• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah 10 MWe di Kota Medan ditinjau dari Aspek Teknis, Ekonomi dan Lingkungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Studi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah 10 MWe di Kota Medan ditinjau dari Aspek Teknis, Ekonomi dan Lingkungan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah 10 MWe di Kota Medan ditinjau

dari Aspek Teknis, Ekonomi dan Lingkungan

Kukuh Siwi Kuncoro

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Kampus ITS Gedung B dan C Sukolilo Surabaya 60111

Abstrak- Pembanguan pembangkit listrik tenaga

sampah (PLTSa) merupakan solusi kebutuhan energi baru terbarukan (EBT) untuk meningkatkan kebutuhan energi serta membantu mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil. Dengan adanya pembangunan PLTSa Kota Medan 10 MWe diproyeksikan dapat memenuhi kebutuhan energi listrik di Kota Medan khususnya dan Provinsi Sumatera Utara umumnya serta meningkatkan ketersediaan energi listrik energi terbarukan di Provinsi Sumatera Utara. PLTSa landfill gas merupakan Pembangkit tenaga listrik yang berwawasan lingkungan yang dapat membantu pemerintah Kota Medan dalam menangani permasalahan sampah perkotaan yang terjadi selama ini.

Kata Kunci : PLTSa, EBT, Kota Medan, Sampah perkotaan.

I. PENDAHULUAN

Dengan disahkannya Undang-undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi dan sebagaimana tertuang dalam peraturan presiden (perpres) nomor 5 Tahun 2006 yang mengamanatkan menteri energi dan sumber daya mineral (ESDM) menetapkan blueprint dalam pengelolaan energi nasional, maka blueprint ini akan menjadi salah satu acuan pengembangan energi nasional kedepan, serta menargetkan bahwa pada tahun 2025 tercapai elastisitas energi kurang dari satu dan energi mix primer yang optimal dengan memberikan peranan yang lebih besar terhadap sumber energi alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada minyak bumi.

Pemanfaatan sampah perkotaan merupakan salah satu dari prioritas nasional bidang energi baru dan terbarukan yang tertuang dalam agenda riset nasional 2010-2014, hal ini yang juga melatarbelakangi untuk menjadikan sampah sebagai objek penelitian dalam konversi energi listrik. Sampah selalu menjadi permasalahan kota-kota besar di Indonesia tak terkecuali Kota Medan. Volume sampah yang kian meningkat namun tempat pembuangan sampah akhir (TPA) yang terbatas tentunya menjadi suatu persoalan jika tidak ditangani dengan seksama.

Pengelolaan tempat pembuangan sampah akhir (TPA) dikota Medan mengunakan sistem open

damping, dimana sampah dibuang dan ditimbun

sedemikian rupa sehingga timbunan semakin hari semakin tidak terkendali. Sistem pengelolaan open

damping kurang tepat dan tidak ramah lingkungan

serta tidak diterapkannya pendekatan reduce, reuse dan recycle(3R) yang sebenarnya dapat mengurangi dampak yang timbulkan dari sampah, tentu ini juga menjadi persoalan karena tidak berpihak pada lingkungan, sehingga berpotensi besar dalam pencemaran lingkungan baik air, tanah, udara maupun kondisi kesehatan masyarakat sekitar.

Kota medan memiliki luas 265,1 km2 dengan jumlah penduduk mencapai 2.125.591 jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 7.929,5 km2 sehingga setiap harinya mampu memproduksi sampah hingga 6806,0 m3/hari setara dengan 1701,0 ton/hari. Dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada maka Kota Medan sangat potensial dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga sampah dan volume sampah diperkirakan akan terus meningkat dari tahun ke tahun, maka dari itu untuk mengantisipasi adanya peningkatan penimbunan sampah perlu dilakukan penekanan terhadap peningkatan volume sampah dengan mengolah sampah menjadikan energi listrik yang ramah lingkungan. Jika sampah tersebut diolah menjadi sember energi alternatif tentunya akan sangat bermanfaat baik dalam penyediaan kebutuhan energi listrik di kota medan maupun menambah pasokan cadangan energi listrik di sumatera utara.

Dalam hal penyediaan kebutuhan energi listrik tentunya akan sangat membantu mengingat kebutuhan beban provinsi Sumatera Utara yang terus meningkat tanpa diikuti peningkatan pembangkit tenaga listrik dan diperkirakan jumlah pertumbuhan listrik setiap tahunnya mencapai 4 %. Disisi lain manfaat yang dapat dirasakan dengan adanya pemanfaatan sampah sebagai energi alternatif adalah kondisi lingkungan yang semakin baik, sebab kadar gas metana(CH4) yang terbuang ke udara akan dimanfaatkan melalui proses skema pembentukan energi listrik. mengingat bahwa gas ini sangat berbahaya bagi lingkungan karena resiko yang ditimbulkan terhadap kerusakan ozon 21 kali lebih

(2)

berbahaya jika dibandingkan dengan gas karbondioksida(CO2) sehingga berpotensi dapat meningkatkan kadar emisi rumah kaca yang berkontribusi besar terhadap pemanasan global.

Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir (end-of-pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah. Padahal, timbunan sampah dengan volume yang besar berpotensi menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi baik dari hasil penjualan energi listrik maupun penjualan karbon yang berdasarkan protokol kyoto, meskipun awalnya membutuhkan biaya investasi yang besar untuk pembangunan infrastruktur namun sangat menguntungkan untuk dimasa mendatang.

II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sampah

Sampah merupakan suatu bahan yang

terbuang atau di buang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai ekonomi. Dalam Undang-Undang No.18 tentang Pengelolaan Sampah dinyatakan definisi sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau dari proses alam yang berbentuk padat.

Permasalahan sampah merupakan permasalahan yang krusial bahkan sampah dapat dikatakan sebagai masalah kultural karena berdampak pada sisi kehidupan terutama dikota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Makasar, Medan dan kota besar lainnya. Sampah akan terus ada dan tidak akan berhenti diproduksi oleh kehidupan manusia, jumlahnya akan berbanding lurus dengan jumlah penduduk, bisa dibayangkan banyaknya sampah-sampah dikota besar yang berpenduduk padat. Permasalahan ini akan timbul ketika sampah menumpuk dan tidak dapat dikelola dengan baik sehingga dapat menimbulkan dampak yang luas baik sosial masyarakat, kesehatan manupun lingkungan

2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)

PLTSa disebut juga sebagai pembangkit listrik tenaga sampah merupakan pembangkit yang dapat membangkitkan tenaga listrik dengan memanfaatkan sampah sebagai bahan utamanya, baik dengan memanfaatkan sampah organik maupun anorganik. Mekanisme pembangkitan dapat dilakukan dengan metode secara pembakaran/thermal dan secara biologis. Proses konversi melalui metode thermal dapat dicapai melalui beberapa cara pembangkitan, yaitu dengan metode pirolisis, combustion, Plasma

Arc Gasification, thermal gasifikasi. Sedangkan

Proses konversi tenaga listrik dengan cara mekanisme biologis terbagi atas dua metode pembangkitan yaitu dengan cara Anaerobik digestion dan landfill

gasification.

2.3 Metode Peramalan Beban

2.3.1 Model Peramalan dengan DKL 3.01

Model yang digunakan dalam metode DKL 3.01 untuk menyusun perkiraan adalah model sektoral. Perkiraan kebutuhan tenaga listrik model sektoral digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan tenaga listrik pada tingkat wilayah/distribusi. Metodologi yang digunakan pada model sektoral adalah metode gabungan antara kecenderungan, ekonometri dan analitis.

2.3.2 Peramalan Beban Puncak

Beban puncak merupakan salah satu ukuran besarnya konsumsi energi listrik, sehingga dengan diketahui besar beban puncak, maka akan dapat diperhitungkan produksi atau kapasitas terpasang yang harus tersedia. Perkiraan beban puncak ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : t LF t EPT MW PeakLoad × = 76 . 8 ) (

  

III. KONDISI KETENAGALISTRIKAN 3.1 Kapasitas Pembangkit

KapasitasPembangkit yang terpasang saat ini di Provinsi Sumatera Utara mencapai 1520,3 MW dengan kemampuan suplai daya sebesar 1.212 MW.

Tabel 3.1

Pembangkit di Sumatera Utara

Pembangkit Pemilik Kapasitas Daya (MW) Daya Mampu (MW)

PLTU Belawan KIT SBU 260 198 PLTGU Belawan KIT SBU 817.9 741 PLTG Paya Pasir KIT SBU 111.9 47 PLTG Glugur KIT SBU 44.5 11 PLTD TitiKuning KIT SBU 24.8 14

PLTP Sibayak Dizamatra 13 10

PLTA Sipansihaporas KIT SBU 50 17

PLTA Renun KIT SBU 82 82

PLTA Asahan INALUM 2 2

PLTA Asahan INALUM 90 90 PLTMH Tersebar KIT SBU 7.5 5.99 PLTMH Simonggo MPM 7,5 - PLTMH Parluasan INPOLA 4,2 - PLTMH Hutaraja HUMBAHA 5 -

Total 1520,3 1212

3.2Konsumsi Energi

Peningkatan konsumsi energi di provinsi Sumatera Utara setiap tahunnya menunjukkan bahwa kebutuhan beban yang terjadi cenderung meningkat seiring dengan peningkatan perkonomian Sumatera

(3)

Utara. Kelompok pelanggan yang paling banyak menggunakan energi listrik adalah sektor rumah tangga yang mencapai 2.458,12 GWh yang kemudian diikuti oleh sektor industri yang mencapai 1.902,33 GWh, sektor bisnis 895,21 GWh dan sektor publik 502,17 GWh dengan total konsumsi energi keseluruhan mencapai 5757,83 GWh

3.4 Kondisi Kelistrikan Kota Medan

Sebagai pusat pemerintahan yang ada di provinsi Sumatera Utara, Kota Medan membutuhkan suplai energi listrik yang setiap tahunnya terus bertambah. Hal ini disebabkan karna pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh bertambahnya jumlah penduduk yang mengakibatkan permintaan terhadap pemasangan listrik terus bertambah.

Tabel 3.2

Banyaknya pelanggan listrik cabang Medan

Tahun Uraian

Rumah tangga

Bisnis Industry Publik total

2005 371.886 29.153 1.506 9.751 412.296 2006 385.775 30.264 1.507 10.156 427.702 2007 418.504 31.315 1.551 11.218 462.371 2008 432.858 32.462 1.546 11.351 478.217 2009 448.380 33.755 1.550 12.108 495.793

(Sumber :PT.PLN(Persero) Cabang Medan)

3.4.1 Daya Tersambung

Daya yang tersambung pada beban di kota medan terus meningkat dari tahun ke tahun, ini merupakan indikasi kebutuhan listrik di Kota Medan semakin tinggi. Berikut adalah data yang menyajikan daya tersambung (MVA) terhadap jumlah pelanggan dari tahun 2003-2009

Tabel 3.3

Daya Tersambung(MVA) listrik cabang Medan

Tahun Jumlah Pelanggan Daya Tersambung (MVA) 2003 383.147 892,91 2004 395.380 996,34 2005 412.296 1.012,28 2006 427.702 1.077,41 2007 462.371 1.132,56 2008 478.217 1.187,62 2009 495.793 1.244.58

(Sumber :PT.PLN(Persero) Cabang Medan)

3.4.3 Rasio Elektrifikasi

Berikut adalah data yang menyajikan rasio elektrifikasi Kabupaten/kota di Sumatera Utara

Tabel 3.4 Rasio elektrifikasi No Kabupaten/Kota Rasio Elektrrifikasi (%) 1 Nias 60,85 2 Mandailing Natal 63,38 3 Tapanuli Selatan 67 4 Tapanuli Tengah 63,57 5 Tapanuli Utara 66,75 6 Toba Samosir 62,90 7 Labuhan batu 64,51 8 Labuhan Batu Utara - 9 Labuhan Batu Selatan -

10 Asahan 65,27 11 Simalungun 65,6 12 Dairi 65,22 13 Karo 61,72 14 Deli Serdang 81,28 15 Langkat 66,59 16 Nias Selatan 59,06 17 Humbang Hasundutan 66,92 18 Pakpak Bharat 56,22 19 Samosir 62,95 20 Serdang bedagai 71 21 Batu bara 62,59

22 Padang lawas Utara -

23 Padang Lawas - 24 Sibolga 100 25 Tanjung Balai 99,71 26 Pematang Siantar 100 27 Tebing Tinggi 100 28 Medan 100 29 Binjai 100 30 Padang Sidempuan 99,75

3.4.4 Konsumsi Energi Listrik Kota Medan

Penjualan energi listrik terus meningkat hingga tahun 2009 mencapai 2.727,6 GWh di kota Medan. Jika dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar 2.637,32 GWh terjadi peningkatan konsumsi energi listrik sebesar 9,67%

Tabel 3.5

Konsumsi Energi Listrik (MWh) per sektor

Tahun Uraian Rumah tangga (MWh) Bisnis (MWh) Industri (MWh) Publik (MWh) Total (MWh) 2003 592.510 336.275 804.810 132.443 1.866.038 2004 624.673 385.447 854.773 170.865 2.035.758 2005 659.089 431.325 865.315 175.968 2.133.122 2006 687.284 470.651 924.988 201.921 2.284.845 2007 706.351 468.185 997.197 209.960 2.381.693 2008 793.851 577.517 1.037.489 228.454 2.637.320 2009 805.286 594.275 1.097.129 248.931 2.727.622 (Sumber :PT.PLN(Persero) Cabang Medan)

IV. ANALISA PEMBANGUNAN PLTSa KOTA MEDAN 10 MWe

Pemanfaatan Biomassa sebagai energi alternatif masih terlalu rendah padahal potensi yang ada sangatlah melimpah dimana hanya 3,25% atau

(4)

1.618,4M energi ya 4.1 Po Bio yang terd melimpah maksima baru terb melimpah mengemb sumber d maka pem di Kota M potensi s sampahny Estimas Tahun  Volume Sampah (m3/hari 2010  6873 2011  6940 2012  7006 2013  7073 2014  7140 2015  7207 2016  7274 2017  7341 2018  7408 2019  7475 2020  7542 2021  7609 2022  7675 2023  7742 2024  7809 2025  7876 4.2 Ana dihasilka organik d MW yang dim ang sebesar 49 Po otensi Biomas massa merupa dapat di kota m h dan selama al. Pemanfaata barukan yang h, tentu ini bangkan PLT daya energi ya mbanguan PL Medan. Beriku sampah di Ko ya hingga tah si sampah kota e h ) Berat sampah (ton/hari) Ber samp (ton/ta 1718 627.0 1735 633. 1752 639.2 1768 645.3 1785 651.4 1807 657.4 1818 663.5 1835 669.6 1852 675.7 1868 681.8 1885 687.9 1902 693.9 1919 700.0 1935 706. 1952 712.2 1969 718.3 alisa Potensi Kandungan an melalui m dengan sistem manfaatkan d 9.810 MW. Tabel 4.1 tensi Energi ssa di Kota M

akan salah sat medan, potens ini belum dim an sampah ko g ada di Ko akan menja T Sampah (PL ang memadai. LTSa potensia ut adalah data ota Medan be hun 2025. Tabel 4.2 a Medan dan rat pah ahun) Organik (ton/hari) An (to 063 1202,6 5 148 1214,5 5 233 1226,4 5 318 1237,6 5 402 1249,5 5 487 1264,9 5 572 1272,6 5 657 1284,5 5 741 1296,4 5 826 1307,6 5 911 1319,5 5 996 1331,4 5 080 1343,3 5 165 1354,5 5 250 1366,4 5 335 1378,3 5 Energi Samp gas metan mekanisme pen landfill gasif

dari total sum

Medan tu energi alter si energi ini sa manfaatkan se ota sebagai en ota Medan sa adi potensi u LTSa). Mengi Dengan demi al untuk didir a yang menyaj eserta karakter Karakteristikn organik on/hari) Organik (ton/tahun) 515,4 438.944 520,5 443.203 525,6 447.463 530,4 451.723 535,5 455.981 542,1 460.241 545,4 464.500 550,5 468.759 555,6 473.019 560,4 477.278 565,5 481.538 570,6 485.797 575,7 490.056 580,5 494.315 585,6 498.575 590,7 502.835

pah Kota Med

na (CH4) ngelolaan sam fication adalah mber rnatif angat ecara nergi angat untuk ingat ikian rikan jikan ristik nya Anorganik (ton/tahun) 188.119 189.944 191.769 193.595 195.421 197.246 199.072 200.897 202.722 204.548 206.373 208.199 210.024 211.849 213.675 215.501 dan yang mpah h : 4.3.2 Potensi Jumlah dari kandung organik Kota Pote Denga maka pasoka terbarukan d sangat memb dikota Medan 4.4 Analisa 4.4.1 perama Estimasi en Tahun   sek Rum Tan (MW 2010 812 2011 820 2012 828 2013 836 2014 845 2015 853 2016 862 2017 871 2018 879 2019 890 2020 897 2021 906 2022 916 2023 925 2024 934 2025 944 4.4.2 Peram Setela pertumbuhan U Kandungan G Kandungan G (50%) Berat sampah or Potensi Energi l Daya Tersedia / Daya yang dapa Produksi Energi Produksi energi Tabe Kandungan Daya pemba potensi daya gan energi y Medan adalah Tabe ensi Energi Sa an didirikanny an energi den dapat terus b bantu dalam pe n. a Konsumsi E alan dengan M Tabe nergi konsumsi to pelanggan tah ktor mah ngga Wh) Sektor Komesial/ Bisnis (MWh) 2.301 611.519 0.206 629.264 .489 647.523 6.841 666.313 .295 685.648 .832 705.543 2.456 726.016 .167 747.083 9.967 768.762 0.344 791.069 .834 814.024 6.902 837.644 6.062 861.951 .314 886.962 4.660 912.699 4.099 939.184 malan Pertum ah didapatka n kebutuhan en Uraian Gas Landfill Gas Metana(CH4) Uraian rganik Kota Med listrik

/Demand at dibangkitkan /s

i Listrik per hari i listrik per tahun

el 4.3 n gas landfill angkitan PLT yang mampu yang tersedia h: el 4.4 ampah Kota M ya PLTSa di ngan memanf bertambah dis emenuhan keb Energi Listrik Metode DKL el 4.5

otal di kota Meda hun 2010- 2025 / Sektor Industri (MWh) Sekt Pub (MW 1.159.998 271.2 1.226.471 295.5 1.296.752 322.0 1.371.061 350.9 1.449.629 382.3 1.532.698 416.6 1.620.528 453.9 1.713.391 494.6 1.811.575 539.0 1.915.385 587.3 2.025.144 639.9 2.141.193 697.3 2.263.892 7598 2.393.622 827.9 2.530.786 902. 2.675.811 983.0 mbuhan Beba an hasil nergi listrik d Volum 0,0765- 0,1 0,038 -0,073 38 – 73 m K dan 1190,7 to 1.597,9 – 18.5-35.5 supply 5,5 - 10,6 217, 26 M 72.420 M TSa u dibangkitkan dari sampah Medan Kota Medan faatkan energi sisi lain juga butuhan listrik k Kota Medan L 3.01 n per sektor tor blik Wh) Total (MWh) 243 2.855.061 556 2.971.497 047 3.094.811 913 3.225.128 367 3.362.939 639 3.508.712 984 3.662.984 676 3.826.317 015 3.999.319 329 4.184.127 973 4.376.975 335 4.583.074 839 4.801.744 946 5.033.844 157 5.280.302 020 5.542.114 an Puncak dari analisa i Kota Medan me gas 1425 m3/kg 3 m3 CH 4/kg m3 CH 4/ton eterangan on/ hari – 3.069,6 GJ/hari 5 MW 65 MW MWh MWh/y n h n i a k n a n

(5)

dengan menggunakan metoda DKL 3.01 maka besarnya pertumbuhan beban puncak di Kota Medan dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:

Tabel 4.6

Pertumbuhan Energi Terjual (GWH), Energi Produksi (GWH), dan Beban Puncak (MW) Kota MedanTahun 2010 - 2025

Tahun Konsumsi Load Factor Energi Produksi Peak Load Energi t ETt LFt EPTt PLt 2010 2.855.061 0.59 3.232.632 625.5 2011 2.971.497 0,568 3364466,7 675,4 2012 3.094.811 0,570 3504088,5 701,5 2013 3.225.128 0,571 3651639,5 729,1 2014 3.362.939 0,573 3807675,5 758,3 2015 3.508.712 0,574 3972726,4 789,2 2016 3.662.984 0,576 4147400,4 821,9 2017 3.826.317 0,577 4332333,6 856,5 2018 3.999.319 0,578 4528214,4 893,1 2019 4.184.127 0,580 4737462,6 932,3 2020 4.376.975 0,581 4955814,1 973,1 2021 4.583.074 0,582 5189168,9 1016,8 2022 4.801.744 0,583 5436757,2 1063,1 2023 5.033.844 0,584 5699551,6 1112,3 2024 5.280.302 0,586 5978602,8 1164,6 2025 5.542.114 0,587 6275038,5 1220,1

4.4.3 Proyeksi Neraca Daya di Kota Medan

Dengan rencana beroperasinya PLTSa 10 MW di Kota Medan maka akan mempengaruhi neraca daya yang ada di Kota Medan. Rencana beroperasi PLTSa ditargetkan Tahun 2014 sehingga suplai daya dapat dimasukkan ke jaringan PLN. Berikut adalah proyeksi neraca daya Kota Medan tahun2010-2025

Tabel 4.7

Proyeksi Neraca Daya Kota Medan

Tahun Daya Terpasang (MW) Daya Mampu (MW) Beban Puncak (MW) Keterangan 2010 1257.4 1011 625.5 385.5 2011 1257.4 1011 675,4 335.6 2012 1257.4 1011 701,5 309.5 2013 1257.4 1011 729,1 281,9 2014 1267.4 1021 758,3 262,7 2015 1267.4 1021 789,2 231,8 2016 1267.4 1021 821,9 199,1 2017 1267.4 1021 856,5 164,5 2018 1267.4 1021 893,1 127,9 2019 1267.4 1021 932,3 88,7 2020 1267.4 1021 973,1 47,9 2021 1267.4 1021 1016,8 4,2 2022 1267.4 1021 1063,1 -42,1 2023 1267.4 1021 1112,3 -91,3 2024 1267.4 1021 1164,6 -143,6 2025 1267.4 1021 1220,1 -199,1

Ketika terjadi penambahan kapasitas pembangkit PLTSa pada tahun 2014, kondisi neraca daya dalam keadaan baik karena kapasitas pembangkit yang menyupai Kota Medan masih dapat

menjaga keandaalan suplai dari permintaan pelanggan. Namun pada tahun 2022 Kota medan mengalami defisit energi sehingga perlu ada penambahan kapasitas pembangkit. Dengan adanya pembangunan PLTSa terjadi peningkatan besar kapasitas daya pembangkit sebesar 0,79% di Kota Medan.

4.5 Perencanaan Pembangkitan PLTSa

Perencanaan pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) dengan kapasitas pembangkit 10 MW di Kota Medan akan menggunakan teknologi landfill gas, dimana ada pemanfaatan gas metana (CH4) yang diperoleh dari hasil dekomposisi sampah organik pada landfill area yang telah disediakan. Teknologi ini merupakan teknologi secara biologis dan tidak menggunakan mekanisme pembakaran.

Teknologi landill gas untuk pembangkitan tenaga listrik merupakan teknologi yang berwawasan lingkungan dan dapat memperbaiki struktur dan mereklamasi lahan TPA yang telah digunakan. Selama ini pemanfaatan TPA di Kota Medan dioperasikan secara terbuka/open dumping sehingga kerusakan lingkungan yang ditimbulkan terus terjadi dan terus menigkatkan faktor emisi dilingkungan TPA bahkan Kota Medan baik dari penumpukan sampah hingga menghasilkan gas berbahaya dan beracun serta pembakaran sampah yang tidak terkendali yang terus memproduksi gas karbon dioksida (CO2).

Dari pemanfaatan lahan TPA ini akan direncanakan pembanguan PLTSa, dimana terdapat lahan seluas 137.563 m2 yang terletak di kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan. Lokasi ini berjarak 500 m dari pemukiman serta 14 Km dari pusat kota Medan, topografi lahan relatif datar.

4.5 Analisa Ekonomi

4.6.1 Analisa Biaya Pembangkitan PLTSa

Untuk menentukan biaya pembangkitan PLTSa di Kota Medan, ada beberapa parameter yang harus

Unit pengolahan  lindi ( WTP) 

Gas Flare  10 x.1,063 MW 0.4/20 kV 

(6)

diperhitungkan. Parameter-parameter tersebut adalah biaya modal, biaya operasi dan maintenance (O&M), dan Biaya bahan bakar (Fuel cost). Selain parameter diatas ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengembalian modal besarnya suku bunga dan faktor depresiasi. Besarnya suku bunga 6 %, 9 % dan 12%. dan besarnya faktor depresiasi sebesar 4% dengan umur pembangkit 25 tahun. Nilai parameter-parameter diatas ditunjukkan pada tabel 4.8

Tabel 4.8

Biaya Pembangunan PLTSa Kota Medan

Perhitungan Suku Bunga

6 % 9 % 12 %

Biaya Pembangkitan (US$ / kW) 3000 3000 3000 Umur Operasi (Tahun) 25 25 25

Kapasitas (MW) 10 10 10

Biaya Bahan Bakar (US$ / kWh) 0,0010 0.0010 0.0010 Biaya O & M (US$/ kWh) 0.0070 0.0070 0,0070 Biaya Modal (US$ / kWh) 0.0436 0.0538 0.0646 Total Cost (US$/ kWh) 0,0516 0.0618 0.0726

4.6.2 Pendapatan per Tahun

Jumlah pendapatan per tahun/ Cash in Flow (CIF) dapat dihitung dari kWh output dan selisih Biaya Pokok Penyediaan (BPP) dengan Biaya Pembangkitan atau dengan kata lain keuntungan penjualan (KP).

Tabel 4.9

Pendapatan berdasarkan tingkat suku bunga

Suku Bunga CIF Rp/tahun

6% 78.685.824.000 9% 72.252.480.000 12% 65.440.704.000 4.6.3 Payback Periode

Payback periode adalah lama waktu yang

dibutuhkan agar nilai investasi yang diinvestasikan dapat kembali dengan utuh.

Tabel 4.10

Payback Periode

Suku Bunga Payback Periode (PP) 6 % 3,4 Tahun 9 % 3,7 Tahun 12 % 4,1 Tahun

4.7 Analisa sebelum dan sesudah PLTSa beroperasi

Jika dihitung biaya pokok penyediaan (BPP) provinsi Sumatera Utara dengan perinciannya per pembangkit maka dapat diperoleh besar biaya pokok penyediaan sebesar Rp.660,2/kWh. BPP tersebut belum termasuk dari pengaruh pengoperasian PLTSa

yang dibangun. Jika PLTSa beroperasi maka besar BPP akan menjadi Rp.657,5/ kWh. Dengan demikian pengaruh pembangunan PLTSa dikota Medan adalah dapat menurunkan biaya pokok penyediaan (BPP) listrik Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp.2,7/kWh

4.7.1 Analisa Daya Beli Masyarakat Kota Medan setelah PLTSa Beroperasi

Kemampuan konsumsi masyarakat akan energi listrik sangat menentukan seberapa besar harga jual listrik nantinya yang mampu dibayar. Untuk mengetahui seberapa besar daya beli energi listrik masyarakat kota Medan digunakan data kelistrikan dan kependudukan kota Medan sebagai parameter.

PDRB perkapita kota Medan Rp.31.026.833/tahun, 1 bulan Rp. 2.585.569/bulan

Dalam rumah tangga ada terdapat 2 anggota keluarga yang berpenghasilan. Maka:

Pendapatan tiap rumah tangga 2 x Rp.2.585.569 = Rp. 5.171.138

Pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi energi listrik = 5% x Rp. 5.171.138 = Rp. 258.557

Dengan sambungan daya pelanggan 900 VA, faktor daya 0.85, faktor beban 75% maka didapat daya dalam watt

P = 900 x 0.85 = 765 watt

Konsumsi listrik dalam 1 bulan didapat: 0.765 kW x 30 (hari) x 24 jam x faktor beban 0.765 x 30 x 24 x 0.75 = 413.10 kWh/bulan. (Faktor beban 0.75)

Tabel 4.11

TDL Provinsi Sumatera Utara Provinsi RT (Rp.) Bisnis (Rp.) Industri (Rp.) Sosial (Rp.) GKP (Rp.) PJU (Rp.) Sumatera Utara 544.3 772.2 643.55 600.68 769.44 636.62

Dengan TDL (tarif dasar listrik) rumah tangga untuk provinsi Sumatera Utara sebesar Rp.544.3 maka didapat:

413,10 kWh/bulan x Rp.544.3/kWh = Rp. 224.850/bulan

Dengan ditambah biaya beban sebesar Rp.20.000, maka pengeluaran perbulan untuk pembayaran tagihan listrik sebesar Rp. 244.850

Daya beli masyarakat

= (Rp.258.577/Rp.244.850) x Rp.544.3/kWh = Rp. 574,8/kWh

Dengan daya beli masyarakat sebesar Rp. 574,8/kWh maka masih terdapat selisih dalam penjualan listrik setelah pembangunan PLTSa,karena harga jual listrik setelah PLTSa didirikan adalah Rp. 657,5/kWh.

4.8 Upaya Pengurangan Emisi Gas rumah kaca

Sisa dari sampah (organik) ditimbun dan kemudian ditutup akan menimbulkan gas metana (CH4) yang pada dasarnya merupakan gas rumah

(7)

kaca yang paling buruk. Kondisi ini jelas memperburuk efek GRK karena potensi gas metana 21 kali lipat dibandingkan CO2.

Berikut adalah kemungkinan penurunan emisi GRK yang dihasilkan dari PLTSa.

1 MWh = 0.963 tCO2 Produksi energi listrik PLTSa

10 MW x 0.85 x 24 h = 204 MWh Potensi reduksi emisi

204 MWh x 0.963 tCO2/MWh = 196,452 tCO2 Dalam 1 tahun = 196,452 tCO2 x 365 /tahun

= 71.705 tCO2/tahun Dalam 25 tahun = 71.705 tCO2 x 25 tahun

= 1.792.625 tCO2

Maka dalam proyek pembangkitan PLTSa selama 25 Tahun dimungkinkan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 1.792.625 tCO2

4.9 Aspek Sosial

Beragam fenomena yang biasa muncul pada rencana pembangunan PLTSa adalah penolakan pembangunan PLTSa karena dianggap sebagai pembangkit yang dapat merusak lingkungan, pembangkit yang tidak bersih serta dapat memutus roda perekonomian masyarakat yang selama ini menggantungkan hidupnya dari sampah yang ada di TPA. Persoalan diatas muncul karena tidak ada komunikasi yang baik antara komunitas terhadap masyarakat yang ada disekitar pembangkit.

Untuk mengatasi masalah tersebut maka diadakan Program Pembangunan Komunitas yang tepat yang berdampak dan menguntungkan selain lapangan pekerjaan adalah sebagai berikut:

a) Program Pembangunan Komunitas bagi Pemulung:

1. Pendampingan Kelompok; 2. Pengembangan SDM

3. Pelatihan pengelolaan sampah;

4. Sosialisasi Dampak Pencemaran Lingkungan; 5. Fasilitasi Pembangunan Sarana kebersihan

6. Fasilitasi dengan layanan Pendidikan dan Kesehatan.

b) Program Pembangunan Komunitas bagi Masyarakat lokal dan tokoh masyarakat

1. Pembentukan Kelompok Sadar Lingkungan; 2. Pemberian layanan pelatihan untuk peningkatan

SDM

3. Sosialisasi Manfaat Sampah;

4. Pelatihan Pengolahan Sampah yang tepat guna; 5. Pendirian Sekolah

6. Pembentukan dan Pembangunan Fasilitas Kesehatan

Dengan adanya program kemasyarakatan diharapkan tercipta keseimbangan antara komunitas masyarakat terhadap adanya PLTSa sehingga kualitas

hidup komunitas masyarakat di sekitar pembangkit dapat lebih baik dan meningkat.

4.10 Program Konservasi Energi Listrik

Dengan pembangunan pembangkit listrik yang memanfaatkan sumber energi sampah perkotaan yang merupakan sumber energi non fosil dan dapat diperbaharui, maka ketersediaan sumber energi lain terutama yang tidak dapat diperbaharui atau non fosil seperti batu bara, gas alam dan minyak bumi akan tetap tersedia dan tidak cepat habis.

Sehingga dengan dibangunnnya PLTSa yang memanfaatkan sumber energi lokal yang tersedia maka dapat mendukung adanya langkah konservasi energi. Dimana energi fosil yang ada bisa dimanfaatkan untuk keperluan yang lain yang sifatnya lebih penting dan lebih berguna buat masyarakat.

V. KESIMPULAN

1. Perlu adanya pembangunan pembangkit baru guna memenuhi kebutuhan listrik di di sumatera Utara dimasa mendatang, karena kondisi saat ini sumatera utara mengalami kekurangan pasokan energi listrik, saat ini sumatera utara memiliki daya mampu sebesar 1212 MW dengan kapasitas terpasang 1520,3 MW dan beban puncak mencapai 1262,2 MW. Untuk kebutuhan listrik di kota Medan mencapai 54,19% dari total kebutuhan propinsi dengan pertumbuhan konsumsi energi mencapai 4,7 % setiap tahunnya.

2. Potensi biomassa dengan memanfaatkan sampah kota sebagai sumber energi alternatif untuk pembangkitan PLTSa sangat melimpah di Kota Medan dan belum dimanfaatkan. Berdasarkan analisa diperoleh bahwa estimasi timbunan sampah kota tahun 2009 mencapai 620.979 ton/tahun dengan komposisi sampah organik mencapai 434.685 ton/tahun. Dan tahun 2025 mencapai 718.335 ton/hari dengan sampah organik mencapai 502.835 ton/tahun dengan rata-rata produksi sampah perhari mencapai 1190 ton/hari sampah organik. Dan diperkirakan mampu memproduksi listrik setiap tahunnya sebesar 72,42 GWh.

3. Dari aspek ekonomi pembanguan PLTSa menguntungkan Berdasarkan analisa biaya investasi sebesar 3000 US$/kW dengan kapasitas pembangkit 10 MW pada suku bunga 6% biaya investasi akan kembali selama 3,4 tahun untuk suku bunga 9% selama 3,7 tahun suku bunga 12% selama 4,1 tahun.Dengan rata-rata pendapatan mencapai 78,685 Milyar setiap tahunnya.

(8)

4. Pengaruh pembangunan PLTSa terhadap biaya pokok penyediaan (BPP) menunjukkan adanya penurunan, dimana BPP provinsi sebelum PLTSa beroperasi adalah Rp.660,2/kWh dan setelah PLTSa beroperasi BPP Provinsi menjadi Rp.657,5/kWh namun tidak mempengaruhi kemampuan daya beli masyarakat Kota Medan. Kemampuan daya beli masyarakat sebesar Rp.574,8/kWh.

5. Pada aspek sosial, masyarakat komunitas dapat terbantu dengan adanya PLTSa karena terjalin hubungan sosial sehingga kondisi perekonomian masyarakat dapat meningkat dengan adanya kesempatan kerja yang diberikan dan dapat mendorong peningkatkan kualitas hidup yang didukung dengan memberikan sarana menunjang untuk pengembangan SDM seperti pendidikan dan kesehatan. Sedangkan pada aspek lingkungan terjadi perubahan kondisi lingkungan yang lebih baik dengan adanya pengoperasian PLTSa maka laju pertumbuhan emisi gas rumah kaca sebesar 71.705 tCO2/tahun dapat ditekan sehingga tidak mencemari udara disekitar.

Daftar Pustaka

[1] Djiteng Marsudi Ir, 2005, “Pembangkitan Energi

Listrik”, Erlangga, Jakarta.

[2] Lestari, Endang, dkk, 2009, Pemanfaatan gas

dari sampah untuk pembangkit energy listrik,

M&E Volume 7 no. 3 hal 21

[3] Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 07 tahun 2010, Tarif Tenaga

Listrik yang Disediakan Oleh PT. PLN (PERSERO).

[4] PT. PLN (PERSERO), 2010, Rencana Umum

Pembangkitan Tenaga Listrik 2010 – 2019.

Jakarta

[5] Sejati, Kucoro, 2009, pengelolaan Sampah

Terpadu, Kanisius, Yogyakarta

[6] Sudrajat, R. , 2009, Mengelola Sampah Kota, Penebar Swadaya, Jakarta

[7] Syariffuddin Mahmudsyah, 2008, Diktat Kuliah

Pembangkit Tenaga Listrik, Jurusan Teknik

Elektro FTI-ITS, Surabaya, 2008.

[8] Undang-undang Republik Indonesia nomor 18

tahun 2008, tentang peneglolaan sampah

[9] wintolo, Mahendro, 2007, Landfill Gas sebagai

Energi Altenatif, M&E volume 5 no.2 hal 85-92

[10] Badan Pusat Statistik, 2009, Medan dalam angka 2009

[11] Badan Pusat Statistik 2009, Sumatera Utara

Dalam Angka 2009

[12] Energy information and data, pyromex waste to energy

[13] 2010, Data dan program dinas Kebersihan Kota

Medan     

BIOGRAFI PENULIS

Kukuh Siwi Kuncoro, lahir di Labuhan Batu, Sumatera Utara 29 April 1987, menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1999 di SDN 112184 Pematang Seleng, Kemudian melanjutkan di SLTPN 1 Bilah Hulu selesai pada tahun 2002, selanjutnya diterima di SMAN 3 Rantau Utara selesai pada tahun 2005. Setelah lulus SMA penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Gadja Mada program D3 Teknik Elektro dan selesai pada tahun 2008. Dan sekarang tercatat sebagai mahasiswa Teknik Elektro, Teknik Sistem Tenaga, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kerangka pemikiran dan hasil pelaksanaan tindakan kepemimpinan yang dilaksanakan sebanyak dua siklus maka dibuat kesimpulan, tingkat kompetensi yang

Penambahan karagenan dengan konsentrasi berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata pada tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur dari minuman jelly sari buah nanas.. Hal

Dengan diadopsi atau diterapkannya pola tanam padi dengan sistem jajar legowo oleh petani, maka para petani akan semakin mudah dalam

Selain itu sistem informasi pemantauan pertumbuhan balita yang ada saat ini belum berdasarkan Sistem Manajemen Basis Data (SMBD) sehingga masih dijumpai adanya redundansi

Meskipun informasi tersebut tidak dapat digunakan untuk memberikan kesimpulan secara umum namun dapat memberikan gambaran bahwa mahasiswi semester 2 di Prodi DIII

Dalam membuat hipotesa, juga diperlukan format yang baik, diantaranya adalah tentang pernyataan "jika-maka", hipotesis nol dan alternatif, serta hipotesa directional dan

Perkembangan merupakan suatu proses pada setiap sesuatu untuk lebih maju atau menjadi yang lebih baik, oleh karena itu manusia sebagai makhluk yang berperan dalam perkembangan

Pada penelitian yang dilakukan oleh Ratna kusumawati (2008) yang berjudul “Analisis pengaruh budaya organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja untuk