• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pencitraan tubuh ideal wanita Barat dalam iklan televisi terhadap perubahan citra tubuh wanita dewasa awal Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pencitraan tubuh ideal wanita Barat dalam iklan televisi terhadap perubahan citra tubuh wanita dewasa awal Indonesia"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

BARAT DALAM IKLAN TELEVISI TERHADAP

PERUBAHAN CITRA TUBUH

WANITA DEWASA

AWAL INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :

Katarina Ani Kristianingrum NIM : 099114044

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO

Jika kau punya dua pilihan yang

sulit, pilih yang kata hatimu benar.

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan khusus dan

special

bagi Tuhan Yesus

Kristus yang sudah memberiku kesempatan berkarya untuk

membuat bangga keluarga hebatku (almarhum Papa, Mama,

(6)

vi

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 24 Januari 2014 Penulis

(7)

vii

PENGARUH PENCITRAAN TUBUH IDEAL WANITA BARAT DALAM IKLAN DI TELEVISI TERHADAP PERUBAHAN CITRA TUBUH

WANITA DEWASA AWAL INDONESIA

Katarina Ani Kristianingrum

ABSTRAK

Penelitian kuasi eksperimen ini bertujuan untuk menyelidiki adanya pengaruh pencitraan tubuh ideal wanita Barat dalam iklan di televisi terhadap citra tubuh wanita dewasa Indonesia. Penelitian dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tanggal 6 September-7 Oktober 2013. Subjek penelitian adalah 44 orang mahasiswi Universitas Sanata Dharma yang terdiri dari berbagai program studi. Dari keseluruhan subjek tersebut, 22 orang berfungsi sebagai kelompok kontrol, sedangkan 22 orang yang lain sebagai kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen diberikan tayangan iklan yang menggunakan model dengan tubuh wanita Barat, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan apapun. Peneliti berhipotesis bahwa terdapat pengaruh pencitraan tubuh ideal wanita Barat dalam iklan televisi terhadap penurunan citra tubuh wanita dewasa Indonesia. Instrumen yang digunakan berupa skala citra tubuh dengan reliabilitas 0,927 sebagai alat ukur bagi tahap pretest dan posttest. Skala tersebut digunakan untuk mengukur citra tubuh subjek sebelum dan sesudah penelitian berlangsung. Penelitian dimulai dengan penyusunan instrumen dan alat ukur, pemberian pretest, pelaksanaan penelitian dengan penayangan iklan bagi kelompok eksperimen, dan pemberian posttest bagi masing-masing kelompok pada waktu yang berbeda. Pengujian pengaruh pencitraan tubuh ideal tersebut menggunakan uji statistik uji-T. Hasil penelitian menunjukkan 1) Uji beda rata-rata pretest dan posttest pada kelompok eksperimen dengan taraf signifikansi sebesar 0,012 (p < 0,05) menunjukan bahwa perubahan yang terjadi berbeda secara signifikan, sedangkan pada kelompok kontrol memperoleh taraf signifikansi 0,056 (p > 0,05), yang berarti terjadi perubahan namun tidak berbeda secara signifikan, 2) perbandingan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen secara keseluruhan menunjukan bahwa secara umum tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok dengan taraf siginfikansi sebesar 0,329 (p > 0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pencitraan tubuh ideal wanita Barat dalam iklan televisi tidak berpengaruh terhadap penurunan citra tubuh wanita dewasa awal Indonesia.

(8)

viii

THE EFFECT OF WESTERN WOMAN IDEAL BODY IMAGING IN TELEVISION ADVERTISEMENT TOWARD BODY IMAGE CHANGES

IN INDONESIAN EARLY ADULT WOMAN

Katarina Ani Kristianingrum

ABSTRACT

This quasi-experimental study aimed to investigate the influence of Western woman Ideal body imaging in television advertisement toward body Image changes in Indonesian adult woman. This research held in Sanata Dharma University Yogyakarta on 6th September 7th October 2013. The research subjects are 44 Sanata Dharma University female students from some various study program. From all subjects, 22 subjects serve a s control group, while 22 subjects as experimental group. The experimental group was given an advertisement clips with Western woman body as the

model, whereas the control group didn’t get any treatments. Researcher hypothesis is that there is

an influence of western woman ideal body image on television advertisement toward the body

dissatisfaction of Indonesian adult woman’s body image. The instrument that used is body image scale with reliability 0,927 to measure the pretest and posttest stage. This scale is used to measure

subject’s body image before and after the research given. This research began with constructing

the instrument and measurement, gave pretest, did the research by showing advertisement for experimental group, and gave posttest for each group in a different time. This analysis of ideal body imaging effect is using statistic analysis T-test. This research shown tha t 1) the difference between pretest and posttest on experimental group was shown with significancy 0,012 (p < 0,05) it mean that the change happened significantly, whereas in the control group got significancy 0,056 (p > 0,05), which mean there is a changes but not significant. 2) the overall difference between control and experimental group shown that generally there is no significant difference between the two groups, with significancy 0,329 (p> 0,05). From this result we can conclude that Western woman ideal body imaging in television advertisement did not affect the body

dissatisfaction of Indonesian early adult woman’s body image.

(9)

ix

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Katarina Ani Kristianingrum

NIM : 099114044

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“Pengaruh Pencitraan Tubuh Ideal Wanita Barat dalam Iklan Televisi

Terhadap Perubahan Citra TubuhWanita Dewasa Awal Indonesia” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perputakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet dan media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 24 Januari 2014 Yang menyatakan,

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberikan anugerah dan pendampingan sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Pengaruh Pencitraan Tubuh Ideal Wanita Barat dalam Iklan Televisi Terhadap Perubahan Citra Tubuh Wanita Dewasa Awal Indonesia.

Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini dapat terselesaikan berkat bantuan, dukungan, saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Ibu Ratri Sunar Astuti S.Psi., M.Si., selaku Kaprodi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. Ibu Dr. Tjipto Susana M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah sabar memberikan bimbingan, kritik dan saran kepada peneliti selama penyusunan skripsi.

4. Bapak Y. Agung Santoso S.Psi., M.A., M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan saran, arahan dan bimbingan selama peneliti belajar di Universitas Sanata Dharma.

(11)

xi

6. Almarhum Papa yang luar biasa, Drs. Florentinus Suradi. 7. Mama hebat yang sabar dan pengertian, Damiana Wartini

8. Adik-adik gila yang selalu memberi dukungan yang aneh, Alfonsus Adi Nugroho dan Bartolomeus Abdi Widyatama.

9. Gank Buntu (Christi, Yanti, Detha dan Steny) yang selalu ada dari awal hingga akhir penulis berkuliah di Jogja.

10.Keluarga baru di kost musholla. Bunda We Es, dek Ay, dek Chint, dan umi Nining yang selalu memberi semangat, menemani dan membantu penulis menjelang akhir perkuliahan.

11.Sahabat-sahabat semasa SMA (Kania, Nia, Chintya, dan Ifa).

12.Mas Antonius Yuni Setiyawan yang telah sabar dan setia menemani serta membantu peneliti selama ini.

13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Penulis,

(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN...xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 8

C. TUJUAN PENELITIAN ... 8

D. MANFAAT PENELITIAN ... 8

1. Manfaat Teoretis ... 8

(13)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. CITRA TUBUH ... 10

1. Pengertian Citra Tubuh ... 10

2. Aspek Citra Tubuh ... 10

3. Faktor yang Mempengaruhi Citra Tubuh...12

B. PENCITRAAN TUBUH IDEAL WANITA BARAT ... 14

1. Definisi Pencitraan Tubuh Ideal Wanita Barat ... 14

2. Karakteristik Pencitraan Tubuh Ideal Wanita Barat ... 15

3. Faktor Pencitraan Tubuh Ideal Wanita Barat...16

C. IKLAN TELEVISI ... 17

D. PERUBAHAN NILAI ... 19

E. PERSEPSI ... 24

F. WANITA DEWASA AWAL ... 26

G. DINAMIKA ANTAR VARIABEL ... 28

H. LOGIKA EKSPERIMEN ... 31

I. HIPOTESIS ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

A. JENIS PENELITIAN ... 34

B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN ... 34

C. DEFINISI OPERASIONAL ... 34

1. Citra Tubuh ... 34

(14)

xiv

D. SUBJEK PENELITIAN ... 36

E. METODE PENGUMPULAN DATA ... 38

1. Materi Pretest dan Posttest ... 38

2. Pencitraan Tubuh Ideal Wanita Barat ... 40

F. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN ... 41

G. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ... 44

1. Validitas ... 44

2. Reliabilitas ... 50

H. METODE ANALISIS DATA ... 51

1. Uji Asumsi ... 51

2. Uji Homogenitas ... 51

3. Uji Hipotesis ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. PELAKSANAAN PENELITIAN ... 53

1. Pretest ... 53

2. Kegiatan Penelitian pada Kelompok Eksperimen... 53

3. Kegiatan pada Kelompok Kontrol ... 54

B. DATA PENELITIAN ... 54

1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 54

2. Deskripsi Data Penelitian ... 55

C. UJI ASUMSI ... 56

1. Uji Normalitas ... 56

(15)

xv

D. UJI HIPOTESIS ... 58

E. PEMBAHASAN ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. KESIMPULAN ... 64

B. KETERBATASAN PENELITIAN ... 65

C. SARAN ... 65

1. Bagi Wanita Indonesia ... 65

2. Bagi Produsen Iklan ... 65

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kriteria Kategorisasi... 37

Tabel 3.2 Kategorisasi Skor Skala Citra Tubuh ... 38

Tabel 3.3 Distribusi Item Skala Citra Tubuh Setelah Uji Coba pertama ... 46

Tabel 3.4 Distribusi Item Skala Citra Tubuh Setelah Uji Coba kedua ... 48

Tabel 3.5 Distribusi Item Skala Citra Tubuh untuk Penelitian ... 49

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas ... 51

Tabel 4.1 Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia ... 55

Tabel 4.2 Deskripsi Subjek Berdasarkan Program Studi ... 55

Tabel 4.3 Deskripsi Data Penelitian ... 56

Tabel 4.4 Uji Normalitas ... 57

Tabel 4.5 Levene’s Test for Eguality of Variances ... 57

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Dinamika Pengaruh Pencitraan Tubuh Ideal Wanita Barat

terhadap Citra Tubuh Wanita Dewasa Awal ... 31 Gambar 2. Logika Eksperimen Pemaparan Citra Tubuh Wanita Barat dalam

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A. Skala Citra Tubuh (Try Out) ... 72

Lampiran B. Skala Citra Tubuh ... 80

Lampiran C. Uji Reliabilitas ... 87

Lampiran D. Uji Prasyarat ... 94

Lampiran E. Uji Beda (T-Test)... .99

Lampiran F. Prosedur Penelitian ... 102

Lampiran G. Rundown Acara Penelitian ... 105

(19)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Citra tubuh adalah gambaran mengenai tubuh yang meliputi persepsi seseorang mengenai tubuhnya, kepuasan pada tubuh, hingga penghargaan terhadap tubuh yang membentuk penilaian secara keseluruhan terhadap penampilan tubuhnya sendiri (Thompson, Heinberg, Albate & Tantleff-Dunn, 2002). Beberapa penelitian menemukan bahwa keluarga, termasuk penilaian dan komentar orang tua terhadap tubuh, mempengaruhi pembentukan citra tubuh seseorang (Abraczinskas, Fisak, & Barnes 2011; Harris, 1995; Pratiwi, 2009). Lingkungan masyarakat, khususnya penilaian penampilan dari teman sebaya juga mempengaruhi konseptualisasi citra tubuh (Harris, 1995; Pratiwi, 2009). Faktor media juga berpengaruh pada citra tubuh dengan pemaparan citra wanita ideal yang ditampilkan oleh modelnya (Dittmar, 2009; Kasiyan, 2012; Mask & Blanchard, 2010; Thomsen, Bower, & Barnes, 2004).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa citra tubuh negatif berhubungan dengan kecenderungan mempercantik diri (Slevec & Tiggemann, 2010; Verstuyf, Vansteenkiste & Soenens, 2011). Menurut beberapa penelitian di Indonesia, sebagian besar subjek penelitian, yaitu wanita yang memiliki

(20)

ketidakpuasan terhadap tubuh, mendorong wanita untuk melakukan suntik kurus (Pratiwi, 2009). Penelitian-penelitian di luar negeri juga menunjukkan bahwa wanita yang mengalami ketidakpuasan terhadap tubuh memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk mengalami gangguan makan dan regulasi makan (Kim & Lennon, 2007; Verstuyf, dkk., 2011). Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa ketidakpuasan terhadap tubuh dapat mengancam kesehatan fisik dan psikologis wanita.

(21)

serta iklan yang hanya menampilkan gambar produknya saja 16%. Hal tersebut menunjukkan bahwa iklan yang menggunakan model utama wanita yang bertubuh langsing dan berkulit putih memiliki prosentase penayangan yang cukup besar. Walaupun prosentase penayangan terbesar adalah dengan menggunakan model utama keluarga, namun prosentase iklan yang menggunakan model utama wanita dengan citra tubuh Eropa-Amerika lebih besar jika dibandingkan dengan iklan yang menggunakan model utama pria, kelompok anak muda, group band, atau iklan yang hanya menampilkan gambar produknya saja. Hal tersebut menunjukkan bahwa pencitraan tubuh wanita Barat pada tayangan iklan di televisi nasional Indonesia cukup banyak ditampilkan.

(22)

membentuk skema baru wanita Indonesia mengenai citra wanita yang ideal sesuai gambaran tersebut.

Pengaruh paparan media terhadap citra tubuh wanita dewasa awal juga dipengaruhi oleh tugas perkembangan masa dewasa awal. Salah satu tugas perkembangan wanita dewasa awal adalah menyesuaikan diri dengan lingkungan hidup baru serta kelompok orang dewasa seusianya (Hurlock, 1980). Dalam masa ini, wanita dewasa awal mengalami masa perubahan nilai dalam diri mereka. Menurut Hurlock (1980), rasa ingin diterima dalam kelompok orang dewasa membuat wanita dewasa awal harus menerima nilai, keyakinan dan perilaku kelompok yang salah satunya dalam hal penampilan. Hal tersebut memungkinkan wanita dewasa awal mengadopsi nilai yang ada dalam masyarakat sekitarnya dalam memberi penilaian terhadap tubuh.

(23)

secara spesifik tetapi meninggalkan kesan untuk diinterpretasi oleh individu, sehingga dirasakan paparan media massa akan bervariasi tergantung pada persepsi subjek penelitian. Di sisi lain, Triyaningsih dan Triastity (2012) menemukan bahwa iklan yang ditayangkan di televisi lebih mudah dipersepsi konsumen dibandingkan iklan sama yang ditampilkan dalam media cetak. Hal ini membuat penelitian terhadap iklan di televisi menjadi cukup penting untuk dilakukan, karena iklan di televisi dapat memberikan daya tarik sebagai stimulus yang lebih kuat dibanding iklan pada media cetak.

(24)

hasil penelitian ini kurang spesifik menggambarkan kekuatan pengaruh sebuah variabel terhadap variabel lain.

Penelitian-penelitian terhadap citra tubuh yang telah dilakukan, memiliki keterbatasan. Di sisi lain, menurut Kerlinger (2006), desain penelitian adalah sekumpulan petunjuk bagi peneliti untuk mengumpulkan serta menganalisis data. Oleh karena itu, fungsi teknis utama dari desain penelitian adalah mengontrol varian, yaitu memaksimalkan varian sistematik, mengendalikan varian sistematik ekstra, dan meminimalkan varian galat. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian korelasional kausal dengan metode kuasi eksperimen selain karena di Indonesia belum banyak digunakan untuk meneliti citra tubuh, dengan membandingkan antara kelompok kontrol dan eksperimen, hubungan kausalitas antar kedua variabel tersebut dapat terlihat.

(25)

paparan bentuk tubuh model iklan yang menampilkan tubuh langsing dan berkulit putih secara berulang-ulang dapat membentuk skema tubuh ideal bagi wanita Indonesia sesuai penggambaran tersebut.

Tampilan iklan yang ditayangkan di Indonesia sebagian besar menggunakan model utama wanita dengan bentuk tubuh seperti wanita Eropa-Amerika. Hal ini dapat menimbulkan ketidakpuasan wanita Indonesia pada tubuhnya, karena tampilan fisik mereka jelas berbeda dari model yang dimunculkan dalam iklan. Ketidakpuasan tersebut menurut beberapa penelitian menyebabkan gangguan psikologis yang berdampak pula pada gangguan kesehatan fisik pada wanita (Kim & Lennon, 2007; Pratiwi, 2009; Verstuyf, dkk., 2011).

(26)

penelitian-penelitian sebelumnya tentang citra tubuh, maka peneliti ingin meneliti dampak dari pemaparan media yang menggunakan pencitraan tubuh ideal wanita Barat dalam iklan di televisi pada konseptualisasi citra tubuhwanita Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH

Apakah pencitraan tubuh ideal wanita Barat dalam iklan di televisi mempengaruhi citra tubuh wanita dewasa awal Indonesia?

C. TUJUAN PENELITIAN

Menyelidiki adanya pengaruh pencitraan tubuh ideal wanita Barat dalam iklan di televisi terhadap citra tubuh wanita dewasa awal Indonesia. D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoretis

(27)

2. Manfaat Praktis

(28)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. CITRA TUBUH

1. Pengertian Citra tubuh

Menurut Grogan (1999), citra tubuh adalah persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai tubuhnya. Ditambahkan pula oleh Schilder (dalam Grogan, 1999) bahwa citra tubuh adalah gambaran seseorang mengenai tubuhnya yang dibentuk oleh pikiran, dengan kata lain gambaran tubuh menurut orang itu sendiri. Cash dan Pruzinsky (dalam Grogan ,1999) juga menyatakan bahwa citra tubuh memiliki aspek termasuk pikiran dan perasaan seseorang mengenai tubuhnya. Citra tubuh adalah gambaran mengenai tubuh yang meliputi persepsi seseorang mengenai tubuhnya, kepuasan pada tubuh, hingga penghargaan terhadap tubuh yang membentuk penilaian secara keseluruhan terhadap penampilan tubuhnya sendiri (Thompson, Heinberg, Albate & Tantleff-Dunn , 2002).

Dari berbagai definisi tersebut, dapat dirumuskan bahwa citra tubuh adalah hasil berpikir seseorang yang melibatkan perasaan dan merupakan hasil penilaiannya terhadap bagian tubuh tertentu maupun keseluruhan penampilan tubuhnya.

2. Aspek Citra Tubuh

(29)

tentang tubuhnya. Komponen persepsi termasuk estimasi pada ukuran tubuh. Komponen pikiran termasuk penilaian seseorang terhadap daya tarik yang dapat dimunculkan oleh tubuhnya. Komponen perasaan termasuk emosi yang diasosiasikan dengan bentuk dan ukuran tubuhnya.

Menurut Thompson, dkk. (2002), aspek-aspek citra tubuh yaitu aspek kognitif, behavioral, dan perseptual. Aspek kognitif terdiri atas ekspektansi seseorang terhadap penampilan mereka berkaitan dengan figur tubuh ideal yang mereka inginkan. Aspek behavioral berkaitan dengan usaha seseorang untuk menghindari situasi mencemaskan mengenai kondisi tubuhnya. Aspek perseptual adalah kebiasaan mendefinisikan atau memberi penilaian yang berlebihan terhadap ukuran tubuh.

Dari berbagai penjelasan di atas, aspek-aspek citra tubuh dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

a. Aspek Kognitif, yaitu proses yang melibatkan pikiran dan persepsi individu dalam memberikan penilaian terhadap tubuhnya sendiri. Proses ini berkaitan dengan pembentukan skema diri dalam diri individu berdasarkan pengalamannya. Orang dapat memiliki skema diri tentang tubuh yang jelek ketika sering diberi sebutan oleh orang lain sebagai orang yang jelek. Hal tersebut berkembang menjadi skema utama yang akan digunakan individu untuk membandingkan keadaan tubuhnya dengan keadaan tubuh orang lain orang lain.

(30)

diasosiasikan dengan penampilan (bentuk dan ukuran tubuh) memunculkan emosi yang dapat membentuk penilaian individu mengenai gambaran tubuhnya.

c. Aspek Perilaku, yaitu bentuk manifestasi (perwujudan) aspek lain dari citra tubuh. Bentuk manifestasi ini adalah proses penghindaran individu dari keadaan yang dapat menimbulkan kecemasan berkaitan dengan kondisi tubuhnya. Skema mengenai tubuh ideal yang dimiliki individu mendorong individu untuk lebih dekat dengan gambaran tubuh ideal yang dapat memunculkan rasa aman bagi dirinya dibandingkan dengan gambaran yang kurang ideal.

Dari pemaparan tersebut, aspek-aspek citra tubuh yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu aspek kognitif, perasaan, dan perilaku.

3. Faktor yang Mempengaruhi Citra tubuh

Menurut beberapa penelitian, terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi citra tubuh. Faktor-faktor tersebut adalah faktor keluarga, lingkungan, dan media massa.

a. Keluarga

(31)

penelitian untuk mengetahui citra tubuh remaja putri yang melakukan suntik kurus. Dari hasil penelitian kualitatifnya, Pratiwi mendapatkan hasil bahwa faktor keluarga juga mempengaruhi konseptualisasi citra tubuh remaja putri. Dalam penelitian lain, Abraczinskas, Fisak, dan Barnes (2011) menemukan bahwa komentar orang tua terkait masalah makan, berpengaruh secara signifikan terhadap keinginan seseorang untuk menjadi kurus dan mengalami Bulimia.

b. Lingkungan

Selain faktor keluarga, lingkungan juga menjadi faktor lain yang mempengaruhi pembentukan dan pengembangan citra tubuh dalam diri seseorang. Harris (1995) menemukan adanya pengaruh lingkungan terhadap pembentukan dan konseptualisasi citra tubuh. Menurut hasil penelitiannya, variabel sosial budaya berhubungan dengan evaluasi penampilan diri. Sementara itu, Pratiwi (2009) juga menemukan adanya faktor lingkungan yaitu teman sebaya yang mempengaruhi citra tubuh remaja putri. Teman-teman sebaya subjek memiliki tubuh yang kurus, sehingga mendukung penilaian diri subjek yaitu bentuk tubuh yang ideal adalah yang tubuh yang kurus. Hal ini menunjukkan pentingnya peran masyarakat dalam pembentukan citra tubuh seseorang.

c. Media Massa

(32)

citra tubuh atlet bola Voli wanita. Hal tersebut didukung pula oleh Kim dan Lennon (2007) yang menemukan bahwa pemaparan dari majalah berpengaruh secara signifikan pada citra tubuh. Penelitian lain juga menemukan adanya pengaruh media terhadap gambaran tubuh yang ideal bagi seorang wanita (Dittmar, 2009; Mask & Blanchard, 2010). Penelitian-penelitian tersebut menegaskan pentingnya media sebagai pembawa informasi yang dekat dengan kehidupan kita juga memiliki pengaruh terhadap pembentukan citra tubuh.

Penelitian ini mengacu pada faktor media massa sebagai faktor pembentuk citra tubuh seseorang, dengan memberikan gambaran tubuh yang ideal melalui tayangan iklan yang diberikan.

B. PENCITRAAN TUBUH IDEAL WANITA BARAT 1. Definisi Pencitraan Tubuh Ideal Wanita Barat

(33)

Dari beberapa pengertian tersebut, pencitraan tubuh Ideal wanita Barat adalah gambaran tubuh wanita Barat sebagai standar ideal yang dapat memberikan daya tarik luar biasa sehingga seseorang dapat merasa aman, mudah berelasi sosial dan meraih kesuksesan serta merasakan kepuasan pada tubuhnya.

2. Karakteristik Pencitraan Tubuh Ideal Wanita Barat

Menurut Kasiyan (2012), karakteristik ketubuhan Barat atau Indo

adalah penggunaan sosok model perempuan Barat atau model Indo yaitu orang hasil dari perkawinan campur antara orang pribumi dan Barat. Ciri-ciri model yang menggambarkan bentuk tubuh wanita Barat adalah model berkulit putih khas Barat yang dapat mengubah standar ideal warna kulit bangsa Asia yang berkulit sawo matang, kuning langsat, coklat, kuning, atau hitam (Kasiyan, 2012). Khattab (2012), menjelaskan pula bahwa konstruksi global tubuh ideal wanita mengacu pada citra wanita sempurna yaitu berkulit cerah, muda, berbahasa Inggris, kurus dan heteroseksual. Ishiguro (dalam Turner & Yangwen, 2009) menambahkan bahwa standar kecantikan Barat adalah memiliki bentuk tubuh yang seimbang dengan bentuk wajah kecil, mata besar, bulu mata panjang, dan kaki yang ramping. Rovi’atin (2010)

(34)

Dari beberapa teori tersebut dapat disimpulkan bahwa pencitraan tubuh ideal wanita Barat adalah pencitraan wanita dengan bentuk tubuh langsing dan berkulit putih sebagai bentuk tubuh yang ideal.

3. Faktor Pencitraan Tubuh Ideal Wanita Barat

Pencitraan tubuh ideal wanita Barat ini termasuk dalam salah satu konsep penting dalam teori postcolonial. Said (dalam Kasiyan, 2012) menjelaskan bawa postcolonial adalah dampak yang diteliti berdasarkan catatan sejarah pada negara-negara bekas jajahan (kolonialisme) yang terkait dengan masalah ketidakadilan hubungan dialektis seperti eksploitasi, marginalitas, dan rasialisasi. Hal tersebut membuat pengaruh budaya Barat lebih dominan bagi masyarakat budaya timur, khususnya pada penggambaran tubuh ideal bagi wanita.

(35)

C. IKLAN TELEVISI

Klepper (dalam Widyatama, 2005) menyebutkan bahwa advertising

berasal dari bahasa latin yaitu ad-vere yang berarti mengoperasikan pikiran dan gagasan kepada pihak lain. Menurut Kasali (1992), iklan adalah pesan yang disampaikan melalui suatu media, diarahkan untuk membujuk orang membeli atau menawarkan suatu barang kepada masyarakat. Iklan adalah bentuk komunikasi komersil dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan produk-produk yang ditujukan untuk masyarakat umum melalui media massa (Lee & Johnson, 2004). Ditambahkan pula oleh Widyatama (2005), bahwa iklan adalah pesan yang disampaikan komunikator (sponsor) yang dilakukan dengan cara nonpersonal kepada khalayak dan mengharapkan dampak tertentu. Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa iklan adalah pesan yang disampaikan produsen kepada masyarakat umum melalui media publikasi massa yang ditujukan untuk menawarkan atau memperkenalkan produk atau jasa yang dimilikinya untuk menghasilkan suatu respon tertentu yang diinginkan.

(36)

penontonnya. Respon emosional tersebut merupakan efek komunikasi yang dilakukan melalui iklan yang diharapkan dapat diasosiasikan dengan merek sehingga menghasilkan seleksi merek atau yang biasa disebut kesadaran merek dan sikap teradap merek. Efek komunikasi tersebut mempengaruhi seseorang dalam mempertimbangkan hingga mengambil keputusan dalam pembelian. Hal ini lah yang dapat mempengaruhi keuntungan dari produk tersebut. Lee dan Johnson (2004) juga menambahkan bahwa fungsi iklan adalah memberikan informasi mengenai produk, membujuk konsumen untuk membeli produk, mengubah sikap konsumen terhadap merek atau produk tersebut, dan mengingatkan konsumen sehingga tetap membeli produk yang diiklankan tanpa memperdulikan merek lain.

Selain manfaat yang menghasilkan keuntungan, iklan juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat. Kasali (1992) menjelaskan penyalahgunaan iklan yang dilakukan untuk meraih keuntungan yang besar, justru mengubah sudut pandang pemirsa bahwa realitas yang dimunculkan di dalam iklan merupakan realitas yang sebenarnya. Orang dapat membeli barang yang sebenarnya tidak ia butuhkan karena terbuai tawaran dalam iklan dan melakukan pemborosan. Lee dan Johnson (2004) juga menjelaskan dampak buruk lain dari iklan yaitu penciptaan stereotip atau proses kategorisasi individu-individu yang menimbulkan diskriminasi terhadap mereka khususnya diskriminasi seks dalam iklan produk kecantikan.

(37)

internet. Iklan televisi adalah iklan yang ditayangkan di televisi jaringan atau televisi kabel. Kekuatan utama televisi yang membuatnya menarik sebagai media periklanan adalah metode yang cukup efisien untuk menjangkau banyak orang. Televisi juga memungkinkan dilakukannya demonstrasi produk atau jasa yang ditawarkan. Sebagai media visual, televisi juga memungkinkan adanya kombinasi suara, warna, dan gerakan membuat iklan yang ditayangkan lebih kuat dalam menciptakan dampak emosi bagi penontonnya. Selain kekuatan, iklan melalui media televisi juga memiliki kekurangan yaitu biaya produksi dan penayangan yang sangat tinggi yang mengakibatkan pemadatan waktu penayangan untuk menekan biaya serta kemungkinan penonton melewatkan iklan dengan meloncat dari satu stasiun ke stasiun lain menggunakan remote control.

Dari pemaparan tersebut, iklan yang digunakan dalam penelitian ini adalah iklan komersial yang mampu memberikan daya tarik sebagai bentuk persuasi bagi subjek yang menyaksikan.

D. PERUBAHAN NILAI

(38)

keadaan akhir yang lebih diinginkan secara pribadi atau sosial. Dari definisi-definisi tersebut, nilai merupakan struktur kognitif yang memandu seseorang untuk mempersepsi sesuatu agar dapat berperilaku dengan tepat sesuai hasil akhir atau tujuan yang diinginkan baik secara pribadi maupun sosial.

Nilai bisa berubah sementara (temporary) atau jangka panjang. Bardi dan Goodwin (2011), menjelaskan beberapa tingkat perubahan nilai yaitu mean level change dan intra-individual change. Mean level change adalah tingkat perubahan nilai yang berarti bagi individu yang mengacu pada perubahan berdasarkan rata-rata nilai yang penting dalam masyarakat. Intra-individual change adalah perubahan dari dalam diri individu yang mengacu pada perbedaan individual dalam menciptakan perubahan sesuai keinginan dirinya sendiri untuk memilih nilai mana yang penting bagi dirinya.

Terdapat dua bentuk perubahan nilai yaitu route to initial value cange

dan route to long-term value change. Route to initial value cange adalah perubahan nilai awal yang terbentuk melalui dua cara yaitu:

1. The automatic route to initial value change,yaitu perubahan otomatis yang disebabkan isyarat lingkungan individu sehingga dapat diasosiasikan dalam ingatan yang telah membentuk nilai yang sudah pasti. Asosiasi ini menyebabkan perubahan nilai yang membentuk nilai baru dalam diri individu.

(39)

perubahan nilai sehingga perlu usaha lebih keras agar nilai yang dimilikinya berubah.

Perubahan nilai sementara dapat menjadi awal perubahan jangka panjang dengan cara effortfull dengan adanya priming secara otomatis. Priming secara otomatis dapat mengaktivasi pikiran mengenai nilai baru yang pernah diberikan. Isyarat tersebut akan menjadi lebih kuat jika ada pengulangan dan memunculkan skema baru tersebut berulang kali. Hal ini yang dapat menciptakan perubahan awal pada nilai individu.

Route to long-term value change adalah pemeliharaan nilai yang telah diubah secara awal pada tahap sebelumnya, menjadi perubahan jangka panjang. Perubahan ini dilakukan dengan dua cara yaitu :

1. The automatic route to preserving initial value change.

Skema otomatis perlu diberikan berulang agar berangsur-angsur menguatkan hubungan dari satu skema ke skema lain hingga skema alternatif tersebut menjadi skema utama dan lebih dominan dalam mempengaruhi persepsi dan perilaku orang tersebut.

2. The effortfull route to preserving initial value change

(40)

Dalam perubahan nilai, terdapat beberapa fasilitator yang dapat mempermudah perubahan nilai, yaitu proses priming, adaptasi, identifikasi, pemeliharaan konsistensi, dan upaya persuasi secara langsung.

1. Priming

Priming adalah hasil pengaruh isyarat lingkungan yang membentuk skema dalam pikiran seseorang yang memandunya untuk merespon kejadian yang diasosiasikan sesuai dengan skema tersebut.

Priming merupakan awal dari perubahan nilai yang bersifat sementara. Jika proses priming tersebut diulang melalui situasi kehidupan yang baru (misalnya, orang tua) atau lingkungan (misalnya, budaya baru), perubahan nilai awal menjadi yang lebih permanen dapat terjadi.

2. Adaptasi

Perubahan hidup yang disertai dengan isyarat lingkungan kehidupan baru yang dialami, dapat mengarahkan individu pada perubahan nilai baik melalui cara otomatis atau dengan usaha lebih besar. Individu cenderung mengganti nilai-nilai lama mereka yang tidak adaptif dengan nilai baru yang sesuai dengan kondisi lingkungan baru yang mereka alami. 3. Identifikasi

(41)

Anggota baru tersebut menggunakan skema alternatif yang sama untuk menafsirkan peristiwa yang akhirnya dapat mengubah nilai lama mereka menjadi nilai baru. Identifikasi nilai kelompok ini juga didukung oleh adanya komunikasi dalam kelompok yang menjadikan nilai kelompok lebih menonjol sehingga individu baru tertarik memikirkan hal tersebut dan menjadikannya nilai yang penting bagi dirinya.

4. Pemeliharaan Konsistensi

Orang memiliki inkonsistensi mengenai konsep diri dalam dirinya. Hal tersebut terjadi karena situasi atau tindakan yang mereka lakukan tidak sesuai dengan harapan mereka terhadap diri mereka sendiri. Ketidakpuasan pada diri ini mendorong individu untuk mengatasi inkonsistensi mereka dengan menginduksi ketidakpuasan tersebut yang menghasilkan perubahan nilai pada diri mereka. Proses pemeliharaan konsistensi ini juga berkaitan dengan perubahan lingkungan, budaya, dan peran seseorang dalam masyarakat.

5. Usaha Persuasi Langsung

(42)

kelompok lebih penting dari pada individu dibandingkan budaya individual yang mendorong orang untuk berpikir mandiri.

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa perubahan nilai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan citra tubuh atau perubahan penilaian seseorang berkaitan dengan citra tubuhnya. Citra tubuh awal seseorang yang kemudian berubah setelah penelitian, menggambarkan adanya perubahan struktur kognitif yang memandu seseorang dalam mempersepsi bentuk tubuh maupun penampilan tubuhnya secara keseluruhan.

E. PERSEPSI

Menurut Suharnan (2005), persepsi adalah proses mengintepretasi informasi yang diperoleh melalui sistem indera manusia dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki. Dalam pemrosesan informasi, persepsi menjadi tahap awal dalam proses tersebut.

Berdasarkan definisi tersebut, menurut Suharnan (2005), persepsi mencakup dua proses yaitu Bottom-up dan Top-down. Bottom-up atau data driven processing adalah proses dimana aspek-aspek dunia luar ditangkap oleh individu sebagai sebuah informasi (Stimulus-informasi). Top-down atau

(43)

seseorang mengenai suatu objek dipengaruhi oleh penampilan objek itu sendiri serta pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai objek tersebut.

Proses persepsi meliputi tiga aspek yaitu pencatatan indera, pengenalan pola, dan perhatian. Pencatatan indera adalah proses penerimaan informasi berupa bentuk yang masih kasar atau belum memiliki makna melalui alat indera. Setelah proses pencatatan indera, proses dilanjutkan pada pengorganisasian informasi agar memiliki makna tertentu yang disebut pengenalan pola. Proses ini berkaitan dengan objek atau pengalaman yang tersimpan dalam ingatan yang diasosiasikan dengan hal baru yang memiliki makna hampir serupa. Proses terakhir adalah proses pemberian perhatian yaitu pemusatan pikiran pada suatu objek dan mengabaikan objek-objek lain pada saat yang bersamaan.

Dalam proses mempersepsi, terdapat dua macam realitas yaitu realitas objektif yang berkaitan dengan fisik dan geografis serta realitas subjektif yang berkaitan dengan psikologis individual (Suharnan, 2005). Menurut Suharnan (2005), sikap dan perilaku manusia, lebih banyak dipengaruhi oleh realitas subjektif karena ketergantungannya pada konteks, pengetahuan, dan pengalaman masing-masing orang menghasilkan persepsi orang terhadap suatu objek dapat berbeda antara orang satu dengan yang lain. Di sisi lain, kesalahan persepsi dapat disebabkan karena seseorang mempersepsikan suatu objek tidak tepat atau tidak sesuai keadaan sebenarnya (realitas objektif).

(44)

tayangan iklan, menggunakan nilai yang telah subjek miliki sebelumnya mengenai penilaian terhadap tubuh.

F. WANITA DEWASA AWAL

Santrock (1995) menyebutkan bahwa masa dewasa awal adalah masa transisi dari masa remaja menuju masa dewasa yang ditandai dengan kemandirian ekonomi dan kemandirian dalam mengambil keputusan. Menurut Hurlock (1980), masa dewasa awal dimulai pada umur 18 sampai kira-kira 40 tahun. Masa ini adalah masa pencarian kemantapan dan reproduksi yang penuh dengan masalah dan gangguan emosional, kreatifitas, dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru.

(45)

1995). Program diet seperti berolah raga hingga mengkonsumsi obat diet menjadi kebutuhan wanita dewasa awal untuk mengurangi berat badannya.

Pada masa dewasa awal, Santrock (1995) berpendapat bahwa seseorang merencanakan dan membuat hipotesis tentang masalah, namun melakukan pendekatan terhadap masalah tersebut secara sistematis dengan mengandalkan analisis yang logis untuk memecahkan masalah. Ia juga berpendapat bahwa orang pada masa ini memiliki pemikiran beragam yaitu kepercayaan bahwa setiap orang memiliki pandangan hidup dan pendapat masing-masing. Papalia, dkk. (2008) menyatakan bahwa orang dewasa awal menghadapi keadaan ketidakpastian, kontradiksi, ketidaksempurnaan, dan kompromi dengan pemikiran yang fleksibel, terbuka, adaptif dan individualis berdasarkan pengalaman subjektif dan intuisi, serta logikanya. Pemikiran pragmatis tersebut digunakan dalam mencapai tujuan jangka panjang yang berkaitan dengan pencapaian karir. Hal tersebut didukung oleh Hurlock (1980) yang mengatakan bahwa orang dewasa awal memiliki kemampuan mental untuk mempelajari dan menyesuaikan diri pada situasi-situasi baru dengan menggunakan ingatan yang telah dipelajari untuk melakukan penalaran dengan analogis dan berpikir secara kreatif.

(46)

stres sehingga dapat menunjang kesehatan fisiknya. Menurut Hurlock (1980), masa dewasa awal adalah masa perubahan nilai dalam diri seseorang. Keinginan untuk dapat diterima dalam kelompok orang dewasa membuat orang dewasa awal harus menerima nilai-nilai kelompok dalam hal keyakinan dan perilaku salah satunya yang berkaitan dengan penampilan. Penampilan orang dewasa merupakan simbol status yang mengidentifikasikannya dengan suatu kelompok sosial tertentu. Selain sebagai identifikasi kelompok, cara berpenampilan orang dewasa awal juga menunjukkan individualitas pribadi untuk menimbulkan daya tarik bagi orang lain.

G. DINAMIKA ANTAR VARIABEL

Pencitraan tubuh ideal wanita Barat adalah penggambaran tubuh wanita Eropa-Amerika sebagai tubuh yang dapat memberikan daya tarik sehingga dapat menimbulkan kepuasan dan keuntungan bagi wanita. Pencitraan tersebut terjadi karena adanya dominasi budaya Barat dalam segala bidang, termasuk periklanan. Penggunaan model iklan dengan citra tubuh wanita Barat, merupakan isyarat lingkungan yang ditangkap oleh wanita Indonesia sebagai hal yang menarik. Dalam hal ini, proses penangkapan informasi sebagai aspek dari luar diri individu (Bottom-up) terjadi yang membentuk skema yang mungkin akan digunakan individu untuk merespon kejadian yang serupa (priming).

(47)

terjadinya perubahan nilai, salah satunya dengan persuasi langsung dari media. Iklan yang menampilkan pencitraan tubuh ideal wanita Barat secara berulang-ulang merupakan upaya persuasi langsung yang dapat mendorong wanita dewasa awal Indonesia untuk berpikir tentang citra tubuh wanita Barat. Upaya ini dapat merubah nilai awal yang dimiliki wanita Indonesia yang digunakan untuk menilai tubuh menjadi nilai baru, yaitu citra tubuh wanita Barat sebagai citra tubuh yang ideal. Citra ideal ini mendorong wanita dewasa awal Indonesia merubah standar ideal bagi tubuh mereka agar sesuai dengan tubuh wanita Barat.

Pencitraan ideal wanita Barat yang dipaparkan di media massa, menjadi citra tubuh ideal yang umum bagi wanita di Indonesia. Standar ideal tersebut diidentifikasi oleh wanita Indonesia yang memiliki tugas perkembangan dewasa awal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kelompoknya. Citra ideal wanita Barat dalam iklan yang ditayangkan berulang-ulang menjadikan standar nilai ini menonjol sehingga mendorong wanita dewasa awal di Indonesia untuk berpikir bahwa standar tersebut merupakan standar yang penting bagi mereka. Hal tersebut membuat wanita dewasa awal di Indonesia mengadopsi standar tersebut dan menggunakannya untuk menilai tubuhnya sendiri.

(48)

dengan bentuk tubuh wanita Barat menyebabkan ketidakpuasan wanita Indonesia pada tubuhnya. Ketidakpuasan tersebut berkaitan dengan konsep bahwa bentuk tubuh yang ideal bagi wanita adalah bentuk tubuh wanita Barat. Ketidakpuasan ini juga mendorong wanita Indonesia untuk mengatasi inkonsistensi mereka dengan mengurangi ketidakpuasan yang menghasilkan perubahan nilai yang dapat mengarahkan individu untuk lebih dekat dengan citra idealnya.

(49)

Gambar 1

Dinamika Pengaruh Pencitraan Tubuh Ideal Wanita Barat terhadap Citra

Tubuh Wanita Dewasa Awal

H. LOGIKA EKSPERIMEN

Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa pencitraan tubuh ideal wanita Barat dalam iklan dapat mempengaruhi penilaian wanita Indonesia terhadap tubuhnya. Hal tersebut diawali oleh adanya priming

tentang citra tubuh wanita Barat yang kemudian menjadi standar umum di masyarakat. Wanita Indonesia mengidentifikasikan standar tubuh tersebut menjadi standar ideal yang digunakan untuk memberikan penilaian bagi tubuh. Hal ini menimbulkan ketidakpuasan pada wanita Indonesia yang memiliki bentuk tubuh berbeda dengan wanita Barat.

Pencitraan tubuh ideal wanita

Barat

Priming Identifikasi dengan

standar sosial

Perubahan awal/sementara Perubahan nilai

jangka panjang

Priming nilai secara berulang upaya persuasi

langsung (iklan)

Penilaian ulang (penilaian tubuh menggunakan standar baru)

Ketidakpuasan Standar

umum

Pemeliharaan konsistensi

Tubuh Ideal Wanita Barat

(50)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan efek priming. Priming adalah pemberian skema baru yang tidak dianggap penting namun dapat mengaktifasi pikiran dan perasaan pada suatu stimulus yang digunakan untuk merespon situasi yang hampir serupa dengan situasi sebelumnya. Efek

priming terjadi ketika pengaktifan pikiran, ide, dan gagasan yang berhubungan atau diasaosiasikan dengan kejadian yang telah di-priming sebelumnya.

(51)

Gambar 2

Logika Eksperimen Pemaparan Citra Tubuh Wanita Barat dalam Iklan

Berpengaruh terhadap Ketidakpuasan Wanita Indonesia

I. HIPOTESIS

Dari penjelasan di atas, muncul dugaan bahwa pencitraan tubuh ideal wanita Barat dalam iklan televisi dapat mempengaruhi ketidakpuasan citra tubuhwanita dewasa awal Indonesia.

Citra tubuh wanita

Barat

Priming upaya persuasi Identifikasi langsung (iklan)

Penilaian ulang (penilaian tubuh menggunakan standar baru)

Ketidakpuasan Standar

(52)

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional kausal dengan metode eksperimen yang bertujuan untuk mengukur akibat suatu perlakuan dari satu atau lebih variabel kepada variabel lain (Kerlinger, 2006). Peneliti memilih desain penelitian ini karena ingin melihat pengaruh pencitraan tubuh ideal wanita Barat dalam iklan komersial di media televisi terhadap citra tubuh wanita dewasa Indonesia.

B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

1. Variabel bebas : Pencitraan Tubuh Ideal Wanita barat 2. Variabel tergantung : Citra tubuh

C. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.Citra tubuh

(53)

jenjang nilai 1 sebagai nilai terendah dan nilai 9 sebagai nilai tertinggi. Semakin rendah skor yang didapat oleh subjek penelitian, berarti penilaian subjek terhadap tubuhnya semakin negatif atau dengan kata lain subjek semakin tidak puas pada tubuhnya. Selain itu, semakin tinggi skor yang didapat oleh subjek, berarti penilaian subjek terhadap tubuhnya semakin positif atau dengan kata lain subjek semakin puas pada tubuhnya.

2.Pencitraan Tubuh Ideal Wanita Barat

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variabel pencitraan tubuh ideal wanita Barat. Pencitraan tubuh ideal wanita Barat adalah penggambaran tubuh wanita Barat sebagai bentuk tubuh ideal yang dapat memberikan daya tarik luar biasa sehingga dapat memberikan kepuasan pada seseorang yang memilikinya. Definisi pencitraan tubuh ideal wanita Barat dalam penelitian ini adalah wanita dengan tubuh yang langsing dan memiliki kulit yang putih sebagai model iklan yang ditayangkan dalam penelitian.

(54)

iklan ditampilkan tiga iklan yang dipilih berdasarkan proporsi skor iklan yang terbesar diletakkan pada awal jeda, sedangkan iklan dengan proporsi nilai yang lebih rendah diletakkan setelahnya. Hal ini dilakukan agar iklan yang memiliki nilai paling besar dapat memberi pengaruh yang kuat karena diposisikan pada awal jeda. Hal ini dilakukan karena iklan yang disajikan di sela-sela adegan yang menarik dari suatu program yang banyak disukai orang, akan membuat pemirsa menghabiskan banyak waktu serta memusatkan perhatiannya untuk melihat iklan tersebut (Collett dalam Kasali, 1992). Sedangkan, kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan apa pun. Pembentukan dua kelompok tersebut berfungsi untuk membandingkan perbedaan skor posttest kedua kelompok tersebut, agar dapat melihat ada tidaknya pengaruh pemberian perlakuan pada subjek.

D.SUBJEK PENELITIAN

Menurut Arikunto (2006), teknik sampling digunakan dengan tujuan untuk menggeneralisasi hasil penelitian. Sampel yaitu bagian populasi yang mewakili untuk menjadi subjek penelitian. Dengan demikian, sampel yang diambil harus representatif atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.

(55)

sampel yang diambil dapat merepresentasikan populasi, maka pengambilan sampel harus berdasarkan ciri, sifat, atau karakteristik yang sama dengan populasi (Arikunto, 2006). Subjek yang dipilih dalam penelitian ini adalah mahasiswi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berusia 18-25 tahun. Peneliti mengambil kriteria subjek tersebut, karena sesuai dengan tahap perkembangan dewasa awal. Selain itu, peneliti mengambil subjek penelitian mahasiswi Universitas Sanata Dharma untuk memudahkan peneliti dalam pengambilan data.

Selain kriteria yang disebutkan di atas, subjek yang dipilih adalah yang memiliki skor dengan kategori tinggi dalam pretest. Tujuan pembatasan ini dilakukan supaya penurunan citra tubuh setelah perlakuan dapat terlihat.

Tabel 3.1

Kriteria Kategorisasi

Norma Kategori Jenis Kategori

X < [ - 1,0 ( σ ) ] Rendah

[ µ - 1,0 ( σ ) ] ≤ X [ µ + 1,0 ( σ ) ] Sedang

[ µ + 1,0 ( σ ) ] ≤ X Tinggi

(56)

dalam enam satuan deviasi standar sehingga diperoleh (σ) = 46 dan mean teoritis (µ) = 35 x 3 = 105.

Tabel 3.2

Kategorisasi Skor Skala Citra Tubuh

Rentang Skor Jenis Kategori

X < 59 Rendah

59 ≤ X ≤ 151 Sedang

151 ≤ X Tinggi

E.METODE PENGUMPULAN DATA

Pada penelitian eksperimen ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah pretest-posttests control group design. Pada pretest-posttests control group design, dilakukan pengukuran pretest dan posttest

sebagai pengontrolan konstansi, serta adanya randomisasi sebagai kontrol terhadap proactive history (Seniati, Yulianto & Setiadi, 2008). Pretest

diberikan untuk mengetahui penilaian awal subjek terhadap tubuhnya, yang dapat dilihat dari skor skala yang diberikan sebelum penelitian dilakukan, sedangkan posttest diberikan setelah penelitian dilakukan untuk melihat skor yang didapat sebagai akibat dari perlakuan.

1. Materi Pretest dan Posttest

(57)

yang disertai pasangan kata yang merupakan stimulus untuk membantu subjek dalam memberikan respon atas pernyataan yang disediakan (Azwar, 2005). Dalam skala ini, masing-masing pernyataan memiliki dua stimulus yang diletakkan dalam suatu kontinum yang digunakan untuk menilai tingkat penilaian subjek pada tubuhnya (citra tubuh). Deretan kontinum dalam skala ini dimulai dari angka 1 sebagai nilai terendah dan angka 9 sebagai nilai yang tertinggi. Bentuk kontinum tersebut mengacu pada skala citra tubuh yang disusun oleh Woertman tahun 1994. Bentuk skala citra tubuh ini adalah sebagai berikut:

Menurut saya, wajah saya:

Tidak cantik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Cantik

Bentuk paha saya:

Mengecewakan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Memuaskan

Saya melakukan diet ketat dalam rangka untuk mengurangi berat badan. Sering 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tidak pernah

(58)

tertinggi adalah 9 yaitu respon atau jawaban subjek yang mendekati stimulus cantik, memuaskan, dan tidak pernah.

2. Pencitraan Tubuh Ideal Wanita Barat

Pencitraan tubuh ideal wanita Barat disajikan dalam video iklan komersial dengan pesan iklan yang menunjukkan bahwa tubuh wanita Barat adalah standar tubuh yang ideal bagi penontonnya. Iklan yang dimaksudkan, menggunakan model utama wanita dengan citra tubuh wanita Barat dengan ciri-ciri bertubuh langsing dan berkulit putih. Dalam penelitian ini, dipilih video-video iklan komersial yang menggunakan model utama wanita dengan citra tubuh wanita Barat.

Sebagai kontrol, pada subjek yang masuk ke dalam kelompok kontrol, tidak diberikan tayangan video iklan. Pada kelompok ini, subjek hanya diberikan pretest bersamaan dengan kelompok eksperimen. Setelah empat minggu, subjek dalam kelompok kontrol ini diberikan posttest yang sama dengan skala posttest yang diberikan pada kelompok eksperimen.

(59)

dilakukan dengan menampilkan 20 iklan yang sesuai dengan karakteristik penelitian kepada penilai. Setelah itu, para penilai diminta untuk menentukan sembilan iklan yang dianggap memberikan daya tarik terhadap wanita dengan bentuk tubuh langsing dan berkulit putih. Dalam penilaian ini digunakan skala kontinum 1 sampai 9 dengan bentuk respon “sesuai” dan “kurang sesuai” untuk menilai kesesuaian pesan yang

disampaikan dalam iklan dengan karakteristik di atas.

Kurang sesuai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 sesuai

Penelitian ini menggunakan sembilan iklan dengan model utama bercitra tubuh langsing dan berkulit putih, dengan durasi rata-rata 30 detik bagi masing-masing iklan yang ditampilkan. Iklan-iklan yang terpilih, ditampilkan menggunakan viewer yang disajikan langsung kepada subjek penelitian.

F. PROSEDUR PELAKSAAN PENELITIAN

(60)

Agar subjek fokus dengan tayangan yang akan ditampilkan, maka penelitian dilakukan di dalam ruangan yang tertutup. Ruangan yang digunakan adalah Ruang Multi Media lantai 3 gedung pusat kampus III Universitas Sanata Dharma. Ruangan tersebut diatur dengan membuat ruangan menjadi redup (mematikan lampu). Hal ini dilakukan agar video yang ditayangkan dapat terlihat dengan jelas dan membantu subjek untuk fokus pada tayangan video. Selain itu, peneliti juga mempersiapkan ruang tunggu bagi subjek penelitian agar subjek penelitian dapat merasa nyaman saat menunggu pelaksanaan penelitian.

Dalam penelitian ini, subjek diberikan tayangan film kartun pendek yang netral. Film kartun yang dimaksud adalah film yang tidak menampilan citra tubuh wanita. Hal tersebut diantisipasi supaya tidak mengaburkan hasil perlakuan yang diberikan pada masing kelompok eksperimen. Oleh karena itu, dipilih film kartun pendek dengan tokoh-tokoh hewan. Film pendek tersebut ditayangkan dengan memberikan sisipan jeda iklan beberapa kali dalam satu durasi penayangan.

Tahap-tahap pelaksanaan penelitian: 1. Awal

(61)

b. Setelah seluruh subjek hadir, subjek kemudian dipersilahkan masuk ke ruang observasi dan duduk di kursi yang telah disediakan. Kemudian, asisten peneliti memulai rapport serta membacakan peraturan yang harus subjek taati dalam mengikuti proses penelitian.

2. Inti

a. Setelah sesi pembukaan selesai, film pertama dengan durasi ± 5 menit yang telah disiapkan mulai diputar. Setelah penayangan film selesai, 3 video iklan yang menampilkan model wanita bercitra tubuh Barat ditayangkan.

b. Setelah 3 iklan pertama selesai ditayangkan, pemutaran film lain yang berdurasi sama mulai diputar, kemudian 5 iklan lain diberikan. Setelah jeda iklan yang kedua selesai ditayangkan, film terakhir kembali diputar hingga selesai. Setelah itu, 3 iklan terakhir ditayangkan.

c. Setelah subjek selesai menyaksikan tayangan iklan pada jeda iklan yang terakhir, asisten peneliti segera membagikan skala citra tubuh sebagai pengambilan data untuk posttest selama kurang lebih 15 menit.

3. Akhir

(62)

makanan sebagai ucapan terima kasih yang telah disediakan bagi para subjek.

Gambar 3

Pretest-Posttests Control Group Design

R

G.VALIDITAS DAN RELIABILITAS 1. Validitas

Pada penelitan ini terdapat dua macam validitas yaitu: a. Validitas alat ukur

Validitas alat ukur ini diuji dengan menggunakan validitas isi. Pengujian validitas ini dilakukan dengan menggunakan metode

professional judgement, yaitu dosen pembimbing skripsi untuk melihat kesesuaian isi item dengan indikator-indikator variabel dalam skala pengukuran. Selain itu, validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini juga dilakukan dengan mengkorelasikan distribusi skor tiap item dengan skor total atau Product Moment dari Pearson (Hadi, 1996). Item-item yang mencapai korelasi minimal r ≥ 0,30 menunjukkan bahwa daya pembedanya memuaskan. Sedangkan,

item-KE

KK

Perlakuan Posttest

Posttest Pretest

(63)

item yang memiliki r kurang dari 0,30 diintepretasikan sebagai item dengan daya diskriminasi yang rendah. Di samping batasan tersebut, penyusun skala dapat menentukan sendiri batasan daya diskriminasi dengan mempertimbangkan isi dan tujuan skala yang akan digunakan (Azwar, 2009).

Pada tahap awal, peneliti menguji apakah bentuk skala yang akan disebar dapat dipahami dengan baik oleh subjek. Bentuk awal skala yang digunakan menggunakan kontinum yang dibalik responnya, seperti contoh berikut:

Menurut saya, wajah saya:

Cantik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tidak cantik

Respon pada kontinum ini bergerak dari kanan ke kiri, serta diberi angka besar untuk menunjukkan ketidakpuasan, dan angka kecil untuk menunjukkan kepuasan. Bentuk skala di atas dimaksudkan untuk mengurangi faking subjek dalam menjawab. Selain itu, pemberian bobot nilai skala tersebut adalah skor tinggi untuk respon yang mendekati kata “cantik” sedangkan bobot skor rendah untuk respon yang mendekati kata “tidak cantik”. Dari lima subjek yang menjawab

(64)

Berdasarkan uji coba kecil tersebut, maka peneliti mengubah tampilan skala menjadi seperti berikut:

Menurut saya, wajah saya:

Tidak cantik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Cantik.

Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi kekeliruan subjek dalam memberikan respon yang tepat sesuai keadaan dirinya. Dengan angka pada kontinum yang menunjukkan bobot penilaian yang sama, maka subjek akan lebih mudah dan cepat dalam memahami isi pertanyaan serta mengisi skala yang diberikan.

Setelah dilakukan uji coba bentuk skala, skala citra tubuh yang telah direvisi diujicobakan pertama kali kepada 54 mahasiswi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berusia 18-25 tahun.

Tabel 3.3

Distribusi Item Skala Citra Tubuh Setelah Uji Coba pertama

Aspek Item yang

dipakai (butir)

Item yang gugur (butir)

Total (butir) Kognitif 1, 4, 7, 10, 13, 16,

19, 22, 25, 28, 31, 33, 35, 37, 39

(65)

Perasaan 2, 5, 8, 11, 14, 17, 20, 23, 26, 29, 32, 34, 36, 38, 40

15

Behavioral 3, 6, 15, 9, 12, 18, 21, 24, 27, 30,

10

JUMLAH 33 7 40

(66)

item-item yang gugur dan mengkonsultasikannya kepada dosen jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma. Setelah diperbaiki, item-item yang tidak gugur dan item gugur yang telah diperbaiki diujicobakan kembali.

Tabel 3.4

Distribusi Item Skala Citra Tubuh Setelah Uji Coba kedua

Aspek Item yang

dipakai (butir)

Item yang gugur (butir)

Total (butir)

Kognitif 1, 4, 7, 10, 13, 16, 19, 22, 25, 28, 31, 33, 35, 37, 39

15

Perasaan 2, 5, 8, 14, 17, 20, 23, 26, 29, 32, 34, 36, 38, 40

11 5

Behavioral 3, 6, 12, 18, 27, 30 9, 15, 21, 24, 10

JUMLAH 35 5 40

(67)

perasaan dan empat item dari aspek behavioral. Hasil uji coba kedua ini yang kemudian dijadikan alat ukur citra tubuh dalam penelitian ini. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa enam item behavioral yang dapat dipertahankan, adalah setengah dari sepuluh item yang direncanakan sehingga dinilai dapat mewakili aspek behavioral tersebut.

Tabel 3.5

Distribusi Item Skala Citra Tubuh untuk Penelitian

Aspek Item yang dipakai (butir)

Kognitif 1, 4, 7, 10, 13, 16, 19, 22, 25, 28, 31, 33, 35, 37, 39

Perasaan 2, 5, 8, 14, 17, 20, 23, 26, 29, 32, 34, 36, 38, 40

Behavioral 3, 6, 12, 18, 27, 30

Total 35

b. Validitas eksperimen 1) Validitas internal

Ancaman validitas internal dalam penelitian ini adalah

(68)

karakteristik yang sama, yaitu wanita yang termasuk dalam masa dewasa awal, usia 18-25 tahun. Selain itu, untuk mengontrol persamaan tingkat pendidikan, semua subjek dalam penelitian ini merupakan mahasiswi Universitas Sanata Dharma.

2) Validitas eksternal

Ancaman validitas eksternal dalam penelitian ini adalah validitas ekologi dan pretesting effect. Acaman validitas ekologi diatasi dengan merancang penelitian dengan menyajikan film serta menyisipkan iklan-iklan yang sesuai dengan karakteristik yang ditentukan, sehingga diharapkan efek dari perlakuan dapat digeneralisasi dalam situasi yang sama seperti ketika subjek menonton acara televisi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu,

pretesting effect diatasi dengan memberikan pretest berjarak empat minggu sebelum waktu pemberian perlakuan (kelompok eksperimen) dan posttest untuk kelompok kontrol.

2. Reliabilitas

(69)

Hasil perhitungan koefisiensi korelasi pada skala citra tubuh setelah dilakukan seleksi item adalah 0,927. Hal tersebut menunjukkan bahwa skala citra tubuh ini dapat dipercaya.

Tabel 3.6

Hasil Uji Reliabilitas

Jumlah Item yang Reliabel Nilai Alpha Cronbach

35 0,927

H.METODE ANALISIS DATA 1. Uji Asumsi

Uji asumsi pada penelitian ini menggunakan kolmogorov-Smirnov

dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows untuk menguji normalitas data dari subjek penelitian pada masing-masing kelompok.

2. Uji Homogenitas

Pada penelitian ini, uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan Levene’s Test dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows untuk menguji kesamaan varians diantara dua kelompok yang berbeda.

3. Uji Hipotesis

a. Uji hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan T-test

(70)

merupakan kategori uji beda rata-rata dari dua kelompok sampel yang berbeda dengan perlakuan yang berbeda pula.

b. T-test dalam penelitian ini juga dilakukan dengan menggunakan T-test

(71)

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

1. Pretest

Pretest dilaksanakan pada tanggal 6 sampai dengan 8 September 2013 dengan menyebarkan skala Citra Tubuh kepada 205 subjek. Pengisian skala oleh subjek ditunggu oleh peneliti untuk memastikan bahwa skala benar-benar diisi oleh subjek sendiri sekaligus pemberian

Informed Consent mengenai tahap penelitian selanjutnya. 2. Kegiatan Penelitian pada Kelompok Eksperimen

Penelitian eksperimen dilakukan pada tanggal 4 Oktober 2013 di ruang Multi Media kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Subjek terdiri dari 22 orang subjek yang termasuk dalam kategori tinggi menurut norma skala. Penelitian berlangsung pada pukul 14.00-14.30 WIB. Waktu ini ditentukan berdasarkan pada waktu berakhirnya kegiatan perkuliahan subjek. Penelitian ini dibantu oleh lima orang asisten peneliti yang akan membantu operasionalisasi penelitian pada kelompok eksperimen.

(72)

ruangan disediakan pula 30 kursi tunggu untuk subjek agar dapat menunggu dengan nyaman. Untuk mendukung proses penelitian,

viewer, microphone, laptop, dan speaker disiapkan satu jam sebelum penelitian dimulai.

Penelitian dimulai dengan rapport oleh asisten 3. Setelah selesai pemberian rapport, asisten 5 mulai menayangkan video penelitian. Setelah video selesai ditayangkan, skala posttest dibagikan oleh asisten 1, 2, dan 4 kepada subjek. Acara ditutup dengan ucapan terima kasih oleh asisten 3 dan pemberian ucapan terima kasih kepada subjek.

3. Kegiatan pada Kelompok Kontrol

Dalam penelitian ini, dipilih 22 orang subjek yang termasuk kategori tinggi menurut norma skala. Subjek tersebut dipilih secara random dan jumlahnya disesuaikan dengan jumlah subjek pada kelompok eksperimen yang termasuk subjek dengan skor rata-rata kelompok (dari keseluruhan subjek pretest). Subjek pada kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan apapun dan hanya diberi skala

posttest. Pemberian posttest pada kelompok kontrol berlangsung mulai tanggal 3 Oktober sampai 7 Oktober 2013.

B. DATA PENELITIAN

1. Deskripsi Subjek Penelitian

(73)

Dari 205 subjek yang diberi skala pretest, 54 orang memiliki skor tinggi berdasarkan norma skala. Selanjutnya, dipilih 27 orang subjek yang terdapat diurutan nomor genap menjadi kelompok eksperimen dan 27 orang pada urutan nomor ganjil menjadi kelompok kontrol. Hal tersebut dilakukan agar subjek dalam setiap kelompok memiliki skor seimbang. Dari 27 orang subjek pada kelompok eksperimen yang dihubungi, hanya 22 orang yang dapat hadir dalam penelitian dan dapat diambil datanya. Oleh sebab itu, hanya 22 orang subjek kelompok kontrol juga yang diberi skala posttest.

Tabel 4.1

Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia

Usia Total

18th 19th 20th 21th 22th

Jumlah 17 18 4 4 1 44

Tabel 4.2

Deskripsi Subjek Berdasarkan Program Studi

Program Studi Total

B.K. Pend. Matematika

Matematika Psikologi

Jumlah 6 16 5 17 44

2. Deskripsi Data Penelitian

(74)

Tabel 4.3

Deskripsi Data Penelitian

N mean skor maks skor min SD

Pre Eksperimen 22 202,14 231 176 13,425

Pre Kontrol 22 199,36 221 181 12,507

Post Eksperimen 22 213,18 245 180 18,687

Post Kontrol 22 205,45 260 167 20,430

C. UJI ASUMSI

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi sampel sesuai dengan teori atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung menggunakan SPSS 16.0 for windows

dengan teknik One-sample Kolmogorov-Smirnov Test. Asumsi dalam uji normalitas adalah jika p>0,05 maka kesimpulannya adalah hipotesis nol diterima, dengan kata lain sebaran data yang diuji mengikuti distribusi normal (Santoso, 2010). Asymp.Sig.

(75)

Tabel 4.4

Uji Normalitas

Kelompok Asymp. Sig. (2tailed)

Pretest Eksperimen 0,999

Kontrol 0,357

Posttest Eksperimen Kontrol

0,620 0,338

Berdasarkan hasil uji normalitas di atas, sebaran data dikatakan normal karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) untuk skor skala citra tubuh dari masing-masing kelompok lebih dari 0,05. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol diterima atau dengan kata lain memiliki distribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk menguji apaka varians dari setiap kelompok relatif homogeny atau tidak. Suatu data penelitian dikatakan omogen jika p dari nilai F lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode analisis uji Levene.

Tabel 4.5

Levene

Gambar

Gambar 2. Logika Eksperimen Pemaparan Citra Tubuh Wanita Barat dalam
gambar produknya saja. Hal tersebut menunjukkan bahwa pencitraan tubuh
Gambar 1 Dinamika Pengaruh Pencitraan Tubuh Ideal Wanita Barat terhadap Citra
Gambar 2 Logika Eksperimen Pemaparan Citra Tubuh Wanita Barat dalam Iklan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jenis biaya yang nilainya tidak tergantung pada kelipatan jumlah produk/jasa yang dihasilkan perusahaan disebut dengan.. Biaya

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik tiga responden yaitu key informans, masyarakat pengguna jalan, dan masyarakat sekitar memilih

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa setelah siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen, nilai rata-rata dan persentase

Serapan zat warna pada panjang gelombang sinar tampak yaitu 400 nm -800 nm (Supratman, 2010), sehingga sebagian zat warna yang tidak nampak pada pada daerah panjang

Dorongan orang tua dalam rangka meningkatkan minat baca siswa dapat dilakukan dengan cara: 1) membuat suasana rumah tenang dan nyamanuntuk kegiatan membaca, 2)

Berdasarkan hasil pengamatan visual di lapangan ditemukan gejala kerusakan yang ditimbulkan oleh serangga hama yang berada pada bagian daun dari tanaman famili myrtaceae jambu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan melalui metode inkuiri terbimbing mendorong keaktifan siswa dalam bertanya jawab kepada