• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEMOKRATISASI PENDIDIKAN Analisis Tentang Fenomena Pendidikan Anak Orang Miskin Di Desa Karangkepoh Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun 2006 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DEMOKRATISASI PENDIDIKAN Analisis Tentang Fenomena Pendidikan Anak Orang Miskin Di Desa Karangkepoh Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun 2006 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

Di Desa Karangkepoh Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali

Tahun 2006

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Disusun O leh:

SITI YULAIKAH

NIM: 111 01 003

JURUSAN T ARBI YAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(2)

W ebsite : w w w .sta i n s a la tiu a .a e .id E-mail : adm inistrasi@ stainsalatiga.ac.id

D E K L A R A S I

Bismillah irralt man irrah im

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa

skripsi ini lidak bcrisi matcri yang pernah ditulis oleh orang lain atau pemah

«>

diterbitkan. Deniikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang

lain, kecuali infonnasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan

rujukan.

Apabila di kemudian hari temyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup

mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang

munaqosyah skripsi.

Deniikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, Agustus 2006

Peneliti

(3)

NOTA PEMBIMBING

Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan

seperlunya, maka skripsi Saudari:

Nama : Siti Yulaikah

NIM : 111 01 003

Jurusan : Tarbiyah

Progdi : PAI

Judul : DEMOKRATISASI PENDIDIKAN ANALISIS

TENTANG FENOMENA PENDIDIKAN ANAK ORANG MISKIN DI DESA KARANG KEPOH KECAMATAN KARANGGEDE, KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2006

Sudah dapat diajukan dalam sidang munaqasah.

Demikian surat ini, harap menjadikan perhatian dan digunakan

sebagaimana mestinya.

Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.

Drs. H.M. Zulfa. M.Ag NIP. 150 177 821

(4)

Jl. StadionNo. 2 Salatiga (0298) 323706

P E N C E S A H A N

SKRIPSI Saudari : Siti Yulaikah dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 01 003

yang beijudul DEMOKRATISASI PENDIDIKAN ANALISIS TENTANG

FENOMENA PENDIDIKAN ANAK ORANG MISKIN DI DESA KARANG

KEPOH KECAMATAN KARANGGEDE, KABUPATEN BOYOLALI TAHUN

2006 telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan Tarbiyah

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Rabu,

6 September 2006 yang bertepatan dengan tanggal 13 Sya’ban 1427 H. Dan telah

diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Saijana dalam

Ilmu Tarbiyah.

Salatiga, 6 September 2006 M 13Sya'banl427H

Panitia Ujian

NIP. 150 177 821

(5)

i> .\* ia \

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantarmau dan

orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (AI Mujadilah : 11 >

(6)

Kupersembah/zan /&epaaa:

1. B a p a k /Ib u tercintayang telah memberi do ’a restu 2. B apak Bedjo, selaku kepala Desa Karang Kepoh 3. K a k a k dan a d ik-a d u k k u d i rum ahyang memberi

semangat dalam penulisan in i

4. Teman-teman karang taruna di D esa Karang Kepoh khususnya m bak H a n ik

5. Teman-teman seiman, senasib dan sepenanggungan 6. P A 1 A n g k a ta n 20 0 1 khususnya Dun, m bak

N u r u l

(7)

Dengan rasa nyukur kehadlmt Allah SWT atas rahmatnya yang telah

dilimpahkan kepada penulis serta dengan usaha sungguh-sungguh maka penulis

dapat menjelaskan skripsi ini.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas akhir

untuk memperoleh gelar sarjana dalam ilmu tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama

Islam, pada Fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga tahun 2006.

Dalam rangka penyelesaian skripsi ini penulis tidak dapat berhasil tanpa

bantuan dari beberapa pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Ketua STAIN Salatiga

2. Bapak Pembimbing dan Asisten Pembimbing

3. Bapak Kepala Desa Karang Kepoh

4. Segenap pengajar dan staf Fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga yang telah

memberi bekal pengetahuan

5. Segenap keluarga yang memberi bantuan dan dorongan untuk menyelesaikan

penulisan skripsi ini

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi penulis

khususnya dan pembaca pada umumnya. '

Salatiga, Agustus 2006

Penulis

Siti Yulaikah

(8)

„ HALAMAN JUDUL... i

DEKLARASI ... ii

NOTA PEMBIMBING... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO... v

PERSEMBAIIAN ... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI ... viii

* BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Penjelasan Istilah... 4

C. Pokok Masalah... 7

D. Tujuan Penelitian... 7

E. Manfaat Penelitian... 8

F. Mclodologi Penelitian ... 8

G. Teknik Analisis Data... 13

II. Sistcmatikan Penulisan Skripsi... 13

\ BAB II LANDASAN TEORI A. Demokratisasi Pendidikan pada Umumnya... 15

B. Demokratisasi Pendidikan di Indonesia ... 19

(9)

DESA KARANG KEPOH

A. Latar Belakang Pendidikan Anak Orang Miskin di Desa

Karang Kepoh... 34

B. Kondisi Pendidikan Anak Orang Miskin di Desa Karang

Kepoh... 41

BAB IV MODEL ALTERNATIF PENDIDIKAN ANAK ORANG

MISKIN DI DESA KARANG KEPOH

A. Mengacu pada Pendidikan Form al... 46

B. Bagi anak yang tidak mampu melanjutkan sekolah sebagai

altematifnya dengan mengikuti kursus-kursus ketrampilan 48

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 52

B. Saran-saran... 53

C. Penutup... 54

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN

(10)

A. Latar Belakang Masalah

Pada akhir-akhir ini demokrasi sering dipahami dalam konteks yang

salah, sehingga kebebasan berdemokrasi sering diartikan dengan kebebasan

berdemontrasi, sehingga yang teijadi adalah pemaksaan kehendak dengan

tekanan kekerasan dari kelompok tertentu terhadap seseorang atau kelompok

lain. Padahal demokrasi yang sejati memerlukan warga negara yang baik.

Demokrasi tidak hanya memerlukan hukum, lembaga, atau peraturan yang

mantap, akan tetapi yang lebih penting dalam masyarakat demokrasi adalah

memiliki kebesaran hati, mau bekeijasama dengan kelompok lain untuk

mencapai tujuan demi kesejahteraan bersama, atau mampu mengombinasikan

semangat untuk menegakkan pendiriannya dengan suatu kesadaran bahwa

seseorang tidak dapat mewujudkan semua yang diinginkannya.

Demokrasi pada dasamya ialah penghormatan pada nilai-nilai

kemanusiaan, tanpa penerapan nilai demokrasi, perkembangan kreativitas

tidak mungkin menjadi sumber bagi peningkatan hidup manusia. Demokrasi

dalam pendidikan ialah suatu ide lebih luas yang didasarkan atas kepercayaan

bahwa di dalam diri manusia dari segala strata sosial terdapat berbagai potensi

yang siap untuk dikembangkan.' 1

1 Firdaus M. Yunus, Pendidikan Berbasis Realitas Sosial, Logung Pustaka, Yogyakarta, 2004, him. 92

(11)

J Demokrasi di sekolah dan dalam masyarakat harus didukung secara

berkelanjutan agar pendidikan nasional dapat diselenggarakan secara

demokratis untuk semua warga Indonesia, demokratisasi pendidikan

merupakan upaya yang memungkinkan warga negara memperoleh layanan

pendidikan sesuai dengan tuntutan kemajuan jaman. Di Indonesia hal jelas

sekali tercermin pada undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 1 yang berbunyi :

“Setiap warga negara mempunyai hak yang sama memperoleh pendidikan

yang bermutu.2

Penerapan pendidikan demokratis sangat penting bagi bangsa

Indonesia karena pendidikan demokratis akan menumbuhkan semangat

kebersamaan di sekolah. Dengan demikian pemaksaan dalam proses

pembelajaran tidak boleh di toleransi. Berkaitan dengan proses pembelajaran

{Learning Process), sekolah demokratis harus dapat memberikan

keseimbangan hak belajar kepada siswa meskipun dalam banyak hal harus

menerapkan berbagai metode untuk menggali kemampuan siswa-siswi.

Melalui Instruksi Presiden (In Pres) nomor 1 tahun 1994 tentang wajib

belajar pendidikan sekolah dasar, pemerintahan membuat terobosan besar

dalam sejarah pendidikan Indonesia, yakni mewajibkan masyarakat sekolah

minimal hingga tingkat SLTP. Konsekuensi kebijakan yang dikenal dengan

istilah wajib belajar sembilan tahun ini pemerintah menanggung semua biaya

(12)

dalam penyelenggaraan sekolah, ini merupakan salah satu strategi kebijakan

dalam pembangunan pendidikan.

Akan tetapi setelah sekian lama digambar-gambarkan bukannya gratis,

biaya sekolah malah makin melambung, jumlahnya banyak dan beragam,

bahkan jauh lebih besar dibandingkan sebelum kebijakan wajib belajar

sembilan tahun ini digulirkan. Biaya SPP yang dihapus diganti dengan

berbagai jenis pemungutan barn, bahkan ada jenis biaya yang aneh seperti

pensiun guru atau kenang-kenangan. Beragam biaya inilah yang mengganjal

masyarakat untuk terns menyekolahkan anaknya. Malah porsi terbesar

pengeluaran keluarga dihabiskan untuk membayar kewajiban yang dibebankan

oleh sekolah, untuk itu mereka kerap mengorbankan kebutuhan primer lainnya

seperti makan, baik kualitas maupun kuantitasnya untuk memenuhi biaya

sekolah.3

Menurut data dari Depdiknas tahun 2000 tentang sejumlah orang yang

tak bisa sekolah, sedikitpun 72 juta anak Indonesia tidak mampu merasakan

bangku sekolah, terdiri dari 4,3 juta siswa SLTP dan 2,9 juta siswa SD dan

SLTA. Mengapa mereka tak bisa sekolah ? jawabannya sangat jelas, tidak

punya uang. Siapa yang tak punya uang ? semua yang harus hidup miskin.

Kemiskinan apapun sebabnya membuat akses pada sekolah jadi kian sempit.

Ada upaya untuk mengatasi itu semua yaitu mereka yang bergerak untuk

melakukan pendidikan altematif atau yang punya keinginan baik mengasuh

sejumlah anak jalanan agar tahu huruf dan merasakan sekolah. Kegiatan ini

(13)

yang patut dihargai meski soalnya lagi-lagi pada kekuatan negara, yang malas

untuk mengurus pendidikan.4

Dari uraian-uraian dan konsep tersebut, penulis terdorong untuk

meneliti, seberapa jauh kebenaran konsep di muka dengan melakukan

penelitian di Desa Karangkepoh dengan mengambil judul :

“DEMOKRATISASI PENDIDIKAN Analisis Tentang Fenomena Pendidikan

Anak Orang Miskin di Desa Karangkepoh Kecamatan Karanggede Kabupaten

Boyolali Tahun 2006”

B. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari kemungkinan teijadinya penafsiran yang berbeda

dengan maksud utama penulis dalam penggunaan kata pada judul penelitian

ini, perlu penjelasan beberapa istilah sebagai berikut:

1. Demokratisasi Pendidikan ^

- Demokrasi dalam dalam pemikiran Yunani berarti bentuk politik

dimana rakyat sendiri memiliki dan menjalankan seluruh kekuasaan

politik.5

- Pendidikan secara umum dapat dipahami sebagaimana dikutip Hanif

Dzakiri. Inti pendidikan adalah membawa masyarakat kerucut (Sub

Mergad Society) kepada masyarakat terbuka (Open Society) yang kritis

(14)

dan kreatif, dalam mampeijuangkan hak-hak mereka untuk

menegakkan keadilan.”

Demokratisasi pendidikan yang penulis maksud adalah pemberian

kesempatan yang sama kepada setiap warga negara untuk memperoleh

layanan pendidikan (Horizontal Maupun Vertikal). y

2. Analisis

Kata analisis berasal dari kata analisa yang berarti penyelidikan

suatu peristiwa (harapan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui

sebab-sebabnya bagaimana duduk perkaranya dan sebagainya.'

3. Fenomena Pendidikan

Kata fenomena berarti gejala.6 7 8 Sedangkan fenomena pendidikan

yang penulis maksud adalah gejala-gejala yang ada dalam dunia

pendidikan.

4. Anak Orang Miskin

Miskin berarti tidak berharta benda serba kekurangan

(berpenghasilan sangat rendah).9 Maka anak orang miskin yang dimaksud

anak atau keturunan orang yang dalam kehidupannya berpenghasilan

sangat rendah.

(15)

Selanjutnya untuk melengkapi pengertian operasional dari variabel

yang digunakan dalam judul penelitian ini, diuraikan pula definisi

operasional dari variabel tersebut sebagaimana berikut ini :

a. Demokratisasi Pendidikan

Untuk mengukur adanya demokratisasi pendidikan ditentukan indikator

barikut in i:

1) Setiap anak harus mendapat kesempatan yang sama untuk

menikmati pendidikan sekolah. Maksudnya semua warga negara

atau anak didik mampunyai hak yang sama untuk memperoleh

layanan pendidikan, konsekuensi kebijakan ini dikenal dengan

istilah wajib belajar sembilan tahun yang berdasarkan instruksi

presiden (In Pres) Nomor 1 Tahun 1994 tentang wajib belajar

sembilan tahun. Misalnya anak orang miskin, mereka berhak

mendapatkan layanan pendidikan.

2) Setiap anak mendapat kesempatan yang sama untuk mencapai

tingkat pendidikan sekolah setinggi-tingginya. Bahwa semua warga

negara atau anak didik berhak memperoleh pendidikan tanpa melihat

aspek fisik. Misalnya orang yang cacat, mereka berhak untuk

mencapai tingkat pendidikan sekolah setinggi-tingginya.

b. Fenomena Pendidikan Anak Orang Miskin

Untuk mengukur fenomena pendidikan anak orang miskin

(16)

1) Uang saku harian rendah atau tidak tentu bahkan tak ada uang saku.

2) Peralatan sekolah atau buku-buku paket kurang lengkap

3) Administrasi pendidikan masih sulit dijangkau

4) Kurang terpenuhi kebutuhan sekolah (seperti iuran-iuran, SPP, dan

lain-lain)

5) Cara berpakaian masih sangat sederhana

C. PokokMasalah

Sebagai basic question atau pokok masalah dalam penelitian ini

adalah :

1. Bagaimana pelaksanaan demokratisasi pendidikan di Desa Karangkepoh ?

2. Bagaimana deskripsi pendidikan anak orang miskin di Desa

Karangkepoh?

3. Bagaimana altematif yang memungkinkan dapat dikembangkan dalam

pendidikan anak orang miskin di Desa Karangkepoh ?

D. Tujuan Penelitian

Sebagaimana konsekuensi dari permasalahan pokok, maka tujuan

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan demokratisasi pendidikan di Desa

Karangkepoh.

2. Untuk mengetahui kesesuaian konsep demokratisasi pendidikan tentang

pendidikan anak orang miskin di Desa Karangkepoh.

3. Mencari altematif pemecahan dalam pengembangan pendidikan anak

(17)

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan

masukan terutama pemerintah, para pakar pendidikan dan semua unsur yang

mendukung terlaksananya pendidikan khususnya dalam bidang perluasan dan

pemerataan kesempatan memperoleh pelayanan pendidikan dengan

memperhatikan aspek geografis, status sosial, ekonomi dan jender.

F. Metodologi Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini

dipilih agar permasalahan dapat di deskripsikan secara mendalam.

Penelitian ini dapat dikategorikan ke dalam jenis naturalistik fenomenologi

dimana data yang dikumpulkan menggunakan latar alami (Natural Setting)

sebagai sumber data langsung.10 Dengan pendekatan ini diharapkan dapat

mendeskripsikan data secara holistik, mengenai konsep demokratisasi

pendidikan tentang fenomena pendidikan anak orang miskin di Desa

Karangkepoh.

Pendekatan kualitatif fenomenologi ini dilakukan dengan

mengamati fenomena-fenomena dunia konseptual subyek yang diamati

melalui tindakan dan pemikirannya guna memahami subyek dari sudut

pandang subyek itu sendiri, dengan tidak mengabaikan membuat

penafsiran dengan membuat skema konseptual.

(18)

Pendekatan fenomenologi disebut verstehen apabila

mengemukakan hubungan diantara gejala-gejala sosial yang dapat diuji

bukan pemahaman empatik semata.11 Dengan metode verstehen ini

peneliti dapat memahami secara emic konsep. Pandangan-pandangan dan

gagasan-gagasan terhadap demokratisasi pendidikan tetang fenomena

pendidikan anak orang miskin di Desa Karangkepoh.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Januari

sampai dengan Februari 2006.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Karangkepoh,

Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali + 25 kilometer dari ibu kota

Kabupaten Boyolali. Desa Karangkepoh ini dipilih karena banyak orang

miskin yang belum mendapatkan kesempatan memperoleh layanan

pendidikan

4. Subyek penelitian

Pemilihan subyek penelitian ini menggimakan metode Snowball

yakni mulai dengan memilih informasi kunci seperti anak orang miskin di

Desa Karangkepoh, kemudian menggelinding ke informasi lain

berdasarkan referensi dari informasi kunci, begitu seterusnya sampai pada

batas jenuh, artinya jika sudah tidak ditemukan lagi informasi barn tentang

persoalan pendidikan anak orang miskin. 11

(19)

5. Tahapan kegiatan

Secara umum penelitian kualitatif dilakukan malalui tahapan

sebagai berikut : 1) pra lapangan, 2) kegiatan, 3) analisis intensify2

kegiatan penelitian ini juga akan dilakukan dengan tahapan sebagaimana

tersebut di atas. Pertama pra- lapangan meliputi : penyusunan persiapan

memilih lokasi penelitian, mengurus perijinan, menjajaki dan menilai

keadaan lokasi, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan

perlengkapan penelitian dan menjajaki etika masyarakat Desa

Karangkepoh, sebagian kegiatan ini sudah dilakukan dalam rangka studi

awal tentang lokasi. Kedua, tahap kegiatan lapangan meliputi memahami

latar penelitian, persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta

sambil mengumpulkan data. Tahap ketiga, berupa analisis intensif yakni

mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan

satuan uraian dasar sehingga menghasilkan temuan penelitian. Pentahapan

kegiatan ini akan dilakukan secara fleksibel dengan melihat perkembangan

data penelitian di lapangan.

6. Instrument Penelitian

Untuk dapat memahami makna dan penafsiran dari fenomena

pendidikan anak orang miskin, dibutuhkan keterlibatan dan penghayatan

langsung peneliti terhadap informan di lapangan. Oleh karena itu

instrument dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrument

kunci. Keuntungan peneliti sebagai instrument karena manusia memiliki 12

(20)

ciri-ciri responsive, mudah menyesuaikan diri (adabtable), menekankan

pada keutuhan (holistik), mudah memproses data dengan cepat, serta dapat

memanfaatkan kesempatan untuk menyelidiki respons yang tidak lazim.

7. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data secara holistik intregative relevan dengan

focus, maka teknik pengumpulan data yang akan dipakai meliputi : a)

wawancara mendalam ; b) observasi partisipan dan c) studi dokumentasi.

a. Wawancara mendalam merupakan teknik utama dalam penelitian ini.

Teknik ini dipakai untuk menangkap makna secara mendasar dalam

interaksi spesifik. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara

tidak terstruktur artinya pedoman wawancara yang hanya memuat garis

besamya yang akan ditanyakan,13 14 atau tanpa daftar pertanyaan yang

ketat. Dengan teknik ini diharapkan wawancara dapat dilakukan secara

personal sehingga dimungkinkan memperoleh informasi sebanyak

mungkin. Selain itu melalui wawancara tidak terstruktur juga

memungkinkan dicatat respons afektif yang tampak selama wawancara

berlangsung. Dengan wawancara mendalam diharapkan dapat diperoleh

data mengenai pendidikan anak orang miskin dan hambatan-

hambatannya ditinjau dari perspektif demokratisasi pendidikan.

b. Observasi Partisipan

Observasi partisipan ialah observasi yang dilakukan dengan

cara keterlibatan observer dalam kegiatan-kegiatan observasi

(orang-13 Ibid., him. 21

(21)

orang yang diobservasi).13 Teknik ini digunakan untuk melengkapi dan

menguji hasil wawancara yang diberikan oleh informan. Observasi

deskriptif secara luas dengan melukiskan secara umum situasi pendidikan

masyarakat Desa Karangkepoh, berikutnya dilakukan observasi terfokus

untuk menemukan kategori-kategori dan pola pendidikan di masyarakat.

Pada akhimya diadakan penyempitan dengan melakukan observasi

selektif (selektive observations) dengan mencari kebenaran konsep-

konsep. Semua hasil pengamatan dicatat sebagai rekaman pengamatan

lapangan (field note) yang nantinya akan dilakukan refleksi.

c. Studi Dokumentasi

Metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, buku kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.15 16 Teknik ini dilakukan

untuk mengumpulkan data dari sumber-sumber non insani.

Penggunaan studi dokumentasi ini didasarkan pada beberapa dasar

antara lain : 1) dokumentasi merupakan sumber informasi yang stabil,

akurat, dan dapat dianalisis kembali; 2) dokumentasi merupakan

sumber informasi yang secara kontektual relevan dan memadahi; 3)

dokumentasi merupakan pemyataan legal yang dapat memenuhi

akuntabilitas; 4) sumber ini bersifat non reaktif, sehingga tidak sukar

ditemukan dengan teknik kajian isi. Studi dokumentasi dalam

penelitian ini akan dipakai untuk mencari data. Data yang berhubungan

dengan peta pendidikan masyarakat Desa Karangkepoh.

(22)

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema.17 Data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menelaah

data, menata, membagi menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesis,

mencari pola dan mencari makna dari kondisi situasi masyarakat Desa

Karangkepoh.

Langkah berikutnya adalah mengorganisasikan data ke dalam

kategori-kategori yang ditentukan. Masing-masing kategori dibuat dalam

bentuk preposisi untuk selanjutnya disimpulkan sebagai temuan penelitian

mengenai fenomena pendidikan anak orang miskin di Desa Karangkepoh.

H. Sistematikan Penulisan Skripsi

Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan membahas masalah yang

sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Adapun pembahasan skripsi ini

adalah sebagai berikut:

BAB I : Dalam bab ini berisikan tentang pendahuluan meliputi : Latar

Belakang Masalah, Penjelasan Istilah, Pokok Masalah, Tujuan

Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian Serta

Sistematika Penulisan Skripsi.

BAB II : Dalam bab ini berisikan tentang landasan teori meliputi ;

demokratisasi pendidikan pada umumnya. Demokratisasi

pendidikan di Indonesia serta kondisi sekolah di Indonesia.

17

(23)

BAB III : Deskripsi pendidikan anak orang miskin di Desa Karangkepoh

yang berisikan latar belakang pendidikan anak orang miskin di

Desa Karangkepoh dan kondisi pendidikan anak orang miskin di

Desa Karangkepoh. *

BAB IV : Model alternatif pendidikan anak orang miskin di Desa

Karangkepoh

A. Mengaeu pada pendidikan formal

- Jenjang dasar melalui paket A dan SMP terbuka

- Jenjang menengah di paket B

- Jenjang tinggi melalui ekstensi

B. Bagi anak didik yang tidak mampu melanjutkan sekolah

sebagai altematifnya dengan mengikuti kursus-kursus

ketrampilan.

BAB V : Merupakan bagian akhir penulisan yang tercakup di dalamnya

(24)

, v \ A. Demokratisasi Pendidikan pada Umumnya

Revolusi demokrasi pecah hampir bersamaan ' waktunya/ dengan

munculnya revolusi mdustri. Hal ini barangkali bukan kcbetulQ,xkarena

adanya revolusi industri telah menimbulkan berbagai perubahan, baiVdalam

lingkungan keluarga, hubungan keija, kehioupan individu. Kesemua itu

inemerlukan tatanan sosial baru yang barus dikembangkan befdasarkan nilai-

nilai demokrasi.

Demokrasi kata orang sering dikonotasikan sebagai suatu kebebasah.

Dijaminnya kebebasan berbicara, berpendapat, berpikir, berkehendak, dan

berperilaku, tanpa ada yang memaksa dan terpaksa, menekan dan tertekan dan

lain-lain, merupakan ciri dari suatu masyarakat yang demokratis.1 Sehingga

apapun yang bersifat bebas seolah-olah identik dengan demokrasi itu sendiri.

Ciri utama kehidupan yang demokratis adalah kebebasan dalam

mengeluarkan pendapat, yang dengan sendirinya mengakui kesepakatan

umum bahwa demokrasi hanya berkcmbang jika dalam masyarakat tumbuh

kebiasaan-kebiasaan bahwa perbedaan tidak mengakibatkan permusuhan dan

perbedaan tetap sanggup mengikat semua dalam komitmen bersama mengabdi

kepada kepentingan orang banyak, kepentingan bangsa dan negara.1 2

1 Ismail SM dan Abdul Mukti, PenditHkun Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta, 2000, him. 54

2H. Rudini, A t as Nama Demokrasi Indonesia, PT. Bayu Indra Grafika, Yogyakarta, 1994, him. 48

(25)

guna mencipt ikan kesejahleraan, mcncgakkan koadilan bails sceata sosiul,

ekonomi maupun politik. Den pan kata lain berbicara tentang demokrasi adalah

berbieara tentang menlalilas bangsa.

Demokrasi dapat tercipta bila masv; rakat membangun kesadaran

sendiri tentang pentingnya demokrasi dalam kehidupan herbangsa, bernegara

dan bermasyarakat. Sebaliknva negara sebagai instrumen politik dan ekonomi

harus memiliki political will untuk mendukung lerwujudnya demokrasi. Hal

ini dapat uilakukan dalam berbagai aspek kehidupan mamisia.

Masyarakat yang selaras dengan tradisi demokrasi biasanya akan

menggempur semua kekuatan yang cenderung memproduksi perbedaan-

perbedaan sosial dan kelus-kelas. Dengan kata lain masyarakat demukratis

berusaha menjalin kehidupan bersama, dimana setiap laki-laki maupun

perempuan memiliki martabat sebagai manusia yang bebas. Martabat sebagai

manusia bebas ini menyebabkan manusia berhak memilih keyakiran dan

pendirian yang tidak bisa diubah seeara paksa oleh siapapun.

Masyaraka* demokrasi menginginkan pemerintahan yang demokrasi

pula. Pemerintahan demokrasi biasanya akan bersandar pada kekurangan vang

bersumber pada kemampuan dan pengetahuan warga masyarakat. Oleh sebab

itu, setiap pemerintahan demokrasi akan memberikan kesempatan seluas-

(26)

banyaknya warga yang memperoleh pendidikan dan semakin tinggi tingkat

pendidikan yang diperoleh, semakin kuat pemer ntahan demokrasi.

^ D a \a m pcmerintahar. demokrasi setiap orang harus diperlakukan sama

untuk mcndapatkan pendidikan, karena kesempatan untuk dapat menikmati

pendidikan, baik laki-laki maupun perempuan bagi setiap orang muda usia

sekolah yang dapat dididik harus mendapat kesempatan untuk dididik^Dalam

ajaran Islam mengajarkan agar anak perempuan dan laki-laki diberi

kesempatan yang sama untuk memperoleh pelayanan pendidikan sesuai

dengan ptensi, bakat, dan minat masing-masing. Nabi secara tegas

mewajibkan setiap muslim laki-laki dan perempuan menuntut ilmu.

(jvLw >J KlLvktAJ

“Menuntut ilmu (belajar) adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan” (HR. Bukhari dan Muslim) ^

Demokrasi dan pendidikan mempunyai hubungan yang saling

mcnunjang, karena pendidikan yang sifatnya demokratis akan menempatkan

anak sebagai pusat perhatian, melalui pendidikan anak-anak ditempatkan

sebagai manusia yang dimanusiakan. Pendidikan hanya memberikan layanan

yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan optimal anak sekolah

harus dikembalikan menjadi milik si anak lagi, anak harus dianggap, dinilai,

didampingi dan diajar sebagai anak bukan sebagai orang tua mini, atau prajurit

mini, melainkan sebagai anak yang diberikan kesempatan untuk bebas sesuai

'Firdiiu: M Yunus, Pendidikan Bcrbasis Rcalitas Sosial, Logung Pustaka, Yogyakarta,

2004, him S8

(27)

dengan kapasitas sebagai anak. Dengan demikian proses demokrasi bisa

berjalan dengan baik.

Siswa di sekolah harus merasakan bahwa sekolah bagi mereka

sungguh merupakan surga kecil yang menggembirakan, di sekolah siswa harus

dihargai, dipahami dan tidak dibodoh-bodohkan maupun diejek-ejek.

Khususnya anak dari masyarakat miskin, biasanya anak >dari masyarakat

sering dibodoh-bodohi, dipojokkan, diejek, dihina atau dibiarkan semaunya.

Peran guru di sini penting sekali untuk menvembuhkan rasa sakit aKibat

ketakutan yang menimpa anak masyarakat miskin.

Pendidikan demokratis harus memiliki tujuan menghasilkan manusia i

yang mampu beremansipasi dalam kehidupan masyarakat dan mampu

mempengaruhi pengambilan kebijakan publik. Dengan kata lain pendidikan

harus mempu menanamkan kesadaran dan membekali pengetahuan warga

dalam masyarakat demokratis. Untuk itu, dalam diri setiap peserta didik harus

ditanam dan dikembangkan sikap politik, meskipun sekolah bukan lembaga

politik, namun memiliki dampak yang signifikan atas proses politik lewat

tafiggung jawab sckolahd alam membekali peserta didik dengan pengetahuan

dasar tentang kehidupan sosial, ekor.omi dan politik, serta mengembangkan

daya kritis dan kejujuran dalam berkomunikasi dengan masyarakat. Lebih dari

itu sekolah memiliki tanggung jawab melengkapi peserta didik dengan

kemampuan memerankan fungsinya sebagai anak bangsa di lingkungan

(28)

Sejalan dengan itu, pendidikan demokratis mutlak diperlukar.. *)

Pendidikan demokratis bertujuan mempersiapkan warga inasyarakat berpikir

kritis dan bertindak demokratis, untuk itu hams memperhatikan tiga hal

sebagai awal dari kesadaran dalam berdemokrasi. Pertama, demokrasi adalah

bentuk kehidupan bermasyarakat yang paling menjamin hak-hak warga

masyarakat itu ;> endiri. Kedua, demokratis adalah suatu learning process yang

tidak dapat begitu saja meniru dari masyarakat lain. Ketiga, kelangsungan

demokrasi tergantung pada keberhasilan mentransformasikan nitai-nilai

demokrasi, persamaan hak dan keadilan, serta loyal terhadap sistem politik »

yang bersifat demokratis.5

k 8. Demokratisasi Pendidikan di Indonesia

Pengalaman bangsa Indonesia, khususnya pada periode reformasi

sekarang ini, bahwa proses transisi dan konsolidasi demokrasi tidak akan

dapat dilalui dengan baik hanya dengan mengandalkan agenda political

crafting semata. Lebih-lebih bila modal atau kontrol sosial dimasukkan dalam > kerangka perhitungan, maka political crafting tidak akan berbicara banyak

v berkaitan dengan perubahan sikap dari para pelaku politik. Dalam konteks ini

modal atau kontrol sosial menjadi penting untuk melengkapi penciptaan kiat-

kiat politik yang inemungkinkan demokrasi berkemban karena modal atau

kontrol sosial merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan berfungsi

tidakr.ya demokrasi dalam suatu masyarakat. Agak disayangkan modal atau

kontrol sosial inilah yang selama ini tidak muncul dalam perbincangan tentang

(29)

pengembangan demokrasi, baik dalam masa transisi ini, atau pada

sebelumnya, perbincangan demokrasi selalu terfokus pada struktur politik,

hukum atau perundang-undangan yang sesuai. Sementara hal-hal lain yang

berkaitan dengan budaya, pendidikan tidak banyak tersentuh.

Padahal masyarakat Indonesia akan menuju ke arah masyarakat

industri. Masyarakat industri adalah masyarakat terbuka, keterbukaan tersebut (

-t

pCrlu ditunjang oleh kemajuan iptek dan kemudahan-kemudahan

berkomunikasi. Keterbukaan masyarakat merupakan suatu proses yang tidak

dapat dibendung sejalan dengan menderunya proses demokrasi yang melanda

kehidupan manusia dewasa ini. Demokrasi cepat atau lam’oat akan muncul dan

terus berlangsung. '

Demokratisasi yang sedang bergulir di Indonesia saat ini merupakan ^

suatu tantangan sekaligus peluang yang perlu disikapi secara sadar oleh

seluruh komponen penegak demokrasi seperti birokrasi pemerintah, partai,

politik, kelompok gerakan, kalangan pers dan masyarakat pada umumnya.

Sebagai tantangan karena agenda demokratisasi cukup banyak seperti dalam

bidang politik, ekonmi, hukum, pendidikan dan sosial budaya. Sedangkan

sebagai peluang menjadi Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

yang dapat menerapkan prinsip dan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan

kemasyarakatan dan kenegaraan6

Demokrasi pada dasamya ialah penghormatan pada nilai-nilai

kemanusiaan, tanpa penerapan nilai demokrasi, perkembangan kreatifitas tidak

(30)

mungkin menjadi sumber bagi peningkatan hidup manusia. Demokratisasi

sebagai proses pendidikan mempunyai dampak yang sangat besar dalam f

prases perencanaan dan manajemen pendidikan. Di dalam bidang ini dituntut

suatu peralihan dari perencanaan dan manajemen pendidikan yang birokratis

ke arah perencanaan manajemen terbuka dan fleksibel.

Perubahan orientasi perencanaan manajemen pendidikan dari

pendekatan birokratis dan sentralistis ke pendekatar. yang demokrtis akan

mengubah pola metodologi dan perencanaan manajemen pendidikan. Dalam

proses perencanaan dan manajemen yang berdasarcar. prinsip-prinsip

demokratis dan peningkatan mutu pendidikan, maka proses perencanaan akan

dititik beratkan berdasarkan manajemen sumber-sumber pendidikan. Iniiah

proses perencanaan dan manajemen pendidikan yang humanistik yang

»

menjadi manusia Indonesia, sebagai titik tolaknya.

Demokrasi pendidikan pada dasamya dapat dilihat dalam dua sudut

pandang, pertama, demokrasi secara horisontal, bahwa setiap anak harus

mendapat kesempatan yang sama untuk menikniati pendidikan di sekolah. Di

Indonesia hal ini jelas sekali tercermin pada UIJD 1945 pasal 31 ayat 1 yaitu

“tiap-tiap warga negara mendapat pengajaran”. Kedua demokrasi secara

vertikal, bahwa setiap anak mendapatkan kesempatan yang sama untuk

mencapai tingkat pendidikan sekolah setinggi-tingginya, sesuai dengan

kemampuannya. Dengan aemikian demokratisasi pendidikan merupakan

upaya yang memungkinkan warga negara memperoleh layanan pendidikan

yang sesuai dengan tuntutan kemajuan zaman. Karena dengan pendidikan,

(31)

optimal, sehingga ia mampu melaksanakan tugas-tugas sebagai khalifah di

muka bumi dalam rangka memakmurkan kehidupan di muka bumi. ,

Dalam A1 Qur'an Allah berfirman :

mengingatkan setiap muslim dalam mendidik anak agar senantiasa

memperhatikan aspek iman dan moral agama sebagai landasan sikap dan

perilaku serta aspek ilmu dan teknologi secara seimbang, tanpa membedakan

Demokrasi di sekolah dan dalam masyarakat harus didukung secara

berkelanjutan agar pendidikan nasional dapat diselenggaakan secara

demokratis untuk semua warga fr^gara Indonesia. Maka, pemerintah tidak

boleh mengcsampingkan antara sekolah negeri dengan sekolah swasta, atau

antara pendidikan di pusat kota dengan pendidikan di pelosok desa.

Pelaksanaan pendidikan harus mengikuti tuntutan lokal, nasional maupun

transnasional, sehingga pendidikan nasional dapat menuju kepada

kemandirian, keunggulan untuk meraih kemajuan dan kemakmuran

berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam Paneasila.

' Yayasan Penyelenggara Penteijemah/Pentafsir A1 Qur'an, A l Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta, 1971, him. 911

8Fuaduddin TM, op. cit, him. 17

Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang heriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (Al Mujadilah : I l f

Berdasarkan pemaparan ayat di atas terlihat betapa Al Qur'an telah

(32)

Terlaksananya demokrasi dalam pendidikan guru dan murid,

merupakan subjek utama bagi proses demokratisasi, pendidikan di sekolah.

karena sekolah sebagai sarana dalam mengembangkan sika,p demokrasi, maka

kebebasan berbicara, kebebasan mengungkapkan gagasan, kemampuan hidup

bersama dan keterlibatan sisv/a dalam berbagai kegiatna perlu diperhatikan

oleh sekolah (terutama sekali dengan diberlakunya Undang-undang Sistem

pendidikan Nasional pasal 13 ayat 1 yr.ng memberikan kebebasan

mendapatkan pendidikan agama kepada setiap peserta didik sesuai dengan

agama yang dianut dan diajarkan oleh pendidik yang seagama). Tidak dapat

diingkari bahwa mewujudkan sekolah demokratis tidaklah mudah. Ada

beberapa alasan tentang sulitnya membangun sistem demokrasi di sekolah.

Pertama, filsafat dan anggapan dasar pendidikan yang masih menganggap

anak didik sebagai tabularasa, yaitu kertas kosong yang hams diisi oleh

pendidik. Kedua, metode pengajaran yang masih tertumpu pada konsep

banking system. Ketiga, bahan pelajaran yang masih banyak berasal dari buku

atau beberapa praktikum bidar.g sains, kurang menggali dari persoalan

masvarakat. Keempat, sikap guru yang indoktrinatif. Kelirna suasana sekolah

yang multikultural. Keenam, kurikulum ditentukan oleh pemenntah pusat

yang tidak memungkinkan siswa, gum, sekolah, orang tua dan masyarakat

untuk membicarakannya. Ketujuh, kegiatan be1 ajar siswa yang berpusat di

lingkungan sekolah, tidak memanfaatkan masyarakat di luar sekolah sebagai

tempat belajar anak didik.9

1

(33)

Pendidikan demokratis pada dasarnya su< ah merjadi keniscayaan yang

harus disikapi secara positif oleh semua kompoi ten yang terlibat di dalamnya,

terutama pemerintah, para pakar pendidikan dan semua unsur yang

mengandung terlaksananya pendidikan. ICarena bagaimanapun sebagai sebuah

sistem, pendidikan harus meliBatkan semua pihak. Dengan demikian,

penoidikan demokratis aka.i melahirkan geneasi masa depan yang cerdas. Di

sini perlu dipahami bahwa pendidikan demokrasi tidak terpaku pada pola

tertentu, dalam pengertian bahwa prinsip deinc krasi perlu ditanamkan sedini

mungkin, seperti kebebasan berdialog, membangun tradisi ilmiah. Tanpa

memperhatikan unsur-unsur tersebut jangan harap bahwa institusi pendidikan

bisa menghasilkan generasi yang mandiri, cerdas dan demokratis.

C. ivondisi Sekolah di Indonesia >

Salah satu tujuan negara yang diamanatkan dalam pembukaan

Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Para pendiri negara memahamt betul, untuk bisa mewujudkan cita-cita

tersebut pendidikan menjadi prioritas utama. Namun, sektor pendidikan yang

merupakan a I at untuk mencapai cita-cita itu saat ini terus mengalami

keterpurukan. Berbagai tnasalah yang bermunculan terus rnenggerogoti, mulai

dari bangunan sekolah yang kondisinya menyedihkan hingga permasalahan

yang sifatnya akademis seperti kurikulum. Lebih parah lagi, beragam

permasalahan itu cenderung dibiarkan.10

(34)

pengaruhnya terhadap sekolah. sekolah yang seharusnya menjadi alat untuk

mencerdaskan, memben keterampilan, bahkim untuk mencapai kesejahteraan

masyarakat, tidak lebih dari tempat indoktrinasi. Sekolah hanya menjadi

pewarisan dan pelestarian nilai-nilai resmi yang sedang berlaku dan direstui

oleh pemerintah. Tak aneh jika terjadi penyeragaman mulai dari pakaian >

hingga mata pelajaran.

Di sisi lain, selain kondisi bangunan dan alat penunjang kegiatan

belajar mengajar yang tidak layak, mutu kepala sekolah dan guru pun

tergolong buruk. Pada tingkat SD misalnya, menurut Direktur Tenaga

Kependidikan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen)

Depdiknas, 50 persen guru di Indonesia tidak memenuhi standar kualifikasi

untuk mengajar sebagaimana yang dipersyaratkan oleh pemerintah." serta

ketersediaan buku pelajaran di sekolah tak kalah buruk, prosentasenya cuma

sebanyak 20 persen. Artinya, satu set buku digunakan untuk lima siswa

sehingga dalam penggunaannya akan sangat menyulitkan siswa. Selain itu,

pemerintah sendiri sebenamya telah memprogramkan ketersediaan satu buku

(teks wajib) untuk satu siswa.

Masalah drop out lebih parah iagi. Ratusan ribu anak mesti bergulat di

jalan karena tak mampu melanjutkan sekolah. Poda tahun 2000/2001, dari

(35)

hanya 72,12 persen yang mampu melanjutkan ke jenjang sekolah lanjutan.

Beidasarkan penyelidikan tentang anak-anak putus sekolah yang hasilnya

dilaporkan oleh UNESCO antara lain menyimpulkan bahvva putus sekolah >

lebih banyak terjadi pada sekolah-sekolah di desa dari pada di kota. Faktor

utama yang menvebabkan anak putus sekolah adalah kemiskinan atau ketidak

mampuan orang tua untuk membiayai anak-anakr.ya.12 Yang dimaksud

dengan putus sekolah adalah anak tidak dapat menamatkan pendidikan formal

yang diikutinyai di sekolah. ataupun tidak dapat menikmati pendidikan formal

dalam waktu yang lama. Dari gambaian ini menunjukkan bahwa sebagian

besar anak yang putus sekolah maupun yang tidak berkesempatari belajar di

sekolah tejradi di daerah pedesaan karena kemiskinan orang tua. Tetapi ada '

yang berasumsi bahwa keadaan anak usia sekolah yang tidak tertampung

atuapun yang putus sekolah terdapat juga di DKI Jakarta. Alasannya, dari f

p^nduduk kota Jakarta yang beijumlah 5 juta orang sebagiannya adalah

golongan yang berpenghasilan rendah. Pada umumnya golongan masyarakat

yang berpenghasilan rendah di Jakarta bertempat tinggal di daerah

perkampungan ataupun di daerah pinggiran kota. Laporan pemerintah DKI

Jakarta menunjukkan bahwa dewasa ini di ibu kota masih terdapat paf ng

sedikit 90.000 dari rumah tangga tidak mampu, yang belum berkesempatan ^

untuk belajar pada sekolah-sekolah formal.

(36)

Sebenamya bantuan untuk pendidikan memang jumlahnya cukup

besar, apalagi terdapai andil berbagai lembaga intemasional. Cotitohnya,

seperti bantuan dari International Bank for Reconstruction and Development I

(IBRD) yang memberikan bantuan operasional terhadap sejumlah lembaga

pendidikan. Hal yang sama dilakukan oleh pemerintah Belanda, yang

memberikan hibah untuk membangun sekolah-sekolah yang hancurkarena

kerusuhan. Ini belum terhitung bantuan dari berbagai perusahaan besar yang

mengucurkan dana pada sejumlah sekolah maupun siswa yang tidak mampu. f Seperti halnya yang dilakukan Perusahaan Penerbangan Singapura Airlines

(S£A), yang memberikan bantuan biaya pendidikan sebesar Rp. 10 milyar bagi

pelajar Indonesia di tingkat SD, SLTP, SLTA hingga perguruan tinggi. Dana

itu dibagi untuk masa 7 tahun dan dialokasikan pada 4.000 pelajar. Tapi

bagaimana dampak bantuan-bantuan itu? Apakah bantuan ini memang

mengangkat banyak orang miskin sehingga mampu menikmati pendidikan?

Atau bantuan ini tclah berhasil mendirikan sekolah yang kokoh, baik dalam ^

bantunan maupun metodologi pengajaran? Semua harapan ini jauh dari

maksud semula. Sekolah nyatanya masih belum bisa menjangkau kebutuhan

riil mayoritas warga miskin.1’

Anehnya ketergantungan masyarakat terhadap sekolah semakin

bertambah. Padahal sekolah bukan satu-satunya institusi tempat peserta didik

belajar. Karena ada dua tempat lainnya yang juga memiliki fungsi sama yaitu

keluarga dan lingkungan. Namun prakteknya, hanya sekolah yang

direpresentasikan sebagai tempat berlangsungya pendidikan. Bahkan,

(37)

masyarakat yang menganggap telah menyelesaikan kewajiban mendidik

setelah menyekolahkan anaknya. Kewajibannya dianggap tinggal

menyelesaikan urusan admird strati f atau fmansial dengan sekolah.14

Sekolah dianggap sebagai tempat ajaib yang mampu memproduksi ;

mmnusia super. Posisinya ditemptkan hampir setara dengan agama. Anak yang

tidak sekolah dianggap sama dengan orang yang tidak beragama, yang kelak

akan hidup sengsara. Apalagi di era yang serba formalistik seperti sekarang,

tuntutan dunia keija lebih memprioritaskan mereka yang secara formal

mengenyam kursi sekolah. semakin tinggi jenjang yang ditempuh sernakin

tinggi pula posisi yang ditawarkan.

Hampir semua orang di negeri ini berpikiran bahwa belajar itu sekolah.

orang dikatakan sedang belajar, ya pada saat bersekolah. Selain di sekolah,

dikatakan belum belajar. Makanya orang menyebut kaum terpelajar itu, ya

mereka yang pemah memkmati bangku sekolah.

)

Tingginya permintaan pada sekolah membuat nilai jual institusi ini

semakin mahal. Walau pemerintah menggulirkan program wajib belajar

sembilan tahun yang mestinya diiringl dengan pembebasan biaya sekolah

minimal pada tingkat SLTPN, kenyataannya biaya sekolah semakin

berlambah mahal. Pada akhimya sekolah diposisikan sebagai komoditi bagi

para pelaksananya untuk mengeruk kentungan sebesar-bcsarnya. Sebagai

komoditi, mereka yang bisa memberi uang banyak akan mendapat pelayanan

ijrbaik, sedangkan mereka yang tidak memiliki uang, jangan berharap bisa

kolah.

(38)

belum mampu memenuhi kewajibannya. Biasanya sangsi ditimpakan pada

siswa, misalnya, dengan cara mengucilkan atau menegur di depan kelas. Tapi

cara yang paling umum dipakai adalah dengan menahan hak-hak siswa, seperti y

rapat atau ijazah. Walaupun menganggap sekolah penting tapi karena biaya

sangat mahal, orang tua siswa berpikir dua kali untuk inelanjutkan sekolah

anaknya. Mereka menganggap semakin tinggi level pendidikan semakin besar

biaya yang harus ditanggung sehingga lebih memilih nendorong anaknya

untuk bekerja atau kawin.13

Lain ada lagi sementara dalam masyarakat yang beranggapan bahwa

yang paling penting ialah sekolah. jenis sekolah tidak menjaai soal. Pokoknya

mereka atau anak mereka bisa masuk sekolah. belajar di sekolah atau lembaga

pendidikan tinggi yang kurang sesuai dengan mmat dan bakat anak dipandang

rnasih lebih baik daripada belajar pada suatu ki rsus atau lembaga pendidikan

non-formal lainnya, sekalipun program pendidikan di lembaga terakbir ini

mungkin lebih sesuai dengan minat dan bakat sang siswa. Karena jumlah

golongan yang berpendirian sepeitf ini cukup besar. maka tumbuhlah dengan

ama> pesatnya dalam masyarakat kita lembaga-lembaga pendidikan formal

yang tidak cukup memperhatikan kebutuhan khusus masyarakat yang

cilayaninya. Mereka menyajikan program-program standar yang sudah ada

tanpa pemah memikirkan, apakah program-program tadi masih sesuai dengan

(39)

kebutuhan nyata yang ada. Hasilnya ialah orang-orar.g yang tamat sekolah,

berijazah, tetapi tidak memahami masalah zaman.16

Sebenarnya dimanapun negara yang pendidikannya maju, tidak ada

pendidikan yang murah. Pendidikan itu mahal. Dulu maupun sekarang, tugas

pendidikan tetap saja sania. Mencerdaskan dan inendewasakan anak didik.

Dulu maupun sekarang tugas pejabat pendidikan sama, membuat pendidikan

murah dan bila menampung semua vvarga. Negara ini bisa merdeka jika rakyat

makin dapat akses dan kesempatan yang sama. Terutama kesempatan untuk

menikmati pendidikan. Tepat jika kemudien mereka mendcrong agar

pendidikan itu bisa murah. Apa keistimewaan pendidikan yang murah. Ada

banyak jika mau disebutkan, diantaranya pendidikan murah dapat membikin

banyak orang bergembira. Perasaan senang ini merupakan tugas utama

sekolah sebab dengan kegembiraan dapat merigerjakan apa saja. Orang tua

adalah pihak yang paling diuntungkan andai kata pendidikan itu murah. Masak

tiap tahun ajaran baru, ada banyak penduduk negeri ini yang mengeluh soal

biaya sekolah. yang mahal, yang tidak transparan hingga cemas kalau nanti

dikorup. Agak menggelikan jika pendidikan kemudian mensejajarkan diri

dengan bisnis real estate yang selalu saja mengalami keraikan seiring dengan

harga tanah yang membumbung. Pendidikan itu adalah kebutuhan yang

membikin seseorang disebut sebagai makhluk berakal. Karenanya pendidikan

adalah kebutuhan pokok dan primer. Jika bangsaini memangpunyatujuan

untuk melindungi rakyat maka pendidikan murah adalah bukti keberadaan

negara. Tetapi jika pendidikan mahal maka tidal: saja negara menghina rakyat

(40)

tetapi juga mcnganiaya rakyatnya seniri. Yang selanjutnya pendidikan murah

juga menggalang kepedulian masyarakat pada soal pendidikan. Masyarakat

tidak bisa tidak akan memiliki kepedulian dengan pendidikan yang murah.

Kepedulian yang bisa berwujud banyak aktivias. akan tetapi yang paling

penting, kepedulian ini dipacu oleh keikut oertaan banyak pihak dalam

lembaga pendidikan. Murah karenanya mcmerlukan uluran bantuan,

sokongan, dan kebijakan dari berbagai pihak. Dengan ongkos yang murah

maka kualitas bisa ditingkatkan jika ada kebijakan maupun dukungan pihak-

pihak di luar sekolah. selair itu pendidikan murah akan mengakhiri

pengangguran. Sebab sekolah akan dinikmati oleh semua penduduk usia

p.oduktif, Bersamaan dengan pendidikan murah maka sekolah dibuka pada

semua jalur dan ini membikin pendidikan akan memiliki pengetahuan yang

jauh lebih baik. Pendidikan akan mengakibatkan tampilnya generasi yang jauh

lebih cerdas dan ini sekaligus akan meningkatkan kualitas sumber daya

manusianya. Merekalah yang akan mampu memasuki dunia kerja, tidak

sebatas sebagai tenaga buruh tetapi juga tenaga ahli yang iViumpuni. Kuba

rnerupakan contoh bagaimana pemerintah yang menggratiskan sekolah pada

akhimya akan memperoleh kualitas penduduk yang jauh lebih baik. Malaysia

juga rnerupakan contoh dari bagaimana pendidikan lebih diutamakan dan

penduduk kini secara kualitas jauh di atas Indonesia.

Kalau mau disebutkan tentu ada banyak hikmah dan keuntungan jika

pendidikan itu murah. Catatan tebal yang hams digoreskan saat ini adalah

bagaimana mengubah dan menyulap pikiran “komersiil” pada sejumlah orang

(41)

digaji rendah tapi tetap mau mengajar. Kita tidak hanya butuh murid nekad,

yang meskipun orang tuanya miskin tetapi tetap beijuang untuk sekolah. kita

tidak hanya butuh orang tua pemCtfrani, meski dibebani biaya mahal tapi tetap

meinaklumi. Akan tetapi yang kita perlukan saat ini adalah pejabat yang

bemyali, berotak encer, dengan sikap keberpihakan yang lugas. Pejabat

pendidikan yang bukan ikut kemana arah kebijakan tetapi pejabat yang

memiliki keberanian untuk tahu kalau pendidikan adalah solusi penting untuk

menyelesaikan banyak soal yang menimpa bangsa ini. Pejabat itu bisa

menteri, kalangan parlemen, kalangan Diknas dan bahkan mungkin presiden.

Kepada merekalah tanggung jawab jawab dan mandat utama untu < urusan

17 ^

pendidikan.

Merosotnya kualitas pendidikan tak bisa dipisahkan dari kebijakan

negara pada sektor pendidikan. Menyamakan lembaga pendidikan dengan

lembaga keuangan jelas merupakan keputusan yang keliru. Literalisasi

pendidikan pada hakekatnya telah memasung akses siswa yang tidak mampu l

untuk menikmati sekolah. Padahal sejak bangsa ini ditimpa krisis jumlah

mereka yang berada d' garis kemiskinan makin membumbung. Apalagi

pemerintah juga kian sering mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang anti

orang misKin, seperti kebijakan penggusuran. Karenanya ada kebutuhan untuk

melakukan perombakan pada kebijakan yang menyangkut pendidikan dan ini

bisa dikerjakan jika pemenntah juga mengeluarkan kebijakan yang berpihak C

pada kaum miskin.

17Eko Prasetyo, op. c it, him. 214

(42)

Komersialisasi pendidikan mutlak hams dihentikan karena hanya

memunculkan sekelompok orang yang menggu lakan pendidikan sebagai alat

untuk mendapatkan keuntungan. Dengan pendidikan yang berorientasi populis

maka persoalan menyangkut akses bisa disclesaikan secara berangsur-angsur.

Akan tetapi jika pendidikan hanya diserahkan urusannya pada segelintir orang

yang bermotif laba, musibah pasti muncul : pendidikan kian mengasingkan

>

diri dari kebutuhan riil rakyat. Karenanya ada kebutuhan besar untuk

memmuskan ideologi pendidikan yang tidak berhamba pada laba. Jika

pendidikan memberikan jaminan pada pembeiian biaya yang murah dan ini

ditunjukkan dari kebijakan negara, raaka pendidikan akan dapat tnenampung

warga miskin yang jumlahnya terns membumbung. Pengentasan kemiskinan I

tak bisa diselesaikan dengan kebijakan ekonomi semata tetapi juga melalui

keputusan untuk membiku pendidikan menjadi kian murah.

(43)

DI DESA KARANG KEPOH

A. Latar Belakang Pendidikan Anak Orang Miskin di Desa Karang Kepoh

i

Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merup'akan kebutuhan

mutlak yang hams dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali

mustahil suatu kelompok mrnusia dapat hidup berkembang sejaian dengan

aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep

pandangan mereka. )

Semakin tinggi cita-cita manusia semakin menuntut kepada

peningkatan mutu pendidikan sebagai sarana mencapai cita-cita tersebut. akan

tetapi di balik itu, karena semakin tinggi cita-cita yang hendak diraih, maka

semakin kompleks jiwa manusia itu, karena didorong oleh tuntutan hidup

(rising demands) yang meningkat pula. Itulah sebabnya pendidikan beserta

lembaga-lembaganya hams menjalani cermin dari cita-cita kelompok manusia C

di satu pihak dan pada waktu bersamaan, pendidikan sekaligus menjadi

lembaga yang mampu mengubah dan meningkatkan cita-cita hidup kelompok

manusia sehingga tidak terbeiakang dan statis.

Untuk memajukan kehidupan mereka itulah, maka pendidikan menjadi > sarana utama yang perlu dikelola, secara sistematis dan konsisten beidasarkan

berbagai pandangan teoretikal dan praktikal sepanjang waktu sesuai dengan

lingkungan hidup manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk yang dinamis,

(44)

dan bercita-cita ingin meraih kehidupan yang sejahtera dan bahagia dalam arti

>

yang luas, baik labiriah maupun batiniah, duniawi dan ukhrawi. Namun cita-

cita demikian tak mungkin dicapai jika manusia itu sendiri tidak berusaha

keras meningkatkan kemampuannya seoptimal mungkin melalui proses

pendidikan. Karena proses kependidikan adalah suatu kegiatan secara bertahap

beidasarkan pen ncanaan yang matang untuk mencapai tujuan atau cita-cita

tersebut.

Di sisi lain masalah kemiskinan sekarang ini masih nieiupakan

penyakit kronis, terutama di negara-negara berkembang. Di Indonesia,

masalah kemiskinan telah tcrasa sejak jaman kolonial Belanda. Pemerintah

kolonial pada waktu itu menyadari bahwa dari waktu ke waktu masyarakat

pqdesaan terutama di Jawa, menjadi semakin miskin. Kesejahteraan

masyarakat pedesaan semakin rendah. Pemilikan tanah semakin menyempit

sementara penduduk bertambah dengan cepat.

Kemiskinan pada dasamya dapat di'oedakan menjadi dua, yaitu

kemiskinan kronis (chronic poverty) atau kemiskinan struktrual yang teijadi

terus menerus dan kemiskinan sementara (transient peoverty) yang ditandai

dengan menurunnya pendapatan masyarakat secara sementara sebagai akibat

dari perubahan siklus ekonomi dari kondisi normal menjadi kondisi krisis dan

bencana alam. Masyarakat miskin umumnya lemah dalam memenuhi

kebutuhan-kebutuhan dasar seperti pangan dan gizi pendidikan dan kesehatan,

»

kemampuan berusaha dan mempunyai akses yang terbatas kepada kegiatan

(45)

Dengan semakin bertambahnya junilah penduduk khususnya di Desa

Karang Kepoh tentu saja dapat menimbulkan berbagai masalah sosial,

diantaranya akan terjadi perlombaan dan saingan dalam menggunakan fasilitas

dan jasa yang tersedia seperti pendidikan, pelayanan kesehatan dan fasilitas

lainnya. Pada umumnya golongan kaya lebih unggul daripada golongan

masyarakat berpenghasilan rendah dalam menggunakan fasilitas yang tersedia.

Sehingga dapat menimbulkan keresahan bagi golongan yang tidak mampu

elConominya.

Dalam bidang pendidikan pun, pada setiap tahun ajaran baru sering

timbul keresahan orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya. Diantara

masalah-masalah yang menimbulkan keresahan orang tua pada tiap tahun

ajaran baru a dal ah :

1. Adanya keresahan orang tua kalau anaknya tidak mendapat tempat di

sekolah.

2. Adanya keresaham orang tua kalau anaknya tidak diterima pada sekolah

pilihannya.

3. Adanya kecurigaan orang tua kalau terjadi tindakap yang melanggar

peraturan, seperti adanya pungutan-pungutan yang dilakukan oleh guru

sekolah sehingga menambah beban orang tua.

4. Adanya keresahan orang tua kalau anaknya tidak dapat meneruskan

sekolahnya kalau putus sekolah karena biaya pendidikan yang begitu

(46)

Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa yang melatar belakangi pendidikan

anak orang miskin di Desa Karang Kepoh, diantaranya sebagai berikut: r

1 ^ Keadaan Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi keluarga memang cukup dominan dalam

memberikan kontribusi terhadap belajar anak secara ekstemal sosial

memberi konsekuensi tidak terpenuhinya keperluan kebutuhan pendidikan

secara maksimal. Secara internal psikologi memberikan dampak kur,ang

maksimalnya pengembangan potensi, karena adanya dualisme pemikiran ^

antara belajar dan bekeija untuk mengurangi beban orang tuanya. Memang

tidaklah semua, namun hal yang luar biasa pada hal yang demikian ini

hanyalah sebagian kecil yang memang mempunyai motivasi yang kuat dari

dirinya dan dukungan dari orang tua.

)

Kemampuan dalam memberikan sarana dan memenuhi kebutuhan

belajar anak, orang tua atau keluarga pada akhimya akan tersudut pada

kemampuan mengantarkan anak pada jenjang sekolah. Memberikan

kebutuhan akan seragam, memberikan peialatan tubs dan biaya-biaya

kegiatan yang lain misal untuk mengikuti kegiatan ekstra yang juga

memerlukan biaya ekstra. Pada suatu titik tertentu setelah merasakan

begitu beratnya mencari biaya bagi anak pada jenjang tertentu, maika

timbullah gambaran dan bayangan akan berat dan tingginya biaya yang

akan diperlukan bagi penyelenggaraan sekolah pada jenjang yang lebih

tinggi. Terlalu banyak anak yang tidak dapat melanjutkan sekolah karena

(47)

belajamya karena terlalu berat dan susahnya memperoleh sarana yang

diperlukan bagi kelanjutan sekolah.

Tidak jarang ditemukan anak-anak usia sekolah yang harus atau

dengan terpaksa ikut bekeija mencari nafkah, dan masih banyak lagi

sektor-sektor riil yang lain yang mampu mengidentifikasikan akan

hubungan antara kekayaan dengan kesempatan memperoleh pendidikan

adalah sangat erat Hal inilah kadang-kadang dengan sendirinya

menimbulkan kepasrahan atas keadaan, himpitan ekonomi dengan disusul

melonjaknya harga-harga kebutuhan hidup telah memaksa untuk

melakukan prioritas kebutuhan yang lebih dari hal yang dapat dipandang

untuk melanjutkan nafas-nafas hidupnya.

Pandangan yang sudah cenderung terdeterminis itu maka motivasi

yang berhasil ditunjukkan akan mencapai titik yang tidak akan maksimal

dikarenakan adanya tuntutan dan bayangan yang sudah cenderung

membebani, meskipun hal yang ditakuti itu belumlah nyata dan dirasakan.

Motivasi dari keluarga sangatlah besar peranannya. Karena faktor orang

tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dal am belajar.

Dalam hal ini sekolah juga memegang wewenang dan berhak pada

pendidikan formal anak. Sekolah harus mampu memberikan motivasi

belajar yang lebih tinggi terhadap semua siswa sehingga kompetisi

berprestasi terjadi diantara siswa.

Hal tersebut akan memberikan bantuan bagi keluarga yang

(48)

39

kerjasama di dalam mendidik anak. Sekolah mcnumbuhkan motivasi

belajar formal pada anak, dalam arti mendorong prestasi terhadap

pelajaran-pelajaran di sekolah. Keluarga disamping memberikan motivasi

bidang informil juga harus memenuhi dan mencukupi semua sarana dan

prasarana terhadap kebutuhan belajar anak.

2. Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk Desa Karang Kepoh mayoritas petani

dan buruh tani, untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut:

TABELI

Pada1 dasamya akti vitas orang tua bekerja bertujuan untuk

(49)

berpenghasilan masih rendah, mereka teiap berusaha supaya anaknya

mendapat pelayanan pendidikan, bahkan a da orang tua yang tak segan-

scgan, dengan meminjam uang kesana-kemari untuk biaya sekolah.

Bagainianapun, ada pandangan yang terlanjur menjadi “takdir” bahwa

pendidikan adalah tangga uri?Qk naik ke kelas sosial yang lebih baik.

Kebutuhan untuk sekolah seperti keperluan untuk makan dan minum. Tiap

tahun ajaran barn, dengan segenap daya upaya, para orang tua

menyingsingkan lengan untuk mencari biaya agar anaknya bisa sekolah.

Terdapat banyak kisah yang mengharukan bagaimana keija keras orang

tua yang ingin memenuhi kebutuhan pendidikan. Tiap orang tua

menyimpang kisah yang menakjubkan bagaimana mengentaskan anaknya

agar menjadi orang berhasil melalui sekolah.

3. Pendidikan Orang tua Masih Rendah

Tingkat pendidikan para orang tua di desa karang kepoh pada

umumnya masih rendah. Ini dapat dilihat pada tabel berikut.

TABEL II

JUMLAH PENDUDUK MENURUT PENDIDIKAN

No Jenis Pendidikan Jumlah

1 Belum sekolah 236 orang

2 Tidak tanat SD ! 650 orang

(50)

Dengan pendidikan yang masih rendah, namun para orang tua

berfikir agar anaknya dapat menikinati pendidikan, mereka berpandangan >

bahwa anaknya bisa memperoleh pendidikan. Karena selania seseorang

betnl-betul ingin belajar, betul-betul mendapatkar. pendidikan, maka

kesempatan untuk keperluan ini selalu dapat diperoleh. Kalau tidak lewat

sekolah, ya lewat kesempatan-kesempatan lain, kursus-kursus, kelompok

belajar, mengikuti acara-acara ceramah dan diskusi.

Karena orang tua merupakan pendidikan serta penentu kehidupan

anak pertama kali, maxa dapat dilihat betapa pentingnva peranan orang tua

dalam pendidikan anak. Maka semakin tinggi tingkat pendidikan orang

tua, akan semakin meningkatkan kesadaran orang tua terhadap tanggung

jawabnya sebagai orang tua untuk mendidik anak, tetapi apabila tingkat ,

pen oorang tua maka kesadaran orang tua untuk mendidik anaknya juga

rendah. Jadi pendidikan orang tua pun sangat mempengaruhi pendidikan

anaknya.

B. Kondisi Pendidikan Anak Orang Miskin di Desa Karang Kepoh

Berdasarkan latar belakang pendidikan anak orang miskin yang telah

diuraikan, pada akhir dan awal iahun ajaran menunjukkan bahwa faktor sosial

ekonomi memang cukup menentukan sebagai penyebab utama putus sekolah

dan mengecilnya arus siswa memasuki sekolah yang lebih tinggi. Biaya dan

harga sosial yang harus dibayar oleh para orang tua untuk menyekolahkan

(51)

untuk menyekolahkan anaknya itu cukup kuat. Walaupun disadari pula bahwa

kesudahan pendidikan anaknya itu kadang-kadang tidak inenentu.

Banyaknya biaya yang dibebankan kepada orang tua murid, mereka

kerap mengorbankan kebutuhan primer lainnya seperti makan, baik kualitas

maupun kuantitasnya untuk memenuhi biaya sekolah. Ada beberapa aneka

potongan yang dibebankan oleh sekolah seperti biaya ujian, bangunan sekolah, '

seragam sekolah, seragani olah raga, wisata belajar {study tour), kegiatan

ekstrakurikuler, daftar ulang, raport siswa, dan lain-lain. f

( Dengan demikian kesempatan yang tersedia untuk mendapatkan

pendidikan lebih lama hanya diikuti oleh siswa-siswa yang berasal dari

golongan ekonomi yang lebih baik. Mereka yang menganggap semakin tinggi

level pendidikan semakin besar biaya yang harus ditanggang.

Kendala keterbatasan ekonomi memang merupakan hambatan klasik

dalam pendidikan. Tidak sedikit orang tua yang masih bergelut dengan

susahnya memenuhi kebutuhan primer (makan, pakaian dan perumahan).

Dengan masalah lemahnya ekonomi, anak tidak dapat melanjutkan sekolah ke

jenjang yang tinggi. Karena anak usia sekolah terpaksa dituntut untuk

membantu orang tua mencari nafkah.

>

Dengan keadaan ekonomi yang masih berpenghasilan rendah, maka

pendidikan anak orang miskin belum bisa dipenuhi secara maksimal. Para

orang tua untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya masih cukup

minim. Sehingga anaknya tidak mendapaikan fasilitas-fasilitas yang

Gambar

TABEL IIJUMLAH PENDUDUK MENURUT PENDIDIKAN

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan Untuk menganalisis komparasi produksi usaha tani padi sawah yang menggunakan benih padi bersertifikat dengan benih padi non bersertifikat, dan untuk

Dokumen Spesifikasi Kebutuhan Perangkat Lunak (SKPL) ini merupakan dokumen spesifikasi kebutuhan perangkat lunak SIP-AT (Sistem Informasi Penjualan Alat

Sultan Alauddin No.36, Samata– Gowa.. Awaluddin,

Peranan strategis tersebut diantaranya adalah peningkatan pendapatan nasional melalui peningkatan ekonomi lokal, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan

Hasil penulisan Tugas Akhir ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam meningkatkan sistem pembayaran dana pensiun kepada peserta dan secara langsung akan

Program Penataan Peraturan Perundang­Undangan Jumlah Produks Hukum Daerah yang di Proses Perda 26 SETDA

Juga dengan penelitian Usman (2003) yang menganalisa rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba pada bank-bank di Indonesia, yang dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengecekan kelulusan mahasiswa dengan memperhitungkan konversi kurikulum dapat dilakukan dengan menggunakan program aplikasi