POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON UNTUK SISWA KELAS X SMAN 4 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh: Urbanus Bey NIM: 091424031
PROGAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON UNTUK SISWA KELAS X SMAN 4 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh: Urbanus Bey NIM: 091424031
PROGAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
Jatuh belum tentu gagal, tetapi patah semangat adalah fatal ( Amsal 24 :16 a )
"24:16 Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, "
‘Tuhan mengulurkan tangan-Nya untuk menolong mereka yang telah berusaha keras’’
Dengan penuh syukur kupersembahkan karyaku kepada:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu mendampingi dalam setiap langkah hidupku
Bapak dan Mama tercinta
Kak Siska, kak Largus, Ade Eti, Ade Rensi, Ade Nando dan Yansher
vi
berbantuan simulasi komputer dalam pembelajaran fisika pada pokok bahasan hukum newton untuk siswa kelas X SMA N 4 Yogyakarta. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika,
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian termasuk dalam penelitian eksperimen dan penelitian kuantitatif dan kualiatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) peningkatan hasil belajar siswa dengan metode demonstrasi berbantuan simulasi komputer pada pokok bahasan hukum newton di kelas XA SMA N 4 Yogyakarta; (2) peningkatan hasil belajar siswa dengan metode ceramah pada pokok bahasan hukum newton di kelas XD SMA N 4 Yogyakarta; (3) perbedaan peningkatan hasil belajar siswa antara pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran demonstrasi berbantuan simulasi komputer dan pembelajaran dengan metode ceramah pada materi hukum newton di kelas X SMA N 4 Yogyakarta; (4) minat belajar siswa kelas XA SMA N 4 Yogyakarta terhadap model pembelajaran menggunakan simulasi komputer.
Penelitian dilakukan di SMA N 4 Yogyakarta pada bulan Oktober –November 2013. Subyek penelitian kelas XA dan XD SMA N 4 Yogyakarta. Jumlah keseluruhan subyek penelitian adalah 64 siswa terdiri dari 32 siswa kelas XA dan 32 siswa kelas XD. Kelas XA sebagai kelas eksperimen dan kelas XD sebagai kelas kontrol.
Hasil penelitian menunjukan bahwa; (1) pembelajaran yang dilakukan dengan metode demonstrasi berbantuan simulasi komputer dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XA dari 59,19% menjadi 88,69%; (2) pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan metode ceramah dapat meningkatkan hasl belajar siswa kelas XD dari 45,07% menjadi 76,54 %; (3) peningkatan hasil belajar siswa dengan metode demonstrasi berbantuan simulasi komputer dengan peningkatan hasil belajar siswa menggunakan metode ceramah pada kelas X SMA N 4 Yogyakarta menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan; (4) minat keseluruhan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi berbantuan simulasi komputer adalah 71,40 %; (5) tanggapan siswa terhadap pembelajaran fisika menggunakan metode demonstrasi berbantuan simulasi komputer adalah positif.
vii
method assisted by computer simulation in learning physics on the subjectof Newton’s law for the students of class X SMA N 4 Yogyakarta. Thesis,Physics Education Study Program,
Department of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education,SanataDharma University Yogyakarta.
The research is included in experimental research and quantitative and qualitative research. This research is aimed to know (1) the increasing student learning outcomes by the demonstration learning model assistedcomputer simulation on the subjectof Newton’s lawin the class XA SMA N 4 Yogyakarta; (2) the increasing student learning outcomes by the lecture method on the subject of Newton's laws in the class XD SMA N 4 Yogyakarta; (3) the difference in increasing student learning outcomes between learning physics using demonstration method assisted computer simulation and learning using lecture method on the subject of Newton's laws in the class X SMA N 4 Yogyakarta; (4) the students of class XA N
4 Yogyakarta’sinterest toward learning model using computer simulation.
The study was conducted in SMA N 4 Yogyakarta in October-November 2013. The study subjects were class XA and XD SMA N 4 Yogyakarta. The total number of study subjects were 64 students consisted of 32 students in classXA and 32 students in class XD. Class XA is as the experimental class and class XD is as the control class.
The results show that; (1) the learning that is performed by the demonstration method assisted by computer simulation can improve the student learning outcomes of class XA from 59.19% to 88.69%; (2) the learning that is performed using the lecture method can improve the student learning outcomesof class XD from 45.07% to 76.54%; (3) the increasing student learning outcomes by demonstration method assisted by computer simulation with the increasing student learning outcomes using the lecture method in class X SMA N 4 Yogyakarta shows the nothing significant differences; (4) the overall students’interest
towards learning using demonstration method assisted by computer simulation is 71.40%; (5) the students’ responses regarding learning physics by demonstration method assisted by computer simulation is positive.
ix
bimbingan dan kesempatan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul ” Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Metode Demonstrasi Berbantuan
Simulasi Komputer Dalam Pembelajaran Fisika Pada Pokok Bahasan Hukum Newton Untuk
Kelas X SMAN 4 Yogyakarta”. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini
banyak mengalami kendala, namun berkat dukungan, doa, semangan dan bantuan dari berbagai
pihak baik secara langsung maupun mauoun tidak lansung. Untuk itu penulis mengucapkan
banyak trima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Edi Santoso, M.S., selaku ketua Program Studi Pendidikan Fisika Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Drs. Domi Severinus,M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah dengan sabar,
tekun, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tanaga dan pikiran memberikan bimbingan,
motivasi, dan masukan yang membangun dalam membimbing penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Dwi Nugraheni Rositawati, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan semangat dan motivasi.
6. Segenap Dosen Universitas Sanata Dharma yang telah membantu memberikan bekal
x
8. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku dosen penguji validitas soal hukum
newton dalam penelitian skripsi.
9. Dra. Hj. Bambang Rahmawati Ningsih selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Yogyakarta
beserta guru-guru yang telah mengizinkan dan membantu penulis untuk melakukan
penelitian dalam rangka menyelesaikan penulisan skripsi.
10. Drs. Sabdrun Subagya selaku guru fisika kelas XA dan XD SMA Negeri 4 Yogyakarta
yang telah memberikan dukungan, bantuan dan masukan dalam penelitian.
11. Siswa SMA Negeri Yogyakarta kelas XA dan XD yang menadi partisipan dalam
penelitian.
12. Kedua Orang Tua saya tercinta Bapak Dominikus Sabe dan Mama Yosefina Meo yang
telah memberikan dukungan materi maupun moril serta doa, kasih sayang sehingga saya
termotivasi untuk tetap berjuang.
13. Kakak dan Adikku Fransiska Xaveria Itu, Maria Goreti Ule, Desi Rensiana, Ferdisius
Nando, Largus Doman, Aprianus Vereri Decastro dan tante Meri yang telah memberikan
doa serta dukungan.
14. Saudari Yuliana Sere yang selalu memberi dukungan doa dan motivasi.
15. Teman- teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika 2009.
16. Sahabat-sahabat kost rajawali Gusti, Sonny, Adri, Pius amo serta sahabat saya, Yestin
Dapa, Osri, Kiki, Natalia, Nensi yang telah memberikan dukungan dan motivasi.
17. Semua pihak yang tidak penulis sebut satu persatu yang telah membantu dalam
xii
HALAMAN JUDUL………....i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………...ii
HALAMAN PENGESAHAN………....iii
HALAMAN PERSEMBAHAN………...iv
PERNYATAAN KEASLIANKARYA………...v
ABSTRAK……….vi
ABSTRACT………...vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………....viii
KATA PENGANTAR………...ix
DAFTAR ISI………...xii
DAFTAR TABEL………...xvii
DAFTAR LAMPIRAN………....xix
BAB 1 PENDAHULUAN………...1
A. LatarBelakang……….1
B. Rumusan Masalah………...4
xiii
A. Kontruktivisme………...6
1. Pengertian Kontruktivisme………..6
a. Kelebihan Kontruktivisme………...7
b. Kelemahan Kontruktivisme………...8
2. Pembelajaran Kontruktivisme………..9
B. Metode Demonstrasi………...12
1. Pengertian Demonstrasi...12
2. Mengapa Demonstrasi Digunakan untuk Mengajar...13
3. Bagaimana Merencanakan Demonstrasi yang Baik...13
4. Yang Perlu di Perhatikan Selama Demonstrasi...14
C. Peningkatan Hasil Belajar………..15
1. Pengertian Hasil Belajar...15
2. Kriteria Hasil Belajar...20
D. Minat Belajar……….23
E. Media Pembelajaran simulasi komputer………....27
1. Media Pembelajaran...27
a. Pengertian Media Pembelajaran...27
b. Manfaat Media Pembelajaran...27
2. Pengertian Simulasi Komputer...29
xiv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………...37
A. Jenis Penelitian……….37
B. Subyek Penelitian……….37
C. Tempat dan waktupenelitian………....38
D. Prosedur Penelitian………...38
E. Treatment………..41
F. Istrumen Penelitian………...42
1. Istrumen Pengumpulan Data………..42
a. Pretes………..42
b. Postes……….42
c. Angket……….…...46
d. Wawancara………...48
2. Istrumen Pembelajaran……….…..48
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran………..49
b. LembarKerja Siswa……….….49
c. Simulasi Komputer………..…..49
G. Validitas Istrumen………...50
H. Metode Pengumpulan Data………...50
1. Penggunaan Tes……….50
x v
2. Membandingkan skor metode simulasi komputer dengan metode ceramah
menggunakan metode kuantitatif………...53
BAB IV DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN………..57 A. Pelaksanaan Penelitian………...57
B. Data Penelitian………...64
1. Hasil Pretes danpostes………..65
2. Minat siswa………67 C.Analisis Data………..68
1. Uji Normalitas………....68
2. Uji Homogenitas………....70
3. Uji T-tes dependen……….72
1) Uji Pretes dan postes kelas eksperimen………...72
2) Uji pretes dan postes kelaskontrol………..74
3) Uji untuk kelas independen………..75
4. Analisis Wawancara………...77
D.Pembahasan ………...82
1. Peningkatan hasil belajar siswa……….82
2. Minat Siswa/i dalam Belajar dengan Metode Simulasi Komputer………....87
E. Keterbatasan Penelitian………..88
BAB V KESIMPULAN DANSARAN………....90
x vi
DAFTAR PUSTAKA………....92
x vii
Tabel 3.1. Kisi–kisi soal pretes dan postes………..43
Table 3.2. Kisi-kisi angket minat………...46
Table 3.3. Kisi-kisi wawancara………..48
Table 3.4. Pemberian skor untuk soal pretes dan postes………51
Table 3.5. Kualifikasi dan interval skor……….53
Table 3.6. klasifikasi minat siswa………..56 Table 4.1. Nilai pretes dan postes kelas eksperimen……….65
Table 4.2. Nilai pretes dan postes kelas kontrol………...66
Table 4.3. Data minat siswa………...67 Table 4.4. Analisis uji normalitas………..69 Table 4.5. Rata-rata nilai pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol………70
Table 4.6. Analisis uji homogenitas………...70
Table 4.7. Rata-rata nilai pretes dan postes kelas eksperimen………...72
Table 4.8. Analisis peningkatan hasil belajarkelas eksperimen………72
Table 4.9. Rata-rata nilai pretes dan posteskelas kontrol………..74
x viii
Table 4.12. Analisis beda peningkatan hasil belajar………..76
Tabel 4.13. Peningkatan Hasil Belajar...84
xix
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I………95
A. Surat Ijin Penelitian Universitas………96
B. Surat Keterangan Penelitian Sekolah……….97
LAMPIRAN II………...98
A. Validitas Soalinstrument penelitian oleh dosen…..………..99
B. Validitas soal intrumen peneltian oleh guru……..………..115
LAMPIRAN III………...133
A. Hasil Pretes dan Postes………134
B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran………142 C. LKS materi hukum newton………..153
D. Soal Pretes dan Postes………..156
E. Pedoman Jawaban Pretesdan Postes………...157
F. Soal kuisioner minat…...……….161
G. Daftar Pertanyaan Wawancara……….163 H. Jadwal Mengajar………..166
I. Hasil Kerja Postes Siswa Kelas XAdan kelas XD ………...167
J. Hasil kuisioner siswa………...183
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi pada zaman modern ini berkembang sangat pesat. Terutama
teknologi berbasis komunikasi dan multimedia mempunyai peran yang sangat penting dalam
dunia pendidikan dan proses pembelajaran. Perkembangan teknologi yang membantu dalam
proses pengajaran menjadi mudah, menyenangkan, kreatif, dan tidak membosankan akan
menjadi pilihan yang tepat bagi para guru, khususnya dalam bidang fisika. Kemajuan
teknologi komputer sangat berpengaruh dan memberi manfaat dalam bidang pendidikan
seperti untuk bidang fisika, membantu visualisasi dan animasi dengan komputer. Maka
komputer dapat berfungsi sebagai alat simulasi dalam pembelajaran fisika.
Pada umumnya masih banyak guru yang belum memanfaatkan media dalam proses
pembelajaran dan masih menggunakan sistem pembelajaran konvensianal atau ceramah.
Sehingga ada kemungkinan rendahnya nilai kompetensi siswa disebabkan oleh strategi
penyampaian pelajaran yang kurang tepat. Suparno (2008: 2) memaparkan bahwa kebanyakan
siswa mengatakan fisika itu menakutkan, sulit dipelajari, banyak hitungan dan rumus.
Pengajar dituntut untuk mengajar dengan kreasi yang dapat menarik perhatian dan minat siswa
belajar fisika dan merubah kesimpulan dari ” pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit
dan membosankan” menjadi “pelajaran fisika merupakan pelajaran yang menyenangkan”.
Computer Assisten Learning merupakan salah satu implementasi pembelajaran yang
berorientasi siswa belajar aktif. Salah satu alasan utama pemakaian komputer sebagai media
Peran media dalam proses pembelajaran menurut Gerlac dan Ely dalam Arsyad (2002:11)
ditegaskan bahwa ada tiga keistimewaan yang dimiliki media pembelajaran yaitu:
1) Media memiliki kemampuan untuk menangkap, menyimpan dan menampilkan kembali
sesuatu objek atau kejadian,
2) Media memiliki kemampuan untuk menampilkan kembali objek atau kejadian dengan
macam cara disesuaikan dengan keperluan, dan
3) Media mempunya kemampuan untuk menampilkan sesuatu objek atau kejadian yang
mengandung makna.
Ada pendapat lain yang mengatkan betapa pentingnya media dalam proses pembelajaran,
Hamalik menyatakan bahwa media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan
dalam rangka mengefektifkan komunikasi dan interaksi antar guru dan siswa dalam proses
pendidikan dan pengajaran di sekolah. Efektifitas penggunaan media pembelajaran sangat
tergantung pada derajat kesesuaian dengan materi yang akan diajarkan.
Salah satu proses pembelajaran yang menggunakan media komputer adalah simulasi
komputer. Simulasi komputer adalah model pembelajaran menggunakan program komputer
untuk mensimulasikan beberapa percobaan fisika, tidak lewat percobaan di laboratorium,
tetapi lewat monitor komputer dan siswa dapat mempelajarinya dari simulasi itu (Suparno,
2007: 108). Simulasi Physics Education Technology (Phet) merupakan simulasi yang dapat
menunjang pembelajaran, seperti memberikan belajar tentang konsep-konsep fisika dengan
fisika yang baik.
Pembelajaran seringkali tidak berhasil karena tidak dipersiapkan secara terencana untuk
membantu pengembangan pengetahuan pada siswa. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik
untuk mengembangkan sebuah pembelajaran yang sungguh-sungguh dipersiapkan untuk
memfasilitasi pengembangan pemahaman siswa tentang hukum newton.
Pada penelitian ini, peneliti akan meneliti mengenai “ Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Dengan Metode Demonstrasi Berbantuan Simulasi Komputer Dalam Pembelajaran Fisika
Pada Pokok Bahasan Hukum Newton Untuk Siswa Kelas X SMA N 4 Yogyakarta”.
Sebelumnya sudah ada peneliti tentang metode inkuiri dan penggunaan simulasi
komputer dalam pembelajaran fisika. Namun penelitian ini berbeda dengan
penelitian-penelitian sebelumnya karena pada penelitian-penelitian sebelumnya hanya menggunakan satu simulasi
saja, misalnya Phet atau Micromedia Flash. Sedangkan penelitian ini menggunakan lebh dari
satu simulasi yaitu memadukan antara simulasi Phet dan Simulasi Micromedia Flash. Selain
itu penelitian ini juga akan melihat bagaimana minat belajar siswa terhadap pembelajaran
fisika menggunakan metode simulasi komputer.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah metode demonstrasi berbantuan simulasi komputer dapat meningkatkan hasil
3. Bagaimana minat siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan metode simulasi
komputer?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui, apakah metode demonstrasi berbantuan simulasi komputer dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Untuk mengetahui, apakah ada perbedaan signifikan peningkatan hasil belajar antara
metode demonstrasi berbantuan simulasi komputer dengan metode ceramah.
3. Mengetahui, bagaimana minat siswa setelah belajar fisika menggunakan metode simulasi
komputer.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Bagi Guru dan calon guru:
a) Metode simulasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Jadi melalui peneliti ini diharapkan dapat menjadi
informsi dalam mengembangkan pembelajaran fisika yang lebih efektif.
b) Dalam pembelajaran tidak cukup hanya menggunakan satu metode saja tetapi harus
divariasikan.
2. Bagi Siswa
a) Dengan adanya metode simulasi, membantu siswa untuk lebih mudah memahami
materi fisika.
pada pembelajaran fisika.
b) Dapat menjadi bekal dan pengalaman dalam menggunakan metode simulasi
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kontruktivisme
1. Pengertian kontruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran
kontekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
secara tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep,
atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata. Menurut Slavin seperti dikutip oleh Dibyo, Bambang (2013) teori
konstruktivistik adalah teori yang menyatakan bahwa peserta didik secara
individual harus menemukan dan mentransformasi informasi kompleks,
mengecek informasi yang baru terhadap aturan-aturan informasi yang
lama, dan merevisi aturan-aturan yang lama bila sudah tidak sesuai lagi
Filsafat kontruktivisme adalah filsafat yang mempelajari hakikat
pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu terjadi. Menurut Glasersfeld
dalam Dibyo, Bambang (2013) konstruktivisme sebagai ‘teori
pengetahuan dengan akar dalam “filosofi, psychology, dan cybernetics”.
Von Glasersfeld mendefinisikan konstruktivisme radikal selalu
membentuk konsepsi Pengetahuan. Ia melihat Pengetahuan sebagai
atau melalui komunikasi. Apabila siswa yang menekuni pengetahuan itu,
maka pengetahuan yang akan diperoleh adalah bentukan siswa sendiri.
Dalam hal ini, pengetahuan bukanlah suatu bentukkan yang sudah jadi
atau sudah ada sejak lahir namun sesuatu yang harus dibentuk sendiri
dalam pemekirian sendiri. This, according to Piaget and Inhelder in
Grennon Brooks, J dan G. Brooks. M, (1993: 5), occurs because knowledge comes neither from the subjek nor the objek, but from the unity of the two. Menurut Piaget dan Inhelder dalam Grennon Brooks, J dan G.
Brooks. M, (1993), pengetahuan terjadi karena bukan datang dari satu
subjek atau objek, tetapi melainkan dari dua kesatuan tersebut.
Teori kontrutivistivisme memiliki kelebihan dan kekurangan
(Dibyo,Bambang, 2013):
a. Kelebihan:
1) Pembelajaran konstruktivistik memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan
menggunakan bahasa siswa sendiri.
2) Pembelajaran konstruktivistik memberi pengalaman yang
berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa sehingga
siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan
tentang fenomena yang menantang siswa.
3) Pembelajaran konstruktivistik memberi siswa kesempatan untuk
berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan
teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat.
4) Pembelajaran konstruktivistik memberi kesempatan kepada siswa
untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk
memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai
konteks.
5) Pembelajaran konstruktivistik mendorong siswa untuk
memikirkan perubahan gagasan merka setelah menyadari
kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk
mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
6) Pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar
yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan,
saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban
yang benar.
b. Kelemahan:
1) Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang
bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi
para ahli sehingga menyebabkan miskonsepsi.
2) Konstruktivistik menanamkan agar siswa membangun
pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang
lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang
3) Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua
sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu
keaktifan dan kreativitas siswa.
2. Pembelajaran kontruktivistik
Gagne dalam siregar, E dan Nara Hartini (2011), instruction as a set of
external design to support the several processes of learning, which are
internal ( pembelajaran adalah seperangkat peristiwa-peristiwa eksternal
yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang bersifat
internal. Lebih lanjut Gagne dalam Siregar, E dan Nara Hartini (2011),
mengemukakan suatu definisi pembelajaran yang lebih lengkap:
instruction ia intended to promote learning, exsternal situation need to be arranged to activate, support and maintain the internal processing that constitutes each learning event. Pembelajaran dimaksudkan untuk
menghasilkan belajar, situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa
untuk mengaktifkan, mendukung dan mempertahankan proses internal
yang terdapat dalam setiap peristiwa belajar.
Menurut Von Glaserfeld dalam Suparno (1997:21) konstruktivisme
adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa
pengetahuan siswa adalah konsntruksi (bentukan) siswa sendiri, ia
menegaskan bahwa pengetahuan bukan suatu tiruan dari kenyataan.
Von Glaserfeld dalam Suparno (1997) menyebutkan bahwa
pengetahuan dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang sewaktu dia
Maka proses pembelajaran kontruktivistik merupakan suatu teori yang
mengaggap bahwa belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan
melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya siswa akan cepat
memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangun atas dasar realitas
yang ada di dalam masyarakat. Konsekuensinya pembelajaran harus
mampu memberikan pengalaman nyata bagi siswa.
Sedangkan dalam proses belajar mengajar yang harus aktif adalah
siswa. Siswa sebisa mungkin harus menggali pengetahuan yang telah
dimilikinya. Kreatifitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk
menjadi orang yang kritis menganalisa suatu hal karena mereka diajak
untuk berpikir bukan hanya meniru yang telah ada (Suparno, 1997:81).
Sedangkan Jacqueline Grennon Brooks dan Martin G. Brooks (1993)
menawarkan lima prinsip kunci konstruktivist teori belajar. Menurutnya
terdapat lima panduan prinsip konstruktivisme:
Prinsip 1: Permasalahan yang muncul sebagai hal yang relevan dengan
siswa.
Dalam banyak contoh, masalah style anda mengajar mungkin akan
menjadi relevan dengan selera untuk para siswa, dan mereka akan
mendekatinya, merasakan keterkaitannya kepada kehidupan mereka.
Prinsip 2: Struktur belajar di sekitar konsep-konsep utama
Mendorong para siswa untuk membuat makna dari bagian-bagian yang
mulai dengan bagian-bagian dahulu untuk membangun kemudian sesuatu
yang "menyeluruh/utuh."
Prinsip 3: Carikan dan hargai poin-poin pandangan siswa sebagai jendela
memberi alasan mereka.
Tantangan gagasan dan pencarian elaborasi yang tepat ditangkap
siswa, sering mengancam banyak siswa. Maksudnya adalah bahwa sering
para siswa di dalam kelas yang secara tradisional mereka tidak bisa
menduga serta menghubungkan apa yang guru maksudkan untuk jawaban
yang benar dan cepat, agar ia tidak berada di luar topik dari diskusi kelas
yang diadakan. Mereka harus betul-betul "masuk" dan ”sibuk” ikut
mengkaji tugas-tugas dalam belajar sebagai konstruktivis lingkungan
melalui petanyaan-peranyaan, sanggahan, ataupun jawaban yang diajukan.
Prinsip 4. Sesuaikan pembelajaran dengan perkiraan menuju
pengembangan siswa.
Memperkenalkan topik kajian pengembangan dengan tepat atau sesuai,
adalah suatu awal yang baik untuk dapat dipahami pengembangan konsep
berikutnya
Prinsip 5; Nilai hasil belajar siswa dalam konteks pembelajaran.
Geser atau ubah peniaian itu harus benar-benar sedang menilai apa
yang benar-benar sedang terjadi saat penilaian itu. Berlangsung, dan
jangan sekali-kai menilai itu dalam kebiasaan skor yang diperoleh
seseorang dari waktu ke waktu. Ekspresi Anda bisa bervariasi,
marah. Namun peru diingat marahnya seorang guru dalam kerangka
sedang mendidik, dalam konteks pembelajaran, bukan marah
mengekspresikan kekesalan.
Dalam sistem belajar mengajar yang konstruktivis guru diberi
kebebasan untuk mengajar dikelasnya sesuai dnegan keadaan siswa. Guru
perlu diberi kebebasan untuk menggunakan metode yang relavan yang
menuntut keaktifan murid. Guru sebaiknya menyediakan prasarana yang
akan meningkatkan kreativitas siswa dalam membentuk pengetahuan.
(Suparno, 1997:83).
Maka Proses belajar konstruktivistik adalah pemberian makna oleh
siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi
yang bermuara pada pemutahkiran sturktur kognitifnya. Kegiatan belajar
lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan
dari fakta-fakta yang terlepas-lepas.
B. Metode Demonstrasi
1. Pengertian Demonstrasi
Demonstrasi berasal dari kata demonstration yang berarti pertunjukan.
Maka model pembelajaran dangan demonstrasi diartikan sebagai model
pengajaran dengan pendekatan visual agar siswa dapat mengamati proses,
informasi, peristiwa, alat dalam pembelajaran fisika ( Suparno, 2007: 142).
Tujuannya sangat jelas agar siswa memahami bahwa yang diajarkan lewat
Model demonstrasi ini dapat bersifat konstruktivis bila dalam
domonstrasi guru tidak hanya menunjukan proses ataupun alatnya, tetapi
disertai banyak pertanyaan yang mengajak siswa berpikir dan menjawab
persoalan yang diajukan. Maka demonstrasi yang baik selalu diawali
dengan pertanyaan-pertanyaan dari guru, sehingga siswa berpikir atau
membuat hipotesis ataupun ide awal. Setelah itu baru guru menunjukan
demonstrasinya dan siswa dapat mengamati apakah yang mereka pikirkan
dan jawabkan itu sama dengan yang mereka amati.
2. Mengapa Demonstrasi Digunakan untuk Mengajar
Banyak guru suka menggunakan demosntrasi dalam mengajar fisika
karena alasan-alasan berikut:
a. Murah karena peralatan yang disediakan sedikit, ssedangkan dalam
praktikum biayanya lebih mahal karena peralatannya banyak. Untuk
sekolah yang tidak kaya jelas model demonstrasi lebih mudah dibuat.
b. Peralatan yang dipunyai sekolah sedikit sehingga tidak dapat untuk
praktikum. Kadang juga ada peralatan yang sulit dicari maka paling
mudah diajarkan dengan demonstrasi.
c. Dalam pelaksanaan domonstrasi tidak makan waktu lama seperti
dalam praktikum karena semua dilakukan oleh guru sendiri.
d. Guru tetap dapat memberikan pertanyaan rangsangan pada siswa untuk
3. Bagaimana merencanakan Demonstrasi yang baik
Agar demonstrasi sungguh berjalan dengan baik sesuai dengan yang
direncanakan dan sungguh dapat membantu siswa mengerti, perlulah guru
mempersiapkan apa yang mau didemonstrasikan, peralatannya dan juga
kesiapan menyajikannya. Beberapa catatan berikut sangat berguna bagi
guru ( Suparno,2007:142).
a. Guru mengidentifikasi konsep atau prinsip fisika yang mau diajarkan.
Lalu membuat design demonstrasi macam apa yang akan digunakan
untuk menjelaskan prinsip di atas.
b. Bila prinsip yang mau dijelskan panjang, sebaiknya dipotong-potong
menjadi lebih pendek dan kecil sehingga mudah dijelaskan.
c. Rencanakan agar siswa sungguh terlibat dalam proses demonstrasi,
bukan hanya sebagai pengamat saja. Misalnya siswa diminta maju
kedepan dan mengukur sendiri.
d. Rencanakan peralatan yang digunakan secara teliti. Bila kelas kita
luas, maka peralatan demonstrasi sebaiknya dipilih yang besar
sehingga dapat nampak dari belakang.
e. Cobalah peralatan demonstrasi itu sebelum pembelajaran di mulai,
sehingga guur siap dan tidak grogi dalam pembelajaran sesungguhnya
karena alat tidak jelan.
f. Pertanyaan-pertanyaan untuk siswa perlu disiapkan agar terarah.
Trowbridge & Bybee dalam Suparno (2007) secara rinci menekankan
apa yang perlu diperhatikan selama guru melakukan demonstrasi, yaitu:
a. Demonstrasi supaya sungguh jelas dapat dilihat siswa. Bila siswa,
terlebih yang duduk di belakang tidak melihat, mereka diminta maju
ke depan.
b. Bicaralah yang keras sehingga siswa dapat mendengar apa yang anda
katakan.
c. Libatkan siswa dalam proses, misalnya ikut mengamati, mengukur,
mencatat hasil dan lain-lain.
d. Mulailah dengan pertanyaan awal, suruh siswamembuat hipotesis, baru
mulai ditunjukannya demonstrasi.
e. Jelaskan apa yang anda lakukan, tujuannya, dan prosesnya.
f. Bila anda bertanya kepada siswa, beri waktu mereka untuk berpikir
dahulu.
g. Gunakan papan tulis untuk menulis tujuan demo itu sehingga siswa
menjadi jelas dan dapat berpikir secara terfokus.
h. Dalam mengambil kesimpulan, biarkan siswa menyimpulkan lebih
dulu.
C. Peningkatan Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakan kegiatan
pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha
positif kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar
adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas
terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar
tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi
hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono,
2009: 3).
Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito
dalam Depdiknas (2006: 125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan
belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang
relatif permanen pada diri orang yang belajar.
Jika dikaji lebih mendalam, maka hasil belajar dapat tertuang dalam
taksonomi Bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah (domain) yaitu
domain kognitif atau kemampuan berpikir, domain afektif atau sikap, dan
domain psikomotor atau keterampilan. Sehubungan dengan itu, Gagne
dalam Sudjana (2010: 22) mengembangkan kemampuan hasil belajar
menjadi lima macam antara lain: (1) hasil belajar intelektual merupakan
hasil belajar terpenting dari sistem lingsikolastik; (2) strategi kognitif yaitu
mengatur cara belajar dan berfikir seseorang dalam arti seluas-luasnya
termaksuk kemampuan memecahkan masalah; (3) sikap dan nilai,
sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku terhadap
orang dan kejadian; (4) informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi
dan fakta; dan (5) keterampilan motorik yaitu kecakapan yang berfungsi
untuk lingkungan hidup serta memprestasikan konsep dan lambang.
menurut Winkel (2009) hasil belajar adalah suatu kemampuan internal
(capability) yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan
memungkinkan orang itu melakukan sesuatu atau memberikan prestasi
tertentu (performance).
Menurut Mamin Haryati (2007), pada umumnya hasil belajar dapat
dikelompokan menjadi tiga aspek yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan
afektif. Secara eksplisit ketiga aspek tersebut tidak dipisahkan satu sama
lain.
Apapun jenis mata pelajarannya selalu mengandung tiga aspek
tersebut namun memiliki penekanan yang berbeda. Hasil belajar disini
menekankan pada aspek kognitif.
a. Aspek kognitif
Aspek kognitif berhubungan erat dengan kemampuan berfikir,
termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi,
menganalisis, mensintesis dan kemampuab mengevaluasi. Menurut
taksonomi Bloom (Sax, 1980 dalam Haryati, 2007: 22), kemampuan
kognitif adalah kemampuan berfikir secara hirarkis yang terdiri dari
pengatahuan, pemahaman, aplikasi, sintesis dan evaluasi. Pada tingkat
Pada tingkat pemahaman peserta didik dituntut untuk menyatakan masalah
dengan kata-katanya sendiri, memberi contoh satu konsep atau prinsip.
Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsisp
atau konsep dalam situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik
diminta untuk menguraikan informasi kedalam beberapa bagian,
menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat serta menemukan
hubungan sebab-akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut untuk
menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis atau teori sendiri dan
mensintesiskan pengetahuannya. Pada tingkat evaluasi, peserta didik
mengevaluasi informasi.
Aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang
berbeda-beda. Enam tingkatan tersebut (Haryati, 2007: 23-24) yaitu:
1) Tingkat pengetahuan (knowledge)
Pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall)
berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta,
rumus, terminologi staregi problem solving dan lain sebagainya.
2) Tingkat pemahaman (comprehension)
Pada tahap ini pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk
menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan
kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan
atau menyebut kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.
Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau
menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru,
serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan
sehari-hari.
4) Tingkat Analisis (analysis)
Analisis merupakan kemampuan mengidentifikasi, memisahkan dan
membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep,
pendapat, asumsi, hipotesa dan memeriksa setiap komponen tersebut
untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi.
5) Tingkat sintesis (syntesis)
Sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan
menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang berbeda
sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
6) Tingkat evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan peserta didik
mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nalai suatu gagasan,
metode, produk, atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.
Bentuk tes kognitif diantaranya; (1) tes atau pertanyaan lisan di
kelas, (2) pilihan ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif
atau uraian bebas, (5) jawaban atau isian singkat, (6) menjodohkan, (7)
portopolio dan (8) performans.
Orang yang memiliki suatu kemampuan motorik, mampu melakukan
suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan
mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan
secara terpadu. Ciri khas dari keterampilan motorik adalah
otomatisme, yaitu rangkaian gerak gerik berlangsung secara teratur
dan berjalan dengan lancar dan supel tanpa dibutuhkan banyak refleksi
tentang apa yang dilakukan dan mengapa diikuti urutan gerak-gerik
tertentu.
c. Sikap
Orang yang bersikap tertentu cendrung menerima atau menolak suatu
obyek berdasarkan penliaian terhadap itu, berguna/berharga baginya
atau tidak.sikap merupakan kemampuan internal yang berperan sekali
dalam mengambil tindakan, lebih-lebih bila terbuka berbagai
kemungkinan untuk bertindak.
2. Kriteria Hasil Belajar
Penilaian untuk setiap soal yang sesuai dengan kriteria hasil belajar antara
lain:
1. Soal no 1 ( kriteria pengetahuan)
Kriteria pengetahuan merupakan soal tingkat rendah
a. Jika menjawab dengan jelas sesuai dengan pertanyaan diberi skor 5
c. Jika memjawab pertanyaan tidak lengkap dengan persamaan diberi
skor 3
d. Jika menjawab pertanyaan tidak lengkap hanya menyebut
persamaan hukum I newton diberi skor 2
e. Jika tidak memberikan jawaban jelas atas pertanyaan diberi skor 1
f. Jika tidak menjawab pertanyaan diberi skor 0
2. Soal no 6, 8 dan ( kriteria pemahaman)
Kriteria pemahaman merupakan kriteria tingkat sedang
a. Jika menjawab sesuai dengan pertanyaan diberi skor 5
b. Jika menjawab hanya menyebut persamaan dan contoh tidak
lengkap diberi skor 4
c. Jika menjawab pertanyaan hanya persamaan saja diberi skor 3
d. Jika menjawab pertanyan tidak lengkap dan singkat diberi skor 2
e. Jika tidak memberikan jawaban jelas atas pertanyaan diberi skor 1
f. Jika tidak menjawab pertanyaan diberi skor 0
3. Soal no 9 ( kriteria pemahaman)
Kriteria pemahaman merupakan pertanyaan tingkat sedang
a. Jika menjawab sesuai dengan pertanyaan diberi skor 10
b. Jika tidak memberikan pertanyaan jelas diberi skor 1
c. Jika tidak menjawab pertanyaan diberi skor 0
4. Soal no 2 ( kriteria penerapan)
a. Jika menjawab sesuai dengan pertanyaan diberi skor 5
b. Jika menjawab pertanyaan namun kurang lengkap diberi skor 3
c. Jika menjawab pertanyaan singkat dan tidak lengkap diberi 2
d. Jika memberikan jawaban namun salah diberi skor 1
5. Soal no 3, 4 dan 5 ( kriteria penerapan)
Kriteria penerapan merupakan soal tingkat sedang
a. Jika dapat menyebut data dan menjawab sampai selesai diberi skor
10
b. Jika dapatmenyebut data dan menjawab sampai selesai namun lupa
satuan diberi skor 8
c. Jika dapat menyebut data dan menjawab slah pada bagian kedua
diberi skor 5
d. Jika tidak menyebut data dan menjawab salah diberi skor 1
6. Soal no 10 ( kriteria penerapan)
Kriteria penerapan merupakan soal tingkat sedan
a. Jika dapat menyebut data dan menjawab sampai selesai diberi skor
15
b. Jika dapatmenyebut data dan menjawab sampai selesai namun lupa
satuan diberi skor 10
c. Jika dapat menyebut data dan menjawab slah pada bagian kedua
diberi skor 5
d. Jika tidak menyebut data dan menjawab salah diberi skor 1
Kriteria analisis merupakan soal tingkat sulit
a. Jika dapat menyebut data, masalah dan menjawab sampai selesaii
diberi skor 25
b. Jika dapat menyebut data, masalah dan menjawab sampai selesai
namun kurang satuan diberi skor 20
c. Jika dapat menyebut data, masalah dan menjawab sampai selesai
dan jawaban salah diberi skor 10
d. Jika dapat menyebut data, masalah salah dan menjawab benar
namun rumus salah diberi skor 5
e. Jika dapat menyebut data, masalah salah dan menjawab salah
diberi skor 1
f. Jika tidak dapat menjawab diberi skor 0
D. Minat Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (hal.538), minat yaitu berarti
kecendrungan hati Yang tinggi terhadap sesuatu. Minat merupakan sifat yang
relatif menetap pada diri seseorang yang berpengaruh besar terhadap kegiatan
seseorang sebab ia akan melakukan sesuatu yang diminatinya.
Pengertian minat secara istilah telah banyak dikemukakan olah banyak
ahli. Diantaranya hilgard yang dikutif oleh slameto menyatakan ,” interest is prestiting tendency to pay attention to end enjoy some activity and content”
(Slameto, 57)
Menurut Tidjan (1976:71) minat merupakan gelaja psikologi yang
senang. Dari pengertian tersebut jelas bahwa minat itu sebagai pemusatan
perhatian atau reaksi terhdap suatu obyek seperti benda tertentu atau situasi
tertentu yang didahului ole perasaan senang terhadap obyek tersebut.
Sedangkan menurut Dyimyati Mahmud (1982), minat adalah sebagai sebab
yaitu kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaruh perhatian pada
situasi atau aktivitas tertentu bukan pada yang lain, atau minat sebagai akibat
yaitu penalaman efektif yang distimulir oleh hadirnya seseorang atau sesuatu
obyek, atau karena partisipasi dalam sesuatu aktivitas.
Melalui para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa minat adalah
kecendrungan seseorang terhadap suatu obyek atau sesuatu kegiatan yang
digemari yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, keaktifan
untuk berbuat. Sehubungan dengan minat belajar, banyak ahli
menggungkapkan pendapat teorinya tentang belajar itu sendiri. Menurut
Winkel (1989:36), belajar merupakan aktivitas mental/psikis yang
berlangsung dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan sikap.
Nana sudjana(1987:28) mengungkapkan bahwa belajar adalah proses yang
aktif dan mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu.
Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses perbuatan
melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati,
memahami sesuatu.
Melalui pengertian minat dan belajar seperti yang telah dikemukan diatas
dapat disimpulakan bahwa minat belajar adalah suatu keinginan atau
melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku baik berupa
pengetahuan, sikap, dan pengetahuan.
Siswa yang berminat terhadap pelajaran tertentu akan tampak terdorong
terus untuk belajar, berbeda dengan siswa yang bersikapnya hanya menerima
pelajaran. Bentuk peneriman ini membuat mereka hanya bergerak dan mau
belajar tetap sulit untuk menekuni karena kurang ada faktor pendorongnya.
Oleh karena itu untuk memperoleh hasil belajar, yang baik dalam belajar,
seorang siswa harus memiliki minat terhadap pelajaran tersebut sehingga
akan mendorong untuk terus bekajar. Adapun faktor–faktor ayang
mempengaruhi minat belajar dapat diklarifikasikan menjadi dua
(Nashar,2004: 64) yaitu :
1. Faktor interen
a) Kondisi fisik/ jasmani siswa dalam mengikuti elajaran
Faktor kesehatan badan, seperti kondisi prima atau dalam keadaan
sakit atau lelah, sangat membantu dalam pemusatan perhatian terhadap
proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
b) Pengalaman belajar pada jenjang pendidikan sebelumnya.
Setiap siswa memiliki pengalaman yang berbeda-beda pad ajenjang
pendidikan sebelumnya. Hal demikian menjadi modal awal bagi siswa
dalam melakoni proses belajar selanjutnya. Pangalaman tersebut juga
menjadi dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman baru yang
2. Faktor eksternal
a) Metode dan gaya mengajar guru
Metode dan gaya mengajar dari guru memberi pengaruh terhadap
minat siswa dalam belajar. Maslow dalam Nashar (2004)
mengungkapkan : Guru sebagai inspirator, yang memberikan semangat
kepada setiap siswa, tampa memandang taraf kemampuan intelektual
atau tingkat motivasi belajar. Selama proses pembelajaran
berlangsung, guru dan siswa berinteraksi sebagai pribadi; baik guru
maupun siswa, mengkuminakasikan sikap dan perasaan-perasaan.
Kominikasi semacan ini menjadikan interaksi antara guru dan siswa
suatu kontak yang manusiawi.
Cara seorang guru dalam menyampaikan pelajaran terkait dengan tipe
atau karakter kepribadian. Menurut Kurt Lewin dalam Nashar (2004),
gaya-gaya kepemimpinan guru antara lain:
1) Gaya otoriter; guru berlagak dimunan, gurulah yang mengantur
segala-galanya, dan siswa tidak diberikan inisiatif.
2) Gaya demokratis; guru bertindak sebagai anggota kelompok dan
bersama dengan murid menentukan bagaimana sebaiknya proses
3) Gaya laissez-faire ; guru membiarkan siswa mengatur belajarnya
sendiri, menurut seleranya sendiri, guru tidak memberi pengarahan
kecuali bila diminta.
Dengan demikian, guru dituntut untuk dapat berbagai metode
pengajaran yang variatif yang sesuasi dengan tujuan pembelajaran.
b) Tersedianya alat penunjang da fasilitas pelajaran
Fasilitas dan alat dalam belajar memiliki peran yang penting dalam
memotivasi minat siswa dalam suatu pelajaran. Secara khusus belajar
fisika akan lebih efektif dan menatik apabila menggunakan alat dan
fasiliitas peraga dibandingkan tanpa menggunakan alat peraga atau
hanya dengan teori saja.
E. Media Pembelajaran simulasi komputer 1. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium
dapat didefinsikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya
komunikasi dari pengirim menuju penerima (Purwasasmit, Muliati.
2007).
Media pembelajaran merupakan salah satu komponen komunikasi,
yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan
(Criticos, 1996). Berdasakan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa
proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses
(komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa
(komunikan), dan tujuan pembelajaran. Jadi, media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
(bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat,
pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai
tujuan belajar (Purwasasmita, Muliati).
b. Manfaat Media Pembelajaran
McKnown dalam Latuheru (1988:22) mengatakan bahwa: (1)
pada umumnya media pembelajaran itu merupakan suatu yang baru
bagi anak didik sehingga menarik perhatian meraka, sekaligus
perhatiannya tertuju pada materi pengajaran yang disajikan, (2) dengan
menggunakan media pembelajaran dalam suatu proses belajar
mengajar anak didik mendapatkan kebebasan yang lebih besar, (3)
materi pengajaran yang disajikan dengan memanfaatkan media lebih
mudah dipahami karena lebih konkret.
Edgar Dale dalam Latuheru (1988:23) mengatakan bahwa bila
media pembelajaran digunakan dengan baik dalam suatu proses belajar
mengajar, maka manfaatnya adalah sebagai berikut: (1) perhatian anak
didik terhadap materi pengajaran akan lebih tinggi, (2) anak didik
mendapatkan pengalaman yang konkret, (3) mendorong anak didik
untuk bekerja secara mandiri, (4) hasil yang diperolah oleh anak didik
Maka dari uraian di atas dapat disimpulkan (1) media pembelajaran
menarik dan memperbesar perhatian anak didik terhadap materi
pengajaran yang disajikan, (2) media pembelajaran membantu
memberikan pengalaman belajar yang sulit diperoleh dengan cara yang
lain, (3) media pembelajaran dapat mengatasi batas-batas ruang dan
waktu, misalnya benda atau sesuatu yang diajarkan itu terlalu besar
untuk dibawa ke dalam kelas, maka dapat saja menggunakan model,
foto, atau gambar dari benda tersebut.
2. Pengertian Simulasi Komputer
Simulasi komputer merupakan suatu program yang menyajikan
hayalan suatu kenyataan. Simulasi yang berhubungan dengan pendidikan
ini memungkinkan untuk membawa sebuah kenyataan yang sebenarnya ke
dalam ruang kelas, meskipun dalam bentuk yang jauh lebih rumit dari apa
yang digambarkan.
Menurut Paul Suparno (2007), simulasi komputer adalah model
pembelajaran menggunakan program komputer untuk mensimulasikan
beberapa percobaan fisika, tidak lewat percobaan di laboratorium, tetapi
lewat monitor komputer dan siswa dapat memanipulasi data,
mengumpulkan data, manganalisis data dan mengambil kesimpulan.
Menurut Yosaphat Sumardi (2004), simulasi komputer pada dasarnya
mirip dengan eksperimen laboratorium, sehingga simulasi seringkali
model yang sedang diperhatikan dalam proses belajar, kemudian disusun
suatu prosedur untuk menampilkan model itu pada komputer.
Menurut Paul Suparno (1998), yang perlu diperhatikan dalam simulasi
agar siswa tetap aktif. Penting bahwa pembuat program simulasi
memeprhatikan beberapa hal seperti: 1) konnsep dasar bahan, 2)
kemampuan siswa, 3) prinsip metode ilmiah. Perlu dilihat apakah konseap
fisika dalam program itu benar atau tidak, agar siswa tidak diarahkan ke
konsep yang salah. Program juga perlu disesuaikan dengan tingkat
kemampuan siswa. Prinsip metode ilmiah yang lebih menekankan
keaktifan siswa dalam mengkontruksikan pengetahuan perlu mendapatkan
tekanan.
Beberapa keuntungan pembelajaran dengan simulasi komputer adalah:
a. Dapat dilakukan oleh siswa kapan pun termasuk di rumah sehingga
mereka dapat belajar lebih lama dan mengulangi bahan lebih lama
tampa terikat pada guru, jam, atau waktu.
b. Dapat menyajikan simulasi dari percobaan yang sulit dan alatnya
mahal, dengan cara yang murah bahkan dapat dilihat siswa lebih jelas.
c. Reaksi dan kejadian mikro dapat disimulasikan dengan jelas dalam
model sehingga siswa semakin jelas menangkap konsepnya.
d. Para ahli miskonsepsi menemukan bahwa simulasi komputer dapat
membantu menghilangkan miskonsepsi siswa karena siswa dapat
membandingkan pemikirannya yang tidak benar dengan simulasi yang
Simulasi komputer juga dapat digunakan sebagai pengganti di
laboratorium karena berbagai alasan yaitu:
a. Alatnya tidak lengkap sehingga percobaan tidak berjalan dengan baik.
b. Proses merangkai dan membuat percobaan sampai berfungsi kadang
memakan waktu yang lama dan lamat, sehingga tidak efektif untuk
menanamkan konsep.
c. Beberapa peralatan sangat mahal atau bahkan tidak mungkin
disediakan untuk setiap sekolah, sehingga percobaan tidak dapat
dibuat.
a. Simulasi PHET
Phisycs Education Technologi (PHET) menciptakan simulasi
interaktif dengan tujuan untuk meningkatkan minat siswa dan proses
pembelajaran (Wieman & Perkins, 2006: 290). Simulasi interaktif
adalah simulasi yang memberikan informasi kepada pelajar tentang
suatu objek atau kejadian yang dilandasi oleh asas-asas ilmu (Alessi &
Trollip, 2001: 217). Simulasi interaktif lebih menekankan cara
bagaimana belajar berinteraksi dengan simulasi. Pelajar menjalankan
simulasi dengan memilih nilai-nilai untuk berbagai parameter,
mengamati kejadian yang terjadi, menterjemahkan hasil, dan kemudian
menjalankan lagi dengan nilai-nilai berbagai parameter yang baru.
lebih dari 80 simulasi telah dikembangkan. Dengan menggunakan
simulasi PHET, simulasi dapat di unduh secara gratis lewat internet di
menjelaskan bahwa keunikan simulasi adalah dapa digunakan dalam
beberapa metode pembelajaran, seperti ceramah dengan demosntrasi,
pekerjaan rumah (PR), kelompok belajar dan ekxperimen.
Contoh simulasi phet untuk mempelajari hukum I, II newton.
b. Simulasi mikromedia flash
Micromedia Flash merupakan sebuah program yang didesain
khusus oleh micromedia, saat itu sebagai pengembangannya yang saat
ini dibeli oleh Adobe Incorporated sehingga berubah nama menjadi
Adobe Flash, Flash didesain dengan kemampuan untuk membuat
animasi 2 dimensi yang handal dan ringan sehingga flash banyak
digunakan dalam membangun dan memberikan efek animasi pada
Keunggulan dari program micromedia flash dibandingkan program
lain yang sejenis, antara lain:
1. Dapat membuat tombol interaktif dengan sebuah movie atau obyek
lain.
2. Dapat membuat perubahan animasi dari satu bentuk ke bentuk lain.
3. Dapat dikonversi dan dipublikasikan ke dalam bebarapa tipe di
antaranya adalah :.swf, .html, .gif, .jpg, .exe, .mov
F. Materi Hukum Newton a. Hukum 1 Newton
Jika gaya total yang bekrja pada benda itu sama dengan nol, maka
benda yang sedang diam akan tetap diam dan benda yang bergerak lurus
dengan kecepatan tetap akan tetap bergerak lurus dengan kecepatan tetap.
Secara matematis dapat dirumuskan:
Pernahkah anda terdorong ke depan, Ketika mobil yang anda tumpangi
direm mendadak. Ketika mobil tersebut direm mendadak, maka anda akan
berusaha mempertahankan keadaan seimbang di dalam mobil tersebut
akibatnya anda terdorong ke depan. Animasi berikut menunjukan
penerapan hukum I Newton tersebut.
Contoh simulasi komputer dalam mempelajari hukum I newton.
b. Hukum II Newton
Hukum I newton membicarakan apa yang terjadi pada benda yang
dipengaruhi oleh gaya-gaya yang resultannya nol. Kita telah tahu bahwa
pengaruh gaya-gaya itu, benda akan tetap diam atau tetap bergerak.
Hukum II newton akan membicarakan kedaan benda jika resultan gaya
yang bekerja tidak nol.
Percepatan yang ditimbulkan oleh gaya yang bekerja pada benda
tersebut berbanding lurus dengan resultan gaya yang bekrja pada benda
tersebut dan berbanding terbalik dengan massa benda tersebut.
Secara matematik hukum ini ditulis,
atau
Keterangan:
∑F = Jumlah resultan gaya yang bekerja (N)
a = percepatan benda (m/s2)
m = massa benda (kg)
=
F
Pengembangan:
Jika pada benda bekerja banyak gaya yang horizontal maka berlaku:
∑F = m.a
F1 + F2–F3 = m.a
Arah gerak benda sama dengan F1 dan F2 jika F1+F2 > F3
Jika pada beberapa benda bekerja banyak gaya horizontal maka berlaku
∑F = ∑m.a
F1+F2-F3 = (m1+m2).a
Jika pada benda bekerja gaya yang membentuk sudut ɵ dengan arah
mendatar maka berlaku:
F cos = m.a
F
α F cos α
c. Hukum III Newton
Hukum newton sering dikenal dengan hukum aksi reaksi. Hukum ini
menjelaskan tentang hubungan aksi dan reaksi suatu benda. Maka bunyi
hukum III newton:” Apabila sebuah benda memberikan gaya pada benda
kedua (gaya aksi), maka benda kedua akan mengerjakan gaya gaya pada
benda pertama sama besar dan berlawanan arah dengan arah gaya pada benda pertama”.
Hukum III Newton dinamakan juga hukum aksi-reaksi, yang ditulis
seperti berikut.
=
Keterangan:
Faksi = gaya yang bekerja pada benda
Freaksi = gaya raksi benda akibat gaya reaksi
Ada tiga syarat terjadinya aksi-reaksi, yaitu:
a. Besarnya nilai aksi sama dengan nilai reaksi.
b. Arah aksi berlawanan dengan arah reaksi.
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam
penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat hasil belajar siswa yang menggunakan metode simulasi
komputer dan hasil belajar siswa yang menggunakan metode ceramah dengan
menggunakan dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Penelitian
ini juga termasuk dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif. Termasuk dalam
penelitian kuantitatif, karena data yang diperoleh berupa angka yang akan
dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan perhitungan statistik.
Termasuk dalam penelitian kualitatif, karena data yang diperoleh berupa
uraian. Penelitian kuantitatif untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil
belajar siswa kelas X SMA N 4 Yogyakarta yang digunakan perhitungan
statistik.
B. Subyek Penelitian
Subyek yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XA
dan kelas XD SMA N 4 Yogyakarta. Jumlah siswa/i kelas XA berjumlah 32
orang dan kelas XD berjumlah 32 orang. Sistem pembelajaran pada kelas XA
(kelas eksperimen) menggunakan metode simulasi komputer. Sedangkan pada
kelas XD (kelas kontrol) proses pembelajaran menggunakan metode ceramah
peneliti menggunakan metode simulasi komputer dan pada kelas kontrol
pembelajaran dilakukan oleh guru bidang studi fisika.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di SMA N 4 Yogyakarta.
b. Penelitian dilakukan di SMA N 4 Yogyakarta pada bulan
Oktober-November 2013 dengan pokok bahasan dinamika hukum Newton.
D. Prosedur Penelitian
Membuat Perangkat Pembelajaran
Orientasi Sekolah
Membuat Instrumen Penelitian
pretes
perlakuan
posttes
Angket
Menganalisis Data
Penjelasan untuk masing-masing prosedur di atas yaitu:
1. Orientasi Sekolah
Orientasi sekolah bertujuan agar peneliti mengetahui situasi sekolah
dan kondisi kelas yang akan dilakukan penelitian. Kemudian bertemu
dengan guru mata pelajaran fisika untuk mengkonsultasikan penelitian
serta memohon ijin penelitian.
2. Membuat perangkat penelitian
Setelah melakukan orientasi sekolah dan mendapat ijin penelitian dari
sekolah dan guru mata pelajaran fisika, kemudian membuat perencanaa
pembelajaran yaitu Simulasi Komputer dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran.
3. Membuat Instrumen Penelitian
Membuat instrumen penelitian seperti pretes dan posttes yang akan
diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
4. Mengadakan Pretes
Sebelum pelaksanaan pembelajaran berlangsug, peneliti memberikan
pretes untuk mengetahui bagaimana pengetahuan awal siswa yang
berkaitan dengan pokok bahasan hukum newton untuk kedua kelas, yaitu
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
5. Melaksanakan perlakuan
Peneliti mengajar pokok bahasan hukum newton menggunakan
simulasi komputer bersama guru sehingga siswa aktif dalam proses
pembelajaran.
6. Mengadakan posttes
Setelah proses pembelajaran selesai peneliti memberikan posttes kepada
siswa, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol untuk
mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar siswa setelah mengikuti
proses pembelajaran.
7. Mengisi Angket
Pengisian angket sangat perlu dibrikan kepada siswa. Dengan mengisi
angket peneliti dapat mengetahui bagaiamana minat siswa belajar fisika
menggunakan metode simulasi komputer pada pokok bahasan hukum
newton. Angket ini hanya diberikan kepada kelas simulasi komputer.
8. Menganalisis data
Setelah melakukan pretes dan posttes, kemudian menganalisa data
yang diperoleh sehingga dapat diketahui bahwa apakah ada peningkatan
hasil belajar siswa atau tidak mengalami peningkatan serta mengetahui
apakah kelas simulasi komputer mendapatkan hasil yang lebih baik dari
kelas kontrol atau kelas kontrol yang mendapatkan hasil lebih baik dari
kelas simulasi komputer. Serta mengetahui konsep-konsep mana saja yang
mengalami peningkatan paling tinggi atau kurang mengalami peningkatan.
9. Membuat kesimpulan
Membuat kesimpulan akhir setelah mengetahui hasil belajar dengan
E. Treatment
1. Treatment pada kelas eksperimen
Treatmen yang dilakukan pada kelas eksperimen adalah menggunakan
metode simulasi komputer. Materi yang akan diajarkan sama dengan kelas
kontrol yaitu materi hukum newton. Dalam treatmen ini, peneliti
membatasi bahwa dalam simulasi komputer siswa tidak dapat
memanipulasi data, hal ini disebabkan keterbatasan penelitian membuat
simulasi, tetapi dalam simulasi komputer siswa dapat mengumpul data,
menganalisis data, dan mengambil kesimpulan. Peneliti juga akan
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan siswa akan
dibantu oleh Lembar Kerja Siswa (LKS). Dalam pelaksanaan
pembelajaran, sebelum guru memberi materi namun terlebih dahulu
menampilkan simulasi untuk membangkitkan ingatan siswa tentang
hukum newton dan siswa diminta untuk memberikan kesimpulan awal
mengenai ilustrasi yang telah diamati dari simulasi komputer. Kemudian
peneliti menunjuk salah satu siswa untuk memberi kesimpulan mengenai
simulasi dan dikaitkan dengan hukum newton. Setelah itu peneliti
memberikan ringkasan materi yang berkaitan dengan hukum Newton dan
disertai latihan soal untuk meningkatkan pemahaman siswa.
2. Treatmen pada kelas kontrol
Treatmen yang dilakukan pada kelas kontrol adalah menggunakan
metode konvensional. Materi yang akan diajarkan sama dengan kelas
peneliti tidak melakukan treatmen atau pengajaran melainkan guru bidang
studi fisika SMAN 4 Yogyakarta.
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa instrumen yaitu
instrumen pengumpulan data dan instrumen pembejaran.
1. Instrumen pengumpulan data
Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan
menggunakan metode simulasi komputer. Instrumen yang digunakan
berupa soal esai (uraian bebas) sebagai pretes dan posttes serta angket.
Instrumen pengumpulan data meliputi:
a. Tes Awal (pre-test)
Tes awal berjumlah 10 soal tes uraian. Tes ini diberikan kepada siswa
kelas kontrol dan kelas simulasi komputer sebelum guru memberikan
treatmen. Hal ini untuk mengukur seberapa jauh pemahaman awal siswa.
Isi pokok tes adalah materi-materi hukum newton.
b. Tes Akhir (post-test)
Tes akhir berjumlah 10 soal uraian. Tes ini diberikan kepada siswa
kelas kontrol dan kelas simulasi komputer setelah peneliti memberikan
treatmen. Hal ini untuk mengukur ada atau tidaknya peningkatan hasil
belajar siswa setelah diberikan treatmen.
Soal yang diberikan baik pada tes awal (pretes) dan tes akhir (posttes)
memudahkan peneliti untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman
siswa dalam memahami konsep hukum newton.
Berikut ini adalah kisi-kisi soal untuk tes penelitian
Tabel 3.1. Kisi-kisi soal pretes dan posttes
Konsep Indikator Kriteria Soal
- Sebutkan bunyi hukum I
newton
- Sebutkan contoh-contoh
gejala hukum I newton
dalam kehidupan
sehari-hari
- Mengapa ketika kita naik
bis yang sedang bergerak
- Sebutkan bunyi hukum II
- Menjelaskan
- Jika gaya sebesar 158 N
diberikan pada sebuah peti
bermassa120 kg. Berapa
percepatan yang dihasikan?
- Dua buah gaya bekerja
pada sebuah balok yang
- Jika suatu benda diberi
gaya 20 N, benda tersebut
memiliki percepatan 4m/s2.
Berapakah percepatan yang
- Sebutkan bunyi hukum III
newton
contoh kejadian yang
- Sebuah lift yang bermuatan