• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

47

Perancangan Kampanye Preventif Penyakit Kulit di Lingkungan Keluarga melalui Brand Lifebuoy, Jessica Herris Wang, Universitas Multimedia Nusantara

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengambilan data yang akan digunakan adalah metode hybrid.

Menurut Sugiyono (2016), metode penelitian hybrid atau campuran adalah metode penelitian yang menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif dalam suatu penelitian, bertujuan agar data yang didapat lebih komprehensif, reliabel, valid, dan objektif. Jenis metode kualitatif yang akan dilaksanakan adalah dengan metode studi eksisting dan wawancara bersama dokter kulit, dan representatif dari Lifebuoy. Jenis metode kuantitatif yang akan digunakan adalah kuesioner melalui media Google Forms.

3.1.1. Wawancara

Wawancara dilakukan bersama dr. Irene Dorthy Santoso, SpDV, dokter spesialis kulit, untuk mendapatkan data mengenai penyakit kulit yang sering terjadi dan proses pencegahan yang dapat dilakukan dan kepada Natasha Halim, selaku representatif dari Lifebuoy, untuk mendapatkan data tentang Lifebuoy dan informasi kampanye yang pernah dilakukan. Kedua wawancara dilakukan secara online.

3.1.1.1. Wawancara bersama dr. Irene Dorthy Santoso, SpDV

Wawancara pertama yang telah penulis lakukan adalah dengan dr.

Irene Dorthy Santoso, SpDV, pada 4 September 2021 melalui Zoom. Ia adalah seorang dokter kulit yang praktek di Rumah Sakit Sumber Waras Jakarta, dan juga bekerja sebagai dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara.

(2)

48

Perancangan Kampanye Preventif Penyakit Kulit di Lingkungan Keluarga melalui Brand Lifebuoy, Jessica Herris Wang, Universitas Multimedia Nusantara

Gambar 3.1 Dokumentasi wawancara bersama dr. Irene Dorthy Santoso, SpDV

Berdasarkan wawancara tersebut, dr. Irene menyebutkan bahwa penyakit kulit yang disebabkan oleh kebersihan yang buruk kebanyakan adalah penyakit kulit yang tergolong menular. Penyakit tersebut kerap menular di sebuah komunitas yang berhubungan erat, seperti penghuni asrama, pesantren, lingkungan sekolah, dan juga keluarga. Menurut dr.

Irene, kecenderungan rantai penularan infeksi kulit dimulai melalui anak, karena berhubungan erat dengan teman-teman di sekolah. Jenis infeksi kulit yang paling sering muncul adalah Scabies dan Tinea.

Scabies yang kerap disebut sebagai kudis adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infeksi tungau jenis Sarcoptes scabiei.

Tungau tersebut berkembang biak di permukaan kulit, masuk ke dalam kulit untuk bertelur, hal tersebut menyebabkan gatal. Proses penularan Scabies berlangsung sangat cepat, sehingga cukup sulit untuk menemukan mata rantai penyebarannya. Penularannya sangat mudah biasanya didukung oleh faktor kontak erat. Sebenarnya pengobatan Scabies sendiri tidak sulit, namun harus dilakukan secara berkala, dan harus cepat untuk diobati agar tidak menyebar dan menularkan ke orang lain.

Tinea juga salah satu penyakit kulit yang sering muncul, biasanya ditularkan dari hewan peliharaan. Tetapi proses penularan tinea tidak

(3)

49

Perancangan Kampanye Preventif Penyakit Kulit di Lingkungan Keluarga melalui Brand Lifebuoy, Jessica Herris Wang, Universitas Multimedia Nusantara

secepat penularan Scabies, maka akan lebih cepat dalam proses pencarian mata rantai penularannya.

Pengobatan dari penyakit-penyakit tersebut tidak sulit, hanya menggunakan krim yang dioles secara berkala, yang sulit dari proses penyembuhannya adalah mencari dimana mulainya mata rantai dari penyakit tersebut dan melakukan pengobatan secara serentak, yang terpenting adalah edukasi untuk memutus mata rantainya. Untuk menghindari penularan penyakit tersebut, kebersihan diri dan peralatan pribadi harus dijaga, seperti mandi dua kali sehari, mencuci tangan dengan sabun, mengganti dan mencuci pakaian setelah digunakan, dan menjemur peralatan rumah tangga di bawah sinar matahari secara berkala.

3.1.1.2. Wawancara bersama Natasha Halim

Wawancara kedua yang telah penulis lakukan adalah dengan Natasha Halim, pada 7 September 2021 melalui Line Video Call, selaku representatif dari Lifebuoy.

Gambar 3.2 Dokumentasi wawancara bersama Natasha Halim

Berdasarkan wawancara tersebut, Natasha menyebutkan bahwa proses awal pembuatan kampanye adalah proses research, yaitu mencari

(4)

50

Perancangan Kampanye Preventif Penyakit Kulit di Lingkungan Keluarga melalui Brand Lifebuoy, Jessica Herris Wang, Universitas Multimedia Nusantara

societal issue yang ingin diangkat, dan identifikasi permasalahan tersebut.

Berikutnya, adalah proses pencarian dan penarikan insight. Setelah itu, adalah proses penentuan objectives. Dari informasi yang didapat dari proses awal tersebut, tim dapat mulai generate big idea dari keseluruhan kampanye. Dari semua proses tersebut, tim membuat proposal yang berisi key message, objectives, dan activity yang ingin digunakan dalam kampanye. Dari tim Lifebuoy sendiri, proses berjalannya kampanye berdampingan dengan creative agency. Tetapi tidak semua brand dibawah naungan Unilever menggunakan external power seperti creative agency.

Untuk proses visualisasi, Lifebuoy memiliki visual guideline, misalnya dominan warna merah dengan aksen silver. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesan dan mendiferensiasikan Lifebuoy dengan brand lainnya.

Framework atau thinking tools yang selalu digunakan oleh Lifebuoy adalah Trigger, Experience, and Amplify. Trigger berfungsi sebagai pemicu audiens, experience berfungsi untuk memberikan gambaran mengenai brand, dan amplify berfungsi untuk menambah loyalitas audiens.

Menurut Natasha, kampanye yang baik adalah kampanye yang menjawab sebuah kebutuhan dan tidak menjatuhkan pihak lain. Kampanye Lifebuoy sebelumnya pernah dilakukan yang menurut Natasha sangat berhasil adalah campaign dari Lifebuoy India, yang berupa Lifebuoy Handwashing Campaign pada hari besar Maha Kumbh Mela tahun 2013.

Gambar 3.3 Lifebuoy Handwashing Campaign India Sumber: Youtube

(5)

51

Perancangan Kampanye Preventif Penyakit Kulit di Lingkungan Keluarga melalui Brand Lifebuoy, Jessica Herris Wang, Universitas Multimedia Nusantara

Kampanye dianggap berhasil ketika mencapai KPI (Key Performance Indicator) yang ditentukan sebelum kampanye dilaksanakan.

Biasanya, KPI berupa angka-angka viewers dan partisipan. Jika engagement dari sebuah kampanye sudah melewati angka-angka yang telah ditetapkan, kampanye sudah dianggap sukses.

Desain dan visual sangat penting dalam sebuah kampanye, karena visual bisa mengantarkan banyak sekali pesan. Sebaik apapun proses dibalik sebuah kampanye, jika visualnya tidak menarik, pesannya tidak dapat disampaikan dengan baik. Proses kampanye Lifebuoy biasanya menggunakan formula AIDA (Awareness, Interest, Desire, Action), yang berbentuk seperti corong, maka jika di tahap Awareness partisipan kampanye sedikit, akan lebih sedikit partisipan yang mengikuti di tahap Action. Itulah mengapa visual yang baik sangat penting dalam sebuah kampanye, dengan visual yang mendukung, akan lebih besar massa yang tertarik untuk mengikuti kampanye.

Media yang digunakan dalam kampanye tergantung dengan pesan dan brand. Lifebuoy tergolong menjadi brand yang lebih mengarah ke kelas ekonomi menengah ke bawah, maka Lifebuoy lebih sering menggunakan iklan di televisi dan iklan di Youtube dan Instagram. Untuk media konvensional, Lifebuoy biasanya menggunakan banner, billboard, dan POS.

3.1.1.3. Kesimpulan Wawancara

Berdasarkan wawancara bersama dr. Irene, dapat disimpulkan bahwa masih banyak masyarakat yang harus di edukasi mengenai penyakit kulit terkait, dengan cepatnya penyebaran beberapa penyakit kulit tersebut, masyarakat harus terus waspada dengan kebersihan diri dan juga lingkungannya.

Berdasarkan wawancara bersama Natasha, dapat disimpulkan bahwa proses pembuatan kampanye harus dimulai dengan identifikasi

(6)

52

Perancangan Kampanye Preventif Penyakit Kulit di Lingkungan Keluarga melalui Brand Lifebuoy, Jessica Herris Wang, Universitas Multimedia Nusantara

permasalahan dan isu sosial yang jelas. Tujuan perancangan kampanye juga harus menjawab permasalahan yang ada di lingkungan.

Dari kedua wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa kedua narasumber dapat memberikan informasi mendalam yang dapat diaplikasikan dalam perancangan ini. Kedua narasumber juga telah memberikan insight dari field mereka masing-masing yang dapat mempermudah proses perancangan kampanye preventif penyakit kulit ini.

3.1.2. Studi Eksisting

Dalam proses pengumpulan data, penulis melakukan studi eksisting.

Studi eksisting merupakan proses pembelajaran dari keberhasilan kampanye yang pernah dilakukan sebelumnya. Penulis melakukan studi eksisting dari kampanye World Health Organization x Urbani: A Clean and Healthy Me dan UNICEF: Water, Sanitation, and Hygiene (WASH).

3.1.2.1. WHO x Urbani: A Clean and Healthy Me

Kampanye ini dibuat oleh Urbani yang berfokus pada kesehatan di sekolah, bekerja sama dengan World Health Organization. Bertujuan untuk menjelaskan pentingnya personal hygiene, metode yang benar dalam menjaga kebersihan, mengubah kebiasaan buruk, dan menerapkan kebiasaan baik dalam menjaga kebersihan.

Gambar 3.4 Kampanye Buku A Clean and Healthy Me Sumber: WHO

(7)

53

Perancangan Kampanye Preventif Penyakit Kulit di Lingkungan Keluarga melalui Brand Lifebuoy, Jessica Herris Wang, Universitas Multimedia Nusantara

Pesan yang ingin disampaikan melalui kampanye ini adalah tubuh yang bersih adalah tubuh yang sehat dan menerapkan kebiasaan yang bersih adalah sebuah tanggung jawab. Kampanye ini membahas topik secara menyeluruh, mulai dari proses mencuci tangan, mandi, hingga penggunaan alat makan sendiri. Media yang digunakan dalam kampanye ini adalah sebuah guidebook. Kekurangan buku ini adalah penyampaian informasi yang cukup panjang membuat target audiens yang berupa anak-anak sulit untuk fokus membaca.

3.1.2.2. UNICEF: Water, Sanitation, and Hygiene (WASH)

Kampanye Water, Sanitation, and Hygiene (WASH) dibuat oleh UNICEF. Tujuan dari kampanye ini adalah untuk memberikan wadah untuk kebersihan bagi anak-anak yang tinggal di area rural, area urban, dan kota kecil. Kampanye ini ditujukan kepada anak-anak, caregivers, dan komunitas-komunitas tertentu. Kampanye ini dilakukan berdasarkan beberapa fakta, 2.2 miliar penduduk di seluruh dunia masih belum memiliki sumber air yang baik, lebih dari setengah populasi global tidak memiliki akses sanitasi yang aman, 3 miliar penduduk di dunia belum mempunyai akses ke fasilitas mencuci tangan dan mandi dengan sabun.

Gambar 3.5 Kampanye WASH Sumber: UNICEF

(8)

54

Perancangan Kampanye Preventif Penyakit Kulit di Lingkungan Keluarga melalui Brand Lifebuoy, Jessica Herris Wang, Universitas Multimedia Nusantara

Konsekuensi dari air, sanitasi, dan kebersihan yang tidak baik dapat menjadi sesuatu yang mematikan bagi anak-anak. Di beberapa negara konflik, kemungkinan anak-anak meninggal karena penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air, sanitasi, dan kebersihan lebih dari 20 kali lipat dibandingkan dengan area lain. Informasi kampanye ini sangat menyeluruh dalam topik bahasannya. Kekurangan dari kampanye ini adalah distribusinya yang kurang menyeluruh, karena di kota besar seperti Jakarta saja, masih banyak yang belum tahu tentang kampanye WASH, dan masih banyak anak-anak yang belum memiliki akses ke air bersih, sanitasi, dan kebersihan yang benar.

3.1.2.3. Kesimpulan Studi Eksisting

Kampanye tentang hygiene dan sanitasi masih sangat minim yang pesannya berhasil sampai kepada audiens di Indonesia, terutama di Jakarta.

Walaupun informasi yang diberikan sudah cukup lengkap, tetapi masih banyak masyarakat yang tidak memiliki akses ke informasi tersebut.

3.1.3. Studi Referensi

Studi referensi akan dilakukan dengan tiga kampanye yang berbeda.

Kampanye yang akan dijadikan referensi adalah Kampanye Black Labs Singapore: #Match4Life, GOONJ: Little Needs, dan Lifebuoy:

Handwashing Campaign India.

3.1.3.1. Kampanye Black Labs Singapore: #Match4Life

Kampanye ini dilakukan oleh Bone Marrow Donor Programme bersama Black Labs di Singapore, bertujuan untuk membuat kampanye ajakan untuk donor sumsum tulang. Kampanye ini diadakan bertepatan dengan World Marrow Donor Day pada 19 September.

(9)

55

Perancangan Kampanye Preventif Penyakit Kulit di Lingkungan Keluarga melalui Brand Lifebuoy, Jessica Herris Wang, Universitas Multimedia Nusantara

Gambar 3.6 Kampanye #Match4Life Sumber: CampaignBriefAsia

Kampanye ini adalah fase pertama dari proses BMDP untuk menambah 50,000 pendonor baru selama tiga tahun kedepan. Untuk membuat konten dari kampanye ini, Black Labs melakukan wawancara langsung bersama penderita dan pendonor agar mendapat pengalaman langsung mereka.

Visualisasi dari kampanye ini adalah menggunakan digital imaging, dan campuran tipografi display dan sans serif yang menarik. Kemudian dipadukan dengan cerita pengalaman langsung dari figur kampanye tersebut. Menurut penulis, konsep ini sangat mudah dimengerti dan juga sangat menyentuh audiens. Grid yang digunakan dalam desain kampanye ini adalah multicolumn grid. Desain ini juga memanfaatkan white space dan emphasis yang membuat desain terlihat simetris.

3.1.3.2. GOONJ: Little Needs.

Kampanye ini dibuat oleh Unmesh Nayak untuk Goonj, sebuah organisasi non-profit di India. Tujuan dibuatnya kampanye ini adalah untuk mempromosikan service donasi materi dari Goonj dan menginformasikan masyarakat bahwa donasi material seperti barang sehari-hari juga penting.

Konsep dari kampanye ini adalah menginformasikan bahwa donasi sekecil apapun bagi masyarakat kurang mampu itu berharga bagi mereka.

(10)

56

Perancangan Kampanye Preventif Penyakit Kulit di Lingkungan Keluarga melalui Brand Lifebuoy, Jessica Herris Wang, Universitas Multimedia Nusantara

Gambar 3.7 Kampanye Little Needs.

Sumber: Behance

Visualisasi dari kampanye ini adalah foto, dengan beberapa ilustrasi line art untuk menjadi emphasis dari keseluruhan desain. Tipografi yang digunakan adalah sans serif, dengan ukuran yang kecil membuat audiens lebih fokus kepada gambar yang ditampilkan.

3.1.3.3. Lifebuoy: Handwashing Campaign India

Kampanye ini dilakukan oleh Lifebuoy India dalam rangka hari besar Maha Kumbh Mela tahun 2013. Pada hari besar tersebut, masyarakat India makan bersama menggunakan tangan. Lifebuoy melihat hal tersebut sebagai peluang untuk melakukan kampanye mencuci tangan. Media yang digunakan adalah media inkonvensional, yaitu melalui cetakan di Roti, makanan khas India.

Gambar 3.8 Lifebuoy Handwashing Campaign India Sumber: Youtube

(11)

57

Perancangan Kampanye Preventif Penyakit Kulit di Lingkungan Keluarga melalui Brand Lifebuoy, Jessica Herris Wang, Universitas Multimedia Nusantara

Lifebuoy juga menyediakan fasilitas mencuci tangan di sekitar area, maka para audiens bisa langsung mengeksekusi kampanye tersebut.

Pesan dari kampanye disampaikan melalui TVC, yang disebarkan di Youtube dan platform lainnya.

Visualisasi dari kampanye ini menggunakan media inkonvensional (ambient design) yang tidak terpikirkan sebelumnya. Pesan yang ingin disampaikan singkat dan jelas, dan dapat langsung dilakukan.

Untuk proses desain, Lifebuoy menggunakan emphasis tulisan “Did you wash your hands with Lifebuoy?” di atas Roti, dengan Bahasa Hindi untuk meraih target audiens mereka. Dalam video, Lifebuoy menggunakan satu jenis font dan memanfaatkan typeface bold dan regular.

3.1.3.4. Kesimpulan Studi Referensi

Dalam studi referensi ini, penulis menyadari bahwa kampanye yang baik adalah kampanye yang dapat menjawab sebuah permasalahan.

Desain yang digunakan juga bisa dikreasikan menjadi digital imaging, dengan sentuhan ilustrasi, selama tujuannya untuk memperkuat pesan kampanye. Penggunaan grid, emphasis, hierarki, dan whitespace juga sangat penting dalam perancangan kampanye. Dengan whitespace yang baik, kampanye akan lebih mudah untuk diterima informasinya oleh para audiens.

Emphasis dan hierarki juga menentukan pesan yang ingin disampaikan.

Kemudian, untuk konten dari kampanye, harus menggunakan kalimat yang membawa kesan relatable dengan audiens, dengan hal tersebut, audiens dapat resonate pesan kampanye.

3.1.4. Riset Kompetitor

Tabel Perbandingan Kompetitor

Lifebuoy Dettol Nuvo Zen

Logo

Produk dari perusahaan

Unilever Reckitt Benckiser

Wings Group

PT Bina Karya Indonesia

(12)

58

Perancangan Kampanye Preventif Penyakit Kulit di Lingkungan Keluarga melalui Brand Lifebuoy, Jessica Herris Wang, Universitas Multimedia Nusantara

Produk yang

ditawarkan Sabun mandi, Shampoo, Handsoap, Hand sanitizer

Wet wipes, Hand sanitizer, Sabun mandi, Cairan antiseptik

Hand sanitizer, Wet wipes, Sabun mandi, Handsoap

Sabun mandi

Produk unggulan

Sabun mandi antibakteri

Handsoap &

cairan antiseptik

Hand sanitizer

Sabun mandi

Harga Rp10,000

sampai Rp50,000

Rp15,000 sampai Rp80,000

Rp5,000 sampai Rp85,000

Rp3,000 sampai Rp45,000 Target

konsumen Keluarga

(Ibu) Keluarga

(Ibu) Keluarga

(Ibu) Keluarga (Ibu) Kelebihan Top of mind

konsumen, kemudahan untuk

mendapatkan produk karena tersedia di offline dan online store.

Kemudahan untuk

mendapatkan produk karena tersedia di offline dan online store, konten sosial media

beragam dan menarik

Kemudahan untuk

mendapatkan produk karena tersedia di offline dan online store, Harga tergolong variatif.

Harga lebih murah

dibandingkan kompetitor.

Fokus dengan USP mereka, yaitu Red Shiso Jepang.

Kekurangan Social media kurang konsisten, Kurang e- commerce promotion dibandingkan dengan kompetitor

Harga lebih mahal

dibandingkan dengan kompetitor.

Packaging kurang ada variasi.

Kurang adanya unique selling point dari produk dan

packaging produk.

Approach desain kurang sesuai

dengan target konsumen.

Hashtag yang digunakan kurang menyampai- kan pesan yang jelas.

Jenis pemasaran yang sering dilakukan

Organic posts, product teaser, digital activities,

E-commerce promotion, competition

& giveaway

TVC, organic posts, digital activities

Organic posts, giveaway &

competition, E-commerce

(13)

59

Perancangan Kampanye Preventif Penyakit Kulit di Lingkungan Keluarga melalui Brand Lifebuoy, Jessica Herris Wang, Universitas Multimedia Nusantara

competition

& giveaway promotion

Pesan yang sering disampaikan

Protects you from germs and makes your skin glow

To

moisturize your skin and keep them clean and healthy

Long lasting cool and fresh sensation

To protect from germs and

moisturize your skin Strategi dan

taktik pesan Hard selling Hard selling Hard selling Hard selling Jenis visual

yang digunakan

Photography, digital

imaging

Photography, digital

imaging

Photography, digital

imaging

Photography, digital

imaging Media yang

digunakan

E-commerce, TVC, Social media, offline activation

Social media, e-commerce

Social media, TVC

Social media, e-commerce

Tabel 3. 1. Tabel Riset Kompetitor

3.1.5. Kuesioner

Kuesioner dilaksanakan melalui media Google Forms. Jenis pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probabilitas, dengan teknik snowball. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik DKI Jakarta 2020, populasi wanita berusia 25 sampai 44 berjumlah 1.783.271 jiwa. Sampel dihitung dengan rumus Slovin, dengan derajat ketelitian 10%.

! = #

1 + #. '! Keterangan:

S : ukuran sampel N : ukuran populasi e : margin of error

Diketahui:

(14)

60

Perancangan Kampanye Preventif Penyakit Kulit di Lingkungan Keluarga melalui Brand Lifebuoy, Jessica Herris Wang, Universitas Multimedia Nusantara

N : 1.783.271 e : 10% = 0,1

Jawab:

! = 1783271

1 + 1783271 - 0,1!

! = 1783271 1 + 17832,71

! = 1783271

17833,71= 99,99

! = 100

Berdasarkan perhitungan sampel dengan rumus Slovin dan menggunakan derajat ketelitian 10%, maka kebutuhan jumlah sampel adalah 100 responden. Tujuan dilakukannya kuesioner ini adalah untuk mengetahui insight responden mengenai penyakit kulit. Kuesioner telah diisi oleh 102 responden. Mayoritas responden adalah ibu rumah tangga di Jakarta, dengan pendapatan per bulan lebih dari Rp 3,000,000.

Gambar 3.9 Pie Chart Penyakit Kulit

62,7% dari responden pernah mengalami penyakit kulit, mayoritas dari responden pernah mengalami kurap (20%), scabies (18,9%), dan panu (14,7%). Beberapa respon lain berupa gatal, biduran, eksim, dan kaligata (9,1%).

(15)

61

Perancangan Kampanye Preventif Penyakit Kulit di Lingkungan Keluarga melalui Brand Lifebuoy, Jessica Herris Wang, Universitas Multimedia Nusantara

Gambar 3.10 Pie Chart Personal Hygiene

Mayoritas dari responden sudah mengetahui istilah personal hygiene (70,6%), dan berdasarkan data yang didapatkan dari 102 responden, 48 (47,1%) dari responden telah menerapkan mandi dua kali sehari, dan 48 (47,1%) dari responden kadang-kadang menerapkan mandi dua kali sehari.

45,1% dari responden selalu mandi setelah beraktivitas, dan 42,2%

menjawab kadang-kadang mandi setelah beraktivitas. Mayoritas dari responden (60,4%) tidak mencuci rambut setiap hari, hanya 2 sampai 3 hari sekali.

Gambar 3.11 Pie Chart Merek Sabun

Merek sabun mayoritas responden adalah Lifebuoy (40,6%), diikuti dengan Dettol (17,8%), Nuvo (11,9%), dan Biore (6,9%).

Gambar 3.12 Pie Chart Jenis Media Responden

(16)

62

Perancangan Kampanye Preventif Penyakit Kulit di Lingkungan Keluarga melalui Brand Lifebuoy, Jessica Herris Wang, Universitas Multimedia Nusantara

Mayoritas dari responden lebih sering menggunakan media digital (96,1%). Dan media sosial yang paling banyak digunakan adalah Instagram (59,8%), Tiktok (45,1%), Youtube (44,1%), Facebook (33,3%), dan Whatsapp (5,9%). Media konvensional yang masih sering dilihat adalah billboard (48,5%), brosur (31,7%), majalah dan koran (23,8%), dan buku (18,8%).

Gambar 3.13 Pie Chart Partisipasi Kampanye

52,9% responden menjawab bahwa kampanye mungkin berguna untuk menangani pencegahan penyakit kulit, dan 45,1% menjawab bahwa kampanye berguna untuk menangani pencegahan penyakit kulit. Mayoritas dari responden (65,3%) bersedia untuk berpartisipasi dalam kampanye ini.

3.2 Metode Perancangan

Dalam perancangan media informasi mengenai tradisi Hari Natal di Indonesia ini, penulis akan menggunakan metode perancangan sesuai dengan proses perancangan desain menurut Landa (2010) yaitu Six Phases of The Project Process dalam buku Advertising by Design. Berikut proses perancangan desain:

(17)

63

Perancangan Kampanye Preventif Penyakit Kulit di Lingkungan Keluarga melalui Brand Lifebuoy, Jessica Herris Wang, Universitas Multimedia Nusantara

3.2.1. Orientation

Fase pertama dari sebuah project berisi dengan riset, mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam kampanye yang akan dirancang. Melakukan identifikasi isu social, menentukan goal, dan menentukan target audiens.

3.2.2. Strategy

Setelah melakukan riset di fase pertama, saatnya untuk mengembangkan strategi pencarian solusi. Di fase ini bertujuan untuk memeriksa, menilai, dan merencanakan. Strategi adalah landasan konseptual dari sebuah kampanye, menyatukan visual dan verbal dalam sebuah media.

Selain itu, strategi juga merupakan rencana konseptual yang dapat dipegang sebagai pedoman dalam proses mendesain, berupa creative brief. Strategi yang akan digunakan adalah AISAS (Sugiyama dan Andree, 2010), yaitu Awareness, Interest, Search, Action, Sharing.

3.2.3. Ideas

Fase ide adalah tahap yang paling menantang dalam sebuah proses kampanye, karena kampanye yang kreatif membutuhkan komunikasi pesan yang bermakna. Dalam perumusan ide, memerlukan penelitian, analisis, interpretasi, dan berpikir kreatif. Karena desain bukan hanya berfungsi sebagai penarik perhatian audiens dengan penampilannya, namun juga bentuk dan isinya harus saling bergantung. Pencarian ide dan konsep melalui proses mindmapping dan moodboard untuk menentukan big idea dari kampanye.

3.2.4. Design

Dalam fase ini, penulis akan memvisualisasikan ide dan strategi yang sudah dijabarkan dalam creative brief, merancang visual sesuai dengan hasil riset, yang kemudian dibuat lebih detail menjadi key visual.

(18)

64

Perancangan Kampanye Preventif Penyakit Kulit di Lingkungan Keluarga melalui Brand Lifebuoy, Jessica Herris Wang, Universitas Multimedia Nusantara

3.2.5. Production

Tahap production adalah tahap dimana desain sudah difinalisasi dan siap untuk diproduksi dalam bentuk fisiknya, dapat berupa desain digital atau tradisional.

3.2.6. Implementation

Pada tahap terakhir, desain yang sudah diproduksi disebarluaskan.

Fase ini digunakan sebagai fase untuk meninjau ulang semua proses desain yang telah dilakukan dan melakukan evaluasi.

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan Kampanye Promosi Wisata Desa Wae Rebo, Nusa Tenggara Timur Oleh Tiket.com Untuk Masyarakat Indonesia, Devina Chilsie, Universitas Multimedia Nusantara..

Perancangan Media Informasi Tradisi Tarian Naga Pontianak, Velisha Dhea Lingga, Universitas Multimedia Nusantara..

Perancangan Kampanye Bijak Berinternet untuk Anak Usia 5 -–12 Tahun ,Alvin Maudy Kurniabana, Universitas Multimedia

Dengan dirancangnya tugas akhir ini, manfaat yang didapatkan oleh masyarakat khususnya di Kabupaten Bogor adalah menambah pengetahuan dan mengubah pola pikir

Perancangan Kampanye Stop…, Vincentius Christian, Universitas Multimedia Nusantara 19 Jenis kampanye non-profit yang berorientasi pada isu sosial. Kampanye ini secara

Perancangan Aplikasi Interaktif Senam Aerobik Untuk Anak..., Aaqilah Mardhiyah Zahirah, Universitas Multimedia Nusantara5.

Perancangan Kampanye Waspada Toxic Productivity di Lingkungan Universitas, Nelva Aprilinca, Universitas Multimedia

Analisis Pengaruh Brand Image, Product Quality dan Perceived Price terhadap Purchase Intention pada Daihatsu Sigra, Surya Angtonio, Universitas Multimedia Nusantara..