• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran A : Lembar BimbinganTranskrip wawancara dengan Syazka Kirani Narindra, M.Psi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Lampiran A : Lembar BimbinganTranskrip wawancara dengan Syazka Kirani Narindra, M.Psi."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

xiv

Perancangan Kampanye Waspada Toxic Productivity di Lingkungan Universitas, Nelva Aprilinca, Universitas Multimedia Nusantara

LAMPIRAN

Lampiran A : Lembar BimbinganTranskrip wawancara dengan Syazka Kirani Narindra, M.Psi.

Waktu : Minggu, 29 Agustus 2021 Media : Video call melalui Zoom Data diri :

1. Nama : Syazka Kirani Narindra, M.Psi.

2. Profesi : Psikolog Klinis, Kepala Konseling UNAS, Associate di Mutiara Edu.

Keterangan :

P : Pewawancara (penulis) N : Narasumber

Pertanyaan dan Jawaban :

1. P : Menurut anda apa itu produktivitas dan bagaimana produktivitas yang baik menurut anda?

N : Produktivitas itu kan kata dasarnya produk ya, berati ada suatu hasil jadi suatu aktivitas yang menghasilkan suatu produk. Sehingga produktivitas yang baik itu apa? Adalah ketika kita suatu waktu efisien membuat produk dalam kegiatan tersebut gitu. Jadi kalau ditanya produktivitas yang positif atau negatif itu dihitungnya gimana, misalnya nih aku kerja udah 8 jam tapi kok kerjaanya ga kelar-kelar ya, enggak ada produk udah kayak robot.

Padahal kan fungsi robot dan manusia itu berbeda ya. Manusia itu diciptakan untuk berfikir sendiri kalau robot enggak. Jadi, produktivitas yang baik itu gimana? Dimana durasi waktu yang dipakai itu sesuai dengan jumlah produk. Kayak misalkan aku kerja satu jam atau dua jam dan produknya

(2)

xv

Perancangan Kampanye Waspada Toxic Productivity di Lingkungan Universitas, Nelva Aprilinca, Universitas Multimedia Nusantara

cuma keluar satu tapi emang kompleksitasnya ya segitulah. Jadi berbanding lurus antara waktu dan tenaga dengan produk yang dihasilkan.

2. P : Karena istilah toxic productivity masih relatif baru, menurut anda sendiri apa itu toxic productivity?

N: Toxic productivity mungkin aku juga baru sempet baca setelah nelva bilang mau bahas tentang toxic productivity. Karena sekarang kan lagi banyak yang toxic ya, seperti toxic positivity, toxic relationship, toxic parents. Jadi aku juga ngegoogle dan dari yang aku lihat akarnya dari toxic positivity dimana harus terus terlihat oke. Nah, kalau toxic productivity ini lebih seperti aku ngerasa low, tapi aku harus tetap produktif dan harus dipaksa. Jadi toxic productivity itu apa? Kan tadi aku bilang produktif yang baik itu berbanding lurus antara waktu, tenaga dan produk. Ketika salah satunya tidak berbanding lurus dan dipaksa, atau kita ingin tampil layaknnya produktif, pengen keliatan untuk berlomba-lomba. Padahal kalau ditanya, hanya ingin keliatan sibuk aja. Padahal tidak ada produk yang dihasilkan.

Apalagi di kondisi WFH saat ini, kita ingin berinteraksi dengan orang lain jadi kita pura-pura sibuk. Sehingga toxic productivity itu adalah memaksakan diri untuk tampil produktif atau memaksakan energi kita untuk terus produktif.

3. P : Menurut anda kenapa toxic productivity itu bisa terjadi? Apakah ada hubungannya dengan persepsi masyarakat tentang produktivitas itu sendiri?

N : Mungkin ini bakal aku sambungin dengan beberapa klienku yang emang senang bekerja ya, mereka ngerasa harus kerja, kerja, kerja. Dan aku tanya emang kenapa kalau kamu ga kerja? Dan mereka jawab mereka merasa gagal, serta merasa not good enough karena orang lain produktif sedangkan aku enggak. Jadi apakah itu karena masyarakat? Kalau menurut aku, zaman sekarang ini semua serba cepat. Sehingga toxic productivity ini muncul

(3)

xvi

Perancangan Kampanye Waspada Toxic Productivity di Lingkungan Universitas, Nelva Aprilinca, Universitas Multimedia Nusantara

karena kita melihat bahwa dunia ini sangat cepat, jadi kita harus ikutan cepat atau hustle. Padahal kita cepat, tapi mau kemana? Ga ada tujuannya.

Sehingga bisa aku bilang, emang di generasi sekarang kita “diajarkan” untuk hustling, kalau tidak produktif itu aneh. Kita bahkan sering mengecam orang yang tidak ngapa-ngapain. Atau bahkan muncul rasa iri karena membanding- bandingkan diri. Sehingga ada standar yang menciptakan yang namanya lomba produktivitas.

4. P : Selain di dunia kerja, menurut anda apakah toxic productivity dapat terjadi di universitas? Terutama pada mahasiswa?

N : Bisa banget. Bukan cuma mahasiswa, tapi semua orang juga bisa.

Kenapa? Karena di kondisi seperti sekarang ini, aku bisa bilang toxic productivity itu kata dasarnya adalah more. Makanya seperti yang aku bilang terus lari, padahal ga ada tujuan. Sifat ga enakan juga bisa buat orang kena toxic productivity. Kayak misalkan kamu di perkuliahan gini punya temen sekelompok yang ga enakan orangnya. Terus dia disuruh untuk kerjain tugas temennya padahal itu tugas kelompok. Dan karena dia ga enakan, jadi dia terpaksa ngerjain. Padahal energi yang dia punya bisa dibagi-bagi lho, karena itu kan tugas kelompok.

5. P : Faktor-faktor apa aja yang dapat menyebabkan mahasiswa terjebak dalam toxic productivity?

N : Kalau aku bisa bilang jelas dari social media. Tapi, aku juga bisa bilang dari pressurenya. Bukan pressure dari orang lain, tapi pressure terhadap diri sendiri dan perasaan tidak cukup / insecure, dan orang yang tidak punya boundaries.

(4)

xvii

Perancangan Kampanye Waspada Toxic Productivity di Lingkungan Universitas, Nelva Aprilinca, Universitas Multimedia Nusantara

6. P : Menurut anda apa tanda-tanda seorang mahasiswa terjebak dalam toxic productivity?

N : Kalau aku bisa bilang adalah kamu harus sadar ketika kamu mulai ngebanding-bandingin dirimu dengan orang lain. Ketika kamu mulai compare, itu berarti kamu udah kenapa-kenapa. Lalu, perlu dicek juga apa yang kamu lakukan setelah kamu neglakuin compare. Apakah kamu akan langsung bertindak atau malah overthinking jadinya. Kemudian, perlu dilihat jam istirahat kamu. Dan kalau kamu ga tau jam tidur kamu sendiri, itu sendiri udah berbahaya.

7. P : Apakah terjebak dalam toxic productivity itu bisa berdampak ke kesehatan mental dan fisik kita?

N : Iya, betul.

8. P : Apakah anda punya tips untuk mahasiswa yang terjebak dalam toxic productivity?

N : Pertama harus minta tolong dan membiasakan orang lain untuk membantu. Kemudian, perlu tau kapan waktu istirahatnya, dan perlu menyadari kamu itu manusia. Robot aja perlu waktu untuk recharge.

Perhatikan makan, minum, istirahat.

9. P : Apakah anda punya insight tertentu mengenai pendapat orang- orang yang menganggap menjadi produktif sepanjang hari itu merupakan sebuah achievement?

N : Mungkin di awal kesannya keren. Tapi, aku bisa bilang efeknya akan berdampak di kemudian hari. Kalau kamu produktif terus tapi ga istirahat,

(5)

xviii

Perancangan Kampanye Waspada Toxic Productivity di Lingkungan Universitas, Nelva Aprilinca, Universitas Multimedia Nusantara

badan kamu yang akan kena akibatnya di kemudian hari. Kualitas kesehatan kamu bakal nurun.

10. P : Seberapa penting dilakukannya kampanye tentang toxic productivity ini menurut anda?

N : Penting. Tapi, bukan ke arah “jangan kena toxic productivity”, karena level produktivitas orang-orang kan beda, tapi lebih ke mengenal diri sendiri lebih dulu untuk mengetahui batasan-batasan diri. Jadi, lebih diberi tahu bahwa toxic productivity ini ga keren lho, karena dampaknya bakal besar ke kalian.

(6)

xix

Perancangan Kampanye Waspada Toxic Productivity di Lingkungan Universitas, Nelva Aprilinca, Universitas Multimedia Nusantara

Lampiran B : Lembar BimbinganTranskrip wawancara dengan Hertha Christabellle Hambalie, M.Psi.

Waktu : Minggu, 5 September 2021 Media : Email

Data diri :

1. Nama : Hertha Christabellle Hambalie, M.Psi.

2. Profesi : Psikolog Klinis Keterangan :

P : Pewawancara (penulis) N : Narasumber

1. P : Menurut anda apa itu produktivitas dan bagaimana produktivitas yang baik menurut anda?

N: Dari KBBI, produktif/pro·duk·tif/ a 1 bersifat atau mampu menghasilkan (dalam jumlah besar): perkebunan itu sangat --; 2 mendatangkan (memberi hasil, manfaat, dan sebagainya); menguntungkan: tabungan masyarakat dapat dipinjamkan kembali untuk keperluan --; 3 Ling mampu menghasilkan terus dan dipakai secara teratur untuk membentuk unsur-unsur baru: prefiks meng- merupakan prefiks yang --;

Jadi produktivitas adalah keadaan dimana seseorang menghasilkan sesuatu, misalnya karya yang bisa dikaitkan dengan menghasilkan pendapatan untuknya.

(7)

xx

Perancangan Kampanye Waspada Toxic Productivity di Lingkungan Universitas, Nelva Aprilinca, Universitas Multimedia Nusantara

2. P : Karena istilah toxic productivity masih relatif baru, menurut anda sendiri apa itu toxic productivity?

N: Toxic mengacu kepada mengganggu dan merugikan, baik bagi diri sendiri dan orang lain. Itu juga terjadi saat kita produktif tapi “terlalu” berlebihan, sehingga mengganggu diri kita dan orang. Sehingga jika dari katanya bisa dikatakan keadaan dimana seseorang ingin menghasilkan sesuatu terus menerus hingga mengganggu orang lain dan kesejahteraan dirinya. Pendapat lain mentitik beratkan keinginan untuk terus menerus menjadi produktif terus menerus dengan semua usaha dan cara, dan ia tidak mempu mengontrol keinginan itu. Biasanya aka nada rasa bersalah jika ia berhenti atau berisirahat.

3. P : Menurut anda kenapa toxic productivity itu bisa terjadi? Apakah ada hubungannya dengan persepsi masyarakat tentang produktivitas itu sendiri?

N : Tentu banyak faktor untuk itu, baik dari dalam dirinya maupun di lingkungan. Dari dalam dirinya seperti ekspektasi yang tidak realistis, pikiran soal produktif yang keliru, membandingkan diri secara tidak realistis, dan faktor kepribadian seseorang yang menjadi faktor pendukung, misalnya sifat consciousness.

Lingkungan juga bisa berpengaruh, persepsi masyarakat menjadi salah satu faktor dimana seolah-olah memberikan standar dan tuntutan sendiri buat seseorang untuk dicapai

4. P : Selain di dunia kerja, menurut anda apakah toxic productivity dapat terjadi di universitas? Terutama pada mahasiswa?

(8)

xxi

Perancangan Kampanye Waspada Toxic Productivity di Lingkungan Universitas, Nelva Aprilinca, Universitas Multimedia Nusantara

N : Tentu saja bisa, karena produktif tidak hanya dalam lingkup dunia bekerja, bisa kegiatan belajar, kegiatan di kampus, dll.

5. P : Faktor-faktor apa aja yang dapat menyebabkan mahasiswa terjebak dalam toxic productivity?

N : Sama seperti sebelumnya, bisa karena faktor dalam diri seperti pola pikirnya dan dan lingkungan yang meanggap kita perlu terus menerus bekerja dan produktif.

6. P : Menurut anda apa tanda-tanda seorang mahasiswa terjebak dalam toxic productivity?

N : Benar, namun kita perlu memahami diri kita, apakah semua kegiatan tersebut baik atau justru membuat kita kelelahan dan merasa bersalah?

Kuncinya apakah kegiatan tersebut memang sesuai dengan tujuan dan kemampuan kita atau justru mengganggu diri sendiri.

7. P : Apakah terjebak dalam toxic productivity itu bisa berdampak ke kesehatan mental dan fisik kita?

N : Tentu, jika terus menerus bekerja kita akan kelelahan dan burnout, sehingga membuat kita tertekan. Tentu efeknya akan berbeda ke setiap orang, seperti merasa bersalah, cemas, depresi, kelelahan, dll. Jika terus menerus akan buruk buat fisik dan mental kita buruk.

8. P : Apakah anda punya tips untuk mahasiswa yang terjebak dalam toxic productivity?

(9)

xxii

Perancangan Kampanye Waspada Toxic Productivity di Lingkungan Universitas, Nelva Aprilinca, Universitas Multimedia Nusantara

N : - pahami ekspektasi, tentu baik punya harapan namun perlu realistis dengan keadaannya sehingga buat tujuan-tujuan kecil dan bertahap. Pahami apa yang km cari dan tujuannya.

- pelan apresiasi proses yang sudah kamu lakukan

Buatlah seimbang ada saat kita mendorong diri kita namun ada saat kita istirahat dan mengapresiasi dengan semua yang kita lakukan

- tidak periu membandingkan. Setiap orang punya jalannya sendiri, punya proses dan tujuannya sendiri, fokuslah ke diri kamu.

- buat jadwal yang seimbang, dimana ada waktu bekerja, ada waktu istirahat, ada waktu buat bersama keluarga dan teman, ada waktu buat olahraga dan ada waktu buat diri kamu sendiri.

9. P : Apakah anda punya insight tertentu mengenai pendapat orang- orang yang menganggap menjadi produktif sepanjang hari itu merupakan sebuah achievement?

N : Tidak apa-apa kok selama ga ganggu orang lain dan ganggu diri sendiri, namun perlu memahami apa definisi achievement buat kamu? Apa yang kamu capai? Apa alasannya? Sehingga kamu pahami lebih mendalam alasan dan tujuan kamu sehingga km terjebak oleh perilaku sehari-harinya. Belajar mengenal kata cukup, sehingga km bisa berprestasi tapi kamu juga menghargai prestasi yang kamu capai.

Lampiran C : Lembar BimbinganTranskrip wawancara dengan Fiona Valentina Damanik, M.Psi.

(10)

xxiii

Perancangan Kampanye Waspada Toxic Productivity di Lingkungan Universitas, Nelva Aprilinca, Universitas Multimedia Nusantara

Waktu : Sabtu, 18 September 2021 Media : Video call melalui Zoom Data diri :

1. Nama : Fiona Valentina Damanik, M.Psi..

2. Profesi : Psikolog Klinis di UMN Keterangan :

P : Pewawancara (penulis) N : Narasumber

1. P : Apa itu produktvitas dan bagaimana produktif yang baik menurut anda?

N : Kalau bicara tentang toxic productivity mungkin lebih ke mindset ya. Tapi kalau produktivitas itu lebih ke kemampuan kita untuk memaksimalkan potensi yang ada.

Jadi alih-alih kita larut dalam emosi negatif, tapi kita bisa menggerakkan emosi atau energi tersebut ke dalam kegiatan atau aktivitas yang lebih bermanfaat yang ke depannya bisa membantu kita atau investasi waktu. Nah itu produktif yang baik.

2. P : Menurut anda, apa itu toxic productivity?

N : Yang dimaksud dengan toxic productivity itu adalah ketika kita memaksa untuk produktif padahal keadaan kita itu sedang tidak oke. Misalnya pada masa pandemi, dimana kita punya banyak waktu luang, kita berpikir bisa melakukan lebih banyak hal. Padahal sebenarnya energi kita juga terpakai untuk merasa khawatir karena pandemi. Tapi kita tidak mengijinkan diri sendiri untuk merasakan emosi. Orang lain bisa, kok kita enggak. Nah, itu muncul toxicnya. Padahal kita perlu memperbolehkan diri kita untuk istirahat, merasa tenang dulu, baru melakukan aktivitas.

(11)

xxiv

Perancangan Kampanye Waspada Toxic Productivity di Lingkungan Universitas, Nelva Aprilinca, Universitas Multimedia Nusantara

3. P : Menurut anda kenapa toxic productivity itu bisa terjadi? Apakah ada hubungannya dengan persepsi masyarakat tentang produktivitas itu sendiri?

N : Ya bisa karena itu. Sebenarnya ada banyak ya faktornya. Salah satunya adalah stigma masyarakat, pemahaman masyarakat bahwa istirahat itu salah, istirahat itu malas. Terus yang bagus itu adalah kerja terus menerus ga istirahat. Padahal dampaknya malah buruk. Kita jadi ga ngerasa enjoy. Padahal produktif yang sebenarnya itu adalah menikmati apa yang kita lakukan dan mengembangkan diri.

Sebenarnya kita perlu tau kebutuhan kita yang sebenarnya apa itu saat ini. Misalnya kita punya banyak waktu dan ingin melakukan sesuatu, maka lakukanlah. Jadi kita menikmati gitu. Tapi kalau misalkan kita melakukan sesuatu karena orang lain, bukan karena diri sendiri, itu berati kita tidak memaknai aktivitas kita, itu yang jadi problem sih.

4. P : Selain pada dunia kerja, apakah toxic productivity juga dapat terjadi di lingkungan universitas, terutama pada mahasiswa?

N : Ya, selama kita membandingkan diri dengan orang lain tidak peduli kegiatannya apa, mau kuliah atau kerja, maka bisa saja terjadi. Hal ini bisa terjadi karena tuntutan sosial juga, kalau misalkan dia lebih mementingkan sosial daripada diri sendiri. Tapi, kalau prioritasnya yang pertama adalah kebutuhan dari lalu orang lain, maka toxic productivity tidak akan terjadi. Yang terjadi adalah produktivitas yang baik.

5. P : Menurut anda apa tanda-tanda seorang mahasiswa terjebak dalam toxic productivity?

N : Bisa diperhatikan kok. Sering kali saya melihat orang yang selalu ikut banyak kegiatan di dalam maupun luar akademik, dia sebenarnya sedang lari dari sesuatu.

Itu terasa sekali. Lebih ke lari dari permasalahan yang sedang dialami. Dia tidak

(12)

xxv

Perancangan Kampanye Waspada Toxic Productivity di Lingkungan Universitas, Nelva Aprilinca, Universitas Multimedia Nusantara

tahan dengan dirinya, jadi dia menyibukkan diri untuk menghindari masalah.

Padahal jadi makin banyak masalah. Jadi dia memilih untuk flight. Kalau terus- terusan flight, maka akan mengarah ke toxic productivity. Lalu, kemudian orang- orang di sekitar dia malah mengapresiasi. Sehingga dia merasa di reward. Padahal dia sendiri butuh untuk mengendalikan emosinya dulu, untuk ngerasain emosi itu dulu.

6. P : Dari yang saya baca melalui artikel internet, toxic productivity dapat menyebakan stress dan burnout. Apakah mahasiswa sering melakukan konsultasi mengenai hal ini?

N : Toxic productivity ini bukan diagnosis, tapi fenomena atau situasi atau gambaran seseorang yang kalau keterusan bisa mengganggu psikologis. Nah apakah mahasiswa sering melakukan konsultasi karena toxic productivity ini? Saya bisa katakana iya. Karena bahaya sekali. Apalagi di dunia yang serba cepat sekarang ini. Kita sebenarnya dual device aja udah ga mindful.

7. P : Menurut anda sendiri apa dampak toxic productivity ini bagi mahasiswa?

N : Ketika terus-terusan menerapkan gaya hidup toxic productivity ini, maka bisa menyebabkan stress dan burnout. Kan ga enak ya. Kadang beberapa individu itu langsung nyari bantuan. Misalnya nyari psikolog, cerita ke teman, dsb. Kalau itu dilakukan, mungkin gaya hidupnya bisa berubah. Tapi kalau tidak? Tergantung setiap orang sih, mekanisme pertahanan diri mereka gimana. Bisa jadi meratapi diri, cemas, depresi. Kemungkinan terkena gangguan psikologis besar kalau engga berhenti sama gaya hidup ini.

(13)

xxvi

Perancangan Kampanye Waspada Toxic Productivity di Lingkungan Universitas, Nelva Aprilinca, Universitas Multimedia Nusantara

8. P : Apakah ada peningkatan jumlah mahasiswa yang melakukan konseling di masa pandemi ini karena toxic productivity?

N : Saya sebenarnya kurang mampu ya, kalau mengenai hal ini. Karena ada banyak faktor kenapa seseorang mau melakukan konseling. Tapi apakah pandemi menjadi katalisator atau mempercepat seseorang untuk mengenali diri atau mengetahui ada yang ga beres sama dirinya? Iya. Karena akhirnya ga punya tempat pelarian kan.

Kalau sebelumnya masih bisa keluar jalan-jalan, sekarang kan tidak bisa.

9. P : Bagaimana cara lembaga konseling universitas untuk mengatasi mahasiswa yang berada dalam toxic productivity?

N : Sebenarnya gini, karena toxic productivity itu gaya hidup, jadi kita tidak punya hak untuk memutuskan kehidupan seseorang. Itu pilihan. Yang bisa kita lakukan hanya edukasi. Ngasih tau kalau itu tidak sehat. Dari webinar, Instagram, atau konseling. Tapi keputusan untuk berubah itu dari individu masing-masing. Yang betanggung jawab atas kehidupan mu itu ya dirimu sendiri.

10. P : Seberapa penting menurut anda untuk dilakukan kampanye mengenai toxic productivity ini? Apakah anda punya saran untuk kampanye ini?

N : Penting banget. Kita sering terjebak dalam bekerja keras dan mengapresiasi orang yang bekerja keras. Hal itu baik. Jadi, konten yang mungkin paling penting adalah seberapa tau kita tentang diri kita. Apa motif kita dalam mengambil keputusan. Definisi tentang toxic productivity juga penting. Boleh juga di kampanye itu dikasih contoh kasus, misalnya lari dari masalah sehingga menyibukkan diri.

(14)

xxvii

Perancangan Kampanye Waspada Toxic Productivity di Lingkungan Universitas, Nelva Aprilinca, Universitas Multimedia Nusantara

11. P : Apakah saya boleh bekerja sama dengan lembaga konseling UMN untuk perancangan kampanye ini?

N : Boleh banget. Kamu boleh contact Student Support UMN. Kita sangat terbuka sama kerja sama untuk buat kampanye, seminar, video.

Lampiran D : Lembar BimbinganHasil Kuisioner

Durasi penyebaran : 27 Agustus 2021 – 3 September 2021 Media : Google Forms

Tota responden : 103 responden 1. Data responden

(15)

xxviii

Perancangan Kampanye Waspada Toxic Productivity di Lingkungan Universitas, Nelva Aprilinca, Universitas Multimedia Nusantara

2. Pertanyaan seputar ciri-ciri toxic productivity

(16)

xxix

Perancangan Kampanye Waspada Toxic Productivity di Lingkungan Universitas, Nelva Aprilinca, Universitas Multimedia Nusantara

(17)

xxx

Perancangan Kampanye Waspada Toxic Productivity di Lingkungan Universitas, Nelva Aprilinca, Universitas Multimedia Nusantara

(18)

xxxi

Perancangan Kampanye Waspada Toxic Productivity di Lingkungan Universitas, Nelva Aprilinca, Universitas Multimedia Nusantara

3. Skala likert mengenai toxic productivity

(19)

xxxii

Perancangan Kampanye Waspada Toxic Productivity di Lingkungan Universitas, Nelva Aprilinca, Universitas Multimedia Nusantara

(20)

xxxiii

Perancangan Kampanye Waspada Toxic Productivity di Lingkungan Universitas, Nelva Aprilinca, Universitas Multimedia Nusantara

(21)

xxxiv

Perancangan Kampanye Waspada Toxic Productivity di Lingkungan Universitas, Nelva Aprilinca, Universitas Multimedia Nusantara

Lampiran E : Lembar BimbinganHasil Pengecekan Turnitin

(22)

xxxv

Perancangan Kampanye Waspada Toxic Productivity di Lingkungan Universitas, Nelva Aprilinca, Universitas Multimedia Nusantara

(23)

xxxvi

Perancangan Kampanye Waspada Toxic Productivity di Lingkungan Universitas, Nelva Aprilinca, Universitas Multimedia Nusantara

(24)

xxxvii

Perancangan Kampanye Waspada Toxic Productivity di Lingkungan Universitas, Nelva Aprilinca, Universitas Multimedia Nusantara

(25)

xxxviii

Perancangan Kampanye Waspada Toxic Productivity di Lingkungan Universitas, Nelva Aprilinca, Universitas Multimedia Nusantara

Lampiran F : Lembar Bimbingan

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan Identitas Visual Museum Juang Taruna, Bella Theodora, Universitas Multimedia

Perancangan Kampanye Bijak Berinternet untuk Anak Usia 5 -–12 Tahun ,Alvin Maudy Kurniabana, Universitas Multimedia

Dengan dirancangnya tugas akhir ini, manfaat yang didapatkan oleh masyarakat khususnya di Kabupaten Bogor adalah menambah pengetahuan dan mengubah pola pikir

a) Dr. Ninok Leksono, M.A., selaku Rektor Universitas Multimedia Nusantara. b) Muhammad Cahya Maulya Daulay, S.Sn., M.Ds., selaku Dekan Fakultas Universitas

Penulis : Halo Kak Audri, perkenalkan aku Milen Meliana dari Universitas Multimedia Nusantara jurusan Desain Komunikasi Visual 2018. Jadi kebetulan aku dapet WA kakak dari

Perancangan Kampanye Stop…, Vincentius Christian, Universitas Multimedia Nusantara 19 Jenis kampanye non-profit yang berorientasi pada isu sosial. Kampanye ini secara

Sampah yang tidak terkelola dengan baik ini akan berakhir di lautan dan dapat membahayakan ekosistem yang ada (Widyaningrum, 2020). Berdasarkan pemaparan masalah di atas,

Edukasi relationship juga mengajarkan anak-anak remaja untuk melihat bahwa relationship itu nggak cuma you and me, you and your partner, tapi juga kamu bisa membawa