• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PROSES PENETAPAN DAFTAR CALON TETAP ( DCT ) ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH ( DPRD)

YANG DI USUNG OLEH DPD PARTAI SOLIDARITAS INDONESIA KABUPATEN DAIRI

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Social Dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Disusun oleh

HOTDY PARJONO SIHOMBING 130906074

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

(2)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Hotdy Parjono Sihombing NIM : 130906074

Program Studi : Ilmu Politik

Dengan ini menyatakan bahwa karya serta Laporan Tugas Akhir ini adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan duplikasi dari hasil karya orang lain. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku dan sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku.

Medan Agustus 2019

Hotdy parjono sihombing

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Hotdy Parjono Sihombing

NIM : 130906074

Departemen : Ilmu Politik

Judul : PROSES PENETAPAN DAFTAR CALON TETAP (

DCT ) ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH ( DPRD) YANG DI USUNG OLEH DPD PARTAI SOLIDARITAS INDONESIA KABUPATEN DAIRI

Medan, Agustus 2019

Dosen Pembimbing, Ketua Departemen

Ilmu Politik

(Drs. Tonny P Situmorang,M.si) Warjio, Ph.d

Nip. Nip.

Mengetahui

Wakil Dekan 1 FISIP USU

(Husni Thamrin, S.Sos, M.SP)

NIP.197203082005011001

(4)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Pengesahan

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan panitia penguji skripsi Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara oleh :

Nama : Hotdy Parjono Sihombing

Nim : 1309060074

Judul : PROSES PENETAPAN DAFTAR CALON TETAP (

DCT ) ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH ( DPRD) YANG DI USUNG OLEH DPD PARTAI SOLIDARITAS INDONESIA KABUPATEN DAIRI

Dilaksanakan Pada :

Hari :

Tanggal :

Pukul :

Tempat :

Majelis penguji :

Ketua :

NIP. :

Penguji Utama :

NIP. :

Penguji Tamu :

NIP. :

(5)

ABSTRAK

PROSES PENETAPAN DAFTAR CALON ( DCT ) CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH ( DPRD ) YANG DI USUNG

OLEH PARTAI SOLIDARITAS INDONESIA Oleh:

HOTDY PARJONO SIHOMBING

Persepsi terhadap calon legislatif dan partai politik di mata masyarakat selalu bersifat transaksional dan juga oligarkis, seakan-akan haus dengan kekuasaan dan uang. Pada penelitian ini peneliti akan melihat apakah partai baru yang akan bergabung pada Pemilu 2019 mendatang memiliki pola-pola rekrutmen baru yang lebih inovatif yang akan diterapkan atau malah sebaliknya. Untuk itu dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui: Bagaimana sifat, metode dan kecenderungan pola rekrutmen DPD PSI Kabupaten Dairi, dengan menggunakan metode penelitian kualitatif melalui pengumpulan data wawancara dan dokumentasi, penelitian ini menemukan: (1). Sifat pola rekrutmen calon legislatif yang dilaksanakan DPD PSI Kabupaten Dairi Yaitu Rekrutmen Terbuka salah satu standar dan kriteria sifat rekrutmen terbuka yaitu setiap partai harus mengadakan konvensi di internal partai. (2). Metode pola rekrutmen yang digunakan adalah metode ilmiah, karena dalam pelaksanaan rekrutmen partai didasarkan standar-standar ilmiah dan perhitungan analisis yang matang seperti terdapat penilaian terhadap kriteria-kriteria calon yang diinginkan partai, yang dinilai langsung oleh tim Pansel (Panitia Seleksi) yang dipercayai untuk menyeleksi langsung calon-calon anggota legislatif yang mendaftar. (3).

Kecenderungan yang lebih dominan digunakan kedua partai dalam merekrut calon legislatif lebih pada tipe kecenderungan civil service reform yang mengacu pada loyalitas dan kemampuan, dimana Partai Perindo sendiri lebih mencari bakal calon legislatif yang memiliki loyalitas serta kemampuan di bidangnya masing- masing, sedangkan PSI lebih menekankan nilai yaitu memandang positif perbedaan yang ada serta komitmen terhadap pemberantasan korupsi.

Kata kunci: Pemilu, Partai Politik, Rekrutmen

(6)

ABSTRACT

PROCESS OF DETERMINING THE PROSPECTIVE LIST (DCT) CANDIDATE MEMBERS OF THE REGIONAL REPRESENTATIVE COUNCIL (DPRD) THAT HAVE BEEN USED BY THE SOLIDARITY

PARTY OF INDONESIA By:

HOTDY PARJONO SIHOMBING

The perception of legislative candidates and political parties in the eyes of the public is always transactional and also oligarchic, as if thirsty for power and money. In this study, researchers will see whether the new parties that will join the upcoming 2019 elections have new, more innovative recruitment patterns that will be applied or vice versa. For this reason, this research was conducted to find out: How the nature, methods and trends of DPD PSI recruitment patterns in Dairi Regency, using qualitative research methods through collecting interview and documentation data, this study found: (1). The nature of legislative candidate recruitment patterns carried out by DPD PSI Dairi Regency Namely Open Recruitment is one of the standards and criteria for the nature of open recruitment, namely that each party must hold a convention in the internal party. (2). The recruitment pattern method used is the scientific method, because in the implementation of party recruitment is based on scientific standards and mature analytical calculations such as there are assessments of the candidates desired criteria of the party, which is assessed directly by the Pansel team (Selection Committee) which is believed to select direct candidates for legislative members who register. (3). The more dominant tendency used by both parties in recruiting legislative candidates is more on the type of civil service reform tendency that refers to loyalty and ability, where the Perindo Party itself is looking for prospective candidates who have loyalty and ability in their respective fields, while PSI places more emphasis on the value namely looking at the differences that exist and the commitment to eradicating corruption.

Keywords: Elections, Political Parties, Recruitment

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian... 9

F. Manfaat Penelitian... 9

G. Kerangka Teori ... 10

G.1. Partai Politik ... 10

G.1.1 Tujuan dan Fungsi Partai Politik ... 11

G.2. Rekrutmen Politik... 12

G.3. Pemilu ... 15

G.4. Pemasaran Politik ( Marketing Politik ) ... 16

G.4.1. Peran Marketing Politik ... 17

G.4.2. Pendekatan Marketing dalam Politik ... 24

H. Metode Penelitian ... 27

H.1. Jenis Penelitian ... 27

H.2. Lokasi Penelitian ... 27

H.3. Teknik Pengumpulan Data ... 28

H.4. Teknik Analisa Data ... 28

I. Sistematika Penulisan ... 29

BAB II Deskripsi DPD Partai Solidaritas Indonesia Kabupaten Dairi ... 30

A. Latar Belakang Dan Profil Partai Solidaritas Indonesia ... 30

B. Prinsip Politik Partai Solidaritas Indonesia ... 36

(8)

C. Partai Solidaritas Sebagai Partai Politik Baru ... 44

D. Persyaratan Calon Legislatif Berdasarkan UU dan Peraturan Komisi Pemilihan umum ( PKPU )... 47

D.1. Persyaratan Calon Legislatif Berdasarkan Undang – Undang ... 47

D.2. Persyaratan Calon Legislatif Berdasarkan ( PKPU )... 48

E. Penetapan Jumlah Anggota DPRD di Kabupaten Dairi ... 50

BAB III PPEMBAHASAN ... 52

A. Metode Rekrutmen ... 52

B. Kriteria Rekrutmen Calon Legislatif DPD PSI Kabupaten Dairi ... 52

C. Mekanisme Rekrutmen Calon Legislatif DPD PSI Kabupaten Dairi ... 55

C.1. Pembentukan Tim Panitia Seleksi ... 55

C.2. Tahapan Evaluasi Administrasi ... 56

C.3. Tahapan Evaluasi Kompetensi ... 57

C.4. Tahapan Evaluasi Sosialisai ... 57

D. Konsistensi dan Kecenderungan Rekrutmen... 60

D.1. Partisan ... 60

D.2.Compartmentalization ... 60

D.3. Immediate Survial ... 62

D.4. Civil Service Reform ... 64

E. Hasil Penetapan DCT DPRD DPD PSI Kabupaten Dairi ... 67

F. Hasil Penetapan DCT DPRD DPD PSI Kabupaten Dairi di Tiap Dapil ... 67

BAB IV PENUTUP ... 69 A. Kesimpulan

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara demokrasi adalah adanya pemilihan umum. Warga negara diberikan kesempatan untuk memilih salah satu diantara pemimpin-pemimpin yang bersaing meraih suara.Pemilihan pemimpin dilakukan secara langsung yang dikenal dengan Pemilihan Umum (Pemilu)1. melalui pemilihan umum rakyat memilih wakilnya untuk duduk dalam parlemen dan dalam struktur pemerintahan. Artinya dengan pemilu masyarakat memberi mandat bagi parlemen dan pemerintah untuk mengurus negara. Hal ini sesuai dengan prinsip demokrasi “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”. Hal ini senada dengan Anwar Khoirul yang mengatakan bahwa Pemilu dalam negara demokratis merupakan prasyarat, dimana rakyat ikut berpartisipasi secara langsung untuk menentukan para pemimpinnya, baik level nasional maupun daerah. Pemilu adalah perwujudan dari kemerdekaan sekaligus kedaulatan rakyat yang sesungguhnya karena rakyat diberi kebebasan untuk menentukan siapapun yang mereka kehendaki2.

Pelaksanaan demokrasi di Indonesia dapat dibagi menjadi beberapa periode antara lain3 :

1. Masa Republik Indonesia I (1945-1959) : Masa Demokrasi Konstitusional.

2. Masa Republik Indonesia II (1959-1965) : Masa Demokrasi Terpimpin

3. Masa Republik Indonesia III (1965-1998) : Masa Demokrasi Pancasila

4. Masa Republik Indonesia IV (1998- sekarang) : Masa Reformasi

1 Georg Sorensen. 2003. Demokrasi dan Demokratisasi (Proses dan Prospek dalam Sebuah Dunia yang Sedang berubah). Yogyakarta : Pustaka Belajar. hal. 1

2 Khoirul Anwar dan Salviana Vina. 2006. Perilaku Partai Politik. Studi Perilaku Partai Politik dalam Kampanye dan Kecenderungan Pemilih pada Pemilu 2004.Malang : UMM Press. hal. 56

3 Miriam Budiardjo, 2010. Dasar-Dasar Ilmu Politik Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Hal. 127- 134

(10)

Tetapi yang tidak dapat disangkal ialah bahwa beberapa nilai pokok dari demokrasi konstitusional cukup jelas tersirat di dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang belum diamandemen. Yang mana dikemukakan bahwa syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintahan yang demokratis di bawah rule of law ialah4 :

1. Perlindungan Konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi, selain menjamin hak-hak individu, harus menentukan pula cara prosedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin.

2. Badan kehakiman yang bebas dan tidak mengikatdan terikat oleh pihak manapun ( independent dan impartial tribunals) Pemilihan umum yang bebas .

3. Pemilihan umum yang bebas

4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat

5. Kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi 6. Pendidikan kewarganegaraan ( civil education) 5

Gagasan pokok atau gagasan dasar suatu pemerintahan demokrasi adalah pengakuan hakikat manusia, yaitu pada dasarnya manusia mempunyai kemampuan yang sama dalam hubungan sosial. Berdasarkan gagasan dasar tersebut terdapat 2 (dua) asas pokok demokrasi, yaitu:

1. Pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan, misalnya pemilihan wakil-wakil rakyat untuk lembaga perwakilan rakyat secara langsung, umum, bebas, dan rahasia.

2. Pengakuan hakikat dan martabat manusia, misalnya adanya tindakan pemerintah untuk melindungi hak-hak asasi manusia demi kepentingan bersama.

Dalam kehidupan demokrasi, rakyatlah yang paling mengetahui kebutuhannya sendiri, walaupun dalam perkembangannya sistem demokrasi sangat rentan dengan chaos, suasana yang kacau dan ketidakteraturan sehingga dalam setiap pemilu yang dilakukan setiap masyarakat bebas dalam menentukan pilihannya.

Secara konsepsional, pemilu merupakan proses seleksi pemimpin yang akan menumbuhkan keterwakilan politik di kalangan masyarakat luas, sebab pemimpin yang muncul disaring oleh pemilih. Pemilu juga berperan sebagai sarana bagi

4 Ibid

5 Opcit, Miriam Budiardjo, Hal. 116

(11)

masyarakat untuk menyeleksi kebijaksanaan sesuai dengan garis besar kepentingan mereka. Sehingga masyarakat memberikan kepercayaan kepada pemerintah dan sistem politik secara keseluruhan. Itu berarti pula bahwa melalui lembaga tersebut anggota masyarakat dapat menyatakan ketidakpercayaan mereka kepada sebagian atau keseluruhan unsur sistem politik tersebut6.

Pemilihan umum merupakan salah satu cara perekrutan anggota legislatif yang digunakan oleh sebagian besar negara di dunia, termasuk Indonesia. Rakyat, yang memiliki kedaulatan tertinggi dalam negara demokrasi, menyuarakan pilihannya melalui pemilihan umum untuk menentukan wakilnya yang duduk sebagai anggota dewan. Dalam konteks model politik Indonesia, pemilu merupakan suatu proses substitus kekuasaan. Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten atau Kota mengatur proses tersebut yang kemudian dijadwalkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) karena berdasarkan Pasal 1 tentang 2 ketentuan umum dari undang-undang tersebut disebutkan bahwa KPU merupakan lembaga penyelenggara pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.

Salah satu poin yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten atau Kota adalah mengenai rekrutmen calon anggota legislatif. Para peserta (calon anggota legislatif) yang tersedia dalam pemilihan umum adalah hasil seleksi dari partai politik. Hal ini diatur oleh Pasal 51 ayat (1) dan (2) yang menyebutkan bahwa7:

(1) Partai Politik Peserta Pemilu melakukan seleksi bakal calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten atau kota.

(2) Seleksi bakal calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara demokratis dan terbuka sesuai dengan mekanisme internal partai politik.

Secara ideal partai politik harus melaksanakan fungsi rekrutmen politiknya dengan sugguh-sungguh demi kepentingan rakyat dengan merekrut individu- individu yang memiliki kualitas, kapabilitas dan integritas yang baik. Partai politik harus melaksanakan rekrutmen yang terbuka dan demokratis. Tetapi dalam

6 Arbi Sanit. 1985. Perwakilan Politik Indonesia.Jakarta : CV. Rajawali. hal. 193

7 Undang – Undang No.8 tahun 2012 pasal 51 ayat 1 dan 2

(12)

prakteknya model tertutup dan pendekatan “asal comot” kerap kali dilakukan oleh partai politik. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan munculnya wakil rakyat yang tidak mampu memperjuangkan aspirasi yang diwakilinya.

Dalam konteks rekrutmen calon anggota legislatif yang dilakukan oleh partai politik pada pemilu 2004 yang lalu, terdapat kecenderungan model rekrutmen tertutup yang diterapkan. Proses pencalonan berlangsung tertutup di antara lingkugan internal partai dan sama sekali tidak diketahui oleh masyarakat meskipun UU Pemilu mengatur agar partai-partai melakukan seleksi calon secara terbuka dan demokratis8. Apabila model seperti ini masih dipertahankan pada pemilu 2009 maka terdapat kekhawatiran akan munculnya praktek-praktek KKN dalam rekrutmen caleg dari partai.

Fenomena “asal comot” yang dilakukan oleh partai politik terlihat dari maraknya partai politik merekrut figur-figur populer yang sebetulnya memiliki latar belakang yang sangat jauh dari dunia politik. Stigma negatif terhadap anggota legislatif diakibatkan oleh realitas ketidak puasan masyarakat terhadap kinerja anggota legislatif, berdasarkan survei lembaga survei nasional angka ketidak percayaan masyarkat terhadapa anggota legislatif sanggat tinggi.

Berdasarkan asumsi masyarakat itu, maka timbul lah pertanyaan bagi mana peran partai politik dalam menjaring calon anggota legislatif, karena dalam sitem politik demokrasi seperti indonesia peran partai politik sanggat berperan dalam mendukung supra struktur politik. Maka dari itu peran rekrutmen anggota calon anggota legislatif yang di lakukan oleh parti politik harus memiliki selektifitas dalam pemilihan calon anggota legislatif baik itu yang akan duduk di DPRD kabupaten kota, DPRD Provinsi maupun DPR pusat. Maka perekrutan calon anggota legislatif ini berkaitan dengan model rekrutmen yang di lakukan oleh setiap partai politik dalam menetukan setiap wakil partai politik untuk duduk dikursi legislatif. Partai politik harus memiliki kriteria-kriteria yang ketat dalam penjaringan calon anggota legislatif karena hal ini berkaitan dengan kredibilitas, akuntabilitas, dan integritas lembaga legislatif nantinya dan tentunya akan

8 Op,cit

(13)

berdampak langsung terhadap tingkat partisipasi masyarkat dalam mentukan pilihan untuk menyalurkan suaranya pada pemilu legislatif.

Dari beberapa kasus dalam rekrutmen calon anggota legislatif yang dilakukan oleh partai politik, dapat dilihat bagaimana artis-artis yang sering menghiasi layar kaca tiba-tiba menjadi calon anggota dewan. Walaupun mereka adalah Warga Negara Indonesia yang mempunyai hak untuk dipilih, tetapi yang menjadi pertanyaan adalah apakah mereka nantinya mampu menjalankan peran sebagai anggota legislatif sedangkan pengalaman mereka di ranah politik belum ada sama sekali. Selain selebritas politik, hal yang menjadi kekhawatiran dalam kualitas rekruitmen caleg oleh partai politik di Indonesia adalah banyaknya anggota dewan yang terkait Kasus Korupsi. Tercatat ada beberapa anggota DPRD yang terlibat atau diduga terlibat kasus-kasus tercela.

Banyaknya anggota DPRD yang terlibat kasus-kasus tercela, selain didasari oleh faktor individunya, mengindikasikan rekrutmen caleg yang dilakukan oleh Partai Politik belum maksimal. Anggota dewan bagaimanapun adalah hasil pilihan rakyat yang sebelumnya dipersiapkan oleh partai politik. Ini menjadi pekerjaan rumah yang harus cepat dibenahi karena menyangkut nasib bangsa.

Sebenarnya, apabila terbukti kebersalahannya, banyak variabel yang menyebabkan anggota DPRD tersebut melakukan suatu perbuatan yang jauh dari representasi wakil rakyat, salah satunya adalah pribadi anggota DPRD Itu sendiri.

Tetapi asumsi yang berkembang dalam masyarakat sudah terlanjur menganggap bahwa ini adalah bentuk kegagalan partai dalam melakukan rekrutmen poitik dan kaderisasi politik.

Terkait dengan jalannya pemerintahan di daerah, rekrutmen caleg (DPRD) memiliki peran yang sangat menentukan. Kualitas anggota legislatif di daerah sangat ditentukan oleh rekrutmen yang dilakukan oleh partai-partai politik yang menjadi peserta pemilu. Sehingga ada suatu pengaruh yang cukup signifikan antara rekrutmen anggota DPRD dengan kinerja dari DPRD itu sendiri. Bisa tidaknya anggota DPRD memainkan tugas dan wewenangnya9. sebagaimana yang

9 Undang undang No.32 Pasal 42 ayat 1 tentang pemerintah daerah.

(14)

diatur dalam pasal 42 ayat (1) Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah tergantung dari kualitas dan kredibilitas anggota dewan tersebut yang kemudian akan sangat berpengaruh terhadap kualitas jalannya pemerintahan daerah, karena DPRD merupakan mengemban tugas pengendalian dan pengawasan atas jalannya pemerintahan daerah10. Dengan demikian DPRD bertanggungjawab melaksanakan salah satu fungsi manajemen pemerintahan daerah yaitu pengendalian dan pengawasan (controlling and supervision).

Hal tersebut mengindikasikan bahwa peran dan fungsi yang diemban oleh para legislator daerah (DPRD) tidaklah mudah. Butuh orang orang yang memang memiliki kapasitas yang memadai dalam menjalankannya. Merancang, membahas dan menetapkan Peraturan Daerah serta mengawasi jalannya pemerintahan yang dilaksanakan eksekutif bukanlah perkara yang bisa ditangani oleh orang-orang biasa yang tidak berkemampuan. Oleh karena itu partai politik sangat bertanggungjawab dalam mempersiapkan individu-individu yang mampu, mau dan berkompeten menjadi anggota legislatif.

Atas dasar pemikiran tersebut maka penulis memiliki niat dan ide untuk meneliti tentang bagaimana model rekrutmen yang dijalankan oleh partai politik pada pemilu 2019. Penelitian yang difokuskan oleh penulis adalah tentang rekrutmen calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kabupaten oleh partai politik pada pemilu 2019. Adapun yang dijadikan obyek penelitian adalah Partai solidaritas indonesia. Penulis mengkaji secara analitis bagaimana model rekrutmen yang dijalankan oleh Partai solidaritas indonesia.

Di samping latar belakang tersebut, peneliti memilih Partai solidaritas indonesia dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

1. Partai solidaritas Indonesia merupakan salah satu partai yang masih baru dan merupakan partai yang masih bertarung untuk kancah perpolitikan Indonesia.

2. Partai solidaritas Indonesia merupakan partai yang semua kader na di isi oleh kaum milenial ( tergolong masih muda ).

10 Undang – undang nomor 32 pasal 42 ayat 1

(15)

3. partai solidaritas Indonesia merupakan partai yang belum pernah melahirkan sosok yang duduk dikursi parlemen sehingga perlu dikaji proses penetapan dan proses pemilihan kandidat nya.

Dengan melihat permasalah yang telah diuraikan diatas dijadikan landasan pijakan alasan penulis untuk mengkaji bagaimana peranan rekrutmen politik di Partai solidaritas Indonesia menentukan partisipasi masyarakat untuk memilih khususnya di daerah kabupaten dairi, dengan ini peneliti terdorong untuk melaksanakan penelitian ini dengan judul : “Proses Penetapan Daftar Calon Tetap ( DCT ) Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah ( DPRD )Yang Di Usung Oleh DPD Partai Solidaritas Indonesia di Kabupaten Dairi”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan yang relevan sebagai berikut :

1. DPRD kabupaten dairi dinilai kurang inisiatif untuk menciptakan kebijakan-kebijakan yang seharusnya mendapat perhatian khusus, misalkan kemiskinan dan pariwisata.

2. Kurangnya upaya partai politik untuk meningkatkan kualitas caleg yang hendak diusung.

3. Popularitas dari caleg semata-mata hanya digunakan partai politik untuk mendongkrak suara partai.

4. Di tingkat lokal, partai solidaritas Indonesia akan sangat sulit meng kampanyekan karena sulit nya akases di masyarakat

5. Penetapan dan pengenalan pola rekrutmen calon anggota DPRD dari partai solidaritas Indonesia.

(16)

C. Pembatasan Masalah

Dari beberapa masalah yang timbul sehubungan dengan pola rekrutmen partai politik terhadap calon legislatif yang mereka ajukan, serta keterbatasan yang ada pada peneliti, baik pikiran, tenaga, waktu, dan biaya maka penelitian ini lebih difokuskan untuk mengetahui:

1. Proses rekrutmen caleg DPRD kabupaten diairi yang di berlakukan Partai Solidaritas Indonesia tahap awal hingga tahap akhir.

2. upaya yang dilakukan Partai Solidaritas Indonesia untuk meningkatkan kualitas caleg agar sesuai dengan harapan masyarakat.

3. Faktor-faktor apa saja yang menetukan dalam penentuan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah oleh Partai Solidaritas Indonesia pada pemilu 2019

D. Rumusan Masalah

Pemilu merupakan sebuah mekanisme yang dijalankan dalam sebuah negara demokrasi untuk melaksanakan kedaulatan rakyat. Pada Pemilu 2019 mendatang khususnya di Kabupaten Dairi akan menjadi ajang pembuktian bagi partai-partai politik beserta dengan calon yang diusung untuk mendapatkan suara terbanyak. Dimana pemenang dalam Pemilu 2019 mendatang akan mendapatkan kursi di DPRD Kabupaten dairi dan akan menjabat sebagai wakil rakyat yang memiliki fungsi-fungsi seperti legislasi, penganggaran dan pengawasan. Dalam hal ini penetapan calon-calon legislatif oleh partai politik merupakan sebuah hal penting yang harus dilakukan oleh partai politik. Proses penetapan tersebut biasanya dapat dilakukan melalui mekanisme rekrutmen politik. Dimana rekrutmen politik merupakan sebuah fungsi dari sebuah partai politik. Perumusan masalah merupakan penjelasan mengenai alasan mengapa masalah yang dikemukakan dalam penelitian itu dipandang menarik, penting dan perlu untuk diteliti. Perumusan masalah juga merupakan suatu masalah yang menyatakan secara tersurat pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan pemecahannya11.

11 Husni Usman dan Purnomo, 2000. Metodologi Penelitian Sosial.Bandung: Bumi Aksara,Hal.26

(17)

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah, penelitian ini menitik beratkan pada pola dan tahap rekrutmen caleg DPRD kabupaten dairi dari Partai solidaritas Indonesia terkait dengan usaha mereka menemukan calon wakil rakyat yang memiliki nilai keterpilihan.

Berikut merupakan rumusan masalah terkait dengan penelitian ini:

1. Bagaimana pola rekrutmen yang di lakukan Partai solidaritas Indonesia terhadap calon anggota legislatif (caleg) DPRD Kabupaten Dairi?

2. Apa saja upaya dan yang dilakukan Partai Solidaritas Indonesia untuk meningkatkan kualitas caleg agar sesuai dengan harapan masyarakat?

3. Faktor-faktor apa saja yang menetukan dalam penentuan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah oleh Partai Solidaritas Indonesia pada pemilu 2019?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian, dan adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana proses seleksi calon anggota DPRD Kabupaten Dairi yang di usung oleh Partai Solidaritas Indonesia.

2. Untuk mengetahui faktor penentu yang menentukan dalam penetuan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang dilakukan oleh Partai Solidaritas Indonesia pada pemilu 2019.

3. Menganalisa sejauh mana konsistensi Partai Solidaritas Indonesia Menerapkan Peraturan Yang disepakati Dalam hal Rekrutmen Bakal Calon anggota DPRD.

F. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat, baik itu untuk peneliti itu sendiri dan terlebih lagi untuk masyarakat luas. Untuk itu menurut penulis manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, tentunya penelitian ini dapat mengasah kemampuan penulis dalam membuat suatu karya ilmiah dan melatih penulis untuk membiasakan diri untuk membaca dan membuat karya tulis ilmiah.

Melalui penelitian ini juga penulis dapat menambah pengetahuan penulis mengenai masalah yang di teliti.

(18)

2. Secara akademis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah referensi penelitian di bidang Ilmu Politik.

3. Bagi pembaca, karya ilmiah ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pengetahuan tentang pola rekrutmen calon anggota DPRD di Kabupaten dairi oleh Partai Solidaritas Indonesia.

G. Kerangka Teori G.1.Partai Politik

Menurut Miriam Budiarjo, partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan citacita yang sama.

Tujuan kelompok ini adalah memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik melalui cara yang konstitusional untuk melaksanakan kebijaksanaan yang mereka miliki12.

Menurut Sigmund Neumann, partai politik adalah dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai pemerintah serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan suatu golongan-golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan berbeda13. Maka dapat di simpulkan bahwa partai politik adalah kumpulan orang yang memiliki nilai dan cita-cita yang sama, terorganisir, dan memiliki tujuan yang sama untuk meraih kekuasaan politik dalam pemerintahan negara. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2008, partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan citacita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia bedasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 194514. Secara garis besar, peran dan fungsi partai politik dapat dibedakan menjadi dua.Pertama, peran dan tugas internal organisasi.Dalam hal organisasi partai politik memainkan peran penting dalam pembinaan, edukasi, pembekalan, kaderisasi, dan melanggengkan ideologi politik yang menjadi latar belakang pendirian partai politik.Kedua, partai politik juga

12 Miriam Budiardjo, 2010. Dasar-Dasar Ilmu Politik Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Hal. 127- 134

13 IbId

14 Undang- undang nomor 2 tahun 2008

(19)

mengemban tugas yang lebih bersifat eksternal organisasi.Disini peran dan fungsi organisasi partai politik terkait dengan masyarakat luas, bangsa dan negara.

G.1.1. Tujuan Dan Fungsi Partai Politik

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2008, tujuan umum dari partai politik adalah2315 :

1. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

2. Menjaga dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia 3. Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

4. Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia Sedangkan tujuan khusus partai politik adalah :

1. Meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakat dalam rangka penyelenggaraan kegiatan politik dan pemerintahan

2. Memperjuangkan cita-cita partai politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

3. Membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2008, fungsi dari partai politik adalah16

1. Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

2. Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat

3. Penyerap, penghimpun dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara

4. Partisipasi politik warga negara Indonesia

15 Undang – undang No.08 Tahun2008

16 Ibid,No.02 Tahun 2008

(20)

5. Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.

G.2. Rekrutmen Politik

Rekrutmen politik berasal dari dua (2) kata yaitu rekrutmen dan politik.Rekrutmen berarti penyeleksian dan politik berarti urusan Negara.Jadi rekrutmen politik adalah penyeleksian rakyat untuk melaksanakan urusan Negara.

Menurut KKBI , rekrutmen politik adalah pemilihan dan pengangkatan orang untuk mengisi peran tertentu dalam sistem sosial berdasarkan sifat dan status (kedudukan). Seperti suku, kelahiran, kedudukan sosial dan prestasi atau kombinasi dari kesemuanya17.

Rekrutmen merupakan suatu proses dimana individu diseleksi untuk menjalankan peranan-peranan politik dan pemerintahan melalui kriteria-kriteria tertentu. Defenisi yang lebih lengkap mengenai rekrutmen calon legislatif adalah sebagai pemilihan orang-orang untuk mengisi peran dalam sistem. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rekrutmen merupakan suatu proses pemilihan terhadap individu-individu yang dianggap mampu dan memiliki potensi serta kecakapan yang memadai untuk dicalonkan menduduki jabatan-jabatan publik, terutama untuk lembaga legislatif dan dalam tahap selanjutnya ditentukan oleh pilihan masyarakat dalam melalui wadah pemilihan18.

Tujuan dari rekrutmen politik adalah terpilihnya penyelenggara politik (pemimpin pemerintahan Negara) dari tingkat pusat hingga tingkat terbawah (lurah/desa) yang sesuai dengan kriteria (persyaratan) yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau yang ditentukan melalui konvensi (hukum tidak tertulis) yang berlaku dalam masyarakat (rakyat) Indonesia. Masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban menjadi obyek dalam rekrutmen politik adalah seluruh masyarakat Indonesia yang sah sebagai warga negara Indonesia berdasarkan UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya. Dengan kata lain setiap WNI, baik pria maupun wanita dengan tanpa membedakan suku, agama, ras, warna kulit dan lainnya, memiliki kedudukan

17 A. Rahman. 2007. Sistem Politik Indonesia, Yogyakarta : Graha Ilmu. hal. 246

18 Hasel tangisan,Ibid,hal.157

(21)

yang sama untuk memperoleh kesempatan mengikuti rekrutmen politik diseluruh tingkatan (hirarki) atau struktur politik yang ada. Ada beberapa kriteria prestasi yang dapat digunakan dalam proses seleksi elit politik yaitu19 :

1. Keahlian teknis, dimana keahlian ini sangat dibutuhkan untuk melaksanakan peranan-peranan politik yang rumit dalam kaitannya dengan peranan dan proses social

2. Keahlian berorganisasi dan persuasi, dimana keahlian ini sangat penting untuk melaksanakan pembuatan keputusan politik atau kebijaksanaan pemerintah yang umumnya dilakukan oleh kaum elit, karenanya dibutuhkan keterampilan negosiasi atau mobilisasi orang atau pejabat yang terlibat dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya

3. Loyalitas dan reliabilitas politik yang menyangkut derajat kepercayaan politik dari berbagai kekuatan atau golongan di masyarakat, karena hal ini akan sangat membantu dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik Sistem politik menurut Nazaruddin Syamsudin dibagi menjadi 2 cara yaitu ;

1. Rekrutmen terbuka yaitu dengan menyediakan dan memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh warga negara untuk ikut bersaing dalam proses penyeleksian.

2. Rekrutmen tertutup yaitu adanya kesempatan untuk masuk dan dapat menduduki posisi politik tidaklah sama bagi setiap warga negara, hanya individu-individu tertentu yang dapat direkrut untuk menempati posisi dalam politik maupun pemerintahan, seperti dengan adanya pertemanan, pertalian keluarga dan lainnya.

Menurut Miftah Thoha ada tiga sistem yang digunakan dalam proses rekrutmen yaitu20 :

1. Sistem patronit (patronage system) atau dikenal sebagai sistem setia kawan yaitu proses rekrutmen berdasarkan kawan, dimana dalam mengangkat seseorang untuk menduduki jabatan baik dalam bidang pemerintahan maupun politik dengan pertimbangan yang bersangkutan masih kawan dekat, sanak famili, dan ada juga karena daerah asal sama.

Sistem ini juga didasarkan atas dasar perjuangan politik karena memiliki satu aliran politik, ideologi dan keyakinan yang sama tanpa memperhatikan keahlian dan keterampilan

2. Sistem merita (merit system) Sistem ini berdasarkan atas jasa kecakapan seseorang dalam usaha mengangkat atau menduduki pada jabatan tertentu sehingga sistem ini lebih obyektif karena atas dasar pertimbangan kecakapan. Penilaian obyektif tersebut pada umumnya ukuran yang dipergunakan adalah ijasah pendidikan, sistem ini sering dikenal dengan “spoil system”

19 Ibid,

20https://www.kemhan.go.id/badiklat/2014/12/02/penerapan-merit-system-perekrutan-dan- pembinaan-karier.html

(22)

3. Sistem karir (career system) Sistem ini dipergunakan secara luas untuk menunjukkan pengertian suatu kemajuan seseorang yang dicapai lewat usaha yang dilakukan secara dini dalam kehidupannya baik dunia kerja maupun politik. Guna memberikan pelayanan dan perlindungan kepada masyarakat. Proses rekrutmen dilakukan secara terbuka, semi tertutup, bahkan secara tertutup. Derajat keterbukaan rekrutmen akan ditentukan oleh derajat pelaksanaan demokrasi dalam sebuah negara.

Adapun beberapa pilihan partai politik dalam proses rekrutmen politik sebagai berikut21 :

1. Partisipan, yaitu merupakan pendukung yang kuat, loyalitas tinggi terhadap partai sehingga bias direkrut untuk menduduki jabatan strategis 2. Compartmentalization merupakan proses rekrutmen yang didasarkan pada

latar belakang pendidikan dan pengalaman organisasi atau kegiatan social politik seseorang, misalnya aktivis LSM

3. Immediate Survival yaitu proses rekrutmen yang dilakukan oleh otoritas pemimpin partai tanpa memperhatikan kemampuan orang-orang yang akan direkrut

4. Civil Service Reform merupakan proses rekrutmen berdasarkan kemampuan dan loyalitas seseorang calon sehingga bias mendapatkan kedudukan lebih penting atau tinggi.

Sedangkan Seligman memandang rekrutmen sebagai suatu proses yang terdiri dari:

1. Penyaringan dan penyaluran politik yang mengarah pada eligibilitas (pemenuhan syarat pencalonan) Proses ini merupakan kegiatan awal yang dilakukan sebagai wujud dari sistem demokratisasi, dimana semua warga negara mempunyai hak untuk terlibat secara langsung dalam proses pemilu baik sebagai pemilih maupun yang akan dipilih.

2. Pencalonan atau proses dua tahap yang mensyaratkan inisiatif dan penguatan. Pada tahap ini, tata cara pencalonan lebih ditentukan oleh pemerintah dan panitia pemilu, sebab kedua struktur inilah yang dimajukan konsestan memenuhi syarat yang diperlukan secara umum didalam proses penentuan wakil rakyat.

3. Seleksi yakni pemilihan calon elit politik yang sebenarnya. Proses seleksi merupaka tahap terakhir sebagai penentu. Pada tahap ini, mekanisme yang digunakan seharusnya didasari pada berbagai syarat yang telah ditetapkan seperti prestasi yang dimiliki calon, memiliki dedikasi yang tinggi serta loyalitas.

21 Prof. Firmanzah, Ph.D. 2011. Mengelola Partai Politik (Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik Di Era Demokrasi). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. hlm 71.

(23)

G.3. PEMILU

Pemilu adalah salah satu ciri yang harus ada pada negara demokrasi22. Dengan demikian pemilu merupakan sarana yang penting untuk rakyat dalam kehidupan bernegara, yaitu dengan jalan memilih wakil-wakilnya yang pada gilirannya akcan mengendalikan roda pemerintahan.Hasil pemilihan umum yang diselengarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap mencerminkan dengan cukup akurat mencerminkan aspirasi dan partisipasi masyarakat23.

Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat dikatakan bahwa pemilu merupakan suatu cara menentukan wakil-wakil yang akan menjalankan roda pemerintahan dimana pelaksanaan pemilu harus disertai dengan kebebasan dalam arti tidak mendapat pengaruh maupuntekanan dari pihak manapun juga. Semakin tinggi tingkat kebebasan dalam pelaksanaan pemilu maka semakin baik pula penyelenggaraan pemilu. Demikian juga sebaliknya, semakin rendah tingkat kebebasan maka semakin buruk pula penyelenggaraan pemilu. Hal ini menimbulkan anggapan yang menyatakan bahwa semakin banyak rakyat yang ikut pemilu maka dapat dikatakan pula semakin tinggi kadar demokrasi yang terdapat dalam menyelenggarakan pemilu.

Dalam rangka mewujudkan kedaulatan rakyat secara nyata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara diselenggarakan pemilu secara demokratis,transparan, jujur dan adil diselenggarakan dengan pemberian dan pemungutan suarasecara Iangsung, umum, bebas dan rahasia24.

pemilu merupakan sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam rangka ke ikutsertaan rakyat dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Pemilu bukan hanya bertujuan untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk dalam lembagaPermusyawaratan/perwakilan, melainkan juga merupakan suatu sarana

22Hasbi Umar, “Paradigma Baru Demokrasi di Indonesia: Pendekatan terhadap Pemilu DPR/DPRD ,Jurnal Innovatio Vol.VII, No.14 Edisi Juli-September 2008,hlm. 315.

23Miriam Budirjo. Dasar-Dasar Ilmu Politik. (Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama,2008), hlm.461

24 Lihat Pasal 1 Ayat (1) UU Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum.

(24)

untuk mewujudkan penyusunan tata kehidupan negara yang dijiwai semangat Pancasila dan UUD NKRI 1945.

Pemilu di Indonesia menggunakan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil25.

1. Langsung artinya sebagai pemilih mempunyai hak memberikan suaranya secara langsung dengan kehendak hati nuraninya tanpa perantara.

2. Umum artinya pemilu berlaku bagi semua warga Negara.

3. Bebas artinya setiap hak pilih bebas menentukan siapapun yang akan dipilih untuk mengemban aspirasinya tanpa ada paksaan, dan tekanan dari siapapun.

4. Rahasia artinya pemilih dijamin kerahasiaan pilihannya.

5. Jujur artinyasemua pihak yang terkait dengan pemilu harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

6. Adil artinya dalam penyelenggaraan pemilu setiap pemilihdan peserta pemilu mendapat perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan pihak manapun.

G.4. Pemasaran Politik ( Marketing Politik )

Pemasaran politik atau Marketing Politik menurut Nursal adalah serangkaian aktivitas terencana, strategis dan juga taktis, berdimensi jangka panjang dan jangka pendek, untuk menyebarkan makna politik kepada para pemilih26. filosofi marketing memberikan arahan bagaimana kita bisa menerapkan ilmu marketing dalam dunia politik. Karena pada dasarnya ilmu marketing melihat bahwa kebutuhan konsumen (stake holder) adalah hal terpenting sehingga perlu diidentifikasi dan dicari bagaimana memenuhi kebutuhan tersebut. Konsep marketing komersial berdasarkan pada premis bahwa semua perencanaan dan operasi perusahaan berorientasi pada pemuasan konsumen (stake holder). Menurut Firmanzah marketing politik adalah konsep permanen yang harus dilakukan terus- menerus oleh sebuah partai politik atau kontestan dalam membangun kepercayaan

25 Di akses melalui http://www.kpu.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=39(27 mei 2019)

26 Nursal. 2004.”political marketing,Jakarta,PT gramedia Pustaka Utama hal 23

(25)

dan image publik. Membangun kepercayaan dan image ini hanya bisa dilakukan melalui hubungan jangka panjang, tidak hanya pada masa kampanye. marketing politik harus dilihat secara komprehensif27:

a. Marketing politik lebih daripada sekadar komunikasi politik

b. Marketing politik diaplikasikan dalam seluruh proses organisasi partai politik. Tidak hanya tentang kampanye politik tetapi juga sampai pada tahap bagaimana memformulasikan produk politik melalui pembangunan simbol, image, platform, dan program yang ditawarkan.

c. Marketing politik menggunakan konsep marketing secara luas, tidak hanya terbatas pada teknik marketing, namun juga sampai strategi marketing, dari teknik publikasi, menawarkan ide dan program, dan desain produk sampai ke market intelligent serta pemrosesan informasi d. Marketing politik melibatkan banyak disiplin ilmu dalam

pembahasannya, seperti sosiologi dan psikologi. Misalnya produk politik merupakan fungsi dari pemahaman sosiologis mengenai simbol dan identitas, sedangkan faktor psikologisnya adalah kedekatan emosional dan karakter seorang pemimpin, sampai ke aspek rasionalitas platform partai.

e. Marketing politik bisa diterapkan dalam berbagai situasi politik, mulai dari pemilihan umum sampai ke proses lobi di parlemen.

Sesuai dengan penjelasan di atas maka diketahui bahwa marketing politik bukan dimaksudkan untuk 'menjual' kontestan pada publik, melainkan sebagai teknik untuk memelihara hubungan dengan publik agar tercipta hubungan dua arah.

G.4.1 Peran Marketing Politik

Menurut Firmanzah marketing politik memiliki peran yang ikut menentukan dalam proses demokratisasi28. Di negara-negara maju, partai-partai politik mengerahkan kemampuan marketing mereka untuk merebut sebanyak mungkin konstituen. Berbagai teknik yang sebelumnya hanya dipakai dalam dunia bisnis, sekarang ini telah dicangkokkan ke dalam kehidupan politik. Semakin canggih teknik marketing yang diterapkan dalam kehidupan politik.

Para anggota tim sukses berusaha 'menjual' jago mereka dengan berbagai cara yang seringkali kita rasakan tak ada bedanya dengan mengiklankan produk di media, mempromosikan outdoor maupun indoor. Segala taktik dipakai agar rating jago mereka tinggi dan rakyat memilihnya di bilik-bilik suara. Selain itu,

27 Firmanzah.2008.”Marketing Politik, Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta,Yayasan Pustaka Obor Indonesia.Hal156

28 Firmanzah.2008.”Marketing Politik, Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta,Yayasan Pustaka Obor Indonesia.Hal 319

(26)

marketing politik dapat memperbaiki kualitas hubungan antara kontestan dengan pemilih. Pemilih adalah pihak yang harus dimengerti, dipahami dan dicarikan jalan pemecahan dari setiap permasalahan yang dihadapi.

Marketing politik meletakkan bahwa pemilih adalah subjek, bukan objek manipulasi dan eksploitasi. Marketing politik tidak hanya bisa diterapkan di negara-negara maju, di negara-negara berkembang pun hukum-hukum marketing perlu diterapkan dalam dunia politik untuk menarik sebanyak mungkin pemberi suara.

Marketing politik tidak menentukan kemenangan sebuah partai politik atau kandidat Presiden. Marketing politik hanyalah sebuah metode dan peralatan bagi partai politik atau calon presiden untuk melakukan pendekatan kepada publik. Sistematisasi pendekatan yang dilakukan oleh kandidat perlu dilakukan mengingat selalu terdapat keterbatasan sumberdaya yang dimiliki setiap kandidat.

Persaingan merupakan fenomena yang tidak dapat dihindarkan dalam iklim demokrasi. Untuk dapat memegang kekuasaan, partai politik atau seorang kandidat harus memenangkan pemilihan umum dengan perolehan suara terbanyak di antara kontestan-kontestan lainnya. Menurut Firmanzah dalam kondisi persaingan politik, masing-masing kontestan membutuhkan cara dan metode yang tepat untuk bisa memenangkan persaingan29. mengukur kemenangan dalam dunia politik dilakukan dengan melihat siapa yang keluar sebagai pemenang dalam pemilihan umum. Namun, kemenangan ini juga harus dikaji dan dianalisis dengan hati-hati mengingat perimbangan kekuasaan yang ada di antara partai-partai politik.

Di kebanyakan negara berkembang, peran dan fungsi politik dilakukan oleh sekelompok kecil elit politik. Karena itu, seringkali mekanisme politiknya sangat ditentukan oleh dinamisitas elit-elit politik. Mobilisasi massa digerakkan oleh elit-elit politik. Orientasi pada tokoh masih terasa kuat. Satu tokoh yang berpengaruh akan menentukan berhasil tidaknya upaya suatu kelompok atau partai

29 Firmanzah.2012.”Marketing Politik, Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta,Yayasan Pustaka Obor Indonesia.Hal 147

(27)

dalam perebutan kursi. Kesadaran masyarakat kelas bawah relatif kecil untuk ikut serta mewarnai kebijakan-kebijakan publik.

Masyarakat kelas bawah masih pasif dan lebih banyak menunggu untuk digerakkan oleh elit politik. Hal ini tentunya membawa konsekuensi bahwa masyarakat kelas bawah seringkali dijadikan objek politik oleh para elit.

Mobilisasi mereka dilakukan untuk pencapaian tujuan elit politik. Selain itu, konsekuensi dari politik yang sangat tersentralisasi membuat kontrol sosial sulit dilakukan.

Fungsi kontrol lebih banyak dilakukan oleh kekuatan-kekuatan oposan elit politik. Begitu tersentralisasinya sehingga masyarakat lapisan bawah tidak dapat, atau sulit, mendapatkan informasi. Hal ini menyulitkan mereka untuk menganalisis apa sebenarnya yang terjadi. Marketing politik dapat berperan dalam pendistribusian informasi sehingga memudahkan akses pada informasi yang dulunya sulit dijangkau.

Besarnya peran para tokoh elit di negara-negara berkembang memberikan kesan bahwa marketing politik tidak diperlukan. Padahal tidak demikian. Fungsi marketing politik bukan sekadar untuk mempromosikan tokoh atau tokoh-tokoh partai belaka. Marketing politik juga berfungsi dalam pembelajaran politik kalangan bawah. Tujuan utama interaksi sosial dalam suatu masyarakat adalah membuat suatu sistem dapat memberdayakan (empowering) dan memampukan (enabling) masyarakat menjadi kritis. Masyarakat kritis yang dimaksudkan, dalam hal ini adalah masyarakat yang memiliki landasan dan kemampuan untuk terus menyikapi dan mengkritisi setiap perkembangan kondisi yang ada. Sikap kritis ini terutama ditujukan pada setiap kebijakan dan keputusan elit politik.

Masyarakat yang kritis adalah masyarakat yang, dalam beberapa hal, mengetahui dari mana mereka berasal, mengetahui bagaimana evolusi berjalan untuk mencapai tahapan sekarang, juga, untuk memahami tujuan kolektif yang ingin dicapai. Masyarakat kritis juga masyarakat yang dapat mengevaluasi setiap aktivitas politik, baik yang dilakukan elit politik, partai politik atau kontestan individual.

(28)

Marketing politik dilihat sebagai suatu proses yang dapat meningkatkan daya kritis masyarakat dalam berpolitik. Agar rakyat tidak selalu menjadi korban dan objek manipulasi para elit politik, masyarakat perlu diberdayakan dan perlu ada kondisi yang memungkinkan proses pembelajaran politik. Untuk dapat menciptakan masyarakat yang kritis, marketing politik harus melalui serangkaian tahapan. Peran dan fungsi marketing politik dalam usaha menciptakan masyarakat yang kritis dalam dunia politik meliputi30:

1. Distribusi Informasi Politik Marketing politik membantu sebagai media distribusi dan penyebaran sejumlah hal ke masyarakat luas (Hal ini sangat bertolak belakang dengan keadaan yang berlaku dalam sistem politik tertutup, di mana distribusi dan penyebaran informasi serta pengetahuan politiknya terbatas pada suatu (kelompok tertentu).

Dengan demikian, marketing politik sekaligus merupakan media partisipasi.

Hal pertama yang disebarkan dan diseminasi oleh marketing politik ke masyarakat adalah informasi dan pengetahuan (know ledge) tentang politik. Melalui aktivitas marketing seperti Man dan promosi, informasi serta pengetahuan akan dapat dengan mudah disebarluaskan oleh partai politik dan kontestan. Tidak hanya informasi tentang partai politik dan kontestan yang tersedia dalam pasar, melainkan informasi tentang kondisi dan harapan-harapan konstituen pun akan terbuka.

Informasi dan pengetahuan tidak hanya satu arah dari konstituen ke partai politik, namun juga informasi tentang partai politik yang diterima konstituen. Kedua belah pihak saling membutuhkan informasi dan pengetahuan satu sama lain. Marketing politik merupakan aktivitas yang dilakukan oleh partai politik dan kontestan individu dalam merancang isu-isu yang akan dilempar ke masyarakat, mengkomunikasikan solusi yang hendak diterapkan ketika berkuasa, ideologi partai dan kontrol sosial terhadap partai/individu yang berkuasa.

30 Ibid,

(29)

Marketing politik dilakukan dengan melibatkan media TV, radio, koran dan pamflet yang mencoba melontarkan semua hal yang perlu disampaikan kepada publik. Persaingan antarpartai politik, masing- masing kontestan mencoba bersaing untuk memengaruhi opini publik.

Marketing politik dalam peran ini membuat masyarakat tidak buta informasi. Mereka tidak lagi memilih asal memilih, melainkan lebih mempertimbangkan banyak hal ketika memutuskan akan memilih jago mereka. Melalui media promosi, iklan, konferensi pers, talk show dan debat publik, partai politik atau kandidat perseorangan dapat meningkatkan ketersediaan informasi yang nantinya sangat dibutuhkan oleh pemilih dalam menentukan kandidat mana yang akan dipilih.

marketing politik juga semakin meningkatkan ketersediaan informasi politik yang dapat diakses masyarakat. Melalui marketing politik, informasi yang tadinya tertutup dan hanya dikonsumsi sejumlah elit politik tertentu sekarang menjadi semakin terbuka untuk menjadi konsumsi publik. Masyarakat pun menjadi semakin mudah mengakses informasi yang dulunya sulit sekali didapatkan. Melalui pemberitaan, aktivitas promosi dan iklan partai, jumlah informasi yang tersedia di masyarakat akan semakin meningkat.

2. Edukasi politik Masih berkaitan dengan peran informatif, marketing politik berguna untuk proses pembelajaran terbuka bagi setiap elemen yang terdapat dalam suatu negara. Dari informasi memadai yang mereka dapatkan, masyarakat niscaya mendapatkan pelajaranpelajaran yang berfaedah bagi mereka, terutama dalam memilih calon yang tepat.

Pembelajaran ini dapat terwujud karena sesungguhnya masingmasing pihak akan memetik hasil dari interaksi yang tercipta selama berlangsungnya proses marketing politik. Proses pertukaran informasi membuat masing-masing aktor politik dapat lebih mudah memahami hal-hal yang diinginkan pihak lain. Partai poiltik dapat belajar untuk memahami konstituen dan masyarakat secara luas untuk meningkatkan pemahaman berpolitik.

(30)

Marketing politik merupakan aktivitas yang dapat melibatkan banyak pihak sekaligus. Karena apa pun yang dilakukan aktor politik akan dapat dilihat, dianalisis, dievaluasi dan dikontrol oleh pihak lain, sejumlah aktor social dapat menggunakan marketing politik sebagai media pembelajaran. Bahkan kalangan LSM dapat memanfatkan teori- teori marketing politik untuk mendidik masyarakat dalam politik.

Dengan begitu, LSM bisa menyelenggarakan fungsinya sebagai penyedia informasi politik yang berguna bagi masyarakat. masyarakat secara luas juga perlu mendapatkan pembelajaran politik. Proses pembelajaran yang paling bermanfaat bagi kalangan luas adalah pembelajaran seluruh masyarakat itu sendiri. Dengan marketing politik, masyarakat diajak berkenalan dengan proses demokrasi yang sesungguhnya.

Masyarakat dapat melakukan proses pembelajaran dari aktivitasaktivitas yang tercipta dalam marketing politik. masyarakat bisa mengetahui hak dan kewajiban dalam politik, perilaku para aktor politik, output atau realisasi janji-janji partai politik atau kandidat individu, dan semua peraturan yang terkait dalam kehidupan berpolitik.

3. Kesadaran politik Melalui proses edukasi politik, masyarakat akan sadar akan hak dan kewajiban politik mereka. Pemberian dan penyediaan informasi politik membuat masyarakat perlahan dan pasti.

penyadaran akan hak dan kewajiban, diharapkan akan muncul transformasi sosial politik dalam masyarakat. Transformasi yang paling diharapkan dengan adanya marketing politik adalah perubahan paradigma. Perubahan ini dapat terjadi di sisi kontestan (partai politik dan kandidat individu) maupun di sisi masyarakat luas. Dari sisi kontestan: adanya marketing politik dan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat luas terhadap hak dan kewajiban politik mereka, membuat partai politik dan kontestan individual menjadi lebih berhati- hati dan menempatkan konstituen sebagai tuan, bukannya sebagai objek yang akan dieksploitasi.

(31)

Dengan adanya marketing politik, semua anggota masyarakat akan lebih mampu memahami bentuk politik yang sebenarnya. Segala yang berlangsung dalam politik adalah 'rahasia umum' dalam batas-batas tertentu. peran elit politik yang kuat. Mereka mempunyai kekuasaan lebih besar dalam menentukan gerak jalannya negara dan bangsa.secara umum marketing politik telah membuka keran-keran informasi bagi masyarakat.

4. partisipasi dan Keterlibatan Politik Seiring dan sejalan dengan semakin teredukasinya masyarakat dan semakin tingginya kesadaran politik masyarakat, semakin meningkat juga keterlibatan dan partisipasi politik masyarakat. Marketing politik juga dapat meningkatkan partisipasi dan keterlibatan semua pihak dalam kehidupan politik.

Marketing politik tidak hanya melibatkan partai-partai politik dan kontestan individu, melainkan semua lapisan masyarakat termasuk media dan pers pun terlibat selama periode kampanye maupun periode non kampanye. Masing-masing pihak berhak ikut serta dalam kehidupa. berpolitik. Bahkan regulator pun membutuhkan marketing politik untuk menangkap aspirasi semua pihak dan menerjemahkannya dalam peraturan formal yang mengikat para peserta pemilihan umum.

Marketing politik memungkinkan adanya interaksi semua pihak serta dihindarinya dominasi satu kelompok tertentu. Hal ini membuat partisipasi dan keterlibatan semua pihak meningkat. Salah satu penyebab meningkatnya partisipasi dan keterlibatan politik adalah meningkatnya rasa kepemilikan politik. Dengan semakin terbukanya sistem politik, dan semakin meningkatnya hak-hak berpolitik.

masyarakat luas memiliki kesempatan untuk berperan serta mewarnai kehidupan politik melalui kebebasan bergabung dan mendirikan suatu partai tertentu. Hal ini memungkinkan semakin besarnya masyarakat yang tergabung dan berperan aktif dalam suatu partai politik, keterlibatan dan intensitas dalam kehidupan politik secara langsung pun semakin meningkat.

(32)

Dengan semakin meningkatnya keterlibatan semua pihak dalam kehidupan politik, diharapkan semakin meningkat pula ikatan dan rasa memiliki pada diri semua elemen di dalam kehidupan politik.

Marketing politik diyakini dapat meningkatkan ikatan rasional maupun emosional kontestan dengan para pendukungnya. Serangkaian aktivitas marketing politik membuat hubungan antara kontestan dengan konstituen menjadi lebih intens. Masyarakat kritis adalah masyarakat yang mengetahui apa yang diinginkan dan dibutuhkan, juga mengetahui mengekspresikannya.

Masyarakat yang kritis akan melakukan kontrol sosial terhadap setiap kebijakan dan aktivitas politik yang dilakukan pemerintah maupun kontestan. Masing-masing pihak akan dapat melakukan kontrol terhadap pihak lain. Masyarakat yang kritis menuntut adanya praktik politik yang lebih transparan dan terbuka. Masyarakat tidak hanya memerhatikan hal-hal yang bersifat nyata dan tampak di permukaan, namun juga perlu mengetahui proses disusunnya suatu keputusan politik.

G.4.2 Pendekatan Marketing dalam Politik

Strategi pemasaran politik merupakan berbagai kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh kandidat dalam memasarkan muatan-muatan politik, seperti visi dan misi, idiologi (platform), program dan identitas kontestan yang akan mengikuti pemilihan umum. Strategi pemasaran politik harus dilaksanakan dengan maksimal umtuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Nursal pemasaran politik dilaksanakan dengan langkah strategis untuk menyampaikan berbagai muatan ide dan gagasan politik agar masyrakat tidak buta informasi akan politik31. Rakyat akan semakin matang dalam mempertimbangkan, memtuskan dan menjatuhkan pilihan mereka pada hari pemun gutan suara. Salah satu strategi pemsaran politik dilakasanakan dengan positoining politik, yaitu semua aktivitas untuk menanamkan kesan di benak

31 Nursal. 2004.”political marketing,Jakarta,PT gramedia Pustaka Utama hal 75

(33)

konsumen agar mereka bisa membedakan produk dan jasa yang dihasilkan oleh organisasi.

Menanamkan dan menempatkan image dalam benak masyarakat tidak hanya terbatas pada produk saja dan jasa, karena organisasi perusahaan secara keseluruhan juga pelu ditambahkan dalam benak konsumen. Hal-hal seperti kredibilitas dan reputasi dapat digunakan sebagai media untuk melakukan Positioning. Ketika konsep ini diadopsi dalam iklim persaingan, kandidat harus mampu menepatkan produk politik dan image politik dalam benak masyarakat.

Untuk dapat tertanam, produk dan image politik harus memilik sesuatu yang berbeda dibandingkan dengan produk politik lainnya.

Masing-masing kandidat harus berusahan menjadi dominan dan menguasai benak masyarakat. Posisi yang kuat dalam benak masyarakat membantu suatu kandidat selalu diingat dan menjadi referensi bagi masyarakat ketika mereka dihadapkan pada serangkaian pilihan politik. Menjadi referensi berarti bahwa kandidat tersebut menjadi acuan dan pertama kali muncul dalam benak masyarakat ketika mereka dihadapkan pada suatu permasalahan.

Koalisi seringkali muncul sebagai upaya untuk meningkatkan kekuatan tawar-menawar sekaligus untuk menjaga stabilitas pemerintah. Dalam konteks inilah kontestan membutuhkan metode dan konsep yang tepat. Di tengah-tengah era demokratisasi dan kapitalisme, strategi-strategi marketing merupakan cara yang tepat untuk menghasilkan kemenangan dalam pemilihan umum.

Tentunya metode dan konsep marketing memerlukan banyak sekali adaptasi dengan situasi dan kondisi dunia politik. Tidak semua metode marketing dapat langsung digunakan dalam konteks dunia politik. Namun, partai politik dan kontestan sangat membutuhkan metode efektif untuk bisa membangun hubungan jangka panjang dengan konstituen dan masyarakat luas.

Marketing yang diadaptasi dalam dunia politik dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas transfer ideologi dan program kerja, dari kontestan kemasyarakat. marketing dapat memberikan inspirasi tentangcara suatu kontestan dalam membuat produk berupa isu dan program kerja berdasarkan

(34)

permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi masyarakat. Dunia politik pun tidak kebal terhadap persaingan. Persaingan terjadi untuk memperebutkan hati konstituen dan membuat mereka memilih kandidat (partai politik ataukontestan individu) masing-masing selama periode pemilihan umum. Firmanzah menyatakan bahwa terdapat tiga jenis strategi pendekatan pasar, antara lain adalah32:

a. Push-marketing Pada strategi ini partai politik berusaha mendapatkan dukungan melalui stimulan yang diberikan kepada pemilih. Masyarakat perlu mendapatkan dorongan dan energi untuk pergi ke bilik suara dan memilih kandidat tersebut. Disamping itu partai politik perlu menyediakan alasan yang rasional maupun emosial kepada pemilih untuk memotivasi mereka agar mereka bersedia mendukung kandidat tersebut.

b. Pass-marketing Strategi ini menggunakan individu maupun kelompok yang dapat mempengaruhi opini pemilih. Sukses tidaknya penggalangan massa akan sangat ditentukan oleh pemilihan tokoh yang berperan tersebut. Semakin tepat tokoh yang dipilih, efek yang diraih pun semakin besar dalam mempengaruhi pendapat.

c. Pull-marketing Strategi ini menitik beratkan pada pembentukan image politik yang positif. kedua hal tersebut harus mampu membangkitkan sentimen. Pemilih cenderung memilih partai yang sama dengan apa yang mereka rasakan.

pemasaran politik yang dimaksud dalam penelitian ini mengadopsi Teori Adman Nursal, yang mengemukakan bahwa pada dasarnya pendekatan pemasaran politik (political marketing), dikembangkan dengan sembilan model yang disebut dengan 9P: positioning, policy, person, party, presentation, push marketing, pull marketing, pass marketing dan polling33. Untuk mempersempit kajian maka dalam penelitian ini hanya akan dibahas tiga strategi yaitu sebagai berikut:

a. Push marketing Penyampaian produk politik secara langsung kepada para pemilih. Produk politik tersebut berupa kandidat yang mencalonkan diri pada suatu pemilihan umum dan kandidat itu sendiri.

Strategi push marketing dilakukan dengan kegiatan kampanye politik secara langsung seperti pertemuan akbar, pengajian ibu-ibu dan bakti sosial.

32 Firmanzah.2012.”Marketing Politik, Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta,Yayasan Pustaka Obor Indonesia.Hal 217-218

33Nursal. 2004.”political marketing,Jakarta,PT gramedia Pustaka Utama hal 295 - 298

(35)

b. Pull marketing Penyampaian produk politik dengan memanfaatkan media massa. Media massa dalam aktivitas pemasaran politik memegang peranan yang sangat penting dalam memperkenalkan dan menyosialisasikan kandidat kepada masyarakat luas. Selain itu melalui media massa, kandidat dapat menyebarluaskan visi, misi dan program mereka kepada calon pemilih. Strategi pull markteing dilakukan dengan kampanye politik menggunakan media cetak (surat kabar) maupun media elektronik (televisi dan radio).

c. Pass marketing Penyampaian produk politik kepada influencer group atau pihakpihak yang memiliki pengaruh di masyarakat. Berbagai pihak yang memiliki pengaruh di masyarakat memiliki nilai strategis bagi kandidat, sebab dengan adanya daya pengaruh, para tokoh tersebut dapat meneruskan pesan-pesan politik yang disampaikan kandidat kepada masyarakat atau komunitasnya. Strategi pass marketing dilakukan dengan menjalin hubungan politik dengan para tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda.

Dalam hal ini kandidat dapat membuat kontrak/perjanjian politik dengan para tokoh tersebut sebagai suatu ikatan yang kuat, agar ketika kandidat yang dipasarkan memperoleh kemenangan, maka para tokoh tersebut dapat menuntut janji-janji politik yang dituangkan dalam kontrak, untuk kepentingan masyarakat di mana para tokoh tersebut berdomisili.

H. Metode Penelitian H.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang mencoba mengungkapkan dan menggambarkan rekrutmen calon anggota legislatif di Kabupaten dairi yang di usung oleh Partai Solidaritas Indonesia Kabupaten Dairi.Tujuan dari deskriptif adalah membuat, menggambarkan, meringkas berbagai kondisi dan situasi. yang masyarakat yang menjadi objek penelitian.

Dengan menetapkan fokus pada masalah yang akan diteliti diharapkan nantinya penelitian akan mendapat data yang maksimal untuk menggambarkan fenomena aktual yang terjadi.

H.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Solidaritas Indonesia Kabupaten Dairi yang bertempat di Jl. Sisingamangaraja No.

64 Sidikalang – Kabupaten Dairi .

Gambar

TABEL 1.  PEMBAGIAN KURSI DPRD KABUPATEN DAIRI
Tabel 2. Pendidikan Terahir Caleg PSI Dapil 2 Kabupaten Dairi
Tabel 3. Triangulasi Data Penelitian
Tabel 5. Nama Nama DCT DPRD DPD Kabupaten dairi DAPIL SATU
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) motivasi orang tua menyekolahkan di MTs Aswaja Tengaran, (a) orang tua menginginkan anaknya bisa disiplin dalam beribadah,

[r]

[r]

Teaching writing narrative text using anime helps students in organizing the ideas and make the students interested in teaching and learning process, but it cannot

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana bentuk pertunjukan Kesenian Dames Group Laras Budaya di Desa Bumisari Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga, serta

operasional pada penelitian ini yaitu tingkat penggunaan pembelajaran ICT (Information and Communication Technology)1. Tingkat penggunaan pembelajaran ICT (Information and

Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran strategi coping yang digunakan korban bullying verbal pada siswa kelas XI di SMA Negeri 11 Yogyakarta.. Penelitian menggunakan

Yang dimaksud dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan adalah bahan hukum publik yang bertanggung jawab kepada presiden dan berfungsi