MOTIVASI ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAK
DI MTs ASWAJA KEC. TENGARAN
KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
MUHAMAD FATIH ROHMAN
NIM 11113110
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
MOTTO
ا
ًقُلُخ ْمُهُ نَسْحَأاًنا َْيِإ َْيِْنِم ْؤُمْلا ُلَمْك َاَو
“ Dan orang mukmin yang paling sempurna Imanya adalah mereka yang paling
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk:
1. Kedua orang tuaku yang sangat saya hormati dan saya sayangi bapak Luqman dan Alm. Endang Budiani atas perjuangan yang mereka lakukan, segenap doa
dan seluruh pengorbanan yang telah dilakukannya, cita dan harapan membimbing dan mendidik dengan penuh kesabaran serta memberikan segalanya kepada saya sampai saat ini, senantiasa Allah meridhoinya.
2. Kepada keluarga kakak saya yang selama ini mendukung dan memfasilitasi segala apa yang saya butuhkan.
3. Kepada Mrs. T Putri yang selalu membantu dalam suka dan duka dalam pembuatan skripsi ini.
4. Kepada teman seperjuangan saya yang selalu ada untuk menyelesaikan skripsi
ini.
5. Kepada keluarga besar MTs Aswaja Tengaran yang berpartisipasi dan
ABSTRAK
Rohman, Muhamad Fatih, 2017. Motivasi Orang tua Menyekolahkan Anak di MTs Aswaja Kec. Tengaran Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd.
Kata Kunci: Motivasi orang tua, pendukung dan penghambat.
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui motivasi orang tua memasukkan anak di MTs Aswaja. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Apa motivasi orang tua menyekolahkan anak di MTs Aswaja Tengaran? (2) Apa yang mendukung dan menghambat motivasi orang tua menyekolahkan di MTs Aswaja Tengaran?. Dengan demikian, tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi orang tua menyekolahkan anak di MTs Aswaja Kec. Tengaran Kab. Semarang tahun pelajaran 2016/2017. Mengetahui pendukung dan penghambat motivasi orang tua menyekolahkan anak di MTs Aswaja Kec. Tengaran Kab. Semarang tahun pelajaran 2016/2017.
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field reserch) dan bersifat deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Keabsahan data diperoleh melalui triangulasi sumber. Data yang terkumpul dianalisis dengan cara reduksi data, penyajian data, dan verifikasi.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……….... i
HALAMAN LOGO………. ii
NOTA DINAS PEMBIMBING……… iii
HALAMAN PENGESAHAN ………. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KELULUSAN……… v
MOTTO……… vi
A. Latar belakang Masalah……….. 1
B. Fokus Penelitian……….. 5
C. Tujun Penelitian……….. 5
D. Kegunaan penelitian……… 6
E. Penegasan Istilah………. 6
F. Metode Penelitian……… 7
G. Sistematika Penulisan………. 16
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi ……….. 18
1. Pengertian motivasi……… 18
2. Fungsi dan tujuan motivasi……… 23
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi……….. 31
BAB III. PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs Aswaja Kec. Tengaran Kab. Semarang tahun 2016/2017……… 56
1. Lokasi dan potret sekolahan……… 56
B. Temuan Penelitian 1. Hasil wawancara dengan orang tua yang menyekolahkan anaknya di MTs Aswaja Tengaran………. 61
a. Motivasi Orang tau menyekolahkan anak di MTs Aswaja Tengaran……….. 61
b. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat motivasi Orang tua menyekolahkan anak di MTs Aswaja Tengaran… 65 BAB IV. PEMBAHASAN A. Motivasi orang tua menyekolahkan anak di MTs Aswaja Kec. Tengaran Kab. Semarang……… 69
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Batas Wilayah………. 56
Tabel 3.2 Jumlah Siswa... 57
Tabel 3.3 Jumlah Siwa dari Jenis Kelamin………. 57
Tabel 3.4 Sarana Prasarana………. 58
Tabel 3.5 Kepengurusan Sekolah………. 58
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Daftar Riwayat Hidup
Lampiran II : Surat Izin Penelitian
Lampiran III : Surat Keterangan Telah Meneliti
Lampiran IV : Pedoman Wawancara
Lampiran V : Kode Penelitian
Lampiran VI : Transkip Wawancara
Lampiran VII : Reduksi Data
Lampiran VIII : Daftar SKK
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting bagi bangsa dan
negara serta setiap manusia. Pendidikan merupakan suatu upaya memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada individu-individu guna mengembangkan bakat dan kepribadian
mereka.
Pendidikan dalam arti sempit adalah proses membimbing manusia
dari kegelapan ke kecerahan pengetahuan. Sedangkan pengertian pendidikan dalam arti luas yaitu pendidikan baik formal maupun informal meliputi segala hal yang memperluas pengetahuan manusia tentang dirinya
sendiri dan tentang dunia dimana mereka hidup. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdaasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
(Yusuf, 2006:7).
Anak adalah nikmat dan rahmat dari Allah SWT, memposisikan
dikhianati, karena pengkhianatan terhadap amanah berarti dosa setelah anak mencapai usia enam atau tujuh tahun, perkembangan jasmaniah dan
rohamniah mulai sempurna. Anak keluar dari lingkungan keluarga dan memasuki lingkungan sekolah, yaitu lingkungan yang besar pengaruhnya
terhadap perkembangan jasmaniah dan rohaniah (Maurice, 2003).
Orang tua dan anak-anak menghadapi banyak pilihan dan bahaya dalam menyelesaikan sekolah, sepanjang waktu tersebut orang tua secara
sungguh-sungguh menjalin komunikasi dengan anak-anak. Dan ini tidak mudah, komunikasi yang benar memerlukan kemauan untuk
mendengarkan, bertanya, kadang-kadang menahan pendapat kita sendiri sehingga kita dapat mendengarkan apa yang dikatakan anak-anak, dan memastikan kita tidak secara otomatis menganggap solusi yang benar bagi
kita, di jaman kita adalah benar bagi anak-anak di jaman mereka.
Tanggungjawab orang tua terhadap anak mencerminkan suatu ciri
khas pendidikan keluarga (Zulkifli, 2005). Di dalam pendidikan keluarga, anak mendapat bimbingan dan perawatan dalam rangka membentuk perwatakan dan kepribadian anak, untuk menjadikan dirinya sendiri yaitu
menjadi diri pribadi yang utuh. Di dalam kehidupan keluarga, kegiatan pendidikan berlangsung dengan sasaran pencerdasan spiritual, berupa:
1. Moral syukur dalam menerima setiap kelahiran, keberuntungan, dan nasib buruk sekalipun.
3. Moral ikhlas dalam menghadapi akhir kehidupan (kematian) dan bencana yang memusnahkan (Zulkifli, 2005).
Seorang anak bisa mendapatkan pendidikan dalam tiga tempat, yaitu pendidikan di keluarga, pendidikan di sekolah, dan pendidikan di
masyarakat. Ketiganya saling mempengaruhi satu sama lain, dan harus saling mendukung demi terciptanya pendidikan yang baik untuk membentuk orang menjadi baik. Pendidikan di lingkungan keluarga
merupakan tempat pertama bagi anak untuk mendapatkan pengetahuan yang dijadikan dasar ke jenjang selanjutnya, di mana orang tua bertindak
sebagai guru dan bertanggungjawab terhadap anak-anaknya.
Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam individu yang menyebabkan individu tersebut
bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan,
dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Motif adalah daya penggerak pada diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian
motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam
memenuhi kebutuhannya (Hamzah, 2008:3).
Orang tua harus bisa memilih pendidikan yang tepat untuk
dan kenakalan-kenakalan remaja sejenisnya. Oleh karena itu, agar kelak anak dapat hidup bermasyarakat, menjadi anggota masyarakat yang baik,
yang mengerti akan hak dan kewajibannya, dan mempunyai kepribadian yang baik pula, maka orang tua haruslah mendukung penuh dalam
memberikan pendidikan kepada anak, terutama pendidikan agama, karena pendidikan agama adalah pengetahuan dasar yang dijadikan pedoman sekaligus benteng dari hal-hal yang bersifat negatif.
Dari sinilah orang tua sudah sepatutnya termotivasi untuk mengarahkan pendidikan anaknya ke sekolah yang terbaik, yang di
dalamnya terdapat ilmu pengetahuan tentang keagamaan yang lebih, contohnya adalah Madrasah Tsanawiyah Aswaja.
Ada berbagai hal yang menjadikan alasan bagi peneliti untuk
meneliti di MTs Aswaja:
1. Motivasi orang tua yang menyekolahkan anak di MTs Aswaja, di
sisi lain ada beberapa sekolahan negeri yang berada tidak jauh dari MTs Aswaja, atau SPP yang murah daripada sekolah umum menjadikan orang tua termotivasi untuk menyekolahkan anaknya
di MTs tersebut, kemudian sekolahan yang dekat dengan rumah. 2. Fasilitas yang disediakan sekolahan berdampak pada pembelajaran.
Lembaga pendidikan yang mengajarkan agama lebih lengkap mempengaruhi sikap moral anak.
terutama dalam Pendidikan Agama Islam. Jika di SMP hanya ada satu Pelajaran Agama, di MTs Pelajaran Agama Islam dipecah lagi menjadi
beberapa pelajaran tersendiri, seperti Akidah Akhlak, fiqh, dan qur‟an
hadist.
Itulah mengapa penulis mengangkat penelitian dengan judul
“Motivasi Orang Tua Menyekolahkan Anak Di MTs Aswaja Kec.
Tengaran Kab. Semarang”, padahal pada dasarnya ada sekolah negeri yang
juga berada di sekitar MTs Aswaja tersebut. Sehingga sangatlah menarik jika diteliti mengapa orang tua memasukkan anaknya di sekolahan
tersebut.
B. Fokus penelitian
1. Apa motivasi orang tua menyekolahkan anaknya di Madrasah
Tsanawiyah Aswaja Tengaran?
2. Apa saja yang mendukung dan menghambat motivasi orang tua
menyekolahkan anaknya di Madrasah Tsanawiyah Aswaja Tengaran? C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui motivasi orang tua menyekolahkan anaknya di
Madrasah Tsanawiyah Aswaja Tengaran.
2. Untuk mengetahui hal-hal yang mendukung dan menghabat motivasi
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang Madrasah Tsanawiyah Aswaja Tengaran.
b. Hasil penelitian ini nantinya akan berguna pada pendidikan waktu sekarang dan yang akan datang.
2. Kegunaan Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan wawasan bagi peneliti.
b. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi refrensi para orang tua dalam memillih pendidikan yang terbaik untuk anaknya, dan juga bisa menjadi refrensi bagi Madrasah Tsanawiyah untuk menjadi
lebih baik. E. Penegasan Istilah
Untuk pemperjelas maksud dari judul di atas yang rupanya terhindar dari kesalahan penafsiran, maka perlu penulis menjelaskan sesuai dengan interprestasi yang dimaksud.
1. Motivasi
Motivasi berasal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagai
“daya penggerak yang telah menjadi aktif”. Motif menjadi aktif pada
saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan
2. Orang tua
Orang tua ayah ibu kandung, orang yang di anggap tua (cerdik,
pandai, ahli), orang yang di hormati di kampong (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1982: 688). Dalam hal ini yang dimaksud ialah
orang tua siswa MTs Aswaja. 3. MTs Aswaja
Madrasah Tsanawiyah Aswaja adalah lembaga pendidikan Islam
formal yang setingkat dengan Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP). Madrasah Tsanawiyah merupakan sekolah yang berciri khas agama Islam
yang menyelenggarakan program tiga tahun setelah Madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar. Dan ciri lain adalah tentang mata pelajaran keislaman sebagai dasar pembelajaran di MTs tersebut, disamping itu juga mata
pelajaran umum diberikan pada muatan kurikulum. F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang
analisisnya, tidak menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Penelitian ini menekankan analisisnya
pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika antara fenomena yang diamati dengan
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan di
tempat terjadinya gejala-gejala yang diselidiki (Spradley, 2006:7). Langkah awal dalam penelitian ini, peneliti terlebih dahulu
mempelajari beberapa buku yang terkait dengan penelitian ini. Hal ini dilakukan sebagai dasar acuan dan pembuktian atas teori yang mereka kemukakan.
Herminanto Sofyan, mengatakan bahwa motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam
diri individu yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Dikatakan pula bahwa motif tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah laku yang berupa
rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu (Sofyan, 2004:107).
Thamrin Nasution dan Mulhalijah Nasution menerangkan bahwa dalam pendidikan keluarga peran orangtua memberi pengaruh besar pada pendidikan anak. Keluarga mempunyai tanggungjawab
utama atas perawatan dan perlindungan anak sejak dari bayi sampai remaja dan mandiri. Dalam proses belajar mengajar agar dapat
mencapai tujuan pendidikan, ada dua faktor yang mempengaruhi jalanya proses belajar mengajar, yaitu:
a. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri anak, hal
b. Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar diri anak, hal ini meliputi keluarga, khususnya orangtua yang ikut menentukan
berhasil atau tidaknya anak dalam belajar. Sekolah, peranan guru sangat penting dengan jalan meningkatkan motivasi siswa,
mendidik dan membimbing siswa untuk dapat berprestasi dengan baik (Nasution dan mulhalijah, 2008:1).
Abdul Rahman Shaleh mengutip dari M. Usman Najati,
mengatakan bahwa motivasi adalah ketentuan-ketentuan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan
menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu. Motivasi memiliki tiga komponen pokok yaitu:
a. Menggerakan Dalam hal ini motivasi menimbulkan kekuatan pada
individu, membawa seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.
b. Mengarahkan Berarti motivasi mengarahkan tingkah laku pada sesuatu.
c. Menopang Artinya, motivasi digunakan untuk menjaga dan
menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan
individu (Shaleh, 2009:184). 2. Lokasi Penelitian
lintang (-7.4205273) dan bujur (110,518866), jarak dari jalan raya sekita 1 kilometer, melewati dua sekolahan negeri dan Swasta. MTs
Aswaja telah terakreditasi B dari tahun 2014-2019. 3. Sumber Data
a. Sumber Data Primer
Merupakan sumber data utama yang diperoleh langsung berhubungan dengan pembahasan skripsi ini, yaitu semua Orang
tua atau wali murid dari kelas satu sampai kelas tiga yang dipilih secara acak di masing-masing kelas.
b. Sumber Data Sekunder
Merupakan sumber data penunjang yang ada relevansinya dengan pembahasan skripsi ini, seperti buku-buku yang relevan,
dan lain-lain.
4. Prosedur Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Metode Wawancara
Adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (Interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara
(Arikunto, 1991:144). Dalam metode ini peneliti menggunakan metode wawancara terbuka, artinya pertanyaan-pertanyaan yang
jalannya wawancara dan akan membawa hasil yang akurat. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang motivasi orang tua
menyekolahkan anaknya di Madrasah Tsanawiyah. b. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti barang-barang yang tertulis (Hadi, 2005:114). Metode dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan
meneliti bahan-bahan yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, raport, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, dan Sebagainya (Azwar, 2000:5). Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang siswa dan orang tua siswa.
5. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis data
model Miles dan Huberman. Analisis data di lapangan model Miles dan Huberman dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan pada
periode tertentu. Aktifitas dalam analisis data model Miles dan Huberman, yaitu data reduction, data display, dan conclusion
drawing/verification (Sugiono, 2012:246).
a. Data Reduction/Reduksi data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dalam penelitian ini adalah merangkum, memilih, dan memfokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan motivasi
orangtua menyekolahkan anak di Madrasah Tsanawiyah Tengaran.
b. Data Display/Penyajian Data
Langkah selanjutnya adalah mendisplay data. Dengan
mendisplay data akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami dari penyajian data. Penyajian data dalam penelitian ini adalah dengan teks yang bersifat naratif.
c. Conclusion Drawing/Verification.
Langkah terakhir dari tehnik analisis data penelitian ini adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi. Yaitu menyimpulkan
data-data yang telah dianalisis dalam periode tertentu. Dalam penlitian ini adalah penarikan kesimpulan tentang motivasi orang tua menyekolahkan anak di Madrasah Tsanawiyah Tengaran.
6. Keabsahan Data
Ada empat kriteria keabsahan data yang digunakan yaitu:
kepercayaan (creadibility), keteralihan (transferaility), ketergantungan (dependebility), kepastian (konfermability) (Moleong, 2008:324). Akan
a. Kepercayaan (creadibility)
Criteria kreadibilitas ini berfungsi untuk melakukan
penelaahan data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai. Adapun teknik dalam penentuan kepercayaan ini
adalah masa memperpanjang masa observasi, menggunakan bahan referensi, membicarakan dengan orang lain serta mengadakan member check (proses pengecekan data yang dilakukan oleh
peneliti kepada informan/subjek). b. Ketergantungan (dependebility)
Criteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterprestasikan data sehingga data dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Lebih jelasnya adalah dikarenakan keterbatasan pengalaman, waktu dan pengetahuan dari
penulis, maka cara untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat dipertanggungjawabkan melalui audit ketergantungan oleh auditor independent oleh dosen pembimbing
Penulis melakukan criteria ini dalam pengecekan data dengan cara sesering mungkin melakukan bimbingan dengan dosen
pembimbing dan orang tua yang menyekolahkan anaknya, diharapkan dengan cara ini, penulis dapat mengetahui
c. Kepastian (konfermability)
Kriterian ini digunakan untuk menilai hasilpenelitian yang
dilakukan dengan cara mengecek data dan informasi serta interprestasi hasil penelitian yang didukun oleh data yang ada pada
pelacakan audit. Dengan cara penelitian wawancara langsung kepada informan (orang tua yang menyekolahkan anaknya) sehingga peneliti mendapat data yang pasti dan akurat.
7. Tahap-tahap Penelitian
Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu: sebelum ke
lapangan, pekerjaan lapangan, analisis data, penulisan laporan. Tahap yang ditempuh adalah sebagai berikut:
a. Tahap sebelum ke lapangan
Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigm dengan teori, penjajakan alat penelitian, mencakup
observasi pada lapangan dan permohonan ijin kepada subjek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian. b. Tahap pekerjaan lapangan
Tahap ini meliputi pengumpulan data-data yang berkaitan dengan motivasi orang tua menyekolahkan anak di Mts Aswaja
c. Tahap analisis data
Menurut Miles dan huberman dikutip Sugiono (2007:337).
Aktifitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
1) Mereduksi data berati merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak penting.
2) Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori dan sejenisnya. Yang paling
sering digunakan untuk penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
3) Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskriptif atau gambaran suatu objek
yang sebelumnya masih samar sehingga setelah diteliti menjadi jelas.
d. Tahap penulisan laporan
Tahap ini meliputi: kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai
pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan
yang sempurna. Langkah terakhir melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini peneliti sampaikan sistematika
penulisan skripsi agar dapat memberi gambaran isi skripsi secara singkat. BAB I Pendahuluan, meliputi: Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka,
Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II Landasan Teori, berisi dua sub bab. Bagian pertama
tentang Motivasi, meliputi: definisi motivasi, fungsi motivasi, dan macam-macam faktor motivasi. Bagian kedua tentang orang tua, meliputi: definisi orang tua, peran dan tanggung jawab orang tua dalam dunia pendidikan.
BAB III Hasil Penelitian, meliputi: Gambaran umum Madrasah Tsanawiyah Aswaja Tengaran, Data tentang motivasi orang tua
menyekolahkan anak di Madrasah Tsanawiyah Aswaja Tengaran dan data tentang faktor-faktor yang mendukung dan menghambat motivasi orang tua dalam menyekolahkan anaknya di Madrasah Tsanawiyah Aswaja
Tengaran.
BAB IV Analisis Hasil Penelitian, meliputi: analisis tentang
motivasi orang tua menyekolahkan anak di Madrasah Tsanawiyah Aswaja Tengaran. Dan analisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Motivasi
1) Pengertian Motivasi
Kata motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasarnya adalah motiv (motive) yang berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Dengan demikian motivasi berarti suatu
kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan (Nawawi, 2003). Dalam Kamus Umum bahasa
Indonesia disebutkan bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan tertentu (Kompri, 2015:1).
Menurut Sardiman dalam Motivasi Pembelajaran (2015:2), Motivasi berasal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagai “daya
penggerak yang telah menjadi aktif”. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak.
Setiap perbuatan yang tercermin lewat tingkah laku selain disebabkan oleh faktor yang ada di luar diri manusia, juga ditentukan oleh
faktor-faktor yang ada di luar diri manusia itu sendiri. Manusia berbuat karena di dorong oleh kekuatan yang ada dalam dirinya yang menjadi
manusia yang menyebabkan dia berbuat dan bertingkah laku disebut dengan motif.
Dalam psikologi, motif diartikan sebagai rangsangan, dorongan atau pembangkit, yaitu pembangkit tenaga untuk mewujudkan tingkah
laku. Selain motif dikenal pula istilah motivasi. Motivasi merupakan istilah yang lebih umum, yang menunjukkan kepada seluruh proses gerakan tersebut, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul
diakibatkan oleh suatu tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan. Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang
dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) mapun dari luar individu (motivasi
ekstrinsik). Abin syamsuddin makmun dikutip Sudrajad (dalam Kompri, 2015: 3) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat
dilihat dari beberapa indikator, diantaranya: 1) durasi kegiatan, 2) frekuensi kegiatan, 3) persistensi pada kegiatan, 4) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan, 5)
pengorbanan untuk mencapai tujuan, 6) tingkat aspirasi yang hendak di capai dengan kegiatan yang dilakukan, 7) tingkat kualifikasi prestasi atau
(output) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan, 8) arah sikap terhadap sasaran kegiatan.
dibalik pekerjaan yang dikerjakannya itu. Orang-orang berbeda dalam beberapa tujuan-tujuan yang ingin dicapainya, sedang apa tujuan-tujuan
lain mereka sepakat. Tujuan kadang-kadang bersifat pemuasan keperluan biologis, pemuasan kepuasan psikologispencapaian nilai-nilai tertentu, dan
lain-lain lagi tujuan yang ingin dicapai seseorang melaui aktivitas-aktivitas yang dikerjakan (Langgulung, 1986: 52).
Menurut Stagner (dalam Langgulung, 1986) mengemukakan
bahwa motivasi manusia ada pada tiga bagian, yaitu:
1. Motivasi-motivasi biologis yaitu yang mengatakan bentuk-bentuk
primer atau dasar yang menggereakan kekuatan seseorang, yang timbul sebagai akibat dari keperluan organic tertentu seperti lapar, dahaga, kekurangan udara dan letih, evolusi, menjauhi rasa sakit.
2. Emosi: seperti rasa takut, marah, gembira, cinta, benci, dan jijik, emosi-emosi seperti ini menunjukan adanya keadaan-keadaan dalam
yang mendorong seseorang untuk mengerjakan tingkah laku tertentu. 3. Nilai-nilai dan minat: seseorang bekerja sebagai motivasi-motivasi
yang mendorong seseorang membuat tingkah laku sesuai dengan
nilai-nilai dan minat yang dimilikinya. Sudan tentu orang yang beragama terdorog oleh nilai yang dimilikinyadalam segala tingkah lakunya.
masalah, permasalahan, situasi yang dapat didefinisikan sebagai suatu kesulitan yang perlu dipecahkan , diatasi atau disesuaikan.
Mayhew dalam Jarvis (2009: 35) menyatakan pengelolaan perilaku sangat membantu jika perilaku anak benar-benar bermasalah, bukan
termasuk dari perkembangan yang normal, dan perilaku tersebut menetap pada diri anak, berbeda dengan perilaku yang timbul karena situasi tertentu. Orangtua cenderung menggunakan hukuman secara berlebihan
untuk mengatur perilaku anak, dan ini bisa menimbulkan banyak masalah. Hukuman mengajarkan apa yang salah kepada anak, bukan apa yang
benar. Hukuman membuat anak menjadi marah, lagipula karena hukuman lebih membuat anak merasa marah atau takut, tingkat kegiatan fisiknya menjadi sangat tinggi dan menghambat pembelajaran.
Rumah adalah tempat pertama di mana anak memperoleh ilmu, sedangkan orangtua adalah guru pertama yang memberikan ilmu
kepadanya. Di rumah anak dapat belajar tentang banyak hal yang mendasar. Ilmu yang ia peroleh di rumah merupakan fondasi bagi hidup anak di masa depan. Oleh karena itu, orangtua harus selalu mengajarkan,
menambahkan, dan memupuk hal-hal yang baik kepada anak sejak ia masih kecil supaya menjadi suatu kebiasaan yang baik sampai ia dewasa
nanti. Karena anak merupakan hal yang sangat berharga di mata siapapun, khususnya orangtua. Anak adalah perekat hubungan di dalam keluarga,
Selain mengasuh, merawat dan membesarkan anak, orang tua mempunyai tugas yang tidak kalah penting yaitu memberikan pendidikan
yang terbaik bagi putra-putri mereka. Disini peran orang tua dalam hal pendidikan anak sudah seharusnya berada pada urutan pertama. Yang
harus dilakukan para orang tua antara lain memilih sekolah yang tepat untuk anak, membimbing mereka dalam belajar, sebagai vasilitator, dan sebagai pemberi motivasi atau motivator.
Di kalangan guru-guru sekolah negeri yang dijadikan sampel secara nasional. Kuesionar yang dibuat terdiri dari 17 macam pertanyaan
tentang problema guru yang dipandang potensial. Responden diminta untuk menunjukan bagi masing-masing guru mana suatu problema pokok dan tidak/bukan problema dilingkungan sekolah masing-masing.
Kemudian data yang terkumpul dari kuesioner itu dijadikan landasan analisis. Mereka mendapat 5 aspek pokok yang menyangkut kondisi dan
kompensasi tugas mengajar guru yang dipandang sebagai problema major +25% dari responden dan +40% responden yang menganggapnya sebagai problema minor. Ini menempatkan sejumlah guru yang mempunyai
problema dalam aspek-aspek tersebut dalam kedudukan antara 65-75% (Kompri, 2015: 84).
Perancangan pembelajaran bertolak dari sasaran dan telah diakui sebagai kerangka kerja yang mengadopsi berbagai teori yang ada,
peningkatan keberhasilan belajar, penerapan sangat bergantung pada guru dalam merancang tujuan pembelajaran (Kuswana, 2012: 237).
2) Fungsi dan tujuan motivasi
Tanpa adanya motivasi (dorongan) usaha seseorang tidak akan
dapat mencapai hasil yang baik, begitu juga sebaliknya. Demikian juga dalam mencapai hal belajar, belajar akan lebih baik jika selalu disertai dengan motivasi yang sungguh-sungguh. Maka tidaklah
mengherankan apabila ada seseorang yang mampu mencapai prestasi sesuai dengan yang diharapkan.
اَذِإَو
ۗ
ْمِه ِسُفْ نَأِب اَم اوُرِّ يَغُ ي َّٰتََّح ٍمْوَقِب اَم ُرِّ يَغُ ي َلَ َوَّللا َّنِإ
ٍلاَو ْنِم ِوِنوُد ْنِم ْمَُلَ اَمَو
ۗ
ُوَل َّدَرَم َلََف اًءوُس ٍمْوَقِب ُوَّللا َداَرَأ
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”
(Ar-Ra‟d: 11)
Dari ayat di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa
ternyata motivasi yang paling kuat adalah dari diri seseorang. Motivasi sangat berpengaruh dalam gerak-gerik seseorang dalam setiap
tindak-tanduknya.
Dalam kaitannya dengan tingkah laku keagamaan motivasi tersebut penting untuk dibicarakan dalam rangka mengetahui apa
dikerjakan seseorang. Disini peranan motivasi itu sangat besar artinya dalam bimbingan dan mengarahkan seseorang terhadap tingkah laku
keagamaan. Namun demikian ada motivasi tertentu yang sebenarnya timbul dalam diri manusia karena terbukanya hati manusia terhadap
hidayah Allah. Sehingga orang tersebut menjadi orang yang beriman dan kemudian dengan iman itulah ia lahirkan tingkah laku keagaman (Ramayulis, 2011:100).
Dalam proses belajar mengajar, motivasi mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting. Di antara fungsi motivasi belajar adalah:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak
dicapainya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut (Sardiman, 2007:85).
Fungsi lain dari motivasi adalah sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seorang melakukan suatu usaha karena adanya
motivasi. Motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukan hasil yang baik pula, atau dengan kata lain intensitas motivasi seorang siswa
Dapat diketahui bahwa fungsi motivasi dalam belajar itu di samping memberikan dan menggugah minat dan semangat dalam
belajar anak, juga akan membantu anak untuk memilih jalan atau tingkah laku yang mendukung pencapaian tujuan belajar maupun
tujuan hidupnya.
Dapat disimpulkan motivasi adalah keinginan untuk melakukan suatu tindakan. Suatu kondisi dimana keinginan-keinginan
(needs) pribadi dapat mencapai kepuasan. Motivasi yang ada pada setiap orang tidaklah sama, berbeda-beda antara yang satu dengan
yang lain. Untuk itu, diperlukan pengetahuan mengenai pengertian dan hakikat motivasi, serta kemampuan teknik menciptakan situasi sehingga menimbulkan motivasi/dorongan bagi mereka untuk berbuat
atau berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh individu lain atau organisasi.
3) Macam-macam Motivasi
Menurut Woodworth dan Marques (Suryabrata, 2006: 71) motif dibedakan menjadi tiga macam, yaitu kebutuhan organik, motif
darurat, dan motif objektif.
a. Kebutuhan-kebutuhan organik, yang meliputi kebutuhan untuk
b. Motif-motif darurat, yang mencakup dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dorongan untuk
berusaha, dan lain-lain.
c. Motif-motif objektif, yang mencakup kebutuhan melakukan
eksplorasi, melakukan manipulasi, menaruh minat, dan lain-lain. Berdasarkan terbentuknya, motif dibedakan menjadi dua macam, yaitu motif bawaan dan motif yang dipelajari.
a. Motif bawaan, yaitu motif yang dibawa sejak lahir, dan ada tanpa dipelajari, seperti dorongan untuk makan, minum, bergerak, dan
lain-lain. Motif yang demikian muncul karena kematangan, yaitu bersifat naluriah, alamiah, tidak dipelajari, dan muncul karena ada kebutuhan vital.
b. Motif yang dipelajari, yaitu motif-motif yang timbul karena dipelajari, seperti dorongan untuk belajar ilmu pengetahuan,
dorongan mengejar kedudukan, dan lain-lain. Motif yang dipelajari sangat tergantung pada perkembangan anak. perkembangan anak sangat tergantung dari beberapa faktor, terutama faktor
kematangan, pelatihan, dan belajar. Contohnya antara lain: pengalaman masa lampau, karena mempelajari sesuatu, karena
Dilihat dari sumber yang menimbulkannya, motif dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: motif intrinsik dan motif
ekstrinsik.
a. Motivasi Intrinsik
Adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 2009:89).
Contoh kongrit seorang siswa melakukan belajar karena betul-betul ingin mendapatkan pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat
berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain. Namun demikian, masih dijumpai perbuatan individu yang benar-benar didasari oleh sesuatu dorongan yang tidak
diketahui secara jelas tetapi bukan karena insting, artinya bersumber pada motif yang tidak dipengaruhi dari lingkungan itu.
Perilaku yang disebabkan oleh motif semacam ini muncul tanpa perlu adanya ganjaran atau perbuatan dan tidak perlu hukuman untuk tidak melakukanya. Motif yang demikian biasanya disebut
Hal-hal yang dapat membangkitkan motivasi intrinsik antara lain:
1. Minat
Motivasi muncul karena adanya minat sehingga tepatlah
minat merupakan alat motivasi yang pokok. Minat ini dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan
b. Menghubungkan adanya pengalaman yang lampau c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.
2. Cita-cita
Cita-cita merupakan tujuan hidup. Tujuan hidup adalah pendorong yang kuat bagi manusia untuk berusaha dalam meraih
cita-cita sehingga belajarnya terdorong akan lebih giat.
3. Hasrat ingin tahu
Dengan hasrat ini mendorong anak untuk belajar dengan giat, ini dibuktikan dengan pertanyaan yang diajukan oleh
anak-anak menandakan akan adanya hasrat ingin tahu
Siswa yang mempunyai motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang
yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi motivasi itu muncul dari kesadaran dari diri sendiri dengan tujuan secara esensial dan bukan
hanya sekedar simbol. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik ini mempunyai pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi intrisik
relative lebih lama dan tidak terganggu pada motivasi dari luar (ekstrinsik).
b. Motivasi Ekstrinsik
Adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan dari luar (Sardiman, 2009:89). Suatu contoh, seseorang
itu belajar karena tahu besok ada ujian dengan harapan mendapat nilai yang baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya atau temannya. Jadi bekan belajar karena ingin mendapatkan nilai yang baik atau
hadiah.
Adapula perilaku individu yang hanya muncul karena
adanya hukuman atau tidak muncul karena ada hukuman. Motif yang menyebabkan perilaku itu, seakan-akan dari luar (ganjaran atau hukuman). Motif ini disebut motif ekstrtinsik. Ganjaran atas
suatu perbuatan, menguatkan motif yang melatar belakangi perbuatan itu, sedangkan hukuman melemahkannya (Uno,
Hal-hal yang dapat menimbulkan motivasi ekstrinsik antara lain:
1. Saingan/Kompetensi
Persaingan sebenarnya adalah berdasarkan kepada
dorongan untuk kedudukan dan penghargaan. Kebutuhan akan kedudukan dan penghargaan merupakan faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan. Tugas guru
disini adalah harus mengarahkan siswa agar bersaing secara wajar atau positif.
2. Imbalan
Imbalan merupakan alat pendidikan refresif yang bersifat positif, imbalan juga merupakan alam motivasi yang
dapat menjadikan pendorong bagi siswa untuk belajar lebih giat.
Dalam memberi imbalan harus disesuaikan dengan prestasi siswa, imbalan bisa berupa pujian, hadiah, benda penghargaan penghormatan dan sebagainya.
3. Hukuman
Hukuman dapat dijadikan pendorong siswa untuk lebih
a) Hukuman diberikan dalam jalinan rasa kasih sayang. Jangan
terdorong oleh rasa marah dan dendam.
b) Hukuman harus mampu menginsyafkan atau memperbaiki
kesalahan.
c) Hukuman harus yang setimpal atau adil.
d) Jauhi memberi hukuman badan.
Dengan demikian hukuman ditinjau dari fungsinya sebagai alat
pendidikan maupun sebagai alat motivasi. Kedua-duanya mempunyai nilai positif terhadap proses pelaksanaan pendidikan.
Motivasi ekstrinsik juga dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutak berkaitan dengan aktivitas
belajar.
4) Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
Menurut Mc. Donald yang dikutip oleh Sardiman (1996 : 793) ada tiga unsur yang berkaitan dengan motivasi yaitu :
a. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi di dalam diri
manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan dalam diri manusia yaitu neuriphysiological yang
b. Motivasi ditandai dengan munculnya perasaan/feeling, bawaan, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan
dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. Sedangkan berkenaan
dengan perasaan Sujanto (1993: 75) menyebutkan sifat-sifat perasaan itu berkenaan dengan senang tidak senang, kuat lemah, lama sebentar, relatif dan tidak berdiri sendiri.
c. Motivasi akan dirancang karena adanya tujuan. Moti vasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu
stimulus dalam pencapaian tujuan. Motivasi muncul dalam diri seseorang secara otomatis, selain itu juga motivasi akan muncul karena adanya rangsangan dari luar.
Sedangkan menurut Hadisaputro (1986: 11) adalah sebagai berikut :
a. Motivasi merupakan suatu tenaga yang dinamis bagi seseorang. Maksudnya walaupun motivasi sebenarnya sudah ada pada diri individu sendiri, akan tetapi untuk munculnya
diperlukan adanya rangsangan baik dari dalam maupun yang berasal dari luar.
c. Motivasi ini merupakan suatu reaksi pilihan (anticipatory) bagi tercapainya suatu tujuan dari pada tingkah lakunya.
Manusia memiliki sejumlah perhatian terhadap lingkungannya dan motivasi ini merupakan pengarahan batiniyah terhadap
suatu objek tertentu, dengan demikian sikapnya yang dilandasi motivasi ini merupakan sikap pilihan yang dianggapnya paling cocok tertuju kepada objek tingkah laku yang bersangkutan.
d. Motivasi berhubungan dengan sejumlah kebutuhan dalam diri seseorang yang memunculkan dorongan, sehingga dengan
melakukan perbuatan tersebut kebutuhannya itu akan segera dapat terpenuhi dan memuaskan.
Begitu juga dengan kondisi sosial dan kondisi ekonomi orang
tua adalah suatu keadaan sosial ekonomi yang menyangkut tentang kedudukan dan prestise seseorang atau keluarga dalam masyarakat
serta usaha untuk menciptakan barang dan jasa, demi terpenuhinya kebutuhan baik jasmani maupun rohani.
1. Kondisi Sosial Orang Tua/Keluarga
Kondisi sosial berarti keadaan yang berkenaan dengan kemasyarakatan yang selalu mengalami perubahan-perubahan
melalui proses sosial. Proses sosial terjadi karena adanya interaksi sosial. Menurut Abdulsyani (2002:152), interaksi sosial diartikan
antara kelompok manusia maupun antara orang dengan
kelompokkelompok manusia”.
2. Kondisi Ekonomi Orang Tua/Keluarga
Kondisi ekonomi orang tua adalah keadaan atau kenyataan
yang terlihat atau terasakan oleh indera manusia tentang keadaan orang tua dan kemampuan orang tua dalam memenuhi kebutuhannya. Dari pengertian tersebut di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa permasalahan ekonomi yang dihadapai orang tua atau keluarga yang utama adalah usaha atau upaya orang tua
atau keluarga untuk dapat memenuhi kebutuhannya sehingga mencapai kemakmuran. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan jasmani (material) dan kebutuhan rohani (spiritual).
Kondisi ekonomi orang tua dalam kehidupan sehari-hari dihadapkan pada dua hal yang saling berhubungan yaitu adanya
sumber-sumber penghasilan yang dimiliki orang tua atau keluarga (pendapatan) yang sifatnya terbatas yang akan digunakan untuk membiayai atau memenuhi kebutuhan.
Adapun pendapat lain yang, Menurut Parsons dalam Rahman (2002:99) menyatakan, beberapa indikator tentang
a. Bentuk ukuran rumah, keadaan perawatan, tata kebun dan b. sebagainya
c. Wilayah tempat tinggal, apakah bertempat di kawasan elite atau
d. kumuh
e. c. Pekerjaan atau profesi yang dipilih oleh seseorang f. d. Sumber pendapatan
Sementara Abdulsyani (2002:86) berpendapat bahwa indikator yang dapat menentukan stratifikasi sosial ekonomi
adalah:
a. Memiliki kekayaan yang bernilai ekonomis b. Status bahan dasar fungsi dalam pekerjaan
c. Kesalehan dalam beragama
d. Latar belakang rasial dan lamanya seseorang tinggal disuatu
e. tempat
f. Status dasar keturunan
g. Status dasar jenis kelamin dan umur
Berdasarkan uraian teori-teori tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa indikator yang dapat digunakan sebagai
parameter atau pengukuran tingkat kondisi sosial dan kondisi ekonomi orang tua dalam penelitian ini adalah:
a. Tingkat Pendidikan Orang Tua. b. Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal
2. Kondisi Ekonomi Orang Tua meliputi: a. Jumlah Pendapatan Orang Tua
b. Kepemilikan Harta yang Bernilai Ekonomi
Fenomena yang terjadi, kebanyakan orang tua menginginkan anaknya menjadi orang yang sukses baik dalam
pendidikan maupun karirnya, sehingga di masa yang akan datang mereka dapat memperbaiki kualitas hidupnya menjadi lebih baik
dari sebelumnya. Namun demikian, “walaupun motivasi yang ada dalam diri anak atau siswa sangat kuat jika kondisi sosial dan kondisi ekonomi orang tuanya kurang mendukung, maka akan
menghambat motivasi anak dalam mencapai semua
keinginan-keinginannya tersebut”. (Soemanto, 2003:205).
Kondisi sosial orang tua meliputi tingkat pendidikan orang tua dan kondisi lingkungan tempat tinggal juga mempengaruhi motivasi siswa untuk menempuh pendidikan setinggi mungkin.
Sebagian besar orang tua menginginkan pendidikan anaknya lebih tinggi dari mereka. Mereka menginginkan kualitas kehidupan
anaknya di masa yang akan datang jauh lebih baik dari yang sudah mereka dapatkan. Keinginannya tersebut inilah yang mendorong
Kondisi ekonomi meliputi: tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran dan pemenuhan kebutuhan hidup serta kepemilikan
harta yang bernilai ekonomi akan mempengaruhi motivasi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Semakin tinggi
tingkat pendapatan orang tua maka siswa akan semakin termotivasi untuk melanjutkan pendidikannya, karena tingkat pendapatan orang tua akan berperan dalam mendukung pembiayaan
pendidikan, penyediaan sarana dan prasarana bagi kelancaran pendidikan anakanaknya. Berdasarkan uraian di atas, maka
diketahui bahwa kondisi sosial dan kondisi ekonomi orang tua yang baik akan sangat mempengaruhi motivasi anak untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. “Bagi orang tua yang mempunyai kondisi sosial dan kondisi ekonomi yang kuat atau tinggi tentu tidak akan merasa berat untuk membiayai pendidikan
anak-anaknya sampai dengan jenjang tertinggi”. (Sumardi, 1982:293-297).
B. Orang Tua
1) Pengertian Orang Tua
Orang tua ayah ibu kandung, orang yang di anggap tua (cerdik,
pandai, ahli), orang yang di hormati di kampong (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1982: 688). Sedangkan menurut Ahmadi (2004: 171), orang tua
Orang tua memegang peranan penting dan berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya (Daradjat, 2011: 35). Dari ungkapan tersebut
orang tua adalah penanggung jawab atas pendidikan anaknya. Orang tua bukan hanya ibu saja, ayah juga memiliki peran yang sangat penting selain
tugas yang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan kluarga, ayah juga sebagai pemimpin dalam keluarga. Ayah dan ibu memiliki tanggung jawab yang besar terhadap anak-anaknya.
Orang tua adalah bagian dari keluarga, yang merupakan tempat pendidikan dasar utama untuk dewasa anak, juga merupakan tempat anak
didik pertama kali menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tua atau dari anggota keluarga lainnya. Di dalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak didik pada usia yang masih
muda, karena pada usia ini anak lebih peka terhadap kegiatan atau tingkah laku manusia dimana ia berada, dapat menjadi perhatian setiap orang,
dengan demikian secara sederhana dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan kebaikan, baik kebaikan di dalam
pandangan hukum agama dan pandangan hukum negara.
Orang tua adalah orang dewasa yang memikul tanggung jawab
pendidikan, sebab secara alami anak pada masa-masa awal kehidupannya berada di tengah-tengah ibu dan ayahnya. Dari merekalah anak mulai
anak-anaknya. Seorang ayah, di samping memiliki kewajiban untuk mencari nafkah bagi keluarganya, dia juga berkewajiban untuk mencari tambahan
ilmu bagi dirinya karena dengan ilmu-ilmu itu dia akan dapat membimbing dan mendidik diri sendiri dan keluarga menjadi lebih
baik. Demikian halnya dengan seorang ibu, di samping memiliki kewajiban dan pemeliharaan keluarga dia pun tetap memiliki kewajiban untuk mencari ilmu. Hal itu karena ibulah yang selalu dekat dengan
anak-anaknya.
Dengan demikian jelaslah bahwa orang tua memiliki kedudukan
dan tanggung jawab yang sangat besar terhadap anaknya, karena mereka mempunyai tanggung jawab memberi nafkah, mendidik, mengasuh, serta memelihara anaknya untuk mempersiapkan dan mewujudkan kebahagiaan
hidup anak di masa depan. Atau dengan kata lain bahwa orang tua umumnya merasa bertanggung jawab atas segalanya dari
kelangsungan hidup anak-anaknya, karena tidak diragukan lagi bahwa tanggung jawab pendidikan secara mendasar terpikul pada orang tua.(Muhadjir, 1993:167).
Orang tua yang bijaksana adalah orang tua yang bisa menumbuhkan perasaan senang, gembira, bahagia, kasih sayang dan
sebagainya kepada anak. Sedangkan perasaan sedih, cemas, takut, marah dan sebagainya sebaiknya tidak dimunculkan orang tua di hadapan anak
dihapus dalam jiwa anak, karena sikap tersebut merupakan sikap tidak terpuji.
Suatu keluarga dianggap suatu sistem sosial, oleh karena memiliki sistem sosial yang ada pokoknya mencakup kepercayaan, perasaan, tujuan,
kaidah-kaidah, kedudukan dan peranan, tingkatan atau jenjang, sanksi, kekuasaan dan fasilitas (Soekanto, 2004:1).
Anak lahir dalam pemeliharaan orang tua dan dibesarkan dalam
keluarga. Orang tua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing, pemelihara, dan sebagai pendidik terhadap anak-anaknya. Setiap orang tua pasti
menginginkan anakanaknya menjadi manusia yang pandai, cerdas dan berakhlakul karimah. Akan tetapi banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa cara mereka mendidik membuat anak merasa tidak diperhatikan,
dibatasi kebebasannya, bahkan ada yang merasa tidak disayang oleh orang tuanya. Perasaan-perasaan itulah yang banyak mempengaruhi sikap,
perasaan, cara berpikir, bahkan kecerdasan mereka.
Orang tua didalam kehidupan keluarga mempunyai posisi sebagai kepala keluarga atau pemimpin rumah tangga .orang tua sebagai
pembentuk pribadi pertama dalam kehidupan anak, kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang
Begitu pula dengan anak yang mana mereka juga mempunyai hak asasi manusia yang dimana haltersebut diperoleh dengan kelahiran atau
kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat (Tilaar dalam Syabaini, 2012: 251). HAM bersifat umun (universal), Karena diyakini bahwa
beberapa hak dimiliki tanpa perbedaan atas bangsa, ras, atau sejenis kelamin. HAM juga bersifat supra-legal, artinya tidak tergantung pada adanya suatu undang dasar, kekuasaan pemerintah, bahkan memiliki
kewenangan lebih tinggi, karena berasal dari sumber yang lebih tinggi (Tuhan). UU No. 39/1999 tentang HAM yang mendefinisikan HAM
sebagai seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan YME. Ruang lingkup HAM meliputi:
a. Hak pribadi, hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan dan lain
sebagainya.
b. Hak milik pribadi dalam kelompok suatu sosial.
c. Kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam pemerintahan. d. Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial (Syarbaini,
2012: 251-252).
Fenomena-fenomena yang terjadi saat ini menunjukkan gejala memudarnya akhlak mulia pada diri manusia yaitu diantaranya tawuran
antar pelajar, penyalahgunaan narkoba, pemerkosaan, seks bebas, pornografi, pornoaksi, dan lain sebagainya. Dapat dikatakan bahwa
Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk mendidik anak-anaknya agar memiliki akhlak dan kepribadian yang mulia, agar tidak
terjerumus ke dalam halhal yang buruk.
Setiap orang tua tentunya menginginkan anaknya menjadi generasi
penerus yang beriman dan bertaqwa, berkualitas dalam moral, mental, dan intelektualnya (Syafei, 2006: 85). Tentunya dalam hal ini tidak lepas dari peranan seorang ibu sebagai majelis ilmu pertama bagi putra-putrinya.
Agar harapan-harapan tersebut dapat terwujud tentu tidak hanya berhenti hanya sampai pendidikan dalam keluarga saja, melainkan pendidikan anak
di sekolah pun harus memperhatikan apa yang menjadi tujuan utama orang tua menyekolahkan anaknya.
2) Peran orang tua
a. Peranan
Istilah peranan berasal dari kata “peran” yang berarti bagian
dari tugas yang harus dilakukan (Depdikbud, 1988:40). Peran
mendapat tambahan “an” menjadikan arti peranan yang menjadi
dinamis dari kedudukan (status). Peranan dapat diartikan sesuatu
yang jadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama dalam terjadinya sesuatu hal/peristiwa (Poerwodarminto,
1991:735). Peranan juga dikatakan perilaku atau lembaga yang punya arti penting bagi struktur sosial. Dalam hal ini maka kata
Berdasarkan arti kata tersebut di atas maka yang penulis maksud dengan peranan adalah suatu fungsi dari suatu individu
yang mampu merubah struktur sosial dalam masyarakat. Peranan disini lebih menyentuh pada bimbingan dimana riset-riset
membuktikan, bahwa ikut berkecimpung/terlibat pada orang tua terhadap anak-anak mereka dalam proses belajar, dapat membantu anak-anak dalam meningkatkan konsentrasi (Islamonline,
2006:41).
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang
terdiri dari ayah, ibu dan nak-anakyangbelum menikah yang sering disebut dengan keluarga batih. Disamping keluarga batih juga terdapat unit-unit pergaulan hidup lainnya misalnya keluarga luas
(extented Family), komunitas (community) dan lain sebagainya.
Didalam kehidupan masyarakat dimanapun juga, keluarga
merupakan unit yang mempunyai peranan yang sangat besar, itu disebabkan karena keluarga (yakni keluarga batih), mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Keutuhan orang tua juga merupakan salah satunya untuk mendukung pendidikan seorang anak, karena itu akan membuat
seorang anak merasa mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya, tetapi tidak menutup kemungkinan bagi seorang
mendapatkan pendidikan dari orang tuanya, itu semua tergantung dari masing-masing individunya.
Banyak juga anak dari keluarga yang mempunyai orang tua yang utuh, ekonominya bagus, dan pendidikan orang tua yang
tinggi tetapi tidak pernah mendapatkan bimbingan dan arahan dari orang tuanya sehingga mereka menjadi anak yang kurang kasih sayang dari orang tuanya serta tindakan yang dilakukannya tidak
bisa terkendali dan tidak terkontrol, maka dari itu peranan orang tua di dalam keluarga yang paling dominan atau menonjol adalah
sebagai penanggung jawab kepada anggota keluarganya, diantaranya pendidikan karena dengan memperoleh pendidikan maka seorang anak akan dapat membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk agar tidak terjerumus dalam kemungkaran.
Langkah yang harus diusahakan dalam rangka
membimbing anak menuju pembentukan watak yang mulia dan terpuji yang sesuai dengan harapan agama islam adalah diberi contoh teladan yang baik dan benar, karena anak suka atau
mempunyai sifat ingin meniru dan mencoba (Hasyim, 1983:91).
Peran orang tua dalam dunia pendidikan anak tidak sebatas
menyediakan pendidikan yang layak bagi anak, akan tetapi juga ikut mendidik anak. Memberikan pengetahuan dan memberikan
fokus pendidikan disekolah adalah kewajiban orang tua terhadap anaknya. Dalam dunia pendidikan berlaku pepetah "uang bukanlah
segalanya", meskipun segalanya membutuhkan uang.
Pendidkan adalah sebuah proses multi dimensi yang tidak
hanya memberikan pengetahuan akan tetapi mengajarkan banyak nilai yang digunakan dalam mengimplementasikan ilmu yang teah didapatkan. Sifat pendidkan yang dapat diperoleh dimana saja
memberikan gambaran bahwa pendidkan seorang anak juga melibatkan orang tua sebagai pelaku aktif dalam mendidik anak.
Orang tua dapat menjadi motivator pertama bagi seorang anak untuk menentukan tujuan dari hidupnya. Meberikan dorongan-dorongan yang tentunya memiliki ikatan batin akan lebih bermakna
dibandingkan dengan dorongan yang datang dari luar.
Ada beberapa peranan orang tua yang harus dilaksanan
demi kesejahteraan anak-anaknya sebagai berikut:. a. Fasilitator
Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan
pokoknya, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku dan
b. Pendorong (motivator)
Motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk
melakukan sesuatu pekerjaan. Yang bisa berasal dari dalam diri (intrinsik) yaitu dorongan yang datang dari hati sanubari,
umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu. Dan motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik) yaitu dorongan yang datang dari luar diri (lingkungan), misalnya dari orang tua, guru,
teman-teman dan anggota masyarakat.(Slameto, 1995:63) c. Menyayangi anak bukan memanjakan
Islam sangat menekankan perilaku kasih sayang terhadap anak. Oleh karena itu, menddik anak penuh kasih sayang menjadi sangat penting.
d. Sikap bijak mendidik anak
Sebagai orang tua harus sungguh-sungguh dalam mendidik,
membimbing, dan memotivasinya. Berhasil atau tidak proses pendidikan anak juga sangat bergantung pada sikap bijak orang tua kepada anak.
d. Menjadi orang tua yang ideal di mata anak
Beberapa ciri-ciri orang tua yang ideal bagi anak seperti;
e. Membangun komunikasi efektif dengan anak
Situasi dan kondisi yang efektif untuk membangun
komunikasi seperti saat makan bersama, berlibur bersama dan berkumpul dirumah.
f. Jangan menghukum fisik anak
Banyak metode dalam mendidik anak tanpa menyakiti, seperti member teladan, pujian, hadiah, dll. Namun yang tidak
diperkenankan adalah jika orang tua mudah melayangkan tangan ke pipi anak, memukul anak hingga memar.
g. Menciptakan keluarga harmonis
Salah satu menciptakan keluarga yang harmonis adalah keutuhan orang tua, anak di besarkan di lingkungan keluarga yang
utuh, damai, saling memahami dan menghargai, sehingga menjadikan anak tenang dan tentram.
h. Menjaga kesehatan jasmani dan rohani anak sejak dini
Agar tumbuh menjadi generasi yang kuat dan sehat baik jasmani ataupun rohani, orang tua harus memperhatikan kesehatan
anak-anaknya dan menjaga mereka dari penyimpangan moral sejak dini.
i. Membangun percaya diri pada anak
Anak muda sekali merasa rendah diri, tidak mampu,
mereka dan mendorong terus menerus pada suatu aktivitas yang akan mereka lakukan (Mustaqim, 2005:49-95).
3) Tanggung jawab orang tua
Orang tua bukan hanya menjadi bapak dan ibu bagi
anak-anaknya tetapi juga menjadi pendidik yang bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya.
“The family is responsible for preparing the young child to live in society for teaching the child the language, the attitudes and some of
the basic skills he or she will need”. (Robert, 1984:39).
“Keluarga bertanggung jawab untuk mempersiapkan anak kecil untuk hidup di masyarakat untuk mengajari anak berbahasa, bersikap dan beberapa kemampuan dasar yang dia laki-laki atau
perempuan butuhkan”.
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi
anak-anak mereka, karena dari mereka anak-anak mula-mula menerima pendidikan. corak pendidikan dalam rumah tangga secara umum tidak berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir
dari pengetahuan mendidik, melainkan secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situsi atau
iklim pendidikan
Timbulnya iklim atau suasana tersebut, karena adanya interaksi
orang tua dan anak. Sebagai peletak pertama pendidikan, orang tua memegang peranan penting bagi pembentukan watak dan kepribadian
anak, maksudnya bahwa watak dan kepribadian tergantung kepada pendidikan asal yang berasal dari orang tua terhadap anaknya.
Orang tua (ayah dan ibu) memegang peranan yang penting dan sangat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak anak lahir, ibu yang selalu ada di sampingnya. Oleh karenaitu seorang anak pada
umumnya lebih cinta kepada ibu karena ibu merupakan orang yang pertama dikenal anak. Maka dari itu ibu harus menanamkan
kepada anak, agar mereka dapat mencintai ilmu, membaca lebih banyak, lebih dinamis, disiplin, dan ibu memberikan motivasi yang sehat dan menjadi teladan bagi anak mereka.
Pengaruh ayah terhadap anak juga sangat besar di mata anak ayah seorang yang terpandai diantara orang-orang yang dikenalnya.
8ara ayah melakukan pekerjaan sehari-hari berpengaruh kepada cara kerja anaknya. dengan demikian tanggung jawab orang tua terhadap anak adalah suatu keniscayaan, apakah tanggung jawab pendidikan itu
diakui secara sadar atau tidak diterima sepenuh hati. Peranan orang tua selaku pendidik dalam keluarga adalah sumber ketentraman dan
kedamaian hidup.
Anak tidak akan mampu melakukan kebaktian tersebut tanpa
senantiasa memberi kasih sayang dan membimbing anaknya tersebut. Dengan pemberian kasih sayang dan pendidikan diharapkan anak akan
menjadi taat dan mau berbakti kepada orang tua, karena orang tua telah berjasa kepadanya. Anak dalam perkembangannya selalu terpengaruh
oleh lingkungan sekitarnya. Maka dari itu, orang tua harus mampu memfilter segala hal yang dapat berpengaruh buruk kepada diri anak. Namun jangan sekali-kali orang tua melarang anaknya untuk bermain
dengan teman-temannya, karena larangan itu akan membuat anak menjadi tidak pandai bergaul dan akan berdampak buruk dalam
perkembangan berikutnya. Namun hendaknya orang tua mengarahkan agar anaknya bergaul dengan teman-teman yang mempunyai akhlak yang baik.
Keluarga merupakan institusi yang pertama kali bagi anak dalam mendapatkan pendidikan dari orang tuanya. Jadi keluarga
mempunyai peran dalam pembentukan akhlak anak, oleh karena itu keluarga harus memberikan pendidikan atau mengajar anak tentang akhlak mulia atau baik. Hal itu tercermin dari sikap dan perilaku orang
tua sebagai teladan yang dapat dicontoh oleh anak. Disamping itu, dalam melakukan pendidikan akhlak kepada anaknya, orang tua
hendaknya menggunakan metode pembiasaan. Maksudnya anak dilatih untuk berakhlak yang baik dan bertingkah laku yang sopan kepada
mengakibatkan anak meniru kekerasan tersebut dan menganggap bahwa orang tuanya tidak dapat memberi contoh yang baik.(Ulwan,
200:135)
Tanggung jawab pendidikan Islam yang dibebankan orang tua
sekurang-kurangnya adalah:
a. Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan
dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia.
b. Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jasmani maupun rohaniah, dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan filsafat hidup dan
agama yang dianutnya.
c. Member pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak
memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapainya.
d. Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan
pandangan dan tujuan hidup muslim (Djamarah, 2004: 86).
Lingkungan pendidikan formal sangat mempengaruhi pila hidup
anak-anak. Sebab, kelompok sepermainan biasanya tumbuh di lembaga-lembaga pendidikan formal tersebut. Selain itu mutu sekolah dan
tekanan pada materialisme, kemudian di bawa kerumah. Hal ini mungkin dapat menimbulkan berbagai masalah dalam kehidupan keluarga.
Lingkungan keluarga juga mempengaruhi pola hidup keluarga. Dalam hal ini perlu dibedakan antara berbagai jenis lingkungan tetangga,
sesuai dengan lokasi pemukiman yang tertutup dan terbuka, yang kemudian dihubungkan dengan lapisan sosial. Lingkungan pekerjaan juga mempengaruhi pola hidup orang tua, selanjutnya lingkungan tetangga
akan mempengaruhi keluarga lapisan-lapisan menengan dan bawah, sedangkan pada lapisan tinggi atau atas tampak pola hidup keluarga lebih
banyak dipengaruhi faktor-faktor intern, sehingga peranan keluarga lebih menonjol (Soekanto, 2004:25-26).
Orang tua sebagai pendidik dalam keluarga memiliki tanggung
jawab terhadap anggota keluarganya. Dalam hal ini orang tua berkewajiban memenuhi kebutuhan pendidikan, sandang, pangan, papan
dan kesehatan sehingga anak mampu untuk hidup sendiri.
Tanggung jawab orang tua terhadap anaknya tampil dalam bentuk yang bermacam-macam. Secara garis besar bila dibutiri maka tanggung
jawab orang tua terhadap anaknya adalah bergembira menyambut kelahiran anak, member nama yang baik, memperlakukan dengan lembut
dan kasih sayang, menanamkan rasa cinta sesame anak, member pendidikan akhlak, menanamkan akidah dan tauhid, melatih anak