• Tidak ada hasil yang ditemukan

Politik Anggaran Desa di Desa Matio, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba. Oleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Politik Anggaran Desa di Desa Matio, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba. Oleh:"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

Politik Anggaran Desa di Desa Matio, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba

Oleh:

JODI FELIX VANDERTUA PANJAITAN 160906093

Prof. Subhilhar, MA, Ph.D

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(2)

i

(3)

ii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

JODI FELIX VANDERTUA PANJAITAN (160906093)

POLITIK ANGGARAN DESA DI DESA MATIO, KECAMATAN BALIGE, KABUPATEN TOBA.

ABSTRAK

Penelitian ini menjelaskan mengenai upaya pemerintahan desa dalam pengelolaan anggaran dana desa di desa Matio Kecamatan Balige Kabupaten Toba tahun 2020. Dalam pengelolaan anggaran dana Desa pemerintah Desa berupaya agar alokasi anggaran dana desa digunakan untuk menunjang kegiatan pembangunan infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat sesuai dengan kebutuhan atau prioritas pembangunan yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data adalah wawancara, observasi, survei dan yang lainnya.

Hasil penelitian mengenai upaya pemerintahan desa dalam pengelolaan anggaran dana desa di Desa Matio tahun 2020 ditemukan dua hal yaitu perencanaan anggaran yang dimana kegiatan ini dilakukan dengan melakukan rapat musyawarah desa, pembuatan proposal perencanaan dan survei lokasi kegiatan dan upaya yang dilakukan pemerintahan Desa Matio yaitu pembangunan infrastruktur yakni irigasi, rabat beton, dan pembangunan MCK (Mandi, Cuci, Kakus) yang semua biaya nya adalah dari anggaran dana Desa di tahun 2020.

Kata Kunci : Pemerintahan Desa, Anggaran Dana Desa, Desa Matio.

(4)

iii UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

JODI FELIX VANDERTUA PANJAITAN (160906093)

VILLAGE BUDGET POLITICS IN DESA MATIO, KECAMATAN BALIGE, KABUPATEN TOBA.

ABSTRACT

This study describes the village government's efforts in managing the village fund budget in Matio village, Balige district, Toba district in 2020. In managing the village fund budget, the village government seeks to use village fund budget allocations to support infrastructure development activities and community empowerment in accordance with development needs or priorities.

needed by society. This study uses descriptive qualitative research methods with data collection techniques are interviews, observations, surveys and others. The results of the research on the village government's efforts in managing village fund budgets in Matio Village in 2020 found two things, namely budget planning where this activity was carried out by conducting village deliberation meetings, making planning proposals and surveying the location of activities and efforts made by the Matio Village government, namely infrastructure development. namely irrigation, concrete rebates, and the construction of MCK (Mandi, Cuci, Kakus) all of the costs are from the Village fund budget in 2020.

Keywords: Village Government, Village Fund Budget, Matio Village.

(5)

iv

(6)

v

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi serta masa perkuliahan ini. Atas kasih karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “POLITIK ANGGARAN DESA DI DESA MATIO, KECAMATAN BALIGE, KABUPATEN TOBA”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh gelar Sarjana (S1) pada Program Sarjana Ilmu Politik, Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penulis sangat bersyukur karena masih dimampukan untuk menyusun skripsi ini dalam keadaan sehat walafiat, tidak kekurangan suatu apapun, dan selalu dicukupkan atas berkat pemberian Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan penulis yang sangat luar biasa.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, karena itu dengan rendah hati penulis menerima segala bentuk saran dan kritik yang membangun untuk dijadikan perbaikan bagi penulis dalam referensi penelitian selanjutnya.

Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih dengan hati yang paling dalam kepada keluarga terkasih yang sangat berperan besar setiap harinya dalam kehidupan penulis sebagai pembimbing untuk tetap berada di jalur kebaikan dalam hidup di dunia ini yang sanhgat besar pengaruhnya terhadap hidup penulis terkhususnya kepada Bapak Jamel Panjaitan dan Ibu Sumihar Sinaga yang sangat saya sayangi yang sudah membesarkan dan merawat penulis sejak lahir serta memberikan kasih sayang, dukungan dan fasilitas untuk mengejar cita cita saya hingga sampai ke tahap ini.

Terima kasih juga saya ucapkan kepada Romario Nainggolan, Renova Panjaitan, Sandri Rico Tampubolon, Vetty Panjaitan, Juergen Panjaitan, Venny Panjaitan selaku saudara saya yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada saya. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak berkontribusi kepada penulis selama masa perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini, diantaranya:

(8)

vii

1. Terima kasih kepada Bapak Prof. Subhilhar, MA, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terimakasih buat Ilmu, arahan, bimbingan kesabaran, ketersediaan waktu di dalam membimbing saya dalam pengerjaan skripsi ini semoga Bapak dan keluarga senantiasa di dalam perlidungan Tuhan dan semoga dilimpahkan Berkat, Rejeki serta Kebahagian yang Berlimpah.

2. Terima kasih kepada Bapak Indra Fauzan SHI.,M.Soc.Sc.Ph.D selaku ketua departemen Ilmu Politik Yang baru. Semoga bapak dan Keluarga selalu dalam lindungan Tuhan dan diberi Rezeki yang berlimpah.

3. Terima kasih kepada dua sahabat yang sudah seperti saudara untuk saya Harry Febriando Sihaloho, Yosua Situngkir (Jotung). Terima kasih selalu ada untuk setiap hal yang kulalui mulai masuk kuliah hingga saat ini dan terima kasih juga buat momen, kenangan, semangat, dukungan bahkan penguatan yang selalu kalian berikan saat pengerjaan Skripsi ini.

4. Terima kasih terkhusus buat abangku Terry Siregar S.IP., M.IP terima kasih sudah selalu memberikan waktu, semangat serta masukannya untukku mulai dari pengajuan judul sampai hari ini.

5. Terima kasih juga buat temanku stambuk 2016 yang telah mengisi Dunia perkuliahanku dan banyak membantu dalam proses pengerjaan skripsi ini.

6. Terima kasih untuk teman-teman kelompok PKL ku Harry Febriando Sihaloho, Yosua Situngkir, Samuel Silalahi, Hendrawan Situmorang yang sudah berjuang bersama denganku di kantor Kemendagri Jakarta.

7. Terima kasih buat teman teman yang telah menemani keseharianku Yosua Aritonang, Andika Nainggolan, Kevin Manullang, Martin Ambarita, Owen Tampubolon, Harry Nainggolan, Roy Sinaga, Irwan Hutapea, Ferdinan Hutapea, Bintang Sitompul, Chandra, Ray Murphy Sihombing serta kawanku yang lainnya.

8. Terima kasih buat teman-teman PUBH (Pak Uban Brother Hood) Egi James Tarigan, Harry Febriando Sihaloho, Budi Saragih, Barus Sijabat, Raja Wira Simanjuntak, Nathania Manalu, Yosua Situngkir beserta dengan teman lainnya.

(9)

viii

(10)

ix

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

Halaman Persetujuan ... iv

Halaman Pengesahan ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

BAB 1... 1

PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Batasan Masalah ... 11

1.4 Tujuan Penelitian ... 11

1.5 Manfaat Penelitian ... 11

1.6 Kerangka Teori ... 12

1.6.1 Politik Anggaran ... 13

1.7 Metode Penelitian ... 15

1.7.1 Jenis Penelitian ... 15

1.8 Sumber Data ... 15

1.9 Teknik Pengumpulan Data ... 16

1.10 Subjek Penelitian ... 17

1.11 Lokasi Penelitian ... 17

1.12 Sistematika Penulisan ... 17

BAB II ... 19

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN... 19

A. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 19

Tabel 2.3 ... 24

BAB III... 31

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ... 31

A. Politik Anggaran sebagai Pembangunan Pemerintahan Desa. ... 32

(11)

x

B. Pembangunan Desa Matio. ... 44

C. Pembangunan Irigasi Tahun Anggaran 2020... 49

D. Pembangunan Jalan Rabat Beton di Desa Matio Tahun 2020... 51

E. Pembangunan MCK (Mandi, Cuci, Kakus) di dusun 2 Desa Matio Tahun 2020. ... 55

BAB IV ... 58

PENUTUP ... 58

A. KESIMPULAN ... 58

B. KRITIK DAN SARAN ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61 LAMPIRAN ...

(12)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anggaran merupakan rencana kerja pemerintah dalam bentuk uang dalam periode tertentu.1Selain itu anggaran merupakan indikator penting dalam mengambil kebijakan ekonomi yang dimiliki pemerintah dan menggambarkan pernyataan komprehensif tentang suatu Negara, dimana warga negara bergantung pada negara untuk menyediakan pelayanan yang prima dan infrastruktur.

Disisi lain anggaran yang merupakan perwujudan dari kebijakan, komitmen-komitmen politik dan prioritas dalam memutuskan bagaimana format penyelenggaraan pemerintahan daerah yang meliputi kemana uang harus dibelanjakan dan dari mana uang tersebut didapatkan. Disamping itu, anggaran juga berdampak pada seluruh aspek kehidupan masyarakat sebagai sebuah produk proses politik, anggaran merefleksikan relasi politik antar aktor yang berkepentingan terhadap alokasi sumber daya. Keterlibatan beragam aktor sepanjang proses penganggaran, mulai dari perencanaan dan penyusunan, hingga tahap evaluasi merupakan unsur utama dalam politik anggaran yang menjadikan anggaran sebagai proses politik arena perebutan sumber daya publik antara berbagai kepentingan, baik aktor-aktor di dalam lingkaran sistem politik yang berlaku maupun kelompok kepentingan lain yang memiliki pengaruh terhadap keputusan politik. Politik anggaran yang menjadi dimensi penting dalam pengalokasian anggaran, tentunya alokasi anggaran yang ditempatkan sebagai pilihan publik. Pilihan publik yang diterapkan dalam politik anggaran atas nama kepentingan publik yang beragam sebagai media yang syarat dengan kepentingan publik yang syarat dengan pertarungan politik perebutan sumber daya antar kelompok kepentingan (interest group).

1Chalid, Pheni. 2005. Keuangan Daerah: Investasi dan Desentralisasi. Kemitraan. Jakarta. hlm 37

(13)

2

Dalam arti luas, politik anggaran dapat dimaknai sebagai strategi anggaran, dimana anggaran tidak hanya berorientasi pada kehendak kebijakan (policy driven) semata, namun juga diperlukan keberpihakan kepada masyarakat yang sepenuhnya belum mampu menikmati “kue pembangunan” atas nama pembangunan, karena tolok ukur kesejahteraan seluruh masyarakat merupakan tujuan hakiki pembangunan. Kerangka politik anggaran haruslah senantiasa menunjukkan keberpihakannya kepada masyarakat. Politik Anggaran inilah yang sebenarnya sangat diharapkan masyarakat, karena penjabarannya secara konkrit diarahkan pada prioritas program yang mengarah pada upaya mengatasi masalah pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

Karenanya politik anggaran yang menjadi dimensi penting dalam pengalokasian anggaran yang berorientasi pada kepentingan masyarakat dalam koridor pembangunan dan pemberdayaan masyarakat pada otonomi daerah dan desentaralisasi yang sekarang ini dihadapkan dengan persoalan pengelolaan ekonomi dan keuangan yang harus mendapat perhatian khusus dalam pengelolaan pemerintahan, karena beberapa program pemerintah baik ditingkat Kabupaten, Provinsi maupun pusat membutuhkan pengelolaan keuangan yang baik, sehingga dibutuhkan sebuah kemampuan dalam mengelola program dan keuangan.

Pengelolaan keuangan yang baik dan sistematis haruslah mengacu pada aturan yang ada, demi terwujudnya sebuah akuntabilitas, daya guna, penciptaan lapangan kerja, transparansi, pemberdayaan kapasitas dan potensi yang dimiliki, serta mekanisme pembangunan secara efisien dan terpadu. Selain itu pengelolaan keuangan pada pemerintahan pusat maupun daerah, terlebih pengelolaan keuangan desa secara terpadu yang lebih didasarkan pada pendekatan pemenuhan hak-hak dasar dan mekanisme pembangunan yang baik.

Pendayagunaan pengelolaan keuangan haruslah memberikan manfaat bagi masyarakat, bukan hanya terpenuhinya kebutuhan mereka saja, namun juga mendorong warga bertambah cerdas dalam menyikapi perubahan yang terjadi dan menentukan pilihan kegiatan yang produktif dalam kerangka pemberdayaan masyarakat desa khususnya.

(14)

3

Undang-undang Nomor 12 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-undang Nomor 32 tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah. Pada UU Nomor 12 tahun 2008 pemerintah daerah bisa mengurusi dan mengatur sendiri urusan pemerintahan dan pembantuan diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keberadaan Undang-undang Nomor 12 tahun 2008 tidak serta merta membuat pemerintah pusat menjadi lepas tanggung jawab kepada pemerintahan daerah. Pemerintah Daerah sebagai kepanjangan tangan dari Pemerintah Pusat masih didorong bantuan berupa anggaran dana perimbangan untuk kesejahteraan masyarakat kepada setiap daerah. Hal ini dipertegas melalui Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah melalui sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, transparan, dan efektif dalam rangka pendanaan penyelenggaraan otonomi daerah dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan dekosentrasi dan tugas pembantuan. Dana perimbangan itu berupa dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk pendanaan kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

Pemberian sumber keuangan Negara kepada pemerintahan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dengan memperhatikan stabilitas dan keseimbangan fiskal. Dana perimbangan bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan daerah dan antara pemerintah daerah. Dana perimbangan sendiri terdiri atas Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus. Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Untuk Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan

(15)

4

kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Sedangkan Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan pendanaan yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk pendanaan kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

Selanjutnya Pemerintah Daerah (PEMDA) juga mendapatkan pendanaan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk menunjang proses pembangunan didaerah, PAD yang dipungut dari pendapatan asli daerah berdasarkan peraturan daerah yang berlaku dan sesuai dengan aturan perundang-undangan, dimana PAD setidaknya memberikan wewenang bagi daerah untuk pendanaan pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) bersumber dari:

a. Pajak Daerah b. Retribusi daerah

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan d. Jasa giro

e. Pendapatan bunga

f. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing g. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari

penjualan dan atau pengadaan barang dan jasa oleh Daerah.2

Dengan adanya bantuan dana dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, diharapkan nantinya akan membantu politik anggaran yang menjadi dimensi penting dalam pengalokasian anggaran yang berorientasi pada kepentingan masyarakat dan adanya pengendalian oleh tujuan yang akan dicapai dalam kebijakan anggaran yang lebih efektif dan efisien. Politik anggaran yang harus menjadi alat mencapai tujuan Negara melalui pembangunan nasional yang diarahkan pada peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat didaerah.

Sebagai suatu organisasi, pemerintah diharapkan mampu mencapai suatu tujuan.

Salah satu tujuan pemerintah ialah tercukupinya kebutuhan masyarakat yang

2 Pasal 6 ayat 1 UU No.33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah

(16)

5

berdampak pada taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Tuntutan akan keberhasilan dari terpenuhinya kepentingan masyarakat dan pembangunan melalui pengalokasian anggaran desa yang merupakan sesuatu yang tidak terelakkan lagi seiring dengan perjalanan waktu dan perkembangan zaman, hal ini yang dipengaruhi oleh gaya hidup masyarakat yang semakin kritis dalam menilai sesuatu termasuk juga yang berhubungan dengan pengalokasian anggaran desa yang diselenggarakan oleh pemerintah desa.

Berdasarkan PP 72/05, desa diartikan sebagai “kesatuan masyarakat hukum yang memliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun dalam konteks Indonesia, desa memperlihatkan berbagai bentuk keragamannya, hal ini tidak terlepas dari pengaruh sejarah pemerintahan adat dan penerapan modernisasi birokrasi yang secara terus menerus mengalami pembaharuan. Berikut beberapa macam tipe bentuk desa di Indonesia:

a. Tipe Desa adat atau sebagai self governing community sebagai bentuk desa asli dan tertua di Indonesia. Konsep Otonomi asli sebenarnya diilhami dari pengertian desa adat ini. Desa adat mengatur dan mengelola dirinya sendiri dengan kekayaan yang dimiliki tanpa campur tangan Negara. Desa adat tidak menjalankan tugas-tugas administratif yang diberikan oleh negara.

b. Tipe Desa administratif atau local state government adalah desa sebagai satuan wilayah administratif yang berposisi sebagai kepanjangan Negara dan hanya menjalankan tugas-tugas administratif yang diberikan Negara.

Kelurahan yang berada di perkotaan merupakan contoh dari tipe desa administratif.

c. Tipe Desa Otonom atau disebut juga desa praja atau dapat juga disebut sebagai local self government, seperti halnya posisi dan bentuk daerah otonom di Indonesia. Desa otonom berhak membentuk pemerintahan

(17)

6

sendiri, mempunyai badan legislatif, berwenang membuat peraturan desa dan juga memperoleh desentralisasi keuangan dari Negara.3

Jika kita lihat ketiga tipe bentuk desa diatas, hanya satu bentuk tipe desa yang tidak mencerminkan desentralisasi dan tidak menjalankan tugas-tugas administratif yang diberikan oleh Negara yakni tipe desa adat. Selanjutnya dua tipe bentuk desa di Indonesia yakni self governing community dan local self government bukan merupakan dua status desa yang bertentangan. Pada self local government melalui prinsip pembagian kewenangan dan keuangan kepada desa, sedangkan self governing community berprinsip pada desentralisasi sebagai pengakuan Negara. Berikut tiga macam skema desentralisasi desa:

a. Desentralisasi politik: pembagian kewenangan dan tanggung jawab kepada desa untuk mengelola pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik dasar berdasrkan aspirasi lokal.

b. Desentralisasi pembangunan: kewenangan untuk merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan program-program untuk kesejahteraan masyarakat.

c. Desentralisasi fiskal: kewenangan untuk mengelola keuangannya sendiri, yakni alokasi dana desa untuk membiayai urusan pemerintahan dan pembangunan.4

Desentaralisasi politik dan pembangunan, keduanya tidak akan mampu berjalan dengan mulus tanpa keikutsertaan desentralisasi fiskal (keuangan) sampai ke tingkat desa. Ketiganya bertujuan untuk memastikan adanya perimbangan keuangan antara pusat, daerah dan desa. Pengalokasian dana desa haruslah dibagi secara seimbang, baik pada tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Desa. Masalah perimbangan keuangan antara pusat dan daerah untuk saat ini telah terlampaui, sekarang yang jadi persoalan baru yakni perimbangan keuangan antara daerah dan desa yakni Alokasi Dana Desa (ADD). Peraturan

3Thamrin, Husni M. Agus Gunawan dan Beka Ulang Hapsara. 2007. Desaku yang Kucinta:

Toolkits Pengembangan Kapasitas Kepala Desa . PT Mitra Alembana Grafika. Jakarta. Hlm 19

4Chabib, Sholeh dan Heru Rochmansjah. 2010. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah: Sebuah Pendekatan Struktural Menuju Tata Kelola Pemerintahan yang baik. Fokusmedia. Bandung. Hlm 37

(18)

7

Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 setidaknya menjadi senjata dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang jadi kewenangan desa didanai dari anggaran pendapatan belanja desa (APBDes), bantuan pemerintahan dan bantuan pemerintahan daerah, selanjutnya PP Nomor 72 tahun 2005 juga menyebutkan sumber pendapatan desa, yang terdiri dari:

a. Pendapatan asli desa, terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli yang sah;

b. Bagi Hasil pajak daerah Kabupaten/ kota paling sedikit 10% (sepuluh persen) untuk desa dari retribusi Kabupaten/Kota sebagian diperuntukkan bagi desa;

c. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk desa paling sedikit 10 % (sepuluh persen), yang pembagiannya untuk setiap desa secara proporsional yang merupakan alokasi dana desa (ADD).

d. Bantuan Keuangan dari Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan;

e. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.

Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang pemerintahan desa juga diperkuat dengan adanya Peraturan Menteri Dalam Negeri (PERMENDAGRI) Nomor 37 tahun 2007 tentang Pedoman Pengolahan Keuangan Desa. Di dalam PERMENDAGRI Nomor 37 tahun 2007 ini dijelaskan bahwa Alokasi Dana Desa berasal dari APBD Kabupaten/Kota yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk desa paling sedikit 10% (sepuluh persen).

Di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 tahun 2007 ini juga menjelaskan tujuan dari adanya Alokasi Dana Desa (ADD) yaitu:

a. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan;

b. Meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan ditingkat desa dan pemberdayaan masyarakat;

c. Meningkatkan pembangunan infrastruktur pedesaan;

(19)

8

d. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya dalam rangka mewujudkan peningkatan sosial;

e. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat;

f. Mingkatkan pelayanan pada masyarakat desa dalam rangka pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat;

g. Mendorong peningkatan keswadayaan masyarakat dan gotong royong masyarakat;

h. Meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Kritik dan refleksi terhadap model bantuan desa yang diberikan pemerintah pusat, sehingga meprakarsai munculnya dana pengalokasian bagi desa, seiring dengan agenda pembangunan desa sejak tahun 1969 melalui perencanaan pembangunan lima tahunan (REPELITA), dengan strategi utama pembangunan ekonomi lebih dipusatkan pada peningkatan pertanian dan pengembangan industri berskala besar, yang menjamin ketersediaan pangan dan kebutuhan bagi masyarakat yang semakin tinggi. Sehingga untuk percepatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa, alokasi dana desa diterapkan dengan sasaran pokok dalam hal pemenuhan kebutuhan pengelolaan keuangan yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.

Meski tidak begitu populer Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 yang memperjelas kedudukan desa dalam hal sumber pendapatan desa yaitu bukan lagi berupa bantuan, tetapi lebih kepada bagian perimbangan dana keuangan antara pusat dan daerah yang diterima Kabupaten/Kota. Dalam PP Nomor 72 tahun 2005 yang semakin memperkuat kedudukan keuangan desa dengan presentase bagi hasil. Peraturan itu juga menjelaskan secara riil mengenai dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota yang dalam pembagiannya untuk setiap desa dibagikan secara proporsional yang disebut Alokasi Dana Desa (ADD). Program pengelolalaan ADD merupakan sebuah gebrakan dalam upaya pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan anggaran terhadap pembangunan, dan implementasi alokasi

(20)

9

anggaran terhadap pembangunan desa, sehingga hasil yang diharapkan nantinya akan menjadikan sebuah desa lebih mandiri dan berdaya dengan potensi yang ada, terlebih pada hasil dari tujuan terciptanya kesejahteraan masyarakat desa akan lebih mudah tercapai.

Program Alokasi Dana Desa (ADD) sendiri, memiliki implikasi yang begitu besar bagi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di tingkat desa terlebih keterlibatan masyarakat dan aktor-aktor kepentingan yang terlibat didalam politik anggaran desa. Program ADD sendiri lebih mudah dikontrol dan diawasi secara swadaya oleh pemimpin daerah, dan masyarakat secara langsung.

Karenannya jika sumber pendanaan berupa ADD ini dikelola secara jujur, maka keluaran yang dihasilkan nantinya juga terlihat jelas, dan sebaliknya. Dari sinilah betapa begitu pentingnya kebutuhan masyarakat yang sudah menggurita, apalagi hal ini dikaitkan dengan perkembangan global yang terus mengahantui baik pada sistem sosial, politik dan ekonomi, sehingga dibutuhkan kesiapan yang mapan bagi Negara yang memiliki kompetensi dalam suatu upaya tercapainya kesejahteraan masyarakat.

Program Alokasi Dana Desa (ADD) ini merupakan suatu program yang bersifat memberdayakan masyarakat bukan hanya sebagai objek, tetapi lebih pada pelaku pembangunan, selain itu adanya keterlibatan beragam aktor sepanjang proses penganggaran, mulai dari perencanaan dan penyusunan, hingga tahap evaluasi merupakan hal yang signifikan dalam politik anggaran yang menjadikan anggaran sebagai proses politik di tingkat desa. Program Alokasi Dana Desa juga bertujuan untuk membangun sarana dan prasarana dasar yang mampu menciptakan suatu peluang dan kesempatan bagi masyarakat untuk lebih berdaya, mandiri dan memiliki kemampuan sebagai masyarakat yang bukan saja konsumtif tetapi produktif untuk kemajuan bersama, terlebih bagaimana Alokasi Dana Desa (ADD) tersebut dalam proses anggaran dimana adanya dinamika politik yang terjadi baik dari penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi anggaran yang merupakan dimensi Politik Anggaran.

(21)

10

Kabupaten Toba sendiri mulai menerapkan Alokasi Dana Desa (ADD) sejak tahun 2018. Wilayah administratif Kabupaten Toba terbagi atas 16 Kecamatan, 231 Desa, dan 13 Kelurahan dengan jumlah penduduk mencapai 212.000 jiwa5. Hal inilah yang membuktikan bahwa pentingnya Politik Anggaran Keuangan Desa yang memuat kepentingan dan tuntutan (input) dalam proses anggaran yang berdampak langsung terhadap masyarakat di Kabupaten Toba, disisi lain masih banyaknya masyarakat yang belum mengerti tentang pengAlokasian Dana Desa dan tujuan ADD. Selain itu Politik Anggaran yang dipahami oleh aparatur desa pada ADD lebih kepada proses pembangunan fisik yakni perbaikan fasilitas sarana dan prasarana yang dirasa kurang memadai bagi kesejahteraan masyarakat desa itu sendiri.

Pemerintah desa sebagai organisasi pemerintah yang paling dekat kepada masyarakat. Dengan kemampuan kapasitas yang dimiliki oleh pemerintah desa yang mampu menghasilkan sumber asli pendapatan desa. Hal ini pula yang mendasari peneliti untuk memilih Desa Matio, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba sebagai tempat penelitian karena program alokasi dana desa 2020 merupakan program yang sudah ketiga kalinya dijalankan didesa. ADD merupakan program yang baru berjalan yang dulunya desa-desa, khususnya desa Matio terbiasa dengan pembiayaan dari dana alokasi umum (DAU). ADD sendiri merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi terwujudnya tujuan dari program ADD untuk desa dalam koridor kesejahteraan masyarakat desa, baik berupa pembangunan sarana dan prasarana, dan infrastruktur desa, juga pemberdayaan masyarakat desa itu sendiri.

Untuk jenis pemberdayaan manusia terpusat pada pengadaan sarana dan prasarana vital masyarakatnya, termasuk kegiatan Posyandu, PKK, Karang Taruna, Bina Keluarga Lansia, Bina Keluarga Remaja dan lain-lain. Untuk pemberdayaan Ekonomi lebih pada peningkatan swadaya masyarakat terhadap keterampilan yang berguna sehingga dapat dikembangkan menjadi lapangan

5http://www.sinarpagibaru.id/berita/detail/Terungkap_Selisih_Pendataan_Jumlah_Penduduk_Anta ra_BPS_Tobasa__Dengan_Kantor_Dinas_Catatatan_Sipil_Kabupaten_Toba_Samosir diakses tanggal 23 November 2020. Pukul: 12:23 WIB.

(22)

11

pekerjaan, sedangkan pada pemberdayaan lingkungan digunakan untuk pengaspalan jalan keluar masuk desa, perbaikan jembatan dan lain-lain.

Berkaitan dengan uraian diatas dan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Politik Anggaran Keuangan Desa terkait pengelolaan Alokasi Dana Desa Matio, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba, maka peneliti mengambil judul Politik Anggaran Desa di Desa Matio, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Politik Anggaran Keuangan Desa dalam Pengelolaan ADD 2020 di Desa Matio, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba?

1.3 Batasan Masalah

1. Penelitian ini hanya berfokus pada alokasi dana desa (ADD) tahun 2020 di Desa Matio, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah dan Batasan Masalah diatas, tujuan yang diharapkan dari penelitian sebagai berikut:

1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Politik Anggaran Keuangan Desa dalam Pengelolaan ADD tahun 2020 di Desa Matio, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini membahas Politik Anggaran Keuangan Desa dalam Pengelolaan ADD tahun 2020 di Desa Matio, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba dan diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:

(23)

12

1. Bagi Penyusun, Penelitian mengenai Politik Anggaran Keuangan Desa dalam Pengelolaan ADD tahun 2020 di Desa Matio, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba ini dapat digunakan:

 Menambah dan memperdalam wawasan pengetahuan

 Mengembangkan Pengetahuan mengenai proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi anggaran terhadap politik Anggaran Keuangan Desa terkait ADD

 Sebagai Pembelajaran penyusunan dan analisis masalah secara ilmiah.

2. Bagi Instansi Pemerintah Desa dengan adanya penelitian ini diharapkan:

 Menjadi Sumbangsih Pemikiran bagi Instansi Pemerintah Desa Matio agar lebih efektif dan efisien dalam Pengelolaan Keuangan Desa

 Wacana dan manfaat secara luas, sehingga dapat memicu perbaikan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dan tercapainya kesejahteraan masyarakat.

3. Bagi Masyarakat, dengan adanya penelitian ini dapat digunakan:

 Menambah Khasanah dan wawasan pengetahuan terhadap masyarakat

 Memicu Perbaikan pemenuhan kebutuhan masyarakat sehingga bermanfaat secara langsung pada masyarakat.

1.6 Kerangka Teori

Teori dapat kita pahami sebagai generalisasi sebuah fenomena dari interaksi-interaksi yang muncul yang menarik untuk dipahami secara konsep yang terstruktur, menjadi sebuah alat kajian terhadap suatu peristiwa guna membantu kita dalam meliihat dan menganalisa sebuah fenomena, dimana akan dipahami sebagai sebuah sebab-akibat terhadap fenomena tersebut. Teori selalu memakai konsep-konsep, konsep lahir dari dalam pikiran manusia dan karena itu bersifat abstrak, sekalipun fakta-fakta dapat dipakai sebagai batu loncatan.

Tentunya teori ini sangat membantu peneliti dalam menganalisis masalah yang

(24)

13

menjadi penelitiannya. Sehingga penelitian ini, teori-teori yang digunakan untuk mengkaji permasalahan yang diteliti oleh peneliti adalah:

1.6.1 Politik Anggaran

Menurut Mulyadi (1993), pengertian anggaran adalah suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan lain yang mencakup jangka waktu satu tahun.6 Dan menurut Edwards (1959), istilah anggaran dalam Bahasa Inggris adalah budget berasal dari Bahasa Perancis “bougette” yang berartitas kecil. Secara historis istilah itu muncul merujuk pada peristiwa tahun 1733 ketika Menteri Keuangan Inggris menyimpan proposal keuangan pemerintah yang akan dilaporkan kepada parlemen dalam sebuah tas kulit kecil. Anggaran umumnya dibuat dalam jangka pendek, yaitu dalam durasi waktu satu tahunan atau kurang. Namun tidak jarang juga ditemui anggaran yang dibuat dalam jangka menengah (2-3 tahun) dan anggaran jangka panjang (3 tahun lebih).7

Politik berasal dari Bahasa Yunani “polis” berarti “kota” atau “negara kota”. Dari kata polis ini kemudian berkembang kata-kata “polites” yakni

“warga negara”, “politikos” yang berarti “kewarganegaraan”.8 Berkaitan dengan Politik Anggaran terdapat beberapa definisi yaitu antara lain9:

a. Politik Anggaran adalah penetapan berbagai kebijakan tentang proses anggaran yang mencakupi berbagai pertanyaan bagaimana pemerintah membiayai kegiatannya; bagaimana uang publik didapatkan, dikelola dan didistribusikan; siapa yang diuntungkan dan dirugikan; peluang- peluang apa saja yang tersedia baik untuk penyimpangan negatif maupun untuk peningkatan pelayanan publik.

6Nanda Hapsari A.R. 2011. “Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Komitmen Organisasi dan Locus of Control Sebagai Variabel Moderating”.

Hal. 4

7Sony Yuwono, dkk. 2005. Penganggaran Sektor Publik. Malang: Bayumedia Publishing. Hal. 27.

8Rudi Salam Sinaga, S.Sos. M.Si. 2013. Pengantar Ilmu Politik Kerangka Berpikir Dalam Dimensi Arts, Praxis Dan Policy. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal.1

9Agus Riyanto. 2012. “Politik Anggaran Provinsi Jawa Tengah: Analisis Realisasi APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2008 2010”. Dalam SPEKTRUM Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional. Vol. 12 Nomor 2, Juli 2012.Hal.4-5

(25)

14

b. Politik Anggaran adalah proses saling mempengaruhi di antara berbagai pihak yang berkepentingan dalam menentukan skala prioritas pembangunan akibat terbatasnya sumber dana yang tersedia.

c. Politik Anggaran adalah proses mempengaruhi kebijakan alokasi anggara yang dilakukan oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan anggaran.

d. Politik Anggaran adalah proses penegasan kekuasaan atau kekuatan politik antara berbagai pihak yang terlibat dalam penentuan kebijakan maupun alokasi anggaran.

Maka dalam hal melihat bagaimana politik anggaran, peneliti menggunakan pemahaman anggaran menurut Musgrave, dimana Ia telah menidentifikasikan tiga fungsi anggaran:

1. Pertama, fungsi alokasi. Anggaran merupakan instrumen pemerintah dalam penyediaan barang dan jasa masyarakat, dalam konteks Indonesia fungsi alokasi sering disebut “belanja publik”, karena alokasi anggaran untuk memenuhi pelayanan publik seperti kesehatan, pendidikan, perumahan.

2. Kedua, fungsi distribusi. Anggaran merupakan instrumen untuk membagi sumber daya dan pemanfaatannya kepada masyarakat secara adil. Fungsi ini bertujuan untuk menanggulangi kesenjangan sosial- ekonomi.

3. Ketiga, fungsi stabilisasi. Penerimaan dan pengeluaran negara tentu akan mempengaruhi agregat dan kegiatan ekonomi secara keseluruhan.

Anggaran menjadi instrumen untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental ekonomi yaitu penciptaan lapangan pekerjaan.10

10 Fathur Rahman, 2011, “Politik Anggaran Pendidikan Yang Minus Keberpihakan”, dalam Jurnal Studi Pemerintahan, Volume 2, Nomor 1, Februari 2011. Hal 4-5

(26)

15 1.7 Metode Penelitian

1.7.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dengan alasan agar dapat menggali informasi yang mendalam mengenai objek yang diteliti. Metode deskriptif sebagai prosedur pemecahan masalah yang diteliti berdasarkan fakta-fakta yang ada, sehingga tujuan dari metode deskriptif adalah untuk menggambarkan tentang suatu masyarakat atau kelompok tertentu atau gambaran tentang gejala sosial.11

Dalam penelitian deskriptif peneliti berusaha menggambarkan atau mendeskripsikan secara tepat mengenai fenomena yang terjadi. Penelitian deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang dan berdasarkan fakta- fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Sebagaimana penelitian tentang Politik Anggaran Keuangan Desa dalam Pengelolaan ADD tahun 2020 di Desa Matio, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba.

1.8 Sumber Data a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber-sumber, pihak- pihak yang menjadi objek penelitian ini antara lain data yang didapat langsung dari lapangan. Dalam penelitian menjadi sumber data primer adalah data dari Kepala Desa.

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder atau sumber data penunjang ini disebut sebagai sumber tertulis, serta dapat dibagi menjadi sumber buku dan majalah ilmiah, sumber data arsip, dokumen pribadi atau resmi, sumber data yang penulis pergunakan dalam penelitian ini merupakan dokumen resmi dan sumber data arsip yang dipunyai, yang berhubungan dengan penelitian.

11 Soehartono, Irawan. 2002. Metode Penelitian Sosial.PT Remaja Rosdakarya. Bandung: hlm:35

(27)

16

Dalam penelitian menjadi sumber data sekunder diperoleh dari buku- buku atau literatur, peraturan perundang-undangan, penggalian data dari internet serta observasi, laporan pertanggung jawaban ADD, dokumentasi, dan arsip-arsip yang ada pada Kantor pemerintahan Desa Matio, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba.

1.9 Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan jenis data yang akan dikumpulkan maka teknik penelitian yang akan digunakan peneliti adalah berupa studi lapangan (Field Reseach) yang merupakan suatu cara pengumpulan data yang dilakukan pada lokasi penelitian. Pengumpulan data menurut cara ini dapat dilakukan dengan cara:

 Wawancara

Wawancara adalah pertemuan antara periset dan responden, dimana jawaban responden akan menjadi data mentah. Secara khusus, wawancara adalah alat yang baik untuk menghidupkan topik riset.

Wawancara juga merupakan metode bagus untuk melakukan pengumpulan data.12

 Dokumentasi

Adalah laporan dari kejadian-kejadian yang berisi pandangan- pandangan serta pemikiran-pemikiran manusia yang lalu, dokumen tersebut secara sadar ditulis untuk tujuan komunikasi dan transfuse keterangan.13Teknik ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara mendapatkan dokumen-dokumen atau arsip-arsip data, gambaran- gambaran tabel data, dan lain-lain yang ada hubungannya dengan penelitian. Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari dokumen berasal dari Kantor Desa Matio, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba dan membaca serta mempelajari buku-buku literatur, peraturan-peraturan perundang-undangan yang masih berlaku yang ada kaitannya dengan masalah yang akan diteliti.

12Lisa, Harison. 2007. Metodologi Penelitian Politik Perdana. Media Group.Jakarta. Hlm:104

13Muh.Nazir Ph.D. 1988.Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta. Hlm:234

(28)

17

 Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan kegiatan pengamatan, tanya jawab/wawancara dan pencatatan secara sistematis yang langsung terhadap gejala-gejala dan peristiwa yang diteliti. Data yang diperoleh dari metode observasi data tentang fasilitas- fasilitas pembangunan berbagai sektor.

1.10 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah benda, hal, atau orang tempat variabel penelitian melekat, oleh karena itu subjek adalah seseorang atau lebih yang dipilih dengan sengaja sebagai narasumber data yang dikumpulkan karena dianggap menguasai bidang yang berhubungan dengan sasaran penelitian.

Subjek yang dijadikan narasumber penelitian oleh peneliti disini antara lain:

 Kepala Desa

1.11 Lokasi Penelitian

Lokasi adalah tempat dimana peneliti mampu mengungkapkan fakta supaya mendapatkan data-data dan informasi yang dibutuhkan oleh penyusun.

Adapun lokasi penelitian yang dipilih oleh penyusun adalah Desa Matio, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba.

1.12 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan penjabaran rencana penelitian, yang tujuannya agar Skripsi ini lebih terstruktur dan terarah. Adapun pembagian sistematika penulisan dibagi menjadi empat bagian, yaitu sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang menguraikan latar belakang pemilihan judul dan masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.

(29)

18

BAB II: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Pada bab ini akan menguraikan gambaran lokasi penelitian sebagai sumber penelitian studi analisis yaitu Desa Matio, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba, Provinsi Sumatera Utara.

BAB III: PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

Pada bab ini akan memuat data dan analisa data yang di dapat dari hasil penelitian yang dilakukan terkait permasalahan yang menjadi objek penelitian dari peneliti.

BAB IV: PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan tentang narasi mengenai kesimpulan dan beberapa saran dari penelitian skripsi.

(30)

19 BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 1. Kabupaten Toba

Kabupaten Toba secara geografis berada pada 2°03' - 2°40' Lintang Utara dan 98°56′ - 99°40′ Bujur Timur. Pada Tahun 2020, jumlah penduduk Kabupaten Toba sebanyak 206.199 jiwa14. Wilayah administrasi Kabupaten Toba terdiri dari 16 kecamatan dengan 244 desa/kelurahan, yaitu 231 desa dan 13 kelurahan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Simalungun

Sebelah Timur : Kabupaten Asahan dan Kabupaten Labuhanbatu Utara Sebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Utara

Sebelah Barat : Kabupaten Samosir dan Danau Toba

Luas wilayah Kabupaten Toba secara keseluruhan mencapai 202.180 ha tetapi batas di kawasan Danau Toba secara proporsional belum ada ketentuan yang pasti. Sebagian besar penduduk di Kabupaten Toba menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.15

14 Pemerintahan Kabupaten Toba melalui situs resmi www.tobakab.go.id diakses pada 23 Mei 2021 Pukul 13:17 WIB.

15 Ibid

(31)

20 Gambar 2.1 Peta Kabupaten Toba

Sumber: tobakab.go.id/peta-toba

2. Kecamatan Balige

Kecamatan Balige memiliki luas wilayah 91.05 km² atau 4,50% dari total luas Kabupaten Toba. Kecamatan Balige berada pada 2°15’- 2°21’ Lintang Utara dan 99°00’ - 99°11’ Bujur Timur. Kecamatan Balige berada di atas sekitar 905 hingga 1.200 meter dari permukaan laut. Kecamatan Balige terdiri dari 29 desa dan 6 kelurahan yang terbagi habis dalam 132 dusun/lingkungan.

(32)

21 Batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Danau Toba

Sebelah Timur : Kecamatan Laguboti Sebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Utara Sebelah Barat : Kecamatan Tampahan

Kecamatan Balige merupakan Ibukota dari Kabupaten Toba, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Balige juga merupakan daerah tujuan wisata karena terletak di tepi Danau Toba. Terdapat Museum Batak, Museum T.B Silalahi Center, dan Makam Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII di Kecamatan ini.

(33)

22 3. Desa Matio

Desa Matio adalah salah satu desa dari 29 desa di Kecamatan Balige yang terletak di daerah perbukitan. Menurut keterangan beberapa orang tua yang tinggal di Desa Matio. Desa Matio adalah Asal Panjaitan Raja Si Lundu ni Pahu (Raja Si Jorat Paraliman) yang dibuktikan dengan Penduduk Desa Matio mayoritas marga Panjaitan.

Pada jaman pemerintah kolonial Belanda, Desa Matio memiliki pemerintahan yang dipimpin oleh seorang Kepala Nagari yang pada saat itu mempunyai wilayah mulai dari Desa Matio, Bonandolok 1, Bonandolok 2, dan Bonandolok 3. Penduduk desa Matio mempunyai sumber penghidupan mayoritas petani.

1. Letak Geografis Desa Matio

Secara geografis dan secara administratif, Desa Matio merupakan salah satu dari 231 Desa dan Kelurahan yang ada di Kabupaten Toba, dan memiliki luas Wilayah 3.37 Km2. Secara topopografis terletak pada ketinggian 900 meter diatas permukaan air laut.

Batas wilayah Desa Matio : Sebelah Utara : Desa Baruara

Sebelah Selatan : Desa Hutagaol Peatalum Sebelah Timur : Desa Bonandolok 3 Sebelah Barat : Desa Hutagaol Peatalum 2. Karakteristik Desa Matio

Desa Matio terdiri dari 4 (empat) dusun. Diantaranya dusun 1 dengan jumlah penduduk 310 jiwa (91 KK), dusun 2 dengan jumlah penduduk 169 jiwa (47 KK), dusun 3 dengan jumlah penduduk 164 jiwa (46 KK), dusun 4 dengan jumlah penduduk 148 jiwa (45 KK).

(34)

23

Jumlah Penduduk Desa Matio berdasarkan jenis kelamin yang terdapat di tiap-tiap dusun.

Tabel 2.1

Jumlah Penduduk Desa Matio

Sumber: Profil Desa Matio Tahun 2020

Dilihat dari tabel diatas bahwa tiap-tiap dusun di Desa Matio, di dominasi oleh banyaknya jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan.

Namun pada dusun 4 dapat dilihat bahwa lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki.

Sehingga dapat diakumulasikan jumlah penduduk di Desa Matio berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2

Sumber: Profil Desa Matio Tahun 2020 Jenis Kelamin

Nama Dusun

(1) Dusun 1 (2) Dusun 2 (3) Dusun 3 (4) Dusun 4

Laki-laki 148 81 77 82

Perempuan 162 88 87 66

Jumlah 310 169 164 148

NO JENIS KELAMIN BANYAK JIWA

1 Laki-laki

388

2 Perempuan

403

3 Jumlah 791

(35)

24

Secara geografis, Posisi Desa Matio yang terletak pada bagian Timur Desa Bonandolok 3, pada bagian Utara Desa Baruara, pada bagian Selatan Desa Hutagaol Peatalum, dan pada bagian Barat Desa Hutagaol Peatalum. Lahan di Desa Matio Sebagian besar merupakan Tanah Kering 30% dan tanah basah (sawah) 70%. Berikut luas potensi umum yang dimiliki Desa Matio:

Tabel 2.3

Sumber: Profil Desa Matio Tahun 2020

Secara umum, dapat dilihat bahwa penduduk lebih banyak Bertani.

Berdasarkan data dari Profil Desa Matio Kecamatan Balige Pemerintahan Kabupaten Toba Provisi Sumatera Utara Tahun 2020 yang menyebutkan bahwa jumlah penduduk yang memiliki tanah pertanian adalah sebanyak 229 Keluarga.

Pemilik tanah yang dimanfaatkan untuk Bertani biasanya mereka Kelola sendiri,

NO POTENSI UMUM LUAS

1 Bangunan 10 ha/m2

2 Tegalan/Kebun 50 ha/m2

3 Penggembalaan 10 ha

4 Kolam 1 ha/m2

5 Tidak diusahakan 5 ha

6 Permukiman 10 ha/m2

7 Pekarangan 2 ha/m2

8 Perkebunan Perorangan 5 ha/m2

9 TPU 2 ha/m2

10 Sekolah 0,4 ha/m2

11 Persawahan 130 ha/m2

(36)

25

pertanian itu biasanya berupa padi, jagung, kacang, kopi, dan bawang. Sebagian masyarakat yang tidak memiliki tanah namun Bertani adalah mereka yang diupah untuk mengelola tanah pertanian pemilik tanah dari masa pembibitan hingga masa panen.

3. Kondisi Sosial Budaya

Mayoritas penduduk di Desa Matio adalah etnis Batak Toba, dimana merupakan penduduk asli dengan budaya Toba. Bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Batak, dan penduduk desa masih kesulitan untuk menggunakan Bahasa. Berikut beberapa etnis yang ada di Desa Matio:

Tabel 2.4

Sumber: Profil Desa Matio Tahun 2020

NO ETNIS

JENIS KELAMIN

JUMLAH

LK PR

1 Batak Toba 379 397 776

2 Batak Karo 5 3 8

3 Jawa 1 1 2

4 Nias - 1 1

4 Sunda 3 1 4

TOTAL JUMLAH 791

(37)

26

Demikian juga Agama, bahwa Agama mayoritas di Desa Matio adalah Kristen Protestan. Agama Kristen Protestan menjadi identitas kedua Penduduk Desa Matio setelah etnisnya. Berikut data jumlah pemeluk Agama yang ada di Desa Matio:

Tabel. 2.5

Jumlah Pemeluk Agama di Desa Matio:

NO AGAMA

JENIS KELAMIN

JUMLAH

LK Pr

1 Kristen Protestan 367 387 754

2 Khatolik 17 14 31

3 Islam 4 2 6

TOTAL JUMLAH 791

Sumber: Profil Desa Matio Tahun 2020

Berdasarkan data yang disajikan diatas, menunjukkan bahwa Desa Matio memang masih di dominasi oleh penduduk yang beragama Kristen Protestan.

Oleh karenanya, di Desa Matio dan demikian juga dengan etnik Batak Toba yang sangat dikenal dengan penganut Kristen Protestan yang besar, dan tentunya Agama dan Budaya terlihat berdampingan, saling membangun kehidupan di Desa Matio yang mengarahkan kepada kehidupan yang lebih baik.

Penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh pemerintahan desa bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD). BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan Desa. Sehingga dalam pemerintahaannya terdapat dua Lembaga, yakni: pemerintahan desa dan BPD. Dalam

(38)

27

pelaksanaanya BPD berfungsi dalam menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, manampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.16

Adapun wewenang yang dimiliki oleh BPD adalah sebagai berikut:

a. Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa;

b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan kepala desa;

c. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa;

d. Membentuk panitia pemilihan kepala desa;

e. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat; dan

f. Menyusun tata tertib BPD.

Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa yang bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan sistem musyawarah dan mufakat. Anggota BPD terdiri dari katua rukun warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya.

Masa jabatan anggota BPD adalah selama 6 (enam) tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang, dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk, dan kemampuan keuangan desa.1735

Demikian pada Desa Matio, terdapat 5 (lima) orang sebagai anggota BPD. Jumlah ganjil paling sedikit seperti yang telah ditetapkan untuk jumlah anggota BPD. Kelima orang tersebut adalah Bapak Samser Panjaitan, Bapak Riduan Panjaitan, Bapak Lesri Nainggolan, Bapak Paber Panjaitan dan Bapak Rikki Panjaitan.

Pimpinan BPD terdiri dari 1 (satu) orang ketua, 1 (satu) orang wakil ketua dan 1 (satu) orang sekretaris. Pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota

16 Hanif Nurcholis. 2011. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 77.

17 Ibid. Hal. 78.

(39)

28

BPD secara langsung dalam rapat BPD uang diadakan secara khusus. Rapat pemilihan pimpinan BPD untuk pertama kali dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh anggota termuda. Dibawah ini merupakan struktur Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Pemerintahan Desa Matio:

Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Badan Permusyawaratan Desa KETUA

SAMSER PANJAITAN

WAKIL KETUA RIDUAN PANJAITAN

SEKRETARIS LESRI NAINGGOLAN

ANGGOTA PABER PANJAITAN

RIKKI PANJAITAN

(40)

29

Selain memiliki wewenang, tentunya BPD memiliki hak, dan hak anggota yang menjabat sebagai anggota BPD, diantaranya adalah sebagai berikut:

BPD mempunyai hak:

a. Meminta keterangan kepada pemerintahan desa; dan b. Menyatakan pendapat.

Anggota BPD mempunyai hak:

a. Mengajukan rancangan peraturan desa;

b. Mengajukan pertanyaan;

c. Menyampaikan usul dan pendapat;

d. Memilih dan dipilih; dan e. Memperoleh tunjangan.

Berikut yang merupakan kewajiban yang dimiliki oleh setiap anggota BPD dalam menjalankan tugas, adalah sebagai berikut:

a. Mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati segala peraturan perundang-undangan;

b. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa;

c. Mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan Negara Kesatua Republik Indonesia;

d. Menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat;

e. Memproses pemilihan kepala desa;

f. Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan;

g. Menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat; dan

(41)

30

h. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan.18

Keberadaan BPD tentunya merupakan parlemen bagi desa dan diharapkan menjadi wadah bagi masyarakat desa dalam kegiatan-kegiatan publik dan proses pemuatan kebijakan-kebijakan Pemerintahan Desa. Dalam perjalanannya, BPD dan Pemerintahan Desa tidak lepas dari konflik. Pertama, keberadaan BPD menjadi pembatas kekuasaan sentral kepala desa dimana pada masa Orde Baru, kepala desa memiliki kekuasaan yang sentral, sehingga ketika adanya BPD sebagai pengawas memiliki posisi yang saling berhadapan secara antagonis atau bertentangan. Kedua, karena BPD sebagai pengawas sehingga kepala desa yang dahulu memiliki kekuasaan yang sentral dan tidak dapat semena-mena, maka tidak jarang ditemui adanya kolusi atau kolaborasi yang melahirkan konsentrasi kekuasaan politik. Ketiga, BPD dan kepala desa menjadi kekuasaan yang saling berkompromi, sehingga melahirkan perdamaian atas konflik dilapisan masyarakat.19

Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Matio

18 Ibid. Hal 78-79.

19 Heru Cahyono, dkk. 2005. Konflik Elit Politik di Pedesaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal.

345-347.

KEPALA DESA RABIN PANJAITAN

SEKRETARIS DESA ERIKA DOLOKSARIBU

KAUR TATA USAHA DAN UMUM

MONIKA MANURUNG

KAUR KEUANGAN ANTON SIAHAAN

KAUR PERENCANAAN

ELLEN RIDAWATI DOLOKSARIBU KASI

PELAYANAN KASI

PEMERINTAHAN PRANKY PANJAITAN

KASI KESEJAHTERAAN

MARTA TAMBUNAN

KADUS I KADUS II

PRINTO PANJAITAN KADUS III HOTNIDA MANALU BPD

KADUS IV ROBERT PANJAITAN LKD

(42)

31 BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Pada era penjajahan Belanda, Desa Matio disebut NAGARI BONANDOLOK, karena masih minim Penduduknya. Situasi daerah yang terpencil, terpencar-pencar tetapi masih dalam wilayah yang sama. Pada tahun 1942-1950 sudah semakin banyak penduduk yang mayoritas bermarga Panjaitan. Pada waktu itu masyarakat masih rendah pemikiran serta suasana wilayah yang masih Hutan. Tahun 1949 telah digagasi membentuk Desa Matio dan terbentuk pada Tahun 1949 dengan nama Desa Matio.

Desa sebagai satuan pemerintah terendah yang kekuasaannya bersumber dari rakyat, untuk menjalankan dan menciptakan pemerintahan desa yang efisien, dimana diberikan tugas-tugas pembangunan yang merupakan prioritas dalam melaksanakan pemerintahan desa. Menjadi sorotan adalah, dalam pembangunan tentu kegiatan perencanaan menjadi angenda yang harus dikerjakan. Salah satunya yaitu perencanaan dalam hal keuangan, dimana anggaran merupakan salah satu tahap yang harus dilalui dalam perencanaan keuangan terutama sebagai pedoman dalam mengelola keuanggannya. Anggran dipahami sebagai rencana keuangan yang mencerminkan pilihan kebijakan suatu institusi atau lembaga tertentu untuk masa periode di waktu yang akan datang.

Dalam pengertian anggaran secara umum terdapat beberapa pengertian, salah satunya adalah anggaran negara. Anggaran negara adalah suatu pernyataan tentang perkiraan pengeluaran dan pendapatan yang diharapkan akan terjadi dalam suatu periode di masa akan datang, serta data dari pengeluaran dan pendapatan yang sesungguhnya sudah terjadi. Dalam hal yang sama untuk menjelaskan anggaran daerah dan desa, dimana daerah memuat ruang lingkup yang lebih kecil, begitu pula dengan desa tentunya ruang lingkupnya jauh lebih kecil dari negara dan daerah.

Oleh karena itu, pembagunan dapat kita lihat dari, bagaimana perencanaan anggaran di buat. Dalam hal ini, memahami kemampuan keuangan

(43)

32

dan Sumber Daya Manusia dalam mengerjakan pembangunan tentunya menjadi aspek yang penting untuk melihat output daripada perencanaan yang sudah direncakan. Keseimbangan antara perencanaan anggaran dengan apa-apa saja yang akan menjadi perencanaan pembangunan.

Anggaran menjadi perihal yang penting dalam menjalankan pemerintahan, dimana anggaran digunakan untuk mengatur alokasi belanja pengadaan barang dan jasa publik. Berdasarkan skala priorita, pemerintah bisa mengalokasikan nilai-nilai tertentu untuk belanja tertentu. Kemudian dalam hal distribusi, melalui anggaran pemerintah dapat menciptakan kebijakan yang bertujuan untuk menciptakan pemerataan atau mengurangi kesenjangan antar wilayah, kelas sosial maupun sektoral. Anggaran juga berfungsi dalam menciptakan stabilitas, jika terjadi ketidakseimbangan yang ekstrem, misalnya harga pokok yang tinggi atau sangat rendah sehingga berpotensi merugikan satu lapisan masyarakat, pemerintah bisa melakukan intervensi melalui anggaran.

A. Politik Anggaran sebagai Pembangunan Pemerintahan Desa.

Pemerintah telah menyusun bagaimana keuangan diatur sendiri oleh pemerintah daerah hingga ke pemerintahan desa. Dilihat dari kebijakan politik desentralisasi, dimana daerah diberi hak otonomi dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan di daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Dapat dilihat dari lahirnya UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang ini berisi, antara lain mencabut UU No 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, yang kemudian disempurnakan dalam UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Kedua undang-undang tersebut menegaskan bahwa Pemerintah Pusat menyerahkan kewenangan kepada Pemerintah Daerah semua urusan pemerintah kecuali urusan politik luar negeri, pertahanan, keamanan, pendidikan, moneter, fiskal dan agama.20

Selain itu, Pemerintah Pusat juga mengeluarkan kebijakan desentralisasi fiskal yang memberi kewengan kepada daerah untuk mengelola keuangan

20 Agus Riyanto. 2012.” Politik Anggaran Provinsi Jawa Tengah: Analisis Realisasi APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2008-2010”. Dalam SPEKTRUM Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional. Vol. 12 Nomor 2, Juli 2012. Hal. 1.

(44)

33

daerahnya sendiri. Kebijakan ini diwujudkan dengan ditetapkannya UU No 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang kemudian disempurnakan oleh UU No 3 Tahun 2004, kemudian disusul Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.21

Secara umum keuangan daerah sering diartikan dengan APBD (Anggaran Pendapatan Beanja Daerah). Menurut peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang dimaksud dengan pengertian keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.22

Kemudian, APBD dibagi ke setiap desa secara proposional yang merupakan alokasi dana desa dimana kabupaten/kota mengalokasikannya paling sedikit 10% dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh daerah.

Alokasi dana desa yang diterima oleh Pemerintahan Desa yang merupakan keuangan desa, adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan uang, termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa tersebut. Keuangan desa kemudian dikenal dengan APBDesa, sebagai dana penyelenggaraan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa. Penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah yang diselenggarakan oleh pemerintahan desa didanai dari APBD, sedangkan penyelenggaraan urusan pemerintahan pusat yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai oleh APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara).23

21 Ibid.

22 Lihat PP No 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

23 Hanif Nurcholis. 2011. “Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintah Desa”. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 81.

(45)

34 Sumber Pendapatan desa berasal dari:

a. Pendapatan asli desa yang berasal dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah.

b. Bagi hasil pajak daerah kabupaten/kota paling sedikit 10% untuk desa dan retribusi kabupaten/kota yang sebagian diperuntukan untuk desa.

c. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima kabupaten/kota untuk desa paling sedikit 10% yang dibagi ke setiap desa secara proposional yang merupakan alokasi dana desa.

d. Bantuan keuangan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan.

e. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.

Sistem pengelolaan keuangan desa mengikuti sistem anggaran nasional dan daerah, yaitu mulai dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Kepala desa sebagai kepala pemerintahan desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan mewakili pemerintah desa dalam kepemilikan kekayaan desa yang dipisahkan. Oleh karena itu, kepala desa mempunyai wewenang sebagai berikut:

a. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa.

b. Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang desa.

c. Menetapkan bendahara desa

d. Menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa, dan e. Menetapkan petugas yang melakukan pengelolaan barang milik desa.

Kepala desa dalam melaksanakan pengelolaan keuangan desa dibantu oleh pelaksana teknis pengelolaan keuangan desa (PTPKD), yaitu sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. Sekretaris desa bertindak selaku koordinator pelaksanaan pengelolaan keuangan desa dan bertanggung jawab kepada kepala

Gambar

Gambar 1: Wawancara bersama dengan Kepala Desa Matio Bapak Rabin Panjaitan.

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah perguruan tinggi yang menerapkan metode pembelajaran dengan model ASCL mempunyai beberapa karakteristik yang dapat kita temui antara lain adanya

Pada variasi ini, apabila kondisi bernilai benar maka Statement-1 yang dikerjakan dan apabila kondisi bernilai salah maka Statement-2 yang dikerjakan (tidak pernah

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,atas karunia dan hidayahNya sehingga penyusunan tesis yang berjudul “Analisis Kelayakan Investasi Studi

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut dalam perkara aquo Pengadilan Tinggi Agama sependapat dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik

Dengan partisipasi aktif para mitra dan donatur, PKPU menjalankan rangkaian program Ramadhan yang tidak hanya bernilai ibadah bagi mitra dan donatur tetapi juga

Ma‟qud „alaih ialah benda-benda yang diadakan, seperti benda- benbda ynag dijual dalam akad jual beli, dalam akad hibbah (pemberian), dalam kad gadai, utang

Keberadaan ibu telah diperhatikan oleh Islam dan diberikan untuknya hak- hak, maka dia juga mempunyai kewajiban mendidik anak-anaknya dengan menanamkan kemuliaan kepada

Ini merupakan langkah penting, yang mendorong penggunaan prior knowledge dan memori serta memungkinkan mahasiswa untuk menguji atau menggambarkan pemahaman lain; link dapat