• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PENINGKATAN INDEKS PENDIDIKAN DI KABUPATEN PANDEGLANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KAJIAN PENINGKATAN INDEKS PENDIDIKAN DI KABUPATEN PANDEGLANG"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PENINGKATAN INDEKS PENDIDIKAN

DI KABUPATEN PANDEGLANG

Pemerintah Kabupaten Pandeglang

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)

Kerjasama dengan :

LPPM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

TA. 2018

(2)

i

KATA PENGANTAR

Pada Tahun Anggaran 2018 ini Pemerintah Kabupaten Pandeglang melaksanakan kegiatan Kajian Peningkatan Indeks Pendidikan, dengan tujuan mendidentifikasi faktor-faktor penyebab masih rendahnya indeks pendidikan Kabupaten Pandeglang serta penentuan rencana kerja/kegiatan prioritas untuk peningkatan indeks pendidikan di Kabupaten Pandeglang;

Sesuai dengan kerangka acuan kerja (KAK) maka pada akhir pelaksanaan kegiatan ini disusun Final Report, yang berisi tentang keseluruhan proses dan hasil Kajian Peningkatan Indeks Pendidikan di Kabupaten Pandeglang.

Demikian Laporan Akhir ini disusun, semoga dapat menjadi bahan informasi bagi Bappeda Kabupaten Pandeglang dalam memantau hasil pelaksanan Kajian Peningkatan Indeks Pendidikan di Kabupaten Pandeglang serta memberikan masukan untuk kesempurnaan laporan ini.

Pandeglang, Desember 2018 Tim Pelaksana ,

LPPM-UIN Syarif Hidayatullah

(3)

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Daftar Isi

i ii

Bab 1 PENDAHULUAN I-1

1.1. Latar Belakang. I-1

1.2. Maksud dan Tujuan I-2

1.3. Keluaran (Output) I-3

1.4. Pelaksanaan Kegiatan I-3

1.5. Tempat Pelaksanaan Kegiatan I-3

1.6. Lingkup Kegiatan I-3

1.7. Waktu dan Jadwal Pelaksanaan Kegiatan 1-5

1.8. Organisasi dan Tim Pelaksana I-6

1.7. Sitematika Penulisan Laporan 1.7

Bab II DESKRIPSI TENTANG INDEKS PENDIDIKAN II-1 2.1. Sekilas Tentang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) II-1

2.2. Indeks Pendidikan II-3

2.3. Kebijakan Untuk Peningkatan Indek Pendidikan II-5

Bab III GAMBARAN UMUM III-1

3.1. Gambaran Umum Lokasi III-1

3.2. Sekilah Kondisi Pendidikan di Kabupaten Pandeglang III-2

(4)

iii

Bab IV METODOLOGI IV-1

4.1. Kerangka Fikir IV-1

4.2. Metodologi IV-2

4.3. Langkah-Langkah Pelaksanaan IV-5

Bab V PEMBAHASAN DAN ANALISIS V-1

5.1. Pembahasan Data Hasil Wawancara V-2

5.2. Analisis Pemecahan Permasalahan (Problem solving) V-41 5.3. Analisis Faktor Internal dan Eksternal V-46 5.4. Setrategi dan Program Kerja Peningkatan Indeks Pendidikan V-49

Bab VI P E N U T U P VI-1

6.1. Kesimpulan VI-1

6.2. Rekomendasi VI-2

(5)

I-1

BAB I

1.1. LATAR BELAKANG 1. Dasar Hukum :

1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali,terakhirdengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang – UndangNomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

3) Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 – 2019

4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2016 tentang Pedoman Penelitian dan Pengembangan Di Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah;

5) Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten PandeglangTahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2010 Nomor 8);

6) Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pandeglang tahun 2016 – 2021.

2. Gambaran Umum

Sebagaimana diamanatkan Undang-UndangNomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Iptek, bahwa pemerintah daerah berkewajiban menciptakan kondisi yang kondusif bagi perkembangan ilmu pengetahuan di daerahnya. Salah satunya melalui pemanfaatan hasil penelitian/riset yang perlu dimanfaatkan secara optimal

P E N D A H U L U A N

(6)

I-2 dan terpadu dalam rangka mendukung pembangunan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan akan adanya kegiatan riset yang memadai, berdayaguna dan berhasilguna untuk menunjang pembangunan pemerintahan daerah tersebut, diadakan kegiatan Koordinasi dan Fasilitasi Riset Unggulan Daerah.

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pandeglang pada tahun 2016 sebesar 63,40 atau masih berada di posisi ke 7 dari delapan kabupatan/kota di Provinsi Banten. Variabel yang menentukan besaran IPM terdiri dari tiga variabel yaitu Indeks Harapan Hidup, Indeks Pendidikan dan Indeks Standar Hidup Layak.

Yang menjadi fokus dalam kajian ini adalah mengenai Indeks Pendidikan yang terdiri dari komponen harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah.

Data dari BPS pada tahun 2016 di Kabupaten Pandeglang diketahui harapan lama sekolah adalah 13,4 tahun dan rata-rata lama sekolah adalah 6,62 tahun. Khusus mengenai rata-rata lama sekolah, peningkatan yang terjadi tidaklah signifikan, yaitu hanya dari 6,60 pada tahun sebelumnya menjadi 6,62 atau naik ”hanya” sebesar 0,02 tahun. Hal ini tentunya perlu menjadi perhatian mengapa angka rata-rata lama tidak mencapai kenaikan yang signifikan. Perlu dicari penyebab hal itu terjadi dan solusi mengatasi hal itu.

Sehubungan dengan hal tersebut untuk mengetahui lebih lanjut terkait indeks pendidikan di Kabupaten Pandeglang, maka diperlukan sebuah riset atau Kajian Peningkatan Indeks Pendidikan di Kab.Pandeglang.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud kegiatan ini agar Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang dapat melaksanakan kebijakan yang tepat sasaran dalam Peningkatan Indeks Pendidikan Kab. Pandeglang.

Adapun tujuan kajian ini adalah :

1. Mengetahui Indeks Pendidikan di Kab. Pandeglang.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab masih rendahnya indeks pendidikan Kabupaten Pandeglang;

3. Penentuan rencana kerja/kegiatan prioritas untuk peningkatan indeks pendidikan di Kabupaten Pandeglang;

(7)

I-3 1.3. KELUARAN (OUTPUT)

Output yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah tersusunnya dokumen Kajian Peningkatan Indeks Pendidikan di Kabupaten Pandeglang.

1.4. PELAKSANAAN KEGIATAN

Kajian ini dilaksanakan dalam bentuk kerjasama/swakelola dengan perguruan tinggi/unsur kelitbangan. Pihak perguruan tinggi/unsur kelitbangan menyediakan narasumber/tenaga pelaksana/tenaga penunjang dalam pelaksanaan pekerjaan.

Sedangkan pihak pengguna anggaran sebagai tim perencana dan tim pengawas, dan tim kesekertariatan dalam pembahasan dokumen.

1.5. TEMPAT PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan Kajian Peningkatan Indeks Pendidikan di Kabupaten Pandeglang dilaksanakan di Kabupaten Pandeglang dan instansi pelaksana swakelola /kerjasama.

1.6. LINGKUP KEGIATAN

Kajian Peningkatan Indeks Pendidikan Kabupaten Pandeglang ini dilaksanakan oleh Tim Pelaksana yang terdiri dari koordinator dan anggota dari LPPM Universitas Islan Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan tahapan proses dimulai dari kegiatan persiapan dan penyusunan instrumen, kegiatan pengumpulan data, analisis data dan penyusunan hasil kajian serta pelaporan.

1.6.1. Kegiatan Persiapan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan berbagai hal yang diperlukan untuk melakukan kegiatan penyusunan Kajian Peningkatan Indeks Pendidikan.

Persiapan yang dilakukan adalah pertama menyusun instrumen – instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data, diantararanya instrumen kuesioner dan wawancara mendalam, serta instrument pengamatan lapangan. Kemudian juga dilakukan persiapan perlengkapan yang diperlukan untuk mendukung kegiatan seperti sekertariat dan peralatan kerja Tim pelaksana.

Melalui perssiapan ini diharapkan instrumen dan peralatan kerja dapat dipersiapkan untuk mendukung kelancaran kerja Tim Pelaksana Kajian.

1.6.2. Pengumpulan Data

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam Kajian Peningkatan Indeks Pendidikan. Data yang dikumpulkan adalah data dalam bentuk data sekunder mapun primer.

(8)

I-4 Kegiatan yang dilakukan adalah Studi dokumentasi yang melakukan kajian terhadap dokumen-dokumen dalam bentuk peratuaran, kebijakan, kliping, photo dan dokumen lainnya.

Kegiatan lainnya adalah melakukan wawancara mendalam terhadap informan yakni kepada orang tua murid dan wawancara mendalam kepada pelaku dan penyelenggaran pendidikan yang terdiri dari guru, kepala sekolah, lembaga/organisasi pelaksana pendidikan yang diharapkan dapat memberikan informasi terkait dengan kondisi pendidikan, faktor penyebab rendahnya indeks pendidikan dan kebutuhan pengembangan pendidikan di Kabupaten Pandeglang.

Kegiatan lainnya adalah pengamatan untuk mendapat data informasi tentang fakta dan kebutuhan pengembangan indeks pendidikan dari lokasi kajian.

1.6.3. Analisis Data

Setelah data terkumpul maka dilakukan analisis data dengan melakukan pengolahan data dengan mengedit dan menyusun data–data yang relevan dengan kebutuhan kajian. Setelah diolah maka tahap selanjutnya dilakukan katagorisasi dan tabulasi dan kemudian menganalisis data dengan metode analisis interaktif sehingga dapat diidentifikasi kendala dan permasalahan, penyelengaraan peningkatan indeks pendidikan di Kabupaten Pandeglang. Juga dilakukan analisis problem solving serta analisis faktor internal dan eksternal untuk peningkatan indeks pendidikan di Kabupaten Pandeglang.

1.6.4. Perumusan Hasil Kajian

Rencana kegiatan yang dilakukan oleh Tim Pelaksana adalah merumuskan hasil analisis dalam bentuk :

1) Perumusan faktor-faktor penyebab masih rendahnya indeks pendidikan Kabupaten Pandeglang;

2) Penentuan rencana kerja/kegiatan prioritas untuk peningkatan indeks pendidikan di Kabupaten Pandeglang;

3) Menyusun rekomendasi kebijakan untuk peningkatan indeks pendidikan yang ditujukan kepada berbagai pihak pemangku kepentingan.

1.6.5. Penyusunan Laporan

Sesuai dengan tahapan dan kemajuan pekerjaan lapangan, maka Tim Pelaksana menyusun laporan perkembangan pelaksanaan untuk disampaikan kepada pihak pihak mitra yang dalam hal ini Bappeda Kabupaten Pandeglang.

Laporan yang direncanakan disusun oleh Tim Pelaksana Kajian Peningkatan Indeks Pendidikan terdiri dari :

(9)

I-5 1) Laporan Pendahuluan (Inception Report), yang berisi latar belakang pekerjaan, maksud dan tujuan, metodologi dan rencana pelaksanaan kegiatan kajian.

2) Laporan Kemajuan (Interim Report), yang berisikan perkembangan hasil kegiatan di pertengahan kegiatan, diantaranya hasil pengumpulan data dan hasil analisis sementara terhadap data-data yang telah terkumpul.

3) Draft Laporan Akhir, yang berisi hasil keseluruhan kegiatan kajian untuk dibahas bersama tim mitra.

4) Laporan Akhir (Final Report), merupakan penyempurnaan dari Draft Laporan Akhir yang disusun dengan memperhatikan masukan-masukan dari berbagai pihak.

1.7. WAKTU DAN JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan kajian Peningkatan Indeks Pendidikan di Kabupaten Pandeglang ini dilaksanakan dalam waktu 2 (dua) bulan kalender. Berikut ini tabel Jadwal Pelaksanaan kegiatan kajian :

Tabel 1.1: Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Kajian

N0 Rencana Kegiatan Bulan I Bulan II 1 2 3 4 1 2 3 4 Ket 1 Kegiatan Persiapan

a.Penyusunan Instrumen b.Persiapan Tim dan Perlengkapan

2 Laporan Pendahuluan 3 Pengumpulan Data

a.Studi Dokumen

b. Wawancara, Pengamatan dan lainnya

4 Laporan Kemajuan (interim report)

5 Analisis Data 6 Perumusan Hasil

a. Perumusan Program Peningkatan Indeks Pendidikan

b. Penyusunan Rekomendasi 7 Draft Laporan Akhir

8 Laporan Akhir

(10)

I-6 1.8. ORGANISASI DAN TIM PELAKSANA

a) Organisasi pelaksana

Pelaksana Kegiatan Kajian Peningkatan Indeks Pendidikan adalah Bappeda Kabupaten Pandeglang yang dalam pelaksanaan kegiatan ini, Bappeda Kabupaten Pandeglang bekerjasama dengan LPPM-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Untuk melakukan Kajian Peningkatan Indeks Pariwisata LPPM-UIN Syarif Hidayatullah menugaskan Tenaga ahli yang mendapat penugasan dalam kegiatan ini adalah :

1) Ahli Kajian sebagai Ketua/Koordinator Tim Ahli 2) Anggota Ahli yang terdiri dari 4 orang

b) Struktur Organisasi

Struktur organisasi untuk pelaksanaan pekerjaan ini sebagai berikut :

Gambar : Struktur Organisasi Kegiatan Kajian Peningkatan Indeks Pendidikan

1.9. URAIAN TUGAS TIM PELAKSANA 1) Bappeda Kabupaten Tangerang

Menyiapkan tim perencana dan tim pengawas dalam pelaksanaan pekerjaan.

Membuat rencana pelaksanaan pekerjaan berdasarkan kebutuhan waktu pelaksanaan.

Mengawasi pekerjaan mulai dari persiapan sampai akhir pelaksanaan pekerjaan.

Menggandakan dan mendistribusikan dokumen untuk pembahasan dan dokumen final hasil pembahasan.

KOORDINATOR

Anggota Anggota Anggota Anggota LPPM UIN SYARIF

HIDAYATULLAH

(11)

I-7 Memberikan saran/masukan dalam pembahasan dokumen.

Melaksanakan koordinasi dan konsultasi dengan pihak/ instansi terkait untuk melakukan pembahasan dokumen berupa penyiapan surat undangan, makan dan minum undangan sert akegiatan kesekretariatan lainnya.

2) Pihak Perguruan Tinggi :

Menyediakan tenaga pelaksana, narasumber, tenaga penunjang dalam pelaksanaanpekerjaan.

Tenaga pelaksana, narasumber, tenaga penunjang sekurang-kurangnya 5 Orang.

Menyusun dan memaparkan dokumen Kajian Peningkatan Indeks Kesehatan di Kab. Pandeglang yang terdiri dari laporan Pendahuluan(Inception Report), Laporan Tengah (interim report), Rancangan Laporan Akhir(Final Report Draft)dan Laporan Akhir (Final report).

3) Tim Pelaksana dari LPPM UIN Syarif Hidayatullah a) Koordinator

 Koordinator memiliki tugas diantaranya :

 Bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan kajian

 Melakukan monitoring pelaksanaan kegiatan

 Melakukan koordinasi dengan pihak mitra

 Menjadi nara sumber

 Melakukan analisis dan perumusan hasil kajian bersama anggita tim

 Menyusun dan menyajikan laporan perkembangan dan hasil kajian b. Anggota

Anggota memiliki tugas sebagai berikut

 Menyusun instrumen kajian

 Menjadi nara sumber

 Melakukan pengumpulan data

 Melakukan analisis dan perumusan hasil kajian bersama anggita tim

 Bersama Koordinator menyusun dan menyajikan laporan perkembangan dan hasil kajian.

1.10. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN

Laporan pendahuluan ini disusun dengan sistematika penulisan :

Bab 1 Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan, keluaran, pelaksanaan kegiatan, tempat pelaksanaan, waktu pelaksanaan juga berisikan tentang rencana kerja kajian dan sistematika penulisan laporan.

Bab 2 Deskripsi tentang Indeks Pendidikan, menguraikan tentang gambaran sekilas tentang indeks pembangunan manusia (IPM) dan indeks pendidikan.

(12)

I-8 Bab 3 Gambaran Umum Lokasi, menginformasikan tentang gambaran umum wilayah Kabupaten Pandeglang dan pendidikan di Kabupaten Pandeglang.

Bab 4 Metodologi, menjelaskan tentang kerangka fikir, metodologi yang terdiri dari tipe dan jenis penelitian, focus kajian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis dan langkah-langkah pelaksanaan kajian.

Bab 5 Pembahasan, mengupas tentang hasil pengolahan dan analisis data tentang indeks pendidikan di kabupaten Pandeglang.

Bab 6 Kesimpulan, berisi tentang hasil penarikan kesimpulan dan rekomendasi hasil kajian.

(13)

I-9

(14)

II-1

BAB II

2.1. SEKILAS TENTANG INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)

Dewasa ini persoalan mengenai capaian pembangunan manusia dalam suatu negara atau daerah telah menjadi perhatian para penyelenggara pemerintahan. Oleh karena itu Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan suatu ukuran standar pembangunan manusia yaitu IPM atau Human Development Index (HDI). Indeks ini dikembangkan pada tahun 1990 oleh pemenang nobel India Amartya Sen dan Mahbub Ul Haq seorang ekonom dari pakistan yang dibantu oleh Gustav Ranis.

Indeks pembangunan manusia (IPM) merupakan salah satu cara untuk mengukur keberhasilan atau kinerja suatu daerah atau negara dalam bidang pembangunan manusia. Konsep IPM menurut UNDP dan Badan Pusat Statistik (BPS) mengacu pada pengukuran capaian pembangunan manusia berbasis 3 komponen dasar kualitas hidup yaitu indicator kesehatan, indicator pendidikan/pengetahuan dan indicator ekonomi.

Indikator kesehatan menjadikan angka harapan hidup sebagai indicator untuk IPM dengan mengukur panjang umur (longevity) yang menggambarkan kesehatan masyarakat suatu daerah. Semakin baik kesehatan seseorang di suatu daerah, maka kecenderungan untuk dapat hidup lama. Angka harapan hidup dihitung dengan menggunakan dua data dasar yaitu rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata anak yang masih hidup.

Indeks pengetahuan atau pendidikan juga menjadi salah satu aspek dalam IPM. Dalam komposit IPM, aspek pendidikan diukur dengan menggunakan dua indikator yakni;

angka melek huruf (AMH) penduduk usia 10 tahun keatas, dan Rata-rata lama sekolah (RLS). Melek huruf diukur melalui kemampuan membaca dan menulis, sedangkan rata- rata lama sekolah dihitung dengan tiga variabel, yakni partipasi sekolah, tingkat/kelas

DESKRIPSI INDEKS PENDIDIKAN

(15)

II-2 yang sedang pernah dijalani, dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan.

Indikator lainnya adalah indicator ekonomi yakni mengukur dimensi hidup layak dimana digunakan indicator daya beli (purchasing power parity). Dalam cakupan lebih luas standar hidup layak menggambarkan tingkat kesejahteraan yang dinimati oleh penduduk sebagai dampak semakin mebaiknya ekonomi.

Adapun untuk penentuan nilai minimum dan maksimum komponen IPM adalah: (a) Angka harapan hidup dengan nilai minimum 25 dan maksimaum 84, (b) angka melek huruf dengan nilai maksimun 0 dan angka maksimum 100, (c) Rata-rata lama sekolah dengan nilai minimum 0 dan nilai maksimum 15, (d) purchasing power parity dengan nilai minimum 360.000 dan nilai maksimum 737.720.

Sosialisasi Metode Baru (https:www.bpas.go.id, diakses 29 mei 2018), BPS menyatakan bahwa pada tahun 2010 UNDP (United Nation Development Program) memperkenalkan perhitungan IPM dengan metode baru. Alasan yang dijadikan dasar perubahan metodologi perhitungan IPM yaitu :

a. Beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam perhitungan IPM.

Angka melek huruf sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan kualitas pendidikan. Selain itu, karena angka melek huruf di sebagian besar daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat pendidikan antardaerah dengan baik.

b. Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita tidak dapat menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah.

c. Penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam perhitungan IPM menggambarkan bahwa capaian yang rendah di suatu dimensi dapat ditutupi oleh capaian tinggi dari dimensi lain.

Indikator IPM yang digunakan dalam metode baru ini adalah Indikator Kesehatan yang digambarkan dengan Indeks Harapan Hidup, Indikator Pendidikan yang digambarkan dengan Indeks Harapan Lama Sekolah dan Indeks Rata-rata Lama Sekolah, dan

(16)

II-3 Indikator Ekonomi yang digambarkan dengan Pengeluaran per kapita. Adapun untuk penentuan nilai minimum dan maksimum komponen IPM dengan metode baru adalah :

Tabel 2.1. Penentuan Nilai Minimum dan Maksimum Komponen IPM

2.2. INDEKS PENDIDIKAN

Sebagai salah satu indicator yang dihitung dalam mengukur indeks pembangunan manusia (IPM) adalah indicator pendidikan. Indeks Pendidikan menunjukan pada tingkat pengetahuan dan keterampilan suatu daerah. Indeks pendidikan menurut UNDP (United Nation Development Program) versi lama (sebelum tahun 2019) diukur dengan dua data yaitu angka melek hurup (AMH) dan rata-rata lama sekolah (RLS).

Angka melek hurup (AMH) adalah prosentase penduduk usia 10 tahun yang dapat membaca dan menulis hurup latin, dimana anak usia 10 tahun keatas dipandang telah cukup untuk belajar membaca dan menulis di sekolah,

Adapun Rata-Rata lama sekolah (RLS) merupakan jumlah lamanya penduduk 10 tahun ke atas bersekolah dibagi dengan jumlah penduduk usi 10 tahun ke atas. Proses pengihitungannya, kedua indicator digabung setelah masing-masing diberi bobot.

Indikator Satuan

Minimum Maksimum

UNDP BPS UNDP BPS

Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH)

Tahun 20 20 85 85

Harapan Lama

Sekolah (HLS) Tahun 0 0 18 18

Rata-rata Lama

Sekolah (RLS) Tahun 0 0 15 15

Pengeluaran per

Kapita Disesuaikan 100

(PPP U$) 1.007.436

* (Rp) 107.721 (PPP

U$) 26.572.352

** (Rp)

(17)

II-4 RLS dihitung dengan dua variable, yaitu tingkat kelas yang sedang atau pernah diduduki dan jenjang pendidikan yang ditamatkan. Perhitungan RLS dilakukan dengan bertahap, tahap pertama dihitung lama sekolah untuk masing-masing individu dengan menggunakan pola hubungan antar variable, dan tahap kedua menghitung indeks rata- rata lama sekolah dengan rumus sebagai berkut :

Untuk menentukan indek pendidikan dilakukan penggabungan angka melek hurup dan angka rata-rata lama sekolah sehingga melahirkan indeks pendidikan. Indeks pendidikan atau pengetahuan bernilai 0 (terendah) sampai 100 (tertinggi)

Rumusnya sebagai berikut :

IP : ( 2/3 X Angka Melek Huruf) + ( 1/3 X Indeks rerata lama Sekolah)

BPS mengemukakan tahun 2010 UNDP (United Nation Development Program) menetapkan konsep baru IPM. Dalam IPM konsep baru, indeks pendidikan diukur dengan dua komponen yaitu Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Angka Harapan Lama Sekolah (HLS). Rata-rata Lama Sekolah (RLS) didefinisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal.

Cakupan penduduk yang dihitung RLS adalah penduduk berusia 25 tahun ke atas. RLS dihitung untuk usia 25 tahun ke atas dengan asumsi pada umur 25 tahun proses pendidikan sudah berakhir. Penghitungan RLS pada usia 25 tahun ke atas juga mengikuti standard internasional yang digunakan oleh UNDP. Untuk menghitung RLS digunakan rumus sebagai berikut :

Adapun Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya sekolah RLSTahun-RLS Min

Indeks RLS = _______________________

Sasaran Ideal-RLS Min

RLS -- RLS min

I

HLS = --- RLSmaks--RLSmin

(18)

II-5 (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang. HLS dihitung pada usia 7 tahun ke atas karena mengikuti kebijakan pemerintah yaitu program wajib belajar. Untuk mengakomodir penduduk yang tidak tercakup dalam Susenas, HLS dikoreksi dengan siswa yang bersekolah di pesantren. Sumber data pesantren yaitu dari Direktorat Pendidikan Islam.

Dalam menghitung angka harapan lama sekolah (HLS) digunakan Rumus :

Guna menghitung indicator pendidikan atau Pengetahuan maka digunakan rumus penggabungan sebagai berikut :

2.3. KEBIJAKAN PENDIDIKAN UNTUK PENINGKATAN INDEKS PENDIDIKAN Peningkatan Indeks Pendidikan dipengaruhi dengan indicator angka rata-rata lama sekolah (RLS) dan harapan lama sekolah (HLS) dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya kondisi kelulusan sekolah warga masyarakat dan harapan anak-anak usia sekolah untuk dapat mengikuti jenjang-jenjang pendidikan yang tertinggi. Untuk itu beberapa hambatan-hambatan yang berpotensi anak tidak sekolah, putus sekolah atau terputus untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi perlu mendapat perhatian untuk diatasi. Sehubungan dengan itu, maka untuk menjamin berjalannya pendidikan bagi masyarakat dan anak Indonesia dikeluarkan beberapa kebijakan dan program diantaranya program Wajib Belajar dan Program Penyetaraan.

HLS -- HLS min

I

HLS = --- HLSmaks--HLSmin

HLS + HLS min

I

Pengetahuan = --- 2

(19)

II-6 Program Wajib Belajar (Wajar) 9 tahun merupakan bagian dari amanat undang-undang dasar dan undang-undang system pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 tahun 20013 dalam rangka memberikan hak dan kesempatkan kepada semua warga negara Indonesia untuk mendapat pendidikan yang layak dan berkualitas. Dalam UU Sisdiknas dinyatakan pada pasal 5 ayat 1 dan pasal 6 ayat 1. Pada pasal 5 ayat 1 dinyatakan bahwa “setiap warga negera mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”. Selanjutnya pada pasal 6 ayat 1 dinyatakan bahwa “setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Sementara itu pada pasal 11 ayat 1 dinyatakan bahwa “pemeritah dan pemerintah daerah wajib memberikan pelayanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi, Pada pasal 11 ayat 2 “Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun, Selanjtnya dinyatakan juga pada pasal 34 ayat 2 dan pasal 34 ayat 3. Pada pasal 34 ayat 2 dinyatakan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenajng pendidikan dasar tanpa dipungut biaya. Sedangkan pada pasal 34 ayat 3 dinyatakan ‘wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Masyarakat.

Untuk mengimplemntasikan ketentuan pelaksanaan wajib belajar 9 tahun maka diperlukan peraturan-pearaturan di bawahnya, salah satunya adalah Peraturan Pemerintah (PP) No. 47 Tahun 2008 dirincikan lagi, diantaranya pada pasal 12 dinyatakan bahwa : 1) setiap warga negara Indonesia usia wajib belajar mengikuti program wajib belajar, 2) Setiap warga negara Indonesia yang memeiliki anak usia wajib belajar bertanggung jawab memberikan pendidikan wajib belajar kepada anaknya dan 3) Pemerintah Kabupaten/Kota wajib mengupayakan agar setiap warga negara Indonesia usia wajib belajar mengikuti program wajib belajar.

Untuk menjamin terlaksananya program wajib belajar 9 tahun, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan pendidikan gratis dari SD/MI sampai dengan SMP/MTS dan

(20)

II-7 program dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang merupakan program pemerintah yang pada dasarnya untuk penyediaan pendanaan biaya operasi non personalia bagi sekolah.

Di samping pendidikan gratis dan program BOS bagi sekolah, maka pemerintah juga mengalurakan kebijakan program penyetaraan. Program penyetaraan ini dilaksanakan guna mendukung program wajib belajar 9 tahun. Pendidikan kesetaraan ini penyelenggaraannya didasarkan pada Undang- undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 26 ayat 3 yang berbunyi: “Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemu- daan, pendidikan pember- dayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan kete- rampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kema- mpuan peserta didik

Lahirnya program penyetaraan ini dilatarbelakangi dengan adanya warga masyarakat usia wajib belajar tidak dapat mengikuti pendidikannya di sekolah, karena hambatan sosial, ekonomi, budaya dan geografis tidak dapat mengikuti pendidikan pada jalur pendidikan sekolah. Karena itu program penyetaraan dalam bentuk Program Paket A clan B dan kemudian Paket C digulirkan sebagai pendidikan non formal (di luar jalur sekolah) guna memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk dapat menempuh pendidikannya yang setara dengan SD, SLTP kemudian SLTA.

Tujuan pendidikan kesetaraan program paket A, B dan C adalah meningkatkan penge- tahuan, keterampilan dan sikap warga belajar sehingga dapat memiliki kemampuan, keah- lian dan karakter baik yang akan berpengaruh pada kehidupan masa mendatang untuk menjadi lebih baik. Untuk menyelenggarakan pendidikan kesetaraan Paket A, B dan C maka dikeluarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional yang mengatur diantaranya tentang pencapaian standar pendidikan tersebut didukung melalui berbagai kegiatan antara lain: (a) Pengembangan dan penataan system pendataan, (b) Pengkajian dan pengem- bangan standar pendidikan kesetaraan, (d) Pengembangan rintisan penyelenggaraan dan Pengembangan Pendidikan dan

(21)

II-8 Tenaga Kependidikan, (d) BOP Penyelenggaraan Paket A, Paket B, Paket C serta (e) Sosialisasi, promosi dan fasilitasi.

Progam Kejar Paket A, B, dan C kini telah berkembang di berbagai daerah di Indonesia, untuk memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat di luar pendidikan formal sehingga warga masyarakat di usia wajib belajar dapat memperoleh akses yang mudah terhadap pendidikan dan mendapatkan pendidikan yang bermutu seperti warga masyarakat Indonesia lainnya yang mendapatkan pendidikan melalui sekolah formal.

(22)

III-1

BAB III

3.1. GAMBARAN UMUM LOKASI

Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu dari 8 Kabupaten/Kota di Provinsi Banten yang berada di ujung barat Pulau Jawa.

Secara geografis terletak antara 6º21’- 7º10’ Lintang Selatan dan 104º48’- 106º11’ Bujur Timur, memiliki luas wilayah 2.747 Km2 (274.689,91 ha), atau sebesar 29,98% dari luas Provinsi Banten dengan panjang garis pantai 230 Km dan memiliki 33 Pulau dengan Pulau Panaitan yang paling luas/besar.

Peta : Kabupaten Pandeglang

Secara administrative, wilayah kabupaten Pandeglang dibagi menjadi 339 Desa/Kelurahan dan 35 Kecamatan, dengan batas-batas administrasi:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serang;

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia;

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda;

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lebak.

Adapun Jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang pada tahun 2017 mencapai 1.200.512 dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 613.108 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 587.404 jiwa. Bila di bandingkan dengan Kabupaten/Kota yang lainnya se-Provinsi Banten Pandeglang adalah kabupaten dengan populasi terkecil ketiga setelah Kota Cilegon dan Kota Serang.

GAMBARAN UMUM

(23)

III-2 Penduduk usia produktif di Kabupaten Pandeglang sebesar 63.11 persen, sementara itu penduduk usia muda sebesar 32.11 per-sen dan penduduk usia tua sebesar 4.78 per- sen. Dependency ratio sebesar 58.46 yang berarti secara rata-rata 100 penduduk usia produktif akan menanggung beban sebanyak 58 penduduk usia produktif.

3.2. SEKILAS TENTANG KONDISI PENDIDIKAN DI KABUPATEN PANDEGLANG 3.2.1. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid

Jumlah murid, guru dan sekolah di Kabupaten Pandeglang adalah sebagai berikut : Tabel 3.1. Jumlah sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Pandeglang tahun 2017

No Jenjang Pendidikan Sekolah

Guru Murid Ket.

Negeri Swasta

1 Sekolah TK 11 279 1.001 8.719

2 Sekolah RA 0 186 707 6.365

3 Sekolah Dasar 850 10 9.963 144.919

4 Madrasah Ibtidaiyah 3 170 1.610 19.354

5 SMP 114 26 2.821 39.419

6 Madrasah Tsanawiyah 6 191 2.654 31.851

7 SMA 18 16 378 14.493

8 Madrasah Aliyah 4 84 1.158 13.869

9 SMK 12 65 1.370 22.754

Jumlah 1.018 1.027 21.662 301.743

Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang tahun 2017 (data diolah)

Dari table di atas diperoleh gambaran kondisi pendidikan TK sampai dengan SLTA secara keseluruhan untuk sekolah swasta berjumlah 1.018 buah dan negeri 1.027 buah.

(24)

III-3 Yang terbanyak adalah sekolah pada jenjang Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yakni SD sebagainya 860 buah dan Madrasah Ibtidaiyah sebanyak 173 buah.

Dilihat dari jumlah guru yang mengajar, secara keseluruhan berjumlah 21.662 guru dan yang terbanyak adalah guru sekolah dasar yakni 11. 573 orang. Sedangkan murid sekolah dari TK sampai dengan SLTA secara keseluruhan berjumlah 301.743 anak, yang terbanyak murid pada jenjang pendidikan tingkat sekolah dasar/Madrasah Ibtidaiyah sebanyak 164.273 anak.

2.3.2. Indikator Pendidikan

Berdasarkan data BPS Kabupaten Pandeglang tahun 2017 diperoleh gambaran tentang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Pandeglang, sebagai berikut :

Tabel 3.2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Pandeglang, tahun 2014-2016

No Uraian 2014 2015 2016

1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

62,06 62,72 63,40

2 Angka Harapan Hidup 62,91 63,51 63,72

3 -Rata-Rata Lama Sekolah (tahun)

6,45 6,60 6,62

4 Harapan Lama Sekolah 13,38 13,39 13,40

5 Pengeluaran Perkapita 7589 7730 6138

Sumber : BPS kabupaten Pandeglang 2017 (data diolah)

Untuk melengkapi gambaran tentang IPM dan Indikator Pendidikan Kabupaten Pandeglang, maka di sini dikemukan data kualitas pendidikan dan angka partisipasi sekolah di Kabupaten Pandeglang untuk tahun 2014-2015 sebagaimana pada tabel di bawah ini :

(25)

III-4 Tabel 3.3. Kualitas Pendidikan dan Angka Partisipasi Sekolah Kabupaten Pandeglang

2014-2015

No Uraian 2014 2015

I Kualitas Pendidikan Penduduk

1 -Angka Melek Huruf (%) 96,89 96,21

2 -Rata-Rata Lama Sekolah (tahun) 6,45 6,60

3 -Lulusan SMA Ke atas (%) 2,87 4,50

II Angka Partisipasi Sekolah (%)

-Usia 7-12 tahun 97,48 99,82

-Usia 13-15 tahun 91,32 93,62

-Usia 16-18 tahun 63,47 96,24

Sumber : Statistik daerah Kab. Pandeglang, 2016

(26)

IV-1

BAB IV

4.1. KERANGKA FIKIR

Kajian Peningkatan Indeks Pendidikan di Kab. Pandeglang dilakukan dengan latar belakang adanya kondisi rendahnya Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pandeglang pada tahun 2016 sebesar 63,40 atau masih berada di posisi ke 7 dari delapan kabupatan/kota di Provinsi Banten.

Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang telah berupaya untuk meningkatkan indeks pendidikannya, namun demikian peningkatannya kurang signifikan sehingga diperlukan ada upaya-upaya yang lebih maksimal untuk meningkatkan indeks pendidikannya. Hal ini karena indeks pendidikan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan yang dilakukan melalui berbagai kebijakan dan program pembangunan yang dilaksanakan di wilayah kabupaten Pandeglang.

Untuk itu maka Pemda Kabupaten Pandeglang terus berusaha untuk peningkatan indeks pendidikan ini dengan melalui suatu kajian yang dapat mengidentifikasi faktor-faktor penyebab rendahnya peningkatan indeks pendidikan serta mengembangkan strategi dan program-program yang mendukung peningkatan indeks pendidikan melalui kajian peningkatan indeks pendidikan.

Dengan demikian maka pokok permasalahan pada kajian ini adalah megapa peningkatan indeks pendidikan rendah; apa aja faktor penyebabnya; serta program kegiatan prioritas apa saja untuk peningkatan indeks pendidikan di Kabupaten Pandeglang.

Guna menghasilkan hasil kajian peningkatan indeks pendidikan ini Tim Ahli sebagai pelaksana kajian melakukan tahapan-tahapan kegiatan yang dimulai dari

M E T O D O L O G I

(27)

IV-2 penyusunan instrumen, dilanjutkan dengan pengumpulan data melalui studi dokumentasi, wawancara mendalam, penyebaran kuesioner dan pengamatan.

Setelah data terkumpul maka dilakukan analisis untuk mengetahui permasalahan dan faktor penyebab rendahnya indeks pendidikan. Berdasarkan analisis data selanjutnya dilakukan perumusan hasil kajian dalam bentuk penyusunan program SKPD untuk mendukung peningkatan indeks pendidikan di Kabupaten Pandeglang.

4.2. METODOLOGI

4.2.1. Tipe dan Pendekatan Penelitian

Melalui kajian Peningkatan Indeks Pendidikan dilakukan penelitian terhadap berbagai fakta dan kasus-kasus yang terjadi dalam penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Pandeglang. Untuk itu kegiatan kajian ini termasuk pada katagori penelitian case studi dan kajian penomenalogi. Menurut Prasetya Irawan dalam Logika dan Prosedur Penelitian (2012, h 71-72) metode atau penelitian studi kasus termasuk pada penelitian kualitatif. Penelitian studi kasus ini mengandung makna khusus, unik dan special yang digunakan untuk mengkaji suatu penomena secara mendalam dimana fenomena yang dikaji memiliki ciri khusus yang tidak dimiliki oleh fenomena lainnya.

Dengan pendekatan ini diharapkan dapat digali dan dirumuskan permasalahan yang dijadikan fokus studi lebih mendalam sehingga melihat kondisi nyata, permasalahan, faktor-faktor penyebab untuk kemudian dirumuskan program yang diperlukan untuk memecahkan masalah di seputar indeks pendidikan di kabupaten Pandeglang.

4.2.2. Fokus Penelitian

Rumusan permasalahan atau dalam penelitian kualitatif dikenal dengan fokus penelitian atau kajian yang merupakan masalah umum yang dikaji. Sesuai dengan tujuan dari kajian, maka permasalahan yang menjadi pokok penelitian pada kajian peningkatan indeks pendidikan di Kabupaten Pandeglang adalah :

1) Mengapa peningkatan indeks pendidikan di Kabupaten Pandeglang rendah?

apa aja faktor penyebab rendahnya peningkatan indeks pendidikan di Kabupaten Pandeglang?

(28)

IV-3 2) Bagaimana program kegiatan prioritas yang dapat meningkatkan indeks

pendidikan di Kabupaten Pandeglang?.

4.2.3. Sumber Data dan Responden

Menurut Arikunto (199I h. 102) yang dimaksud dengan sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh. Dalam kajian ini, sumber data atau responden untuk kuesioner atau wawancara adalah SKPD terkait, kepala Sekolah dan penyelenggara pendidikan dan tokoh-masyarakat/agama dan perwakilan masyarakat di Kabupaten Pendeglang. Adapun sumber data untuk dokumentasi adalah dokumen yang diperoleh dari berbagai instansi terkait di Pemerintah Kabupaten Tangerang, dari masyakat dan berbagai pihak terkait dengan pendidikan di Kabupaten Pandeglang.

4.2.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada kajian ini sebagai berikut : a. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan pengumpulan dan kajian terhadap dokumen- dokumen yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Pandeglang. Dokumen-dokumen yang dimaksud khususnya dokumen baik dalam bentuk data statistik, photo lapangan, laporan-laporan, hasil kajian dan evaluasi, dan lainnya yang dikumpulkan untuk selajutnya dikaji dan diteliti.

b. Wawancara mendalam(indepth interview).

Moloeng dalam Metode Penelitian Kualitatif (200, h.135) wawancara merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk menggali informasi dengan melalui percakapan atau pertanyaan yang diajukan oleh pewawancana (interviewer) kepada yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Wawancara dilakukan dengan responden atau informan yang dapat memberikan informasi tentang kondisi pendidikan di Kabupaten Pandeglang. Responden infroman ini dikelompokan kepada 2 unsur yaitu :

1) Orang tua/wali murid yang memiliki anak sedang sekolah dan yang sudah lulus sekolah

(29)

IV-4 2) Guru, Kepala Sekolah/Madrasah dan Penyelnggara Pendidikan di Kabupaten Pandeglang, serta Tokoh Masyarakat/Agama dan perwakilan masyarakat di Kabupaten Pandeglang.

c. Pengamatan

Pengamatan merupakan cara melihat dan mengamati langsung kejadian di lokasi kajian, seperti sarana dan prasarana pendidikan, proses pembelajaran dan fakta lainnya di lapangan. Dengan cara ini diharapkan dapat diketahui gambaran kondisi atau fakta, permasalahan dan kebutuhan nyata yang terkait dengan faktor penyebab rendahnya peningkatan indeks pendidikan di Kabupaten Pandeglang.

d. Focuss Group Discussion (FGD)

Metode lainnya adalah diskusi kelompok terarah atau focuss group discussion (FGD) untuk mendiskusikan dan melakukan pendalaman materi rumusan hasil analisis Dalam kajian ini, FGD digunakan untuk mendiskusikan dan mempertajam hasil kajian yakni mengkaji konsep perencanaan peningkatan indeks pendidikan yang sudah disusun tim ahli untuk mendapat menajaman dengan instansi terkait.

4.2.5. Metode Analisis

Untuk menganalisis data dalam penelitian kualitatif, menurut Moloeng (2002. h.190) dilakukan proses analisis data yang dimulai dengan menelaah dan mempelajari seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, baik dari wawancara, pengamatan dan dari dokumen. Kemudian dilakukan reduksi data dengan jalan membuat abtraksi yakni membuat rangkuman inti. Langkah selanjutnya menyusunnya dalam satuan- satuan serta melakukan katagorisasi dan koding serta pada tahap akhir mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah proses situ baru dilakukan penafsiran data.

Hal ini sejalan dengan teknik analisis interaktif dimana dalam pelaksanaannya dibagi dalam tiga komponen analisis, yaitu :

1) Melakukan Reduksi data. Reduksi data ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data kasar yang diambil dari lapangan hasil dari wawancara peneliti dengan subyek penelitian serta pengamatan yang dilakukan langsung oleh peneliti;

(30)

IV-5 2) Penyajian data yakni menyajikan data dalam bentuk teks narasi dimulai dari

langkah awal penelitian sampai peneliti mengakhiri kegiatan penelitian;

3) Penarikan kesimpulan, yaitu melakukan penelitian data secara terus menerus, menganalisis dan mencari pola, tema, hubungan persamaan, temuan dan hal- hal yang timbul yang dituangkan dalam kesimpulan.

Untuk mengidentifikasi faktor penyebab rendahnya peningkatan indeks pendidikan dan merumuskan konsep dan perencanaan program peningkatan indeks pendidikan di Kabupaten Pandeglang, maka dilakukan penelusuran permasalahan atau analisis problem solving. Untuk lebih mempertajam dalam perumusan program dan strategi peningkatan indeks pendidikan di Kabupaten Pandeglang maka dilakukan analisis faktor internal dan faktor internal atau analisis SWOT.

4.3. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN KAJIAN

Untuk melaksanakan Kajian Peningkatan Indeks Pendidikan di Kabupaten Pandeglang dilakukan dengan tahapan dan langkah-langkah persiapan, pengumpulan data, analisis, perumusan hasil dan pelaporan.

Pada awal pelaksanaan kegiatan dilakukan kegiatan persiapan, yakni mempersiapkan hal-hal yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan kajian diantaranya mempersiapkan instrumen kajian yang digunakan dan menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan.

Setelah instrumen terkumpul dilakukan pengumpulan data. Dalam pengumpulan data dilakukan studi dokumentasi dan melakukan intervieu atau wawancara mendalam, observasi dan diskusi terfokus.

Langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan dan analisis data, dimana dilakukan editing, penyusunan dan tabulasi data, serta mendiskripsikan dan menarasikan data-data yang telah terkumpul. Berdasarkan hasil analisis data maka lakukan perumusan hasil kajian dalam bentuk program peningkatan indeks pendidikan di Kabupaten Pandeglang.

(31)

IV-6 Untuk menginformasikan perkembangan pelaksanaan kajian maka pada setiap tahapan pelaksanaan kajian dilakukan penyusunan Laporan. Pada awal pelaksanaan kajian disusun Laporan Pendahuluan yang berisi rencana kegiatan dan metode pelaksanaan kajian, kemudian pada pertengahan dilakukan penyusunan Laporan Kemajuan atau laporan tengah yang berisi perkembagangan kajian yakni hasil pengumpulan data lapangan, serta pada akhir pelaksanaan disusun Draft Laporan Akhir yang berisi keseluruhan hasil kajian serta Laporan Akhir yang merupakan hasil penyempurnaan Draft Laporan Akhir.

(32)

V-1

BAB V

Kajian Peningkatan Indeks Pendidikan Kabupaten Pandeglang ini dilaksanakan oleh Tim Pelaksana yang terdiri dari koordinator dan anggota dari LPPM Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan tahapan proses dimulai dari kegiatan persiapan dan penyusunan instrumen, kegiatan pengumpulan data, analisis data dan perumusan hasil kajian serta pelaporan.

Kajian peningkatan indeks pendidikan ini lebih diarahkan untuk mengkaji faktor- faktor yang menjadi penyebab rendahnya peningkatan indeks pendidikan yang terdiri rata-rata lama sekolah (RLS) dan hararapan lama sekolah (HLS) di Kabupaten Pandeglang yang salah satu indikator komposit dari rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Pandeglang.

Melalui kajian ini, juga dilakukan perumusan rencana kerja/kegiatan prioritas untuk peningkatan indeks pendidikan di Kabupaten Pandeglang serta penyusunan rekomendasi kebijakan untuk peningkatan indeks pendidikan yang ditujukan kepada berbagai pihak pemangku kepentingan.

Untuk menghasilkan output kajian tersebut, maka dilakukan pengumpulan data dan analisis data. Dalam pengumpulan data, di samping dilakukan pengumpulan data dari dokumen-dokumen yang terkait dengan pendidikan di Kabupaten Pandeglang, juga dilakukan wawancara mendalam terhadap informan atau responden.

Wawancara mendalam ini dilakukan untuk mengetahui kondisi, persepsi dan aspirasi masyarakat dan pelaku pendidikan terkait dengan penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Pandeglang.

Terdapat 2 (dua) kelompok informan atau responden yang diwawancara. Pertama, orang tua wali murid, yang merupakan informan yang dipandang mengetahui, merasakan, dan menghadapi langsung kondisi dan permasalahan pendidikan yang

PEMBAHASAN

(33)

V-2 diikuti oleh anak-anaknya. Kedua, kelompok perwakilan masyarakat dan pelaku pendidikan yang terdiri dari guru, kepala sekolah, lembaga penyelenggara pendidikan baik negeri maupun swasta di Kabupaten Pandeglang, serta perwakilan dari masyarakat yang dipandang memiliki pengetahuan terhadap kebijakan dan pelaksanaan program pendidikan di Kabupaten Pandeglang.

Wawancara dilakukan secara tatap muka kepada 32 orang responden atau informan yang terdiri dari :

16 informan dari perwakilan orang tua wali murid

16 informan dari perwakilan guru, kepala sekolah, penyelenggara pendidikan dan pelaku pendidikan lainnya di Kabupaten Pandeglang.

Data hasil wawancara mendalam selanjutnya diolah melalui proses katagorisasi, editing dan tabulasi dan kemudian dilakukan reduksi yakni pemaparan ke dalam bentuk laporan hasil kajian.

5.1. PEMBAHASAN DATA HASIL WAWANCARA

5.1.1. Pembahasan Hasil Wawancara Dengan Orang Tua/Wali Murid 1. Orang Tua yang memiliki anak yang masih sekolah atau sudah lulus sekolah Wawancara ini dilakukan terhadap 16 orang tua atau wali murid di sekolah-sekolah di Kabupaten Pandeglang baik yang memiliki anak yang masih sekolah atau sedang sekolah. Keseluruhan responden yang diwawancarai mengaku mempunyai anak yang sedang sekolah atau sudah lulus sekolah. Hal ini dapat dilihat pada tebel di bawah ini:

Tabel 5.1. : Orang Tua yang memiliki anak yang masih sekolah atau sudah lulus sekolah

No Jawaban Jumlah Persentase

1 Iya, punya 16 100%

2 Tidak punya - -

Jumlah 16 100%

(34)

V-3 Bagi yang orang tua yang memiliki anak yang masih sekolah, maka diperoleh data jenjang pendidikan yang sedang dilalui, rencana melanjutkan pendidikan anaknya sampai ke perguruan tinggi dan sampai jenjang mana mereka menyekolahkan anaknya.

1.a. Jenjang pendidikan apa yang sedang di lalui anak-anak.

Terdapat 4 jenjang pendidikan formal yang diikuti oleh anak, yakni mulai jenjang pendidikan Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah dan perguruan tinggi (PT). Berikut ini jenjang pendidikan formal yang diikuti anak :

Tabel 5.2.: Jenjang pendidikan apa yang sedang di lalui anak-anak

No Jawaban Jumlah Persentase

1 SD/Madrasah Ibtidaiyah 5 31,25 %

2 SMP/MTS 5 31,25 %

3 SMA/MA 3 18,75 %

4 Peguruan Tinggi 3 18,75 %

Jumlah 16 100 %

Dari 16 orang tua yang memiliki anak yang masih sekolah terdapat 62,50% yang berada di tingkat SD/MI dan SMP/MTS, selebihnya masing-masing 18,75 % yang berpendidikan di SLTA dan Perguruan Tinggai.

1.b. Rencana untuk melanjutkan pendidikan anak sampai perguruan tinggi

Dari 16 orang tua yang diwawancarai tentang keberlajutan pendidikan anaknya, tampak 37, 50 % memiliki keinginan rencana untuk meneruskan sekolah anaknya sampai ke perguruan tinggi. Namun terdapat 62,50 % orang tua yang tidak memiliki rencana untuk meneruskan pendidikan anaknya hingga perguruan tinggi.

Hal ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

(35)

V-4 Tabel 5.3 : Rencana untuk melanjutkan pendidikan anak sampai perguruan tinggi

No Jawaban Jumlah Persentase

1 Ya ada rencana 6 37, 50 %

2 Tidak ada rencana (hanya sampai

SMU) 10 62,50%

16 100 %

Hal ini menunjukan harapan sekolah anak-anak untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi masih kurang dan perlu ada peningkatan.

1.c. Jenjang pendidikan yang telah diikuti bagi anak yang sudah tidak sekolah.

Bagi orang tua yang memiliki anak yang sudah tidak sekolah atau sudah menamatkan sekolahnya, umumnya hanya sampai jenjang pendidikan SMA, hal dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.4: Jenjang pendidikan yang telah diikuti bagi anak yang sudah tidak sekolah

No Jawaban Jumlah Persentase

1 Lulusa PT -

2 Lulus SMA/MA 12 100 %

3 Lulus SD/SMP -

12 100 %

1.d. Alasan Orang Tua menyekolahkan anaknya sampai SLTA

Ketika ditanyakan apa alasan orang tua hanya menyekolahkan anaknya sampai lulus SLTA, ada beberapa alasan yang dikemukan para orang tua sebagaimana tabel di bawah ini :

(36)

V-5 Tabel 5.5 : Alasan orang tua menyekolahkan anaknya sampai SPM/SMU

No Jawaban Jumlah Persentase

1 Anaknya ingin mandiri/kerja 6 50 %

2 Kurangnya biaya 6 50%

Jumlah 12 100 %

Dari data pada tabel di atas, tamak ada 2 alasan utama yang menjadikan orang tua hanyak menyekolahkan anaknya hingga SLTA. 50 % orang tua menyatakan karena faktor keinginan anaknya untuk bekerja, dan 50 % adalah karena faktor kurangnya biaya untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi yakni ke perguruan tinggi.

2. Kepercayaan orang tua/wali tentang peran pendidikan dalam merubah masa depan keluarga dan anak lebih baik.

Kesadaran orang tua untuk menyekolahkan anaknya memiliki peran yang sangat penting terhadap pendidikan anak. Demikianlah halnya kepercayaan orang tua bahwa pendidikan memiliki peran dalam merubah masa depan yang lebih baik bagi ekonomi dan kehidupan anak dan keluarganya dapat mendorong orang tua untuk mendorong anak-anaknya melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Dari 16 responden yang diwawancarai diperoleh gambaran kepercayaan orang tua terhadap pentingnya pendidikan dan alasannya sebagaimana tabel di bawah ini :

Tabel 5.6: Kepercayaan Orang Tua/wali tentang peran pendidikan dalam merubah masa depan keluarga dan anak lebih baik.

No Jawaban Jumlah Persentase

1 Tidak percaya -

2 Pecaya, 16 100 %

Alasan percaya pentingnya pendidikan :

1. Anak jadi pintar dan trampil 4 25 %

(37)

V-6

2. Punya ijazah dan bisa kerja 6 37,5 %

3. Bisa membantu keluarga 3 18,75%

4. Anak dapat mengikuti tuntutan zaman 3 18,75%

Jumlah 16 100 %

Dari tabel di atas diperoleh gambaran bahwa keseluruhan orang tua (100%) yang menjadi responden studi ini percaya pentingnya peran pendidikan dalam merubah masa depan anak dan keluarga yang lebih baik. Dari keseluruhan orang tua yang memandang pentingnya pendidikan, dengan beberapa alasan yaitu yang terbesar atau 37,5% karena dengan sekolah dapat memiliki ijazah dan bekerja, 25 % menyatakan karena alasan anak dapat menjadi pintar dan memiliki ketrampilan, lainnya adalah bisa membantu keluarga dan anak dapat menyesuaikan diri dengan tantangan dan kebutuhan zaman masing-masing 18,75 %.

3. Orang tua/wali yang memiliki cita-cita menyekolahkan anaknya hingga kuliah Bila dilihat anak yang sudah menamatkan sekolahnya yang umumnya sampai SLTA, maka hal ini berbeda dengan cita-cita dari orang tua untuk menyekolahkan anaknya lebih tinggi. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.7: Cita-cita orang tua/wali untuk menyekolahkan anaknya hingga kuliah

No Jawaban Jumlah Persentase

1 Ada cita-cita 16 100 %

2 Tidak ada cita-cita -

Jumlah 16 100 %

Dari tabel di atas diperoleh gambaran tentang cita-cita orang tua dalam pendidikan anak-anaknya. Tampak keseluruhan orang tua memiliki cita-cita untuk menyekolahkan anak-anaknya hingga dapat kuliah dan menamatkan pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini menunjukan harapan yang tinggi dari orang tua terhadap

(38)

V-7 pendidikan anaknya sekaligus menunjukan kesadaran yang tinggi yang dimiliki orang tua terhadap pentingnya pendidikan.

4. Pendapat orang tua/wali tentang aspek yang paling penting dalam pendidikan anak

Untuk dapat menyekolahkan anak-anaknya hingga sampai ke tingkat yang tinggi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berikut ini pendapat para orang terhadap faktor yang paling penting dalam pendidikan anak, :

Tabel 5.8. : Pendapat orang tua/wali tentang faktor yang paling penting dalam pendidikan anak

No Jawaban Jumlah Persentase

1 Biaya 9 56,25 %

2 Kemauan Anak 7 43,75 %

3 Lainnya -

Jumlah 16 100 %

Menurut orang tua yang menjadi responden faktor yang paling penting terhadap pendidikan anak adalah aspek biaya dan aspek kemauan anak. Orang tua memiliki peran juga terhadap pendidikan anaknya, akan tetapi bila kemauan anaknya kurang maka pendidikan anak juga dapat terhenti atau tidak berhasil. Demikian halnya dengan biaya yang tidak dapat dipungkiri pentingnya terhadap pendidikan, karena memang untuk menyekolahkan anak apalagi hingga hingga perguruan tinggi membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

5. Pendapat orang tua/wali tentang keberhasilan program pendidikan di Pandeglang Dalam penyelenggaraan pendidikan di suatu wiayah atau Kabupaten, peran yang paling utama adalah pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten. Di samping ikut mengeluarkan kebijakan pendidikan di daerahnya, Pemda juga memiliki program pendidikan yang khusus diterapkan di wilayahnya, di samping program dari

(39)

V-8 pusat. Berikut ini pendapat para orang tua tentang sejauhmana keberhasilan program-program pendidikan yang dilaksanakan di Kabupaten Pandeglang :

Tabel 5.9. : Pendapat orang tua/wali tentang keberhasilan program pendidikan di Kabupaten Pandeglang

No Jawaban Jumlah Persentase

1 Sangat berhasil (efektif) dan baik) 1 6,25 %

2 Cukup berhasil (efektif dan baik) 9 56,25%

3 Agar ditingkatkan lagi 6 37,50%

Jumlah 16 100 %

Dari tabel di atas, diperoleh gambaran tentang pendapat orang tua atau masyarakat tentang penyelenggaraan pendidikan di wilayah Kabupaten Pandeglang yang sebagian atau 56,25% masyarakat atau orang tua menyatakan cukup berhasil dan ada dan 6,25 % sangat berhasil. Sementara ada 37,50 % orang tua atau masyarakat yang mengharapkan agar ada upaya-upaya peningkatan alam penyelenggaraaan pendidikan di Kabupaten Pandeglang.

7. Harapan orang tua/wali terhadap pendidikan di Kabupaten Pandeglang

Sebagai bagian dari masyarakat di Kabupaten Pandenglang, maka orang tua wali murid juga mengharapkan adanya keberhasilan dan peningkatan dalam penyelenggaraan pendidikan di wilayahnya. Terdapat beberapa usulan dan harapan untuk meningkatkan dan memajukan pendidikan di Kabupaten Pandeglang sebagai berikut :

Tabel 5.10: Harapan orang tua/wali terhadap pendidikan di Kabupaten Pandeglang

No Jawaban Jumlah Persentase

1 Menambah sarana dan fasilitas

pendidikan 7 43,75 %

2 Tenaga pendidik di daerah terpencil 1 6,25 %

(40)

V-9

3 Peningkatan Guru yang berkualitas 1 6,25 %

4 Peningkatan kualitas pendidikan

(lulusan sekolah) 1 6,25 %

5 Biaya sekolah tidak

memberatkan/dikurangi/dihapus 2 12,50%

6 Sekolah gratis hingga SMA 2 12,50%

7 Lebih memperhatikan pendidikan di

derah terpencil 1 6,25%

Jumlah 16 100 %

Dari tabel di atas diperoleh gambaran tentang beberapa usulan dan masukan dari oerang atua atau masyarakat tentang upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pendidikan di Kabupaten Pandeglang yaitu menambah sarana dan fasilitas pendidikan yang diusulkan oleh 43,75 %, selanjutnya usulan-usulan peningkatan kualitas tenaga pendidik, penambahan tenaga pendidik di daerah terpencil, peningkatan kualitas lulusan pendidikan, biaya sekolah tidak memberatkan/dikurangi/digratiskan, sekolah gratis untuk SMA, dan perhatian khusus atau memberikan prioritas pada pendidikan di daerah/desa terpencil.

Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua wali murid dapat di sarikan kepada beberapa hal : Pertama, bahwa umumnya wali murid memiliki anak baik yang sudah lulus sekolah maupun sedang sekolah mulai tingkat SD/MI, SMP/MTS maupun di SMA/MA. Para orang tua yang memiliki anak sedang menjalani sekolah itu tampak hanya sebagian kecil saja yang memiliki rencana untuk meneruskan sekolahnya sampai ke perguruan tinggai. Sebagian besar mereka atau 62,50 % orang tua tidak memiliki rencana untuk meneruskan pendidikan anaknya hingga perguruan tinggi.

Hal ini menunjukan harapan sekolah anak-anak untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi masih kurang.

Sejalan dengan itu, menurut informasi orang tua yang memiliki anak yang sudah tidak sekolah atau sudah menamatkan sekolahnya, umumnya hanya sampai jenjang pendidikan SMU. Alasan Orang Tua menyekolahkan anaknya hanya sampai SLTA,

(41)

V-10 sebagian karena faktor keinginan anaknya untuk bekerja, dan dan sebagian lagi karena faktor kurangnya biaya untuk menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi.

Kedua, hampir seluruh orang tua yang menjadi responden ini berpendapat bahwa pendidikan memiliki peran dalam merubah masa depan yang lebih baik bagi ekonomi dan kehidupan anak dan keluarganya. Ada beberapa beberapa alasan atas pendapat ini, diantaranya dengan sekolah anak dapat memiliki ijazah dan bekerja, anak juga dapat menjadi pintar dan memiliki ketrampilan, serta dengan ilmu yang dimiliki, anak dapat menghadapi tantangan dan kebutuhan yang sesuai dengan zamannya.

Ketiga, menurut para orang tua, untuk dapat menyekolahkan anak-anaknya hingga sampai ke tingkat yang tinggi ditentukan oleh beberapa faktor. Yang paling penting dibutuhkan dalam menyekolahkan anak adalah faktor biaya dan aspek kemauan anak.

Keempat, mengenai pendapat mereka terhadap penyelengaraan pendidikan di wilayah Kabupaten Pandenglang, sebagian besar orang tua atau masyarakat memandang cukup berhasil. Namun demikian mereka juga mengharapkan agar ada upaya-upaya peningkatan dalam penyelenggaraaan pendidikan di Kabupaten Pandeglang. Untuk meningkatkan pendidikan di Kabupaten Pandeglang mereka mengusulkan untuk menambah sarana dan fasilitas pendidikan, peningkatan kualitas tenaga pendidik, penambahan tenaga pendidik di daerah terpencil, peningkatan kualitas lulusan pendidikan, biaya sekolah tidak memberatkan/dikurangi/digratiskan, sekolah gratis untuk SMA, dan perhatian khusus atau memberikan prioritas pada pendidikan di daerah/desa terpencil.

5.1.2. Pembahasan Hasil Wawancara dengan Guru, Kepala Sekolah, Tokoh Masyarakat dan Pelaku Pendidikan Lainnya

Dalam upaya menggali data tentang pelaksanaan pendidikan dan mengetahui permasalahan serta faktor penyebab rendahnya indek pendidikan di Kabupatenn Pandeglang maka dilakukan wawancaa mendalam kepada perwakilan guru, kepala sekolah, lembaga/yayasan pendidikan dan pelaku pendidikan dan pihak pemangku

(42)

V-11 kepentingan yang terkait dengan pendidikan di wilayah ini. Berikut ini pembahasan hasil wawancara yang dilakukan.

1. Tata Cara Pendaftaran Sekolah

Salah satu aspek penting dalam pelaksanaan pendidikan adalah terkait dengan pendaftaran murid baru di sekolah atau madarasah mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas.

1.a. Tatacara dan Prosedur pedaftaran murid baru

Menurut informasi yang disampaikan oleh responden, tatacara pendaftaran yang umum berlaku di sekolah-sekolah yang terdapat di Kabupaten Pandeglang adalah dengan cara orang tua/wali murid bersama calon peserta didik mendatangi sekolah dan kemudian mengisi formulir pendaftaran ke sekolah langsung. Hal ini berlaku untuk keseluruhan pendeftaran yang berlaku di sekolah-sekolah yang terdapat di Kabupaten Pandeglang, sebagaimana tabel di bawah ini :

Tabel 5.11 : Tatacara dan prosedur pedaftaran murid baru

No Jawaban Jumlah Persentase

1 Wali murid dan Murid Mendaftar Ke

sekolah 16 100 %

2 Lainnya

Jumlah 16 100 %

1.b. Pendapat Responden tentang cara pendaftaran murid baru

Sejauhmana pendaftaran sekolah ini dapat dilaksanakan secara efektif, hal ini dapat dilihat dari pendapat responden tentang kemudahan dan efektifitas pelaksanaan tata cara pendaftaran yang ada, sebagaimana tabel di bawah ini :

(43)

V-12 Tabel 5.12 : Pendapat responden tentang cara pendaftaran murid baru

No Jawaban Jumlah Persentase

1 Mudah dan efektif 1O 62,50 %

2 Kurang efektif sering menimbulkan

antrean 6 37,50%

Jumlah 16 100 %

Dari tabel di atas, menunjukan ada dua pendapat yang berbeda dalam menilai tata cara pendaftaran peserta didik baru, dimana menurut sebagian respenden yakni 62,50 % menilai pendaftaran yang ada sudah mudah dan efektif, dan sebagian lagi yakni 37,50 % kurang efektif karena sering menimbulkan antrean.

1.c. Usulan peningkatan cara pendaftaran siswa baru

Dalam upaya peningkatan cara pendaftaran peserta didik baru agar lebih efektif dan efesien, maka diusulkan hal-hal sebagai berikut :

Tabel 5.13 : Usulan peningkatan cara pendaftaran siswa baru

No Jawaban Jumlah Persentase

1 Sosialisasi cara dan persyaratan

pendaftaran kepada masyarakat 6 37,50%

2 Cara online dan membuka website

sekolah 10 62,50 %

Jumlah 16 100 %

Dari tabel di atas diperoleh gambaran tentang adanya usulan yang bisa dipertimbangan untuk meningkatkan efektifitas pendaftaran peserta didik baru, yaitu 62,50 % responden mengusulkan dalam pendaftaran peserta didik baru sebelumnya perlu sosialisasi kepada masyarakat bagaimana cara dan persyaratan pendaftaran siswa baru. Terdapat pula adanya usulan cara pendaftaran secara online dan membuka website sekolah.

(44)

V-13 2. Cara pembiayaan Sekolah

Salah satu aspek yang terkait dengan pendidikan, adalah aspek pembiayaan. Berikut ini gambaran tentang cara pembiayaan sekolah menurut responden.

2.a. Cara pembiayaan sekolah

Untuk pembiayaan pendidikan sekolah, maka keseluruhan rensponden menyatakan untuk mendukung program wajib belajar (wajar) 9 tahun maka pembiayaan sekolah untuk SD dan SLTP dilakukan secara gratis. Responden secara keseluruhan berpendapat bahwa model pembiayaan ini meringankan orang tua siswa, sebagaimana tabel di bawah ini :

Tabel 5.14: Pendapat responden untuk pembiayaan sekolah

No Jawaban Jumlah Persentase

1 Meringankan siswa 16 100%

2 Memberatkan -

Jumlah 16 100%

2.b. Usulan cara pembayaran sekolah

Namun demikian bahwa pembiayaan melalui program BOS ini baru sampai pada SD- SLTP saja, dan baru untuk pembiayaan pengganti SPP sementara untuk tingkat SLTA dan biaya lainnya masih di tanggung oleh orang tua. Untuk itu maka ada usulan-usulan untuk pembiayaan ke depan sebagaimana tabel di bawah ini :

Tabel 5.15 : Usulan cara pembayaran sekolah

No Jawaban Jumlah Persentase

1 Usulan SMA gratis 6 37,50%

2 Biaya lainnya gratis 6 37,50%

3 Program baru untuk meringankan

biaya sekolah 4 25 %

Jumlah 16 100 %

(45)

V-14 3. Profesionalitas dan peningkatan kemampuan guru di sekolah

Aspek guru juga merupakan aspek yang penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Untuk itu maka dalam kajian ini juga dilakukan kajian terhadap kondisi dan profesionalisme guru di sekolah-sekolah.

3.a. Profesionalitas guru di sekolah

Profesionalisme merupakan kemampuan dan keahlian guru untuk melaksanakan tugas dalam melaksanakan pendidikan di sekolah. Berikut ini profesionalime guru di sekolah-sekolah yang terdapat di kabupaten Pandeglang. Menurut keseluruhan responden, secara umum guru-guru yang sudah ada sudah cukup profesional. Ada beberapa alasan profesionalitas guru di sekolah sebagai berikut :

Tabel 5.16: Alasan profesionalitas guru di sekolah

No Jawaban Jumlah Persentase

1 Mengajar sesuai bidang keahliannya 12 75 %

2 Pendidikan umumnya lulus S1 4 25 %

3 Lainnya -

Jumlah 16 100 %

Menurut respoden profesionalitas guru yang ada di wilayah ini umumnya sudah profesional yakni 75 % menyataan cukup profesional karena para guru mumnya mengajar sudah sesuai dengan keahliannya dan 25% menyatakan karena pendidikan guru yang ada umumnya lulus strata 1 dan strata 2.

3.b. Usulan peningkatan kemampuan dan profesionalitas guru di sekolah

Untuk peningkatan profesionalisme guru di sekolah, maka kedepan perlu adanya upaya-upaya peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada tebel di bawah ini :

(46)

V-15 Tabel 5.17 : Usulan peningkatan profesionalitas guru di sekolah

No Jawaban Jumlah Persentase

1 Peningkatan kemampuan mengajar 5 31,25 %

2 Penugasan sesuai bidang

keahliannya 4 25 %

3 Guru harus lulus S1-S3 1 6,25 %

4 Peningkatan kualitas guru di sekolah

terpencil 6 37,50%

Jumlah 16 100 %

Dari tabel di atas diperoleh gambaran tentang masukan dan usulan dari responden dalam rangka peningkatan peningkatan kapasitas dan profesionalime guru.

Peningkatan dan penempatan guru di tempat-tempat terpecil merupakan usulan diajukan oleh 37,50 % responden. Kemudian 31,25 %responden mengusulkan untuk melakukan peningkatan kualitas guru-guru di daerah terpencil dan lainnya adalah penugasan guru sesuai keahliannya serta perlu adanya peningkatan kelulusan guru yang harus Srata 1 dan 2,

4. Sarana dan fasilitas sekolah

Aspek lainnya yang memliki peran penting dalam pendidikan adalah aspek sarana dan fasilitas. Sarana dan fasilitas ini mencakup gedung dan kantor sekolah, laboratorium untuk praktek, sarana olahraga, seni, alat peraga dan lainnya.

4.a. Kelengkapan sarana dan fasilitas sekolah

Menurut responden yang diwawancara diperoleh gambaran tentang kondisi kelengkapan sarana dan fasilitas sekolah di Kabupaten Pandeglang sebagaimana tabel di bawah ini :

(47)

V-16 Tabel 5.18 : Kelengkapan sarana dan fasilitas sekolah

No Jawaban Jumlah Persentase

1 Sangat lengkap dan memadai - -

2 Cukup lengkap dan memadai 1 6,25 %

3 Kurang lengkap dan memadai 15 93,73 %

4 Tidak lengkap dan memadai

Jumlah 16 100 %

Dari tabel di atas diperoleh gambaran bahwa 15 orang atau 95,75 % responden menyatakan sarana dan fasilitas pendidikan di Kabupaten Pandeglang kurang lengkap. Sementara hanya 6,25 % saja responden yang menyatakan cukup lengkap. Hal ini menunjukan perlunya ada peningkatan sarana dan fasilitas pendidikan yang terdapat di Kabupaten Pandeglang.

Menurut Responden, sarana dan fasilitas pendidikan yang kurang tersebut terutama di wilayah pelosok desa yang umumnya sarana dan fasilitasnya tidak selengkap di wilayah perkotaan. Hal ini menunjukan program pengembangan dan peningkatan sarana dan fasilitas pendidikan lebih di prioritaskan untuk meningkatkan dan melengkapi sarana dan fasilitas pendidikan wilayah pedesaan.

4.b. Usulan untuk peningkatan sarana dan fasilitas sekolah

Sehubungan dengan masih kurangnya sarana dan fasilitas sekolah, maka diusulkan adanya upaya-upaya sebagaimana tabel di bawah ini ;

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menganalisa data yang dilakukan adalah mengetahui apakah persepsi karyawan pada lingkungan kerja fisik berada pada kategori sangat tidak baik, tidak baik, cukup baik, baik,

Nomor 51 Tahun 2015 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2Ol5 tentang Pengelolaan Dana Kegiatan Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota,

Tujuan dari film animasi pendek ini adalah merefresh kembali ingatan publik akan nilai-nilai penting Pancasila dalam penegakan hukum di Indonesia, serta mempertontonkan cerita

Berdasarkan hasil wawancara pada pengelola Lazismu UMS tentang faktor pendukung dari segi sistem pada aplikasi yang digunakan untuk pengelolaan dana zakat pada Lazismu UMS

Menurut pengelola lazismu UMS, aplikasi berbasis excel yang digunakan oleh pengelola lazismu sudah efisien namun masih dibutuhkan aplikasi lain untuk membantu aktivitas yang

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis menggunakan uji t terdapat pengaruh antara sebelum dan sesudah menggunakan media pohon huruf terhadap kemampuan

Dari perhitungan statistik Chi-square didapatkan nilai p value sebesar 0,46 sehingga nilai p ini lebih kecil dari nilai alpa (α = 0,05) artinya ada terdapat