6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Massa
2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa
Dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus mengunakan media massa pada sejumlah besar orang. Jadi, walaupun komunikasi tersampaikan kepada banyak orang seperti pengajian yang jamaahnya banyak ribuan orang jika tidak memakai media massa, maka hal tersebut tidak akan bisa dikatan sebagai komunikasi massa. Contoh dari media massa yang telah banyak digunakan saat ini adalah radio,tv, film, dan surat kabar. (Romli, 2016)
Dalam buku komunikasi massa (Romli, 2016) berikut lima pengertian komunikasi massa menurut para ahli :
1. Bitner menyatakan bahwa komunikasi massa merupakan pesan komunikasi yang disampaikan dengan sebuah saluran yaitu media massa kepada orang-orang dalam jumlah yang besar.
2. Menurut Gebner, komunikasi massa adalah proses produksi hingga distribusi yang berbasis teknologi lembaga dengan memiliki arus pesan yang berkelanjutan dan meluas di lapisan masyarakat.
3. Meletzke memiliki definisi tentang komunikasi massa yang diartikan sebagai beragam bentuk komunikasi yang menyampaikan pesan atau pernyataan secara transparan melalui penyebaran media secara tidak langsung dan dalam bentuk satu arah kepada public.
4. Freidson mengemukakan bahwa komunikasi massa memiliki perbedaan dengan jenis komunikasi lainnya
7 karena pada dasarnya komunikasi massa ditujukan kepada beberapa jumlah populasi dari kelompok apapun, bukan hanya satu individu atau beberapa darinya secara khusus.
5. Berdasarkan pernyataan dari Weight, komunikasi massa memiliki karakteristik utama yaitu ditujukan kepada khalayak dengan jumlah yang relatif besar secara heterogen dan penerima pesan bersifat anonym. Pesan yang disampaikan bersifat terbuka dan mayoritas bisa mencapai khalayak secara serentak dengan pesan secara sekilas.
2.1.2 Ciri-ciri Komunikasi Massa
Beberapa ciri yang ada dalam komunikasi massa diantaranya yaitu memakai media massa dalam bentuk media cetak maupun audio.
Ciri komunikasi massa yaitu selalu memakai media massa, bisa melewati media cetak ataupun media audio.
Lembaga menjadi suatu yang selalu terlibat dalam unsur komunikasi massa dengan memiliki komunikator yang bergerak pada organisasi yang saling bertaut. Salah satu media massa yang memiliki penyampaian berupa audio visual verbal dan non verbal berbasis teknologi adalah televisi. (Romli, 2016).
Terdapat beberapa ciri-ciri komunikasi massa yang akan disebutkan sebagai berikut:
1. Pesan yang terkandung bersifat umum
Komunikasi massa diperuntukan ke semua orang tanpa terkecuali dan tidak di tujukan hanya untuk perorangan atau hanya sebuah kalangan tertentu, bisa dikatakan komunkiasi bersifat terbuka. Contoh pesan yang terkandung pada komunikasi massa beberapa
8 diantaranya yaitu peristiwa, opini, dan juga fakta. Tetapi tidak semua bentuk peristiwa dan fakta yang terjadi dapat diberitakan ke dalam media massa. Dengan memenuhi kriteria yang menarik pesan komunikasi massa bisa dikemas dengan baik.
2. Komunikan bersifat Anonim dan heterogen
Dikatakan anonim komunikasi massa menggunakan media yang komunkiator dan komunikannya tidak bertatap secara langsung sehingga komunikator tidak mengenal komunikannya. Dikatakan komunikasi massa heterogen karena penggunanya terdiri dari berbagai macam golongan masyarakat dari yang beragama, tidak beragama, kaya miskin, lelaki perempuan, dari kata lain komunikasi massa bisa digunakan tidak hanya satu golongan manusia saja.
3. Media Massa memiliki akibat serempak
Komunikasi massa memiliki kelebihan yaitu jumlah komunikan yang bisa dicakup relatif banyak atau tidak terbatas dan komunikan dapat mendapatkan pesan yang sama dalam satu waktu.
4. Komunikasi Lebih Mementingkan Isi daripada Hubungan
Bisa dikatakan komunikasi massa lebih mementtingkan isi karena salah satu faktornya komunikator dan komunikan tidak bisa berinteraksi, jadi dalam komunikasi massa lebih mencondongkan penyampaian isi pesan yang baik.
5. Komunikasi Massa memiliki sifat searah
Berkaitan dengan ciri komunikasi massa sebelumnya adalah bersifat satu arah, penyebabnya adalah komunikan dan komunikator tidak bertatap muka
9 sehingga tidak bisa berinteraksi secara langsung, hal ini menjadi kelemahan dari media massa.
6. Stimulasi Alat Indra yang Terbatas
Media massa memiliki perbedaan penerimaan melalui alat indera karena tergantung dari bentuk media massanya. Misalnya medianya berupa majalah atau surat kabar, maka komunikan tidak akan bisa membalas secara langsung kecuali membaca. Jika medianya adalah radio, maka komunikan tidak bisa melihat dan membalas komunikator secara langsung kecuali mendengarkannya.
Dan selanjutnya adalah televisi, komunikan tidak bisa membalas komunikator secara langsung melainkan hanya bisa mendengar dan melihat audio visual yang disajikan.
7. Umpan Balik Tertunda dan Tidak Langsung
Komunikator tidak dapat mengetahui reaksi komunikan secara langsung dalam menggunakan komunikasi massa. Tanggapan komunikan lewat twitter, facebook, e-mail dll membutuhkan waktu, hal tersebut menggambarkan komunikasi massa waktunya bersifat tertunda.
2.1.3 Fungsi Komunikasi Massa
Komunikasi massa menjadi suatu aktivitas yang penting dan berfungsi dalam masyarakat. Robert K. Merton memiliki pendapat bahwa fungsi aktivitas memiliki dua aspek yaitu :
1. Fungsi nyata (manifest function), berarti fungsi yang diinginkan.
2. Fungsi tidak nyata atau tersembunyi (latent function), kebalikan dari fungsi nyata yaitu fungsi tidak diinginkan.
Efek fungsional dan disfungsional telah melekat pada setiap fungsi sosial dalam masyarakat. Setiap aktivitas sosial
10 yang muncul akan menciptakan fungsi sosial yang lain selain dari fungsi nyata dan fungsi tidak nyata, hal tersebut memberikan sebuah tanda bahwa manusia telah memiliki bakat untuk beradaptasi secara luar biasa. Kalaupun ada fungsi sosial yang mebahayakan dirinya. Manusia akan merubah fungsi-fungsi sosial tersebut sebagaimana manusia bisa menggunakan fungsi sosial tersebut dengan baik.
(Romli, 2016)
2.1.4 Macam-Macam Media Komunikasi Massa
Pada buku Komunikasi Massa menurut Elvinaro Ardianoto (Ardianto, 2015), Berikut bentuk-bentuk media massa menurut Elvinaro Ardianto serta penjelasannya :
1. Surat Kabar
Ada tiga fungsi utama pada surat kabar yaitu :
a. to inform, memberikan informasi secara objektif dalam bentuk berita dari komunikator kepada komunikan
b. to comment, memberikan komentar berupa masukan, satan, kritik atau lainnya pada berita yang diterima oleh komunikan dari penyampaian komunikator.
c. to provide, komunikator memberikan persediaan informasi yang dibutuhkan oleh komunikan dengan memasang iklan sebagai salahsatu cara.
Berikut beberapa karakteristik yang ada pada surat kabar yaitu mencakup:
a. Publisitas adalah publikasi kepada massa b. Periodesitas, merujuk pada konsistensi dari
waktu terbit dari berita, yang dimana dapat diterbitakan secara periodik mulai dari harian, mingguan, hingga bulanan.
11 c. Universalitas, Meliputi fokus isi pesan tentang semua aspek kihidupan manusia seperti masalah ekonomi, pendidikan, sosial, agama dan lain- lain.
d. Aktualitas, keadaan sebenarnya terkini dan tidak ketinggalan.
e. Terdokumentasikan dalam surat kabar yang terdapat pada berita ataupun artikel, beberapa surat kabar atau artikel akan diarsipakan atau dibuat kliping oleh orang-orang yang menganggap itu penting.
2. Majalah
Dalam buku Komunikasi Massa (Ardianto, 2015) terdapat 5 kategori dala mengklasifikasi majalah yaitu:
a. General consumer magazine (majalah konsumen umum)
b. Business publication (majalah bisnis)
c. Inracy reviews and academic journal (kritik sastra ilmiah)
d. Newsletter (majalah khusus terbitan berkala) e. Public relation magazine (majalah humas) 3. Radio
Radio merupakan salahsatu alat komunikasi yang ditemukan setelah media cetak. Donald McNicol menyatakan dalam bukunya dengan judul Radio’s conquestof space, bahwa pada tahun 1802 telah ditemukan pesan yang dapat dijangkau dengan jarak yang pendek menggunakan kawat yang dapat mengalirkan listrik sebagai alat sederhana. Pada saat itu jaringan radio untuk siaran masih menggunkan jaringan telefon sedangkan saat ini telah memakai jaringan maya (cyber),
12 ynag dimana semua jaringan tersebut dijadukan satu dalam sebuah satelit. (Ardianto, 2015)
4. Televisi
Dalam buku komunikasi massa ada 5 metode penyampaian isi program televisi yang sudah dikembangkan (Ardianto, 2015) yaitu :
a. Over-the-air reception of network and local sration program.
Yang artinya Kualitas gambar kuno ditingkatkan menggunakan hight density television (HDTV).
b. Cable
Program disampaikan melewati satelit ke sistem kabel lokal, setelah itu disalurkan ke rumah orang-orang menggunakan kabel dibawah tanah.Sistem ini sudah dilakukan sejak tahun 1990-an.
c. Digital Cable
Jenis metode ini sudah lebih canggih mengunakan kabel serat optik ditanamkan dibawah tanah dan memiliki kapasitas yang tinggi dapat memuat 500 lebih saluran. Metode ini disebut super highway.
d. Wireless Cable
Metode ini lebih canggih lagi, sudah menggunakan transmisi gelombang pendek atau disebut microwafe. Metode ini membutuhkan alat khusus untuk mengaplikasikannya tetapi metode ini banyak mengurangi biaya instalasi optik.
13 e. Direct Broadcast satellite (DBS).
Program acara tv di pancarkan langsung menggunkan satelit dan bisa diterima menggunkan antena parabola, metode ini sudah digunakan di Amerika Serikat sejak tahun 1994.
5. Komputer dan Internet
Aktivitas dalam internet menggunakan electronic mail. Pengguna internet juga membutuhkan situs untuk mencari berita, informasi, dan hiburan. Terdapat beberapa pelanggan pengguna internet yang setiap minggunya membuka situs guna mendapatkan informasi dan berita terbaru. (Ardianto, 2015)
6. Film
Film menjadi salah satu bentuk komunikasi yang memiliki pengaruh besar dari bagian komunikasi massa di seluruh muka bumi. Banyak orang yang menyukai media massa ini, salah satu data membuktikan terjualnya satu juta tiket film lebih pada setiap tahunnya di Amerika Serikat dan di Kanada. (Ardianto, 2015)
2.2 Tinjauan Tentang Film 2.2.1 Pengertian Film
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film adalah lakon atau cerita gambar hidup yang diartikan dalam Bahasa Inggris yaitu Motion pictures. Film memiliki beberapa segi fungsi seperti dari segi edukatif dan instruktif. Film juga menjadi perekam sejarah yang baik. Sebuah film yang tercipta merupakan hasil dari beberapa devisi yang bekerja sama seperti teknisi-teknisi yang mengaplikasukan alat merekam, ada seni sastra, seni lukis, seni musik, dan seni arca. (Tonni Limbong, 2020)
Dalam pasal 1 ayat (1) UU Nomer 8 tahun 1992 menyebutkan pengertian film adalah karya seni gabungan dengan budaya
14 berbentuk audio visual menjadi media komunikasi massa yang dibuat dengan ilmu sinematografi menggunakan cara direkam pada pita video, pita seluloid, kamera, dan alat berteknologi lainnya. Jenis dan ukuran akan diproses secara kimiawi atau dengan proses elektronika atau di proses dengan lebih modern menggunakan suara atau tidak yang terpenting dapat di tayangkan dengan sistem mekanik. (Mabruri, 2013)
2.2.2 Jenis-jenis Film
Dalam buku Komunikasi massa (Ardianto, 2015) film dibagi menjadi berbagaimacam jenis. Berikut penjelasannya :
1. Film Cerita
Dapat diartikan film cerita adalah sebuah film yang isinya berupa cerita fiktif atau berdasarkan cerita nyata yang dimodifikasi sampai film tersebut menjadi menarik untuk ditonton. Film cerita biasanya dimainkan oleh bintang film terkenal sehinga film ini bisa didistribusikan sebagai barang dagangan.
2. Film Berita
Film ini mengangkat dengan fakta yang telah terjadi sebelumnya, harus memiliki isi yang mengandung nilai berita atau disebut news value. Dalam film ini yang menjadi penting didalamnya adalah kejadian yang diabadikan dengan direkam secara utuh.
3. Film Dokumenter
Disebut dengan film dokumenter karena yang bahan yang diangkat adalah kenyataan yang tidak dirubah di buat menjadi film. Perbedaan film dokumenter dengan film berita terletak pada durasinya, biasanya film dokumenter lebih lama durasinya dibanding film berita. Sama-sama di ambil dari kenyataan, penjelasan film dokumenter diambil dari fakta yang ada. Banyak film dokumenter yang sudah tercipta dengan adanya kebiasaan
15 masyarakat Indonesia seperti upacara ngaben di Bali, Kematian orang Toraja, dan yang lainnya. Biografi yang memiliki nilai karya juga bisa dijadikan sumber untuk pembuatan film dokumenter.
4. Film Kartun
Serangkaian gambar yang disusun dan diproyeksikan sehingga menghasilkan gambar hidup, pernyataan tersebut disebut sebagai film kartun. Dalam sinematografi, film kartun pada mulanya digambar manual menggunakan tangan yang akhirnya membentuk sebuah ilustrasi dimana gambar tersebut bergerak seperti hidup dan berkesinambungan.
Film kartun atau film animasi dalam bentuk karakternya dibagi menjadi empat yaitu :
a. Stop Motion Animation / Claymation
Orang pertama yang menciptakan film stop motion ini adalah Blakton pada 1906. Dahulu Blakton memakai tanah liat sebagai objek untuk film stop motion. Contoh dari film stop motion ini adalah Chiken run, Shaun the Sheep dan yang lainnya.
b. Animasi 2 Dimensi (2D)
Sering disebut dengan film kartun (cartoon) animasi 2D yaitu kumpulan gambar-gambar yang dirangkai dan disatukan hingga membentuk sebuah film. Contoh film dari animasi 2D ini adalah Tom & Jery, Donal Bebek, Pineas & Ferb, Avatar the legend of Ang, dan lain-lain c. Animasi 3 dimensi (3D)
Animasi ini merupakan perkembangan dari animasi 2 dimensi, dimana pada animasi 3 dimensi menggunakan teknologi komputer yang hasil gambarnya menjadi lebih hidup. Contoh dari film 3D ini adalah Toy Story, Despicable me, Up, dan masih banyak lagi yang lain.
16 d. Animasi Jepang (Anime)
Film animasi Jepang atau sering disebut dengan anime, kenapa disebut begitu karena dari segi pembuatan, bahasa, hingga culturnya menyangkut dengan negara Jepang. Karakternya juga berbeda dengan animasi yang dibuat oleh negara Amerika. Beberapa film anime sangat populer misalnya One Piece, Bokuno Hero Academia, Naruto, dan masih banyak yang lain. (Tonni Limbong, 2020)
2.3 Pesan Komunikasi Dalam Film 2.3.1 Pesan
Pesan menjadi sebuah titik pusat pada proses komunikasi. Pesan adalah sebuah ide atau gagasan yang disalurkan melalui komunikator ke komunikan untuk menyampaikan maksud tertentu, penyampaiannya bisa secara langsung maupun melewati media.
Dalam setiap pesan, memiliki sebuah isi tersendiri. Inti dari aktivitas komunikasi ialah isi pesan itu sendiri, isi pesan menjadi sebuah gagasan atau ide dari komunikator dan disampaikan ke komunikan.
(Sari, 1993) 2.3.2 Sifat Pesan
Dalam buku yang ditulis oleh Deddy Mulyana berjudul Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Mulyana, 2007) menjelaskan sifat pesan dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Verbal
Pesan verbal berupa suara yang bisa didengar berupa kata atau lisan. Pesan verbal disengaja adalah mayoritas kata-kata yang terucap oleh orang. Jadi, maksudnya adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh setiap orang untuk berinteraksi dengan orang lain menggunakan lisan secara sengaja. (Mulyana, 2007).
Bahasa verbal adalah pemakaian kata-kata yang memberikan cerminan dari berbagai aspek realitas individual setiap orang.
17 Bahasa tersebut menjadi sarana setiap orang untuk memberikan pernyataan atas apa yang dirasakan, dipikirkan, hingga maksud yang dimiliki. Kata-kata merupakan generalisasi realitas kita yang tidak bisa menimbulkan reaksi kepada orang lain, atau disebut sebagai totalitas objek atau konsep yang mewakili kata tersebut. Contohnya adalah sepeda, murid, motor, becak, atau kursi. (Mulyana, 2007).
b. Non Verbal
Komunikasi nonverbal merupakan komunikasi yang menggunakan selain lisan (kata-kata). Komunikasi ini lebih dahulu muncul sebelum komunikasi verbal, yang dimaksud adalah kita lebih awal melakukannya seperti waktu kita bayi yang kita gunakan adalah komunikasi nonverbal seperti menangis, tertawa, melewati pandangan mata, dan sebagainya.(Mulyana, 2007).
Larry A. Samovar dan Richard E. Porter menyatakan bahwa komunikasi nonverbal memiliki cakupan semua interaksi kecuali interaksi verbal dalam sebuah hubungan komunikasi yang diakibatkan dari individu dan pemakaian lingkungan oleh individu, yang memiliki nilai pesan potensial bagi komunikator dan komunikan, jadi didefinisi ini mencakup seluruh perilaku disengaja maupun taidak disengajasebagai bagian dari kejadian komunikasi secara keseluruhan. Tanpa kita sadari pergerakan kita menimbulkan pesan-pesan nonverbal bagi orang lain.(Mulyana, 2007).
2.4 Pesan Moral Dalam Film
“Moralitas” merupakan kata sifat yang berasal dari bahasa latin yaitu moralis yang pada dasarnya memiliki arti yang sama dengan
“moral”, tetapi lebi abstrak. Moralitas diartikan sebagai suatu
18 perbuatan yang masih luas artinya, sedangkan moral dinilai secara jelas dari baik atau buruknya perbuatan manusia. (Bertens, 1993)
Dalam buku Robert C. Solomon yang berjudul Etika Suatu Pengantar, secara umum penertian moral ditekankan pada karakter dan sifat setiap individu secara khusus, bukan dilihat dari ketaatan atau peraturan yang berlaku. Beberapa contohnya adalah murah hati, besar hati, rasa kasih dan lainnya yang termasuk unsur moral paling penting dan tidak tercantum dalam hukum yang berlaku. Dalam pengertian ini tingkah laku moral bersifat spontan, sementara moralitas pengartia yang pertama menonjolkan reflektif dan berfikir.
Moral yang mengacu pada karakter, lebih cenderung fokus kepada keistimewaan dalam diri seseorang. (Solomon, 1984).
Menurut Poespropojo tentang moralitas yang telah tercantum dalam bukunya yaitu Filsafat Moral Kesusilaan dalam Teori dan Praktik, moralitas bisa berbentuk objektif maupun subjektif.
(Poespropojo, 1999).
Dalam pengertiannya, moralitas objektif adalah suatu perbuatan baik maupun buruk dan juga benar ataupun salah dari individu yang berada diluar dari pengaruh murni dari dirinya. Misalnya, jika terdapat seseorang yang mencuri maka dinilai sebagai perbuatan yang buruk, tetapi jika memiliki niat mencuri untuk mempertahankan hidup maka tidak dapat disalah perbuatan tersebut karena termasuk hak asasi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sedangkan moralitas subjektif adalah suatu perbuatan yang dipengaruhi oleh beberapa aspek yaitu tingkat pengetahuan, latar belakang pendidikan, stabilitas emosi dan lainnya yang akan mempengaruhi niat dari individu atau pelaku. Misalnya terjadi kecelakaan di jalan raya, terdapat dua jenis perbuatan yaitu perbuatan baik ketika orang yang menolong memang memiliki niat untuk membantu, dan akan berubah menjadi perbuatan buruk ketika emiliki niat untuk mencuri barang berharganya.
19 Beliau juga memaparkan tentang moralitas bahwa bentuk dari moralitas adalah sebagai intrinsik dan ekstrinsik. Kedua bentuk tersebut dapat dipadukan dengan pembagian yang telah dibahas sebelumnya di atas. Moralitas berbentuk intrinstik memiliki pandangan bahwa suatu perbuatan secara hakikatnya yaitu bebas dari segala bentuk hukum positif, yang dipandang dalam hal ini adalah antara kebaikan atau keburukan dari perbuatannya, bukan tentang seseorang yang telah memberikan perintah atau larangan.
Sedangkan moralitas dalam bentuk ekstrinsik memandang perbuatan sebagai hal yang bersumber dari perintah ataupun larangan dari seorang penguasa maaupun hukum positif, baik manusia dari asal muasalnya atau juga dari penciptanya yaitu Tuhan.
(Poespropojo, 1999).
Menurut buku yang berjudul Dialektika Hukum dan Moral yang ditulis oleh Gunawan Setiardja, kata moralitas berasal dari bahasa latin yaitu gabungan dari “mos” yang berarti tunggal dan “mores”
yang berarti jamak. Mores dapat diartikan dari segi filasafat praktis, yaitu untuk menelaah sifat atau perbuatan yang melekat pada manusia entah itu baik maupun buruk, yang dimana berkaitan dengan tujuan hidup manusia setelah terlahir di dunia. Maka, moral dijadikan sebagai objek pada filsafat moral. Sedangkan etika atau
“ethics” dalam Bahasa Inggris mempunyai makna yang sama dengan moral yaitu berarti kebiasaan kelakuan.(Setiardja, 1990).
Dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat dua sifat pesan yaitu pesan verbal dan non verbal, begitu juga dengan pesan moral pun terdapat dua pembagian yaitu pesan moral verbal dengan pesan moral non-verbal.
a. Pesan Moral Verbal
Yang dimaksud dengan pesan moral verbal adalah pesan yang disampaikan secara langsung dengan penggunaan kata yang berkaitan dengan tingkah laku manusia, sehingga bisa menunjukkan antara baik dan buruk, juga salah ataupun benar.
20 b. Pesan Moral Non Verbal
Pesan moral non verbal memiliki artian bahwa pesan yang disampaikan menggunakan isyarat yang terkait dengan tingkahlaku manusia yang menunjukan baik atau buruk, salah atau benar.
2.4.1 Prinsip-prinsip Moral Dasar
Ada tiga prinsip dalam moral dasar menurut (Suseno, 1987) yaitu akan dijelaskan di bawah ini :
1. Moral Sikap Baik
Dalam berhubungan dengan orang lain, sikap merupakan dasar dari apapun yang akan kita lakukan kepada orang lain dalam bentuk sikap baik, positif, dan juga tidak membuat orang lain merasa rugi. Bersikap jujur, adil, dan setia kepada orang lain menjadi dasar atas semua prinsip norma moral yang kita lakukan kepada orang lain.
2. Moral Keadilan
Memberikan perilaku yang sama terhadap orang lain dan tak membedakan bedakan dalam keadaan yang sama untuk menghormati hak semua orang yang berada di sekitar menjadi kewajiban dalam prinsip keadian. Dengan pengertian sebelumnya menjelaskan keadilan menuntut kita agar mencapai tujuaan tanpa menindas atau mengambil hak yang dimiliki oleh orang lain.
3. Hormat Terhadap Diri Sendiri
Prinsip hormat terhadap diri sendiri adalah adanya kewajiban untuk memberikan penilaian pada diri sendiri sebagai hal yang memiliki nilai. Yang dimana maksudnya adalah manusia sebagai pusat dalam memberi pengertian, memiliki kehendak, kebebasan, keinginan. Manusia juga merupakan makhluk yang memiliki akal dan budi pekerti.
21 2.4.2 Sikap-sikap Kepribadian Moral yang Kuat
Menurut Franz Magnis Suseno, terdapat 7 sikap kepribadian moral yang kuat sesuai dengan bukunya yang berjudul “Masalah- Masalah Pokok Filsafat MoralKejujuran
Kejujuran menjadi dasar untuk menjadi orang yang bermoral disetiap usaha yang dilakukan. Ketidak-adanya kejujuran dalam diri manusia maka manusia itupun tidak akan bisa melangkahkan jejaknya karena belum bisa menjadi versi dirinya sendiri. Tidak jujur mengartikan tidak seiya-sekata mengakibatkan seseorang tidak bisa mengambil sikap yang lurus, tidak bisa mengambil sikap yang lurus membuat seseorang juga tidak bisa mengambil dirinya menjadi titik tolak, melainkan perkiraan atau harapan orang lain. Dengan ketidak adanya kejujuran keutamaan moral atau nilai moral lainnya akan tidak berlaku. Meskipun berperilaku baik dengan orang lain tetapi tidak menggunakan kejujuran membuat manusia menjadi munafik ” (Suseno, 1987)..
a. Nilai-nilai Otentik
Menjadi diri sendiri tidak mengikuti orang lain, tidak menjadi orang lain, memiliki sikap dan pendirian yang kuat dan bukan orang yang membeo, yang selalu mengikuti arah angin dan pendapat umum adalah artian dari nilai-nilai otentik.
b. Kesediaan Untuk Bertanggung Jawab
Orang yang tidak membatasi kepeduliannya terhadap apa saja yang menjadi kewajibannya dan urusannya juga merasa bertnggung jawab dimanapun seseorang itu diperlukan.
Berperilaku jujur membuktikan kualitas dasar kepribadian moral yang menjadi tolok ukur dalam kesediaan seseorang untuk bertanggung jawab. Seseorang yang sudah memiliki kesediaan untuk bertanggung jawab bertanda sudah mempunyai kekuatan batin yang bagus.
22 c. Kemandirian Moral
Kekuatan hati atau batin untuk bergerak dan mengambil keputusan moral sendiri untuk berperilaku serasi dengan apa yang dikatakan hati adalah cerminan dari kemandirian moral.
Kemandirian moral juga mempunyai arti seseorang tidak bisa dipengarui oleh mayoritas, tidak bisa rukun dengan kebersamaan jika kerukunan itu menyimpang dan melanggar dari moral kebaikan atau keadilan.
d. Keberanian
Tekat untuk tetap mempertahankan perilaku yang benar benar dipercayai sebagai kewajiban jikalaupun lingkungan tidak mendukung bahkan melawan, tekat itupun terus berlanjut ini pengartian dari keberanian. Seseorang yang tidak mundur akan keutamaan dari tugas dan tanggung jawab meskipun lingkungan sekitar mencemooh, megucilkan, mencela dan menentang akan kewajiban seseorang tersebut mencerminkan keberanian nurani.
Keberanian moral ialah kepatuhan kepada suara nurani hati yang bersedia untuk mengambil sikap didalam resiko konflik.
e. Kerendahan Hati
Menyadari bahwa kita masih belum sempurna memiliki penilaian bahwa hati nurani belum jernih sehingga tidak akan gampang menolak pendapat orang lain dengan mentah mentah dan tidak membulatkan atau mengunulkan pendapat moral kita adalah cerminan dari kerendahan hati. Keberanian moral jika tidak diimbangi dengan kerendahan hati akan menimbulkan tumbuhnya kesombongan diri.
f. Realistik dan Kritis
Tidak menyerahkan tanggung jawab kepada yang lain, menggunakan wewenang sesuai dengan keadilan bertujuan untuk membuat sarana agar orang-orang semakin banyak yang bahagia, pengertian tersebut mengambarkan realistik dan kritis.
23 Sikap ini sangat dibutuhkan dalam kekuasaan, kekuatan, dan wewenang dalam masyarakat.
2.5 Definisi Konseptual
Definisi konseptual yang ingin deteliti oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Moral: mengacu pada benar-salah, baik-buruknya sifat manusia.
2. Pesan: amanat yang dikemukakan oleh komunkator yang disampaikan kepada komunikan dengan adanya proses komunikasi.
3. Pesan moral: pesan atau amanat yang memberikan petunjuk akan kualitas dari tingkah laku yang dimiliki manusia yakni kualitas yang baik dan buruk maupun salah atau benar tentang hal yang dilakukan.
4. Nilai-nilai otentik: mengarah pada penunjukan rasa kepercayaan terhadap hati nurani dalam diri sendiri.
5. Keyakinan/ kepercayaan: mempercayai dan meyakini akan sesuatu hal yang dianggap benar oleh hati.
6. Moral etika: suatu yang menunjukan nilai perilaku sebagaimana manusia harus hidup dan bertindak.
7. Kemandirian moral: suatu pesan yang menunjukan adanya kemauan dan kekuatan untuk bertindak dengan moral yang baik sesuai dengan pendirian hati.
8. Kerendahan hati: suatu pesan menunjukan kesadaran pada diri sendiri bahwa kita masih belum sempurna dikarenakan hati yang belum terdapat kejernihan sehingga tidak menetapkan secara bulat akan pendapat dari moral kita sendiri.
9. Kesombongan: suatu bentuk pesan yang menyiratkan pada membanggakan sesuatu dan dengan tujuan untuk menjatuhkan atau menjelekkan orang lain.
10. Tidak menghormati: suatu pesan menunjukan sikap seseorang yang mengadili orang lain seenaknya sendiri.
24 11. Menghormati: suatu pesan menunjukan sikap seseorang yang menghargai kepada sesasama manusia baik muda ataupun tua.
12. Bertanggungjawab: suatu pesan menunjukan sikap seseorang yang menyelesaikan tugas terkait kesadaran sendiri.
13. Tidak bertanggung jawab: suatu pesan menunjukan sikap seseorang yang lalai terhadap kewajiban yang berkaitan dengan seseorang tersebut.
14. Keberanian: suatu pesan menunjukan sifat seseorang yang memiliki keteguhan dan tekat terhadap keinginan hati nurani dan tetap melaksanakan sikap atau perilaku yang diyakini walau ada resiko konflik yang akan di hadapi.
15. Tidak jujur: suatu pesan menunjukan sikap seseorang yang selalu lari dari kenyataan dan tidak berani menanggung kenyaatan yang ada.
16. Kejujuran: suatu pesan menunjukan sifat seseorang yang menjelaskan sesuatu dengan seadanya dan tidak mengada-ada.
2.6 Definisi Operasional
Dalam definisi operasional konsep-konsep diatas dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Kategori Nilai-Nilai Otentik dipandang dari indikator :
a. Operasional Keyakinan/ Kepercayaan:
Konsep keyakian dan kepercayaan adalah ketika terdapat kata-kata maupun perbuatan yang memberikan petunjuk akan adanya rasa percaya dengan keahilan yang dimiliki oleh diri sendiri.
b. Operasional Kemandirian Moral :
Hal yang termasuk dalam konsep kemandirian moral adalah kata-kata atau perbuatan yang menunjukan teguh dan tegas dengan prinsip.
2. Kategori Moral Etika Dipandang dari indikator :
25 a. Operasional Kesombongan :
Hal yang termasuk dalam konsep kesombongan adalah kata- kata atau perbuatan yang menunjukan keangkuhan diri dan tidak mau mengalah dengan lawan bicara.
b. Opersional Kerendahan Hati :
Hal yang termasuk dalam konsep kerendahan hati adalah kata-kata atau perbuatan yang menunjukan bahwa dirinya belumlah sempurna dan memandang dirinya sendiri dengan seadanya.
c. Operasional Tidak Menghormati :
Hal yang termasuk dalam konsep tidak menghormati adalah kata-kata atau perbuatan yang menunjukan seseorang tidak mau mendengarkan saran dari orang lain.
d. Operasional Menghormati :
Hal yang termasuk dalam konsep menghormati adalah kata- kata atau perbuatan yang menunjukan seseorang menghargai dari perbuatan orang lain.
3. Kategori Moral Keberanian Dipandang dari indikator :
a. Operasional Bertanggung Jawab :
Hal yang termasuk dalam konsep bertanggung jawab adalah kata-kata atau perbuatan yang menunjukan selalu menyelesaikan tugas dengan tepat waktu terkait dengan kehidupannya.
b. Operasional Tidak Bertangung Jawab :
Hal yang termasuk dalam konsep tidak bertanggung jawab adalah kata-kata atau perbuatan yang menunjukan seseorang tidak melakukan kewajibannya dan melakukan sesuatu dengan seenaknya tanpa memikirkan dampaknya.
26 c. Operasional Kejujuran :
Hal yang termasuk dalam konsep kejujuran adalah kata-kata atau perbuatan yang menunjukan keadaan yang sebenarnya.
d. Operasional Tidak Jujur :
Hal yang termasuk dalam konsep tidak jujur adalah kata-kata atau perbuatan yang menunjukan keadaan yang tidak sebenarnya terjadi dan diam saat melakukan kesalahan.
2.7 Penelitian Terdahulu
Pada penelitian ini, penelitian terdahulu akan digunakan sebagai bahan acuan dan referensi bagi peneliti dalam mengkaji penelitian yang sedang dilakukan. Terdapat empat penelitian terdahulu yang dipilih oleh peneliti sesuai dengan topik yang diteliti.
Pertama yaitu penelitian berjudul Pesan Moral Dalam Film Darah Biru Arema (Analisis isi dalam film Darah Biru Arema 1 karya Taufan Agustiyan Prakoso) yang ditulis oleh Mohammad Erfan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang. Menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis isi deskriptif, uji reabilitas menggunakan rumus holsti dengan 3 kategori yaitu niali-nilai otentik, moral etika, dan moral keberanian. Hasil dari penelitian iini frekuensi kategori yang banyak muncul adalah kategori moral etika dimana frekuensi yang muncul sebesar 51%.
Penelitian selanjutnya berjudul Unsur Kritik Sosial Terkait Tata Tertib Lalu Lintas Dalam Film (Analisis Isi Pada Film Pendek “Peci Ajaib”
Karya Ricky Firmansyah) yang ditulis oleh Roby Subarkah Aditia mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang. Menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis isi deskriptif, uji reabilitas menggunakan rumus holsti berkategorikan tentang kritik sosial yaitu kritik terhadap pemerintah, kritik masalah pola fikir, kritik masalah perilaku, dan kirtik masalah keberagaman suku. Hasil dari penelitian ini frekuensi kategori yang banyak muncul adalah kategori masalah perilaku dimana frekuensi yang muncul sebesar 55%.
27 Penelitian selanjutnya berjudul Film History Dalam Prinsip Nasionalisme ( Analisis isi deskriptif pada film “sang kiyai”) yang ditulis oleh Vikran Fathi mahasiswa dari Universitas Islam Negri Sunan Kali Jaga Yogyakarta. Menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis isi deskriptif, uji reabilitas menggunakan rumus holsti berkategorikan psrinsip nasionalisme yaitu kesatuan, kebebasan, kesamaan, kepribadian, dan prestasi. Hasil penelitian ini frekuensi kategori yang banyak muncul adalah kategori kesatuan dimana frekuensi yang muncul sebesar 30%.
Penelitian yang terakhir berjudul Analisis Isi Kuantitatif Kekerasan Dalam Film The Night Comes For Us yang ditulis oleh Trias Pando Kristiana dau Universitas Muhammadiyah Surakarta. Menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis isi deskriptif, uji reabilitas menggunakan rumus holsti berkategorikan pesan kekerasan verbal dan non verbal. Hasil penelitian frekuensi muncul pada kategori kekerasan verbal sebesar 11% dan kategori non verbal sebesar 89%.
Dari keempat penelitian yang telah disebut diatas, pada dasarnya memiliki beberapa kesamaan dengan penelitian ini yaitu objek penelitian yang berbentuk video, pendekatan kuantitatif, metode analisis isi deskriptif dan uji reliabilitasnya menggunakan rumus holsti. Perbedaan dari keempat penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah bahasan kategori dan genre video yang diteliti, yang dimana pada penelitian ini bahasan kategorinya adalah pesan moral yang meliputi moral etika, nilai-nilai otentik, moral keberanian dan genre video yang diteliti adalah anime.