• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan hasil belajar siswa dengan metode Demonstrasi Berbantuan Simulasi Komputer dalam pembelajaran fisika pada pokok bahasan hukum newton untuk siswa kelas X SMAN 4 Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan hasil belajar siswa dengan metode Demonstrasi Berbantuan Simulasi Komputer dalam pembelajaran fisika pada pokok bahasan hukum newton untuk siswa kelas X SMAN 4 Yogyakarta"

Copied!
213
0
0

Teks penuh

(1)

POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON UNTUK SISWA KELAS X SMAN 4 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh: Urbanus Bey NIM: 091424031

PROGAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON UNTUK SISWA KELAS X SMAN 4 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh: Urbanus Bey NIM: 091424031

PROGAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

Jatuh belum tentu gagal, tetapi patah semangat adalah fatal ( Amsal 24 :16 a )

"24:16 Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, "

‘Tuhan mengulurkan tangan-Nya untuk menolong mereka yang telah berusaha keras’’

Dengan penuh syukur kupersembahkan karyaku kepada:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu mendampingi dalam setiap langkah hidupku

Bapak dan Mama tercinta

Kak Siska, kak Largus, Ade Eti, Ade Rensi, Ade Nando dan Yansher

(6)
(7)

vi

berbantuan simulasi komputer dalam pembelajaran fisika pada pokok bahasan hukum newton untuk siswa kelas X SMA N 4 Yogyakarta. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika,

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian termasuk dalam penelitian eksperimen dan penelitian kuantitatif dan kualiatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) peningkatan hasil belajar siswa dengan metode demonstrasi berbantuan simulasi komputer pada pokok bahasan hukum newton di kelas XA SMA N 4 Yogyakarta; (2) peningkatan hasil belajar siswa dengan metode ceramah pada pokok bahasan hukum newton di kelas XD SMA N 4 Yogyakarta; (3) perbedaan peningkatan hasil belajar siswa antara pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran demonstrasi berbantuan simulasi komputer dan pembelajaran dengan metode ceramah pada materi hukum newton di kelas X SMA N 4 Yogyakarta; (4) minat belajar siswa kelas XA SMA N 4 Yogyakarta terhadap model pembelajaran menggunakan simulasi komputer.

Penelitian dilakukan di SMA N 4 Yogyakarta pada bulan Oktober –November 2013. Subyek penelitian kelas XA dan XD SMA N 4 Yogyakarta. Jumlah keseluruhan subyek penelitian adalah 64 siswa terdiri dari 32 siswa kelas XA dan 32 siswa kelas XD. Kelas XA sebagai kelas eksperimen dan kelas XD sebagai kelas kontrol.

Hasil penelitian menunjukan bahwa; (1) pembelajaran yang dilakukan dengan metode demonstrasi berbantuan simulasi komputer dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XA dari 59,19% menjadi 88,69%; (2) pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan metode ceramah dapat meningkatkan hasl belajar siswa kelas XD dari 45,07% menjadi 76,54 %; (3) peningkatan hasil belajar siswa dengan metode demonstrasi berbantuan simulasi komputer dengan peningkatan hasil belajar siswa menggunakan metode ceramah pada kelas X SMA N 4 Yogyakarta menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan; (4) minat keseluruhan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi berbantuan simulasi komputer adalah 71,40 %; (5) tanggapan siswa terhadap pembelajaran fisika menggunakan metode demonstrasi berbantuan simulasi komputer adalah positif.

(8)

vii

method assisted by computer simulation in learning physics on the subjectof Newton’s law for the students of class X SMA N 4 Yogyakarta. Thesis,Physics Education Study Program,

Department of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education,SanataDharma University Yogyakarta.

The research is included in experimental research and quantitative and qualitative research. This research is aimed to know (1) the increasing student learning outcomes by the demonstration learning model assistedcomputer simulation on the subjectof Newton’s lawin the class XA SMA N 4 Yogyakarta; (2) the increasing student learning outcomes by the lecture method on the subject of Newton's laws in the class XD SMA N 4 Yogyakarta; (3) the difference in increasing student learning outcomes between learning physics using demonstration method assisted computer simulation and learning using lecture method on the subject of Newton's laws in the class X SMA N 4 Yogyakarta; (4) the students of class XA N

4 Yogyakarta’sinterest toward learning model using computer simulation.

The study was conducted in SMA N 4 Yogyakarta in October-November 2013. The study subjects were class XA and XD SMA N 4 Yogyakarta. The total number of study subjects were 64 students consisted of 32 students in classXA and 32 students in class XD. Class XA is as the experimental class and class XD is as the control class.

The results show that; (1) the learning that is performed by the demonstration method assisted by computer simulation can improve the student learning outcomes of class XA from 59.19% to 88.69%; (2) the learning that is performed using the lecture method can improve the student learning outcomesof class XD from 45.07% to 76.54%; (3) the increasing student learning outcomes by demonstration method assisted by computer simulation with the increasing student learning outcomes using the lecture method in class X SMA N 4 Yogyakarta shows the nothing significant differences; (4) the overall students’interest

towards learning using demonstration method assisted by computer simulation is 71.40%; (5) the students’ responses regarding learning physics by demonstration method assisted by computer simulation is positive.

(9)
(10)

ix

bimbingan dan kesempatan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul ” Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Metode Demonstrasi Berbantuan

Simulasi Komputer Dalam Pembelajaran Fisika Pada Pokok Bahasan Hukum Newton Untuk

Kelas X SMAN 4 Yogyakarta”. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini

banyak mengalami kendala, namun berkat dukungan, doa, semangan dan bantuan dari berbagai

pihak baik secara langsung maupun mauoun tidak lansung. Untuk itu penulis mengucapkan

banyak trima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Edi Santoso, M.S., selaku ketua Program Studi Pendidikan Fisika Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Drs. Domi Severinus,M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah dengan sabar,

tekun, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tanaga dan pikiran memberikan bimbingan,

motivasi, dan masukan yang membangun dalam membimbing penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dwi Nugraheni Rositawati, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu

memberikan semangat dan motivasi.

6. Segenap Dosen Universitas Sanata Dharma yang telah membantu memberikan bekal

(11)

x

8. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku dosen penguji validitas soal hukum

newton dalam penelitian skripsi.

9. Dra. Hj. Bambang Rahmawati Ningsih selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Yogyakarta

beserta guru-guru yang telah mengizinkan dan membantu penulis untuk melakukan

penelitian dalam rangka menyelesaikan penulisan skripsi.

10. Drs. Sabdrun Subagya selaku guru fisika kelas XA dan XD SMA Negeri 4 Yogyakarta

yang telah memberikan dukungan, bantuan dan masukan dalam penelitian.

11. Siswa SMA Negeri Yogyakarta kelas XA dan XD yang menadi partisipan dalam

penelitian.

12. Kedua Orang Tua saya tercinta Bapak Dominikus Sabe dan Mama Yosefina Meo yang

telah memberikan dukungan materi maupun moril serta doa, kasih sayang sehingga saya

termotivasi untuk tetap berjuang.

13. Kakak dan Adikku Fransiska Xaveria Itu, Maria Goreti Ule, Desi Rensiana, Ferdisius

Nando, Largus Doman, Aprianus Vereri Decastro dan tante Meri yang telah memberikan

doa serta dukungan.

14. Saudari Yuliana Sere yang selalu memberi dukungan doa dan motivasi.

15. Teman- teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika 2009.

16. Sahabat-sahabat kost rajawali Gusti, Sonny, Adri, Pius amo serta sahabat saya, Yestin

Dapa, Osri, Kiki, Natalia, Nensi yang telah memberikan dukungan dan motivasi.

17. Semua pihak yang tidak penulis sebut satu persatu yang telah membantu dalam

(12)
(13)

xii

HALAMAN JUDUL………....i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………...ii

HALAMAN PENGESAHAN………....iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………...iv

PERNYATAAN KEASLIANKARYA………...v

ABSTRAK……….vi

ABSTRACT………...vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………....viii

KATA PENGANTAR………...ix

DAFTAR ISI………...xii

DAFTAR TABEL………...xvii

DAFTAR LAMPIRAN………....xix

BAB 1 PENDAHULUAN………...1

A. LatarBelakang……….1

B. Rumusan Masalah………...4

(14)

xiii

A. Kontruktivisme………...6

1. Pengertian Kontruktivisme………..6

a. Kelebihan Kontruktivisme………...7

b. Kelemahan Kontruktivisme………...8

2. Pembelajaran Kontruktivisme………..9

B. Metode Demonstrasi………...12

1. Pengertian Demonstrasi...12

2. Mengapa Demonstrasi Digunakan untuk Mengajar...13

3. Bagaimana Merencanakan Demonstrasi yang Baik...13

4. Yang Perlu di Perhatikan Selama Demonstrasi...14

C. Peningkatan Hasil Belajar………..15

1. Pengertian Hasil Belajar...15

2. Kriteria Hasil Belajar...20

D. Minat Belajar……….23

E. Media Pembelajaran simulasi komputer………....27

1. Media Pembelajaran...27

a. Pengertian Media Pembelajaran...27

b. Manfaat Media Pembelajaran...27

2. Pengertian Simulasi Komputer...29

(15)

xiv

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………...37

A. Jenis Penelitian……….37

B. Subyek Penelitian……….37

C. Tempat dan waktupenelitian………....38

D. Prosedur Penelitian………...38

E. Treatment………..41

F. Istrumen Penelitian………...42

1. Istrumen Pengumpulan Data………..42

a. Pretes………..42

b. Postes……….42

c. Angket……….…...46

d. Wawancara………...48

2. Istrumen Pembelajaran……….…..48

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran………..49

b. LembarKerja Siswa……….….49

c. Simulasi Komputer………..…..49

G. Validitas Istrumen………...50

H. Metode Pengumpulan Data………...50

1. Penggunaan Tes……….50

(16)

x v

2. Membandingkan skor metode simulasi komputer dengan metode ceramah

menggunakan metode kuantitatif………...53

BAB IV DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN………..57 A. Pelaksanaan Penelitian………...57

B. Data Penelitian………...64

1. Hasil Pretes danpostes………..65

2. Minat siswa………67 C.Analisis Data………..68

1. Uji Normalitas………....68

2. Uji Homogenitas………....70

3. Uji T-tes dependen……….72

1) Uji Pretes dan postes kelas eksperimen………...72

2) Uji pretes dan postes kelaskontrol………..74

3) Uji untuk kelas independen………..75

4. Analisis Wawancara………...77

D.Pembahasan ………...82

1. Peningkatan hasil belajar siswa……….82

2. Minat Siswa/i dalam Belajar dengan Metode Simulasi Komputer………....87

E. Keterbatasan Penelitian………..88

BAB V KESIMPULAN DANSARAN………....90

(17)

x vi

DAFTAR PUSTAKA………....92

(18)

x vii

Tabel 3.1. Kisi–kisi soal pretes dan postes………..43

Table 3.2. Kisi-kisi angket minat………...46

Table 3.3. Kisi-kisi wawancara………..48

Table 3.4. Pemberian skor untuk soal pretes dan postes………51

Table 3.5. Kualifikasi dan interval skor……….53

Table 3.6. klasifikasi minat siswa………..56 Table 4.1. Nilai pretes dan postes kelas eksperimen……….65

Table 4.2. Nilai pretes dan postes kelas kontrol………...66

Table 4.3. Data minat siswa………...67 Table 4.4. Analisis uji normalitas………..69 Table 4.5. Rata-rata nilai pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol………70

Table 4.6. Analisis uji homogenitas………...70

Table 4.7. Rata-rata nilai pretes dan postes kelas eksperimen………...72

Table 4.8. Analisis peningkatan hasil belajarkelas eksperimen………72

Table 4.9. Rata-rata nilai pretes dan posteskelas kontrol………..74

(19)

x viii

Table 4.12. Analisis beda peningkatan hasil belajar………..76

Tabel 4.13. Peningkatan Hasil Belajar...84

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I………95

A. Surat Ijin Penelitian Universitas………96

B. Surat Keterangan Penelitian Sekolah……….97

LAMPIRAN II………...98

A. Validitas Soalinstrument penelitian oleh dosen…..………..99

B. Validitas soal intrumen peneltian oleh guru……..………..115

LAMPIRAN III………...133

A. Hasil Pretes dan Postes………134

B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran………142 C. LKS materi hukum newton………..153

D. Soal Pretes dan Postes………..156

E. Pedoman Jawaban Pretesdan Postes………...157

F. Soal kuisioner minat…...……….161

G. Daftar Pertanyaan Wawancara……….163 H. Jadwal Mengajar………..166

I. Hasil Kerja Postes Siswa Kelas XAdan kelas XD ………...167

J. Hasil kuisioner siswa………...183

(21)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi pada zaman modern ini berkembang sangat pesat. Terutama

teknologi berbasis komunikasi dan multimedia mempunyai peran yang sangat penting dalam

dunia pendidikan dan proses pembelajaran. Perkembangan teknologi yang membantu dalam

proses pengajaran menjadi mudah, menyenangkan, kreatif, dan tidak membosankan akan

menjadi pilihan yang tepat bagi para guru, khususnya dalam bidang fisika. Kemajuan

teknologi komputer sangat berpengaruh dan memberi manfaat dalam bidang pendidikan

seperti untuk bidang fisika, membantu visualisasi dan animasi dengan komputer. Maka

komputer dapat berfungsi sebagai alat simulasi dalam pembelajaran fisika.

Pada umumnya masih banyak guru yang belum memanfaatkan media dalam proses

pembelajaran dan masih menggunakan sistem pembelajaran konvensianal atau ceramah.

Sehingga ada kemungkinan rendahnya nilai kompetensi siswa disebabkan oleh strategi

penyampaian pelajaran yang kurang tepat. Suparno (2008: 2) memaparkan bahwa kebanyakan

siswa mengatakan fisika itu menakutkan, sulit dipelajari, banyak hitungan dan rumus.

Pengajar dituntut untuk mengajar dengan kreasi yang dapat menarik perhatian dan minat siswa

belajar fisika dan merubah kesimpulan dari ” pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit

dan membosankan” menjadi “pelajaran fisika merupakan pelajaran yang menyenangkan”.

Computer Assisten Learning merupakan salah satu implementasi pembelajaran yang

berorientasi siswa belajar aktif. Salah satu alasan utama pemakaian komputer sebagai media

(22)

Peran media dalam proses pembelajaran menurut Gerlac dan Ely dalam Arsyad (2002:11)

ditegaskan bahwa ada tiga keistimewaan yang dimiliki media pembelajaran yaitu:

1) Media memiliki kemampuan untuk menangkap, menyimpan dan menampilkan kembali

sesuatu objek atau kejadian,

2) Media memiliki kemampuan untuk menampilkan kembali objek atau kejadian dengan

macam cara disesuaikan dengan keperluan, dan

3) Media mempunya kemampuan untuk menampilkan sesuatu objek atau kejadian yang

mengandung makna.

Ada pendapat lain yang mengatkan betapa pentingnya media dalam proses pembelajaran,

Hamalik menyatakan bahwa media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan

dalam rangka mengefektifkan komunikasi dan interaksi antar guru dan siswa dalam proses

pendidikan dan pengajaran di sekolah. Efektifitas penggunaan media pembelajaran sangat

tergantung pada derajat kesesuaian dengan materi yang akan diajarkan.

Salah satu proses pembelajaran yang menggunakan media komputer adalah simulasi

komputer. Simulasi komputer adalah model pembelajaran menggunakan program komputer

untuk mensimulasikan beberapa percobaan fisika, tidak lewat percobaan di laboratorium,

tetapi lewat monitor komputer dan siswa dapat mempelajarinya dari simulasi itu (Suparno,

2007: 108). Simulasi Physics Education Technology (Phet) merupakan simulasi yang dapat

menunjang pembelajaran, seperti memberikan belajar tentang konsep-konsep fisika dengan

(23)

fisika yang baik.

Pembelajaran seringkali tidak berhasil karena tidak dipersiapkan secara terencana untuk

membantu pengembangan pengetahuan pada siswa. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik

untuk mengembangkan sebuah pembelajaran yang sungguh-sungguh dipersiapkan untuk

memfasilitasi pengembangan pemahaman siswa tentang hukum newton.

Pada penelitian ini, peneliti akan meneliti mengenai “ Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Dengan Metode Demonstrasi Berbantuan Simulasi Komputer Dalam Pembelajaran Fisika

Pada Pokok Bahasan Hukum Newton Untuk Siswa Kelas X SMA N 4 Yogyakarta”.

Sebelumnya sudah ada peneliti tentang metode inkuiri dan penggunaan simulasi

komputer dalam pembelajaran fisika. Namun penelitian ini berbeda dengan

penelitian-penelitian sebelumnya karena pada penelitian-penelitian sebelumnya hanya menggunakan satu simulasi

saja, misalnya Phet atau Micromedia Flash. Sedangkan penelitian ini menggunakan lebh dari

satu simulasi yaitu memadukan antara simulasi Phet dan Simulasi Micromedia Flash. Selain

itu penelitian ini juga akan melihat bagaimana minat belajar siswa terhadap pembelajaran

fisika menggunakan metode simulasi komputer.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah metode demonstrasi berbantuan simulasi komputer dapat meningkatkan hasil

(24)

3. Bagaimana minat siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan metode simulasi

komputer?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui, apakah metode demonstrasi berbantuan simulasi komputer dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Untuk mengetahui, apakah ada perbedaan signifikan peningkatan hasil belajar antara

metode demonstrasi berbantuan simulasi komputer dengan metode ceramah.

3. Mengetahui, bagaimana minat siswa setelah belajar fisika menggunakan metode simulasi

komputer.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Bagi Guru dan calon guru:

a) Metode simulasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Jadi melalui peneliti ini diharapkan dapat menjadi

informsi dalam mengembangkan pembelajaran fisika yang lebih efektif.

b) Dalam pembelajaran tidak cukup hanya menggunakan satu metode saja tetapi harus

divariasikan.

2. Bagi Siswa

a) Dengan adanya metode simulasi, membantu siswa untuk lebih mudah memahami

materi fisika.

(25)

pada pembelajaran fisika.

b) Dapat menjadi bekal dan pengalaman dalam menggunakan metode simulasi

(26)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kontruktivisme

1. Pengertian kontruktivisme

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran

kontekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi

sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak

secara tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep,

atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus

mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman

nyata. Menurut Slavin seperti dikutip oleh Dibyo, Bambang (2013) teori

konstruktivistik adalah teori yang menyatakan bahwa peserta didik secara

individual harus menemukan dan mentransformasi informasi kompleks,

mengecek informasi yang baru terhadap aturan-aturan informasi yang

lama, dan merevisi aturan-aturan yang lama bila sudah tidak sesuai lagi

Filsafat kontruktivisme adalah filsafat yang mempelajari hakikat

pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu terjadi. Menurut Glasersfeld

dalam Dibyo, Bambang (2013) konstruktivisme sebagai ‘teori

pengetahuan dengan akar dalam “filosofi, psychology, dan cybernetics”.

Von Glasersfeld mendefinisikan konstruktivisme radikal selalu

membentuk konsepsi Pengetahuan. Ia melihat Pengetahuan sebagai

(27)

atau melalui komunikasi. Apabila siswa yang menekuni pengetahuan itu,

maka pengetahuan yang akan diperoleh adalah bentukan siswa sendiri.

Dalam hal ini, pengetahuan bukanlah suatu bentukkan yang sudah jadi

atau sudah ada sejak lahir namun sesuatu yang harus dibentuk sendiri

dalam pemekirian sendiri. This, according to Piaget and Inhelder in

Grennon Brooks, J dan G. Brooks. M, (1993: 5), occurs because knowledge comes neither from the subjek nor the objek, but from the unity of the two. Menurut Piaget dan Inhelder dalam Grennon Brooks, J dan G.

Brooks. M, (1993), pengetahuan terjadi karena bukan datang dari satu

subjek atau objek, tetapi melainkan dari dua kesatuan tersebut.

Teori kontrutivistivisme memiliki kelebihan dan kekurangan

(Dibyo,Bambang, 2013):

a. Kelebihan:

1) Pembelajaran konstruktivistik memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan

menggunakan bahasa siswa sendiri.

2) Pembelajaran konstruktivistik memberi pengalaman yang

berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa sehingga

siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan

tentang fenomena yang menantang siswa.

3) Pembelajaran konstruktivistik memberi siswa kesempatan untuk

(28)

berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan

teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat.

4) Pembelajaran konstruktivistik memberi kesempatan kepada siswa

untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk

memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai

konteks.

5) Pembelajaran konstruktivistik mendorong siswa untuk

memikirkan perubahan gagasan merka setelah menyadari

kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk

mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.

6) Pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar

yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan,

saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban

yang benar.

b. Kelemahan:

1) Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang

bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi

para ahli sehingga menyebabkan miskonsepsi.

2) Konstruktivistik menanamkan agar siswa membangun

pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang

lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang

(29)

3) Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua

sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu

keaktifan dan kreativitas siswa.

2. Pembelajaran kontruktivistik

Gagne dalam siregar, E dan Nara Hartini (2011), instruction as a set of

external design to support the several processes of learning, which are

internal ( pembelajaran adalah seperangkat peristiwa-peristiwa eksternal

yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang bersifat

internal. Lebih lanjut Gagne dalam Siregar, E dan Nara Hartini (2011),

mengemukakan suatu definisi pembelajaran yang lebih lengkap:

instruction ia intended to promote learning, exsternal situation need to be arranged to activate, support and maintain the internal processing that constitutes each learning event. Pembelajaran dimaksudkan untuk

menghasilkan belajar, situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa

untuk mengaktifkan, mendukung dan mempertahankan proses internal

yang terdapat dalam setiap peristiwa belajar.

Menurut Von Glaserfeld dalam Suparno (1997:21) konstruktivisme

adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa

pengetahuan siswa adalah konsntruksi (bentukan) siswa sendiri, ia

menegaskan bahwa pengetahuan bukan suatu tiruan dari kenyataan.

Von Glaserfeld dalam Suparno (1997) menyebutkan bahwa

pengetahuan dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang sewaktu dia

(30)

Maka proses pembelajaran kontruktivistik merupakan suatu teori yang

mengaggap bahwa belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan

melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya siswa akan cepat

memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangun atas dasar realitas

yang ada di dalam masyarakat. Konsekuensinya pembelajaran harus

mampu memberikan pengalaman nyata bagi siswa.

Sedangkan dalam proses belajar mengajar yang harus aktif adalah

siswa. Siswa sebisa mungkin harus menggali pengetahuan yang telah

dimilikinya. Kreatifitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk

menjadi orang yang kritis menganalisa suatu hal karena mereka diajak

untuk berpikir bukan hanya meniru yang telah ada (Suparno, 1997:81).

Sedangkan Jacqueline Grennon Brooks dan Martin G. Brooks (1993)

menawarkan lima prinsip kunci konstruktivist teori belajar. Menurutnya

terdapat lima panduan prinsip konstruktivisme:

Prinsip 1: Permasalahan yang muncul sebagai hal yang relevan dengan

siswa.

Dalam banyak contoh, masalah style anda mengajar mungkin akan

menjadi relevan dengan selera untuk para siswa, dan mereka akan

mendekatinya, merasakan keterkaitannya kepada kehidupan mereka.

  Prinsip 2: Struktur belajar di sekitar konsep-konsep utama

Mendorong para siswa untuk membuat makna dari bagian-bagian yang

(31)

mulai dengan bagian-bagian dahulu untuk membangun kemudian sesuatu

yang "menyeluruh/utuh."

Prinsip 3: Carikan dan hargai poin-poin pandangan siswa sebagai jendela

memberi alasan mereka.

Tantangan gagasan dan pencarian elaborasi yang tepat ditangkap

siswa, sering mengancam banyak siswa. Maksudnya adalah bahwa sering

para siswa di dalam kelas yang secara tradisional mereka tidak bisa

menduga serta menghubungkan apa yang guru maksudkan untuk jawaban

yang benar dan cepat, agar ia tidak berada di luar topik dari diskusi kelas

yang diadakan. Mereka harus betul-betul "masuk" dan ”sibuk” ikut

mengkaji tugas-tugas dalam belajar sebagai konstruktivis lingkungan

melalui petanyaan-peranyaan, sanggahan, ataupun jawaban yang diajukan.

Prinsip 4. Sesuaikan pembelajaran dengan perkiraan menuju

pengembangan siswa.

Memperkenalkan topik kajian pengembangan dengan tepat atau sesuai,

adalah suatu awal yang baik untuk dapat dipahami pengembangan konsep

berikutnya

Prinsip 5; Nilai hasil belajar siswa dalam konteks pembelajaran.

Geser atau ubah peniaian itu harus benar-benar sedang menilai apa

yang benar-benar sedang terjadi saat penilaian itu. Berlangsung, dan

jangan sekali-kai menilai itu dalam kebiasaan skor yang diperoleh

seseorang dari waktu ke waktu. Ekspresi Anda bisa bervariasi,

(32)

marah. Namun peru diingat marahnya seorang guru dalam kerangka

sedang mendidik, dalam konteks pembelajaran, bukan marah

mengekspresikan kekesalan.

Dalam sistem belajar mengajar yang konstruktivis guru diberi

kebebasan untuk mengajar dikelasnya sesuai dnegan keadaan siswa. Guru

perlu diberi kebebasan untuk menggunakan metode yang relavan yang

menuntut keaktifan murid. Guru sebaiknya menyediakan prasarana yang

akan meningkatkan kreativitas siswa dalam membentuk pengetahuan.

(Suparno, 1997:83).

Maka Proses belajar konstruktivistik adalah pemberian makna oleh

siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi

yang bermuara pada pemutahkiran sturktur kognitifnya. Kegiatan belajar

lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan

dari fakta-fakta yang terlepas-lepas.

B. Metode Demonstrasi

1. Pengertian Demonstrasi

Demonstrasi berasal dari kata demonstration yang berarti pertunjukan.

Maka model pembelajaran dangan demonstrasi diartikan sebagai model

pengajaran dengan pendekatan visual agar siswa dapat mengamati proses,

informasi, peristiwa, alat dalam pembelajaran fisika ( Suparno, 2007: 142).

Tujuannya sangat jelas agar siswa memahami bahwa yang diajarkan lewat

(33)

Model demonstrasi ini dapat bersifat konstruktivis bila dalam

domonstrasi guru tidak hanya menunjukan proses ataupun alatnya, tetapi

disertai banyak pertanyaan yang mengajak siswa berpikir dan menjawab

persoalan yang diajukan. Maka demonstrasi yang baik selalu diawali

dengan pertanyaan-pertanyaan dari guru, sehingga siswa berpikir atau

membuat hipotesis ataupun ide awal. Setelah itu baru guru menunjukan

demonstrasinya dan siswa dapat mengamati apakah yang mereka pikirkan

dan jawabkan itu sama dengan yang mereka amati.

2. Mengapa Demonstrasi Digunakan untuk Mengajar

Banyak guru suka menggunakan demosntrasi dalam mengajar fisika

karena alasan-alasan berikut:

a. Murah karena peralatan yang disediakan sedikit, ssedangkan dalam

praktikum biayanya lebih mahal karena peralatannya banyak. Untuk

sekolah yang tidak kaya jelas model demonstrasi lebih mudah dibuat.

b. Peralatan yang dipunyai sekolah sedikit sehingga tidak dapat untuk

praktikum. Kadang juga ada peralatan yang sulit dicari maka paling

mudah diajarkan dengan demonstrasi.

c. Dalam pelaksanaan domonstrasi tidak makan waktu lama seperti

dalam praktikum karena semua dilakukan oleh guru sendiri.

d. Guru tetap dapat memberikan pertanyaan rangsangan pada siswa untuk

(34)

3. Bagaimana merencanakan Demonstrasi yang baik

Agar demonstrasi sungguh berjalan dengan baik sesuai dengan yang

direncanakan dan sungguh dapat membantu siswa mengerti, perlulah guru

mempersiapkan apa yang mau didemonstrasikan, peralatannya dan juga

kesiapan menyajikannya. Beberapa catatan berikut sangat berguna bagi

guru ( Suparno,2007:142).

a. Guru mengidentifikasi konsep atau prinsip fisika yang mau diajarkan.

Lalu membuat design demonstrasi macam apa yang akan digunakan

untuk menjelaskan prinsip di atas.

b. Bila prinsip yang mau dijelskan panjang, sebaiknya dipotong-potong

menjadi lebih pendek dan kecil sehingga mudah dijelaskan.

c. Rencanakan agar siswa sungguh terlibat dalam proses demonstrasi,

bukan hanya sebagai pengamat saja. Misalnya siswa diminta maju

kedepan dan mengukur sendiri.

d. Rencanakan peralatan yang digunakan secara teliti. Bila kelas kita

luas, maka peralatan demonstrasi sebaiknya dipilih yang besar

sehingga dapat nampak dari belakang.

e. Cobalah peralatan demonstrasi itu sebelum pembelajaran di mulai,

sehingga guur siap dan tidak grogi dalam pembelajaran sesungguhnya

karena alat tidak jelan.

f. Pertanyaan-pertanyaan untuk siswa perlu disiapkan agar terarah.

(35)

Trowbridge & Bybee dalam Suparno (2007) secara rinci menekankan

apa yang perlu diperhatikan selama guru melakukan demonstrasi, yaitu:

a. Demonstrasi supaya sungguh jelas dapat dilihat siswa. Bila siswa,

terlebih yang duduk di belakang tidak melihat, mereka diminta maju

ke depan.

b. Bicaralah yang keras sehingga siswa dapat mendengar apa yang anda

katakan.

c. Libatkan siswa dalam proses, misalnya ikut mengamati, mengukur,

mencatat hasil dan lain-lain.

d. Mulailah dengan pertanyaan awal, suruh siswamembuat hipotesis, baru

mulai ditunjukannya demonstrasi.

e. Jelaskan apa yang anda lakukan, tujuannya, dan prosesnya.

f. Bila anda bertanya kepada siswa, beri waktu mereka untuk berpikir

dahulu.

g. Gunakan papan tulis untuk menulis tujuan demo itu sehingga siswa

menjadi jelas dan dapat berpikir secara terfokus.

h. Dalam mengambil kesimpulan, biarkan siswa menyimpulkan lebih

dulu.

C. Peningkatan Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakan kegiatan

pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha

(36)

positif kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar

adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas

terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar

tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak

mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi

hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan

berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono,

2009: 3).

Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang

dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito

dalam Depdiknas (2006: 125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan

belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang

relatif permanen pada diri orang yang belajar.

Jika dikaji lebih mendalam, maka hasil belajar dapat tertuang dalam

taksonomi Bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah (domain) yaitu

domain kognitif atau kemampuan berpikir, domain afektif atau sikap, dan

domain psikomotor atau keterampilan. Sehubungan dengan itu, Gagne

dalam Sudjana (2010: 22) mengembangkan kemampuan hasil belajar

menjadi lima macam antara lain: (1) hasil belajar intelektual merupakan

hasil belajar terpenting dari sistem lingsikolastik; (2) strategi kognitif yaitu

mengatur cara belajar dan berfikir seseorang dalam arti seluas-luasnya

termaksuk kemampuan memecahkan masalah; (3) sikap dan nilai,

(37)

sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku terhadap

orang dan kejadian; (4) informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi

dan fakta; dan (5) keterampilan motorik yaitu kecakapan yang berfungsi

untuk lingkungan hidup serta memprestasikan konsep dan lambang.

menurut Winkel (2009) hasil belajar adalah suatu kemampuan internal

(capability) yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan

memungkinkan orang itu melakukan sesuatu atau memberikan prestasi

tertentu (performance).

Menurut Mamin Haryati (2007), pada umumnya hasil belajar dapat

dikelompokan menjadi tiga aspek yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan

afektif. Secara eksplisit ketiga aspek tersebut tidak dipisahkan satu sama

lain.

Apapun jenis mata pelajarannya selalu mengandung tiga aspek

tersebut namun memiliki penekanan yang berbeda. Hasil belajar disini

menekankan pada aspek kognitif.

a. Aspek kognitif

Aspek kognitif berhubungan erat dengan kemampuan berfikir,

termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi,

menganalisis, mensintesis dan kemampuab mengevaluasi. Menurut

taksonomi Bloom (Sax, 1980 dalam Haryati, 2007: 22), kemampuan

kognitif adalah kemampuan berfikir secara hirarkis yang terdiri dari

pengatahuan, pemahaman, aplikasi, sintesis dan evaluasi. Pada tingkat

(38)

Pada tingkat pemahaman peserta didik dituntut untuk menyatakan masalah

dengan kata-katanya sendiri, memberi contoh satu konsep atau prinsip.

Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsisp

atau konsep dalam situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik

diminta untuk menguraikan informasi kedalam beberapa bagian,

menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat serta menemukan

hubungan sebab-akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut untuk

menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis atau teori sendiri dan

mensintesiskan pengetahuannya. Pada tingkat evaluasi, peserta didik

mengevaluasi informasi.

Aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang

berbeda-beda. Enam tingkatan tersebut (Haryati, 2007: 23-24) yaitu:

1) Tingkat pengetahuan (knowledge)

Pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall)

berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta,

rumus, terminologi staregi problem solving dan lain sebagainya.

2) Tingkat pemahaman (comprehension)

Pada tahap ini pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk

menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan

kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan

atau menyebut kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.

(39)

Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau

menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru,

serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan

sehari-hari.

4) Tingkat Analisis (analysis)

Analisis merupakan kemampuan mengidentifikasi, memisahkan dan

membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep,

pendapat, asumsi, hipotesa dan memeriksa setiap komponen tersebut

untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi.

5) Tingkat sintesis (syntesis)

Sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan

menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang berbeda

sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.

6) Tingkat evaluasi (evaluation)

Evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan peserta didik

mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nalai suatu gagasan,

metode, produk, atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.

Bentuk tes kognitif diantaranya; (1) tes atau pertanyaan lisan di

kelas, (2) pilihan ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif

atau uraian bebas, (5) jawaban atau isian singkat, (6) menjodohkan, (7)

portopolio dan (8) performans.

(40)

Orang yang memiliki suatu kemampuan motorik, mampu melakukan

suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan

mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan

secara terpadu. Ciri khas dari keterampilan motorik adalah

otomatisme, yaitu rangkaian gerak gerik berlangsung secara teratur

dan berjalan dengan lancar dan supel tanpa dibutuhkan banyak refleksi

tentang apa yang dilakukan dan mengapa diikuti urutan gerak-gerik

tertentu.

c. Sikap

Orang yang bersikap tertentu cendrung menerima atau menolak suatu

obyek berdasarkan penliaian terhadap itu, berguna/berharga baginya

atau tidak.sikap merupakan kemampuan internal yang berperan sekali

dalam mengambil tindakan, lebih-lebih bila terbuka berbagai

kemungkinan untuk bertindak.

2. Kriteria Hasil Belajar

Penilaian untuk setiap soal yang sesuai dengan kriteria hasil belajar antara

lain:

1. Soal no 1 ( kriteria pengetahuan)

Kriteria pengetahuan merupakan soal tingkat rendah

a. Jika menjawab dengan jelas sesuai dengan pertanyaan diberi skor 5

(41)

c. Jika memjawab pertanyaan tidak lengkap dengan persamaan diberi

skor 3

d. Jika menjawab pertanyaan tidak lengkap hanya menyebut

persamaan hukum I newton diberi skor 2

e. Jika tidak memberikan jawaban jelas atas pertanyaan diberi skor 1

f. Jika tidak menjawab pertanyaan diberi skor 0

2. Soal no 6, 8 dan ( kriteria pemahaman)

Kriteria pemahaman merupakan kriteria tingkat sedang

a. Jika menjawab sesuai dengan pertanyaan diberi skor 5

b. Jika menjawab hanya menyebut persamaan dan contoh tidak

lengkap diberi skor 4

c. Jika menjawab pertanyaan hanya persamaan saja diberi skor 3

d. Jika menjawab pertanyan tidak lengkap dan singkat diberi skor 2

e. Jika tidak memberikan jawaban jelas atas pertanyaan diberi skor 1

f. Jika tidak menjawab pertanyaan diberi skor 0

3. Soal no 9 ( kriteria pemahaman)

Kriteria pemahaman merupakan pertanyaan tingkat sedang

a. Jika menjawab sesuai dengan pertanyaan diberi skor 10

b. Jika tidak memberikan pertanyaan jelas diberi skor 1

c. Jika tidak menjawab pertanyaan diberi skor 0

4. Soal no 2 ( kriteria penerapan)

(42)

a. Jika menjawab sesuai dengan pertanyaan diberi skor 5

b. Jika menjawab pertanyaan namun kurang lengkap diberi skor 3

c. Jika menjawab pertanyaan singkat dan tidak lengkap diberi 2

d. Jika memberikan jawaban namun salah diberi skor 1

5. Soal no 3, 4 dan 5 ( kriteria penerapan)

Kriteria penerapan merupakan soal tingkat sedang

a. Jika dapat menyebut data dan menjawab sampai selesai diberi skor

10

b. Jika dapatmenyebut data dan menjawab sampai selesai namun lupa

satuan diberi skor 8

c. Jika dapat menyebut data dan menjawab slah pada bagian kedua

diberi skor 5

d. Jika tidak menyebut data dan menjawab salah diberi skor 1

6. Soal no 10 ( kriteria penerapan)

Kriteria penerapan merupakan soal tingkat sedan

a. Jika dapat menyebut data dan menjawab sampai selesai diberi skor

15

b. Jika dapatmenyebut data dan menjawab sampai selesai namun lupa

satuan diberi skor 10

c. Jika dapat menyebut data dan menjawab slah pada bagian kedua

diberi skor 5

d. Jika tidak menyebut data dan menjawab salah diberi skor 1

(43)

Kriteria analisis merupakan soal tingkat sulit

a. Jika dapat menyebut data, masalah dan menjawab sampai selesaii

diberi skor 25

b. Jika dapat menyebut data, masalah dan menjawab sampai selesai

namun kurang satuan diberi skor 20

c. Jika dapat menyebut data, masalah dan menjawab sampai selesai

dan jawaban salah diberi skor 10

d. Jika dapat menyebut data, masalah salah dan menjawab benar

namun rumus salah diberi skor 5

e. Jika dapat menyebut data, masalah salah dan menjawab salah

diberi skor 1

f. Jika tidak dapat menjawab diberi skor 0

D. Minat Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (hal.538), minat yaitu berarti

kecendrungan hati Yang tinggi terhadap sesuatu. Minat merupakan sifat yang

relatif menetap pada diri seseorang yang berpengaruh besar terhadap kegiatan

seseorang sebab ia akan melakukan sesuatu yang diminatinya.

Pengertian minat secara istilah telah banyak dikemukakan olah banyak

ahli. Diantaranya hilgard yang dikutif oleh slameto menyatakan ,” interest is prestiting tendency to pay attention to end enjoy some activity and content”

(Slameto, 57)

Menurut Tidjan (1976:71) minat merupakan gelaja psikologi yang

(44)

senang. Dari pengertian tersebut jelas bahwa minat itu sebagai pemusatan

perhatian atau reaksi terhdap suatu obyek seperti benda tertentu atau situasi

tertentu yang didahului ole perasaan senang terhadap obyek tersebut.

Sedangkan menurut Dyimyati Mahmud (1982), minat adalah sebagai sebab

yaitu kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaruh perhatian pada

situasi atau aktivitas tertentu bukan pada yang lain, atau minat sebagai akibat

yaitu penalaman efektif yang distimulir oleh hadirnya seseorang atau sesuatu

obyek, atau karena partisipasi dalam sesuatu aktivitas.

Melalui para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa minat adalah

kecendrungan seseorang terhadap suatu obyek atau sesuatu kegiatan yang

digemari yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, keaktifan

untuk berbuat. Sehubungan dengan minat belajar, banyak ahli

menggungkapkan pendapat teorinya tentang belajar itu sendiri. Menurut

Winkel (1989:36), belajar merupakan aktivitas mental/psikis yang

berlangsung dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan sikap.

Nana sudjana(1987:28) mengungkapkan bahwa belajar adalah proses yang

aktif dan mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu.

Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses perbuatan

melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati,

memahami sesuatu.

Melalui pengertian minat dan belajar seperti yang telah dikemukan diatas

dapat disimpulakan bahwa minat belajar adalah suatu keinginan atau

(45)

melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku baik berupa

pengetahuan, sikap, dan pengetahuan.

Siswa yang berminat terhadap pelajaran tertentu akan tampak terdorong

terus untuk belajar, berbeda dengan siswa yang bersikapnya hanya menerima

pelajaran. Bentuk peneriman ini membuat mereka hanya bergerak dan mau

belajar tetap sulit untuk menekuni karena kurang ada faktor pendorongnya.

Oleh karena itu untuk memperoleh hasil belajar, yang baik dalam belajar,

seorang siswa harus memiliki minat terhadap pelajaran tersebut sehingga

akan mendorong untuk terus bekajar. Adapun faktor–faktor ayang

mempengaruhi minat belajar dapat diklarifikasikan menjadi dua

(Nashar,2004: 64) yaitu :

1. Faktor interen

a) Kondisi fisik/ jasmani siswa dalam mengikuti elajaran

Faktor kesehatan badan, seperti kondisi prima atau dalam keadaan

sakit atau lelah, sangat membantu dalam pemusatan perhatian terhadap

proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

b) Pengalaman belajar pada jenjang pendidikan sebelumnya.

Setiap siswa memiliki pengalaman yang berbeda-beda pad ajenjang

pendidikan sebelumnya. Hal demikian menjadi modal awal bagi siswa

dalam melakoni proses belajar selanjutnya. Pangalaman tersebut juga

menjadi dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman baru yang

(46)

2. Faktor eksternal

a) Metode dan gaya mengajar guru

Metode dan gaya mengajar dari guru memberi pengaruh terhadap

minat siswa dalam belajar. Maslow dalam Nashar (2004)

mengungkapkan : Guru sebagai inspirator, yang memberikan semangat

kepada setiap siswa, tampa memandang taraf kemampuan intelektual

atau tingkat motivasi belajar. Selama proses pembelajaran

berlangsung, guru dan siswa berinteraksi sebagai pribadi; baik guru

maupun siswa, mengkuminakasikan sikap dan perasaan-perasaan.

Kominikasi semacan ini menjadikan interaksi antara guru dan siswa

suatu kontak yang manusiawi.

Cara seorang guru dalam menyampaikan pelajaran terkait dengan tipe

atau karakter kepribadian. Menurut Kurt Lewin dalam Nashar (2004),

gaya-gaya kepemimpinan guru antara lain:

1) Gaya otoriter; guru berlagak dimunan, gurulah yang mengantur

segala-galanya, dan siswa tidak diberikan inisiatif.

2) Gaya demokratis; guru bertindak sebagai anggota kelompok dan

bersama dengan murid menentukan bagaimana sebaiknya proses

(47)

3) Gaya laissez-faire ; guru membiarkan siswa mengatur belajarnya

sendiri, menurut seleranya sendiri, guru tidak memberi pengarahan

kecuali bila diminta.

Dengan demikian, guru dituntut untuk dapat berbagai metode

pengajaran yang variatif yang sesuasi dengan tujuan pembelajaran.

b) Tersedianya alat penunjang da fasilitas pelajaran

Fasilitas dan alat dalam belajar memiliki peran yang penting dalam

memotivasi minat siswa dalam suatu pelajaran. Secara khusus belajar

fisika akan lebih efektif dan menatik apabila menggunakan alat dan

fasiliitas peraga dibandingkan tanpa menggunakan alat peraga atau

hanya dengan teori saja.

E. Media Pembelajaran simulasi komputer 1. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium

dapat didefinsikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya

komunikasi dari pengirim menuju penerima (Purwasasmit, Muliati.

2007).

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen komunikasi,

yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan

(Criticos, 1996). Berdasakan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa

proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses

(48)

(komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa

(komunikan), dan tujuan pembelajaran. Jadi, media pembelajaran

adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan

(bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat,

pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai

tujuan belajar (Purwasasmita, Muliati).

b. Manfaat Media Pembelajaran

McKnown dalam Latuheru (1988:22) mengatakan bahwa: (1)

pada umumnya media pembelajaran itu merupakan suatu yang baru

bagi anak didik sehingga menarik perhatian meraka, sekaligus

perhatiannya tertuju pada materi pengajaran yang disajikan, (2) dengan

menggunakan media pembelajaran dalam suatu proses belajar

mengajar anak didik mendapatkan kebebasan yang lebih besar, (3)

materi pengajaran yang disajikan dengan memanfaatkan media lebih

mudah dipahami karena lebih konkret.

Edgar Dale dalam Latuheru (1988:23) mengatakan bahwa bila

media pembelajaran digunakan dengan baik dalam suatu proses belajar

mengajar, maka manfaatnya adalah sebagai berikut: (1) perhatian anak

didik terhadap materi pengajaran akan lebih tinggi, (2) anak didik

mendapatkan pengalaman yang konkret, (3) mendorong anak didik

untuk bekerja secara mandiri, (4) hasil yang diperolah oleh anak didik

(49)

Maka dari uraian di atas dapat disimpulkan (1) media pembelajaran

menarik dan memperbesar perhatian anak didik terhadap materi

pengajaran yang disajikan, (2) media pembelajaran membantu

memberikan pengalaman belajar yang sulit diperoleh dengan cara yang

lain, (3) media pembelajaran dapat mengatasi batas-batas ruang dan

waktu, misalnya benda atau sesuatu yang diajarkan itu terlalu besar

untuk dibawa ke dalam kelas, maka dapat saja menggunakan model,

foto, atau gambar dari benda tersebut.

2. Pengertian Simulasi Komputer

Simulasi komputer merupakan suatu program yang menyajikan

hayalan suatu kenyataan. Simulasi yang berhubungan dengan pendidikan

ini memungkinkan untuk membawa sebuah kenyataan yang sebenarnya ke

dalam ruang kelas, meskipun dalam bentuk yang jauh lebih rumit dari apa

yang digambarkan.

Menurut Paul Suparno (2007), simulasi komputer adalah model

pembelajaran menggunakan program komputer untuk mensimulasikan

beberapa percobaan fisika, tidak lewat percobaan di laboratorium, tetapi

lewat monitor komputer dan siswa dapat memanipulasi data,

mengumpulkan data, manganalisis data dan mengambil kesimpulan.

Menurut Yosaphat Sumardi (2004), simulasi komputer pada dasarnya

mirip dengan eksperimen laboratorium, sehingga simulasi seringkali

(50)

model yang sedang diperhatikan dalam proses belajar, kemudian disusun

suatu prosedur untuk menampilkan model itu pada komputer.

Menurut Paul Suparno (1998), yang perlu diperhatikan dalam simulasi

agar siswa tetap aktif. Penting bahwa pembuat program simulasi

memeprhatikan beberapa hal seperti: 1) konnsep dasar bahan, 2)

kemampuan siswa, 3) prinsip metode ilmiah. Perlu dilihat apakah konseap

fisika dalam program itu benar atau tidak, agar siswa tidak diarahkan ke

konsep yang salah. Program juga perlu disesuaikan dengan tingkat

kemampuan siswa. Prinsip metode ilmiah yang lebih menekankan

keaktifan siswa dalam mengkontruksikan pengetahuan perlu mendapatkan

tekanan.

Beberapa keuntungan pembelajaran dengan simulasi komputer adalah:

a. Dapat dilakukan oleh siswa kapan pun termasuk di rumah sehingga

mereka dapat belajar lebih lama dan mengulangi bahan lebih lama

tampa terikat pada guru, jam, atau waktu.

b. Dapat menyajikan simulasi dari percobaan yang sulit dan alatnya

mahal, dengan cara yang murah bahkan dapat dilihat siswa lebih jelas.

c. Reaksi dan kejadian mikro dapat disimulasikan dengan jelas dalam

model sehingga siswa semakin jelas menangkap konsepnya.

d. Para ahli miskonsepsi menemukan bahwa simulasi komputer dapat

membantu menghilangkan miskonsepsi siswa karena siswa dapat

membandingkan pemikirannya yang tidak benar dengan simulasi yang

(51)

Simulasi komputer juga dapat digunakan sebagai pengganti di

laboratorium karena berbagai alasan yaitu:

a. Alatnya tidak lengkap sehingga percobaan tidak berjalan dengan baik.

b. Proses merangkai dan membuat percobaan sampai berfungsi kadang

memakan waktu yang lama dan lamat, sehingga tidak efektif untuk

menanamkan konsep.

c. Beberapa peralatan sangat mahal atau bahkan tidak mungkin

disediakan untuk setiap sekolah, sehingga percobaan tidak dapat

dibuat.

a. Simulasi PHET

Phisycs Education Technologi (PHET) menciptakan simulasi

interaktif dengan tujuan untuk meningkatkan minat siswa dan proses

pembelajaran (Wieman & Perkins, 2006: 290). Simulasi interaktif

adalah simulasi yang memberikan informasi kepada pelajar tentang

suatu objek atau kejadian yang dilandasi oleh asas-asas ilmu (Alessi &

Trollip, 2001: 217). Simulasi interaktif lebih menekankan cara

bagaimana belajar berinteraksi dengan simulasi. Pelajar menjalankan

simulasi dengan memilih nilai-nilai untuk berbagai parameter,

mengamati kejadian yang terjadi, menterjemahkan hasil, dan kemudian

menjalankan lagi dengan nilai-nilai berbagai parameter yang baru.

lebih dari 80 simulasi telah dikembangkan. Dengan menggunakan

simulasi PHET, simulasi dapat di unduh secara gratis lewat internet di

(52)

menjelaskan bahwa keunikan simulasi adalah dapa digunakan dalam

beberapa metode pembelajaran, seperti ceramah dengan demosntrasi,

pekerjaan rumah (PR), kelompok belajar dan ekxperimen.

Contoh simulasi phet untuk mempelajari hukum I, II newton.

b. Simulasi mikromedia flash

Micromedia Flash merupakan sebuah program yang didesain

khusus oleh micromedia, saat itu sebagai pengembangannya yang saat

ini dibeli oleh Adobe Incorporated sehingga berubah nama menjadi

Adobe Flash, Flash didesain dengan kemampuan untuk membuat

animasi 2 dimensi yang handal dan ringan sehingga flash banyak

digunakan dalam membangun dan memberikan efek animasi pada

(53)

Keunggulan dari program micromedia flash dibandingkan program

lain yang sejenis, antara lain:

1. Dapat membuat tombol interaktif dengan sebuah movie atau obyek

lain.

2. Dapat membuat perubahan animasi dari satu bentuk ke bentuk lain.

3. Dapat dikonversi dan dipublikasikan ke dalam bebarapa tipe di

antaranya adalah :.swf, .html, .gif, .jpg, .exe, .mov

F. Materi Hukum Newton a. Hukum 1 Newton

Jika gaya total yang bekrja pada benda itu sama dengan nol, maka

benda yang sedang diam akan tetap diam dan benda yang bergerak lurus

dengan kecepatan tetap akan tetap bergerak lurus dengan kecepatan tetap.

Secara matematis dapat dirumuskan:

Pernahkah anda terdorong ke depan, Ketika mobil yang anda tumpangi

direm mendadak. Ketika mobil tersebut direm mendadak, maka anda akan

berusaha mempertahankan keadaan seimbang di dalam mobil tersebut

akibatnya anda terdorong ke depan. Animasi berikut menunjukan

penerapan hukum I Newton tersebut.

(54)

Contoh simulasi komputer dalam mempelajari hukum I newton.

b. Hukum II Newton

Hukum I newton membicarakan apa yang terjadi pada benda yang

dipengaruhi oleh gaya-gaya yang resultannya nol. Kita telah tahu bahwa

pengaruh gaya-gaya itu, benda akan tetap diam atau tetap bergerak.

Hukum II newton akan membicarakan kedaan benda jika resultan gaya

yang bekerja tidak nol.

Percepatan yang ditimbulkan oleh gaya yang bekerja pada benda

tersebut berbanding lurus dengan resultan gaya yang bekrja pada benda

tersebut dan berbanding terbalik dengan massa benda tersebut.

Secara matematik hukum ini ditulis,

atau

Keterangan:

∑F = Jumlah resultan gaya yang bekerja (N)

a = percepatan benda (m/s2)

m = massa benda (kg)

=

(55)

F

Pengembangan:

Jika pada benda bekerja banyak gaya yang horizontal maka berlaku:

∑F = m.a

F1 + F2–F3 = m.a

Arah gerak benda sama dengan F1 dan F2 jika F1+F2 > F3

Jika pada beberapa benda bekerja banyak gaya horizontal maka berlaku

∑F = ∑m.a

F1+F2-F3 = (m1+m2).a

Jika pada benda bekerja gaya yang membentuk sudut ɵ dengan arah

mendatar maka berlaku:

F cos = m.a

F

α F cos α

c. Hukum III Newton

Hukum newton sering dikenal dengan hukum aksi reaksi. Hukum ini

menjelaskan tentang hubungan aksi dan reaksi suatu benda. Maka bunyi

hukum III newton:” Apabila sebuah benda memberikan gaya pada benda

kedua (gaya aksi), maka benda kedua akan mengerjakan gaya gaya pada

(56)

benda pertama sama besar dan berlawanan arah dengan arah gaya pada benda pertama”.

Hukum III Newton dinamakan juga hukum aksi-reaksi, yang ditulis

seperti berikut.

=

Keterangan:

Faksi = gaya yang bekerja pada benda

Freaksi = gaya raksi benda akibat gaya reaksi

Ada tiga syarat terjadinya aksi-reaksi, yaitu:

a. Besarnya nilai aksi sama dengan nilai reaksi.

b. Arah aksi berlawanan dengan arah reaksi.

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam

penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen ini bertujuan untuk

mengetahui tingkat hasil belajar siswa yang menggunakan metode simulasi

komputer dan hasil belajar siswa yang menggunakan metode ceramah dengan

menggunakan dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Penelitian

ini juga termasuk dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif. Termasuk dalam

penelitian kuantitatif, karena data yang diperoleh berupa angka yang akan

dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan perhitungan statistik.

Termasuk dalam penelitian kualitatif, karena data yang diperoleh berupa

uraian. Penelitian kuantitatif untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil

belajar siswa kelas X SMA N 4 Yogyakarta yang digunakan perhitungan

statistik.

B. Subyek Penelitian

Subyek yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XA

dan kelas XD SMA N 4 Yogyakarta. Jumlah siswa/i kelas XA berjumlah 32

orang dan kelas XD berjumlah 32 orang. Sistem pembelajaran pada kelas XA

(kelas eksperimen) menggunakan metode simulasi komputer. Sedangkan pada

kelas XD (kelas kontrol) proses pembelajaran menggunakan metode ceramah

(58)

peneliti menggunakan metode simulasi komputer dan pada kelas kontrol

pembelajaran dilakukan oleh guru bidang studi fisika.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di SMA N 4 Yogyakarta.

b. Penelitian dilakukan di SMA N 4 Yogyakarta pada bulan

Oktober-November 2013 dengan pokok bahasan dinamika hukum Newton.

D. Prosedur Penelitian

Membuat Perangkat Pembelajaran

Orientasi Sekolah

Membuat Instrumen Penelitian

pretes

perlakuan

posttes

Angket

Menganalisis Data

(59)

Penjelasan untuk masing-masing prosedur di atas yaitu:

1. Orientasi Sekolah

Orientasi sekolah bertujuan agar peneliti mengetahui situasi sekolah

dan kondisi kelas yang akan dilakukan penelitian. Kemudian bertemu

dengan guru mata pelajaran fisika untuk mengkonsultasikan penelitian

serta memohon ijin penelitian.

2. Membuat perangkat penelitian

Setelah melakukan orientasi sekolah dan mendapat ijin penelitian dari

sekolah dan guru mata pelajaran fisika, kemudian membuat perencanaa

pembelajaran yaitu Simulasi Komputer dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran.

3. Membuat Instrumen Penelitian

Membuat instrumen penelitian seperti pretes dan posttes yang akan

diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

4. Mengadakan Pretes

Sebelum pelaksanaan pembelajaran berlangsug, peneliti memberikan

pretes untuk mengetahui bagaimana pengetahuan awal siswa yang

berkaitan dengan pokok bahasan hukum newton untuk kedua kelas, yaitu

kelas eksperimen dan kelas kontrol.

5. Melaksanakan perlakuan

Peneliti mengajar pokok bahasan hukum newton menggunakan

(60)

simulasi komputer bersama guru sehingga siswa aktif dalam proses

pembelajaran.

6. Mengadakan posttes

Setelah proses pembelajaran selesai peneliti memberikan posttes kepada

siswa, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol untuk

mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar siswa setelah mengikuti

proses pembelajaran.

7. Mengisi Angket

Pengisian angket sangat perlu dibrikan kepada siswa. Dengan mengisi

angket peneliti dapat mengetahui bagaiamana minat siswa belajar fisika

menggunakan metode simulasi komputer pada pokok bahasan hukum

newton. Angket ini hanya diberikan kepada kelas simulasi komputer.

8. Menganalisis data

Setelah melakukan pretes dan posttes, kemudian menganalisa data

yang diperoleh sehingga dapat diketahui bahwa apakah ada peningkatan

hasil belajar siswa atau tidak mengalami peningkatan serta mengetahui

apakah kelas simulasi komputer mendapatkan hasil yang lebih baik dari

kelas kontrol atau kelas kontrol yang mendapatkan hasil lebih baik dari

kelas simulasi komputer. Serta mengetahui konsep-konsep mana saja yang

mengalami peningkatan paling tinggi atau kurang mengalami peningkatan.

9. Membuat kesimpulan

Membuat kesimpulan akhir setelah mengetahui hasil belajar dengan

(61)

E. Treatment

1. Treatment pada kelas eksperimen

Treatmen yang dilakukan pada kelas eksperimen adalah menggunakan

metode simulasi komputer. Materi yang akan diajarkan sama dengan kelas

kontrol yaitu materi hukum newton. Dalam treatmen ini, peneliti

membatasi bahwa dalam simulasi komputer siswa tidak dapat

memanipulasi data, hal ini disebabkan keterbatasan penelitian membuat

simulasi, tetapi dalam simulasi komputer siswa dapat mengumpul data,

menganalisis data, dan mengambil kesimpulan. Peneliti juga akan

membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan siswa akan

dibantu oleh Lembar Kerja Siswa (LKS). Dalam pelaksanaan

pembelajaran, sebelum guru memberi materi namun terlebih dahulu

menampilkan simulasi untuk membangkitkan ingatan siswa tentang

hukum newton dan siswa diminta untuk memberikan kesimpulan awal

mengenai ilustrasi yang telah diamati dari simulasi komputer. Kemudian

peneliti menunjuk salah satu siswa untuk memberi kesimpulan mengenai

simulasi dan dikaitkan dengan hukum newton. Setelah itu peneliti

memberikan ringkasan materi yang berkaitan dengan hukum Newton dan

disertai latihan soal untuk meningkatkan pemahaman siswa.

2. Treatmen pada kelas kontrol

Treatmen yang dilakukan pada kelas kontrol adalah menggunakan

metode konvensional. Materi yang akan diajarkan sama dengan kelas

(62)

peneliti tidak melakukan treatmen atau pengajaran melainkan guru bidang

studi fisika SMAN 4 Yogyakarta.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa instrumen yaitu

instrumen pengumpulan data dan instrumen pembejaran.

1. Instrumen pengumpulan data

Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan

menggunakan metode simulasi komputer. Instrumen yang digunakan

berupa soal esai (uraian bebas) sebagai pretes dan posttes serta angket.

Instrumen pengumpulan data meliputi:

a. Tes Awal (pre-test)

Tes awal berjumlah 10 soal tes uraian. Tes ini diberikan kepada siswa

kelas kontrol dan kelas simulasi komputer sebelum guru memberikan

treatmen. Hal ini untuk mengukur seberapa jauh pemahaman awal siswa.

Isi pokok tes adalah materi-materi hukum newton.

b. Tes Akhir (post-test)

Tes akhir berjumlah 10 soal uraian. Tes ini diberikan kepada siswa

kelas kontrol dan kelas simulasi komputer setelah peneliti memberikan

treatmen. Hal ini untuk mengukur ada atau tidaknya peningkatan hasil

belajar siswa setelah diberikan treatmen.

Soal yang diberikan baik pada tes awal (pretes) dan tes akhir (posttes)

(63)

memudahkan peneliti untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman

siswa dalam memahami konsep hukum newton.

Berikut ini adalah kisi-kisi soal untuk tes penelitian

Tabel 3.1. Kisi-kisi soal pretes dan posttes

Konsep Indikator Kriteria Soal

- Sebutkan bunyi hukum I

newton

- Sebutkan contoh-contoh

gejala hukum I newton

dalam kehidupan

sehari-hari

- Mengapa ketika kita naik

bis yang sedang bergerak

- Sebutkan bunyi hukum II

(64)

- Menjelaskan

- Jika gaya sebesar 158 N

diberikan pada sebuah peti

bermassa120 kg. Berapa

percepatan yang dihasikan?

- Dua buah gaya bekerja

pada sebuah balok yang

- Jika suatu benda diberi

gaya 20 N, benda tersebut

memiliki percepatan 4m/s2.

Berapakah percepatan yang

- Sebutkan bunyi hukum III

newton

(65)

contoh kejadian yang

- Sebuah lift yang bermuatan

Gambar

Table 4.14. Presentase minat siswa……………………………………………………………....87
Tabel 3.1. Kisi-kisi soal pretes dan posttes
Tabel 3.2. Kisi-kisi angket minat siswa terhadap pembelajaran simulasi
Tabel 3.3. Kisi-kisi wawancara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, peneliti memfokuskan penelitian dengan judul, “ Penerapan Pembelajaran Kooperatif PDEODE Berbantuan Simulasi Komputer untuk Mengurangi Miskonsepsi

Peningkatan berpikir kritis pada konsep listrik statis bagi mahasiswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah berbantuan simulasi komputer lebih tinggi

Maria Margareta: “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Media Komputer Pada Pokok Bahasan Impuls dan Momentum Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Natalia Erlyani Seran “ Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Guided Discovery Learning Berbantuan Media Berbasis Komputer untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN MEDIA BLOCK DIAGRAM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA PESERTA DIDIK KELAS X IPS7 SMA NEGERI 8 SURAKARTA

Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan penerapan metode demonstrasi berbantuan alat peraga pada mata perlajaran fisika kelas X.2 semester II tahun pelajaran 2011/2012 pada

Hal ini didukung data pada Tabel 2, diketahui bahwa mahasiswa kelas eksperimen yang dibelajar menggunakan inkuiri terbimbing berbantuan simulasi komputer memiliki

Hal ini didukung data pada Tabel 2, diketahui bahwa mahasiswa kelas eksperimen yang dibelajar menggunakan inkuiri terbimbing berbantuan simulasi komputer memiliki