Di Desa Karangkepoh Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali
Tahun 2006
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun O leh:
SITI YULAIKAH
NIM: 111 01 003
JURUSAN T ARBI YAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
W ebsite : w w w .sta i n s a la tiu a .a e .id E-mail : adm inistrasi@ stainsalatiga.ac.id
D E K L A R A S I
Bismillah irralt man irrah im
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa
skripsi ini lidak bcrisi matcri yang pernah ditulis oleh orang lain atau pemah
«>
diterbitkan. Deniikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang
lain, kecuali infonnasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan
rujukan.
Apabila di kemudian hari temyata terdapat materi atau pikiran-pikiran
orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup
mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang
munaqosyah skripsi.
Deniikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, Agustus 2006
Peneliti
NOTA PEMBIMBING
Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan
seperlunya, maka skripsi Saudari:
Nama : Siti Yulaikah
NIM : 111 01 003
Jurusan : Tarbiyah
Progdi : PAI
Judul : DEMOKRATISASI PENDIDIKAN ANALISIS
TENTANG FENOMENA PENDIDIKAN ANAK ORANG MISKIN DI DESA KARANG KEPOH KECAMATAN KARANGGEDE, KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2006
Sudah dapat diajukan dalam sidang munaqasah.
Demikian surat ini, harap menjadikan perhatian dan digunakan
sebagaimana mestinya.
Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.
Drs. H.M. Zulfa. M.Ag NIP. 150 177 821
Jl. StadionNo. 2 Salatiga (0298) 323706
P E N C E S A H A N
SKRIPSI Saudari : Siti Yulaikah dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 01 003
yang beijudul DEMOKRATISASI PENDIDIKAN ANALISIS TENTANG
FENOMENA PENDIDIKAN ANAK ORANG MISKIN DI DESA KARANG
KEPOH KECAMATAN KARANGGEDE, KABUPATEN BOYOLALI TAHUN
2006 telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan Tarbiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Rabu,
6 September 2006 yang bertepatan dengan tanggal 13 Sya’ban 1427 H. Dan telah
diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Saijana dalam
Ilmu Tarbiyah.
Salatiga, 6 September 2006 M 13Sya'banl427H
Panitia Ujian
NIP. 150 177 821
i> .\* ia \
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantarmau dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (AI Mujadilah : 11 >
Kupersembah/zan /&epaaa:
1. B a p a k /Ib u tercintayang telah memberi do ’a restu 2. B apak Bedjo, selaku kepala Desa Karang Kepoh 3. K a k a k dan a d ik-a d u k k u d i rum ahyang memberi
semangat dalam penulisan in i
4. Teman-teman karang taruna di D esa Karang Kepoh khususnya m bak H a n ik
5. Teman-teman seiman, senasib dan sepenanggungan 6. P A 1 A n g k a ta n 20 0 1 khususnya Dun, m bak
N u r u l
Dengan rasa nyukur kehadlmt Allah SWT atas rahmatnya yang telah
dilimpahkan kepada penulis serta dengan usaha sungguh-sungguh maka penulis
dapat menjelaskan skripsi ini.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas akhir
untuk memperoleh gelar sarjana dalam ilmu tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama
Islam, pada Fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga tahun 2006.
Dalam rangka penyelesaian skripsi ini penulis tidak dapat berhasil tanpa
bantuan dari beberapa pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Ketua STAIN Salatiga
2. Bapak Pembimbing dan Asisten Pembimbing
3. Bapak Kepala Desa Karang Kepoh
4. Segenap pengajar dan staf Fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga yang telah
memberi bekal pengetahuan
5. Segenap keluarga yang memberi bantuan dan dorongan untuk menyelesaikan
penulisan skripsi ini
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya. '
Salatiga, Agustus 2006
Penulis
Siti Yulaikah
„ HALAMAN JUDUL... i
DEKLARASI ... ii
NOTA PEMBIMBING... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO... v
PERSEMBAIIAN ... vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR ISI ... viii
* BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Penjelasan Istilah... 4
C. Pokok Masalah... 7
D. Tujuan Penelitian... 7
E. Manfaat Penelitian... 8
F. Mclodologi Penelitian ... 8
G. Teknik Analisis Data... 13
II. Sistcmatikan Penulisan Skripsi... 13
\ BAB II LANDASAN TEORI A. Demokratisasi Pendidikan pada Umumnya... 15
B. Demokratisasi Pendidikan di Indonesia ... 19
DESA KARANG KEPOH
A. Latar Belakang Pendidikan Anak Orang Miskin di Desa
Karang Kepoh... 34
B. Kondisi Pendidikan Anak Orang Miskin di Desa Karang
Kepoh... 41
BAB IV MODEL ALTERNATIF PENDIDIKAN ANAK ORANG
MISKIN DI DESA KARANG KEPOH
A. Mengacu pada Pendidikan Form al... 46
B. Bagi anak yang tidak mampu melanjutkan sekolah sebagai
altematifnya dengan mengikuti kursus-kursus ketrampilan 48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 52
B. Saran-saran... 53
C. Penutup... 54
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada akhir-akhir ini demokrasi sering dipahami dalam konteks yang
salah, sehingga kebebasan berdemokrasi sering diartikan dengan kebebasan
berdemontrasi, sehingga yang teijadi adalah pemaksaan kehendak dengan
tekanan kekerasan dari kelompok tertentu terhadap seseorang atau kelompok
lain. Padahal demokrasi yang sejati memerlukan warga negara yang baik.
Demokrasi tidak hanya memerlukan hukum, lembaga, atau peraturan yang
mantap, akan tetapi yang lebih penting dalam masyarakat demokrasi adalah
memiliki kebesaran hati, mau bekeijasama dengan kelompok lain untuk
mencapai tujuan demi kesejahteraan bersama, atau mampu mengombinasikan
semangat untuk menegakkan pendiriannya dengan suatu kesadaran bahwa
seseorang tidak dapat mewujudkan semua yang diinginkannya.
Demokrasi pada dasamya ialah penghormatan pada nilai-nilai
kemanusiaan, tanpa penerapan nilai demokrasi, perkembangan kreativitas
tidak mungkin menjadi sumber bagi peningkatan hidup manusia. Demokrasi
dalam pendidikan ialah suatu ide lebih luas yang didasarkan atas kepercayaan
bahwa di dalam diri manusia dari segala strata sosial terdapat berbagai potensi
yang siap untuk dikembangkan.' 1
1 Firdaus M. Yunus, Pendidikan Berbasis Realitas Sosial, Logung Pustaka, Yogyakarta, 2004, him. 92
J Demokrasi di sekolah dan dalam masyarakat harus didukung secara
berkelanjutan agar pendidikan nasional dapat diselenggarakan secara
demokratis untuk semua warga Indonesia, demokratisasi pendidikan
merupakan upaya yang memungkinkan warga negara memperoleh layanan
pendidikan sesuai dengan tuntutan kemajuan jaman. Di Indonesia hal jelas
sekali tercermin pada undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 1 yang berbunyi :
“Setiap warga negara mempunyai hak yang sama memperoleh pendidikan
yang bermutu.2
Penerapan pendidikan demokratis sangat penting bagi bangsa
Indonesia karena pendidikan demokratis akan menumbuhkan semangat
kebersamaan di sekolah. Dengan demikian pemaksaan dalam proses
pembelajaran tidak boleh di toleransi. Berkaitan dengan proses pembelajaran
{Learning Process), sekolah demokratis harus dapat memberikan
keseimbangan hak belajar kepada siswa meskipun dalam banyak hal harus
menerapkan berbagai metode untuk menggali kemampuan siswa-siswi.
Melalui Instruksi Presiden (In Pres) nomor 1 tahun 1994 tentang wajib
belajar pendidikan sekolah dasar, pemerintahan membuat terobosan besar
dalam sejarah pendidikan Indonesia, yakni mewajibkan masyarakat sekolah
minimal hingga tingkat SLTP. Konsekuensi kebijakan yang dikenal dengan
istilah wajib belajar sembilan tahun ini pemerintah menanggung semua biaya
dalam penyelenggaraan sekolah, ini merupakan salah satu strategi kebijakan
dalam pembangunan pendidikan.
Akan tetapi setelah sekian lama digambar-gambarkan bukannya gratis,
biaya sekolah malah makin melambung, jumlahnya banyak dan beragam,
bahkan jauh lebih besar dibandingkan sebelum kebijakan wajib belajar
sembilan tahun ini digulirkan. Biaya SPP yang dihapus diganti dengan
berbagai jenis pemungutan barn, bahkan ada jenis biaya yang aneh seperti
pensiun guru atau kenang-kenangan. Beragam biaya inilah yang mengganjal
masyarakat untuk terns menyekolahkan anaknya. Malah porsi terbesar
pengeluaran keluarga dihabiskan untuk membayar kewajiban yang dibebankan
oleh sekolah, untuk itu mereka kerap mengorbankan kebutuhan primer lainnya
seperti makan, baik kualitas maupun kuantitasnya untuk memenuhi biaya
sekolah.3
Menurut data dari Depdiknas tahun 2000 tentang sejumlah orang yang
tak bisa sekolah, sedikitpun 72 juta anak Indonesia tidak mampu merasakan
bangku sekolah, terdiri dari 4,3 juta siswa SLTP dan 2,9 juta siswa SD dan
SLTA. Mengapa mereka tak bisa sekolah ? jawabannya sangat jelas, tidak
punya uang. Siapa yang tak punya uang ? semua yang harus hidup miskin.
Kemiskinan apapun sebabnya membuat akses pada sekolah jadi kian sempit.
Ada upaya untuk mengatasi itu semua yaitu mereka yang bergerak untuk
melakukan pendidikan altematif atau yang punya keinginan baik mengasuh
sejumlah anak jalanan agar tahu huruf dan merasakan sekolah. Kegiatan ini
yang patut dihargai meski soalnya lagi-lagi pada kekuatan negara, yang malas
untuk mengurus pendidikan.4
Dari uraian-uraian dan konsep tersebut, penulis terdorong untuk
meneliti, seberapa jauh kebenaran konsep di muka dengan melakukan
penelitian di Desa Karangkepoh dengan mengambil judul :
“DEMOKRATISASI PENDIDIKAN Analisis Tentang Fenomena Pendidikan
Anak Orang Miskin di Desa Karangkepoh Kecamatan Karanggede Kabupaten
Boyolali Tahun 2006”
B. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari kemungkinan teijadinya penafsiran yang berbeda
dengan maksud utama penulis dalam penggunaan kata pada judul penelitian
ini, perlu penjelasan beberapa istilah sebagai berikut:
1. Demokratisasi Pendidikan ^
- Demokrasi dalam dalam pemikiran Yunani berarti bentuk politik
dimana rakyat sendiri memiliki dan menjalankan seluruh kekuasaan
politik.5
- Pendidikan secara umum dapat dipahami sebagaimana dikutip Hanif
Dzakiri. Inti pendidikan adalah membawa masyarakat kerucut (Sub
Mergad Society) kepada masyarakat terbuka (Open Society) yang kritis
dan kreatif, dalam mampeijuangkan hak-hak mereka untuk
menegakkan keadilan.”
Demokratisasi pendidikan yang penulis maksud adalah pemberian
kesempatan yang sama kepada setiap warga negara untuk memperoleh
layanan pendidikan (Horizontal Maupun Vertikal). y
2. Analisis
Kata analisis berasal dari kata analisa yang berarti penyelidikan
suatu peristiwa (harapan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui
sebab-sebabnya bagaimana duduk perkaranya dan sebagainya.'
3. Fenomena Pendidikan
Kata fenomena berarti gejala.6 7 8 Sedangkan fenomena pendidikan
yang penulis maksud adalah gejala-gejala yang ada dalam dunia
pendidikan.
4. Anak Orang Miskin
Miskin berarti tidak berharta benda serba kekurangan
(berpenghasilan sangat rendah).9 Maka anak orang miskin yang dimaksud
anak atau keturunan orang yang dalam kehidupannya berpenghasilan
sangat rendah.
Selanjutnya untuk melengkapi pengertian operasional dari variabel
yang digunakan dalam judul penelitian ini, diuraikan pula definisi
operasional dari variabel tersebut sebagaimana berikut ini :
a. Demokratisasi Pendidikan
Untuk mengukur adanya demokratisasi pendidikan ditentukan indikator
barikut in i:
1) Setiap anak harus mendapat kesempatan yang sama untuk
menikmati pendidikan sekolah. Maksudnya semua warga negara
atau anak didik mampunyai hak yang sama untuk memperoleh
layanan pendidikan, konsekuensi kebijakan ini dikenal dengan
istilah wajib belajar sembilan tahun yang berdasarkan instruksi
presiden (In Pres) Nomor 1 Tahun 1994 tentang wajib belajar
sembilan tahun. Misalnya anak orang miskin, mereka berhak
mendapatkan layanan pendidikan.
2) Setiap anak mendapat kesempatan yang sama untuk mencapai
tingkat pendidikan sekolah setinggi-tingginya. Bahwa semua warga
negara atau anak didik berhak memperoleh pendidikan tanpa melihat
aspek fisik. Misalnya orang yang cacat, mereka berhak untuk
mencapai tingkat pendidikan sekolah setinggi-tingginya.
b. Fenomena Pendidikan Anak Orang Miskin
Untuk mengukur fenomena pendidikan anak orang miskin
1) Uang saku harian rendah atau tidak tentu bahkan tak ada uang saku.
2) Peralatan sekolah atau buku-buku paket kurang lengkap
3) Administrasi pendidikan masih sulit dijangkau
4) Kurang terpenuhi kebutuhan sekolah (seperti iuran-iuran, SPP, dan
lain-lain)
5) Cara berpakaian masih sangat sederhana
C. PokokMasalah
Sebagai basic question atau pokok masalah dalam penelitian ini
adalah :
1. Bagaimana pelaksanaan demokratisasi pendidikan di Desa Karangkepoh ?
2. Bagaimana deskripsi pendidikan anak orang miskin di Desa
Karangkepoh?
3. Bagaimana altematif yang memungkinkan dapat dikembangkan dalam
pendidikan anak orang miskin di Desa Karangkepoh ?
D. Tujuan Penelitian
Sebagaimana konsekuensi dari permasalahan pokok, maka tujuan
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan demokratisasi pendidikan di Desa
Karangkepoh.
2. Untuk mengetahui kesesuaian konsep demokratisasi pendidikan tentang
pendidikan anak orang miskin di Desa Karangkepoh.
3. Mencari altematif pemecahan dalam pengembangan pendidikan anak
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan
masukan terutama pemerintah, para pakar pendidikan dan semua unsur yang
mendukung terlaksananya pendidikan khususnya dalam bidang perluasan dan
pemerataan kesempatan memperoleh pelayanan pendidikan dengan
memperhatikan aspek geografis, status sosial, ekonomi dan jender.
F. Metodologi Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini
dipilih agar permasalahan dapat di deskripsikan secara mendalam.
Penelitian ini dapat dikategorikan ke dalam jenis naturalistik fenomenologi
dimana data yang dikumpulkan menggunakan latar alami (Natural Setting)
sebagai sumber data langsung.10 Dengan pendekatan ini diharapkan dapat
mendeskripsikan data secara holistik, mengenai konsep demokratisasi
pendidikan tentang fenomena pendidikan anak orang miskin di Desa
Karangkepoh.
Pendekatan kualitatif fenomenologi ini dilakukan dengan
mengamati fenomena-fenomena dunia konseptual subyek yang diamati
melalui tindakan dan pemikirannya guna memahami subyek dari sudut
pandang subyek itu sendiri, dengan tidak mengabaikan membuat
penafsiran dengan membuat skema konseptual.
Pendekatan fenomenologi disebut verstehen apabila
mengemukakan hubungan diantara gejala-gejala sosial yang dapat diuji
bukan pemahaman empatik semata.11 Dengan metode verstehen ini
peneliti dapat memahami secara emic konsep. Pandangan-pandangan dan
gagasan-gagasan terhadap demokratisasi pendidikan tetang fenomena
pendidikan anak orang miskin di Desa Karangkepoh.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Januari
sampai dengan Februari 2006.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Karangkepoh,
Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali + 25 kilometer dari ibu kota
Kabupaten Boyolali. Desa Karangkepoh ini dipilih karena banyak orang
miskin yang belum mendapatkan kesempatan memperoleh layanan
pendidikan
4. Subyek penelitian
Pemilihan subyek penelitian ini menggimakan metode Snowball
yakni mulai dengan memilih informasi kunci seperti anak orang miskin di
Desa Karangkepoh, kemudian menggelinding ke informasi lain
berdasarkan referensi dari informasi kunci, begitu seterusnya sampai pada
batas jenuh, artinya jika sudah tidak ditemukan lagi informasi barn tentang
persoalan pendidikan anak orang miskin. 11
5. Tahapan kegiatan
Secara umum penelitian kualitatif dilakukan malalui tahapan
sebagai berikut : 1) pra lapangan, 2) kegiatan, 3) analisis intensify2
kegiatan penelitian ini juga akan dilakukan dengan tahapan sebagaimana
tersebut di atas. Pertama pra- lapangan meliputi : penyusunan persiapan
memilih lokasi penelitian, mengurus perijinan, menjajaki dan menilai
keadaan lokasi, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan
perlengkapan penelitian dan menjajaki etika masyarakat Desa
Karangkepoh, sebagian kegiatan ini sudah dilakukan dalam rangka studi
awal tentang lokasi. Kedua, tahap kegiatan lapangan meliputi memahami
latar penelitian, persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta
sambil mengumpulkan data. Tahap ketiga, berupa analisis intensif yakni
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan
satuan uraian dasar sehingga menghasilkan temuan penelitian. Pentahapan
kegiatan ini akan dilakukan secara fleksibel dengan melihat perkembangan
data penelitian di lapangan.
6. Instrument Penelitian
Untuk dapat memahami makna dan penafsiran dari fenomena
pendidikan anak orang miskin, dibutuhkan keterlibatan dan penghayatan
langsung peneliti terhadap informan di lapangan. Oleh karena itu
instrument dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrument
kunci. Keuntungan peneliti sebagai instrument karena manusia memiliki 12
ciri-ciri responsive, mudah menyesuaikan diri (adabtable), menekankan
pada keutuhan (holistik), mudah memproses data dengan cepat, serta dapat
memanfaatkan kesempatan untuk menyelidiki respons yang tidak lazim.
7. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data secara holistik intregative relevan dengan
focus, maka teknik pengumpulan data yang akan dipakai meliputi : a)
wawancara mendalam ; b) observasi partisipan dan c) studi dokumentasi.
a. Wawancara mendalam merupakan teknik utama dalam penelitian ini.
Teknik ini dipakai untuk menangkap makna secara mendasar dalam
interaksi spesifik. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara
tidak terstruktur artinya pedoman wawancara yang hanya memuat garis
besamya yang akan ditanyakan,13 14 atau tanpa daftar pertanyaan yang
ketat. Dengan teknik ini diharapkan wawancara dapat dilakukan secara
personal sehingga dimungkinkan memperoleh informasi sebanyak
mungkin. Selain itu melalui wawancara tidak terstruktur juga
memungkinkan dicatat respons afektif yang tampak selama wawancara
berlangsung. Dengan wawancara mendalam diharapkan dapat diperoleh
data mengenai pendidikan anak orang miskin dan hambatan-
hambatannya ditinjau dari perspektif demokratisasi pendidikan.
b. Observasi Partisipan
Observasi partisipan ialah observasi yang dilakukan dengan
cara keterlibatan observer dalam kegiatan-kegiatan observasi
(orang-13 Ibid., him. 21
orang yang diobservasi).13 Teknik ini digunakan untuk melengkapi dan
menguji hasil wawancara yang diberikan oleh informan. Observasi
deskriptif secara luas dengan melukiskan secara umum situasi pendidikan
masyarakat Desa Karangkepoh, berikutnya dilakukan observasi terfokus
untuk menemukan kategori-kategori dan pola pendidikan di masyarakat.
Pada akhimya diadakan penyempitan dengan melakukan observasi
selektif (selektive observations) dengan mencari kebenaran konsep-
konsep. Semua hasil pengamatan dicatat sebagai rekaman pengamatan
lapangan (field note) yang nantinya akan dilakukan refleksi.
c. Studi Dokumentasi
Metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.15 16 Teknik ini dilakukan
untuk mengumpulkan data dari sumber-sumber non insani.
Penggunaan studi dokumentasi ini didasarkan pada beberapa dasar
antara lain : 1) dokumentasi merupakan sumber informasi yang stabil,
akurat, dan dapat dianalisis kembali; 2) dokumentasi merupakan
sumber informasi yang secara kontektual relevan dan memadahi; 3)
dokumentasi merupakan pemyataan legal yang dapat memenuhi
akuntabilitas; 4) sumber ini bersifat non reaktif, sehingga tidak sukar
ditemukan dengan teknik kajian isi. Studi dokumentasi dalam
penelitian ini akan dipakai untuk mencari data. Data yang berhubungan
dengan peta pendidikan masyarakat Desa Karangkepoh.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema.17 Data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menelaah
data, menata, membagi menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesis,
mencari pola dan mencari makna dari kondisi situasi masyarakat Desa
Karangkepoh.
Langkah berikutnya adalah mengorganisasikan data ke dalam
kategori-kategori yang ditentukan. Masing-masing kategori dibuat dalam
bentuk preposisi untuk selanjutnya disimpulkan sebagai temuan penelitian
mengenai fenomena pendidikan anak orang miskin di Desa Karangkepoh.
H. Sistematikan Penulisan Skripsi
Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan membahas masalah yang
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Adapun pembahasan skripsi ini
adalah sebagai berikut:
BAB I : Dalam bab ini berisikan tentang pendahuluan meliputi : Latar
Belakang Masalah, Penjelasan Istilah, Pokok Masalah, Tujuan
Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian Serta
Sistematika Penulisan Skripsi.
BAB II : Dalam bab ini berisikan tentang landasan teori meliputi ;
demokratisasi pendidikan pada umumnya. Demokratisasi
pendidikan di Indonesia serta kondisi sekolah di Indonesia.
17
BAB III : Deskripsi pendidikan anak orang miskin di Desa Karangkepoh
yang berisikan latar belakang pendidikan anak orang miskin di
Desa Karangkepoh dan kondisi pendidikan anak orang miskin di
Desa Karangkepoh. *
BAB IV : Model alternatif pendidikan anak orang miskin di Desa
Karangkepoh
A. Mengaeu pada pendidikan formal
- Jenjang dasar melalui paket A dan SMP terbuka
- Jenjang menengah di paket B
- Jenjang tinggi melalui ekstensi
B. Bagi anak didik yang tidak mampu melanjutkan sekolah
sebagai altematifnya dengan mengikuti kursus-kursus
ketrampilan.
BAB V : Merupakan bagian akhir penulisan yang tercakup di dalamnya
, v \ A. Demokratisasi Pendidikan pada Umumnya
Revolusi demokrasi pecah hampir bersamaan ' waktunya/ dengan
munculnya revolusi mdustri. Hal ini barangkali bukan kcbetulQ,xkarena
adanya revolusi industri telah menimbulkan berbagai perubahan, baiVdalam
lingkungan keluarga, hubungan keija, kehioupan individu. Kesemua itu
inemerlukan tatanan sosial baru yang barus dikembangkan befdasarkan nilai-
nilai demokrasi.
Demokrasi kata orang sering dikonotasikan sebagai suatu kebebasah.
Dijaminnya kebebasan berbicara, berpendapat, berpikir, berkehendak, dan
berperilaku, tanpa ada yang memaksa dan terpaksa, menekan dan tertekan dan
lain-lain, merupakan ciri dari suatu masyarakat yang demokratis.1 Sehingga
apapun yang bersifat bebas seolah-olah identik dengan demokrasi itu sendiri.
Ciri utama kehidupan yang demokratis adalah kebebasan dalam
mengeluarkan pendapat, yang dengan sendirinya mengakui kesepakatan
umum bahwa demokrasi hanya berkcmbang jika dalam masyarakat tumbuh
kebiasaan-kebiasaan bahwa perbedaan tidak mengakibatkan permusuhan dan
perbedaan tetap sanggup mengikat semua dalam komitmen bersama mengabdi
kepada kepentingan orang banyak, kepentingan bangsa dan negara.1 2
1 Ismail SM dan Abdul Mukti, PenditHkun Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta, 2000, him. 54
2H. Rudini, A t as Nama Demokrasi Indonesia, PT. Bayu Indra Grafika, Yogyakarta, 1994, him. 48
guna mencipt ikan kesejahleraan, mcncgakkan koadilan bails sceata sosiul,
ekonomi maupun politik. Den pan kata lain berbicara tentang demokrasi adalah
berbieara tentang menlalilas bangsa.
Demokrasi dapat tercipta bila masv; rakat membangun kesadaran
sendiri tentang pentingnya demokrasi dalam kehidupan herbangsa, bernegara
dan bermasyarakat. Sebaliknva negara sebagai instrumen politik dan ekonomi
harus memiliki political will untuk mendukung lerwujudnya demokrasi. Hal
ini dapat uilakukan dalam berbagai aspek kehidupan mamisia.
Masyarakat yang selaras dengan tradisi demokrasi biasanya akan
menggempur semua kekuatan yang cenderung memproduksi perbedaan-
perbedaan sosial dan kelus-kelas. Dengan kata lain masyarakat demukratis
berusaha menjalin kehidupan bersama, dimana setiap laki-laki maupun
perempuan memiliki martabat sebagai manusia yang bebas. Martabat sebagai
manusia bebas ini menyebabkan manusia berhak memilih keyakiran dan
pendirian yang tidak bisa diubah seeara paksa oleh siapapun.
Masyaraka* demokrasi menginginkan pemerintahan yang demokrasi
pula. Pemerintahan demokrasi biasanya akan bersandar pada kekurangan vang
bersumber pada kemampuan dan pengetahuan warga masyarakat. Oleh sebab
itu, setiap pemerintahan demokrasi akan memberikan kesempatan seluas-
banyaknya warga yang memperoleh pendidikan dan semakin tinggi tingkat
pendidikan yang diperoleh, semakin kuat pemer ntahan demokrasi.
^ D a \a m pcmerintahar. demokrasi setiap orang harus diperlakukan sama
untuk mcndapatkan pendidikan, karena kesempatan untuk dapat menikmati
pendidikan, baik laki-laki maupun perempuan bagi setiap orang muda usia
sekolah yang dapat dididik harus mendapat kesempatan untuk dididik^Dalam
ajaran Islam mengajarkan agar anak perempuan dan laki-laki diberi
kesempatan yang sama untuk memperoleh pelayanan pendidikan sesuai
dengan ptensi, bakat, dan minat masing-masing. Nabi secara tegas
mewajibkan setiap muslim laki-laki dan perempuan menuntut ilmu.
(jvLw >J KlLvktAJ
“Menuntut ilmu (belajar) adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan” (HR. Bukhari dan Muslim) ^
Demokrasi dan pendidikan mempunyai hubungan yang saling
mcnunjang, karena pendidikan yang sifatnya demokratis akan menempatkan
anak sebagai pusat perhatian, melalui pendidikan anak-anak ditempatkan
sebagai manusia yang dimanusiakan. Pendidikan hanya memberikan layanan
yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan optimal anak sekolah
harus dikembalikan menjadi milik si anak lagi, anak harus dianggap, dinilai,
didampingi dan diajar sebagai anak bukan sebagai orang tua mini, atau prajurit
mini, melainkan sebagai anak yang diberikan kesempatan untuk bebas sesuai
'Firdiiu: M Yunus, Pendidikan Bcrbasis Rcalitas Sosial, Logung Pustaka, Yogyakarta,
2004, him S8
dengan kapasitas sebagai anak. Dengan demikian proses demokrasi bisa
berjalan dengan baik.
Siswa di sekolah harus merasakan bahwa sekolah bagi mereka
sungguh merupakan surga kecil yang menggembirakan, di sekolah siswa harus
dihargai, dipahami dan tidak dibodoh-bodohkan maupun diejek-ejek.
Khususnya anak dari masyarakat miskin, biasanya anak >dari masyarakat
sering dibodoh-bodohi, dipojokkan, diejek, dihina atau dibiarkan semaunya.
Peran guru di sini penting sekali untuk menvembuhkan rasa sakit aKibat
ketakutan yang menimpa anak masyarakat miskin.
Pendidikan demokratis harus memiliki tujuan menghasilkan manusia i
yang mampu beremansipasi dalam kehidupan masyarakat dan mampu
mempengaruhi pengambilan kebijakan publik. Dengan kata lain pendidikan
harus mempu menanamkan kesadaran dan membekali pengetahuan warga
dalam masyarakat demokratis. Untuk itu, dalam diri setiap peserta didik harus
ditanam dan dikembangkan sikap politik, meskipun sekolah bukan lembaga
politik, namun memiliki dampak yang signifikan atas proses politik lewat
tafiggung jawab sckolahd alam membekali peserta didik dengan pengetahuan
dasar tentang kehidupan sosial, ekor.omi dan politik, serta mengembangkan
daya kritis dan kejujuran dalam berkomunikasi dengan masyarakat. Lebih dari
itu sekolah memiliki tanggung jawab melengkapi peserta didik dengan
kemampuan memerankan fungsinya sebagai anak bangsa di lingkungan
Sejalan dengan itu, pendidikan demokratis mutlak diperlukar.. *)
Pendidikan demokratis bertujuan mempersiapkan warga inasyarakat berpikir
kritis dan bertindak demokratis, untuk itu hams memperhatikan tiga hal
sebagai awal dari kesadaran dalam berdemokrasi. Pertama, demokrasi adalah
bentuk kehidupan bermasyarakat yang paling menjamin hak-hak warga
masyarakat itu ;> endiri. Kedua, demokratis adalah suatu learning process yang
tidak dapat begitu saja meniru dari masyarakat lain. Ketiga, kelangsungan
demokrasi tergantung pada keberhasilan mentransformasikan nitai-nilai
demokrasi, persamaan hak dan keadilan, serta loyal terhadap sistem politik »
yang bersifat demokratis.5
k 8. Demokratisasi Pendidikan di Indonesia
Pengalaman bangsa Indonesia, khususnya pada periode reformasi
sekarang ini, bahwa proses transisi dan konsolidasi demokrasi tidak akan
dapat dilalui dengan baik hanya dengan mengandalkan agenda political
crafting semata. Lebih-lebih bila modal atau kontrol sosial dimasukkan dalam > kerangka perhitungan, maka political crafting tidak akan berbicara banyak
v berkaitan dengan perubahan sikap dari para pelaku politik. Dalam konteks ini
modal atau kontrol sosial menjadi penting untuk melengkapi penciptaan kiat-
kiat politik yang inemungkinkan demokrasi berkemban karena modal atau
kontrol sosial merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan berfungsi
tidakr.ya demokrasi dalam suatu masyarakat. Agak disayangkan modal atau
kontrol sosial inilah yang selama ini tidak muncul dalam perbincangan tentang
pengembangan demokrasi, baik dalam masa transisi ini, atau pada
sebelumnya, perbincangan demokrasi selalu terfokus pada struktur politik,
hukum atau perundang-undangan yang sesuai. Sementara hal-hal lain yang
berkaitan dengan budaya, pendidikan tidak banyak tersentuh.
Padahal masyarakat Indonesia akan menuju ke arah masyarakat
industri. Masyarakat industri adalah masyarakat terbuka, keterbukaan tersebut (
-t
pCrlu ditunjang oleh kemajuan iptek dan kemudahan-kemudahan
berkomunikasi. Keterbukaan masyarakat merupakan suatu proses yang tidak
dapat dibendung sejalan dengan menderunya proses demokrasi yang melanda
kehidupan manusia dewasa ini. Demokrasi cepat atau lam’oat akan muncul dan
terus berlangsung. '
Demokratisasi yang sedang bergulir di Indonesia saat ini merupakan ^
suatu tantangan sekaligus peluang yang perlu disikapi secara sadar oleh
seluruh komponen penegak demokrasi seperti birokrasi pemerintah, partai,
politik, kelompok gerakan, kalangan pers dan masyarakat pada umumnya.
Sebagai tantangan karena agenda demokratisasi cukup banyak seperti dalam
bidang politik, ekonmi, hukum, pendidikan dan sosial budaya. Sedangkan
sebagai peluang menjadi Indonesia sebagai salah satu negara berkembang
yang dapat menerapkan prinsip dan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan
kemasyarakatan dan kenegaraan6
Demokrasi pada dasamya ialah penghormatan pada nilai-nilai
kemanusiaan, tanpa penerapan nilai demokrasi, perkembangan kreatifitas tidak
mungkin menjadi sumber bagi peningkatan hidup manusia. Demokratisasi
sebagai proses pendidikan mempunyai dampak yang sangat besar dalam f
prases perencanaan dan manajemen pendidikan. Di dalam bidang ini dituntut
suatu peralihan dari perencanaan dan manajemen pendidikan yang birokratis
ke arah perencanaan manajemen terbuka dan fleksibel.
Perubahan orientasi perencanaan manajemen pendidikan dari
pendekatan birokratis dan sentralistis ke pendekatar. yang demokrtis akan
mengubah pola metodologi dan perencanaan manajemen pendidikan. Dalam
proses perencanaan dan manajemen yang berdasarcar. prinsip-prinsip
demokratis dan peningkatan mutu pendidikan, maka proses perencanaan akan
dititik beratkan berdasarkan manajemen sumber-sumber pendidikan. Iniiah
proses perencanaan dan manajemen pendidikan yang humanistik yang
»
menjadi manusia Indonesia, sebagai titik tolaknya.
Demokrasi pendidikan pada dasamya dapat dilihat dalam dua sudut
pandang, pertama, demokrasi secara horisontal, bahwa setiap anak harus
mendapat kesempatan yang sama untuk menikniati pendidikan di sekolah. Di
Indonesia hal ini jelas sekali tercermin pada UIJD 1945 pasal 31 ayat 1 yaitu
“tiap-tiap warga negara mendapat pengajaran”. Kedua demokrasi secara
vertikal, bahwa setiap anak mendapatkan kesempatan yang sama untuk
mencapai tingkat pendidikan sekolah setinggi-tingginya, sesuai dengan
kemampuannya. Dengan aemikian demokratisasi pendidikan merupakan
upaya yang memungkinkan warga negara memperoleh layanan pendidikan
yang sesuai dengan tuntutan kemajuan zaman. Karena dengan pendidikan,
optimal, sehingga ia mampu melaksanakan tugas-tugas sebagai khalifah di
muka bumi dalam rangka memakmurkan kehidupan di muka bumi. ,
Dalam A1 Qur'an Allah berfirman :
mengingatkan setiap muslim dalam mendidik anak agar senantiasa
memperhatikan aspek iman dan moral agama sebagai landasan sikap dan
perilaku serta aspek ilmu dan teknologi secara seimbang, tanpa membedakan
Demokrasi di sekolah dan dalam masyarakat harus didukung secara
berkelanjutan agar pendidikan nasional dapat diselenggaakan secara
demokratis untuk semua warga fr^gara Indonesia. Maka, pemerintah tidak
boleh mengcsampingkan antara sekolah negeri dengan sekolah swasta, atau
antara pendidikan di pusat kota dengan pendidikan di pelosok desa.
Pelaksanaan pendidikan harus mengikuti tuntutan lokal, nasional maupun
transnasional, sehingga pendidikan nasional dapat menuju kepada
kemandirian, keunggulan untuk meraih kemajuan dan kemakmuran
berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam Paneasila.
' Yayasan Penyelenggara Penteijemah/Pentafsir A1 Qur'an, A l Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta, 1971, him. 911
8Fuaduddin TM, op. cit, him. 17
Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang heriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (Al Mujadilah : I l f
Berdasarkan pemaparan ayat di atas terlihat betapa Al Qur'an telah
Terlaksananya demokrasi dalam pendidikan guru dan murid,
merupakan subjek utama bagi proses demokratisasi, pendidikan di sekolah.
karena sekolah sebagai sarana dalam mengembangkan sika,p demokrasi, maka
kebebasan berbicara, kebebasan mengungkapkan gagasan, kemampuan hidup
bersama dan keterlibatan sisv/a dalam berbagai kegiatna perlu diperhatikan
oleh sekolah (terutama sekali dengan diberlakunya Undang-undang Sistem
pendidikan Nasional pasal 13 ayat 1 yr.ng memberikan kebebasan
mendapatkan pendidikan agama kepada setiap peserta didik sesuai dengan
agama yang dianut dan diajarkan oleh pendidik yang seagama). Tidak dapat
diingkari bahwa mewujudkan sekolah demokratis tidaklah mudah. Ada
beberapa alasan tentang sulitnya membangun sistem demokrasi di sekolah.
Pertama, filsafat dan anggapan dasar pendidikan yang masih menganggap
anak didik sebagai tabularasa, yaitu kertas kosong yang hams diisi oleh
pendidik. Kedua, metode pengajaran yang masih tertumpu pada konsep
banking system. Ketiga, bahan pelajaran yang masih banyak berasal dari buku
atau beberapa praktikum bidar.g sains, kurang menggali dari persoalan
masvarakat. Keempat, sikap guru yang indoktrinatif. Kelirna suasana sekolah
yang multikultural. Keenam, kurikulum ditentukan oleh pemenntah pusat
yang tidak memungkinkan siswa, gum, sekolah, orang tua dan masyarakat
untuk membicarakannya. Ketujuh, kegiatan be1 ajar siswa yang berpusat di
lingkungan sekolah, tidak memanfaatkan masyarakat di luar sekolah sebagai
tempat belajar anak didik.9
1
Pendidikan demokratis pada dasarnya su< ah merjadi keniscayaan yang
harus disikapi secara positif oleh semua kompoi ten yang terlibat di dalamnya,
terutama pemerintah, para pakar pendidikan dan semua unsur yang
mengandung terlaksananya pendidikan. ICarena bagaimanapun sebagai sebuah
sistem, pendidikan harus meliBatkan semua pihak. Dengan demikian,
penoidikan demokratis aka.i melahirkan geneasi masa depan yang cerdas. Di
sini perlu dipahami bahwa pendidikan demokrasi tidak terpaku pada pola
tertentu, dalam pengertian bahwa prinsip deinc krasi perlu ditanamkan sedini
mungkin, seperti kebebasan berdialog, membangun tradisi ilmiah. Tanpa
memperhatikan unsur-unsur tersebut jangan harap bahwa institusi pendidikan
bisa menghasilkan generasi yang mandiri, cerdas dan demokratis.
C. ivondisi Sekolah di Indonesia >
Salah satu tujuan negara yang diamanatkan dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Para pendiri negara memahamt betul, untuk bisa mewujudkan cita-cita
tersebut pendidikan menjadi prioritas utama. Namun, sektor pendidikan yang
merupakan a I at untuk mencapai cita-cita itu saat ini terus mengalami
keterpurukan. Berbagai tnasalah yang bermunculan terus rnenggerogoti, mulai
dari bangunan sekolah yang kondisinya menyedihkan hingga permasalahan
yang sifatnya akademis seperti kurikulum. Lebih parah lagi, beragam
permasalahan itu cenderung dibiarkan.10
pengaruhnya terhadap sekolah. sekolah yang seharusnya menjadi alat untuk
mencerdaskan, memben keterampilan, bahkim untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat, tidak lebih dari tempat indoktrinasi. Sekolah hanya menjadi
pewarisan dan pelestarian nilai-nilai resmi yang sedang berlaku dan direstui
oleh pemerintah. Tak aneh jika terjadi penyeragaman mulai dari pakaian >
hingga mata pelajaran.
Di sisi lain, selain kondisi bangunan dan alat penunjang kegiatan
belajar mengajar yang tidak layak, mutu kepala sekolah dan guru pun
tergolong buruk. Pada tingkat SD misalnya, menurut Direktur Tenaga
Kependidikan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen)
Depdiknas, 50 persen guru di Indonesia tidak memenuhi standar kualifikasi
untuk mengajar sebagaimana yang dipersyaratkan oleh pemerintah." serta
ketersediaan buku pelajaran di sekolah tak kalah buruk, prosentasenya cuma
sebanyak 20 persen. Artinya, satu set buku digunakan untuk lima siswa
sehingga dalam penggunaannya akan sangat menyulitkan siswa. Selain itu,
pemerintah sendiri sebenamya telah memprogramkan ketersediaan satu buku
(teks wajib) untuk satu siswa.
Masalah drop out lebih parah iagi. Ratusan ribu anak mesti bergulat di
jalan karena tak mampu melanjutkan sekolah. Poda tahun 2000/2001, dari
hanya 72,12 persen yang mampu melanjutkan ke jenjang sekolah lanjutan.
Beidasarkan penyelidikan tentang anak-anak putus sekolah yang hasilnya
dilaporkan oleh UNESCO antara lain menyimpulkan bahvva putus sekolah >
lebih banyak terjadi pada sekolah-sekolah di desa dari pada di kota. Faktor
utama yang menvebabkan anak putus sekolah adalah kemiskinan atau ketidak
mampuan orang tua untuk membiayai anak-anakr.ya.12 Yang dimaksud
dengan putus sekolah adalah anak tidak dapat menamatkan pendidikan formal
yang diikutinyai di sekolah. ataupun tidak dapat menikmati pendidikan formal
dalam waktu yang lama. Dari gambaian ini menunjukkan bahwa sebagian
besar anak yang putus sekolah maupun yang tidak berkesempatari belajar di
sekolah tejradi di daerah pedesaan karena kemiskinan orang tua. Tetapi ada '
yang berasumsi bahwa keadaan anak usia sekolah yang tidak tertampung
atuapun yang putus sekolah terdapat juga di DKI Jakarta. Alasannya, dari f
p^nduduk kota Jakarta yang beijumlah 5 juta orang sebagiannya adalah
golongan yang berpenghasilan rendah. Pada umumnya golongan masyarakat
yang berpenghasilan rendah di Jakarta bertempat tinggal di daerah
perkampungan ataupun di daerah pinggiran kota. Laporan pemerintah DKI
Jakarta menunjukkan bahwa dewasa ini di ibu kota masih terdapat paf ng
sedikit 90.000 dari rumah tangga tidak mampu, yang belum berkesempatan ^
untuk belajar pada sekolah-sekolah formal.
Sebenamya bantuan untuk pendidikan memang jumlahnya cukup
besar, apalagi terdapai andil berbagai lembaga intemasional. Cotitohnya,
seperti bantuan dari International Bank for Reconstruction and Development I
(IBRD) yang memberikan bantuan operasional terhadap sejumlah lembaga
pendidikan. Hal yang sama dilakukan oleh pemerintah Belanda, yang
memberikan hibah untuk membangun sekolah-sekolah yang hancurkarena
kerusuhan. Ini belum terhitung bantuan dari berbagai perusahaan besar yang
mengucurkan dana pada sejumlah sekolah maupun siswa yang tidak mampu. f Seperti halnya yang dilakukan Perusahaan Penerbangan Singapura Airlines
(S£A), yang memberikan bantuan biaya pendidikan sebesar Rp. 10 milyar bagi
pelajar Indonesia di tingkat SD, SLTP, SLTA hingga perguruan tinggi. Dana
itu dibagi untuk masa 7 tahun dan dialokasikan pada 4.000 pelajar. Tapi
bagaimana dampak bantuan-bantuan itu? Apakah bantuan ini memang
mengangkat banyak orang miskin sehingga mampu menikmati pendidikan?
Atau bantuan ini tclah berhasil mendirikan sekolah yang kokoh, baik dalam ^
bantunan maupun metodologi pengajaran? Semua harapan ini jauh dari
maksud semula. Sekolah nyatanya masih belum bisa menjangkau kebutuhan
riil mayoritas warga miskin.1’
Anehnya ketergantungan masyarakat terhadap sekolah semakin
bertambah. Padahal sekolah bukan satu-satunya institusi tempat peserta didik
belajar. Karena ada dua tempat lainnya yang juga memiliki fungsi sama yaitu
keluarga dan lingkungan. Namun prakteknya, hanya sekolah yang
direpresentasikan sebagai tempat berlangsungya pendidikan. Bahkan,
masyarakat yang menganggap telah menyelesaikan kewajiban mendidik
setelah menyekolahkan anaknya. Kewajibannya dianggap tinggal
menyelesaikan urusan admird strati f atau fmansial dengan sekolah.14
Sekolah dianggap sebagai tempat ajaib yang mampu memproduksi ;
mmnusia super. Posisinya ditemptkan hampir setara dengan agama. Anak yang
tidak sekolah dianggap sama dengan orang yang tidak beragama, yang kelak
akan hidup sengsara. Apalagi di era yang serba formalistik seperti sekarang,
tuntutan dunia keija lebih memprioritaskan mereka yang secara formal
mengenyam kursi sekolah. semakin tinggi jenjang yang ditempuh sernakin
tinggi pula posisi yang ditawarkan.
Hampir semua orang di negeri ini berpikiran bahwa belajar itu sekolah.
orang dikatakan sedang belajar, ya pada saat bersekolah. Selain di sekolah,
dikatakan belum belajar. Makanya orang menyebut kaum terpelajar itu, ya
mereka yang pemah memkmati bangku sekolah.
)
Tingginya permintaan pada sekolah membuat nilai jual institusi ini
semakin mahal. Walau pemerintah menggulirkan program wajib belajar
sembilan tahun yang mestinya diiringl dengan pembebasan biaya sekolah
minimal pada tingkat SLTPN, kenyataannya biaya sekolah semakin
berlambah mahal. Pada akhimya sekolah diposisikan sebagai komoditi bagi
para pelaksananya untuk mengeruk kentungan sebesar-bcsarnya. Sebagai
komoditi, mereka yang bisa memberi uang banyak akan mendapat pelayanan
ijrbaik, sedangkan mereka yang tidak memiliki uang, jangan berharap bisa
kolah.
belum mampu memenuhi kewajibannya. Biasanya sangsi ditimpakan pada
siswa, misalnya, dengan cara mengucilkan atau menegur di depan kelas. Tapi
cara yang paling umum dipakai adalah dengan menahan hak-hak siswa, seperti y
rapat atau ijazah. Walaupun menganggap sekolah penting tapi karena biaya
sangat mahal, orang tua siswa berpikir dua kali untuk inelanjutkan sekolah
anaknya. Mereka menganggap semakin tinggi level pendidikan semakin besar
biaya yang harus ditanggung sehingga lebih memilih nendorong anaknya
untuk bekerja atau kawin.13
Lain ada lagi sementara dalam masyarakat yang beranggapan bahwa
yang paling penting ialah sekolah. jenis sekolah tidak menjaai soal. Pokoknya
mereka atau anak mereka bisa masuk sekolah. belajar di sekolah atau lembaga
pendidikan tinggi yang kurang sesuai dengan mmat dan bakat anak dipandang
rnasih lebih baik daripada belajar pada suatu ki rsus atau lembaga pendidikan
non-formal lainnya, sekalipun program pendidikan di lembaga terakbir ini
mungkin lebih sesuai dengan minat dan bakat sang siswa. Karena jumlah
golongan yang berpendirian sepeitf ini cukup besar. maka tumbuhlah dengan
ama> pesatnya dalam masyarakat kita lembaga-lembaga pendidikan formal
yang tidak cukup memperhatikan kebutuhan khusus masyarakat yang
cilayaninya. Mereka menyajikan program-program standar yang sudah ada
tanpa pemah memikirkan, apakah program-program tadi masih sesuai dengan
kebutuhan nyata yang ada. Hasilnya ialah orang-orar.g yang tamat sekolah,
berijazah, tetapi tidak memahami masalah zaman.16
Sebenarnya dimanapun negara yang pendidikannya maju, tidak ada
pendidikan yang murah. Pendidikan itu mahal. Dulu maupun sekarang, tugas
pendidikan tetap saja sania. Mencerdaskan dan inendewasakan anak didik.
Dulu maupun sekarang tugas pejabat pendidikan sama, membuat pendidikan
murah dan bila menampung semua vvarga. Negara ini bisa merdeka jika rakyat
makin dapat akses dan kesempatan yang sama. Terutama kesempatan untuk
menikmati pendidikan. Tepat jika kemudien mereka mendcrong agar
pendidikan itu bisa murah. Apa keistimewaan pendidikan yang murah. Ada
banyak jika mau disebutkan, diantaranya pendidikan murah dapat membikin
banyak orang bergembira. Perasaan senang ini merupakan tugas utama
sekolah sebab dengan kegembiraan dapat merigerjakan apa saja. Orang tua
adalah pihak yang paling diuntungkan andai kata pendidikan itu murah. Masak
tiap tahun ajaran baru, ada banyak penduduk negeri ini yang mengeluh soal
biaya sekolah. yang mahal, yang tidak transparan hingga cemas kalau nanti
dikorup. Agak menggelikan jika pendidikan kemudian mensejajarkan diri
dengan bisnis real estate yang selalu saja mengalami keraikan seiring dengan
harga tanah yang membumbung. Pendidikan itu adalah kebutuhan yang
membikin seseorang disebut sebagai makhluk berakal. Karenanya pendidikan
adalah kebutuhan pokok dan primer. Jika bangsaini memangpunyatujuan
untuk melindungi rakyat maka pendidikan murah adalah bukti keberadaan
negara. Tetapi jika pendidikan mahal maka tidal: saja negara menghina rakyat
tetapi juga mcnganiaya rakyatnya seniri. Yang selanjutnya pendidikan murah
juga menggalang kepedulian masyarakat pada soal pendidikan. Masyarakat
tidak bisa tidak akan memiliki kepedulian dengan pendidikan yang murah.
Kepedulian yang bisa berwujud banyak aktivias. akan tetapi yang paling
penting, kepedulian ini dipacu oleh keikut oertaan banyak pihak dalam
lembaga pendidikan. Murah karenanya mcmerlukan uluran bantuan,
sokongan, dan kebijakan dari berbagai pihak. Dengan ongkos yang murah
maka kualitas bisa ditingkatkan jika ada kebijakan maupun dukungan pihak-
pihak di luar sekolah. selair itu pendidikan murah akan mengakhiri
pengangguran. Sebab sekolah akan dinikmati oleh semua penduduk usia
p.oduktif, Bersamaan dengan pendidikan murah maka sekolah dibuka pada
semua jalur dan ini membikin pendidikan akan memiliki pengetahuan yang
jauh lebih baik. Pendidikan akan mengakibatkan tampilnya generasi yang jauh
lebih cerdas dan ini sekaligus akan meningkatkan kualitas sumber daya
manusianya. Merekalah yang akan mampu memasuki dunia kerja, tidak
sebatas sebagai tenaga buruh tetapi juga tenaga ahli yang iViumpuni. Kuba
rnerupakan contoh bagaimana pemerintah yang menggratiskan sekolah pada
akhimya akan memperoleh kualitas penduduk yang jauh lebih baik. Malaysia
juga rnerupakan contoh dari bagaimana pendidikan lebih diutamakan dan
penduduk kini secara kualitas jauh di atas Indonesia.
Kalau mau disebutkan tentu ada banyak hikmah dan keuntungan jika
pendidikan itu murah. Catatan tebal yang hams digoreskan saat ini adalah
bagaimana mengubah dan menyulap pikiran “komersiil” pada sejumlah orang
digaji rendah tapi tetap mau mengajar. Kita tidak hanya butuh murid nekad,
yang meskipun orang tuanya miskin tetapi tetap beijuang untuk sekolah. kita
tidak hanya butuh orang tua pemCtfrani, meski dibebani biaya mahal tapi tetap
meinaklumi. Akan tetapi yang kita perlukan saat ini adalah pejabat yang
bemyali, berotak encer, dengan sikap keberpihakan yang lugas. Pejabat
pendidikan yang bukan ikut kemana arah kebijakan tetapi pejabat yang
memiliki keberanian untuk tahu kalau pendidikan adalah solusi penting untuk
menyelesaikan banyak soal yang menimpa bangsa ini. Pejabat itu bisa
menteri, kalangan parlemen, kalangan Diknas dan bahkan mungkin presiden.
Kepada merekalah tanggung jawab jawab dan mandat utama untu < urusan
17 ^
pendidikan.
Merosotnya kualitas pendidikan tak bisa dipisahkan dari kebijakan
negara pada sektor pendidikan. Menyamakan lembaga pendidikan dengan
lembaga keuangan jelas merupakan keputusan yang keliru. Literalisasi
pendidikan pada hakekatnya telah memasung akses siswa yang tidak mampu l
untuk menikmati sekolah. Padahal sejak bangsa ini ditimpa krisis jumlah
mereka yang berada d' garis kemiskinan makin membumbung. Apalagi
pemerintah juga kian sering mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang anti
orang misKin, seperti kebijakan penggusuran. Karenanya ada kebutuhan untuk
melakukan perombakan pada kebijakan yang menyangkut pendidikan dan ini
bisa dikerjakan jika pemenntah juga mengeluarkan kebijakan yang berpihak C
pada kaum miskin.
17Eko Prasetyo, op. c it, him. 214
Komersialisasi pendidikan mutlak hams dihentikan karena hanya
memunculkan sekelompok orang yang menggu lakan pendidikan sebagai alat
untuk mendapatkan keuntungan. Dengan pendidikan yang berorientasi populis
maka persoalan menyangkut akses bisa disclesaikan secara berangsur-angsur.
Akan tetapi jika pendidikan hanya diserahkan urusannya pada segelintir orang
yang bermotif laba, musibah pasti muncul : pendidikan kian mengasingkan
>
diri dari kebutuhan riil rakyat. Karenanya ada kebutuhan besar untuk
memmuskan ideologi pendidikan yang tidak berhamba pada laba. Jika
pendidikan memberikan jaminan pada pembeiian biaya yang murah dan ini
ditunjukkan dari kebijakan negara, raaka pendidikan akan dapat tnenampung
warga miskin yang jumlahnya terns membumbung. Pengentasan kemiskinan I
tak bisa diselesaikan dengan kebijakan ekonomi semata tetapi juga melalui
keputusan untuk membiku pendidikan menjadi kian murah.
DI DESA KARANG KEPOH
A. Latar Belakang Pendidikan Anak Orang Miskin di Desa Karang Kepoh
i
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merup'akan kebutuhan
mutlak yang hams dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali
mustahil suatu kelompok mrnusia dapat hidup berkembang sejaian dengan
aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep
pandangan mereka. )
Semakin tinggi cita-cita manusia semakin menuntut kepada
peningkatan mutu pendidikan sebagai sarana mencapai cita-cita tersebut. akan
tetapi di balik itu, karena semakin tinggi cita-cita yang hendak diraih, maka
semakin kompleks jiwa manusia itu, karena didorong oleh tuntutan hidup
(rising demands) yang meningkat pula. Itulah sebabnya pendidikan beserta
lembaga-lembaganya hams menjalani cermin dari cita-cita kelompok manusia C
di satu pihak dan pada waktu bersamaan, pendidikan sekaligus menjadi
lembaga yang mampu mengubah dan meningkatkan cita-cita hidup kelompok
manusia sehingga tidak terbeiakang dan statis.
Untuk memajukan kehidupan mereka itulah, maka pendidikan menjadi > sarana utama yang perlu dikelola, secara sistematis dan konsisten beidasarkan
berbagai pandangan teoretikal dan praktikal sepanjang waktu sesuai dengan
lingkungan hidup manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk yang dinamis,
dan bercita-cita ingin meraih kehidupan yang sejahtera dan bahagia dalam arti
>
yang luas, baik labiriah maupun batiniah, duniawi dan ukhrawi. Namun cita-
cita demikian tak mungkin dicapai jika manusia itu sendiri tidak berusaha
keras meningkatkan kemampuannya seoptimal mungkin melalui proses
pendidikan. Karena proses kependidikan adalah suatu kegiatan secara bertahap
beidasarkan pen ncanaan yang matang untuk mencapai tujuan atau cita-cita
tersebut.
Di sisi lain masalah kemiskinan sekarang ini masih nieiupakan
penyakit kronis, terutama di negara-negara berkembang. Di Indonesia,
masalah kemiskinan telah tcrasa sejak jaman kolonial Belanda. Pemerintah
kolonial pada waktu itu menyadari bahwa dari waktu ke waktu masyarakat
pqdesaan terutama di Jawa, menjadi semakin miskin. Kesejahteraan
masyarakat pedesaan semakin rendah. Pemilikan tanah semakin menyempit
sementara penduduk bertambah dengan cepat.
Kemiskinan pada dasamya dapat di'oedakan menjadi dua, yaitu
kemiskinan kronis (chronic poverty) atau kemiskinan struktrual yang teijadi
terus menerus dan kemiskinan sementara (transient peoverty) yang ditandai
dengan menurunnya pendapatan masyarakat secara sementara sebagai akibat
dari perubahan siklus ekonomi dari kondisi normal menjadi kondisi krisis dan
bencana alam. Masyarakat miskin umumnya lemah dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar seperti pangan dan gizi pendidikan dan kesehatan,
»
kemampuan berusaha dan mempunyai akses yang terbatas kepada kegiatan
Dengan semakin bertambahnya junilah penduduk khususnya di Desa
Karang Kepoh tentu saja dapat menimbulkan berbagai masalah sosial,
diantaranya akan terjadi perlombaan dan saingan dalam menggunakan fasilitas
dan jasa yang tersedia seperti pendidikan, pelayanan kesehatan dan fasilitas
lainnya. Pada umumnya golongan kaya lebih unggul daripada golongan
masyarakat berpenghasilan rendah dalam menggunakan fasilitas yang tersedia.
Sehingga dapat menimbulkan keresahan bagi golongan yang tidak mampu
elConominya.
Dalam bidang pendidikan pun, pada setiap tahun ajaran baru sering
timbul keresahan orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya. Diantara
masalah-masalah yang menimbulkan keresahan orang tua pada tiap tahun
ajaran baru a dal ah :
1. Adanya keresahan orang tua kalau anaknya tidak mendapat tempat di
sekolah.
2. Adanya keresaham orang tua kalau anaknya tidak diterima pada sekolah
pilihannya.
3. Adanya kecurigaan orang tua kalau terjadi tindakap yang melanggar
peraturan, seperti adanya pungutan-pungutan yang dilakukan oleh guru
sekolah sehingga menambah beban orang tua.
4. Adanya keresahan orang tua kalau anaknya tidak dapat meneruskan
sekolahnya kalau putus sekolah karena biaya pendidikan yang begitu
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa yang melatar belakangi pendidikan
anak orang miskin di Desa Karang Kepoh, diantaranya sebagai berikut: r
1 ^ Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga memang cukup dominan dalam
memberikan kontribusi terhadap belajar anak secara ekstemal sosial
memberi konsekuensi tidak terpenuhinya keperluan kebutuhan pendidikan
secara maksimal. Secara internal psikologi memberikan dampak kur,ang
maksimalnya pengembangan potensi, karena adanya dualisme pemikiran ^
antara belajar dan bekeija untuk mengurangi beban orang tuanya. Memang
tidaklah semua, namun hal yang luar biasa pada hal yang demikian ini
hanyalah sebagian kecil yang memang mempunyai motivasi yang kuat dari
dirinya dan dukungan dari orang tua.
)
Kemampuan dalam memberikan sarana dan memenuhi kebutuhan
belajar anak, orang tua atau keluarga pada akhimya akan tersudut pada
kemampuan mengantarkan anak pada jenjang sekolah. Memberikan
kebutuhan akan seragam, memberikan peialatan tubs dan biaya-biaya
kegiatan yang lain misal untuk mengikuti kegiatan ekstra yang juga
memerlukan biaya ekstra. Pada suatu titik tertentu setelah merasakan
begitu beratnya mencari biaya bagi anak pada jenjang tertentu, maika
timbullah gambaran dan bayangan akan berat dan tingginya biaya yang
akan diperlukan bagi penyelenggaraan sekolah pada jenjang yang lebih
tinggi. Terlalu banyak anak yang tidak dapat melanjutkan sekolah karena
belajamya karena terlalu berat dan susahnya memperoleh sarana yang
diperlukan bagi kelanjutan sekolah.
Tidak jarang ditemukan anak-anak usia sekolah yang harus atau
dengan terpaksa ikut bekeija mencari nafkah, dan masih banyak lagi
sektor-sektor riil yang lain yang mampu mengidentifikasikan akan
hubungan antara kekayaan dengan kesempatan memperoleh pendidikan
adalah sangat erat Hal inilah kadang-kadang dengan sendirinya
menimbulkan kepasrahan atas keadaan, himpitan ekonomi dengan disusul
melonjaknya harga-harga kebutuhan hidup telah memaksa untuk
melakukan prioritas kebutuhan yang lebih dari hal yang dapat dipandang
untuk melanjutkan nafas-nafas hidupnya.
Pandangan yang sudah cenderung terdeterminis itu maka motivasi
yang berhasil ditunjukkan akan mencapai titik yang tidak akan maksimal
dikarenakan adanya tuntutan dan bayangan yang sudah cenderung
membebani, meskipun hal yang ditakuti itu belumlah nyata dan dirasakan.
Motivasi dari keluarga sangatlah besar peranannya. Karena faktor orang
tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dal am belajar.
Dalam hal ini sekolah juga memegang wewenang dan berhak pada
pendidikan formal anak. Sekolah harus mampu memberikan motivasi
belajar yang lebih tinggi terhadap semua siswa sehingga kompetisi
berprestasi terjadi diantara siswa.
Hal tersebut akan memberikan bantuan bagi keluarga yang
39
kerjasama di dalam mendidik anak. Sekolah mcnumbuhkan motivasi
belajar formal pada anak, dalam arti mendorong prestasi terhadap
pelajaran-pelajaran di sekolah. Keluarga disamping memberikan motivasi
bidang informil juga harus memenuhi dan mencukupi semua sarana dan
prasarana terhadap kebutuhan belajar anak.
2. Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk Desa Karang Kepoh mayoritas petani
dan buruh tani, untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut:
TABELI
Pada1 dasamya akti vitas orang tua bekerja bertujuan untuk
berpenghasilan masih rendah, mereka teiap berusaha supaya anaknya
mendapat pelayanan pendidikan, bahkan a da orang tua yang tak segan-
scgan, dengan meminjam uang kesana-kemari untuk biaya sekolah.
Bagainianapun, ada pandangan yang terlanjur menjadi “takdir” bahwa
pendidikan adalah tangga uri?Qk naik ke kelas sosial yang lebih baik.
Kebutuhan untuk sekolah seperti keperluan untuk makan dan minum. Tiap
tahun ajaran barn, dengan segenap daya upaya, para orang tua
menyingsingkan lengan untuk mencari biaya agar anaknya bisa sekolah.
Terdapat banyak kisah yang mengharukan bagaimana keija keras orang
tua yang ingin memenuhi kebutuhan pendidikan. Tiap orang tua
menyimpang kisah yang menakjubkan bagaimana mengentaskan anaknya
agar menjadi orang berhasil melalui sekolah.
3. Pendidikan Orang tua Masih Rendah
Tingkat pendidikan para orang tua di desa karang kepoh pada
umumnya masih rendah. Ini dapat dilihat pada tabel berikut.
TABEL II
JUMLAH PENDUDUK MENURUT PENDIDIKAN
No Jenis Pendidikan Jumlah
1 Belum sekolah 236 orang
2 Tidak tanat SD ! 650 orang
Dengan pendidikan yang masih rendah, namun para orang tua
berfikir agar anaknya dapat menikinati pendidikan, mereka berpandangan >
bahwa anaknya bisa memperoleh pendidikan. Karena selania seseorang
betnl-betul ingin belajar, betul-betul mendapatkar. pendidikan, maka
kesempatan untuk keperluan ini selalu dapat diperoleh. Kalau tidak lewat
sekolah, ya lewat kesempatan-kesempatan lain, kursus-kursus, kelompok
belajar, mengikuti acara-acara ceramah dan diskusi.
Karena orang tua merupakan pendidikan serta penentu kehidupan
anak pertama kali, maxa dapat dilihat betapa pentingnva peranan orang tua
dalam pendidikan anak. Maka semakin tinggi tingkat pendidikan orang
tua, akan semakin meningkatkan kesadaran orang tua terhadap tanggung
jawabnya sebagai orang tua untuk mendidik anak, tetapi apabila tingkat ,
pen oorang tua maka kesadaran orang tua untuk mendidik anaknya juga
rendah. Jadi pendidikan orang tua pun sangat mempengaruhi pendidikan
anaknya.
B. Kondisi Pendidikan Anak Orang Miskin di Desa Karang Kepoh
Berdasarkan latar belakang pendidikan anak orang miskin yang telah
diuraikan, pada akhir dan awal iahun ajaran menunjukkan bahwa faktor sosial
ekonomi memang cukup menentukan sebagai penyebab utama putus sekolah
dan mengecilnya arus siswa memasuki sekolah yang lebih tinggi. Biaya dan
harga sosial yang harus dibayar oleh para orang tua untuk menyekolahkan
untuk menyekolahkan anaknya itu cukup kuat. Walaupun disadari pula bahwa
kesudahan pendidikan anaknya itu kadang-kadang tidak inenentu.
Banyaknya biaya yang dibebankan kepada orang tua murid, mereka
kerap mengorbankan kebutuhan primer lainnya seperti makan, baik kualitas
maupun kuantitasnya untuk memenuhi biaya sekolah. Ada beberapa aneka
potongan yang dibebankan oleh sekolah seperti biaya ujian, bangunan sekolah, '
seragam sekolah, seragani olah raga, wisata belajar {study tour), kegiatan
ekstrakurikuler, daftar ulang, raport siswa, dan lain-lain. f
( Dengan demikian kesempatan yang tersedia untuk mendapatkan
pendidikan lebih lama hanya diikuti oleh siswa-siswa yang berasal dari
golongan ekonomi yang lebih baik. Mereka yang menganggap semakin tinggi
level pendidikan semakin besar biaya yang harus ditanggang.
Kendala keterbatasan ekonomi memang merupakan hambatan klasik
dalam pendidikan. Tidak sedikit orang tua yang masih bergelut dengan
susahnya memenuhi kebutuhan primer (makan, pakaian dan perumahan).
Dengan masalah lemahnya ekonomi, anak tidak dapat melanjutkan sekolah ke
jenjang yang tinggi. Karena anak usia sekolah terpaksa dituntut untuk
membantu orang tua mencari nafkah.
>
Dengan keadaan ekonomi yang masih berpenghasilan rendah, maka
pendidikan anak orang miskin belum bisa dipenuhi secara maksimal. Para
orang tua untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya masih cukup
minim. Sehingga anaknya tidak mendapaikan fasilitas-fasilitas yang