A. Latar Belakang Masalah
BABI
PENDAHULUAN
Pada masa kini di seluruh du.nia telah timbul pemikiran baru terhadap status pend1dikan. Pendidikan diterima dan dihayati sebagai kekayaan yang sangat berharga dan benar-benar produkiif, sebab pekerjaan produktif pada masa kiui adalah pekerjaan yang didasarkan pada aka!, bukan tangan. Pembentukan orang-orang terdidik merupakan modal yang paling penting bagi suatu bangsa. Oleh karena itu, hampir di semua Negant dewasa
ini
menjadikan pendidikan sebagai pokok perhatian. Apalagi setelah ada kepercayaan bahwa pendidikan adalah satu-satunya jalan trienuju hidup berguna dan produktif Di pandang dari segi Negara, pcndidikan adalah jalan menuju kemak"Tlluran dan kemajuan serta eksistensi suatu Negara.Sikap di atas dapat dimengerti karena manusia merupakan faktor produksi yang sangat menentukan dalam usaha pembangunan. Manusia merupakan pelopor pembangunan dan karcnanya investasi dalam sumber daya manusia (SDM) merupakan suatu keharusan dalam pembangunan. Untuk itu di sctiap Negara yang ingin maju dan be rkembang haruslah berupaya membuat pendidikan itu efektif. Pendidikan harus mampu bcrfungsi mengubah sikap mental yang lwlot dan mampu menggalakkan inovasi dan mempengaruhi secara kreatif pola dan perilaku masyarakat.
sekolah
yang melibatkan
gurusebagai
pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanyainteraksi bela:iar
mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini,guru dengan
sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedomnn pada s ~perangk a t aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Kurikulum secara berkelanjutan disempumakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya prosespembelajaran.
Berdasarkan pengamatan riil di lapangan, proses pembelajaran di sekolah dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas siswa, terutama dalam pembelajaran IPS. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan metode konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh sang guru. Proses pembelajaran yang dilakukan olch banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pernahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian mate ri, biasanya guru menggunakan rnetode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan scdikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pernbelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif
Upaya peningkatan hasil belaj ar sis ... va tidak terlepas dari berbagai faktor yang mernpe ngaruhinya. Dalam hal ini, diperlu kan guru kreatif yang dapat
membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk he:rinteraksi satu snma lain sehiugga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.
Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidilcan (KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup. Pendidikan di abad pengetahuan menuntut adanya manajemen pendidikan yang modem dan professional dengan bemuansa pendidikan. Lembaga41embaga pendidikan diharapkan mampu mewujudkan peranannya secara efektif dengan keunggulan dalam kepemimpinan, staf, proses belajar menga,jar, pengembangan staf, kurikulum, tujuan dan harapan, iklim seko lah, peni\aian diri, komunikasi, dan keterlibatan orang tua atau masyarakat. Tidak kalah pentingnya sosok penampilan guru yang ditandai dengan ke unggulan dan nasionalisme dan jiwa juang, keimanan dan ketakwaan, penguasaan iptek, etos kelja dan disiplin. profesionalisme, kerja sama dan bclajar dengan berbagai disiplin, wawasan masa depan, kepastian karier, dan kesejahteraan Iahir batin. Pendidikan mempunyai peranan yang amat strategis untuk mempersiapkan generasi muda yang memiliki keberdayaan dan kecerd.asan emosional yang tinggi dan menguasai megaskills yang mantap. Untuk itu, lembaga pendidikan dalam berbagai j enis dan jenjang memerlukan pencerahan dan pernberdayaan dalam berbagai aspeknya.
Staodar Kompetensi dan Kompetensi Dasar llmu Pengetahuan Sosial (IPS)
di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), meliputi bahan kajian; sosiologi,
sejarah, geografi, ekonomi. Bahan kajian itu menjadi mata pelajaran llmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Mata peJajaran IPS benujuan mengembangkan potensi
peserta didik agar peka terbadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positifterhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi,
dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang
menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa kehidupan masyarakat.
Dalam implementasinya, perlu dilakukan berbagai studi yang mengarah
pada peningkatan efisiensi dan efektivitas layanan dan peogembangan sebagai
konsekuensi dari suatu inovasi pendidikan. Salah satu bentuk efisiensi dan
efektivitas irnplementasi kurikulum, perlu dikembangkan berbagai model
pembelajaritn kurikulum.
Namun demikian, pelaksan.aannya di sekolah SMP!Mfs pembelajaran IPS
sebagian besar masih dilaksanakan secara terpisah. Pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPS masih dilakukan sesuai
dengan bidang kajian masing-masing (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi) tanpa
ada keterpaduan di dalamnya. Hal ini tentu saja menghambat ketercapaian tujuan
IPS itu sendiri yang dirumuskao atas dasar realitas dan fenomena sosial yang
mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu
sosial (sosiologi, sejarah, geografi. ekonomi, politik hukum, budaya). Hal ini
disebabkan antara lain: ( l ) kurikulum IPS itu sendiri tidak menggambatkan satu kesatuan yang terintegrasi, melainkan masih terpisah-pisah antarbidang ilmu-ilmu
sosial: (2) latar belakang guru yang mengajar merupakan guru disiplin ilmu
seperti geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, antropologi sehingga sangat
sulit untuk melakukan pembelajaran yang memadukan antardisiplin ilmu tersebut;
serta (3) terdapat kesulitan dalam pembagian tugas dan waktu pada
masing-masing guru "mata pelajaran" untuk pembelajaran l.PS secara terpauu. (4)
meskipun pembelajaran terpadu bukan merupakan hal yang baru namun para guru
di sekolah tidak terbiasa melaksanakannya sehingga "dianggap" hal yang baru.
Keberhasilan tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 akan
tercapai bila didukung oleh kornponen-komponen pilar pendidikan yang meliputi
motivasi belajar sis,.,·a, materi pembelajaran, proses pembelajaran, dan tujuan
pembelajaran. Guru sebagai ujung tombak dalam pencapaian tujuan pendidikan,
perlu memilih strategi pembelajaran yang efektif dan efisien. Pengelolaan proses
pembelajaran yang cfektif merupakan titik awal keberhasilan pembelajaran yang
muaranya akan meningkatkan hasil belajar siswa.
Pengembangan sistem pembelajaran kearah yang lebih baik merupakan hal
yang perlu mendapat perhatian serius, maka prioritas yang akan menjadi penentu
utama keberhasilan proses pembclajaran adalah guru. Guru harus mampu
membantu siswa dalam belajar dengan menciptakan berbagai keadaan yang
mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran. Selain itu Gagne ( 1977) menycbutkan ada tiga fungsi guru dalam m e ng~ jar yaitu merancang pembelajaran,
pengelola pembelajaran, dan evaluator pembelajaran. Dengan rancangan
pembelajaran yang baik, apa yang diharapkan dari pembelajaran itu akan tercapai.
Idealnya dalam merancang kegiatan pembcla.iaran, guru harus dapat mclatih siswa
untuk bertanya, mengarnati, menyelidi ki, membaca, mencari dan mcnemukan
jawaban atas pertanyaan baik yang diajukan oleh guru maupun yang mereka
ajukan sendiri.
Pada tahun pertama
penerapan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 pada mat.a pelajaran JPS daya serap siswu masih rendah dan belum sesuaidengan kriteria ketuntasan belajar. Hasil refleksi diri menunjukkan bahwa
rendahnya hasil bela jar tersebut diantaranya adalah sikap pasif siswa dalam proses
pembelajaran, materi tertalu sulit bagi siswa, proses pembelajaran yang monoton
dan kurang bervariasi, guru kurang kreatif dalam menyampaikan materi, masih
diterapkan budaya mengbafal dalam proses pembelajaran, dominasi guru masih
sangat besar sehingga siswa kurang mandiri sehingga mempengaruhi hasil bela jar.
Berdasarkan basil wawancara penulis dengan para guru lPS di Sekolah
Menengah Pertama Muhanunadiyah 02 Medan yang menyatakan bahwa nilai rata~
rata hasil belajar IPS siswa tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari data siswa
eli Sekolab Menengah Pertama Muhammadiyah 02 Medan tersebut yang masih
banyak memperoleh nilai reodab pada mata pelajaran IPS. Banyak faktor yang
menyebabkan rendahnya hasil belajar yang diperoleh siS\'<<l dalam pembelajaran,
antara lain sebagaimana yang diungkapl<an oleh Hama1ik (2002) bahwa secara
professional terdapat lima variabel utama yang berperan dalam proses belajar mengajar yakni: (a) tujuan pembelajaran, {b) materi pelajaran, (c) metode dan teknik mengajar, (d) guru, dan (e) logistik. Ada kalanya ini juga disebabkan
karena mungkin dari materi pelajaran tersebut kurang menarik atau terlalu luas,
mungkin juga karena siswa kurang memahami pelajaran tersebut, mungkin juga
kurangnya tasilitas yang disediakan. guru juga jarang melakukan remedial
terhadap siswa yang memiliki daya serap kurang dan hasil belajar tergolong masih
rendah. Kegiatan remedial yang biasa dilakukan hanya memantapkan pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan atau membahas soal-soal mata pelajaran
IPS
menjelang ujian semester.Keluhan lain yang di~mpailcan
guru
IPS
diantaranya kebiasaan siswa belajar IPS cenderung lebih banyak mencatat dan mendengarkan penjelasan guru. Dalam hampir setiap pertemuan belajar IPS sebagian siswa tampak kurang bergairah dan cenderung tidak akrif, sikap kurang antusias ketika pelajaran berlangsung, serta rendahnya respon umpan-balik dari siswa terhadap pertanyaan guru, begitu juga dengan model pembela:jaran yang digunakan guru dalam memberikan materi pelajaran tersebut kurang tepat untuk materi tertentu. Sebenamya guru telah membuat bebe.rapa metode pembelajaran yang berbeda dengan cara memberikan beberapa tugas yang harus dikerjakan siswa secara berkelompok seperti mengerjakan tugas soal-soal latihan, membuat peta konsep dari setiap materi yang dipelajari, membuat kliping dari suatu materi tertentu. Tetapi bila dilihat lebih spesifik, kegiatan kelompok hanya menyelesaikan tugas. Kegiatan belajar mengajar tersebut biasanya lebih dikuasai oleh siswa yang pandai, sedangkan siswa yang lcemampuannya rendah kurang berperan dalam mengerjakan tugas kelompok. Sementara itu siswa tidak dilatih untuk belajar bekerja sama, berkomunikasi, serta menghargaj pendapat orang lain. Dengan demikian akibat cara kerja kelompok seperti ini menyebabkan siswa yang kemampuannya kurang memperoleh hasil belajar yang tetap rendah dan adanya ke s e~ angan yang terlalu _iauh antara hasil belajar siswa yang pandai dengan hasil belajar siswa yang kurang pandai. Berikut ini dapat dilihat dari tabel ni lai siswayang menyatakan kondisi hasil belajar JPS sebagaimana terlihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Basil Nilai Rata-rata Ujian Sekolalt Mata Pelajaran IPS SMP Muhammadiyah 02 Medan Jl. Pahlawan No: 67 Medan
Tahun Pelajaran Nilai Rata-rata
5.40
2005/2006 5.75
L_
2007/2008L
_____
~ _. os
____
j
Sumber: Daftar Kumpulan Nilai (DKN) Tata Usaha SA4P Muhammadiyah 02 Me dan
Dari Tabel I dapat dilihat bahwa hasil ujian mata pelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 02 Medan Tahun Pelajaran 2004/2005 sampai dengan 2007/2008 menunjukkan hasil nilai rata-rata yang kurang memuaskan karena masih jauh da ri nilai l<riteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan yak:ni 6,5.
[image:8.648.183.514.160.314.2]Pembelajaran akan semakin efektif apabila strategi pcmbelajatan yang digunakan
semakin sesuai dengan karakteristik siswa yang diajar begitu juga tipe materi
pelajaran itu sendiri. (Gagne,1977).
Salah
sat~lmodel pembclajaran
ualam.
pembelajaran ekonomi yaitu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif menekankanpembelajaran dalam kelompok kecil, siswa belajar dan bekerjasama untuk
mencapai tujuan yang optimal. Pembelajaran kooperatif meletakkan tanggung
jawab individu sekaligus kelompok. Dengan demikian dalam diri siswa tumbuh
sikap dan perilaku saling ketergantungan positif. Kondisi ini dapat mendorong
siswa untuk belajar, beke~a, dan bertanggung jawab untuk mencapai tujuan
(Ibrahim & Nur, 2000: 6).
Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model
pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran
Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok
yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalab lima unsur pokok
(Johnson & Johnson, 1993), yaitu sating ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran
gotong royong) dalam pendidikan adalah ·'homo homini socius" yang menekankan
bahwa manusia adalah makhluk sosial.
Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di
antara sesama dalam struktur keijasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri
dari dua orang atau Jebih. Dalam hal ini terdapat jenis-jenis pembelajaran
kooperarif
yakni: (
l) jigsaw, model ini ditun,jukkan dengan dibentuknya kelompok ah\i dan kelompok asal yang sama; (2) studi lapangan (field study}, pada jenis ini cara untuk penguasaan bahan pelajaran oleh siswa dengan jalan membawa mereka langsung kepada objekyang
terdapat di luar kdas atau lingkungan kehidupan nyata agar mereka dapat mengamati secara langsung; (3) team assistedindividualization (T AI), merupakan salah satu tipe belajar kooperatif dengan
pemberian bantuan secara individual; (4) team game tournament (TGT), tipe ini menekankan adanya kompetisi kegiatannya seperti ST AD tetapi kompetisi dilakukan dengan cara membandingkan kemampuan antar anggota tim dalam suatu bentuk turnamen; (5) student teams achievement div ision (STAD), adanya kerjasama anggota kelompok dan kompetisi antar kelompok, siswa bekerja di kelompok untuk bela jar dari temannya serta mengajari temannya; dan ( 6)
numbered heads together (NHT), dengan pembelajamn ini diharapkan seriap
siswa antusias dalam memaharni permasalahan dan tanggung .iawabnya karena mereka merasa merekalah yang ditunjuk brurtl menjawab (http: // pembelajaran~
kooperatifl .pdf, diakses tanggal22 Desember 2008).
Pembelajaran kooperatif adalah saJah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saliog bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalan1 pembelajaran kooperatif, belajar dikatak.an belum selesai jika salah satu ternan dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Menurut lapo ran hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumarsih l2008)
bahwa (1) keaktifan siswa bekerjasama dengan anggotanya meningkat dari 0% menjadi 57,5% pada akhir siklus, (2) keberanian siswa menjawab pertanyaan gurulmengerjakan soal ke depan kelas meningkat dari 10% menjadi 27,5%, (3) siswa yang mengl'ljukan
ide atau t.anggapan
padaguru
meningkat dari 5% menjadi 12,5%, (4) siswa yang memberi tanggapaan jawaban siswa lain meningkat dari 5% menjadi 15%, (5) siswa yang aktif membuat kesimpulan materi baik secara kelompok atau mandiri meningkat dari 25% menjadi 42,5%. Peningkatan hasil belajar siswa adalah ndai rata-rata kelas latihan terkontrol meningkat dari 93,125 menjadi 96,875. Sedangkan nilai rata-rata kelas latihan mandiri meningkat dari 77 menjadi 88,375. Kesimpulan penelitian ini adalah keaktifan siswa dan hasi belajar dapat ditingkatkan melalui penerapan pendekatan kontekstual dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (http:l/etd.eprints.ums.ac.id/665/, diakses tanggal lO Februari 2009). Regitu juga menurut laporan jumal penelitian dan pengembangan oleh Subratha (2007) bahwa ( l) penerapan model pembelajaran kooperatif dan strategi pemecahan masalah dapat meningkatkan kualitas inleraksi siswa dalam pembelajaran fisika siswa kelas VII C STvlP Negeri l Sukasada. Hal ini terlihat dari peningkatan intraksi siswa dari siklus-t sampai dengan siklus-3 pada penelitian ini, (2) penerapan model pembelajaran kooperatif dan strategi pemecahan masalah dapat meningkatkan capaian kompetensi dasar fisika siswa SMP Negeri t Sukasada yang ditunjukan ole h adanya peningkatan capaian ketiga aspek kompetensi dasar (aspek kognitif, aspek psikomotor, serta aspek afektif) dari siklus-1 sampai dengao siklus-3 pada penelitian ini(http:i/ w·ww. freewebs.comisantyasa/Lcmlit!PDF. Fi\es/PEND!DIKANiDESEMB ER_2007/Subratha.pdf, diakses tanggallO Februari 2009).
Dengan..inerrggtmakah " moclei·Pembelajarail ' '' koope .ra:tif·-d~~m"'betttuk · tipe'
student' teams achievement division (ST AD) dan numbered head1· together (NHT)
ukan-merubah ha!iHrilai·
rata•ril.ta··raport·kelils·
VU (tujuh)·mata· pelajarah iPS sert:l{dapat mencapai bahkan melebihi kriteri.a ketuntasan minimal (K.KM).
' ' Selain pemilih'an
·mooel
pembelajs:r.m yang tepat verolehan hasil be\ajirr juga dipengaruhi oleh pengidentifikasian tingkah laku masukan dan karakteristiksiswa
dafain mengeinbangkan'program ·
pembClajaran. MenurufUno (2006:
143&158) bahwa mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
sangat perh.i' dilakukan uniuk mengetahui . kualitas . perseorangim 'unfuk dapat dijadikan sebagai petunjuk dalam mempreskripsikan strategi pengelolaan
pembelajaran. Aspek-aspek yang diungkap dalam 'kegiatan ini bis'a berupa bakai;
motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir, minat, sikap, kemampuan
a\\ia!
yang
telah dimilikinya. Karakteristik siswa akan sangat mempengaruhidalam pemilihan strategi pengelolaan, yang berkailan dengan bagaimana menata
pengajarari, khususnya · komponen ·~ kompon en striltegi pengajaian agar sesuai
dengan ka rakt.~ristik perseorangan siswa. Namun dalam kajian penelitian ini
I<aiakteristik siswa yang· dibicaraka11 acfalah
gaya
belajar. 'Di beberapa sekolah, para guru menyadari bahwa setiaporang mempunyai cara yang
optimal dalam mempelajari informasi baru. Mereka memahami' bahwa . beberapa siswa. perlu diajarkan cara-cara yang lain dari metode mengajar standar. Jika murid-murid ini diajarkanden'gan'
me-LOde stariair, kemunglCirian 'kecil mereka . dapiit'merii.ahami
apa yang diberikao. Meng.etahui gaya belajar yang berbeda ini telah mcmbantupara bruru di
Jnana
pun untukdapat'
mendel<ati semuaa
tau 'hainplrsemun
inuridGaya bela jar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. gaya belajar bukan hanya berupa aspek ketika menghadapi informasi, melihat, mendengar, menulis dan berkata tetapi juga aspek pemrosesan infonnasi sekunsial, analitik, global atau otak
kiri-otak kanan, aspek lain adalah ketika merespon sesuatu atas lingkungan belajar {diserap secara abstrak dan konkret). Terdapat 2 (dua) tipe gaya belajar yang akan dibahas dalam penelitian
ini
yaitu Visual (cendenmg belajar melalui apa yang merek:a lihat) dan Auditorial (bela;jar melalui apa yang mereka dengar). Prestasi belajar masih tetap menjadi indikator untuk menilai tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar. Prestasi belajar yang baik dapat mencerminkan gaya belajar yang baik karena dengan mengetahui dan memahami gaya belajar yang terbaik bagi dirinya akan membantu siswa dalam belajar sehingga prestasi yang dihasilkan akan maksimal.Agar tujuan pembelajaran tercapai baik secara efektif dan efisien, maka gaya belajar siswa perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam menentukan model pembelajaran kooperatif tipe ST AD dan NHT yang akan digunakan karenn
B. ldentifikasi Masalab
Berdasarkan latar belakang masalah
datam
penelitian ini, maka terdapatbeberapa faktor yang mempengaruhi basil belajar ekonomi, seperti: (1) Apakah
yang harus terlebih dahulu
diberikan
dalam kcgjatan pembelajaran IPS? (2) Bagaimanakah cara penyampaian urutan materi pelajaran yang paling baik dalam pembelajaran IPS? (3) Apakah mode l pembelajaranyang
selamaini
digunakan mempengaruhi hasil belajar lPS? (4) Apakah ada pengaruh model pembelajaran dengan basil belajar IPS? (5) Bagaimanakah basil belajar yang dicapai dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD? (6) Bagaimanakah basil belajar yang dicapai dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT? (7) Apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan NHT dalam meningkatkan hasil belajar IPS? (8) Apakah hasil belajar lPS yang diperoleh akan lebih tinggi jika digunakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif hpe NHT? (9) Apakah perbedaan gaya belajar mempengaruhi hasil belajar siswa? (10) Apakah terdapat perbedaan basil belajar siswa yang memiliki gaya be!aj ar Visual dan gaya belajar Auditorial ? ( \ l ) Apakah siswa yang memiliki gaya be!ajar Auditorial akan memperoleh hasil belajar £PS yang leb1h tinggi jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki gaya belajar Visual? (12) Apakah ada pengaruh model pembelajaran dan gaya belajar terhadap hasil belajar lPS? (13) Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan gaya belajar dalam mempengaruh.i hasil belajar lPS?C.
Pembatuan Masalah
Dalam penelitian banyak hal yang perlu dibahas, maka perlu adanya batasan masalah yang berhubungan dengan hasil belajar, maka dengan hasil pertimbangan penulis dapat membatasinya agar penelitian ini lebih terarah pada tujuan yang di harapkan, maka
yang
menjadi batasan masalah adalah: model pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe ST AD dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, gaya belajar yang dikelompokkan menjadi 2 {dua) yakni gaya belajar Visual dan gaya belajar Auditorial serta basil belajar siswa kelas VII semester I (ganjil) SMP Muhanunadiyah 02 Medan pada mata pelajaran IPS (dibatasi pada mata pelajaran Ekonomi) yang meliputi aspek kognjtif yang dibatasi dengan ingatan (Cl), pemahaman (C2), dan aplikasi (C3) di kelas VII SMP Muhammadiyah 02 Medan.Penelitian ini dilakukan untuk membedakan keefek:tifan model pembelajaran yang digunakan dalam mata pelajaran IPS dengan menggunakan mode l pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VIla dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT di kelas Vllb. Perbandingan model pembelajaran ini akan dilihat dari basil belajar siswa kelas VII semester I (ganjil) di SMP Muhamma.diyah 02 Medan dalam mata pelajaran IPS. Se lain model pembelajaran sebagai variabel bebas, diperhitungkan juga pengaruh gaya belajar sebagai variabel moderator.
D. Penmusan Masalab
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apalcah hasil belajar IPS antara siswa yang iliajar dengan menggtmakan model
pembelajaran kooperatif tipe ST AD lebib tinggi daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHTI
2. Apakah basil belajar IPS antara siswa yang memiliki gaya belajar Auditorial
lebih tinggi daripada hasil beJajar JPS siswa yang memiliki gaya belajar Visual?
3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan gaya belajar
terhadap hasH belajar IPS?
E. Tujuan Penelitian
Bertitik tolak dari masalah yang diteliti, penelitian ini bertujuan untuk. mengetahui dan mendeskripsikan:
l. Mengetahui hasil belajar IPS antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatiftipe STAD dan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatiftipe NHT.
2. Mengetahui basil belajar IPS antara siswa yang memiliki gaya belajar Auditorial dan siswa yang memiliki gaya belajar Visual.
3. lnteraksi antara model pembelajaran dan gaya helajar terhadap basil belajar IPS.
F. Manf•at Penelitian
Dengan adanya tujuan penelitian di atas, maka manfaat secara teoritis dan praktis yang di harapkan dari penelitian ini adalah:
l. Secara teoritis basil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: a. Untuk menamboh klwanah ilmu pengetahuan guna meningkatkan lcualitas
pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan model pembelajaran IPS. b. Sebagai
bahan
kajian dalam pengambilan keputusan bagi praktisipendidikan berkaitan dengan proses pembelajaran IPS.
c. Sumbangan pemikiran dan bahan acuan bagi gum, pengelola, pengembang lembaga pendidikan dan peneliti selanjutnya.
2. Secara praktis basil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
a Memperluas wawasan guru mengenai model pembelajaran IPS yaitu model pembelajaran kooperatif tipe ST AD dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran IPS.
b. Sebagai bahan infonnasi bagi guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
c. Bagi peneliti dan hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan untuk meneliti lebih lanjut.
BABV
SIMPULAN, IMPLIK.ASI DAN SARAN
A. Simpulaa
Simpulan yang dapat ditarik dari
basil
pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:l . Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan dcngan Model Pembelajacan Kooperatif Tipe ST AD lebih tinggi dibandingkan dengan
rata-rata
hasH belajac IPS siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT. Dengan demikian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ST AD lebih efektif diterapkan dalam pembelajaran IPS guna meningkatkan basil belajac siswa tanpa memperhatikan adanya perbedaan gaya belajar.2. Rata-rata basil belajac siswa dengan Gaya Belajar Auditorial dan Gaya Belajac Visual baik yang dibelajarkan d engan Model Pembelajacan Kooperatif Tipe ST AD maupun Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT berbeda secara signifikan.
3. HasU perhitungan analisis vacians menunjukkan bahwa terdapat interaksi antaca Model Pembelajacan dengan Gaya Belajac dimana siswa dengan Gaya Belajar Auditorial lebih baik menggunalcan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ST AD, selanjutnya siswa dengan kecenderungan Gaya Belajar Visual lebih baik dibelajarkan dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dibandingkan dengan Model
Pembelajaran KooperatifTipe STAD.
128
B. Implikasi
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menwtjukkan adanya pengaruh Model Pembelajaran terhadap basil belajar siswa pada mata pelajaran lPS. Hal ini memberikan penjelosan dan pt:negasan bahwa
Model
Pembetajaran merupakansalah satu faktor yang menjadi perhatian untuk meningkatkan basil belajar IPS.
Hal ini dapat dimaklwni karena melalui penerapan Model Pembelajaran
yang
tepat dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya dapat menggiring keberhasilan dan ketercapaian tujuan pembelajaran itu sendiri. Dengan demildan konsek:uensinya apabila Model Pembelajaran yang kurang tepat dalam pembelajaran maka tentu akan berakibat berkurang pula partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran. Melalui penelitian ini menunjukkan bahwa secara rata·rata basil belajar IPS siswa lebih tinggi dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD daripada Model Pernbelajaran Kooperatif Tipe NHT. Hal ini menunjukkan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ST AD lebih efektif untuk meningkatkan basil belajar IPS, karena dalam pembelajaran yang menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ST AD cenderung aktif untuk merekonstruksi sendi.ri ilmu yang akan
diperolehnya. siswa berupaya menemukan dan menyelesaikan masalah dalam keran.gka pencapaian tujuan pembelajaran.
Konsekuensi logis dari pengaruh Model Pembelajaran terhadap basil belajar IPS berimplikasi kepada tenaga pengajar untuk melaksanakan Model Pembelajaran KooperatifTipe STAD. Oengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ST AD diharapkan tenaga pengajar dapat membangkitkan dan memoti vasi keterlibatan dan partisipasi aktif siswa dan dapat menciptakan suasana
belajar yang lebih interaktif dan efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Untuk dapat mela.ksanakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ST AD maka tenaga pengfijar harus terlebih dahulu dituntut untuk memahami tahapan-tahapan
yang terdapat dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ST AD.
Hasil penelitianjuga menunjukkan bahwa Gaya Belajar siswa berpengaruh terhadap hasil belajar IPS. Pemyataan tersebut memberikan penjelasan dan penegasan bahwa Gaya Belajar signifikao memberikan pengaruh dalam
meningkatk.an basil belajar IPS. Gaya Belajar yang dipilih atas Auditorial dan Visual ditentukan dari basil skor hasil tes Gaya Belajar. Siswa dengan kecenderungan Gaya Belajar yang berbeda tentunya berimplikasi dari cara-cara siswa tersebut baik dalam belajar maupun dalam memcahkan masalah-masalah pada mata pelajarannya. Dengan demik.ian, konsekuensinya tenaga pengajar harus memperhatilcan karakteristik Gaya Belajar ini, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan dapat maksimal. Implikasinya bagi tenaga pengajar adalah melakukan identifdcasi dan prediksi di da1am menentukan Gaya Belajar siswa. Apabila Gaya Belajar siswa dapat diketahui oleh tenaga pengajar maka tenaga pengajar dapat menerapkan rencana-rencana pembelajaran dan strategi-strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa.
lmplik.asi dari perbedaan karakteristik siswa dari segi Gaya Belajar mengisyaratkan tenaga pengajar dalam memilih Model Pembelajaran harus mempertimbangkan Gaya Belajar siswa. Dengan adanya Gaya Belajar dalam diri siswa akan berperan terbadap reaksi positif atau negatif yang akan dilakukannya dalam merespon suatu ide, gagasan, atau situasi tertentu dalam pembelajaran yang
berlangsung. Oleh karena itu Model Pembelajaran yang diterapkan tenaga pengajar akan efektif atau tidak tergantung dari karakteristik siswa.
Hasil penelitian juga menunjuk.kan terdapat interaksi Model Pembelajaran don
Gaya Delajar tt:rhadap basil
belajar. Interaksi tersebut terindikasi dari rata-rata hasil belajar pada kelompok siswa dengan Gaya Belajar Auditorial lebih baikdibelajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ST AD. Kemudian rata-rata basil belajar IPS pada kelompok siswa dengan Gaya Belajar Visual lebih
baik diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT. Dengan dernikian, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa Model Pembelajaran dan Gaya Belajar cukup signifikan mempengaruhi basil belajar IPS.
C. Sann
l. Kepada pihak sekolah sebaiknya memprioritaskan program peningkatan SDM tenaga pengajamya dan penyediaan swnber/media bela jar.
2. Kepada pihak pengampu mata pelajaran IPS maupun mata kuliah lainnya gara memaksimalk.an kegiatan pembelajaran dengan berbagai Model Pembelajaran yang variatif, saJah satunya dengan Model Pembelajaran Kooperatif.
3. Kepada pibak penulislpengarang dan penerbit buku mencantumkan Model Pembelajaran yang variatif khususnya Model Pembelajaran Kooperatif dalam penerbitan selanjutnya.
4. Kepada peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut tentang Model Pembelajaran ini hendaknya memperluas jwnlah sampel dan menarnbah
variabel
yangdieksperimen sehlngga diperoleh pengetabuan mengenai
Model Pembelajaran
dankarakteristik siswa semakin berkembang.
DAFTAR PUST AKA
Anderson.
0. W., danKrathwohl,
D. R. 2001. Taxonomy for Learning Teaching, and Assessing. a Revision of Bloom's Taxonom.v ofEduc:utional Objelc:tive.
New York : Addison wesley Longman, Inc.
Arilrunto, S. 2003. Dasar·dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta:
Bumi Aksara.
Brown, D. H. 2000. Principles of Language Learning and Teaching. Fourt Edition. New York: Addison Wesley Longman, Inc.
Depdikbud. 2007. Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Pendidikan dan
Pengajaran. Jakarta: Depdikbud.
De Porter, dkk. 2003. Quantum Teaching Mempraktikkan Quantum Learning
di Ruang-ruang &las. Bandung: Kaifa.
De Porter dan Hernacki. 2000. Quantum Learning Membiasakon Be/ajar
Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.
Djamarah, Z. 2002. Psikologi Be /ajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fajar, A. 2002. Portofo/io Dalam Pembelajaran IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Gagne, R. M. 1977. The Conditioning of Learning. Third Edition. New York :
Holt, Rinehart and Winston.
Gagne, R. M., dan Briggs, L. J. l979. Principles of bJStructional Design.
Second Edition. New York : Holt, Rinehart and Winston.
Hamalik. 0. 1973. Metode Belajar dan Kesulitan Be/ajar. Bandung : Alumni Hamalik. 0. 1983. Merode Be/ajar di SMA dan Kesulitan Be/ajar. BandWlg :
Tarsi to
Hamalik, 0. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekaran Sistem.
Jakarta: Bumi Aksara.
Hidayah, R. 2009. Pendekatan Struktural Think-Pair-Share dan Numbered-Head-Together Pada Materi Pokok Reaksi Oksidasi-Rcduksi. Tesis. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, (Online), (http:/ /suaraguru. wordpress.com/2009/02/ 19/ringkasan-tesis-rusly-hidayahl, cliakses tanggal 22 Januari 2009).
(http://pembeJajaran-kooperatifl .pdf, diakses tanggal22 Desember 2008).
(bttp://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/cooperative-leaming-teknik-jigsaw/, diakses tanggall3 Januari 2009).
(http://www .damandiri.or .idlfilelyusufunsbab2.pdf, diakses tanggal 19 Februari 2009).
(http://id.wikipedia.orglwiki/Teori_perkembangan_Jrognitif, diakses tanggal 12 Desember2008).
(http:/ldisdikklungkung.net/content/view/73/46/, diakses tanggal 25 Februari 2009).
(bttp://amusmatb.files.wordpress.com/2008/07/model-pembelajaran kooperatif.pdf, diakses tanggal 26 Februari 2009).
(bttp://ririnfakhriani.com/2008/03/04/gaya-belajar·efekti£', diakses tanggal 23 Desember 2008).
(http://www.sekolahrwnah.com/index.php?option=com_content&task=view& id=70l<emid=158&ed=28, diakses tangga126 Februari 2009) (http://www .geocities.com/ram.anujan _ asasno/koperatif.btm, diakses tanggal
28 Desember 2008).
Ibrahim, M dan Nur, M 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
Johnson, D.W. & Johnson, R. 1993. Learning Together and Alone.
Cooperative, Competitive, and Individualistic Learning. Boston:
Allyn and Bacon.
Joyce, B dan Wei!, M. 1986. Model nf Teaching. New Jersey: Prentice HalUnc.
Kunandar. 2007. Guru Professional /mplementasi K.urikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta:
RajaOrafmdo Persada
Lie, A. 2002. Cooperative Learning. Mempraktilcan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas . Jakarta: Grasindo.
Maulida, D. 2008. Pengaruh Uaya Belajar (Visual, Auditorial,&
IUncsteti k)Tt:rhadap Pres tasi 13e lajar Siswa Kelas I Penjualan Smk Muhammadiyah 2 Malang Puda Mala Pelajarun Kcwi rausahaan Tahu n Aj aran 2007/2008. Skrip.si. Jurusan Pcndidikan Tata Niaga Fakultas Ekonomi. Ma lang: Universitas Negcri M.alang,
(Online ),(http://www .infoskripsi.com/
Belajar·Visual-Auditorial-KinestetikTerhadatrPrestasi-Belajar.hbnl, diakses tanggal 22 Januari 2009).
Miller, J.P. Alih Bahasa Abdul Munir Mulk:han. 2002. Cerdas di Seko/ah
Kepribadian. Y
ogyakarta: K.reasi
Kencana.Nurbanurawati.
2003. PenerapanBdajar
Kooperatif Model Stad Dalam Pembelajaran KonsepLimit
Barisan Pada Mahasiswa PedidikanMatematika Fkip Universitas Lampung.
LaporanPenelitian,
(Online),(http:tn2.14.235. 132/search?q=<:ache:5f9m45ezV dMJ:digil ib.unila..ac.idlfiles/diskl/3/laptunilapp-gdJ-res-2006-nurbanuraw-125 2004Jp
_l.pdf+hasil+penelitian+tentang+model+lc.oopetatif&hl=id& ct=clnk&cd=9&gl=id, diakses tangga122 Januari 2009).Olivia, F. 2008. Memhantu A.nalc Punya lngatan Super. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Prawiradilaga, D. S. 2007. Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Purba, dkk. 2003. Diktat Be/ajar dan Pembelajaran. Medan: UNIMED. Purwanto, N. M. 1991. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Purwanto N. 2001. Prinsip-prin.vip dan Teltnik Evaluasi Pembelajaran.
Bandung : Remaja Rosdakarya
Sagala, S. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Seel, B. dan Richey, R. C. 1994.
Telcnologi
Pembelajaran Definisi danKawasannya.
Washington, DC: Association for EducationalCommwlications and Technology.
Sihotang, A. J, dkk. 2002. Diktat Pengantar Ekonomi Mikro. Medan: Lola
Karya
Sihotang, A. J, dkk. 2003 . Diktat Pengantar Elwnomi Makro. Medan: Lola
.Karya.
Slamet, Margono. 1975. Psikologi Be/ajar. Bogor : Proyek Pembinaan Pendidikan dan Latihan Pertanian
Slavin, R.E. l995. Cooperative Learning:
Theory.
research, and practice.Second edition. Boston: Allyn and Bacon.
Soehrurto,dkk.2003.
Teknologi pembelajaran.Surabaya:
SIC.Subtatha, N. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif dan Strategi Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas Vll-C Smp Negeri 1 Sukasada.
Jumal
Penelitian dan Pengembangan,(Online ), I (2),(http://www .freewebs.com/santyasa/Le mlit/PDF _Files/PENOIDIKANIDESEMBER _ 2007/Subratba.pdf, diakses tanggallO Februari 2009).Sudarman, A. 1999.
Teori Elronomi
Milrro.
Bulru l. Edisi 3. Yogyakarta:BPFE.
Sudjana, Nana. 2002.
Teori-leori
Be/ajarUnJuk
Pengajaran. Jakarta : FE UI.Sudjana. 2002. Metoda Statistii«J. Edisi Ke 6. Bandung: Tarsito.
Sudjana, N dan Rivai. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sumarsih, S. 2008. Penerapan Pendekatan Kontekstual Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievment Division (Stad) Dalam Meningkatbn Keaktifan Siswa dan
Hasll
BeJajar Matematika (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VIII-B Smp N 3 Kebakkramat). Slaipsi. Surakarta: Universitas Muhanunadiyah Surakarta, (Online), (http:l/etd.ep.rints.\.IJJlS.ac.id/665/, diakses tanggal 10 Februari 2009).Suparman.
1997. Desain Instruksional. Jakarta: PAU-PPAI-UT.Tarigan, R. 2006. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. Jakarta: Bwni Aksara.
Todaro, P. M. 1994. Alih bahasa oleh Abdullah, B dan Munandar, H.
Pembangunan Ekonomi di Dunia Keliga. Jilid L Edisi 4. Jakarta:
Erlangga.
Uno, H. 2006. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Walker, E. I. 1973. Conditioning dan Proses Be/ajar Instrumental,
Diteljemahkan oleh Tim Fakultas Psikotogi UI Jakarta : Yayasan Penerbit U1
Winkel. 1989. Psi/cologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia
Walgito, B. 2004. Pengantar Psilwlogi Umum. Yogyakarta:
Andi