai bentuk usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Menurut Sukirno (2004) Usaha kecil Menengah (UKM) adalah usaha yang mempunyai modal awal yang kecil, atau nilai kekayaan (aset) yang kecil dan jumlah pekerja yang kecil (terbatas), nilai modal (aset) atau jumlah pekerjanya sesuai dengan definisi yang diberikan oleh pemerintah atau institusi lain dengan tujuan tertentu. Longenecker, Justin, Carlos dan William Petty (2001) mengatakan UKM adalah usaha yang berpendapatan pertahun 100 juta sampa dengan tenaga kerja kurang dari 100 orang, sedangkan Ball, Culloch dan Wendell (2001), berpendapat bahwa UKM adalah yang memiliki omset lebih dari 300 juta dengan karyawan lebih dari 100, dengan kekayaan bersih 100 juta (di luar tanah dan bangunan).

Hal senanda disampaikan oleh Susana Suprapti (2005), UKM adalah badan usaha baik perorangan atau badan hukum yangmemiliki kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan) sebanyak 200 juta dan mempunyai omset/nilai output atau hasil penjualan rata-rata pertahun sebanyak Rp 1 Milyar dan berdiri sendiri.

Berdasarkan beberapa definisi yang disampaikan ahli diatas dapat ditarik kesimpulan definisi UKM adalah kegiatan usaha berskala kecil yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok dengan tenaga kerja kurang dari 100 orang, memiliki kekayaanbersih 200 juta (di luar tanah dan bangunan) dengan pendapatan 100 juta-200 juta.

Arus globalisasi dan tingginya persaingan membuat UMKM harus mampu meningkatkan inovasi produk dan jasa, pengembangan sumber daya manusia dan teknologi, serta perluasan area pemasaran. Hal ini perlu dilakukan untuk menambah nilai jual UMKM itu sendiri, utamanya agar dapat bersaing dengan produk-produk asing yang kian membanjiri sentra industri dan manufaktur di Indonesia, mengingat UMKM adalah sektor ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia (Sudaryanto, 2011).

Masyarakat Ekonomi Asean 2015

Pembentukan MEA tentu tidak terlepas dari pembentukan ASEAN dan kesepakatan AFTA. ASEAN yang dibentuk pada tahun 1967 lebih ditunjukan pada kerja sama yang berorientasi politik guna pencapaian kedamaian dan keamanan dikawasan Asia

(18)

Seminar Nasional Kewirausahaan

& Inovasi Bisnis VI

Universitas Tarumanagara, Jakarta

5 Tenggara. ASEAN saat itu merupakan salah satu kawasan yang paling dinamis dan berkembang paling cepat, paling tidak sampai sebelum terjadinya krisis keuangan yang terjadi pada tahun 1997/1998. Pada awalnya ASEAN didirikan oleh 6 (enam) anggota yang juga sebagai pemrakarsa berdirinya AFTA yaitu Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Kemudian Vietnam bergabung pada tahun 1995 dan diikuti oleh Laos, Myanmar, dan Kamboja. Meskipun demikian, karena praktis hampir semua negara anggota ASEAN membuat produk-produk yang sama, maka terjadi persaingan yang ketat antarmereka sehingga keberadaan ASEAN tidak terlalu signifikan bagi peningkatan volume perdagangan di dalam ASEAN (Tambunan, 2004). Oleh karena itu dibentuk AFTA yang disepakati dalam Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-4 di Singapura pada tahun 1992 dengan tujuan menciptakan pasar bersama.

Langkah untuk memperkuat kerangka kerja MEA kembali bergulir pada tahun 2006 antara lain dengan formulasi blue print blue print yang berisi target dan waktu pencapian MEA dengan jelas. Pada awalnya MEA ditargetkan akan dilakukan pada tahun 2020 akan tetapi karena mempertimbangkan keuntungan dan kepentingan ASEAN untuk menghadapi tantangan global maan waktu pelaksanaan MEA pun dipercepat menjadi tahun 2015 (12 th ASEAN Summit, 2007).

Selanjutnya pada tahun 2007, seluruh anggota ASEAN sepakat untuk segera mewujudkan integrasi yang lebih nyata dan meaningful melalui Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC). Tujuan MEA adalah (Departemen Perdagangan RI, 2010): (1) menjaga stabilitas politik dan keamanan regional ASEAN, (2) meningkatkan daya saing kawasan secara keseluruhan di pasar dunia, (3) mendorong pertumbuhan ekonomi, dan (4) mengurangi kemiskinan dan meningkatkan standar hidup penduduk negara ASEAN. Untuk mewujudkan MEA tersebut telah disepakati AEC Blueprint sebagai acuan seluruh anggota dalam mengimplementasikan komitmen MEA melalui empat langkah strategis yaitu pencapaian pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal dimana arus barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja terampil yang bebas, serta arus modal yang lebih bebas diantara Negara ASEAN, kawasan ekonomi yang berdaya saing, pertumbuhan ekonomi yang merata dan terintegrasi dengan perekonomian global.

Sebagai pasar tunggal kawasan terpadu Asean dengan luas sekitar 4,47 juta km persegi yang didiami oleh lebih dari 600 juta jiwa dari 10 negara anggota ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan memacu daya saing ekonomi kawasan Asean yang diindikasikan melalui terjadinya arus bebas (free flow) : barang, jasa, investasi, tenaga kerja, dan modal.

Pencapaian MEA memerlukan implementasi lankah-langkah liberlisasi dan kerja sama termasuk peningkatan kerja sama dan integrasi di area-area baru antara lain : peningkatan kualitas sumber daya manusia dan penginkayyan kapasitas (capacity building) ; konsultasi yang lebih serta dikebijkan makroekonomi dan keuangan kebijakan pembiayaan perdagangan, pengembangan transaksi elektornik melalui e-ASEAN, integrasi industri untuk meningkatkan sumberdaya regional serta peningkatan keterlibatan sktor swasta.

(19)

Seminar Nasional Kewirausahaan

& Inovasi Bisnis VI

Universitas Tarumanagara, Jakarta

6 Peluang

Mencapai Skala Ekonomi

Memperkuat Intergarasi

Tantangan Mekanisme

Pasar Proses

Liberalisasi

Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Nunuy Nur Afiah pada tahun 2009 tentang Peran Kewirausahaan Dalam Memperkuat Ukm Indonesia Menghadapi Krisis Finansial Global. Penelitian tersebut memiliki tujuan untuk mengidentifikasi kontribusi UKM secara umum terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembangunan Indonesia. Serta bagaimana peran kewirausahaan dalam meningkatkan daya saing dan kualitas operasional UKM dalam menghadapi krisis finansial global. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kualitaitif, dengan pendekatan studi literatur. Pengumpulan data dilakukan dengan studi literatur pada buku teks, artikel media massa, dan penjelajahan on-line. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sektor UKM memiliki kontribusi terhadap ekonomi dan pembangunan Indonesia, terdapat faktor-faktor yang menjadi tantangan terhadap perkembangan UKM, serta faktor kewirausahaan berperan penting dalam peningkatan kapabilitas UKM di Indonesia.

Khabib Alia Akhmad tahun 2013 dalam penelitiannya tentang Strategi Produk “Ciu” Untuk Memenangi Persaingan Perdagangan Asia. Penelitian menghasilan pengaruh keberadaan UKM di Indonesia yang sangat signifikan pengaruhnya bagi pembangunan nasional senantiasa harus selalu dikembangkan dalam rangka menghadapi tantangan produk dan jasa yang dihasilkan dari negara lainnya, apalagi dengan akan diberlakukannya MEA tahun 2015, di mana kesiapan UKM di Indonesia masih sangat rendah. Sehingga perlu diciptakan berbagai strategi dalam memenangkan persaingan tersebut, salah satunya adalah UKM mengembangkan produk “CIU” yakni produk yang Creative, Inovative dan Unique (CIU).

Sudaryanto, dan kawan-kawan tahun 2012 dalam penelitiannya yang berjudul Strategi Pemberdayaan UMKM Menghadapi Pasar Bebas Asean. Penilitian ini dilatarbelakangi oleh belum kokohnya fundamental perekonomian Indonesia sehingga mendorong pemerintah untuk membangun struktur ekonomi dengan mempertimbangkan keberadaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Sektor ini telah terbukti memberikan lapangan kerja dan memberikan kesempatan bagi UKM untuk berkembang di masyarakat. Keberadaan UMKM

Gambar 1 . Peta Menuju Kawasan ASEAN yang Berdaya Saing Sumber : Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

Kompetisi Global

ASEAN pasar Tunggal dan Basi

Produksi

Daya Saing Persaingan

Bebas

Membuka Pasar Domestik

(20)

Seminar Nasional Kewirausahaan

& Inovasi Bisnis VI

Universitas Tarumanagara, Jakarta

7 tidak dapat diragukan karena terbukti mampu bertahan dan menjadi penggerak ekonomi, terutama setelah krisis ekonomi. Di sisi lain, UKM juga menghadapi banyak masalah, yaitu keterbatasan modal kerja, sumber daya manusia yang rendah, dan kurang cakapnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (Sudaryanto dan Hanim, 2002).

Sementara Imam Hamdani, 2013 dalam penelitiannya tentang Peningkatan Eksistensi Umkm Melalui Comparative Advantage Dalam Rangka Menghadapi Mea 2015 Di Temanggung, menghasilkan penelitian bahwa Umkm (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) memainkan peran yang sangat penting di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia seiring dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat. Dengan akan diberlakukanya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) pada tahun 2015 akan membawa dampak positif dan dampak negatif kepada UMKM di Indonesia, termasuk juga UMKM yang ada di Temanggung. Dampak positif yang muncul adalah masyarakat dapat menjual barang- barang hasil produksinya ke Negara di ASEAN dengan mudah, namun dampak negatifnya akan banyak produk-produk yang masuk kedalam negeri sehingga menjadikan persaingan menjadi lebih ketat.

Berdasarkan beberapa penelitian diatas, maka dinilai perlu dilakukan penelitan lebih lanjut tentang kesiapan Usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015. Penelitian ini penting karena, peran UMKM yang sangat strategis untuk perekonomian Indonesia, selain itu pasar bebas yang berlaku sekarang menuntut kesiapan para pelaku UMKM di Indonesia agar mampu bersaing, baik dengan produk sejenis maupun tidak, dari pesaing negeri sendiri dan dari negara luar. Penelitian ini diharapkan akan memberikan solusi yang aplikatif yang mudah diterapkan, sehingga berhasil memberi manfaat yang nyata bagi pemerintah dalam upaya memberikan dukungan bagi pelaku UMKM, dan bagi pelaku UMKM itu sendiri agar semakin siap bersaing tidak hanya di pasar dalam negeri, tapi berhasil menarik pasar luar negeri.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan eksploratif deskriptif dengan menganalisis kesiapan UMKM dalam menghadapai masyarakat ekonomi asean. Karya ilmiah ini juga dikembangkan dengan menggunakan pendekatan kajian literatur atau studi putaka.

Pendekatan teori atau konsep dilakukan dengan merujuk dari beberapa sumber, seperti buku, jurnal ilmiah, portal berita online dan penelusuran literatur on-line. Semua uraian gagasan yang ada digabungkan dalam satu susunan kerangka pemikiran.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kemampuan Bersaing UMKM Indonesia

Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menyebutkan bahwa daya saing adalah kemampuan perusahaan, industri, daerah, negara, atau antar daerah untuk menghasilkan faktor pendapatan dan faktor pekerjaan yang relatif tinggi dan berkesinambungan untuk menghadapi persaingan internasional. Oleh karena daya saing industri merupakan fenomena di tingkat mikro perusahaan, maka kebijakan pembangunan industri nasional didahului dengan mengkaji sektor industri secara utuh sebagai dasar pengukurannya.

Sedangkan menurut Tambunan, 2001, tingkat daya saing suatu negara di kancah perdagangan internasional, pada dasarnya amat ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor keunggulan komparatif (comparative advantage) dan faktor keunggulan kompetitif

(21)

Seminar Nasional Kewirausahaan

& Inovasi Bisnis VI

Universitas Tarumanagara, Jakarta

8 (competitive advantage). Lebih lanjut, faktor keunggulan komparatif dapat dianggap sebagai faktor yang bersifat alamiah dan faktor keunggulan kompetitif dianggap sebagai faktor yang bersifat acquired atau dapat dikembangkan/diciptakan. Selain dua faktor tersebut, tingkat daya saing suatu negara sesungguhnya juga dipengaruhi oleh apa yang disebut Sustainable Competitive Advantage (SCA) atau keunggulan daya saing berkelanjutan. Ini terutama dalam kerangka menghadapi tingkat persaingan global yang semakin lama menjadi sedemikian ketat/keras atau Hyper Competitive.

Analisis Persaingan yang super ketat (Hyper Competitive Analysis) menurut D’Aveni dalam (Hamdy, 2001), merupakan analisis yang menunjukkan bahwa pada akhirnya setiap negara akan dipaksa memikirkan atau menemukan suatu strategi yang tepat, agar negara/perusahaan tersebut dapat tetap bertahan pada kondisi persaingan global yang sangat sulit. Hamdy melanjutkan, strategi yang tepat adalah strategi SCA (Sustained Competitive Advantage Strategy) atau strategi yang berintikan upaya perencanaan dan kegiatan operasional yang terpadu, yang mengkaitkan 5 lingkungan eksternal dan internal demi pencapaian tujuan jangka pendek maupun jangka panjang, dengan disertai keberhasilan dalam mempertahankan/meningkatkan sustainable real income secara efektif dan efisien.

Berdasarkan yang disampaikan oleh ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan daya saing suatu negara dikancah internasional adalah kemapuan untuk menghasilkan pendapatan yang tinggi dan harus memiliki keunggulan yang kompetitf agar mampu bersaing di pasar global.

Bebicara khusus mengenai daya saing UMKM, faktor-faktor yang dihadapi Perkembangan UMKM di Indonesia tidak hanya dihadapkan pada permasalahan diatas.

Dewasa ini, UMKM masih dihadapkan pada persoalan lemahnya daya saing terhadap produk impor. Dengan segala persoalan yang ada, potensi UMKM yang besar itu menjadi terhambat.

Meskipun UMKM dikatakan mampu bertahan dari adanya krisis global UMKM harus pula menghadapi persoalan domestik yang tidak kunjung terselesaikan seperti masalah upah buruh, ketenaga kerjaan dan pungutan liar, korupsi dan lain-lain.

Menurut Tambunan (2008), UMKM yang berdaya saing tinggi dicirikan oleh: (1) kecenderungan yang meningkat dari laju pertumbuhan volume produksi, (2) pangsa pasar domestik dan atau pasar ekspor yang selalu meningkat, (3) untuk pasar domestik, tidak hanya melayani pasar lokal saja tetapi juga nasional, dan (4) untuk pasar ekspor, tidak hanya melayani di satu negara tetapi juga banyak negara. Dalam mengukur daya saing UMKM harus dibedakan antara daya saing dan daya saing perusahaan. Daya saing produk terkait erat dengan daya saing perusahaan yang menghasilkan produk tersebut. Beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur daya saing sebuah produk diantaranya adalah:

(1) pangsa ekspor per tahun (% dari jumlah ekspor), (2) pangsa pasar luar negeri per tahun (%), (3) laju pertumbuhan ekspor per tahun (%), (4) pangsa pasar dalam negeri per tahun (%), (5) laju pertumbuhan produksi per tahun (%), (6) nilai atau harga produk, (7) diversifikasi pasar domestik, (8) diversifikasi pasar ekspor, dan (9) kepuasan konsumen.

UMKM harus mampu menekankan kepada paradigma orientasi pasar dan daya saing untuk itu ada sejumlah prinsip dasar yang harus dipenuhi, diantaranya sebagai berikut (Tambunan, 2010): (1) Bisnis adalah tetap bisnis, jika seseorang membuka UMKM sendiri namun terpaksa tutup karena kalah bersaing, tidak perlu dibantu untuk dihidupkan kembali.

Pada dasarnya UMKM jangan dipaksa bertahan jika memang barangnya tidak lagi disukai oleh konsumen. (2) Hanya UMKM yang memiliki potensi pasar dan memiliki keuggulan komparatif dan kompetitif yang perlu dibantu oleh pemerintah, jadi prinsip yang berlaku

(22)

Seminar Nasional Kewirausahaan

& Inovasi Bisnis VI

Universitas Tarumanagara, Jakarta

9 adalah “picking the winners”. (3) Fokus bantuan yang diberikan kepada UMKM harus pada pengembangan teknologi dan inovasi. (4) Pemberian kredit bagi UMKM tidak merupakan komponen yang paling penting. Pengalaman menunjukkan UMKM yang mulai dan atau berkembang dengan sendirinya akan didatangi oleh perbankan. (5) Bantuan pada UMKM tidak bersifat protektif, dalam konteks ini sejalan dengan prinsip yang bisa maju adalah UMKM yang mampu bersaing bebas dalam kondisi pasar non-diskriminasi.

Agar pengusaha dan pekerja UMKM dapat berperan dengan optimal, paling tidak ada 5 prasyarat utama yaitu mereka sepenuhnya memiliki (Tambunan, 2008a; Tambunan, 2008): (1) pendidikan, (2) modal, (3) teknologi, (4) informasi, dan (5) input krusial lainnya.

Pemenuhan kelima prasyarat utama tersebut sifatnya harus dinamis, dalam arti harus mengikuti (Tambunan, 2008): (1) perubahan pasar (selera konsumen dan tekanan persaingan), (2) perubahan ekonomi nasional dan global, (3) kemajuan teknologi, dan (4) penemuan-penemuan material baru untuk produksi.

Harus ditekankan adalah pemenuhan kelima prasyarat utama tersebut adalah tanggungjawab sepenuhnya UMKM. Bukan sesuatu yang mudah tentunya bagi pelaku UMKM jika tidak didukung oleh sumber daya manusia yang mumpuni. Pertanyaan baru muncul yaitu tentang bagaimana cara meningkatkan mutu dari sumber daya manusia yang berkicimpung di dunia UMKM mengenai bagaimana meningkatkan mutu pendidikan, modal, teknologi, informasi, dan input secara kontinyu dan efisien. Fokus lain yang tidak boleh dilupakan adalah kemampuan produksi dan pemasaran. Pelaku UMKM harus mulai akrab dengan teknologi terbaru dalam proses produksinya, dengan tidak meninggalkan cara konvensional yang dapat menjadi ciri khas. Peningkatan kekampuan pemasaran termasuk promosi, distribusi, dan pelayanan purna jual.

Tim Peneliti ISEI (2010) merekomendasikan beberapa hal berkaitan dengan pengembangan UMKM di Indonesia, terutama untuk meningkatkan daya saing di pasar global, sebagai berikut: (1) Banyaknya bantuan kepada UMKM uang tidak tepat sasaran, berpotensi overlapping dan menimbulkan moral hazard. Untuk itu perlu dilakukan adalah koordinasi bantuan kepada UMKM sehingga tepat sasaran, pendisiplinan kementerian/lembaga pemberi bantuan untuk melakukan inovasi dalam menyusun skema bantuan. Hal lain adalah bantuan pelatihan teknis produksi, keuangan, pemasaran, dan kewirausahaan perlu ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya. Selanjutnya keikutsertaan UMKM dalam promosi untuk menembus pasar internasional perlu ditingkatkan frekuensinya. (2) Diperlukan insentif untuk diversifikasi produk, pengkayaan desain, dan hak paten untuk produk UMKM. Untuk itu diperlukan kebijakan insentif fiskal dan non- fiskal bagi pengembangan industri kreatif dan pengusaha pionir. Di samping itu juga perlu dilakukan perlindungan dan sosialisasi mengenai hak paten. (3) mendorong penggunaan teknologi informasi untuk kegiatan usaha UMKM. Untuk itu diperlukan alokasi APBN kementerian/lembaga bagi UMKM dalam bentuk akses internet yang memadai dan biaya langganan yang terjangkau. Dengan jaringan internet yang tersedia akan memudahkan UMKM untuk memperoleh bahan baku dan memasarkan produknya. (4) Pemberian suku bunga khusus dan skema pembiayaan yang lebih baik khususnya untuk UMKM yang menghasilkan produk yang prospek tinggi di pasar internasional. Di samping itu juga perlu dilakukan penyederhanaan prosedur penyaluran kredit.

Sinergi antar lini mutlak perlukan agar produk dalam negeri yang dihasilkan oleh pelaku usaha UMKM memiliki kemampuan untuk bersaing dipassar global. Peran pemerintah dalam hal penyaluran kredit bagi UMKM dimana permodalan masih menjadi masalah klasik

(23)

Seminar Nasional Kewirausahaan

& Inovasi Bisnis VI

Universitas Tarumanagara, Jakarta

10 bagi UMKM di Indonesia. Fasiltas berupa subsidi bunga dari APBN juga perlu diberikan.

Bagi pelaku UMKM sendiri harus mampu menetapkan kebijakan dan prioritas usaha bersedia diberikan pembinaan dam pendampingan oleh pihak ketiga, dan selalu membuka diri dengan perkembangan pasar.

Memperluas Pasar bagi UMKM

Sistem mekanisme pasar yang sekarang dipilih oleh pemerintah sedikit banyak telah memberi dampak bagi perekonomian Indonesia. Lebih khusus bagi pelaku UMKM, selain mekanisme pasar yang telah dilemparkan pemerintah dimuka umum, pasar bebas yang sekarang tengah berlansung telah memaksa pelaku UMKM untuk semakin kompetitif. Agar dapat bertahan untuk meningkatkan daya saing mereka.

Agar dapat menguasai pasar menurut Sudaryanto, maka UMKM perlu mendapatkan informasi dengan mudah dan cepat, baik informasi mengenai pasar produksi maupun pasar faktor produksi. Informasi tentang pasar produksi sangat diperlukan untuk memperluas jaringan pemasaran produk yang dihasilkan oleh UMKM. Informasi pasar produksi atau pasar komoditas yang diperlukan misalnya (1) jenis barang atau produk apa yang dibutuhkan oleh konsumen di daerah tertentu, (2) bagaimana daya beli masyarakat terhadap produk tersebut, (3) berapa harga pasar yang berlaku, (4) selera konsumen pada pasar lokal, regional, maupun internasional. Informasi pasar yang lengkap dan akurat dapat dimanfaatkan oleh UMKM untuk membuat perencanaan usahanya secara tepat, misalnya : (1) membuat desain produk yang disukai konsumen, (2) menentukan harga yang bersaing di pasar, (3) mengetahui pasar yang akan dituju, dan banyak manfaat lainnya, (4) memperluas jaringan pemasarannya.

Selain faktor kemudahan dan kecepatan dalam memperoleh informasi pasar, UMKM juga perlu memiliki kemudahan dan kecepatan dalam mengkomunikasikan atau mempromosikan usahanya kepada konsumen secara luas baik di dalam maupun di luar negeri.

Faktor komunikasi dalam menjalankan bisnis adalah sangat penting, karena dengan komunikasi akan membuat ikatan emosional yang kuat dengan pelanggan yang sudah ada, juga memungkinkan datangnya pelanggan baru.

Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia sebagai pelaku UMKM

Meningkatkan kualitas sumber saya manusia (SDM) pelaku usaha UMKM dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti memberikan program pelatihan, pendampingan, penyediaan fasilitas kepada pelaku UMKM. Pelatihan dan pendampingan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan kualitas SDM pelaku UMKM di tiap-tiap daerah di Indonesia. Teknologi informasi merupakan bentuk teknologi yang digunakan untuk menciptakan, menyimpan, mengubah, dan menggunakan informasi dalam segala bentuknya.

Pelatihan dan pendampingan yang diberikan tersebut dimaksudkan salah satunya agar pelaku UMKM dapat memanfaatkan segal bentuk jenis peluang terutama dalam memanfaatkan peluang kemajuan teknologi dan era kemudahan mengakses informasi saat ini. Dengan demikian pemanfaatan teknologi informasi ini, perusahaan mikro, kecil maupun menengah akan semakin mudah memasuki pasar global.

Dukungan berupa pelatihan, pendampingan serta penyediaan fasilitas akan sangat membantu peningkatan pengembangan UMKM di Indonesia walaupun harus menghadapi segala keterbatasannya. Program ini haruslah mampu menjangkau hingga pelosok terpencil di negeri ini, hal ini didasari pada kenyataan bahwa sebagian besar UMKM berlokasi di desa- desa dan kota-kota kecamatan. Jika program ini berhasil menjangkau hingga kebagian terjauh

(24)

Seminar Nasional Kewirausahaan

& Inovasi Bisnis VI

Universitas Tarumanagara, Jakarta

11 dinegeri ini tentu ini akan sangat mempermudah UMKM dalam memperluas pasar baik di dalam negeri maupun pasar luar negeri. Sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat UMKM dan tenaga kerja yang terlibat di dalamnya akan meningkat, dan secara bersinergi akan berdampak positif terhadap keberhasilan pembangunan nasional.

Jika semuanya berhasil bersinergi dengan baik diyakini UMKM di Indonesia akan memenangkan persaingan, UMKM pun akan lebih siap untuk bersaing tidak hanya di dalam negeri tetapi juga dengan produk-produk luar negeri. Kita dapat bersaing dari segi kualitas, pengemasan, dan kecepatan operasi perusahaan serta dalam pemasaran produk UMKM.

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada Tataran Kebijakan atau regulasi diharapkan akan diberikan kemudahan bagi UMKM dalam kepengerusan segala bentuk jenis perizinan. Kemdian disusul oleh perbaikan infrastruktur, konektivitas dan terus melakukan tindakan pengembangan SDM dan jiwa kewirausahaan bagi para pelaku UMKM. Seperti dengan memperluas gerakan kewirausahaan keseluruh Indonesia, mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi, menciptakan UKM yang inovatif melalui peran inkubator Bisnis. Menghidupkan kembali pengembangan produk unggulan daerah melalui One Village One Product (OVOP), tidak hanyaitu penyedian fasilitas berupa penguatan teknologi baik untuk produksi maupun pemasaran melalui juga mutlak diperlukan.

Mengenai pendanaan, akses pendanaan bagi para UMKM harus dilakukan. Perluasan akses pembiayaan dan pengurangan biaya bunga KUR, Kredit ketahanan Pangan dan Energi, keungan syariah dan lainnya terus dilakukan, termasuk diantaranya adalah memfasilitasi pembiayaan bagi wirasuhsaha pemula. Pemetaan produk unggulan UMKM dan pedampingan terhadap pemasaran produk ke ASEAN. Memanfaatkan peran perwakilan luar negeri untuk mempromosikan produk UMKM di kawasan ASEAN. Selain itu, untuk memperkuat produk UMKM di negeri sendiri dapat dilakukan melalui meningkatkan kampanye cinta produk dalam negeri.

Pelaku usaha mikro, kecil dan menengah perlu aktif untuk bekerjasama dan berkoordinasi dengan Pemerintah maupun Pemerintah Daerah dalam rangka mensukseskan seluruh program yang telah dicanangkan. Keseluruhan hal ini lah yang dapat menjadi penentu siap atau tidaknya pelaku UMKM di Indonesia memasuki era pasar bebas saat ini. Semain siap pelaku UMKM tentu akan semakin matang, dan semakin kokohlah dalam menghadapi semua tantangan era pasar bebas 2015 yang tengah berlangsung ini.

DAFTAR PUSTAKA

Artikel dalam Jurnal Publikasi

Mandala Manurung, Uang Perbankan Dan Ekonomi Moneter :Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2004.

Nunuy
Nur
Afiah, Kewirausahaan
 Dalam
 Memperkuat
UKM
Indonesia
Menghadapi Krisis
 Finansial
Global : Bandung: Universitas Padjadjaran. 2009.

Sartika Tiktik Partomo, Usaha Kecil Menengah Dan Koperasi : Jakarta : Center For Industry And Sme Studies Faculty Of Economics University Of Trisakti. 2004

Sri Susilo, Y., (2007b), “Masalah dan Dinamika Usaha Kecil: Studi Empiris Pedagang“Klithikan”

di Alun-alun Selatan”, Jurnal Ekonomi, Tahun XII/01/2007, hal. 64 –77.

(25)

Seminar Nasional Kewirausahaan

& Inovasi Bisnis VI

Universitas Tarumanagara, Jakarta

12 Sudaryanto. 2011. The Need for ICT-Education for Manager or Agribusinessman to Increasing Farm Income : Study of Factor Influences on Computer Adoption in East Java Farm Agribusiness.

International Journal of Education and Development, JEDICT, Vol 7 No 1 halm. 56-67 Sudaryanto dan Hanim,Anifatul. 2002. Evaluasi kesiapan UKM Menyongsong PasarBebas Asean

(AFTA) : Analisis Perspektif dan Tinjauan Teoritis. Jurnal Ekonomi Akuntansi dan Manajemen, Vol 1 No 2, Desember 2002

Tambunan, T.T.H., 2006, Development of Small Medium Enterprises in Indonesia from the Asia Pacific Perspective, LPFE Usakti, Jakarta.

Tambunan, T.T.H., 2004, Globalisasi dan Perdagangan Internasional, Cetakan I, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Tambunan, Tulus, 2001, Perdagangan Internasional dan Neraca Pembayaran, Teori dan Temuan Empiris, LP3ES, Jakarta

Tambunan, Tulus, 2010, Center for Industry, SME and Business Competition Studies, Trisakti University, Indonesia

Tim Peneliti ISEI, 2010, “Strategi Pengembangan UMKM di Indonesia”, Ringkasan Eksekutif, Sidang Pleno ISEI XIV, Bandung 20 – 22 Juli 2010.

Buku

Hamdy, Hady. 2001. Ekonomi Internasional – Teori dan Kebijakan Perdagangan Internasional. Buku 1, Edisi Revisi Jakarta, Ghalia Indonesia.

R. Winantyo dkk, Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 : Memperkuat Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi Global, PT Elex Media Komputindo : 2008.

Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Jakarta : Sekretariat Negara

Website / laman

Atep AbduRofiq, Menakar Pengaruh Masyarakat Ekonomi Asean 2015 Terhadap

Pembangunan Indonesia [Online], Tersedia di :

https://www.academia.edu/9997959. 2015. [Diakses pada tanggal 24 Februari 2016]

Berita daerah, 2015 Pemerintah Siapkan 4 Strategi Untuk UKM Hadapi MEA 2015 (online) ( http://beritadaerah.co.id/2015/04/06/pemerintah-siapkan-4-strategi- untuk-ukm-hadapi-mea-2015/, diakses tanggal 18 februari 2016)

Tambunan, T., dan Nasution, F., 2006, “Pengkajian Peningkatan Daya Saing UKM yang Berbasis Pengembangan Ekonomi Lokal”, Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM, Nomor 2 Tahun I, 26 – 40. Diakses dari http://www.depkop.go.id pada diakses 18 Februari 2016

Tambunan, T.T.H., 2010, “Paradigma Terhadap Peran UMKM di Indonesia Harus Dirubah”, Editorial Agustus 2010, Center for Industry, SME & Business CompetitioN Studies, Universitas Trisakti. Diakses dari http://www.fe.trisakti.ac.id/pusatstudi_industri/ diakses 18 Februari 2016.

Tambunan, T.T.H., 2008a, “Ukuran Daya Saing Koperasi dan UMKM”, Background Study, RPJM Nasional Tahun 2010-2014 Bidang Pemberdayaan Koperasi dan UKM Bappenas. Diakses dari http://www.kadin-indonesia.or.id diakses 18 Februari 2016.

(26)

Seminar Nasional Kewirausahaan

& Inovasi Bisnis VI

Universitas Tarumanagara, Jakarta

13 Tambunan, T.T.H., 2008b, “Masalah Pengembangan UMKM di Indonesia: Sebuah Upaya Mencari Jalan Alternatif”, Makalah, Forum Keadilan Ekonomi, Institute for Global Justice. Diakses dari http://www.kadin-indonesia.or.id diakses 18 Februari 2016.

Tambunan, T.T.H., 2008c, “Daya Saing Global Indonesia 2008-2009 versi World Economic Forum (WEF)”, Makalah, Kadin Indonesia. Diakses dari http://www.kadin-indonesia.or.id diakses 18 Februari 2016.

Rahmana, Arief. 2008. Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Informasi Terdepan tentang Usaha Kecil Menengah, (online), (http://infoukm.wordpress.com, diakses 18 Februari 2016)

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan kemampuan membaca permulaan ini terlihat dari anak sudah mampu mampu mengurutkan huruf abjad, mampu menyebutkan lambang atau simbol huruf vokal, mampu menyebutkan

Walaupun tidak semua orang dapat menjawab panggilan untuk menjadi imam, ataupun biarawan dan biarawati, tetapi kita semua dapat mengambil bagian agar panggilan tersebut dapat

1.3 Batasan Masalah Agar dalam penulisan tugas akhir ini lebih terarah dan masalah yang dihadapi tidak terlalu luas, maka dibatasi masalah hanya pada proses 13kenaikan gaji

Dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada maka Kota Medan sangat potensial dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga sampah dan volume sampah diperkirakan akan terus meningkat

Kondisi ini telah diantisipasi oleh Toyota. Mesin Innova dilengkapi dengan “knock sensor”. bila mesin mengalami detonasi atau “mbrebet”, menembak

Sutaryo (2009) menyebutkan bahwa biomassa dibagi menjadi 4, yaitu: 1) Biomassa atas permukaan (semua material hidup di atas permukaan terdiri dari batang,

Kenapa seorang fisikawan bisa menghasilkan konsep-konsep yang sekarang dipakai dalam matematika, hal ini dikarenakan fenomena-fenomena alam yang ada di fisika

Peningkatan keaktivan siswa tersebut dikarenakan model pembelajaran tersebut mengajak siswa belajar sambil bermain sehingga banyak siswa yang sebelumnya jenuh dengan