BAB III
ITEM RESPONSE MODEL
3.1 Pengantar
Dalam penelitian di beberapa bidang studi seperti bidang psikologi dan bidang pendidikan, peneliti biasanya tertarik untuk mengukur kemampuan seorang individu seperti intelegensia, kemampuan matematika, atau
kemampuan skolastik. Namun, kuantitas kemampuan seorang individu tidak dapat diukur secara langsung layaknya mengukur atribut fisik seperti berat atau tinggi badan.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kuisioner atau tes. Untuk itu soal didalam tes harus dapat secara efektif dan akurat mengukur
kemampuan peserta tes. Untuk menganalisa baik atau tidaknya suatu soal dalam suatu alat tes dalam mengukur kemampuan para peserta tes
digunakan suatu metode yang dikenal dengan Item Response Model (IRM).
3.2 Konsep Dasar IRM
3.2.1 Latent Ability
Performa seorang peserta tes dalam menjawab suatu soal dipengaruhi oleh latent ability yang dimiliki peserta tes. Latent ability peserta tes
merupakan kemampuan peserta tes yang tidak dapat diukur secara
langsung. Dalam literatur mengenai IRM, latent ability dinotasikan dengan θ.
Dalam aplikasinya, latent ability merupakan pengetahuan yang dimiliki peserta tes terhadap soal yang ditanyakan. Latent ability diasumsikan kontinu dan berdimensi satu. Namun untuk tujuan praktis, nilai θ distandarisasi dengan jangkauan dibatasi antara -3 sampai 3. Karena
distandarisasi maka θ mempunyai mean 0 dan standar deviasi 1. Nilai mean nol menyatakan rata-rata kemampuan yang dimiliki peserta dalam tes
tersebut. Semakin besar θ , yaitu nilai θ>0, semakin tinggi kemampuan peserta tes. Semakin kecil θ, yaitu nilai θ<0, semakin rendah kemampuan peserta tes.
3.2.2 Karakteristik Soal
Soal-soal dalam tes memiliki dua karakteristik yaitu tingkat diskriminasi soal dan tingkat kesulitan soal. Tingkat diskriminasi soal, dinotasikan dengan
berbagai tingkat kemampuan. Sedangkan tingkat kesulitan soal, dinotasikan dengan b, menyatakan seberapa sulit soal tersebut.
3.2.3 Item Response Curve
Misalkan y adalah jawaban peserta tes atas suatu soal, jika jawaban benar dan jika jawaban salah. Diasumsikan probabilitas peserta menjawab benar suatu soal hanya dipengaruhi oleh kemampuan peserta (θ) dan karakteristik soal (a,b). Jika p adalah probabilitas jawaban benar, maka dapat dimodelkan
y=1 y=0
( ) ( )
Pr 1 , ,
p= Y = =F θ a b
)
dengan F adalah suatu fungsi dari kemampuan peserta tes dan karakteristik soal.
Dapat dimengerti bahwa probabilitas peserta menjawab soal dengan benar akan semakin besar jika kemampuan peserta semakin tinggi. Maka
dapat diasumsikan sebagai fungsi monoton tidak turun.
biasanya diasumsikan sebagai fungsi distribusi.
(
, ,F θ a b F
(
θ, ,a b)
Memplot probabilitas peserta menjawab benar suatu soal atas
kemampuan peserta tes akan menghasilkan plot seperti Gambar 1. Kurva ini disebut kurva item response (Item Response Curve / IRC). Bentuk Item Response Curve (IRC) menggambarkan bagaimana perubahan tingkat
kemampuan mengakibatkan perubahan dalam probabilitas menjawab benar suatu soal.
Gambar 1. Item response curve
Untuk melihat efek tingkat kesulitan soal dalam IRC akan ditunjukkan, dalam Gambar 2, plot IRC dari tiga soal berbeda dengan nilai parameter tingkat diskriminasi soal , a, yang sama dan tingkat kesulitan soal, b, yang berbeda.
Tk.kesulitan soal ... soal1 (b= −1) ___ soal2 (b=0) - - - soal3 (b=1)
Gambar 2. Item response curve dari tiga soal
Beberapa ciri dari IRC tersebut dapat diamati. Pertama, setiap IRC memiliki bentuk-S atau S-shaped, yang mana probabilitas jawaban benar digambar sebagai fungsi monoton tidak turun dari latent ability. Kedua, walaupun tiga IRC diatas memiliki bentuk yang sama, namun berbeda lokasinya. Pada Gambar 2, lokasi IRC merujuk pada parameter tingkat kesulitan soal. Nilai parameter tingkat kesulitan soal, b, didefinisikan sebagai nilai θ saat p=0,5.
Dari Gambar 2 diatas, probabilitas menjawab benar sama dengan 0,5 untuk soal 1 dicapai oleh peserta tes dengan latent ability θ1 yang lebih kecil dari θ2 dan θ3. Jadi dapat disimpulkan bahwa soal1 lebih mudah
dibandingkan soal2 dan soal3.
Untuk melihat efek tingkat diskriminasi soal dalam IRC akan
ditunjukkan, dalam Gambar 3, plot IRC dari tiga soal berbeda dengan nilai parameter tingkat diskriminasi soal, a, yang berbeda dan tingkat kesulitan soal, b, yang sama.
Tk.diskriminasi ... soal1 (a=0) ___ soal2 (a=1) - - - soal3 (a=2)
Gambar 3 Item response curve dari tiga soal dengan tingkat diskriminasi berbeda
Tiga soal dalam Gambar 3 memiliki slope yang berbeda. Slope
menyatakan tingkat diskriminasi soal. Slope menggambarkan seberapa cepat perubahan probabilitas menjawab benar terhadap latent abilitynya. Soal1 memiliki perubahan probabilitas menjawab benar terhadap latent ability yang lebih lambat dibanding dengan soal2 dan soal3. Maka soal1 kurang
mendiskriminasi dibanding soal2 dan soal3.
Parameter tingkat diskriminasi soal memiliki nilai lebih besar nol (yaitu ), artinya dengan tingkat kesulitan, b, yang sama maka peserta dengan latent ability, , yang lebih tinggi akan memiliki probabilitas menjawab benar suatu soal lebih besar dari peserta lainnya.
a>0
θ
3.3 Item Response Model Untuk Sejumlah Peserta Tes
3.3.1 Struktur Data
Misalkan terdapat n-peserta yang mengikuti suatu tes dengan k-soal.
Tiap soal memiliki format jawaban dikotomus yang dapat dikodekan 1 atau 0.
Maka data hasil tes dapat ditulis dalam bentuk matriks n k× dengan entri 1 dan 0. Baris pertama dari matriks menunjukkan jawaban-jawaban dari
kedua, dan seterusnya. Serupa dengan hal tersebut, kolom pertama matriks menunjukkan jawaban-jawaban peserta tes untuk soal pertama, kolom kedua menunjukkan jawaban-jawaban peserta tes untuk soal kedua, dan
seterusnya.
Misalkan adalah jawaban peserta tes ke-i untuk soal tes ke-j, maka data hasil tes dapat diberikan dalam bentuk sebagai berikut
yij
11 12 1k
21 22 2k
n1 n2 nk
soal 1 soal 2 soal k
y y y
peserta 1
y y y
peserta 2
y y y
peserta n
⎛ ⎞
⎜ ⎟
⎜ ⎟
⎜ ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠
LL L
M M M M
M
L
3.3.2 Asumsi Model
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, performa peserta tes ke-i dalam menjawab soal dipengaruhi oleh latent ability yang dimilikinya, , θ i 1, ,ni = K .
Karena probabilitas seorang individu menjawab soal dengan benar diasumsikan hanya dipengaruhi oleh latent ability yang dimilikinya dan karakteristik soal pada tes, maka model probabilitas jawaban benar untuk peserta ke-i dan soal ke-j dapat didefinisikan sebagai berikut
Pr
(
Yij =1 ; θi, ,a bj j) (
=F aj iθ −bj)
(3.1) dengan −∞ <θi < ∞ , 0<aj < ∞, dan −∞ <bj < ∞ .Seperti sebelumnya, F a
(
j iθ −bj)
menyatakan suatu fungsi distribusi yang diketahui dan aj dan bj adalah parameter diskriminasi soal dan kesulitan soal ke-j. Dalam skripsi ini, F a(
j iθ −bj)
diasumsikan suatu fungsi distribusi dari distribusi logistik standar. Berdasarkan distribusi Bernoulli, maka probabilitas jawaban yij dapat ditulis sebagai berikut( ) ( ) (
1Pr Yij =yij ; θi, ,a bj j =F aj iθ −bj yij ⎡⎣1−F aj iθ −bj
)
⎤⎦−yij (3.2) dengan atau 1. yij =0Probabilitas yang diberikan dalam (3.1) menyatakan probabilitas seorang peserta tes menjawab dengan benar satu soal tes. Untuk menggabungkan jawaban seorang peserta terhadap keseluruhan soal, diperlukan suatu asumsi yaitu local independence. Sifat local independence pada IRM dapat diartikan sebagai kebebasan (independent) jawaban antar soal. Dalam kaitannya pada IRM, hal tersebut memiliki arti bahwa jawaban yang diberikan setiap peserta tes untuk suatu soal independen terhadap jawaban yang diberikannya untuk soal lainnya.
3.4 Estimasi Parameter Latent ability dan Karakteristik Soal
3.4.1 Fungsi Likelihood
Misalkan menyatakan jawaban biner dari peserta ke-i dengan latent ability untuk k soal, dan
1, 2, ,
i i ik
y y K y
θi a=
(
a1,K,ak)
danmerupakan vektor dari parameter tingkat diskriminasi soal dan tingkat kesulitan soal. Dengan asumsi local independence, maka probabilitas peserta tes ke-i menjawab seluruh k-soal dalam tes dapat ditulis dalam bentuk
(
b1, ,bk)
=
b K
(
1 1) (
1 1 1 1) (
Pr Yi =yi ,K,Yik =yik ; , ,θi a b =Pr Yi =yi ; , ,θi a b × ×K Pr Yik =yik ; ,θi a bk, k
)
( )
1
Pr ; , ,
k
ij ij i j j
j
Y y θ a b
=
=
∏
=
( ) ( )
11
1 ij
k yij y
j i j j i j
j
F aθ b F aθ b −
=
⎡ ⎤
=
∏
− ⎣ − − ⎦Untuk menggabungkan jawaban dari seluruh peserta tes, diasumsikan bahwa jawaban antar peserta tes terhadap soal saling independen. Fungsi likelihood diperoleh sebagai hasil kali probabilitas jawaban dari seluruh n- peserta tes atas seluruh k-soal dalam tes, atau dapat ditulis
(
, ,) (
, , ; 11 11, , nk nk L θ a b =L θ a b Y =y KY =y)
(
11 11)
Pr Y y , ,Ynk ynk ; , ,
= = K = θ a b
(
11 11 1 1 1) (
1 1)
Pr Y y , ,Yk y k ; θ, , Pr Yn yn, ,Ynk ynk ; θn, ,
= = K = a b × ×K = K = a b
(
1 1)
1
Pr , , ; , ,
n
i i ik ik i
i
Y y Y y θ
=
=
∏
= K = a b(
1 1 1 1) (
1
Pr ; , , Pr ; , ,
n
i i i ik ik i k k
i
Y y θ a b Y y θ a b
=
⎡ ⎤
=
∏
⎣ = × ×K =)
⎦( )
1 1
Pr ; , ,
n k
ij ij i j j
i j
Y y θ a b
= =
⎡ ⎤
= ⎢ = ⎥
⎣ ⎦
∏ ∏
( ) ( ) ( )
11 1
, , ij 1 ij
n k y y
j i j j i j
i j
L F aθ b F aθ −
= =
⎡ b ⎤
=
∏∏
− ⎣ − − ⎦θ a b (3.3)
Taksiran parameter dalam model didapat dengan mencari nilai parameter yang memaksimumkan fungsi likelihood tersebut. Untuk itu diperlukan suatu metode penaksiran. Dalam skripsi ini metode penaksiran yang digunakan adalah metode penaksiran Joint Maximum Likelihood (Joint Maximum Likelihood Estimation / JMLE).
3.4.2 Joint Maximum Likelihood Estimation
Prinsip dari metode ini adalah mencari taksiran parameter (i=1,...,n), θi
a , dan j b (j=1,...,k) yang secara bersama memaksimumkan fungsi likelihood. j Mencari nilai taksiran vektor parameter
(
θ,a,b)
, sebut(
θ,a,bˆ ˆ ˆ)
, yangmemaksimumkan bentuk logaritma dari fungsi likelihood, lnL θ,a,b
( )
, sebut(
l θ,a,b
)
, akan memberikan hasil yang sama dengan mencari nilai( )
yang memaksimumkan fungsi likelihood,
ˆ ˆ ˆ θ,a,b
( )
L θ,a,b . Maka baik atau
dapat digunakan untuk mencari nilai
(
L θ,a,b
) )
(
l θ,a,b
(
θ,a,bˆ ˆ ˆ)
.( ) (
l θ,a,b = lnL θ,a,b
)
( ) ( )
11 1
ln ij 1 ij
n k y y
j i j j i j
i j
F aθ b F aθ b −
= =
⎡ ⎡ ⎤ ⎤
= ⎢⎣
∏∏
− ⎣ − − ⎦ ⎥⎦1
1 1
ln ij 1 ij
n k y y
ij ij
i j
p p −
= =
⎡ ⎤
⎡ ⎤
= ⎢ ⎣ − ⎦ ⎥
⎣
∏∏
⎦, dengan pij =F a(
j iθ −bj)
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
11 1
11 1
21 2
21 2
1 1
1 1
11 11 1 1
1 1
21 21 2 2
1 1
1 1
ln 1 1
1 1
1 1
k k
k k
n n
n nk
y y
y y
k k
y y
y y
k k
y y
y y
n n nk nk
p p p p
p p p p
p p p p
− −
− −
− −
= ⎡⎣ − × × −
− × × −
k
×
××
− × × − ⎤⎦
K
KKKKKKKKKKKKKKKKKK
K
(
1111) ( (
11)
1 11( )
1)
ln⎡ p y pnkynk 1 p −y 1 pnk −ynk ⎤
= ⎢⎣ × ×K ⋅ − × × −K ⎥⎦
( )
11( )
11 1 1
11 11
ln⎡p y pnkynk⎤ ln 1⎡ p −y 1 pnk −ynk⎤
= ⎣ × ×K ⎦+ ⎣ − × × −K ⎦
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
11ln 11 nkln nk 1 11 ln 1 11 1 nk ln 1 nk
y p y p y p y p
⎡ ⎤ ⎡
=⎣ +K+ ⎦ ⎣+ − − +K+ − − ⎤⎦
( ) ( ) ( )
{
y11ln p11 1 y11 ln 1 p11} {
ynkln( ) (
pnk 1 ynk) (
ln 1 pnk) }
= + − − +K+ + − −
( ) { ( ) ( ) ( )
1 1
, , ln 1 ln 1
n k
ij ij ij ij
i j
l y p y
= =
=
∑∑
+ −θ a b −p
}
(3.4)Secara langsung memaksimumkan fungsi likelihood pada persamaan 3.3 cukup sulit karena merupakan suatu bentuk perkalian. Akan lebih mudah memaksimumkan
(
, ,L θ a b
)
(
, ,)
l θ a b yang merupakan suatu bentuk penjumlahan. Hal ini dikarenakan lebih mudah menurunkan bentuk penjumlahan daripada menurunkan bentuk perkalian.
Telah diberikan diatas bahwa probabilitas jawaban benar untuk peserta ke-i dan soal ke-j didefinisikan sebagai
( ) ( )
Pr 1 ; , ,
ij ij i j j j i j
p = Y = θ a b =F aθ − b
)
dimana , F a
(
j iθ −bj diasumsikan suatu fungsi distribusi dari distribusi logistik standar. Maka dapat ditulis( )
(
( ))
11 1
1 1
j i j
j i j
j i j j i j
a b
a b
ij a b a b
p e e
e e
θ θ
θ θ
− −
− −
− − −
⎛ ⎞ ⎛ ⎞
=⎜⎜⎝ + ⎟ ⎜⎟⎠=⎝ + ⎟⎠= +
dan probabilitas jawaban salah untuk peserta ke-i dan soal ke-j, dinotasikan dengan qij, diberikan sebagai berikut
1 1 1
1 1
j i j
j i j j i j
a b
ij ij a b a b
q p e
e e
θ
θ θ
−
− −
⎛ ⎞ ⎛ ⎞
= − =⎜⎜⎝ − + ⎟ ⎜⎟⎠=⎝ + ⎟⎠.
Turunan parsial pertama pij terhadap parameter aj, bj, dan θ adalah i
( )
( )
2( ) ( ( ))
1 1 aj i bj aj i bj
ij
i j
p e e
a
θ θ
− θ
− − − −
∂ = − ⋅ + ⋅ − ⋅
∂
( )
( )
( )
1
1 1
j i j
j i j j i j
a b
i a b a b
e
e e
θ
θ θ
θ ⎛ − − ⎞ ⎛⎜ −− −− ⎞⎟
= ⋅⎜⎝ + ⎟ ⎜⎠ ⎝⋅ + ⎟⎠
1( ) 1 1 j i j 1 j i j
i e aθ b eaθ b
θ ⎛ − − ⎞ ⎛ − ⎞
= ⋅⎜⎝ + ⎟ ⎜⎠⋅⎝ + ⎟⎠
ij
i ij i
j
p
p qj
a θ
∂ = ⋅ ⋅
∂ (3.5)
( )
( )
2(
( ))
1 1 aj i bj aj i bj
ij
j
p e e
b
θ − θ
− − − −
∂ = − ⋅ + ⋅
∂
( )
( )
( )
1 1
1 1
j i j
j i j j i j
a b
a b a b
e
e e
θ
θ θ
− −
− − − −
⎛ ⎞
⎛ ⎞
⎜ ⎟
= − ⋅⎜⎝ + ⎟ ⎜⎠ ⎝⋅ + ⎟⎠
ij
ij ij
j
p p q
b
∂ = − ⋅
∂ (3.6)
( )
( )
2( ) ( ( ))
1 1 aj i bj aj i bj
ij
j i
p e θ a e θ
θ
− − − − −
∂ = − ⋅ + ⋅ − ⋅
∂
( )
( )
( )
1
1 1
j i j
j i j j i j
a b
j a b a b
a e
e e
θ
θ θ
− −
− − − −
⎛ ⎞
⎛ ⎞
⎜ ⎟
= ⋅⎜⎝ + ⎟ ⎜⎠ ⎝⋅ + ⎟⎠
1( ) 1
1 j i j 1 j i j
j a b a b
a e− θ− e θ−
⎛ ⎞ ⎛ ⎞
= ⋅⎜⎝ + ⎟ ⎜⎠⋅⎝ + ⎟⎠
ij
j ij ij
i
p a p q
θ
∂ = ⋅ ⋅
∂ (3.7) Taksiran Joint Maximum Likelihood (JML) dari parameter , θi a , dan j
b , diperoleh dengan mendeferensiasi secara parsial fungsi j l θ,a,b
( )
terhadap parameter , θi a , dan j b kemudian disamakan dengan nol. Langkah j ini akan menghasilkan n+2k persamaan.
Dengan memakai persamaan (3.5), (3.6), dan (3.7) diatas, maka turunan parsial pertama dari l θ,a,b
( )
terhadap θ , i a , dan j b adalah sebagai j berikut:( ) { ( ) ( ) ( ) }
1
, , ln 1 ln 1 , 1, ,
k
ij ij ij ij
i i j
l y p y p i
θ θ =
∂ = ∂ + − −
∂ ∂
∑
θ a b
= K n
{ ( ) ( ) ( ) }
1
ln 1 ln 1
k
ij ij ij ij
j i
y p y p
= θ
= ∂ + −
∑
∂ −
( )
( ) ( )
1
1 1
1
k ij ij ij ij
j ij i ij i
y p
y p
p θ p θ
=
⎧ ∂ − ∂ − ⎫
⎪ ⎪
=
∑
⎨⎪⎩ ⋅ ∂ + − ⋅ ∂ ⎬⎪⎭
( ) ( ) ( )
1
1
k ij ij
j ij ij j ij ij
j ij ij
y y
a p q a p q
p q
=
⎧ − ⎫
⎪ ⎪
= ⎨ ⋅ ⋅ ⋅ + ⋅ − ⋅ ⋅ ⎬
⎪ ⎪
⎩ ⎭
∑
{ ( ) ( ) ( }
1
1
k
ij j ij ij j ij
j
y a q y a p
=
=
∑
⋅ ⋅ + − ⋅ − ⋅)
{ ( ) }
1
1
k
ij j ij j ij ij j ij
j
y a p a p y a p
=
=
∑
⋅ ⋅ − − ⋅ + ⋅ ⋅
{ }
1 k
ij j j ij
j
y a a p
=
=
∑
⋅ − ⋅
{ }
1 k
j ij ij
j
a y p
=
=
∑
−( )
1
, , 0 , 1, ,
1
j i j
j i j
a b
k
j ij a b
i j
l e
a y i n
e
θ
θ θ
−
= −
⎧ ⎛ ⎞⎫
∂ ∂θ a b =
∑
⎪⎨⎪⎩ −⎜⎜⎝ + ⎟⎟⎠⎪⎬⎪⎭= = K (3.8)( ) { ( ) ( ) ( ) }
1
, , ln 1 ln 1 , 1, ,
n
ij ij ij ij
j j i
l y p y p j
a a =
∂ = ∂ + − −
∂θ a b ∂
∑
= K k
{ ( ) ( ) ( ) }
1
ln 1 ln 1
n
ij ij ij ij
i j
y p y p
= a
= ∂ + −
∑
∂ −
( )
( ) ( )
1
1 1
1
n ij ij ij ij
i ij j ij j
y p
y p
p a p a
=
⎧ ∂ − ∂ − ⎫
⎪ ⎪
=
∑
⎨⎪⎩ ⋅∂ + − ⋅ ∂ ⎬⎪⎭
( ) ( ) ( )
1
1
n ij ij
i ij ij i ij ij
i ij ij
y y
p q p q
p θ q θ
=
⎧ − ⎫
⎪ ⎪
= ⎨ ⋅ ⋅ ⋅ + ⋅ − ⋅ ⋅ ⎬
⎪ ⎪
⎩ ⎭
∑
( ) ( ) ( )
1
1
n ij ij
i ij ij i ij ij
i ij ij
y y
p q p q
p θ q θ
=
⎧ − ⎫
⎪ ⎪
= ⎨ ⋅ ⋅ ⋅ + ⋅ − ⋅ ⋅ ⎬
⎪ ⎪
⎩ ⎭
∑
{ }
1 n
ij i ij i ij ij i ij
i
y θ q θ p y θ p
=
=
∑
⋅ ⋅ − ⋅ + ⋅ ⋅
{ ( ) }
1
1
n
ij i ij i ij ij i ij
i
y θ p θ p y θ
=
=
∑
⋅ ⋅ − − ⋅ + ⋅ ⋅p
{ }
1 n
ij i i ij
i
y θ θ p
=
=
∑
⋅ − ⋅
{ }
1 n
i ij ij
i
y p
θ
=
=
∑
−( )
1
, , 0 , 1, ,
1
j i j
j i j
a b
n
i ij a b
j i
l e
a y e
θ
θ −θ−
=
⎧ ⎛ ⎞⎫
∂ ∂θ a b =
∑
⎪⎨⎪⎩ −⎜⎜⎝ + ⎟⎟⎠⎪⎬⎪⎭= j = K k (3.9)dan
( ) { ( ) ( ) ( ) }
1
, , ln 1 ln 1 , 1, ,
n
ij ij ij ij
j j i
l y p y p j
b b =
∂ ∂
= + − −
∂ ∂
∑
θ a b
= K k
{ ( ) ( ) ( ) }
1
ln 1 ln 1
n
ij ij ij ij
i j
y p y p
= b
= ∂ + −
∑
∂ −
( )
( ) ( )
1
1 1
1
n ij ij ij ij
i ij j ij j
y p
y p
p b p b
=
⎧ ∂ − ∂ − ⎫
⎪ ⎪
=
∑
⎨⎪⎩ ⋅∂ + − ⋅ ∂ ⎬⎪⎭
( ) ( ) ( )
1
1
n ij ij
ij ij ij ij
i ij ij
y y
p q p q
p q
=
⎧ − ⎫
⎪ ⎪
= ⎨ ⋅ − ⋅ + ⋅ − − ⋅ ⎬
⎪ ⎪
⎩ ⎭
∑
{ ( ) ( ) }
1
1
n
ij ij ij ij
i
y q y p
=
=
∑
⋅ − + − ⋅
{ ( ) ( ) }
1
1 1
n
ij ij ij ij
i
y p y p
=
=
∑
⋅ − + − ⋅
{ }
1 n
ij ij
i
p y
=
=
∑
−( )
1
, , 0 , 1, ,
1
j i j
j i j
a b
n
a b ij j i
l e
y j
b e
θ θ
−
= −
⎧⎛ ⎞ ⎫
∂ ∂θ a b =
∑
⎪⎨⎪⎩⎜⎜⎝ + ⎟⎟⎠− ⎪⎬⎪⎭= = K k (3.10)Persamaan (3.8), (3.9), dan (3.10) disebut persamaan likelihood.
Ketiga persamaan likelihood tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk vektor, yaitu:
( ) ( ) ( )
{ }
{ }
{ }
1
1
1
, , 0
0 0 ,
k
j ij ij
i j
n
i ij ij
j i
n
ij ij
j i
l a y p
l y p
a
l p y
b θ
θ
=
=
=
⎡∂ ⎤ ⎡ ⎤
⎢ ∂ ⎥ ⎢ − ⎥
⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎡ ⎤
⎢ ∂ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥
⎢ ⎥ =⎢ − ⎥ ⎢ ⎥=
⎢ ∂ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥
⎢ ∂ ⎥ ⎢ ⎥ ⎣ ⎦
⎢ ⎥ ⎢ − ⎥
⎢ ∂ ⎥ ⎣ ⎦
⎣ ⎦
∑
∑
∑
θ ξ
θ ξ 0
θ ξ
= (3.11)
dengan θ=
(
θ1,K,θn)
dan ξ =(
ξ1,K,ξk)
, ξj =(
a bj, j)
, j= K menyatakan 1, ,k vektor dari parameter-parameter yang tidak diketahui.Sedangkan turunan parsial kedua dari l θ,ξ
( )
terhadap θi, a , dan j b j adalah sebagai berikut:( ) ( )
2
2 , 1, ,
i i i
l l
i n
θ θ θ
⎛ ⎞
∂ ∂θ,ξ = ∂∂ ⎜⎝∂ ∂θ,ξ ⎟⎠ = K
{ }
1 k
j ij ij
i j
a y p θ =
⎛ ⎞
= ∂ ⎜ − ⎟
∂ ⎝
∑
⎠
( )
1 k
j ij j ij
j i
a y a p
= θ
= ∂ −
∑
∂1
k ij
j
j i
a p
= θ
⎛∂ ⎞
=
∑
− ⎜⎝∂ ⎟⎠
( )
1 k
j j ij ij
j
a a p q
=
=
∑
− ⋅ ⋅( )
2
2 2
1
, , 1, ,
k
j ij ij
i j
l a p q i n
θ =
∂ = − ⋅ ⋅ =
∂ θ ξ
∑
K (3.12)( ) ( )
2
2 , 1, ,
j j j
l l
j k
a a a
⎛ ⎞
∂ ∂θ,ξ = ∂∂ ⎜⎜⎝∂ ∂θ,ξ ⎟⎟⎠ = K
{ }
1 n
i ij ij
j i
y p
a θ
=
∂ ⎛ ⎞
= ∂ ⎝⎜
∑
− ⎟⎠
( )
1 n
i ij i ij
i j
y p
a θ θ
=
= ∂ −
∑
∂
1
n ij
i
i j
p θ a
=
⎛∂ ⎞
=
∑
− ⎜⎜⎝∂ ⎟⎟⎠
( )
1 n
i i ij ij
i
θ θ p q
=
=
∑
− ⋅ ⋅2
1 n
i ij
i θ p qij
=
=
∑
− ⋅ ⋅( )
2
2 2
1
, 1
, 1, ,
1 1
j i j
j i j j i j
a b
n
i a b a b
j i
l e
j k
a e e
θ
θ θ
θ −− −
=
⎛ ⎞
∂∂ θ ξ = −
∑
⋅⎜⎜⎝ + ⎟ ⎜⎟⎠⋅⎛⎝ + ⎞⎟⎠ = K (3.13)( ) ( )
2
, 1, ,
j j j j
l l
j k
b a b a
⎛ ⎞
∂ ∂ ∂
= ⎜⎜ ⎟⎟ =
∂ ∂θ,ξ ∂ ⎝ ∂θ,ξ ⎠ K
{ }
1 n
i ij ij
j i
y p
b θ
=
∂ ⎛ ⎞
= ∂ ⎝⎜
∑
− ⎟⎠
( )
1 n
i ij i ij
i j
y p
b θ θ
=
= ∂ −
∑
∂1
n ij
i
i j
p θ b
=
⎛∂ ⎞
=
∑
− ⎜⎜⎝∂ ⎟⎟⎠
( )
1 n
i ij ij
i
θ p q
=
=
∑
− − ⋅
1 n
i ij ij
i
θ p q
=
=
∑
⋅ ⋅( )
2
1
1 , 1, ,
1 1
j i j
j i j j i j
a b
n
i a b a b
j j i
l e
j k
b a e e
θ
θ θ
θ − − −
=
⎛ ⎞
∂∂ ∂θ,ξ =
∑
⋅⎜⎜⎝ + ⎟ ⎜⎟⎠⋅⎛⎝ + ⎞⎟⎠ = K (3.14)( ) ( )
2
, 1, ,
j j j j
l l
j k
a b a b
⎛ ⎞
∂ ∂ ∂
= ⎜⎜ ⎟⎟ =
∂ ∂θ,ξ ∂ ⎝ ∂θ,ξ ⎠ K
{ }
1 n
ij ij
j i
p y
a =
∂ ⎛ ⎞
= ∂ ⎝⎜
∑
− ⎟⎠
( )
1 n
ij ij
i j
p y
= a
= ∂ −
∑
∂1
n ij
i j
p
= a
= ∂
∑
∂1 n
i ij ij
i
θ p q
=
=
∑
⋅ ⋅( )
2
1
1 , 1, ,
1 1
j i j
j i j j i j
a b
n
i a b a b
j j i
l e
j k
a b e e
θ
θ θ
θ − − −
=
⎛ ⎞
∂∂ ∂θ,ξ =
∑
⋅⎜⎜⎝ + ⎟ ⎜⎟⎠⋅⎛⎝ + ⎞⎟⎠ = K (3.15)dan
( ) ( )
2
2 , 1, ,
j j j
l l
j k
b b b
⎛ ⎞
∂ ∂θ,ξ = ∂∂ ⎜⎜⎝∂ ∂θ,ξ ⎟⎟⎠ = K
{ }
1 n
ij ij
j i
p y
b =
∂ ⎛ ⎞
= ∂ ⎝⎜
∑
− ⎟⎠
( )
1 n
ij ij
i j
p y
= b
= ∂ −
∑
∂1
n ij
i j
p
= b
= ∂
∑
∂1 n
ij ij
i
p q
=
=
∑
− ⋅( )
2 2
1
1 , 1, ,
1 1
j i j
j i j j i j
a b
n
a b a b
j i
l e
j k
b e e
θ
θ θ
−
− −
=
⎛ ⎞
∂ ∂θ,ξ = −
∑
⎜⎜⎝ + ⎟ ⎜⎟⎠⋅⎛⎝ + ⎞⎟⎠ = K (3.16)Matriks turunan kedua dari l θ,ξ
( )
terhadap a , dan j b disebut juga j matriks Hessian, menjadi:( ) ( ) ( )
( ) ( )
j j j j
j j j j
a a b a
a b b b
H H
H H
⎡ ⎤
⎢ ⎥
=⎢⎣ ⎥⎦
θ,ξ θ,ξ
H θ,ξ
θ,ξ θ,ξ
( ) ( )
( ) ( )
2 2
2
2 2
2
j j
j j j
l l
a b a
l l
a b b
⎡∂ ∂ ⎤
⎢ ∂ ∂ ∂ ⎥
⎢ ⎥
= ⎢⎢∂ ∂ ⎥⎥
⎢ ∂ ∂ ∂ ⎥
⎣ ⎦
θ,ξ θ,ξ
θ,ξ θ,ξ
j
2
1 1
1
1 1
1 1 1 1
1 1
1 1 1 1
j i j j i j
j i j j i j j i j j i j
j i j j i j
j i j j i j j i j j i j
a b a b
n n
i a b a b i a b a b
i i
a b a b
n
i a b a b a b a b
i
e e
e e e e
e e
e e e e
θ θ
θ θ θ θ
θ θ
θ θ θ θ
θ θ
θ
− −
− − − −
= =
− −
− − − −
=
⎛ ⎞ ⎛ ⎞ ⎛ ⎞ ⎛ ⎞
− ⋅⎜⎜⎝ + ⎟⎟⎠⋅⎜⎝ + ⎟⎠ ⋅⎜⎜⎝ + ⎟⎟⎠⋅⎜⎝ + ⎟⎠
= ⋅⎛⎜⎜⎝ + ⎞⎟⎟⎠⋅⎛⎜⎝ + ⎞⎟⎠ − ⎛⎜⎜⎝ + ⎞⎟⎟⎠⋅⎛⎝ +
∑ ∑
∑
1n
i=
⎡ ⎤
⎢ ⎥
⎢ ⎥
⎢ ⎥
⎢ ⎞ ⎥
⎜ ⎟
⎢ ⎠ ⎥
⎣
∑
⎦
(3.17)
Karena persamaan (3.8), (3.9), dan (3.10) tidak linear dalam θi, a , j
dan b (i 1j = K, ,n ; j= K ) maka untuk mencari taksiran 1, ,k θˆi, ˆa , dan ˆj b j digunakan suatu metode numerik. Salah satu metode numerik yang dapat digunakan adalah metode Newton Raphson.
Dalam IRM, penggunaan metode Newton Raphson untuk
mendapatkan taksiran θˆi, ˆa , dan ˆj b dilakukan dengan metode Newton j Raphson dua tahap:
1. Tahap pertama
a. Pilih taksiran awal dari parameter soal ξ , yaitu , dan anggap parameter soal tersebut diketahui.
( )
(0) (0) (0)
= ,
ξ a b
b. Pilih taksiran awal dari θi yaitu ˆ( )0
θi , i=1,...,n.
c. Tentukan taksiran dari θi pada iterasi ke - m+1 (m=0,1,...), yaitu ˆ(m 1) θi + , secara iteratif menggunakan formula:
( ) ( )
( )
( )( )
( )1
ˆ
ˆ ˆ
ˆ
m
m m i
i i m
i
f f θ θ θ
θ
+ ′
= −
′′ (3.18)
dengan:
ˆ( )m
θi adalah taksiran dari θi (i=1,...,n) , pada iterasi ke – m
(
ˆi( )mf′ θ
)
adalah fungsi turunan parsial pertama dari l θ,ξ( )
terhadapθi (i=1,...,n) , dengan parameter ξ(0) =
(
a(0),b(0))
dandihitung pada θi= ˆ( )m θi
(
ˆi( )mf′′ θ
)
adalah fungsi turunan parsial kedua dari l θ,ξ( )
terhadapθi (i=1,...,n) , dengan parameter ξ(0) =
(
a(0),b(0))
danθ θˆ( )m
d. Hentikan proses iterasi jika ˆ(m 1) ˆi( )m
θi + ≈θ (misalkan
( 1) ( ) 5
ˆi m ˆi m 10
θ + −θ < − ), kemudian ambil ˆ(m 1)
θi + sebagai taksiran θˆi. e. Lakukan langkah ke - b sampai langkah ke – d untuk i=1,...,n
sedemikian sehingga didapat taksiran θˆ=
(
θˆ1,K,θˆn)
2. Tahap kedua
a. Gunakan taksiran θˆ=
(
θˆ1,K,θˆn)
yang didapat pada tahap pertama dan anggap parameter latent ability tersebut diketahui.b. Ambil nilai awal dari ξˆj( )0 =
(
aˆj(0),bˆj(0))
, j= K yang digunakan pada 1, ,ktahap pertama sebagai taksiran awal dari ξj =
(
a bj, j)
, j= K 1, ,kc. Tentukan taksiran dari ξ pada iterasi ke – m+1 (m=0,1,...), yaitu j ˆ(m 1)
j
ξ +
secara iteratif menggunakan formula:
ξˆj(m+1) =ξˆj( )m −
{
H⎡⎣ξˆj( )m ⎤⎦}
−1f′⎡⎣ξˆj( )m ⎤⎦ (3.19) dengan:ˆ( )m
ξj adalah taksiran dari x pada iterasi ke – m, j ˆ( )m
⎡ j
′ ⎣ f ξ ⎤
⎦ adalah vektor turunan parsial pertama dari l θ,ξ
( )
terhadap ajdan bj untuk θ θ= =ˆ
(
θˆ1,K,θˆn)
dihitung pada ˆ( )m ,j = j
ξ ξ
ˆ( )m
⎡⎣ H ξ ⎤
⎦ adalah matriks turunan parsial kedua dari l θ,ξ