• Tidak ada hasil yang ditemukan

This document was created by Unregistered Version of Word to PDF Converter BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "This document was created by Unregistered Version of Word to PDF Converter BAB II"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN TEORI

.1. Hakikat Membaca

1 Pengertian Membaca

Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang reseptif. Semua yang diperoleh melalui bacaan itu akan memungkinkan orang tersebut mampu mempertinggi daya pikirannya, mempertajam pandangannya dan memperluas wawasannya. Jadi Membaca merupakan modal bagi seseorang untuk mempelajari buku dan mencari inovasi tertulis. Menurut Munawir Yusuf (2005:134) “membaca merupakan aktivitas auditif dan visual untuk memperoleh makna dari simbol berupa huruf atau kata”.

Menurut Nurgiyantoro (2010: 368) bahwa membaca merupakan aktivitas mental memahami apa yang dituturkan pihak lain melalui secara lisan. Membaca merupakan suatu proses komunikasi antara pembaca dan penulis dengan bahasa tulis. Hakekat membaca ini menurutnya ada tiga hal, yakni efektif, kognitif, dan bahasa. Perilaku efektif pengacu pada perasaan, perilaku kognitif mengacu pada pikiran, dan perilaku bahasa mengacu pada bahasa anak. Membaca sebagai suatu proses penciptaan makna terhadap segala sesuatu yang ada dalam lingkungan tempat pembaca mengembangkan suatu kesadaran. Sejalan dengan itu Rosenblatt (dalam Farid Rahim, 2005:267) berpendapat bahwa “membaca merupakan proses transaksional”.

Proses membaca berdasarkan pendapat ini meliputi langkah-langkah selama pembaca mengkonstruk makna melalui interaksinya dengan teks bacaan. Makna tersebut dihasilkan melalui proses transaksional. Dengan demikian, makna teks bacaan itu tidak semata-mata

(2)

terdapat dalam teks bacaan atau pembaca saja.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan suatu aktivitas yang melibatkan mental, visual, berfikir, atau merupakan aktivitas dimana pembaca dan penulis terjadi komunikasi. Setiap pembaca memiliki tahap perkembangan kognitif yang berbeda. Sehingga bahan ajar atau bacaan itu harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif yang dimiliki oleh setiap individu.

Dengan demikian maka kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapa pun yang ingin maju dan meningkatkan diri. Pembelajaran di kelas I dan kelas II merupakan pembelajaran tahap awal, kemampuan membaca siswa diperoleh di kelas I dan kelas II tersebut akan menjadi dasar pembelajaran membaca di kelas berikutnya. Oleh sebab itu, pembelajaran membaca di sekolah mempunyai peranan yang penting.

2 Jenis-jenis Membaca

Dilihat dari segi segi terdengar tidaknya suara si pembaca maka proses membaca dapat dibagi atas dua yaitu membaca nyaring dan membaca dalam hati Tarigan (2004:135). Membaca dalam hati lebih banyak mempergunakan ingatan visual yang melibatkan pengaktifan dan ingatan. Yang tujuan utamanya adalah untuk memperoleh informasi dan menguasai isi bacaan serta memahami ide-ide dengan usahanya sendiri. Sedang membaca nyaring membutuhkan ingatan dan penglihatan, ingatan pendengaran juga ingatan yang berhubungan otot-otot.

Membaca nyaring merupakan suatu aktifitas atau kegiatan yang merupakan alat untuk menangkap dan memahami informasi, pikiran dan perasaan pengarang.

Untuk meningkatkan keterampilan membaca pada diri siswa, maka seorang guru harus mengetahui keterampilan-keterampilan yang dituntut pada anak/siswa SD agar proses

(3)

pembelajaran membaca dapat berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan yang diharapkan.

3 Manfaat Membaca

Menurut Yunus dan Suparno (2007: 14) menyatakan manfaat dari kegiatan membaca yaitu : 1. Peningkatan kecerdasan

2. Pengembangan daya inisiatif dan kreatifitas 3. Pembunuhan Keberanian

4. Mendorong kemauan daa kemampuan mengumpulkan informasi

Ada penelitian yang membuktikan bahwa membaca buku bisa mencegah kita dari penyakit pikun. Mungkin karena kita selalu diajak berpikir ketika kita membaca, sehingga otak kita bisa tetap aktif. Berikut beberapa manfaat dari membaca yang dijelaskan oleh Abddullah al-Qarni 2004 :

1. Ketika sibuk membaca, seseorang terhalang masuk ke dalam kebodohan,

2. Kebiasaan membaca membuat orang terlalu sibuk untuk bisa berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak mau bekerja,

3. Dengan sering membaca, seseorang bisa memngembangkan keluasan dan kefasihan dalam bertutur kata,

4. Membaca membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir,

5. Membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan memori dalam pemahaman,

6. Dengan sering membaca seseorang dapat mengambil manfaat dari pengalaman orang lain, seperti mencontoh kearifan orang bijaksana dan kecerdasan para sarjana

7. Dengan sering membaca, seseorang dapat mengembangkan kemampuannya, baik untuk

(4)

mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya di dalam hidup,

8. Keyakinan seseorang akan bertambah ketika ia membaca buku-buku yang ditulis oleh penulis-penulis muslim yang soleha. Buku itu adalah penyampaian ceramah terbiak dan ia mempunyai pengaruh kuat untuk menuntun seseorang menuju kebaikkan dan menjauhkannya dari kejahatan,

9. Membaca membantu seseorang untuk menyegarkan pikirannya dari keruwetan dan menyelamatkan waktunya gara tidak sia-sia, dengan sering membaca, seseorang bisa menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai model kalimat,

10. Lebih lanjut lagi, ia bisa meningkatkan kemampuannya untu menyerap konsep dan untuk memahami apa yang terulis di antara baris demi baris.

Berdasarkan beberapa manfaat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa manfaat membaca adalah meningkatkan kecerdasan, menjernihkan fikiran, dan dapat memberikan informasi.

4 Fungsi dan tipe-tipe dalam Membaca

Mukholis (2000:17) mengatakan pembelajaran membaca memang benar-benar mempunyai peranan sebab memberikan manfaat seperti yang telah disebutkan di atas, maka melalui pembelajaran membaca guru dapat berbuat banyak dalam proses pengindonesian anak-anak Indonesia. Dalam proses pembelajaran guru dapat memilih wacana-wacana yang memudahkan penanaman guru dapat memilih wacana-wacana yang memudahkan penanaman nilai-nilai keindonesiaan pada diri anak, misalnya wacana yang berkatan dengan tokoh pahlawan, hal ini dimaksudkan untuk membuka wawasan anak.

1 Fungsi Membaca

(5)

Kemampuan membaca yang diperoleh dari membaca permulaan akan berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut, sebagai kemampuan yang mendasari, kemampuan membaca permulaan ini benar-benar memerlukan perhatian guru sebab jika dasar itu tidak kuat pada membaca lanjut, siswa akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai.

Sebagai penggambaran bahwa kemampuan membaca sangat diperlukan oleh setiap orang yang ingin memperluas wawasan pengetahuan dan pengalaman mempertinggi daya pikir dan mempertajam pemalaran untuk mencapai kemajuan dan penigkatan diri. Oleh sebab itu bagaimana pun guru kelas awal harus berusaha dengan sungguh-sungguh dapat memberikan dasar kemampuan membaca yang memadai kepada anak didik. Hal ini akan terwujud melalui pelaksanaan pembelajaran yang baik, perlu adanya perencanaan yang baik mengenai materi, metode maupun pengembangannya.

2 Kebiasaan-kebiasaan Dalam Membaca

Dalam uraian ini terdapat berbagai bentuk kebiasaan yang sering dilakukan oleh peserta didik, baik sengaja maupun tidak disengajakan melakukan aktivitas membaca di kelas maupun di luar kelas. Adapun kebiasaan-kebiasaan jelek yang mengganggu perkembangan kemampuan dalam membaca adalah :

1. Tipe membaca yang memvokalkan apa yang dibacanya, dengan tindakan memvokalkan seperti ini dapat menghambat keefektifan dalam membaca sekaligus menghambat dalam proses pemahaman terhadap isi bacaan.

2. Tipe membaca yang bergerak adalah seorang pembaca yang dalam kegiatan membacanya diikuti dengan gerakan sebagian anggota tubuh, baik sengaja maupun tidak disengaja,

(6)

misalnya membaca sambil mengoyang-goyangkan kaki, menggit ujung pena dan lain-lain.

Pada prinsipnya hal ini tidak terlalu mengganggu si pembaca akan tetapi menghilangkan kebiasaan ini turut menambah konsentrasi pembaca.

3. Tipe membaca sambil tiduran. Cara ini merupakan salah satu kebiasaan membaca yang jelas tidak efektif. Terutama jika ditinjau dari segi kesehatan mata yang menimbulkan efek bagi pembaca.

4. Tipe membaca yang konsentrasi. Salah satu kelemahan dari beberapa orang pembaca terkadang tanpak jelas secara fisik seseorang yang sedang membaca, seberapa pembaca tersebut membalik-balikan halaman buku. Ternyata hanya pada awal baris dia membacanya secara terfokus. Namun baris kedua konsentrasi membacanya baralih keluar bahan bacaan.

5. Tipe membaca yang sambil menunjukkan dengan jari tangan. Cara membaca seperti ini sangat menghambat dalam proses membaca sebab tangnan lebih lambat dengan gerakan-gerakan yang dilakukan oleh mata.

(Halid 2001: 12-15).

Proses membaca kreatif dapat digunakan guru dan siswa dengan harapan untuk meningkatkan kualitas membaca di dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas dengan langkah-langkah yang dapat ditempuh sebagai berikut :

1. Memahami apa yang dibaca.

2. Membaca secara terus menerus untuk menemukan fakta-fakta dan ide-ide penting dalam bacaan dengan memperhatikan secara keseluruhan isi buku adanya kutipan-kutipan penting dengan sumber kutipan yang jelas dan membuat catatan kecil tentang apa yang

(7)

dibaca.

3. Menandai buku dengan cara menggaris bawahi hal-hal yang penting dan menulis atau membuat catatan pada pinggir halaman.

4. Membuat catatan sendiri.

5 Tujuan Membaca

Subarti, dkk (2001: 25) tujuan membaca antara lain (1) Untuk mendapat informasi, (2) agar citra dirinya meningkat, (3) melepaskan dirinya dari kenyataan, (4) hanya sekedar untuk merintang waktu, (5) mendapatkan kesenangan atau hiburan, (6) untuk mencari nilai-nilai keindahanatau pengalaman estetis dan nilai-nilai kehidupan lainnya.

Menurut Lucas Formiatno (2010: 65) berpendapat bahwa tujuan membaca adalah untuk mengetahui segala sesuatu yang belum pernah kita ketahui dan menambah wawasan. Dengan membaca berarti kita berusaha mengerti kalimat demi kalimat untuk semakin memahami isi buku.

6 Proses Membaca

Menurut Burns dkk (dalam Rahim 2005:12) proses membaca meliputi Sembilan aspek yaitu :

a. Aspek sensorik, pada tahap ini anak belajar membedakan secara visual simbol-simbol grafis ( huruf atau kata) yang digunakan untuk mempersentasikan bahasa lisan.

b. Aspek perceptual, anak mengenali rangkaian simbol tertulis, baik berupa kata, frasa atau kalimat kemudian member makna dengan menginterprestasikan teks yang dibacanya.

c. Aspek urutan, kegiatan mengikuti rangkaian tulisan yang tersusun secara linear, yang

(8)

umumnya tampil pada satu halaman dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah.

d. Aspek pengalaman, anak yang mempunyai pengalaman yang banyak akan mempunyai kesempatan luas dlam memgembangkan pemahaman kosakata dan konsep yang dihadapi dalam membaca.

e. Aspek berpikir, anak membuat simpulan berdasarkan isi yang terdapat dalam materi bacaan untuk dapat memahami bacaan.

f. Aspek pembelajaran, anak membaca dalam kegiatan pembelajajran.

g. Aspek asosiasi, anak mengenal hubungan antar simbol dengan bunyi bahasa dan makna.

h. Aspek afektif, kegiatan memusatkan perhatian anak, membangkitkan kegemaran membaca dana menumbuhkan motivasi ketika sedang membaca.

i. Aspek pemberian gagasan, anak memberikan gagasan atau pendapat tentang teks yang telah mereka baca.

7 Pandangan-Pandangan dan Metode dalam Membaca

Tarigan (2002:35) secara garis besar mengatakan bahwa membaca dapat dikelompokan menjad dua golongan utama yaitu :

1. Menurut Pandangan Tradisional

Pandangan tentang pengertian membaca yang membatasi diri pada pengertian membaca sebagai proses penangkapan pesan simbol tertulis dan pengertian membaca yang mengacu pada pandangan tentang membaca yang bukan saja dipandang sebagai proses dalam menangkap pesan tertulis yang ada pada bacaan, tetapi prosesnya lebih konkrit dan rumit serta kompleks dalam aktifitas membaca.

(9)

2. Menurut pandangan modern

Pandangan ini lahir dari konsep teori “Bottom Up” yaitu materi yang mengutamakan teks bacaan sebagai landasan belajar membaca untuk mengembangkan kemampuan membaca.

Sedangkan konsep kedua lahir dari “Down Up” yaitu teori yang memprioritaskan pengembangan pribadi membaca yang mengambangkan kemampuan membaca.

.2. Membaca Permulaan

1 Pengertian Membaca Permulaan

Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasaan membaca sebagai suatu yang menyenangkan.

Sabarti dkk. (2001: 29) memandang bahwa membaca permulaan ialah kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut.

Menurut nuryati (2007), Pada tingkat membaca permulaan, pembaca belum memiliki keterampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh keterampilan atau kemampuan membaca. Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambing-lambang bunyi bahasa tersebut, untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan, (1) Lambang-lambang tulis, (2) Penguasaan kosakata untuk member arti dan, (3) memasukan makna dalam kemahiran bahasa. Membaca

(10)

permulaan merupakan suatu proses keterampialn dan kognitif. Proses keterampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat.

Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa membaca permulaan merupakan suatu proses keterampilan dan kognitif. Pembelajaran memabaca permulaan diberikan di kelas I dan II.

Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Pembelajaran membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk siswa kelas 1 dan II.

2 Tujuan Membaca Permulaan

Pembelajaran membaca permulaan diberikan di kelas I dan II. Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Tujuan membaca permulaan juga dijelaskan dalam (Depdikbud, 2003:4) yaitu agar “siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancer dan tepat”.

Pelaksanaan membaca permulaan di kelas I SD dilakukan dalam dua tahap, yaitu membaca periode tanpa buku dan membaca degan menggunakan buku. Pembelajaran membaca tanpa buku dilakukan degan cara mengajar dengan menggunakan media atau alat peraga selain buku misalnya kartu gambar, kartu huruf, kartu kata dan kartu kalimat. Pembelajaran membaca degan buku merupakan kegiatan membaca degan menggunakan buku sebagai bahan pelajaran.

Dalam teori pendidikan klasik, mendidik anak-anak pra-sekolah dan kelas-kelas rendah belum member pengetahuan intelektual. Pendidikan lebih ditekankan pada usaha

(11)

menyempurnakan rasa. Yang harus dikembangkan adalah kecerdasan bersosialisasi dengan lngkungan sekitar dan pengendalian emosinya. Pendidikan pra-sekolah sesungguhnya ditekankan pada bagaimana menumbuhkan perasaan senang berimajinasi, menggunggah dan menggal hal-hal kecil di sekitarnya. Jika anak sudah senang terhadap hal-hal tersebut, dengan sendirinya minat dan potensi akademiknya akan tumbuh tepat pada waktunya, yaitu ketika tantangan dan tuntutan hidupnya semakin besar. Pembelajaran bahasa yang utama ialah sebagai alat komunikasi. Seorang anak belajar bahasa karena di desak oleh kebutuhan untuk berkomunikasi dengan orang-orang di lingkungan sekitar. Oleh karena itu sejak dini anak-anak diarahkan agar mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar untuk berkomunikasi dalam berbagai situasi yaitu mampu menyapa, mengajukan pertanyaan, menjawab, menyebutkan pendapat dan perasaan melalui bahasa.

3 Manfaat Membaca Permulaan

Manfaat membaca permulaan antara lain :

1. Mampu membaca penggalang cerita dengan lafal dan intonasi yang tepat.

2. Dapat memperkenalkan unit bahasa terkecil dalam suku kata pada kalimat sederhana.

3. Memberi kemampuan dasar untuk membaca, yaitu dengan mengenal atau mengetahui huruf-huruf dan terampil mengubah huruf tersebut menjadi suara.

4 Metode-metode Membaca Permulaan

Sedangkan yang dimaksud dengan membaca permulaan adalah pengajaran membaca awal

(12)

yang diberikan kepada siswa kelas 1. Dalam pembelajaran membaca permulaan, ada berbagai metode yang dapat digunakan, antara lain :

1. Metode Abdjad

Metode ini merupakan metode yang sangat tua. Dengan metode ini, pengajaran membaca dimulai dengan pengenalan abjad “a”, “be”, “ce”, “de” dan seterusnya. Dalam hal ini guru sering mengajarkan melalui lagu ABC. Lagu ini ada dalam berbagai bahasa, setelah siswa menguasai huruf-huruf itu.

2. Metode Bunyi

Metode ini juga merupakan metode yang sudah sangat tua. Pelaksanaannya hampir sama dengan metode abjad. Tetapi, huruf-huruf tidak disebut dengan nama abjadnya, melainkan dengan bunyinya. Jadi, huruf “m” tidak diucapkan dengan ( m) atau ( m) melainkan (m).

Bunyi-bunyi konsonan dirangkaikan dengan huruf vokal menjadi suku kata. Suku kata dirangkaikan menjadi kata, dan akhirnya kata-kata dirangkaikan menjadi kalimat.

3. Metode Kupas rangkai Suku Kata

Metode ini dimulai dengan pengenalan beberapa suku kata. Setelah siswa mampu membacanya, suku-suku kata itu dirangkaikan menjadi kata-kata dengan menggunakan tanda penghubung. Misalnya, mi-mi, ma-ma, dan tanda penghubung itu digunakan untuk beberapa lamanya; juga sesudah siswa itu belajar membaca kalimat. Dengan metode ini, anak belajar mengenali huruf dengan mengupas/menguraikan suku kata yang diperkenalkan ke dalam unsur-unsur hurufnya.

4. Metode Kata Lembaga

Siswa belajar membaca melalui kata-kata. Kepada pereka diperkenalkan eberapa kata. Salah

(13)

satu diantaranya yang merupakan kata lembaga, yaitu yang dikenal oleh siswa, “siambil” dan diuraikan menjadi suku kata; suku-suku kata diuraikan menjadi huruf. Dengan cara ini sekaligus siswa mempelajari bebrapa huruf. Setelah siswa mengenal huruf-huruf itu, guru merangkaikannya kembali menjadi suku kata, dan akhirnya menjadi kata. Contohnya, Rumah (ru-mah) - (r-u-m-a-h). Dari huruf yang dikenal melaui kata lembaga tadi dapat dientuk kat-kata lain, seperti: harum, murah, ramah, marah, haram, umar, dan sebagainya.

5. Metode Global

Metode global ini timbul karena pengaruh aliran spikologi Gestalt. Menurut aliran itu suatu kesatuan itu lebih bermaknadari pada jumlah bagian-bagiannya. Siswa akan lebih mudah belajar membaca jika diperkenalkan dengan kalimat secara global.

6. Metode Struktur Analitik Sinetik (SAS)

Metode SAS merupakan hasil karya Proyek Pembaharuan Metode Mengajar (PPMM) dan mulai diterapkan di sekolah-sekolah pada tahun tujuh puluhan. Metode ini diciptakan memperbaiki pengajaran membaca. Metode SAS dilaksanakan dalam dua periode, yakni periode tanpa buku dan periode dengan buku.

Metode ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu (1) tanpa buku (2) menggunakan buku. Mengenal itu, Momo 2001 mengemukakan beberapa cara yaitu :

1. Tahap tanpa buku, dengan cara : a. Merekam bahasa siswa

b. Menampilkan gambar sambil bercerita c. Membaca gambar

d. Membaca gambar dengan kartu kalimat

(14)

e. Membaca secara struktual (S) f. Proses Analitik (A)

g. Proses Sintetik (s)

2. Tahap dengan buku, dengan cara : a. Membaca buku pelajaran b. Membaca majalah bergambar

c. Membaca bacaan yang disusun oleh guru dan siswa.

d. Membaca bacaan yang disusun oleh siswa secara berkelompok.

e. Membaca bacaaan yang disusun oleh siswa secara individual.

Metode ini yang dipandang paling cocok dengan jiwa anak adalah metode SAS menurut Supriyadi dkk (1992). Alasan mengapa metode SAS ini dipandang baik adalah :

a. Metode ini menganut prinsip ilmu bahasa umum, bahwa bentuk bahasa yang terkecil adalah kalimat.

b. Metode ini memperhitungkan pengalaman bahasa anak.

c. Metode ini menganut prinsip menemukan sendiri.

Kelemahan metode SAS, yaitu a. Kurang praktis

b. Membutuhkan banyak watu c. Membutuhkan alat peraga

Faktor-faktor yang menyebabkan anak mengalami kesulitan membaca permulaan, yaitu : 1. Factor Internal

a. Minat membaca

(15)

Minat merupakan kegiatan siswa dengan penuh kesadaran terhadap suatu objek, oleh karena itu minat perlu dikembangkan dan dilatih dengan pembiasaan-pembiasaan terus menerus. Jika minat baca anak rendah maka tingkat keberhasilan anak dalam membaca akan sulit tercapai. Minat membaca anak harus ditumbuh kembangkan sejak dini. Dan untuk membangkitkan minat baca siswa, guru harus memberikan motivasi dan bimbingan pada diri siswa.

b. Motivasi

Kegiatan pembelajaran akan berhasil dan tercapai tujuannya jika dalam diri siswa tertanam motivasi. Motivasi dalam proses pembelajaran berfungsi untuk : fungsi membangkitkan yaitu mengajak siswa belajar, fungsi harapan yaitu apa yang harus bisa dilakukan setelah berakhirnya pengajaran, fungsi intensif yaitu memberikan hadiah pada prestasi yang akan dating, dan fungsi disiplin yaitu menggunakan hadiah dan hukuman untuk mengontrol tingkah laku yang menyimpang.

c. Kepemilikan Kompetensi Membaca

Keterampilan berbahasa ada empat, yaitu : keterampilan membaca, berbicara, menyimak dan menulis. Keterampialn dalam membaca diperlukan latihan-latihan tahap demi tahap. Kegiatan membaca terkait dengan pengenalan huruf, bunyi dan huruf atau rangkaian kata, makna atau maksud dan pemahaman terhadap makna atau maksud. Jika kegiatan membaca tidak dilakukan secara teratur maka keterampilan membaca yang dimiliki anak akan berkurang dengan sendirinya.

2. Faktor Eksternal

Factor eksternal ini meliputi unsure-unsur yang berasal dari lingkungan baca.

(16)

Dalam hal ini sekolah sebagai pusat kebudayaan harus menciptakan siswa yang gemar membaca melalui perpustakaan sekolah. Sekolah harus dapat menciptakan suasana perpustakaan yang menyenangkan dan memberi kenyamanan siswa dalam belajar.

Lingkungan baca sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan membaca anak. Lingkungan baca anak yang menyenangkan akan memberi kenyamanan bagi si pembaca dan mempermudah anak dalam membaca.

5 Langkah-langkah Membaca Permulaan dalam membantu anak yang kurang mengenali huruf

a. Huruf dijadikan bahan nyanyian.

b. Menampilkan huruf dan mendiskusikan bentuk (karakteristiknya) khususnya huruf-huruf yang memiliki kemiripan bentuk (misalnya p, b, dan d).

Adapun cara-cara mengatasi anak dalam kesulitan kata yaitu : 1. Cara mengatasi anak dalam mengatasi kesulitan pelafalan :

a. Bunyi-bunyi yang sulit diucapkan perlu diajarkan secara tersendiri.

b. Bagi anak yang tidak dapat mengucapkan kata secara tepat berikan latihan khusus pengucapan kata-kata tertentu yang dipandang sulit.

2. Cara mengatasi anak yang mengalami penghilangan kata kata : a. Anak disuruh membaca ulang.

b. Kenali jenis kata atau frasa yang dihilangkan.

c. Berikan latihan membaca kata atau frasa.

3. Cara mengatasi anak sering mengulangi kata :

a. Anak perlu disadarkan bahwa mengulang kata dalam membaca merupakan kebiasaan

(17)

buruk.

b. Kenali jenis kata yang sering diulang.

c. Siapkan kata atau frasa jenis untuk dialatihkan.

4. Cara mengatasi anak yang sering melakuakn pembalikan kata. Yaitu :

a. Anak perlu disadarkan bahwa membaca (dalam bahan yang menggunakan sistem alfabetis) menggunakan orientasi dari kiri ke kanan.

b. Bagi anak yang kurang menguasai hubungan huruf-bunyi, siapkan kata-kata yang memiliki bentuk serupa untuk dilatihkan.

c. misalnya : huruf p dan b dilatihkan dengan menggunakan kata pagi dan bagi.

5. Cara mengatasi anak yang kesulitan menganalisis strktur kata, yaitu :

a. Catatlah kata-kata yang seringkali dipandang sulit untuk diucapkan oleh anak.

b. Perkenalkan kata-kata yang seringkali dipandang sulit untuk diucapkan oleh anak.

c. Perkenalkan kata-kata tersebut kepada anak dengan memanfaatkan metode yang ada.

d. Suruhlah anak mencari kata-kata lain yang sejenis dan membacanya.

6. Cara mengatasi anak yang sulit mengenali makna kata dalam kalimat dan cara mengucapkannya, yaitu :

a. Ambil satu kata dan daftarkan kata turunannya (misalnya kata : membaca, membacakan, dibaca, dibacakan, bacaan, dan terbaca).

b. Bimbinglah anak untuk mengenali kata baca dan turunannya yang terdapat dalam bacaan tersebut.

c. Alihkan pada kata lain (misalnya kata tulis, gambar, makan, lari dan sebagainya).

1. Langkah-langkah kesulitan di hadapi anak dalam membaca permulaan

(18)

Dalam pelaksanaan pengajaran membaca, guru seringklai dihadapi pada anak yang mengalami kesulitan belajar membaca khususnya di kelas rendah. Kesulitan-kesulitan tersebut antara lain :

a. Kurang mengenali huruf

Ketidak kemampuan anak dalam mengenal huruf besar/capital dan huruf kecil.

b. Membaca kata demi kata

Jenis kesulitan ini biasanya berhenti membaca setelah membaca sebuah kata, tidak segera diikuti dengan kata berikutnya. Hal ini disebabkan oleh, gagal menguasai keterampilan pemecahan kode, gagal memahami makna kata dan kurang lancer membaca.

c. Pemparafase yang salah

Dalam membaca anak seringkali melakukan pemenggalan (berhenti membaca) pada tempat yang tidak tepat atau tidak memperhatikan tanda baca, khususnya tanda koma.

d. Miskin Pelafelafalan

Ketidak tepatan pelafalan kata disebabkan anak tidak menguasai bunyi-bunyi bahasa.

e. Penghilangan

Penghilangan yang dimaksud adalah menghilangkan (tidak dibaca) kata atau frasa dari teks yang dibacanya. Biasanya disebabkan ketidak kemampuan anak mengucapkan hurf-huruf yang membentuk kata.

f. Pengulangan

Kebiasaan anak mengulangi kata atau frasa dalam membaca disebabkan oleh factor tidak mengenali kata, kurang menguasai huruf, bunyi, atau rendah keterampilannya.

(19)

g. Pembalikan

Beberapa anak melakukan membaca dengan menggunakan orientasi dari kanan ke kiri.

Kata nasi dibaca isan. Selain itu, pembalikan juga dapat terjadi dalam membunyikan huruf-huruf, missal huruf b dibaca d, huruf p dibaca g. kesulitan ini biasanya dialami oleh anak-anak kidal yang memiliki kecenderungan menggunakan orientasi dari kanan ke kiri dalam membaca dan menulis.

h. Penyisipan

Kebiasaan anak untuk menambahkan kata atau frase dalam kalimat yang dibaca juga dipandang sebagai hambatan dalam membaca, misalnya, anak menambah kata seorang dalam kalimat “anak sedang bermain”.

i. Penggantian

Kebiasaan mengganti suatu kata dengan kata lain disebabkan ketidakemampuan anak membaca suatu kata, tetapi dia tahu dari makna kata tersebut. Misalnya, karena anak tidak bisa membaca kata mengunyah maka dia menggantinya dengan kata makan.

j. Menggunakan gerak bibir, jari telunjuk dan menggerakkan kepala

Kebiasaan anak menggerakkan bibir, menggunakan telunjuk dan menggerakan kepala sewaktu membaca dapat menghambat perkembangan anak dalam membaca.

k. Kesulitan konsonan

Kesulitan dalam mengucapkan bunyi konsonan tertentu dan huruf yang melambangkan konsonan tersebut.

l. Kesulitan Vokal

Dalam bahasa Indonesia, beberapa vocal dilambangkan dalam satu huruf, misalnya e

(20)

selain melambangkan bunyi e juga melambangkan bunyi e (dalam kata keras, kepala, kerang, telah dan sebagainya) huruf-huruf yang melambangkan beberapa bunyi seringkali menjadi sumber kesulitan anak dalam membaca.

m. Kesulitan kluser, diftong dan digraph

Dalam bahasa Indonesia dapat dijumpai adanya kluster (gabungan dua konsonan atau lebih), diftong (gabungan dua vokal), dan digraph (dua huruf yang melambangkan satu bunyi). Ketiga hal tersebut merupakan sumber kesulitan anak yang sedang belajar membaca.

n. Kesulitan menganalisis struktur kata

Anak seringkalimengalami kesulitan dalam mengenali suku kata yang membangun suatu kata. Akibatnya anak tidak dapat mengucapkan kata yang dibacanya.

o. Tidak mengenali makna kata dalam kalimat dan cara mengucapkannya.

Hal ini disebabkan kurangnya penguasaan kosakata, kurangnya penguasaan struktur kata dan penguasaan unsure konteks (kaliamt dan hubungan antar kaliamt).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka Membaca Permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik.

.3. Kajian Penelitian Yang Relevan

Penelitian tentang membaca permulaan sudah pernah diteliti diantaranya oleh Lisna Abdullah Nihe (2009). Dengan judul “Kemampuan Membaca Permulaan Pada Siswa Kelas II SDN 3 Bongo Kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo”. Hasil penelitian menunjukan bahwa metode yang digunakan dalam mengajaran membaca permulaan itu sangat menentukan

(21)

minat belajar siswa, Karena akhirnya akan menentukan hasil belajar siswa.

Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya seperti yang dikemukakan di atas. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriftif kualitatif yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas 1 SDN 11 Telaga Biru Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Sedangkan penelitian yang menjadi kajian relevan menggunakan jenis penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam bentuk siklus.

Referensi

Dokumen terkait

Hari dan waktu yang tepat dilakukan dengan mencocokkan antara nama penghuni rumah (kepala rumah tangga) dengan penanggalan berdasarkan hitung-hitungan yang

Proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu yang dibatasi oleh biaya, mutu, dan waktu (Sumber: Suharto,1999:3) Sehingga manajemen

Proses data warehousing melibatkan extracting, converting dan standarizing data operasional organisasi dari ERP dan sistem lama dan memasukkannya kedalam arsip

事件判決以外の 裁判例が示した。それを広く裁判例から改めて拾い上げる。

Aplikasi ini berisi menu Home, Profile, Catalog, Member Register, Guest Book, Data Buku, Data Laporan Magang, Data Laporan Akhir, Data Artikel/tutorial, Data

Mengukur dan menganalisis persepsi petani terhadap peran penyuluh pada kegiatan penangkaran benih IPB 3S dilakukan dengan mengunakan pengukuran data scoring skala

Dalam buku karangan Rachmadi Usman yang berjudul Hukum Lelang menjelaskan bahwa lelang adalah suatu bentuk penjualan barang yang dilakukan secara terbuka untuk

Untuk mengurangi konsumsi energi bangunan gedung UIN Suska Riau sudah pernah dilakukan penelitian dengan judul „Efesiensi Energi dari Aspek Selubung Bangunan Studi Kasus Gedung