• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. Ihyaul Ulum. et al. (2021) penelitian terdahulu sangat penting

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. Ihyaul Ulum. et al. (2021) penelitian terdahulu sangat penting"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu

Menurut Prof. Dr. Ihyaul Ulum. et al. (2021) penelitian terdahulu sangat penting dilakukan oleh peneliti. Manfaat reviu penelitian terdahulu untuk mengetahui kekurangan-kekurangan penelitian sebelumnya, mengetahui apa yang telah dihasilkan dari penelitian sebelumnya.

Penelitian Nifanngeljau dan Sularsih (2020) dengan Judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pelaku UMKM di Kota Malang dilakukan dengan objek penelitian berupa kesadaran wajib pajak, pemahaman pajak, sanksi pajak, dan kualitas pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada sektor UMKM. Lokasi penelitian dilakukan pada Kota Malang di Jln. Raya Tlogomas. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan survey dari beberapa responden kepada pelaku wajib pajak UMKM. Hasil dalam penelitiannya dijelaskan bahwa kesadaran wajib pajak,sanksi pajak, kualitas pelayan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Sedangkan pemahaman wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Hasil untuk uji keseluruhan variabel indenpenden terhadap dependen berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak

(2)

Penelitian Andrew dan Sari (2021) dengan Judul Insentif PMK 86/2020 di Tengah Pandemic Covid 19: Apakah Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak UMKM di Surabaya?, dilakukan pada Tahun 2021 dengan subjek wajib pajak UMKM di kota Surabaya yang dibagikan kepada responden melalui google form. Metode penelitian dilakukan adalah kuantitatif dengan teknik perhitungan yang dilakukan adalah teknik roscoe dan pengambilan sampel dilakukan dengan probality sampling. Hasil dalam penelitian dijelaskan bahwa sosialisasi insentif PMK 86/2020, tarif pajak, pelayanan fiskus, batas waktu PP 23/2018 berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. sedangankan sanksi tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM

Penelitian Indrawan dan Binekas (2018) dengan Judul Pemahaman Pajak dan Pengetahuan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UKM dilakukan pada Tahun 2018 dengan subjek pelaku UMKM di Kota Cimahi. Metode penelitian dilakukan adalah metode kuantitatif dengan teknik sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan instrument kuisioner dan teknik analisis regresi linear berganda. Pada hasil penelitian dijelaskan bahwa pemahaman dan pengetahuan wajib pajak UMKM di kota cimahi berpengaruh signifikan atau baik. Sedangkan untuk kepatuhan wajib pajak UMKM di Kota Cimahi bisa lebih ditingkatkan meskipun telah dikategorikan cukup.

(3)

2.2. Tinjauan Pustaka.

2.2.1 Teori Atribusi

Menurut Andrew dan Sari (2021) teori atribusi memiliki arti gambaran setiap orang dalam mentafsirkan kejadian tertentu dan berkaitan erat dengan perilaku dan pikiran setiap orang. Teori ini sebagai bentuk anilisis perilaku seseorang dalam melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan serta memberikan gambaran dan konteks pikiran akan penerapan kebijakan dari faktor internal dan eksternal.

Menurut (Ariyanto dan Nuswantara, 2020) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa faktor beberapa faktor internal dapat meliputi sikap, sikap tertentu maupun aspek-aspek lainnya, sedangkan faktor eksternal beraal dari situasi lingkungan yang terjadi diluar kehendak individu yang bersangkutan.

Objek penelitian kali ini adalah Wajib Pajak UMKM yang belokasi di Kecamatan Lowokwaru dan Kecamatan Blimbing. Peneliti akan menguji tentang pembelajaran teori atribusi pada Pengaruh Pengetahuan Kebijakan Insentif Pajak PMK 82/PMK03/2021, Sosialisasi Perpajakan, dan Kesadaran wajib pajak Terhadap Kepatuhan Wajib pajak UMKM. Implementasi dari teori atribusi terhadap variabel penelitian adalah untuk menganalisis mengenai faktor internal seperti pengetahuan wajib pajak tentang kebijakan insentif pajak PMK 82/PMK03/2021,kesadaran wajib pajak, dan hasil dari sosialisasi perpajakan. Dilanjutkan dengan melihat faktor eksternal seperti keterjadian berlangsung saat pandemi dimana perekonomian masih

(4)

dalam masa pemulihan, hal ini sebagai gambaran dan pendapat wajib pajak UMKM atas fenomena dan keterjadian yang berlaku pada saat ini.

2.2.2 Teori Pajak 2.2.2.1 Pengertian Pajak

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 merupakan perubahan ke empat atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-sebasarnya kemakmuran rakyat.

Secara sederhana pajak memiliki arti sebagai iuran yang dilakukan pleh masyarakat selaku wajib pajak baik wajib pajak pribadi mauapun berbentuk badan kepada negara guna sebagai keperluaan pertumbuhan negara dan secara tidak langsung akan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat di masa yang akan datang. Dalam pajak sendiri terdapat beberapa fungsi dan peranan yang penting bagi kelangsungan negara.

Berikut beberapa fungsi pajak menurut (DJP) yaitu : 1. Fungsi Anggran (Budgetair)

Pajak berfungsi sebagai sumber pendapatan dan Anggaran negara. Dengan anggaran pajak digunakan sebagai pembangunan infrastruktur negara. Hendaknya penerimaan negara sebagai tabungan negara perlu ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan pembiayaan pembangunan yang terus meningkat

2. Fungsi Mengatur (Regulerend)

(5)

Adanya pajak dalam negara membuat pemerintah mudah dalam mengatur pelaksanaan pertumbuhan perekonomian memalui kebijakan pajak dalam pelaksanaanya

3. Fungsi Stabilitas

Fungi pajak sebagai stabiltas harga adalah dapat menekan terjadinya inflansi sehingga mampu menagtur jalannya peredaraan uang, pemungutan pajak, dan penggunaan pajak yang efisien dan efektif

4. Fungsi Redistribusi Pendapatan

pemungutan pajak secara paksa kepada masyarakat akan berdampak dan Kembali kepada masyarakat sendiri. Fungsi Redistribusi pendapatan merupakan Pajak yang telah dipungut akan digunakan sebagai kepentingan umum seperti pembiayaan pembangunan dan infrastruktur dan dapat menciptakan lapanga kerja, sehingga akan meningkatkan pendapatan masyarakat.

2.2.2.2 Objek Pajak dan Subjek Pajak

Menurut UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan menjelaskan bahwa Objek Pajak merupakan tambahan setiap kemampuan ekonomis yang diterima wajib pajak, baik dari Indonesia maupun Luar Indonesia, yang dapat menambahkan kekayaan serta sebagai konsumsi Wajib pajak yang bersangkutan. Sedangkan Subjek Pajak sendiri adalah orang pribadi, warisan yang belm dibagi, badan dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) baik subjek pajak dalam negeri dan luar negeri. Berikut merupakan termasuk subjek pajak :

(6)

1. Pada subjek pajak memiliki beberapa kriteria diantaranya :

a. Orang pribadi tinggal di Indonesa lebih dari 183 hari selama 12 bulan

b. Badan yang berdiri atau berkedudukan di Indonesia kecuali unit tertentu (instansi pemerintahan yang didirakan oleh dan untuk keperluan negara) c. Warisan yang belum dibagikan

2. Subjek pajak luar negeri yang tidak bertempat tinggal di Indonesia selama 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dan menjalankan bentuk usaha tetap d Indonesia atau memperoleh penghasilan dari Indonesia

3. BUT yang dilakukan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia namun memiliki Gedung yang berkedudukan di Indonesia seperti cabang perusahaan, kantor perwakilan, pabrik, bengkel, dan Gudang.

Berikut merupakan Objek pajak Penghasilan :

1. Imbalan yang berkaitan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima termasuk upah, gaji, tunjangan, honorarium,bonus, uang pension

2. Hadiah dari undian atu penghargaan 3. Laba usaha

4. Keuntungan karena penjualan atas pengalihan harta 5. Deviden

6. Royalty atas penggunaan hak

7. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu tergantung yang ditetapkan pemerintah

8. Keuntungan selisih kurs mata uang asing

(7)

9. Selisih lebih aktiva 10. Premi asuransi

2.2.2.3 Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak merupakan cara wajib pajak dalam merealisasikan pak kepada negara. Sitem pemungatan pajak telah diatur dalam Undang-Undang No.

10 tahun 1994. Menurut Mardiaso dalam (Pangalila et al., 2015) sistem pemungutan pajak terbagi menjadi tiga diantaranya yaitu :

1. Official Assement System

Merupakan pemungutan pajak yang didasarkan pada wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besaran pajak yang diberikan atau terutang untuk wajib pajak

2. Self Assement System

Merupakan pemungutan pajak yang didasarkan kaaktifan wajib pajak untuk melakukan perhitungan, pembayaran dan pelaporan kewajiba pajaknya.

3. With Holding System

Merupakan pemungutan pajak yang didasarkan pada pihak pihak ketiga bukan pemerintah (fiskus) atau wajib pajak yang bersngkutan untuk memnetukan besarnya pajak terutang.

Sistem pemungutan pajak di Indonesia yang utama adalah menggunakan Self Assement System yaitu wajib pajak diberikan kepercayaan lebih untuk mengurus perpajakan mulai dari mendaftar hingga melaporkan. Tetapi tidak sedikit juga banyak

(8)

menggunakan With Holding System sebagai proses pemungutan pajak. menurut (DJP) With Holding System diarasakan lebih efektif dalam pengumpulan pajak karena pihak

ketiga dapat langsung menyetor kepada pemerintah saat terjadi transaksi yang bersangkutan.

2.2.3 Sosialisasi Perpajakan

Sosialisasi pajak merupakan usaha dari dirjen pajak dalam rangka memberikan ilmu perpajakan kepada masyrakat khususnya wajib pajak agar mengetahui mengenai tata cara perpajakan dan peraturan perpajakan yang ada melalui metode yang benar dan tepat menurut Sugeng Wahono dalam (Wijayanto, 2015). Dengan sosialisasi diharapkan mampu menumhkan jiwa perpajakan pada masyarakat.

Dalam pelaksanaanya sosialisasi pajak penting dilakukan guna meningkatkan pengetahuan kepada wajib pajak. Sifat peraturan perpajakan yang dinamis akan sangat berpengaruh jika dilakukan sosialisasi. Kegiatan sosialisasi perlu dilakukan dengan efektif dengan memanfaatkan media-media yang lain yang lebih diketahui dan dipahami oleh masyarakat. Peran aktif pemerintah dalam hal sosialisasi sangat besar untuk menyadarkan masyarakat akan keberadaan pajak yang melekat pada mereka, sosialiasi bisa dilakukan dengan penyuluhan secara rutin atau berupa pelatihan secara itensif agar masayrakat dari segi perpajakan meningkat baik dimulai dengan pendaftaran hingga pelaporan pajak sesuai dengan kriterianya.

(9)

setelah penjelasan mengenai arti sosialisasi perpajakan, selanjutnya pengukuran terhadap sosialisasi perpajakan dengan indikator menurut (Wijayanto, 2015) sebagai berikut :

1. Tatacara Sosialisasi

Sosialisasi perpajakan diberlakukan sesuai dengan peraturan pajak yang ada.

Sosialisasi dapat dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang ditujukan untuk wajib pajak agar mendapatkan pengetahuan dan pemahaman pajak yang cukup.

2. Frekuensi Sosialisasi

Sosialisasi tentang pajak perlu dilakukan secara teratur. Sifat pajak yang dinamis selalu berubah-ubah membuat informasi terbaru perlu disampaikan secara berkala.

Dengan sosialisasi secara teratur diharapkan dapat meminimalisir kesalahan wajib pajak saat menjalankan kewajiban pajaknya meskipun terjadi perubahan peraturan 3. Kejelasan Sosialisasi Pajak

Sosialisasi perpajakan yang dilakukan wajib menyampaikan semua informasi terkait perpajakan. Sosialisasi perpajakan harus disampaikan dengan jelas agar wajib pajak dapat memahami informasi yang diberikan

4. Pengetahuan Pajak

Sosialisasi perpajakan adalah bertujuan memberikan informasi terkait perpajakan.

Jika informasi yang diberikan mampu dipahami oleh wajib paak maka sosialisasi pajak telah dianggap sukses sehingga memudahkan wajib pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakanya

(10)

2.2.4 Kesadaran Wajib Pajak

Menurut djajadiningrat dalam (Saputra, 2021) dijelaskan bahwa kesadaran perpajakan adalah kesdaran, keinginan, dan kesungguhan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya yang ditunjukkan dengan fungsi dan kesungguhan wajib pajak membayar pajak. Adanya kesadaran dalam wajib pajak sangat membantu realisasi perpajakan tercapai kearah yang positif terhadap pajak. Pengetahuan akan pajak baik di bidang formal maupun non formal untuk masyarakat akan berdampak positif dalam membayar pajak atau menaati peraturan yang sudah ada. Kondisi budaya, sosial, serta ekonomi menjadi cerminan dan karakter wajib pajak untuk dapat menggambarkan tingkat kesadaran dalam menaati peraturan pajak seperti membaya dan melapor pajak tepat waktu.

Menurut Wardani dan Rumiyatun (2017) kesadaran wajib pajak dapat diukur melalui beberapa indikator yaitu :

1. Kesadaran Adanya Hak dan Kewajiban Memenuhi Perpajakan

Semakin tinggi tingkat kesadaran akan hak dan kewajiban pada wajib pajak, maka semakin tinggi terjadinya tingkat kepatuhan pada wajib pajak.

2. Kepercayaan dalam Pembayaran Perpajakan Untuk Negara

Artinya jika wajib pajak memberikan dorongan yang kuat berupa kepercayaan terhadap perpajakan maka pembangunan ekonomi negara akan berjalan lebih baik.

(11)

2.2.5 Pengetahuan Perpajakan

Menurut Jawa et al. (2021) pengetahuan perpajakan disebut sebagai komponen penting karena sebagai landasan untuk mempengaruhi sikap wajib pajak tentang sistem dari suatu perpajakan. Didukung dengan penelitian Adi (2018) menyatakan pengetahuan perpajakan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh wajib pajak untuk dilaksanakan sebagai hak dan kewajiban yang akan diserahkan untuk kepentingan umum.

Pada hakikatnya dapat disimpulkan bahwa pengetahuan perpajakan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh wajib pajak secara hak dan kewajiban terkait dengan peraturan perpajakan baik itu soal pergantian tarif berdasarkan Undang-Undang, perubahan sistem perpajakan ataupun manfaat pajak namun pemanfaatannya tidak dirasakan secara langsung.

Menurut Adi (2018) pengukuran terhadap pengetahuan perpajakan terdapat beberapa indikator diantaranya :

1. Pengetahuan Umum dan TatacaraTentang Perpajakan

Pengetahuan tentang perpajakan telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007. Tujuan diberlakukannya peraturan tersebut untuk meningkatkan keterbukaan dan profesionalisme perpajakan sehingga akan berdampak pada kepatuhan wajib pajak. isi dari ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah me genai hak dan kewajiban wajib pajak, SPT, NPWP, Prosedur Pembayaran, serta pemungutan laporan pajak. pengetahuan umum dan tatacara perpajakan juga dapat

(12)

dilihat melalui peraturan perpajakan lainnya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan dari wajib pajak.

2. Pengetahuan Mengenai Fungsi Perpajakan

Terdapat 2 fungsi dalam perpajakan sebagai berikut:

a. Fungsi Penerimaan, pajak digunakan sebagai sumber dana untuk pembiyaan dan pengeluaran pemerintah baik untuk kebutuhan khusus maupun umum, contoh : dimasukkan pajak ke dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri b. Fungsi Mengatur, pajak sebagai alat untuk melaksanakan dan meenagtur

kebijakan di bidang ekonomi dan sosial. Sebagai contoh dilakukannya program potongan pajak atau tidak membayar pajak untuk wajib pajak tertentu karena di masa pandemic covid-19 sebagai pemulihan ekonomi.

2.2.6 Kepatuhan Pajak

Menurut Rahayu dalam (Fitria, 2017) kepatuhan pajak diartikan sebagai “suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.” Dengan terjadinya kepatuhan wajib pajak artinya wajib pajak telah memiliki kesadaran yang tinggi yang akan berdampak pada keberhasilan sistem perpajakan yang diberlakukan. Pada kasusnya menurut Fitria (2017) ada dua macam kepatuhan pajak yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material. Kepatuhan formal diartikan sebagai wajib pajak melakukan perpajakan secara formal dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan seperti, wajib pajak melakukan perpajakan mulai dari mendaftarkan diri sebagai wajib pajak, melakukan

(13)

perhitungan pajak, melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) sebelum batas waktu yang ditentukan namun pengisian belum tentu isinya sesuai dengan aslinya atau material. Kepatuhan material memiliki arti dimana wajib pajak secara substantif telah melakukan ketentuan material perpajakan seperti, mengisi SPT dan melakukan perhitungan dengan semestinya, jujur, benar dan lengkap.

Menurut Adi (2018) pengukuran pada kepatuhan wajib pajak melalui indikator yaitu : 1. Kepatuhan dalam pembayaran pajak

Kepatuhan dalam pembayaran pajak dilakukan dengan menghitung pajak terutang dan setor pembayaran pajak sesuai tanggal yang telah ditentukan

2. Kepatuhan dalam melaporkan pajak

Melaporkan SPT baik SPT masa maupun tahunan sesuai dengan tanggal yang telah ditentukan, apabila tidak sesuai dengan tanggal maka dikenakan sanksi administrasi

Indikator-indikator pendukung Kepatuhan sebagai wajib pajak diantaranya sebagai berikut :

1. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 2. Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT)

3. Diri sendiri dan pihak lain 4. Membayar pajak

5. Pengusaha kena pajak (PKP) serta tarif 6. Peraturan perundang-undangan perpajakan

(14)

Fakor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak menurut Istiqomah dalam (Saputra, 2021) diantaranya sebagai berikut :

1. Sanksi-sanksi perpajakan adalah jaminan bahwa ketentuan peraturan undang- undang perpajakan akan dipatuhi

2. Perlakuan kepadaa wajib pajak yang adil dalam bentuk sifat (perbuatan dan perlakuan yang tidak sewenang-wenang atau tidak berat sebelah terhadap sistem pajak yang berlaku

3. Penegasan terhadap hukum pajak akan mendorong kepatuhan wajib pajak semakin maksimal. Wajib pajak pajak semakin patuh diakibatkan pola fikir terhadap sanski yang berat akibat Tindakan illegal dalam usaha untuk penyulundupan pajak 4. Besar dari penghasilan perseorangan atau badan tidak akan sama antar satu dengan

yang lain. Penghasilan akan ditentukan dari tingkat pekerjaan Pendidikan, lingkungan yang dijalankan. Semakin tinggi penghasilan yang diperoleh maka akan semakin besar juga pajak yang dilakukan.

2.2.7 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah usaha yang dilakukan oleh orang pribadi maupun badan. Banyaknya macam-macam klasifikasi kelompok pada UMKM maka pemerintah telah menjelaskan dan menetapkan melalui Undang-Undang No. 20 Tahun 2008. Klasifakasi UMKM dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 2.2

(15)

Klasifikasi UMKM

Penetapan yang dilakukan oleh pemerintah terkait UMKM dalam Undang- Undang No. 20 Tahun 2008 agar memudahkan para pelaku dalam mengembangkan usaha dan dapat berkontribusi ekonomi terhadap Indonesia.

2.2.8 Insentif Pajak UMKM Ditanggung Pemerintah (PMK 82/PMK 03/2021)

Terjadinya pandemi Corona Virus Disease 2019 berdampak kepada pelaku usaha yang membuat stabilitas ekonomi dan produktivitasnya berkurang. Adanya kekurangan tersebut membuat pemerintah sigap dalam menanggapi sehingga

memberikan bantuan berupa intensif pajak lanjutan sebagai bentuk peduli dan keringan terhadap pelaku usaha yang terdampak covid-19. pada awalnya insentif pajak telah diberlakukan sebelum adanya pandemi yang diatur dalam PMK 23 tahun 2018 mengenai pajak UMKM sebagai insentif pajak yang menjadi final sebesar 0,5%.

Berkelanjutan dengan kasus pandemi pemerintah memberikan keringan dengan bantuan intensif pajak kepada UMKM menjadi pajak final Ditanggung Pemerintah (DTP). Pada awal kebijakan pajak final Ditanggung Pemerintah (DTP) telah dijelaskan melalui PMK 44/PMK 03 tahun 2020 bahwa pemberian intensif pajak diberlukan pada

Jenis Usaha Aset Bersih Omset Per-tahun

Usaha Mikro Rp.0 – Rp.50 juta Rp.0 – Rp.300 juta Usaha Kecil Rp.50 juta – Rp.500 juta Rp.300 juta- Rp.2,5 miliar Usaha Menengah Rp.500 juta – Rp. 10 Miliar Rp.2,5 miliar – Rp.50 miliar

Sumber : UU No. 20 tahun 2008

(16)

bulan April – September 2020 atau selama 6 bulan dan diperpanjang hingga akhir desember 2020. Pada tahun 2021 pemerintah juga memberikan keringanan dengan memperpanjangn intensif pajak dari februari 2021 hingga juni 2021 melalui PMK 09/PMK. 03/2021 dan perpanjangan dilakukan hingga desember 2021 yang diatur melalui PMK 82/PMK. 03/2021. Dengan adanya Perpanjangan insentif pajak di 2021 diharapkan sebagai acuan untuk pelaku UMKM tetap melaksanakan perpajakan sebagaimana mestinya meskipun dihadapkan dengan situasi pandemi covid-19.

2.3 Perumusan Hipotesis

2.3.1 Pengaruh Pengetahuan Kebijakan Insentif Pajak PMK No 82/PMK 03/2021 Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM

Masa pandemi hingga menuju pemulihan ekonomi nasional pemerintah berkali- kali mengeluarkan dan memberikan keringanan tentang pajak berupa insentif pajak khususnya bagi pelaku usaha seperti UMKM. Insentif telah diberikan mulai dari PP 46/2013 sebesar 1%, berubah menjadi PP 23/2018 menjadi 0,5%, dan perubahan terbaru adalah PMK 82/2021 sebesar 0% di pandemi menuju pemulihan ekonomi.

tujuan dari Intensif pajak merupakan salah satu cara pemerintah membantu masyarakat wajib pajak dalam melakukan kewajibannya membayar pajak. insentif sangat tepat diberikan pada saat krisis ekonomi dan pemulihan ekonomi di masa kini untuk mendorong wajib pajak tetap melakukan perpajakan sebagaiman mestinya untuk kearah ekonomi yang lebih baik .

(17)

Wajib pajak perlu mengerti dan memahami ketentuan memanfaatkan fasilitas insentif pajak. Sehingga wajib pajak dapat melakukan tata cara pelaporan dan pembayaran pajak dengan benar. Hal ini dapat menunjukkan bahwa semakin paham dan tinggi pengetahuan terkait perpajakan maka pemberian fasilitas perpajakan dapat berpengaruh kepada kepatuhan wajib pajak UMKM. Menurut Andrew dan Sari (2021) implementasi insentif pajak PMK 86/2020 berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM di kota Surabaya hal tersebut didasarkan pada beberapa variabel yang mempengaruhi seperti tarif pajak, batas waktu dalam penerapan insentif pajak

H1 : Pengetahuan Insentif Pajak PMK No 82/PMK 03/2021 Berpengaruh Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM

2.3.2 Pengaruh Sosialisasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM

Peraturan perpajakan yang bersifat dinamis perlu disetarakan dengan sosialisasi kepada wajib pajak secara intensif dan teratur. Dalam sosialisasinya penyampaian perlu di lakukan dengan memberikan semua informasi yang memuat perpajakan dengan jelas sehingga informasi tersebut dapat menambah wawasan keterbaruan bagi wajib pajak.

Tanpa adanya sosialisasi yang efektif kepada wajib pajak, khusunya pemilik UMKM maka banyak pelaku usaha yang mengalami kesulitan memahami peraturan terbaru serta dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Menurut Kurniasi dan Halimatusyadiah (2018) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa sosialisasi perpajakan melalui penyuluhan langsung atau tidak langsung akan

(18)

memberikan dampak besar kepatuhan UMKM dalam memiliki NPWP. Dengan kondisi tersebut bisa disimpulkan bahwa sosialisasi sebagai tempat menambah ilmu bagi wajib pajak dan sebagai penunjang wajib pajak untuk lebih aktif dalam melakukan kewajban perpajakannya.

H2 : Sosialisasi Perpajakan Berpengaruh Terhadap Kepatuhan wajib pajak 2.3.3 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

UMKM

Kesadaran wajib pajak merupakan perlakuan tanggung jawab wajib pajak terhadap perpajakannya. Menurut djajadiningrat dalam (Saputra, 2021) dijelaskan bahwa kesadaran perpajakan adalah kesadaran, keinginan, dan kesungguhan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya yang ditunjukkan dengan fungsi dan kesungguhan wajib pajak dalam membayar pajak.

Dengan menerima kesadaran wajb pajak akan kewajibannya yang terpusat pada peraturan perpajakan maka akan menimbulkan hal positif terhadap pajak. Namun Hal tersebut dibuktikan Menurut Nifanngeljau dan Sularsih (2020) bahwa kesadaran wajib pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap wajib pajak orang pribadi. Penelitian kedua dilakukan oleh Setiawan (2018) bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. pada penelitian kali ini peneliti beragumen positif karena dengan adanya kesadaran maka realisasi insentif PMK No 28/PMK 03/2021 dapat dilakukan dengan sempurna.

(19)

H3 : Kesadaran Wajib Pajak Berpengaruh Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM

2.4 Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran

Pengetahuan kebijakan insentif

pajak PMK No 82/PMK.03/2021

Sosialisasi Perpajakan

Kesadaran Wajib Pajak

Kepatuhan Wajib Pajak UMKM H2

Y

Gambar

Gambar 2.4  Kerangka Pemikiran   Pengetahuan  kebijakan insentif  pajak PMK No  82/PMK.03/2021  Sosialisasi Perpajakan  Kesadaran Wajib  Pajak  Kepatuhan Wajib Pajak UMKM H2 Y

Referensi

Dokumen terkait

Kapasitas Industri Menurut Kelompok Industri di Kabupaten Garut Tahun 2009 Rincian Industri Argo dan Hasil Hutan Industri

Melihat potensi kitosan dan silika, keduanya merupakan bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan membran sel bahan bakar karena silika dapat meningkatkan

Total aset tersebut mengindikasikan bahwa kondisi kinerja BUSN Devisa dan BUSN Non Devisa adalah baik, akan tetapi masalah yang muncul adalah, dengan total aset

Terkait dengan teori agency, hubungan manajemen laba dengan ukuran perusahaan dijelaskan bahwa agen (manajemen) perusahaan kecil cenderung akan menaikkan laba di dalam

Berdasarkan observasi lapangan diketahui bahwa distribusi cahaya di ruangan perpustakaan yang tidak merata disebabkan oleh: banyak ruangan dengan lampu yang mati, memancarkan

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar passing sepak bola (menggunakan kaki bagian dalam dan luar) meningkat melalui

Menurut Pasal 1 angka 28 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) berbunyi bahwa: “Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seoang yang

Persentase perlakuan tilirosida dibandingkan dengan kontrol doksorubisin (Gambar 1) menunjukkan bahwa tilirosida tidak mampu menyamai persentase kematian sel akibat apoptosis, karena