• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kompetensi Guru Agama Hindu Yang Belum Bersertifikat Pendidik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Kompetensi Guru Agama Hindu Yang Belum Bersertifikat Pendidik"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Kompetensi Guru Agama Hindu Yang Belum Bersertifikat Pendidik

I Made Wiguna Yasa a,1, I Komang Wisnu Budi Wijaya a,2,*

a Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, Indonesia

1 wigunayasa1@yahoo.com, 2 wisnu.budiwijaya240191@gmail.com

ARTICLE INFO ABSTRACT

Received 2020-07-20

Revised 2020-08-24

Accepted 2020-09-11

This is an open access article under the CC–BY-SA

license.

This research aims to describe the competence of Hinduism teachers at the Elementary Schools level in Penebel sub-district who do not have educator certificate. This research is classified into qualitative research. The method that used is a survey method. The population of this research were Hinduism teachers at Elementary Schools level in Penebel sub-district who do not have educator certificate. The sampling technique that used is saturated sampling technique. The research instrument used was a teacher competency questionnaire.

The teacher competency data analysis was conducted descriptively.

The results of this research stated that the competence of Hinduism teachers at the Elementary Schools level in Penebel sub-district who do not have educator certificate was classified as high (average score 73.00).

Keywords: Competence; Hinduism Teacher; Elementary School;

do not have Educator Certificate

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kompetensi guru mata pelajaran Agama Hindu di jenjang Sekolah Dasar (SD) se- kecamatan Penebel yang belum bersertifikat pendidik. Penelitian ini digolongkan ke dalam penelitian kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode survey. Populasi dari penelitian ini adalah guru agama Hindu jenjang SD se-kecamatan Penebel yang belum bersertifikat pendidik. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampel jenuh. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuisioner kompetensi guru. Analisis data kompetensi guru dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menyatakan bahwa kompetensi guru mata pelajaran Agama Hindu di jenjang Sekolah Dasar (SD) se-kecamatan Penebel yang belum bersertifikat pendidik tergolong tinggi (skor rata-rata 73,00).

Kata Kunci : kompetensi; guru Agama Hindu; SD; belum bersertfikat pendidik

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan menurut UU No. 23 Tahun 2003 didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan merupakan salah satu jalan untuk mencapai salah satu tujuan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Selain itu, pemerintah memberikan program pendidikan kepada masyarakat sebagai salah satu upaya pemerintah memenuhi hak warga negaranya yaitu mendapatkan pendidikan.

Salah satu jenis pendidikan agama dan keagaaman adalah pendidikan agama Hindu. Pendidikan Agama Hindu diberikan kepada peserta didik dimulai dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Dalam kurikulum 2013, pendidikan Agama Hindu dimasukkan dalam mata pelajaran Kelompok A yang artinya lebih menekankan pada aspek pengetahuan dan sikap. Kemudian, untuk pendidikan keagamaan Hindu diselenggarakan dalam bentuk pasraman, pesantian dan bentuk lainnya yang sejenis.

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pelaksanaan pendidikan agama Hindu adalah guru. Guru dalam proses pendidikan berperan sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, motivator dan evaluator (Sanjaya, 2012). Peran guru tersebut akan berjalan dengan optimal jika setiap guru memiliki empat kompetensi

yaitu kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian dan profesional.

Di kabupaten Tabanan, tepatnya di kecamatan Penebel terdapat sebanyak 99 (Sembilan puluh Sembilan) guru agama Hindu yang mengajar di jenjang sekolah dasar (SD). Sebanyak 46 (empat puluh enam) orang diantaranya belum mengikuti proses sertifikasi pendidik. Peneliti tertarik untuk meneliti kompetensi guru agama Hindu yang belum tersertifikasi pendidik di jenjang SD. Hal tersebut didasari oleh beberapa alasan. Pertama, peneliti ingin memberi gambaran kepada guru agama Hindu yang belum bersertifikat pendidik tersebut tentang kompetensi mereka sehingga dapat dijadikan bahan refleksi untuk kelayakan mengikuti program sertifikasi pendidik.

Kedua, pemilihan lokasi penelitian di jenjang SD karena pada jenjang tersebut merupakan tempat pertama untuk menanamkan nilai karakter dan wawasan Hindu bagi peserta didik.

METODE

Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei.

Metode survei merupakan suatu usaha untuk mengumpulkan data dari anggota populasi untuk menentukan status sekarang dari populasi itu mengenai satu variabel atau lebih (Darmadi, 2011).

Populasi dari penelitian ini adalah guru mata pelajaran Agama Hindu di jenjang SD se-kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan yang belum bersertifikat pendidik. Jumlah populasi yang dimaksud sebanyak 46 (empat puluh enam) orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampel jenuh.

Teknik sampel jenuh adalah teknik pengambilan sampel bila semua anggota

(3)

populasi dijadikan sampel penelitian (Sugiyono, 2010). Teknik ini digunakan karena jumlah populasi yang relatif kecil yaitu kurang dari 50 (lima puluh) orang.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuisioner kompetensi guru. Setiap butir kuisioner memiliki rentang skor dari 1–5. Kisi-kisi lembar kuisioner disajikan pada Tabel 1

Tabel 1. Kisi Kisi Kuisioner Kompetensi Guru

No

Indikator Kompetensi

Guru

Nomor Butir Kuisioner

Jumlah Butir 1 Kompetensi

pedagogik

1-8 8

2 Kompetensi personal/

pribadi

9-11 3

3 Kompetensi sosial

12-19 8

4 Kompetensi profesional

20-33 14

Total 33

Sebelum instrumen tersebut digunakan dalam proses penelitian, maka terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitasnya. Suatu instrumen dikatakan valid jika memiliki harga validitas di atas 0,3 dan reliabilitas di atas 0,6 (Darmayanti

& Wijaya, 2020). Setelah dilakukan uji coba, didapatkan harga validitas dan reliabilitas instrument masing-masing di atas 0,3 dan 0,6 sehingga instrumen penelitian memenuhi syarat validitas dan reliabilitas.

Data mengenai kompetensi guru dianalisis secara deskriptif. Setelah guru mengisi lembar kuisioner, maka peneliti menghitung skor lembar kuisioner masing-masing guru. Setelah itu

dilakukan konversi menjadi skor kompetensi guru dengan menggunakan rumus berikut :

Skor kompetensi guru = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑘𝑢𝑖𝑠𝑖𝑜𝑛𝑒𝑟

165 x

100

Skor kompetensi guru tersebut kemudian digolongkan berdasarkan tabel kriteria yang ada pada Tabel 2

Tabel 2. Tabel Kriteria Skor Kompetensi Guru Skor Kompetensi

Guru

Kriteria 00,00 – 20,00 Sangat Rendah 21,00 – 40,00 Rendah 41,00 – 60,00 Cukup 61,00 – 80,00 Tinggi 81,00 – 100,00 Sangat Tinggi HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Deskripsi hasil penelitian tentang kompetensi guru mata pelajaran Agama Hindu jenjang SD se-Kecamatan Penebel yang belum bersertifikat pendidik berupa data skor rata-rata, skor terendah, skor tertinggi, distribusi skor kompetensi guru dalam tabel kriteria dan analisis per aspek kompetensi guru. Data mengenai skor kompetensi guru disajikan pada Tabel 3

Tabel 3. Data Skor Kompetensi Guru

Jenis Skor Skor

Skor Rata-Rata 73,00 Skor Tertinggi 84,00 Skor Terendah 53,00 Berdasarkan data pada Tabel 3 terlihat bahwa skor rata-rata kompetensi guru berada pada kategori tinggi. Skor tertinggi dan skor terendah masing- masing berada pada kategori sangat tinggi

(4)

dan cukup. Kemudian dilakukan juga pengelompokkan skor kompetensi guru ke dalam tabel kriteria. Pengelompokkan tersebut disajikan dalam Tabel 4

Tabel 4. Pengelompokkan Skor Kompetensi Guru Dalam Tabel Kriteria No Kriteria Frekuensi %

1 Sangat Rendah 0 0%

2 Rendah 0 0%

3 Cukup 7 15,21%

4 Tinggi 31 67,39%

5 Sangat Tinggi 8 17,40%

Data pada Tabel 4 menyatakan bahwa sebagian besar (84,79%) guru agama Hindu di jenjang SD se-kecamatan Penebel yang belum bersertifikat pendidik memiliki skor kompetensi lebih dari cukup. Selanjutnya dilakukan pula penghitungan rata-rata skor kompetensi guru berdasarkan jenis-jenis kompetensi guru. Hasil penghitungannya disajikan dalam Tabel 5

Tabel 5. Skor Rata-Rata Kompetensi Guru Berdasarkan Jenis Kompetensi No Kompetensi Guru Skor Rata-Rata

1 Kompetensi Pedagogik

75,00 2 Kompetensi

Kepribadian

78,00 3 Kompetensi Sosial 71,00 4 Kompetensi

Profesional

73,00

Data pada Tabel 5 menyatakan bahwa kompetensi guru agama Hindu jenjang SD se-kecamatan Penebel pada masing-masing jenis kompetensi berada pada kategori tinggi. Kemudian, peneliti juga melakukan analisis terhadap distribusi skor masing-masing jenis kompetensi guru ke dalam tabel kriteria.

Hasil analisis terhadap distribusi skor masing-masing jenis kompetensi guru dan berdasarkan data pada Tabel 6 dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat guru agama Hindu yang memiliki kompetensi guru pada kriteria rendah dan sangat rendah pada setiap aspeknya. Sebagian besar guru agama Hindu tersebut memiliki skor kompetensi guru pada kriteria tinggi.

Pembahasan

Hasil penelitian menyatakan bahwa kompetensi guru mata pelajaran Agama Hindu jenjang Sekolah Dasar se- Kecamatan Penebel yang belum bersertifikat pendidik berada pada kategori tinggi. Hal itu dilihat dari rerata skor kompetensi guru secara keseluruhan sebesar 73,00. Selain itu kompetensi guru pada masing-masing aspek juga tergolong tinggi yaitu skor kompetensi pedagogik sebesar 75,00, kompetensi kepribadian sebesar 78,00, kompetensi sosial sebesar 71,00 dan kompetensi profesional sebesar 73,00.

Berbagai faktor yang menunjang tingginya kompetensi guru Agama Hindu di jenjang SD se-kecamatan Penebel.

Faktor pertama adalah latar belakang pendidikan. Seluruh guru agama Hindu di jenjang SD se-kecamatan Penebel yang belum bersertifikasi memiliki latar pendidikan sarjana (S1) bidang agama Hindu. Latar belakang pendidikan yang linear dengan mata pelajaran Agama akan memberikan pengaruh positif pada kompetensi pedagogik dan profesional guru agama (Taufiqqurrahman, 2013).

Faktor kedua adalah adanya kegiatan supervisi. Supervisi pendidikan merupakan kegiatan penilaian terhadap kinerja guru dalam bidang pembelajaran untuk memberikan masukan demi perbaikan proses pembelajaran (Shulhan,

(5)

2012). Supervisi dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas agama Hindu.

Supervisi dilakukan secara rutin dan terjadwal, sehingga para guru mata pelajaran Agama Hindu tersebut selalu mendapatkan saran dalam kegiatan pembelajaran sehingga kompetensi pedagogik dan profesional senantiasa berkembang menjadi lebih baik (Nur, 2014).

Faktor yang ketiga adalah keikutsertaan guru dalam kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Agama Hindu (MGMP Agama Hindu). Guru mata pelajaran agama Hindu jenjang SD di kecamatan Penebel sebagian besar aktif mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh MGMP Agama Hindu. Dalam kegiatan tersebut terjadi proses sharing pengalaman bidang pedagogik dan diskusi terkait masalah pembelajaran sehingga membantu pengembangan kompetensi sosial dan pedagogik guru. Selain itu, para guru agama Hindu juga sering membaca buku tentang perkembangan agama Hindu dan rutin mengikuti perkembangan isu-isu yang berkaitan dengan agama Hindu. Hal itu tentu juga membantu pengembangan kompetensi profesional guru.

Kompetensi sosial dan kepribadian guru agama Hindu juga tergolong tinggi. Hal itu dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, iklim kerja yang kondusif. Selama peneliti melakukan penelitian, guru agama Hindu selalu berada pada lingkungan pergaulan guru yang baik dan harmonis. Lingkungan baik yang dimaksud disini adalah para guru dalam bergaul membudayakan saling membantu dan menyelesaikan masalah dengan damai. Selain itu, kepala sekolah yang senantiasa mengayomi dan mendukung pengembangan diri guru agama Hindu membuat kompetensi sosial

dan kepribadian guru semakin berkembang. Kesadaran diri para guru agama Hindu juga memiliki pengaruh.

Para guru agama Hindu tersebut menyadari bahwa mereka adalah sosok yang akan ditiru oleh murid sehingga mereka selalu menampilkan karakter yang bisa dijadikan teladan misalnya bertutur dan berbuat dengan baik, bersikap ramah, berpenampilan sederhana namun sopan dan karakter positif lainnya. Selain itu, hubungan harmonis pihak sekolah dan orang tua siswa (komite sekolah) juga membantu pengembangan kompetensi sosial dan kepribadian guru.

Semua pihak tentunya akan berharap terjadinya peningkatan kompetensi guru agama Hindu setiap tahunnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan beberapa hal. Pertama adalah mengadakan kegiatan ilmiah berupa seminar, workshop dan kegiatan lainnya bagi guru agama Hindu. Saat ini kegiatan ilmiah untuk para guru agama Hindu khususnya jenjang Sekolah Dasar sangat minim. Oleh karena itu pemerintah daerah, perguruan tinggi keagamaan Hindu atau Kementerian Agama hendaknya mengadakan kegiatan ilmiah tersebut secara rutin dan berkesinambungan. Kedua, pihak orang tua dan masyarakat hendaknya menjalin hubungan yang kooperatif dengan pihak sekolah khususnya guru agama Hindu.

Sebab, kesuksesan pendidikan agama Hindu di sekolah bukan tanggung jawab guru semata, melainkan tanggung jawab seluruh Tri Pusat Pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru agama Hindu jenjang Sekolah Dasar se-kecamatan Penebel

(6)

yang belum bersertifikat pendidik tergolong tinggi (skor rata-rata 73,00).

Tingginya kompetensi guru tersebut disebabkan oleh berbagai faktor yaitu latar belakang pendidikan, kegiatan supervisi, keikutsertaan dalam MGMP, lingkungan kerja yang kondusif dan hubungan harmonis dengan pihak orang tua siswa dan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Darmadi, H. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Darmayanti, N. W. S., & Wijaya, I. K. W.

B. (2020). Evaluasi Pembelajaran IPA. Denpasar: Penerbit Nila Cakra.

Nur, A. A. (2014). Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru Di SD Yayasan Mutiara Gambut.

Bahana Manajemen Pendidikan, 2(1), 65–831.

Peraturan Pemerintah (PP) No. 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan

Sanjaya, W. (2012). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Bandung: Kencana.

Shulhan, M. (2012). Supervisi Pendidikan : Teori dan Praktek Dalam Mengembangkan SDM Guru. Surabaya: Acima Publishing.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung: Penerbit Alfabeta.

Taufiqqurrahman, A. (2013). Studi Kompetensi Profeional Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembelajaran Di SMP Negeri 1 Banjarbaru. Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin.

Undang Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Gambar

Tabel 2. Tabel Kriteria Skor   Kompetensi Guru  Skor Kompetensi  Guru  Kriteria   00,00 – 20,00  Sangat Rendah  21,00 – 40,00  Rendah   41,00 – 60,00   Cukup   61,00 – 80,00  Tinggi   81,00 – 100,00  Sangat Tinggi  HASIL DAN PEMBAHASAN  Hasil
Tabel 5. Skor Rata-Rata Kompetensi  Guru Berdasarkan Jenis Kompetensi  No  Kompetensi Guru  Skor Rata-Rata

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 14 ayat (1) dan Pasal 130 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor

Berikut adalah kegiatan pendampingan keluarga Bapak I Gusti Komang Merta yang sudah dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh kelompok mahasiswa KKN

Demikian undangan ini disampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Koba, 28

Pada hari ini, Kamis tanggal Enam bulan September tahun Dua Ribu Dua Belas, Panitia Pengadaan Pekerjaan Jasa Konsultansi Perencanaan Pembangunan Gedung Pendidikan

 Menjelaskan pengertian Kisi-kisi Soal  Fungsi Kisi-kisi Soal.  Kisi-kisi Soal tes obyektif  Kisi-kisi Soal

Hasil analisis dengan matriks SWOT dan QSPM, diperoleh alternatif strategi yang dapat diimplementasikan, yaitu memanfaatkan kemajuan TI, seperti website dan

w noujukrh Ftr!rus Fs

Berkaitan dengan kisah kesantunan dan kelembutan Nabi s.a.w., diceritakan dalam biografi sahabat Nabi s.a.w., bahwa sebelum menjadi seorang muslim, Khalid bin Walid terkenal