• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Kota Padang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Kota Padang"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Kota Padang

Novia Zulfa Hanum1,*, Rahmanita Yusman2, Yori Rahmadianti3

1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Baiturrahmah, Padang 25586, Indonesia

2 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Baiturrahmah, Padang 25586, Indonesia

3 Fakultas Vokasi, Universitas Baiturrahmah, Padang 25586, Indonesia

1 noviafkmunbrah@gmail.com*; 2 rahmanitayusman@gmail.com, 3 yorirahmadianti@gmail.com

* corresponding author

1. Pendahuluan

Rumah sakit merupakan salah satu instansi kesehatan dimana didalam bangunan tersebut memiliki berbagai perlengkapan, sumber daya manusia, serta tamu. Keberadaan rumah sakit dapat menimbulkan dampak, baik dampak positif yaitu berupa produk layanan kesehatan dan juga dapat menimbulkan dampak negatif salah satunya pengaruh buruk yang ditimbulkan dari berbagai sumber baik dari pencemaran lingkungan, maupun dari risiko penularan penyakit. Bekerja dirumah sakit juga mempunyai banyak risiko yang harus dihadapi seperti risiko terhadap bahaya kesehatan, bahaya kecelakaan kerja, dan lain sebagainya [1].

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit, rumah sakit merupakan tempat kerja yang memiliki resiko tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit. Keselamatan dalam bekerja merupakan hal yang sangat diperlukan oleh setiap manusia, adapun upaya yang dapat dilakukakan untuk menghindari terjadinya kecelakaan dalam bekerja, yaitu dengan meningkatkan perlindungan bagi tenaga kerja salah satu diantaranya dengan adanya perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja [1].

Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja [2].

Pada Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012 bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 87 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 tahun 2013 tentang ketenagakerjaan, perlu menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko

A R T IC L E IN F O A B S T R A C T

Keywords Hospital Management

Occupational health and safety

In the Minister of Health Regulation Number 66 of 2016, concerning occupational health and safety in Hospitals, a hospital is a workplace with a high risk of safety and health. In addition, in the context of managing and controlling risks related to occupational health and safety in hospitals, it is necessary to organize occupational health and safety in hospitals to create hospital conditions that are healthy, safe, and comfortable. The occupational health and safety reported there was still an accident occur at the Siti Rahmah Islamic Hospital. This study was to overview the implementation of the occupational health and safety management system (OHSMS) at Siti Rahmah Islamic Hospital in 2020. This research was a qualitative descriptive study with an in-depth interview and observation approach conducted at Siti Rahmah Islamic Hospital from January to December 2020. The population is all workers registered as employees at Siti Rahmah Islamic Hospital. Informants in this research were those who have the authority and knowledge about the immplementation of the occupational health and safety management system (OHSMS) in Siti Rahmah Islamic Hospital. Concerning the preparation, implementation, monitoring, and evaluation of the occupational health and safety management system (OHSMS) have not been implemented optimally. It is expected that Siti Rahmah Islamic Hospital implemented of occupational health and safety management system (OHSMS) optimally.

(2)

yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja [3].

Pada umumnya Rumah Sakit sudah menerapkan SMK3. Hasil penelitian Wati et al menunjukkan bahwa komitmen dan kebijakan SMK3 di RSUD Muko-Muko sudah ada dalam bentuk, penyediaan dana, sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan K3 sudah terpenuhi.

Perencanaan SMK3 di RSUD Muko-Muko sudah berjalan dengan baik mulai dari identifikasi risiko sampai dengan manajemen risiko. Selain itu pekerja juga di haruskan mengikuti SOP setiap melakukan pekerjaannya. Organisasi K3 belum terbentuk di RSUD Mukomuko. Manajemen K3 RSUD Muko-Muko berada satu tingkat di bawah direktur dan termasuk ke dalam bidang pelayanan medis dimana anggotanya inti berasal dari Instalasi IPSRS dan Instalasi Kesling,Sebagian besar langkah-langkah penerapan SMK3 sudah berjalan dengan baik di RSUD Muko-Muko dimana pihak RS sudah menyatakan komitmen, , melakukan penyuluhan K3 kepada pekerja, pelaksanaan program K3 seperti penyediaan APD, pemeriksaan kesehatan, serta mengobati pekerja yang sakit dengan memberikan layanan BPJS. Meskipun pelaksanaan pemantauan dan evaluasi belum berjalan [4].

Hasil telaah dokumen Laporan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di RSI Siti Rahmah Padang diketahui bahwa masih terdapatnya kecelakaan berupa tertusuk benda tajam yaitu sebanyak 3 kasus pada triwulan kedua tahun 2018 dan 7 kasus pada triwulan ketiga tahun 2018. Salah satu cara untuk mengendalikan risiko kecelakaan kerja adalah dengan penggunaan APD. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melihat gambaran penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) di RSI Siti Rahmah Kota Padang Tahun 2020.

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yang bertujuan untuk melihat gambaran penerapan SMK3RS serta menganalisis masalah yang terjadi pada penerapan SMK3 di RSI Siti Rahmah Kota Padang. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam Peningkatan Penerapaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Rumah Sakit. Populasi penelitian adalah seluruh pekerja yang terdaftar sebagai karyawan rumah sakit, sementara sampel penelitian adalah pihak-pihak yang terlibat di dalam penerapan SMK3 di RSI Siti Rahmah. Data dikumpulkan melalui wawancara dan observasi langsung.

2. Metode

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan wawancara mendalam dan observasi untuk menggambarkan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di RSI Siti Rahmah Kota Padang. Penelitian ini dilakukan di RSI Siti Rahmah Kota Padang dilakukan mulai bulan Januari – Desember 2020. Populasi adalah seluruh pekerja yang tercatat sebagai karyawan di RSI Siti Rahmah Kota Padang. Informan penelitian adalah pihak-pihak yang memiliki wewenang dan pengetahuan mengenai penerapan SMK3 di RSI Siti Rahmah Kota Padang.

3. Hasil dan Diskusi

a. Persiapan SMK3 di RSI Siti Rahmah Kota Padang

Dalam pelaksanaan K3RS memerlukan organisasi yang dapat menyelenggarakan program K3RS secara menyeluruh dan berada di bawah pimpinan Rumah Sakit yang dapat menentukan kebijakan Rumah Sakit. Semakin tinggi kelas Rumah Sakit umumnya memiliki tingkat risiko keselamatan dan Kesehatan Kerja yang lebih besar karena semakin banyak pelayanan, sarana, prasarana dan teknologi serta semakin banyak keterlibatan manusia di dalamnya (sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pengunjung, pengantar, kontraktor, dan lain sebagainya). [5]

Untuk terselenggaranya K3RS secara optimal, efektif, efesien dan berkesinambungan, Rumah Sakit membentuk atau menunjuk satu unit kerja fungsional yang mempunyai tanggung jawab menyelenggarakan K3RS. Unit kerja fungsional dapat berbentuk komite tersendiri atau terintegrasi dengan komite lainnya, dan/atau instalasi K3RS. Kebutuhan. [5]

(3)

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa RSI Siti Rahmah sudah berkomitmen untuk melaksanakan penerapan SMK3. Hal ini sudah diwujudkan dalam bentuk tertulis berupa kebijakan yang ada. Kebijakan disusun melalui pertemuan dan proses konsultasi dengan wakil tenaga kerja dan instansi terkait. Kebijakan dibuat berdasarkan hasil identifikasi bahaya dan pengendalian risiko yang dilakukan d RSI Siti rahmah (Risk Register). Risk register ini juga dijadikan sebagai acuan untuk membuat program-program terkait dengan penerapan K3.

Kebijakan, Risk Register dan Program-program K3RS sudah disosialisasikan kepada seluruh tenaga kerja, tamu, kontraktor, pelanggan dan pemasok dengan tata cara yang tepat namun belum maksimal karena baru dilakukan kepada karyawan dan mahasiswa PKL saja, sedangkan untuk tamu, kontraktor, pelanggan dan pemasok jarang dilakukan. Komitmen ini juga dibuktikan dengan tersedianya anggaran, sarana, dan prasarana, SDM yang baik.

Walaupun demikian RSI Siti Rahmah belum melakukan peninjauan secara berkala terhadap kebijakan yang telah ditetapkan.

Organisasi K3 atau disebut dengan komite K3 juga sudah terbentuk dan anggotanya sudah memiliki keahlian khusus dibidang K3, hal ini dibuktikan dengan keikutsertaan anggota mengikuti pelatihan terkait dengan K3. Anggota Komite K3 ini merupakan perwakilan dari karyawan yang ditunjuk sebagai penanggung jawab K3 dan keanggotaan tersebut juga sudah diinformasikan kepada seluruh karyawan. Namun pengurus Komite K3RS belum dapat melaksanakan tugas dengan maksimal karena berdasarkan wawancara diketahui bahwa pengurus K3 memiliki rangkap jabatan lainnya sehingga kurang maksimal melaksanakan SMK3.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wati et al. (2018) RS harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai keberhasilan penerapan sistem manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur. Perencanaan K3 di RS dapat mengacu pada standar Sistem Manajemen K3 RS diantaranya self assesment akreditasi K3 RS dan SMK3.

[4]

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Apriandi & Widowati (2014) menyebutkan bahwa perusahaan harus menyediakan sumberdaya manusia untuk membuat, menerapkan, memelihara dan meningkatkan SMK3 organisasi dengan mempekerjakan ahli K3 agar program K3 berjalan dengan baik dan efektif. [6]

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alimuddin (2010) disebutkan bahwa Pembagian fungsi dan tugas secara jelas melalui pengorganisasian yang baik, hal ini dimaksudkan agar setiap personil memiliki cakupan tanggungjawab masing-masing, sehingga tidak terjadi saling tindih atau melepaskan tanggungjawab. Dengan demikian setiap personil akan bekerja secara professional. [7]

Asumsi peneliti terkait dengan rumah sakit melakukan rangkap jabatan adalah karena kurangnya jumlah SDM yang memadai dan sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan untuk bertanggung jawab dalam penerapan program K3.

b. Pelaksanaan SMK3 di RSI Siti Rahmah Kota Padang

Pelaksanaan rencana K3 harus dilaksanakan oleh pengusaha dan/atau pengurus perusahaan atau tempat kerja dengan menyediakan sumber daya manusia yang mempunyai kualifikasi dan menyediakan prasarana dan sarana yang memadai. Selain itu, dalam menunjukkan komitmennya terhadap K3, pengusaha dan/atau pengurus harus melakukan konsultasi, motivasi dan kesadaran dengan melibatkan pekerja/buruh maupun pihak lain yang terkait di dalam penerapan, pengembangan dan pemeliharaan SMK3, sehingga semua pihak merasa ikut memiliki dan merasakan hasilnya. Dalam melakukan konsultasi, motivasi dan kesadaran SMK3, pengusaha dan/atau pengurus harus memberi pemahaman kepada tenaga kerja atau pekerja/buruh tentang bahaya fisik, kimia, ergonomi, radiasi, biologi, dan psikologi yang mungkin dapat menciderai dan melukai pada saat bekerja, serta pemahaman sumber bahaya tersebut. Pemahaman tersebut bertujuan untuk mengenali dan mencegah tindakan yang mengarah terjadinya insiden. [8]

Berdasarkan hasil wawancara mengenai pelaksanaan SMK3 didapatkan bahwa di RSI Siti Rahmah sudah memiliki komitmen dan bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan SMK3. Hal ini terlihat dari penyediaan anggaran, sarana, prasarana, peralatan yang memadai, dan fasilitas untuk pelatihan kepada karyawan.

(4)

RSI Siti Rahmah sudah menyediakan sarana dan prasarana yang memadai.seperti peralatan untuk penanganan kedaruratan dan APD berupa masker, handscoon, kacamata, sepatu boot, helm dan untuk mencegah terjadinya kebakaran pihak rumah sakit. Pengawasan dan pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana juga telah dilakukan secara berkala setiap bulan untuk mengontrol sarana, prasarana dan peralatan kesehatan agar aman, bermutu dan memadai.

RSI Siti Rahmah juga sudah memiliki program pelatihan terkait dengan K3 kepada karyawan baik yang diselenggarakan secara internal maupun eksternal. Pelatihan yang sudah dilaksanakan disesuaikan dengan kebutuhan dari masing-masing unit. Pelatihan yang sudah dilaksanakan antara lain pelatihan penanganan keadaan darurat, penggunaan APAR, pengelolaan limbah medis dan non medis. Khusus untuk pelatihan penanganan kedaruratan RSI Siti rahmah sudah melaksanakannya bekerja sama dengan Damkar Kota Padang dan BPBD Kota Padang. Untuk tim yang akan bertanggung jawab terhadap penangananan keadaan darurat juga sudah dibentuk. Berdasarkan hasil observasi peneliti peralatan tanggap darurat juga sudah tersedia di area kerja seperti APAR, rambu-rambu keselamatan, alarm, jalur evakuasi, alat komuniasi dan titik kumpul.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ibrahim et al.(2017) yang menyatakan bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar telah memiliki program penanganan kejadian ketanggap daruratan. Rumah Sakit membentuk unit khusus yaitu Brigadir Siaga Bencana (BSB) untuk menangani kejadian ketanggap daruratan di Rumah Sakit. Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar telah menetapkan prosedur keadaan tanggap darurat.

Pihak Rumah Sakit menyediakan sarana dan prasarana penunjang seperti APAR (Alat Pemadam Api Ringan), alarm, jalur evakuasi, lampu exit, alat komunikasi dan tempat berkumpul. Pihak K3RS melakukan pengecekan rambu rambu evakuasi, APAR, alarm secara berkala. Pihak Rumah Sakit juga mengadakan sosialisasi dan simulasi ketanggapdaruratan. [2]

Terkait dengan konsultasi den komunikasi dengan karyawan, RSI Islam Siti Rahmah belum memiliki jadwal yang rutin untuk memfasilitasi karyawan maupun pihak lain untuk berkonsultasi dalam penerapan, pengembangan dan pemeliharaan SMK3. Konsultasi ini hanya dilakukan apabila terjadi suatu kejadian dan belum dilaksanakan secara rutin.

Begitupun dengan pertemuan rutin yang dilaksanakan oleh Komite K3 untuk membahas penerapan K3 juga belum terlaksana secara maksimal. Hal ini terlihat dari hasil telaah dokumen bahwa laporan bulanan, bukti pelaksanaan rapat, dan dokumentasi kegiatan rapat yang dimiliki tidak lengkap.

c. Pemantauan dan Evaluasi SMK3 di RSI Siti Rahmah Kota Padang

Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dilaksanakan di perusahaan meliputi Pemeriksaan, Pengujian, dan Pengukuran dan Audit Internal SMK3. Pemeriksaan, Pengujian, dan Pengukuran harus ditetapkan dan dipelihara prosedurnya sesuai dengan tujuan dan sasaran K3 serta frekuensinya disesuaikan dengan obyek mengacu pada peraturan dan standar yang berlaku. Audit internal SMK3 harus dilakukan secara berkala untuk mengetahui keefektifan penerapan SMK3. Audit SMK3 dilaksanakan secara sistematik dan independen oleh personil yang memiliki kompetensi kerja dengan menggunakan metodologi yang telah ditetapkan. [8]

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2017) menyatakan bahwa hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja serta audit SMK3 harus didokumentasikan dan digunakan untuk tindakan perbaikan dan pencegahan. Pemantauan dan evaluasi kinerja serta audit SMK3 dijamin pelaksanaannya secara sistematik dan efektif oleh pihak manajemen. [9]

Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan pemantauan dan evaluasi yang sudah dilakukan baru sebatas inspeksi yang dilakukan setiap bulan, namun untuk audit internal dan eksternal K3 belum dilakukan dengan maksimal. Namun hasil inspeksi yang diperoleh sudah dijadikan sebagai salah satu acuan dalam menyusun perencanaan berikutnya. Pengurus komite K3 menyadari bahwa sebenarnya audit K3 harus dilakukan dengan maksimal karena dengan adanya audit ini dapat diketahui sistem Manajemen K3 telah berfungsi sesuai yang diharapkan, dan mengidentifikasi area-area untuk peningkatan kinerja K3. Asumsi peneliti adalah karena masih kurangnya SDM yang sesuai kualifikasi sehingga adanya rangkap jabatan karyawan. Dampaknya adalah penerapan SMK3 menjadi kurang maksimal karena pengurus Komite K3 kurang fokus untuk melaksanakan penerapan SMK3.

(5)

4. Kesimpulan

Persiapan SMK3 di RSI Siti Rahmah terkait dengan kebijakan dan perencanaan. Kebijakan sudah ada namun belum disosialisasikan kepada tamu, kontraktor, pelanggan, pemasok secara maksimal. Risk Register dan Program K3 sudah dibuat namun belum dilaksanakan secara maksimal. Pelaksanaan SMK3 di RSI Siti Rahmah belum maksimal karena terbatasnya jumlah SDM pada Komite K3 sehingga karyawan melaksanakan rangkap jabatan dan tidak fokus hanya menerapkan program K3 saja. Pemantauan dan evaluasi kinerja SMK3 di RSI Siti Rahmah sudah dilakukan namun belum maksimal. Kegiatan pemantauan dilakukan berupa inspeksi namun tidak dilakukan pertemuan untuk membahas hasil inspeksi tersebut secara rutin. Selain itu evaluasi berupa audit internal dan eksternal berkala terhadap kinerja SMK3 juga belum dilakukan dengan maksimal.

Referensi

[1] N. Asiah, “Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh,” J. Chem. Inf. Model., vol. 21, no. 1, pp.

1–9, 2020.

[2] H. Ibrahim, D. S. Damayati, M. Amansyah, and Sunandar, “Gambaran Penerapan Standar Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar,” Al- Sihah Public Heal. Sci. J., vol. 9, no. 2, pp. 160–173, 2017.

[3] P. Marfiana, “Gambaran Gambaran Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Rumah Sakit P,” Gema Wiralodra, vol. 11, no. 2, pp. 182–199, 2020, doi: 10.31943/gemawiralodra.v11i2.131.

[4] N. Wati, A. Ramon, H. Husin, and R. Elianto, “Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Rumah Sakit Umum Daerah Mukomuko Tahun 2017,” J. Ilm. AVICENNA, vol. 13, no. 3, pp. 8–15, 2018.

[5] Kemenkes RI, “PERMENKES No. 66 Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit,” Kementrian Kesehat. Republik Indones., no. 1815, 2016.

[6] K. Apriandi and E. Widowati, “Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) berdasarkan OHSAS 1800: 2007 pada unit Spinning V PT. Sinar Pantja Djaja (PT. SPD) di Semarang Tahun 2014,” Unnes J. Public Heal., vol. 3, no. 1, pp. 1–10, 2014.

[7] F. Alimuddin, “Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di RSUD Tarakan Tahun 2010 (penelitian kualitatif),” Skripsi, vol. 2010, 2010.

[8] P. Pemerintah, “Peraturan Pemerintah Nomor 50,” Peratur. Pemerintah, p. 32, 2012.

[9] A. A. Wijayanti, “Gambaran Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Pada Proyek Pembangunan Gedung di Semarang sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Hotel Grandhika Divisi VII),” Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2017.

Referensi

Dokumen terkait

Akupresur signifikan dalam penurunan skor DASS dan GHQ, maka baik diterapkan bagi pasien HD (p<0.001) (Rad et al., 2017) The effects of cool dialysate on pruritus

sediaan berakhir didapatkan satu dari empat ampul yang kami buat bocor pada ujung atasnya hal tersebut mungkin dikarenakan proses pembakaran tutup ampul yang kurang baik dan

(3) Sanitasi lingkungan masyarakat peternak ayam di Desa Tanete Kecamatan Maritengangae Kabupaten Sidrap termasuk dalam kategori cukup baik.(4) Terdapat hubungan positif

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;.. Peraturan Menteri Pendidikan dan

Pada dasarnya manusia dalam kehidupannya dituntut melakukan suatu usaha untuk mendatangkan hasil dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya.Di dalam Islam, bekerja merupakan suatu

3) Berupa saran perbaikan:Ada istilah yang harus ditulis secara konsisten. Contoh: limit ditulis lim. 4) Berupa saran perbaikan:Pada hal 30 tentang limit superior.

Karena mungkin sulit untuk membedakan tumor Bartholin dari kista Bartholin yang jinak hanya Karena mungkin sulit untuk membedakan tumor Bartholin dari kista Bartholin yang jinak

Komunikasi Massa menurut pendapat tan dan wright merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal,