• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS BUDAYA SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN GAMPING KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS BUDAYA SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN GAMPING KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

BERBASIS BUDAYA SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN GAMPING KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Danang Nor Wicaksana NIM: 151134193

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, peneliti mempersembahkan karya tulis ini kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kemudahan, kelancaran, dan semangat spiritual dalam mengerjakan skripsi ini.

2. Kedua orang tua yang sangat saya cintai “Bapak Tahrir dan Ibu Muzarti”

yang telah memberikan kasih sayang dan selalu memberikan semangat serta dukungan berupa material maupun spiritual.

3. Adikku Ratna Masitah yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam membuat karya tulis ini.

4. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

(5)

v MOTTO

“Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling berguna bagi orang lain”

(Danang Nor Wicaksana)

“Bermimpilah seakan kau akan hidup selamanya. Hiduplah seakan kau akan mati hari ini”

(James Dean)

“Jangan biarkan hari kemarin merengut banyak hal hari ini”

(Will Rogers)

Penghalang terbesar untuk meraih kesuksesan adalah ketakutan untuk menghadapi.

(Merry Riana)

(6)

vi

(7)

vii

(8)

viii ABSTRAK

PENERAPAN PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS BUDAYA SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-

KECAMATAN GAMPING KABUPATEN SLEMAN Danang Nor Wicaksana (151134193)

Universitas Sanata Dharma 2020

Latar belakang penelitian ini adalah dicanangkannya program Penguatan Pendidikan Karakter di setiap satuan pendidikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana dan medeskripsikan bentuk penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah di sekolah dasar se-Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode survei. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 162 guru dengan jumlah sampel 113 guru berdasarkan perhitungan menggunakan tabel ketentuan jumlah minimal sampel menurut Krejcie dan Morgan. Instrumen yang digunakan peneliti adalah instrumen non tes. Berupa kuesioner tertutup dan terbuka. Pada kuesioner tertutup guru memberikan tanda centang (√) apabila sekolah sudah menerapkan program Penguatan Pendidikan Karakter sesuai dengan pernyataan. Sedangkan pada kuesioner terbuka guru menjawab pertanyaan apabila sekolah sudah menerapkan program Penguatan Pendidikan Karakter.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekolah dasar negeri se-Kecamatan Gamping sudah menerapkan program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah dengan rerata jawaban responden penelitian sebesar 85%. Hasil penelitian dengan pertanyaan tertutup pada aspek branding sekolah mendapatkan rerata jawaban sebanyak 55% jawaban ya dan 45% jawaban tidak. Pada aspek pembiasaan, peneliti mendapatkan rerata jawaban sebanyak 93% jawaban ya dan 7% jawaban tidak. Pada aspek kegiatan ekstrakurikuler, peneliti mendapatkan rerata jawaban ya sebanyak 99% jawaban ya dan 1% jawaban tidak. Pada aspek peraturan sekolah, peneliti mendapatkan rerata jawaban 94% jawaban ya dan 6%

jawaban tidak. Jadi penerapan program penguatan pendidikan karakter berbasis budaya sekolah di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman sejauh ini sudah berjalan baik dilihat dari empat aspek yakni branding sekolah, pembiasaan, kegiatan ekstrakurikuler, dan peraturan sekolah.

Kata Kunci : Budaya Sekolah, Penguatan Pendidikan Karakter

(9)

ix ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF THE PROGRAM FOR THE STRENGTHENING OF CHARACTER EDUCATION BASED ON SCHOOL CULTURE IN ELEMENTARY SCHOOL STATE ON GAMPING DISTRICT SLEMAN

REGENCY

Danang Nor Wicaksana (151134193) Sanata Dharma University

2020

The background of this research was the importance of strengthening the character of students through education, so that it was proclaimed a class, culture, and community-based Character Education Strengthening program in each education unit by the Ministry of Education and Culture. This study aims to determine the extent of the application of the culture-based Character Education Strengthening program in elementary schools throughout Gamping District, Sleman Regency.

This research uses descriptive quantitative research with a survey method. The population in this study were 162 teachers with a sample of 113 teachers based on calculations using the table of minimum sample requirements according to Krejcie and Morgan. The instrument used by researchers was a non- test instrument. In the form of a closed and open questionnaire. In the closed questionnaire the teacher gives a check mark (√) if the school has implemented a program to strengthen character education in accordance with the statement.

Meanwhile, in the open questionnaire the teacher answers questions if the school has implemented a program to strengthen character education.

The results showed that public elementary schools in the Gamping Subdistrict had implemented a Culture Culture-Based Character Education Strengthening program with an average of 85% of respondents' answers. The results of the study with closed questions on the aspect of school branding get an average of 55% answers yes answers and 45% answers no. In the aspect of habituation, researchers get an average of 93% of yes answers and 7% of no answers. In the aspect of extracurricular activities, researchers get an average of 99% yes answers and 1% yes answers. In the aspect of school regulation, researchers get an average answer of 94% yes answers and 6% answers no. So the implementation of the school culture-based character education strengthening program in public elementary schools in the Gamping Subdistrict of Sleman Regency so far has been running well seen from four aspects namely school branding, habituation, extracurricular activities, and school regulations.

Keywords: School Culture, Character Education Strengthening

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan nikmat dan rahmat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Penerapan Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti tidak lepas dari bantuan, dukungan, bimbingan, nasihat, dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I, yang

telah memberikan dorongan, motivasi, dan perhatian sehingga peneliti

dapat menyelesaikan skripsi ini.

(11)

xi

5. Theresia Yunia Setyawan, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan saran dan mengarahkan peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

6. Odo Hadinata, M.Pd. selaku Tim Pengembang Program Penguatan Pendidikan Karakter Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah memberi masukan kepada peneliti.

7. Seluruh keluarga besar dosen dan staf PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

8. Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman dan Kepala UPT Kecamatan Gamping yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian ini.

9. Semua Kepala Sekolah dan Guru SD Negeri se-Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman Yogyakarta yang telah membantu melaksanakan penelitian.

10. Validator instrumen penelitian di Daerah Istimewa Yogyakarta

11. Kedua orang saya Bapak Tahrir dan Ibu Muzarti, adik saya Ratna Masitah serta kakek saya Bapak Darwoto yang telah memberikan dukungan doa, cinta kasih, semangat, perhatian, dan menunjang segala kebutuhan.

12. Rekan-rekan payung kecil saya Florentina Wiji dan Stefany Avinta yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan bantuan selama penyusunan skripsi ini.

13. Teman-teman satu bimbingan skripsi yang menjadi teman diskusi dan

berbagi informasi dalam menyelesaikan penelitian ini.

(12)

xii

(13)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……….. I

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN………... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………... iv

HALAMAN MOTTO……….... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…...……… vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS……… vii

ABSTRAK……….. viii

ABSTRACT………. ix

KATA PENGANTAR………... x

DAFTAR ISI……….. xiii

DAFTAR TABEL……….. xvi

DAFTAR GAMBAR………. xvii

DAFTAR LAMPIRAN………. xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Batasan Masalah………. 5

C. Rumusan Masalah……….. 6

D. Tujuan Penelitian……… 7

E. Manfaat Penelitian……….. 7

F. Definisi Operasional……… 8

(14)

xiv BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka………. 9

1. Karakter………... 9

2. Pendidikan Karakter……… 10

3. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)………...……… 12

4. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Berbasis Budaya Sekolah……. 20

B. Penelitian yang Relevan……….. 28

C. Kerangka Berpikir………... 33

D. Pertanyaan Penelitian……….………. 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian………. 36

B. Setting Penelitian………...………... 37

C. Populasi dan Sampel………. 38

1. Populasi………. 38

2. Sampel………... 39

D. Variabel Peneilitian……….. 44

E. Teknik Pengumpulan Data……… 45

1. Kuesioner………... 45

2. Studi Dokumenter……….. 46

F. Instrumen Penelitian……….. 47

1. Pertanyaan Tertutup ………..………... 48

2. Pertanyaan Terbuka…..………. 50

3. Daftar Cek………. 51

(15)

xv

G. Teknik Pengujian Instrumen………. 53

1. Validitas Isi……… 54

2. Validitas Muka……….. 58

H. Teknik Analisis Data……… 59

1. Teknik Analisis Statistik Deskriptif………..……… 60

2. Teknik Analisis Data Kuantitatif………..……… 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian………. 63

1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian……….. 63

2. Deskripsi Responden Penelitian……… 65

3. Deskripsi Data Penerapan Program Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar se-Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman ………….... 66

B. Pembahasan……….. 80

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………... 88

B. Keterbatasan Penelitian……… 89

C. Saran………. 90

DAFTAR PUSTAKA……….... 91

LAMPIRAN………... 95

DAFTAR RIWAYAT HIDUP….………. 151

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Populasi Penelitian………..………... 39

Tabel 3.2 Penentuan Jumlah Sampel Minimal Menurut Krejie dan Morgan………... 41

Tabel 3.3 Perhitungan Sampel Penelitian……….. 43

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Pertanyaan Tertutup…….…….…………... 49

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Pertanyaan Terbuka…….…….…………... 50

Tabel 3.6 Daftar Cek Sampel Penelitian.….……….. 51

Tabel 3.7 Konversi Nilai Skala Lima………... 54

Tabel 3.8 Modifikasi Nilai Skala Lima………... 55

Tabel 3.9 Kriteria Skor Skala Lima………... 57

Tabel 3.10 Rekapitulasi Validasi Instrumen………... 57

Tabel 3.11 Hasil Validasi Muka……….. 59

Tabel 4.1 Daftar Sekolah Dasar Negeri yang Diteliti………... 64

Tabel 4.2 Kisi-kisi Instrumen Kuesioner Pertanyaan Tertutup………. 66

Tabel 4.3 Hasil Persentase Instrumen Kuesioner Pertanyaan Tertutup..……….. 81

Tabel 4.4 Rerata Persentase Setiap Aspek Budaya Sekolah………. 86

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Nilai Karakter Filosofi Ki Hajar Dewantara……… 13

Gambar 2.2 Lima Nilai Utama Pendidikan Karakter…..………. 14

Gambar 2.3 Literature Map Penelitian yang Relevan…...………... 32

Gambar 4.1 Grafik Persentase Penerapan PPK Berbasis Budaya Sekolah di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Gamping…………... 67 Gambar 4.2 Grafik Persentase Penerapan Butir 1………... 69

Gambar 4.3 Grafik Persentase Penerapan Butir 2………... 70

Gambar 4.4 Grafik Persentase Penerapan Butir 3………... 71

Gambar 4.5 Grafik Persentase Penerapan Butir 4………... 73

Gambar 4.6 Grafik Persentase Penerapan Butir 5………... 74

Gambar 4.7 Grafik Persentase Penerapan Butir 6………... 75

Gambar 4.8 Grafik Persentase Penerapan Butir 7………... 76

Gambar 4.9 Grafik Persentase Penerapan Butir 8………... 77

Gambar 4.10 Grafik Persentase Penerapan Butir 9………... 78

Gambar 4.11 Grafik Persentase Penerapan Butir 10.………... 79

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian dari Universitas Sanata Dharma…..…….... 96

Lampiran 2 Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik………...……… 97

Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari UPTD Kecamatan Gamping……… 98

Lampiran 4 Surat Keterangan Sudah Mengumpulkan Hasil Penelitian Kepada Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik…….….………… 99

Lampiran 5 Rangkuman Data SD Negeri se-Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman………. 100

Lampiran 6 Coding Data 24 Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.……… 101

Lampiran 7 Rekap Data Instrumen Pertanyaan Tertutup .…….……..……… 103

Lampiran 8 Rekap Data Instrumen Pertanyaan Terbuka ..………... 106

Lampiran 9 Kisi-kisi Pertanyaan Tertutup…... 110

Lampiran 10 Kisi-kisi Pertanyaan Terbuka………....……… 111

Lampiran 11 Identitas Responden dan Surat Pengantar Instrumen.……... 112

Lampiran 12 Instrumen Pertanyaan Tertutup dan Pertanyaan Terbuka……..………. 114

Lampiran 13 Permohonan Izin Validasi Ahli……..….………... 117

Lampiran 14 Data Mentah 10 Validasi Ahli……...………. 118

Lampiran 15 Hasil Rekap Validasi Isi Instrumen Soal Pertanyaan Tertutup………..……… 148

Lampiran 16 Daftar Cek Dokumentasi Data………... 149

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era teknologi saat ini peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menentukan kesejahteraan suatu negara semakin besar, lembaga- lembaga pendidikan formal diharapkan dapat berkontribusi lebih besar dalam meningkatkan kemampuan suatu bangsa untuk penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini menimbulkan konsekuensi tantangan baru dalam pendidikan nasional seperti berbagai persoalan moral, budi pekerti, watak atau karakter yang terlihat dengan masih maraknya tawuran pelajar, siswa yang sering bolos sekolah, siswa suka menyontek, siswa terlambat masuk sekolah, bullying, dan berbagai fenomena lain.

Kemerosotan nilai-nilai karakter bangsa ini dapat terlihat dari salah satu berita yang termuat dalam Geotimes.co.id pada Minggu, 20 Mei 2018 yang memberitakan tentang segelintir oknum pelajar SMP dan SMA kota Jogja menjadi tersangka atas kasus kriminal dan tindak kekerasan. Contoh lainnya adalah berita yang termuat dalam Tempo.com (Senin 23 Juli 2018) tentang hari anak nasional, KPAI catat kasus kekerasan dan bullying paling banyak terjadi di sekolah. Hal ini bisa menjadi indikator kurang efektifnya pendidikan moral di sekolah (Sjarkawi, 2006: 45).

Karakter yang kuat dapat membawa kehidupan yang lebih damai

dan bebas dari berbagai tindakan tidak bermoral. Karakter dimaknai

(20)

sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara (Samani & Hariyanto, 2013: 41). Penguatan karakter dapat dilakukan melalui bimbingan yang dilakukan seorang pendidik secara tidak langsung melalui proses pembiasaan dalam pendidikan. Sekolah merupakan bagian terpenting dalam dunia pendidikan. Oleh sebab itu pendidikan karakter harus terus menerus digalakkan di sekolah guna mewujudkan pendidikan karakter yang dapat memperkuat jati diri bangsa Indonesia melalui pembiasaan nilai-nilai utama keseharian, norma, maupun peraturan yang ada di sekolah.

Pembangunan karakter melalui pendidikan karakter di sekolah

merupakan suatu keharusan untuk diterapkan. Pendidikan tidak hanya

menjadikan peserta didik cerdas namun juga membuat peserta didik

memiliki budi pekerti dan sopan santun, sehingga keberadaannya sebagai

anggota masyarakat secara tidak langsung akan lebih dihargai dan

bermakna bagi orang lain. Lickona (dalam Samani & Hariyanto, 2012: 44)

mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang dirancang secara

sengaja untuk memperbaiki karakter para siswa. Meskipun begitu,

keberadaan pendidikan karakter di sekolah tidak dapat dijadikan acuan

bahwa peserta didik sudah berkarakter secara utuh. Karakter merupakan

perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari

yang mempunyai kecenderungan ke arah positif dan negatif. Dalam

lingkungan pendidikan tentu saja karakter positif yang ingin ditanamkan

(21)

dalam diri peserta didik. Lickona (2012: 340) menjelaskan bahwa pengembangan karakter adalah proses berkelanjutan dan tak pernah selesai selama manusia hidup dan selama sebuah bangsa masih ada.

Persoalan karakter atau moral memang tidak sepenuhnya terabaikan oleh lembaga pendidikan. Akan tetapi dengan fakta-fakta seputar kemerosotan karakter di sekitar menunjukkan bahwa ada kegagalan pada institusi pendidikan dalam hal menumbuhkan manusia yang berkarakter (Zubaedi, 2011: 5). Pendidikan karakter harus diimbangi dengan adanya peningkatan sikap, sifat, dan perilaku sehingga pendidikan karakter mampu membentuk peserta didik menjadi unggul, matang, berdaya saing yang berlandaskan nilai-nilai utama karakter yaitu religiositas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas.

Penguatan karakter bangsa menjadi salah satu butir Nawa Cita yang dicanangkan Presiden Joko Widodo melalui Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Nawa Cita merupakan sembilan program yang dirancang oleh Presiden Joko Widodo, di mana revolusi karakter bangsa merupakan Nawa Cita ke delapan. Nawa Cita bertujuan untuk membangun pendidikan kewarganegaraan (sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme, dan cinta tanah air, semangat bela negara dan budi pekerti).

Atas dasar ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencanangkan

Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) secara bertahap mulai

tahun ajaran 2016/2017. Melalui penerapan program Penguatan

Pendidikan Karakter ini, siswa dapat menemukan jati diri dan

(22)

mengembangkan dirinya secara optimal sehingga dapat berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.

Menurut Permendikbud Pasal 6 No. 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter pada Satuan Pendidikan, Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dilaksanakan melalui tiga pendekatan, yaitu berbasis kelas, berbasis budaya sekolah, dan berbasis masyarakat.

Penguatan Pendidikan Karakter berbasis kelas merupakan usaha pembentukan karakter yang dilakukan melalui pengintegrasian PPK dalam kurikulum, manajemen kelas, gerakan literasi, layanan bimbingan dan konseling, maupun melalui mata pelajaran khusus. Selanjutnya, Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah merupakan usaha pembentukan karakter melalui pengembangan tradisi sekolah, evaluasi peraturan sekolah, menentukan nilai utama PPK, maupun melalui kegiatan ekstrakurikuler dan kokurikuler. Kemudian, Penguatan Pendidikan Karakter berbasis masyarakat merupakan pembentukan karakter yang dilakukan melalui kerja sama dengan orangtua, masyarakat, tokoh agama, komunitas, instansi pemerintah, dan lain-lain. Dari ketiga pendekatan ini, program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) mengharapkan agar peserta didik memiliki lima nilai karakter yakni, religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti memfokuskan penelitian pada

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis budaya sekolah karena

peneliti ingin melihat sejauh mana penerapan dan keterlibatan budaya

(23)

sekolah sebagai pembentuk serta penguat karakter peserta didik sejak dini.

Selain itu, peneliti ingin melihat sejauh mana pengetahuan sekolah mengenai upaya Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah seperti budaya literasi, pemberian wadah potensi siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler, pembiasaan yang ada di masing-masing sekolah, dan peraturan yang ada di sekolah.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman karena peneliti ingin mengetahui sejauh mana keterlibatan sekolah dasar negeri di Kecamatan Gamping dalam menerapkan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis budaya sekolah. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat menjadi pengetahuan dan informasi mengenai penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman.

B. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak terlalu luas, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Populasi dalam penelitian ini adalah sekolah dasar negeri se-Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman.

2. Subjek penelitian ini adalah guru kelas 1 sampai kelas 6 di sekolah dasar

negeri se-Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman.

(24)

3. Peneliti menggunakan metode random sampling untuk mengambil beberapa sampel dari populasi sekolah dasar negeri se-Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman.

4. Fokus penelitian ini adalah mengetahui sejauh mana penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis budaya sekolah di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman.

5. Penelitian ini tidak meneliti pengaruh program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis budaya sekolah di sekolah dasar negeri se- Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Sejauh mana penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis budaya sekolah di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman ?

2. Bagaimana penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)

berbasis budaya sekolah di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Gamping,

Kabupaten Sleman ?

(25)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui sejauh mana penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis budaya sekolah di sekolah dasar negeri se- Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman.

2. Mendeskripsikan penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis budaya sekolah di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Bagi Guru

Sebagai bahan acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran yang mengarah pada pendidikan karakter berbasis budaya sekolah.

2. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai informasi dan masukan mengenai penerapan kebijakan untuk mendukung program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis budaya sekolah di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini menjadi sarana untuk menambah pengetahuan dan

pengalaman peneliti yang telah berproses dalam penelitian. Penelitian ini

juga untuk mengetahui sejauh mana dan bentuk penerapan program

(26)

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis budaya sekolah di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman.

F. Definisi Operasional

Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Karakter adalah cara berpikir atau berperilaku khas tiap individu dengan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan sehingga dapat membentuk dan membedakan orang yang satu dengan yang lain.

2. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik agar menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikiran, raga, rasa, dan karsa, serta melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, dan tindakan.

3. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga.

4. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis budaya sekolah adalah

program pendidikan di sekolah membentuk karakter peserta didik melalui

pembiasaan dan budaya sekolah yang menekankan nilai-nilai utama

keseharian sekolah, norma, peraturan, dan tradisi sekolah dalam seluruh

ekosistem pendidikan di sekolah.

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka 1. Karakter

Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara (Suyanto dalam Kurniawan, 2013: 28). Sementara itu, menurut KBBI (dalam Samani & Hariyanto, 2013: 42) karakter merupakan sifat- sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Sependapat dengan hal itu, Hidayatullah (2010: 9) mengemukakan bahwa karakter adalah sifat manusia yang pada umumnya bergantung pada faktor kehidupannya sendiri.

Karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang membedakan dengan individu lain. Mangunhardjana (2016: 19) juga memaparkan bahwa karakter merupakan keadaan manusia atau kecenderungan untuk hidup dan berperilaku baik yang digabungkan dengan unsur-unsur yang membentuk karakter.

Berdasarkan beberapa pengertian karakter dari beberapa tokoh di

atas, dapat disimpulkan bahwa karakter adalah cara berpikir dan

berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu dengan individu lain di

dalam kehidupan bermasyarakat.

(28)

2. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah suatu proses pembelajaran yang memberdayakan peserta didik dan orang dewasa di dalam komunitas sekolah untuk memahami, peduli, dan berbuat berlandaskan nilai-nilai etika seperti respek, keadilan, kebajikan warga (civic virtue), dan kewarganegaraan (citizenship), serta bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun kepada orang lain (Departemen Pendidikan Amerika Serikat dalam Samani & Hariyanto, 2013: 44). Samani dan Hariyanto (2013: 45) turut mendefinisikan bahwa pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, rasa, dan karsa. Sementara itu, Azzet (2016: 27) menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action).

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik agar menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikiran, raga, rasa, dan karsa, serta melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, dan tindakan.

Pemerintah Republik Indonesia (2010: 4) menjelaskan ada tiga

fungsi pendidikan karakter sebagai berikut.

(29)

a. Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi

Pembangunan karakter bangsa berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga negara Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila.

b. Fungsi perbaikan dan penguatan

Pembangunan karakter bangsa berfungsi memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga negara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera.

c. Fungsi penyaring

Pembangunan karakter bangsa berfungsi memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

Ketiga fungsi tersebut dilakukan melalui (1) pengukuhan Pancasila

sebagai falsafah dan ideologi negara, (2) pengukuhan nilai dan norma

konstitusional UUD 45, (3) penguatan komitmen kebangsaan Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), (4) penguatan nilai-nilai keragaman

sesuai dengan konsepsi Bhineka Tunggal Ika, serta (5) penguatan

keunggulan dan daya saing bangsa untuk keberlanjutan kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia dalam konteks global.

(30)

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kekhasan seseorang atau karakter yang dimiliki seseorang dapat berubah menjadi lebih baik dengan adanya usaha-usaha untuk memahami nilai-nilai etika atau pendidikan karakter. Pendidikan karakter dapat membantu untuk merubah karakter seseorang menjadi lebih baik karena pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi pembentukan dan pengembangan potensi, fungsi perbaikan dan penguatan, dan fungsi penyaring.

3. Penguatan Pendidikan Karakter

a. Pengertian Penguatan Pendidikan Karakter

Penguatan Pendidikan Karakter adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah pikir, olah karsa, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (Perpres No. 87 Tahun 2017).

Penguatan Pendidikan Karakter bangsa menjadi salah satu Nawacita yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo melalui Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Penguatan Pendidikan Karakter ini sudah bukan hal yang baru bagi bangsa Indonesia, karena sejak tahun 2010 pendidikan karakter sudah menjadi gerakan nasional.

Penguatan Pendidikan Karakter ini berpedoman pada filosofi Ki Hajar

Dewantara yang digambarkan dalam bagan berikut.

(31)

Gambar 2.1 Filosofi Ki Hajar Dewantara

(Sumber: http://alihfungsi.gtk.kemdikbud.go.id/assets/konsep_karakter.pdf) Gambar 2.1 merupakan filosofi Ki Hajar Dewantara di mana ada keterpaduan atau keselarasan antara olah hati, olah pikir, olah karsa, dan olah raga yang digunakan untuk memperkuat pendidikan karakter peserta didik. Menurut Perpres Nomor 87 Tahun 2017, adanya harmonisasi antara olah hati, olah pikir, olah karsa, dan olah raga memunculkan atau mengembangkan 18 nilai yaitu religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab. Delapan belas nilai karakter tersebut disederhanakan menjadi 5 nilai utama yang saling berkaitan untuk mengembangkan Penguatan Pendidikan Karakter yaitu religiositas, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. Nilai utama ini kemudian diperbaharui dengan Kemendikbud No. 20 Tahun 2018, sehingga 5 nilai utama tersebut menjadi religiositas, nasionalisme,

Olah Hati

Olah Pikir

Olah Karsa Olah

Raga

(32)

kemandirian, gotong royong, dan integritas. Kristalisasi nilai utama dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Lima Nilai Utama Pendidikan Karakter

(Sumber: https://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/wp- content/uploads/2018/07/5- nilai-utama-768x432.jpg)

Nilai-nilai karakter di atas mempunyai sub nilai sebagai berikut.

1) Religiositas

Nilai karakter religiositas mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun, dan damai dengan pemeluk agama lain.

Sub nilai religiositas antara lain cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh

Nilai Utama

Religiositas

Nasionalisme

Kemandirian Gotong

Royong

Integritas

(33)

pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, anti perundungan dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, dan melindungi yang kecil dan tersisih.

2) Nasionalisme

Nilai karakter nasionalisme merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, serta menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompok.

Sub nilai nasionalisme antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, serta menghormati keragaman budaya, suku dan agama.

3) Kemandirian

Nilai karakter kemandirian merupakan sikap dan perilaku

tidak bergantung pada orang lain, serta mempergunakan segala

tenaga, pikiran dan waktu untuk merealisasikan harapan,

mimpi, dan cita-cita.

(34)

Sub nilai kemandirian antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh, tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

4) Gotong Royong

Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu-membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi, dan memberi pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan.

Sub nilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah untuk mufakat, tolong-menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.

5) Integritas

Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen, kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan, dan integritas moral.

Sub nilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada

kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan,

tanggung jawab, keteladanan, dan menghargai martabat

individu (terutama penyandang disabilitas).

(35)

b. Tujuan Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK

Tujuan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sesuai dengan pasal 2 Peraturan Presiden No. 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah sebagai berikut.

1) Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didik dengan dukungan pelibatan publik yang dilakukan melalui jalur formal, non formal, dan informal dengan memperhatikan keragaman budaya Indonesia.

2) Membangun dan membekali peserta didik sebagai generasi emas Indonesia tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dan pendidikan karakter yang baik guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan.

3) Merevitalisasi, memperkuat potensi dan kompetensi pendidik, tenaga pendidik, peserta didik, masyarakat, dan lingkungan keluarga dalam menerapkan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).

Berdasarkan tujuan Penguatan Pendidikan Karakter di atas, dapat

disimpulkan bahwa Penguatan Pendidikan Karakter berusaha

membangun dan membekali peserta didik untuk lebih siap menghadapi

perubahan- perubahan di masa depan. Hal lain yang harus dilakukan

adalah dengan memusatkan pendidikan karakter sebagai jiwa utama

dalam dunia pendidikan. Dengan demikian, tujuan pendidikan karakter

(36)

akan terwujud secara nyata dan mampu menyiapkan peserta didik lebih baik di masa depan.

c. Tiga Basis Pengembangan dan Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah

Penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dapat dilakukan dengan tiga pendekatan utama, yaitu berbasis kelas, berbasis budaya sekolah, dan berbasis masyarakat (Koesoema, 2018: 17).

Ketiga pendekatan ini saling terkait dan merupakan satu kesatuan yang utuh. Pendekatan ini dapat saling membantu satuan pendidikan dalam merancang dan menerapkan program dan kegiatan PPK (Kemendikbud dalam Koesoema, 2018: 18).

Ketiga basis sesuai konsep dan pedoman Penguatan Pendidikan Karakter (Kemendikbud, 2017: 15) dijelaskan sebagai berikut.

1) Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas

a) Mengintegrasikan proses pembelajaran di dalam kelas melalui isi kurikulum dalam mata pelajaran, baik secara tematik maupun terintegrasi dalam mata pelajaran.

b) Memperkuat manajemen kelas, pilihan metodologi, dan evaluasi pengajaran.

c) Mengembangkan muatan lokal sesuai dengan kebutuhan daerah.

2) Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah

(37)

a) Menekankan pada pembiasaan nilai utama dalam keseharian sekolah.

b) Menonjolkan keteladanan orang dewasa di lingkungan pendidikan.

c) Melibatkan seluruh ekosistem pendidikan di sekolah.

d) Mengembangkan dan memberi ruang yang luas pada segenap potensi siswa melalui kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.

e) Memberdayakan manajemen dan tata kelola sekolah.

f) Mempertimbangkan norma, peraturan, dan tradisi sekolah.

3) Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat/Komunitas a) Memperkuat peranan Komite Sekolah dan orangtua sebagai

pemangku kepentingan utama pendidikan.

b) Melibatkan dan memberdayakan potensi lingkungan sebagai sumber pembelajaran seperti keberadaan dan dukungan pegiat seni dan budaya, tokoh masyarakat, dunia usaha, dan dunia industri.

c) Mensinergikan penerapan PPK dengan berbagai program yang ada dalam lingkup akademisi, pegiat pendidikan, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

d) Mensinkronkan program dan kegiatan melalui kerja sama

dengan pemerintah daerah, kementerian, dan masyarakat pada

umumnya.

(38)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dapat dilakukan melalui pendekatan berbasis kelas, berbasis budaya sekolah, dan berbasis masyarakat. PPK berbasis kelas adalah komunitas belajar yang menumbuhkembangkan peserta didik baik secara akademik maupun non akademik. PPK berbasis budaya sekolah adalah upaya menumbuhkembangkan potensi peserta didik dan semakin menempatkan jati dirinya. PPK berbasis masyarakat adalah upaya menumbuhkembangkan potensi peserta didik melalui partisipasi masyarakat dalam rangka membantu dan menghayati sebagai makhluk sosial di dalam kehidupan bermasyarakat.

4. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah a. Pengertian PPK Berbasis Budaya Sekolah

Hendarman, dkk., (2017: 35) menjelaskan bahwa Penguatan

Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah berfokus pada

pembiasaan dan pembentukan budaya yang merepresentasikan nilai-

nilai utama PPK yang menjadi prioritas satuan pendidikan. Koesoema

(2018: 10) menjelaskan bahwa pendidikan karakter berbasis budaya

sekolah adalah kegiatan berupa komunikasi interaktif antar individu

pada lembaga pendidikan dalam rangka merealisasikan misi dan tujuan

lembaga pendidikan. Kemendikbud (2017: 2) menjelaskan bahwa

pendidikan karakter berbasis budaya sekolah adalah kegiatan yang

(39)

dilaksanakan melalui pembiasaan nilai-nilai dalam keseharian di sekolah. Pembiasaan ini diintegrasikan dalam keseluruhan kegiatan di sekolah yang tercermin dari suasana dan lingkungan sekolah yang kondusif (Tim PPK, 2017: 35).

Budaya sekolah adalah keseluruhan corak relasional antar individu di lingkungan pendidikan yang membentuk tradisi yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan spirit dan nilai-nilai karakter yang dikembangkan di sekolah. Tradisi itu mewarnai kualitas kehidupan di sekolah, kualitas belajar, bekerja, lingkungan, interaksi warga sekolah, dan suasana akademik. Budaya sekolah bertujuan mendukung terbentuknya school branding sebagai keunggulan, keunikan, dan daya saing sekolah (Suhadisiwi, 2018: 8)

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis budaya sekolah mencakup berbagai macam bentuk pembiasaan, model tata kelola sekolah, pengembangan peraturan, dan regulasi yang mendukung PPK.

Proses pembiasaan melalui basis budaya sekolah menjadi sangat penting dalam penguatan pendidikan karakter karena dapat membangun nilai-nilai luhur dalam diri generasi muda. Budaya sekolah yang baik diharapkan dapat mengubah perilaku peserta didik menjadi lebih baik.

PPK berbasis budaya sekolah mengembangkan berbagai macam

kegiatan dan interaksi antar individu di lingkungan sekolah. Untuk

membangun budaya sekolah yang baik dapat dilakukan melalui

beberapa kegiatan sebagai berikut.

(40)

1) Pembiasaan dalam kegiatan literasi

2) Kegiatan ekstrakurikuler yang mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK

3) Menerapkan dan mengevaluasi tata tertib atau peraturan sekolah.

b. Persiapan penerapan Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah

Tim PPK (2017: 35-41) memaparkan bahwa persiapan pendidikan karakter berbasis budaya sekolah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1) Menentukan nilai utama PPK

Sekolah memulai program penguatan pendidikan karakter dengan melakukan asesmen awal. Salah satu kegiatan asesmen awal sekolah adalah memilih nilai utama yang akan menjadi fokus dalam pengembangan pembentukan dan penguatan karakter di lingkungan sekolah. Nilai utama yang dipilih nantinya akan menjadi fokus dalam rangka pengembangan budaya dan integritas sekolah. Sekolah menjabarkan nilai utama ke dalam indikator dan bentuk perilaku objektif yang bisa diamati dan diverifikasi.

Dari nilai utama, sekolah mampu membuat tagline yang

mampu menjadi moto sekolah sehingga menunjukkan kekhasan,

keunikan, dan keunggulan sekolah. Tagline atau istilah yang lebih

lazimnya yaitu branding dapat memudahkan orangtua atau wali

murid untuk mencari sekolah yang pas untuk anaknya. Beberapa

(41)

contoh branding yang dapat ditemukan di sekolah dasar misalnya

“Sekolah Adiwiyata”, “Sekolah Cinta”, “Sekolah Ramah Anak”.

Sekolah yang telah mempunyai branding dapat memfokuskan kegiatan sekolah agar tertuju pada branding tersebut.

2) Menyusun jadwal harian

Sekolah mampu menyusun jadwal kegiatan harian untuk memperkuat nilai-nilai utama PPK yang telah dipilih sebagai upaya program Penguatan Pendidikan Karakter yang sedang berlangsung.

Ada tiga kegiatan yang dapat disusun, yakni kegiatan pembiasaan, kegiatan intrakurikuler, serta kegiatan kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Kegiatan tersebut disusun berdasarkan kondisi sekolah, norma, aturan, dan budaya setempat. Contohnya kegiatan siswa di pagi hari setelah bel masuk adalah berdoa, lalu dilanjutkan dengan menyanyikan lagu nasional, dan membaca buku cerita sebagai kegiatan literasi. Pada saat pulang sekolah sebelum meninggalkan kelas, siswa diwajibkan menyanyikan lagu daerah.

Lalu pada sore harinya, ada kegiatan pramuka atau ekstrakurikuler pilihan yang diminati oleh siswa dengan menyesuaikan harinya.

3) Evaluasi peraturan sekolah

Koesoema (2018: 113) menjelaskan bahwa evaluasi

peraturan mengacu pada kegiatan rutin dan terstruktur untuk

menilai dan mengevaluasi aturan-aturan yang sudah ada agar aturan

itu semakin baik, efektif, dan relevan. Hendarman, dkk., (2017: 40)

(42)

mengemukakan bahwa lembaga pendidikan wajib melakukan koreksi dan evaluasi atas berbagai aturan yang dimiliki serta menyelaraskannya dengan nilai-nilai revolusi mental yang diarahkan pada penguatan pendidikan karakter. Peraturan merupakan kesepakatan bersama yang disetujui oleh masing- masing individu dalam rangka pencapaian tujuan lembaga pendidikan dan mengikat masing-masing individu secara formal terhadap komitmen, visi, dan misi lembaga pendidikan (Koesoema, 2018: 66). Beberapa contoh peraturan yang wajib dievaluasi adalah peraturan kedisiplinan tentang sakit, izin, alpa, penerapan kebijakan kriteria ketuntasan minimal, dan peraturan terkait kegiatan mencontek (Hendarman, dkk., 2017: 40).

Evaluasi pemanfaatan peraturan sekolah tentang kehadiran

dibutuhkan agar peraturan sekolah dapat menjadi sarana efektif

dalam pembentukan karakter disiplin peserta didik (Hendarman,

dkk., 2017: 40). Keteraturan dalam lembaga pendidikan bisa stabil

dan berkelanjutan karena ada kebijakan berupa peraturan yang

menjadi panduan bagi sekolah yang bersifat rutin (Koesoema,

2018: 135). Koesoema juga menambahkan bahwa tanpa ada

peraturan yang membingkai kinerja setiap individu sesuai dengan

cakupan tugas dan tanggung jawabnya, lembaga pendidikan tidak

akan dapat melaksanakan visi dan misinya dengan baik.

(43)

4) Pengembangan tradisi sekolah

Rutinitas di sekolah yang terjadi terus-menerus dan berulang bisa membentuk tradisi sekolah (Koesoema, 2018: 135).

Koesoema juga menjelaskan bahwa keteraturan dan rutinitas adalah ciri khas sebuah lembaga pendidikan. Satuan pendidikan dapat mengembangkan PPK berbasis budaya sekolah dengan memperkuat tradisi yang sudah dimiliki oleh sekolah (Hendarman, dkk., 2017: 40). Lembaga pendidikan melaksanakan kegiatannya dengan lebih mengutamakan adanya keteraturan, disiplin, dan ketepatan waktu (Koesoema, 2018: 135). Koesoema juga menjelaskan bahwa seluruh program dalam lembaga pendidikan sebagian besar merupakan kegiatan yang sifatnya rutin. Bila rutinitas ini berlangsung secara terus-menerus, lembaga pendidikan akan melahirkan apa yang disebut tradisi (Koesoema, 2018: 136).

Koesoema (2018: 136) mengemukakan bahwa beberapa momen rutinitas yang bisa menjadi sarana bagi sekolah untuk menanamkan budi pekerti dan membentuk karakter peserta didik adalah sebagai berikut.

(1) Melakukan upacara bendera setiap hari Senin

(2) Membiasakan peserta didik menyanyikan lagu-lagu nasional

dan daerah

(44)

(3) Momen penerimaan peserta didik baru harus harmonis seiring dengan nilai-nilai moral yang ada. Nilai moral yang dimaksud adalah tidak membedakan biaya sekolah, tidak memberikan label sekolah favorit dan sebaliknya

(4) Peserta didik merayakan hari besar keagamaan untuk saling bertoleransi satu sama lain sekaligus ikut serta dalam kegembiraan dan perayaan dengan mereka yang sedang merayakan hari besar keagamaannya.

5) Pengembangan kegiatan kokurikuler

Kegiatan kokurikuler dilakukan melalui serangkaian penugasan yang sesuai dengan target pencapaian kompetensi setiap mata pelajaran yang relevan dengan kegiatan intrakurikuler. Kegiatan kokurikuler dapat dilaksanakan baik di dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, tetapi kegiatan tersebut tetap sesuai dengan perencanaan pembelajaran. Jadi dalam kegiatan tersebut masih terkandung nilai-nilai utama karakter.

6) Kegiatan ekstrakurikuler

Penguatan nilai-nilai utama PPK sangat dimungkinkan

dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan

ekstrakurikuler bertujuan untuk mengembangkan kepribadian

peserta didik sesuai dengan bakatnya. Kegiatan ekstrakurikuler

ada dua jenis, yaitu wajib dan pilihan. Kegiatan wajib contohnya

(45)

pendidikan kepramukaan dan kegiatan pilihan adalah ekstrakurikuler yang dikembangkan oleh sekolah. Nilai-nilai karakter harus diterapkan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Peserta didik diharapkan lebih sadar dan paham dengan penerapan pendidikan karakter yang diselipkan pada kegiatan ekstrakurikuler.

c. Langkah-langkah Pelaksanaan PPK Berbasis Budaya Sekolah Pelaksanaan PPK berbasis budaya sekolah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1) Kesepakatan mengenai karakter yang hendak dicapai dan ditargetkan sekolah dari 18 karakter yang diterapkan oleh Kemendikbud

2) Membangun pemahaman bahwa sekolah ingin membudidayakan karakter positif untuk seluruh warga sekolah

3) Menyusun rencana menyeluruh untuk mengintensifkan pengembangan dan pembelajaran mengenai karakter yang hendak dicapai dan ditargetkan

4) Mengintegrasikan karakter yang sudah dipilih ke dalam pembelajaran pada kurikulum secara terus menerus

5) Mensosialisasikan karakter yang sudah disepakati kepada seluruh

warga sekolah

(46)

6) Mengembangkan moto (semboyan) sekolah, yang bertumpu pada karakter yang sudah disepakati

7) Menentukan indikator (petunjuk) terhadap keberhasilan program 8) Melakukan evaluasi terhadap program karakter

9) Memberikan apresiasi bagi warga sekolah yang menunjukkan perubahan ke arah karakter yang dibudayakan (Listyarti, 2012: 10- 11)

10) Mengadakan ekstrakurikuler wajib dan pilihan

11) Membaca buku selama 15 menit sebelum dimulainya pembelajaran 12) Membuat pojok baca dan pohon literasi

13) Meningkatkan nilai karakter religiositas melalui pendalaman agama, yang sesuai dengan kepercayaan masing-masing peserta didik.

Melalui langkah-langkah tersebut, guru diharapkan mampu menerapkan pembiasaan-pembiasaan positif untuk membangun budaya sekolah yang baik kepada peserta didik.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Yuliarti (2010) melakukan penelitian yang berjudul Desain Pembelajaran

untuk Proses Pendidikan Karakter Anak. Penelitian ini memiliki tujuan untuk

mengetahui implementasi desain pembelajaran yang mengintegrasikan

pendidikan karakter yang diterapkan di SD Kanisius Mangunan. Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah

(47)

sistem pembelajaran di sekolah lebih diarahkan pada proses pendidikan karakter. Sekolah ini menerapkan sistem pembelajaran terpadu berbasis tematis dalam proses pembelajarannya. Setiap tahun sekolah menentukan beberapa peristiwa sosial sebagai tema sentral yang selanjutnya diintegrasikan ke dalam seluruh mata pelajaran. Sebagai contoh pada tahun ajaran 2006/2007, sekolah menetapkan lima tema yakni Bhinneka Tunggal Ika, Syawal, Natal, Paskah, dan Pancasila. Dari tema yang telah ditetapkan, guru menentukan nilai karakter yang terkandung dalam tema tersebut.

Rusmayanti (2016) melakukan penelitian yang berjudul Implementasi Pendidikan Karakter di SMK Muhammadiyah 1 Prambanan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan penanaman nilai pembentuk karakter.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan model penelitian studi kasus. Hasil dari penelitian ini adalah (1) implementasi pendidikan karakter yang terintegrasi dalam mata pelajaran terdiri dari silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) serta dalam proses pembelajaran telah memasukkan nilai-nilai pendidikan karakter; (2) implementasi pendidikan karakter di SMK Muhammadiyah 1 Prambanan Klaten melalui pengembangan diri berupa kegiatan ekstrakurikuler diikuti oleh seluruh peserta didik kelas X dan XI dengan penanaman nilai karakter dilakukan melalui pembiasaan dan nasehat; (3) budaya sekolah yang berkembang yaitu pembiasaan yang mengandung penanaman nilai karakter:

(4) kendala yang muncul antara lain guru kesulitan dalam menyesuaikan nilai

karakter yang akan ditanamkan dan karakter peserta didik yang berbeda-beda;

(48)

dan (5) upaya yang dilakukan antara lain yaitu sekolah telah melakukan sosialisasi maupun komunikasi dengan orangtua peserta didik serta menanamkan nilai karakter dalam kegiatan ekstrakurikuler dan budaya sekolah.

Wiliandani, dkk. (2016) melakukan penelitian yang berjudul Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran, serta faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran di SDIT Insan Sejahtera Kabupaten Sumedang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus tunggal. Hasil dari penelitian ini adalah implementasi pendidikan karakter di sekolah tersebut dilaksanakan secara teritegrasi dalam semua mata pelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan pembiasaan.

Nunzairina (2018) melakukan penelitian yang berjudul Implementasi

Pendidikan Karakter dalam Budaya Sekolah di SD IT Al-Hijrah 2 Laut

Dendang. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui (1) perencanaan

pendidikan karakter, (2) nilai-nilai pendidikan karakter, serta (3) faktor

pendukung dan penghambat pendidikan karakter. Penelitian ini merupakan

penelitian deskriptif kualitatif yang terdiri dari tahap reduksi data, penyajian

data, serta penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

bahwa (1) implementasi pendidikan karakter dalam budaya sekolah di SD IT

Al-Hijrah 2 Laut Dendang tercermin pada rancangan program yang disusun

(49)

pada kurikulum sekolah, perilaku warga sekolah, serta terimplementasi dalam kegiatan rutin dan kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat; (2) nilai- nilai pendidikan karakter yang diterapkan yaitu nilai religius, nilai jujur, nilai disiplin, nilai semangat kebangsaan, dan nilai bersahabat/komunikatif; (3) terdapat faktor pendukung dan faktor penghambat dalam penanaman nilai karakter. Faktor pendukung yaitu dukungan kerja sama yang baik antara lingkungan sekolah dan warga sekolah, sarana dan prasarana yang memadai, dan dukungan orangtua peserta didik. Faktor penghambat penanaman nilai karakter adalah orangtua yang belum membiasakan pendidikan karakter di rumah, kurangnya pemahaman orangtua tentang pendidikan karakter, kurangnya pemahaman guru tentang pendidikan karakter yang telah dicanangkan, dan kesadaran peserta didik yang masih kurang terhadap peraturan-peraturan sekolah.

Berdasarkan keempat penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

penelitian tersebut relevan atau memiliki keterkaitan dengan penelitian yang

akan dilakukan oleh peneliti yang berjudul “Penerapan Program Penguatan

Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah di Sekolah Dasar se-

Kecamatan Gamping”. Berikut adalah literature map dari penelitian yang

relevan dan penelitian yang dilakukan.

(50)

Gambar 2.3 Literature Map Penelitian-Penelitian yang Relevan

Berdasarkan gambar 2.1 dapat diketahui bahwa keempat judul penelitian yang relevan di atas memiliki keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Keterkaitan yang dimaksudkan ialah adanya persamaan mengenai penerapan pendidikan karakter di sekolah, penerapan pendidikan karakter dalam budaya sekolah, dan upaya sekolah dalam menerapkan pendidikan karakter dalam budaya sekolah. Penelitian ini berbeda dengan penelitian relevan tersebut dalam hal jenis penelitian, metode yang digunakan, dan sasaran target penelitian. Penelitian ini akan membahas sejauh mana penerapan program penguatan pendidikan karakter dan upaya sekolah dalam menerapkan program penguatan pendidikan karakter berbasis budaya sekolah di Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.

Yuliarti (2010)

Desain Pembelajaran untuk Proses Pendidikan Karakter Anak

Rusmayanti (2016)

Implementasi Pendidikan Karakter di SMK Muhammadiyah 1 Prambanan

Wiliandani, dkk. (2016)

Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar

Nunzairina (2018)

Implementasi Pendidikan Karakter dalam Budaya Sekolah di SD IT Al-Hijrah 2 Laut

Dendang

Penelitian ini

Penerapan Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis

Budaya Sekolah di Sekolah

Dasar se-Kecamatan Gamping

(51)

C. Kerangka Berpikir

Pendidikan merupakan sebuah proses membentuk peserta didik untuk menjadi manusia yang mampu hidup berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara dengan bekal intelektual serta budi pekerti yang baik, sehingga dalam proses pembelajaran di sekolah perlu adanya usaha yang seimbang antara mencerdaskan intelektual peserta didik dan meningkatkan moralitas peserta didik dengan pendidikan karakter. Pendidikan karakter diperlukan agar setiap individu menjadi orang yang lebih baik, menjadi warga masyarakat yang lebih baik, dan menjadi warga negara yang lebih baik. Hal ini terkait dengan berbagai macam fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia seperti tawuran, peserta didik kurang disiplin saat berada di lingkungan sekolah, tidak patuh terhadap tata tertib, datang terlambat, tidak masuk sekolah tanpa ijin, menyontek, bullying dan lain sebagainya.

Pendidikan karakter berbasis budaya sekolah merupakan sebuah program yang dirancang oleh pemerintah untuk menciptakan iklim dan lingkungan sekolah yang mendukung praksis PPK, mengatasi ruang-ruang kelas, dan melibatkan seluruh sistem, struktur, dan pelaku pendidikan di sekolah.

Pengembangan PPK berbasis budaya sekolah termasuk di dalamnya

keseluruhan tata kelola sekolah, desain kurikulum tingkat satuan pendidikan

(KTSP), serta pembuatan peraturan dan tata tertib sekolah. Penguatan

Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah berfokus pada pembiasaan dan

pembentukan budaya yang merepresentasikan nilai-nilai utama PPK yang

(52)

menjadi prioritas satuan pendidikan. Pembiasaan ini diintegrasikan dalam keseluruhan kegiatan di sekolah yang tercermin dari suasana dan lingkungan sekolah yang kondusif.

Pelaksanaan pendidikan karakter berbasis budaya sekolah menggariskan pentingnya unsur keteladanan. Selain itu perlu disertai upaya-upaya untuk mewujudkan lingkungan sosial yang kondusif bagi para siswa, baik dalam keluarga, di sekolah, dan dalam masyarakat. Dengan demikian, pelaksanaan pendidikan karakter akan lebih berkesan dalam rangka membentuk kepribadian siswa.

Faktanya saat ini masih sering dijumpai masalah-masalah seperti siswa melanggar peraturan sekolah, menyontek, dan lunturnya kearifan lokal.

Masalah-masalah tersebut merupakan gambaran bagaimana karakter peserta

didik saat ini. Padahal pemerintah sudah memiliki dan mencanangkan

program Penguatan Pendidikan Karakter yang perlu dilaksanakan di sekolah,

sehingga sekolah bisa berperan sebagaimana mestinya sebagai wahana untuk

pengembangan karakter siswa. Namun bagaimana penerapan di sekolah

belum diketahui. Oleh sebab itu peneliti tertarik dan ingin melakukan

penelitian mengenai “Penerapan Program Penguatan Pendidikan Karakter

Berbasis Budaya Sekolah di Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Negeri se-

Kecamatan Gamping”. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner, dari hasil kuesioner kemudian jawaban dianalisis untuk

menemukan upaya yang dilakukan oleh sekolah untuk menerapkan program

pendidikan karakter berbasis budaya sekolah dan mengetahui sudah atau

(53)

belum terlaksananya penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah.

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan teori-teori dalam kajian pustaka dan kerangka berpikir, maka pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah di satuan pendidikan sekolah dasar negeri se-Kecamatan Gamping sudah diterapkan ?

2. Bagaimana kesesuaian penerapan program Penguatan Pendidikan

Karakter berbasis budaya sekolah di satuan pendidikan sekolah dasar

negeri se-Kecamatan Gamping ?

(54)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Sedamaryanti dan Hidayat (2011: 33) menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif deskriptif adalah penelitian dalam pencarian fakta status kelompok manusia pada suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang dengan interpretasi yang tepat. Asra, dkk. (2014: 25) menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian empirik (berdasarkan bukti-bukti atau data nyata) yang dilakukan secara sistematik tentang fenomena sosial atau alam dengan menggunakan metode atau teknik statistik, matematika maupun perhitungan lainnya. Sudaryono (2016: 12) menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif deskriptif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu kondisi secara objektif. Kurniawan (2018: 37) menyatakan bahwa penelitian kuantitatif deskriptif adalah penelitian yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan suatu kondisi secara objektif. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa penelitian kuantitatif deskriptif adalah penelitian untuk mendeskripsikan suatu peristiwa atau fenomena tertentu secara objektif dengan interpretasi yang tepat.

Penelitian ini menggunakan metode survei. Martono (2014: 20)

menjelaskan bahwa metode survei adalah metode untuk mengumpulkan

Referensi

Dokumen terkait

Pusdiklat Bulutangkis di Semarang tidak hanya sebagai wadah pembinaan dan pelatihan, tetapi juga menjadi salah satu tempat seleksi atlet-atlet berbakat dari sekitar

Atozz Jaya Indonesia merupakan perusahaan yang memiliki sistem penjualan electronic dan komponen electronic yang mempunyai mutu yang baik dan berkualitas untuk

Berdasrkan hasil penelitian mengenai frekuensi pemberian pakan fermentasi kulit ubi kayu (Manihot utilissima) menunjukkan bahwa laju pertumbuhan harian, tingkat

Berdasarkan pengamatan lebih lanjut, terdapat beberapa yang masih terbuka untuk dapat diteliti antara lain dalam sistem informasi uji kompetensi ini masih sangat

Hasil rekapitulasi diketahui persamaaan regresi linear berganda yang tertera dalam tabel diatas maka dapat dijelaskan Nilai βo artinya jika tidak ada perubahan pada variabel

Kolom array[i] menunjukan nilai yang terdapat pada array ke-i.Kolom t menunjukan nilai yang terdapat pada array ke-m (elemen saat ini).array yang sudah fix menunjukan array

Dengan berkembangnya sistem pengelolaan dan pemberdayaan yayasan, sekarang Lembaga Amil Zakat sudah mencapai ditingkat Kabupaten dan Kota, seperti di Kota

Ini yang mendoromg peneliti tertarik melakukan penelitian dieL-Zawa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, dengan adanya putusan Mahkamah Konstitusi