8 BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian teori
1. Pendidikan Karakter
a. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin banyak diperbincangkan. Terlebih dengan dirasakannya berbagai ketimpangan hasil pendidikan pada perilaku lulusan pendidikan formal saat ini, semisal korupsi perkembangan seks bebas pada kalangan remaja, narkoba, tawuran, pembunuhan, perampokan oleh pelajar dan pengangguran lulusan sekolah menengah dan atas.
Semuanya terasa lebih kuat ketika negara ini dilanda krisis dan tidak kunjung beranjak dari krisis yang dialami.
Pengertian lain dari pendidikan karakter menurut Gaffar (dalam Wiyani, 2013:26) adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dengan perilaku kehidupan orang itu. Dalam definisi tersebut, ada tiga ide pikiran penting, yaitu:
(1) Proses transformasi nilai-nilai, (2) ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan (3) menjadi satu dengan perilaku. Pendidikan karakter menurut Megawangi (dalam Wiyani, 2013:26) adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi kepada lingkungannya.
Menurut Scerenco (dalam Wiyani, 2013:27) pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong, diberdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah dan biografi para bijak dan pemikir besar), serta praktik emulasi(usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa yang diamati dan dipelajari). Lockword (dalam Wiyani, 2013:27) kemudian mendefinisikan pendidikan karakter sebagai aktivitas berbasis sekolah yang mengungkap secara sistematis bentuk perilaku dari siswa.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar memiliki kepribadian yang positif dan ditumbuhkembangkan menjadi satu dengan perilaku.
b. Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan utama pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehigga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah).
Penguatan dan pengembangan memiliki makna bahwa pendidikan dalam setting sekolah bukanlah sekedar suatu ajaran nilai kepada peserta didik, tetapi sebuah proses yang membawa peserta didik untuk memahami dan merefleksi suatu nilai yang penting untuk diwujudkan dalam perilaku keseharian manusia, termasuk bagi anak. Penguatan juga mengarahkan proses pendidikan pada proses pembiasaan yang disertai oleh logika dan refleksi dalam setting kelas maupun sekolah. Penguatan pun memiliki arti adanya hubungan antara penguatan perilaku melalui pembiasaan di sekolah dengan pembiasaan di rumah.
Asumsi yang terkandung dalam pendidikan karakter yang pertama adalah bahwa penguasaan akademik sebagai media atau sarana untuk mencapai tujuan penguatan dan pengembangan karakter. Dalam hal ini, sebagai tujuan prantara untuk terwujudnya suatu karakter.
Tujuan kedua pendidikan karakter adalah mengkoreksi perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.
Tujuan ini memiliki makna bahwa pendidikan karakter memiliki sasaran untuk meluruskan berbagai perilaku anak yang negatif menjadi positif. Proses pelurusan yang diartikan sebagai pengkoreksian perilaku sebagai proses yang pedagogis, bukan suatu paksaan atau kondisi yang tidak mendidik. Proses pedagogis mengarah pada perilaku anak, kemudian dibarengi dengan keteladanan lingkungan sekolah dan rumah, dan proses pembiasaan berdasarkan tingkat dan jenjang sekolahnya.
Jadi tujuan utama pendidikan karakter adalah Penguatan nilai-nilai karakter yang dilakukan oleh guru dalam seting sekolah yang mengarahkan peserta didik melakukan pembiasaan yang baik sesuai nilai-nilai yang diajarkan oleh guru, lalu pengoreksian terhadap perilaku tersebut sehingga tidak ada peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang diajarkan. Hal ini dapat terwujud jika dibarengi dengan keteladanan lingkungan sekolah, selanjutnya proses pembiasaan berdasarkan tingkat dan jenjang sekolahnya.
c. Nilai-nilai Karakter dalam PAIKEM
Menurut Suyadi (2013: 170) berikut ini akan dikemukakan nilai-nilai karakter yang dapat ditransformasikan melalui strategi pembelajaran PAIKEM.
Setidaknya, terdapat delapan dari 18 nilai karakter yang dicanangkan Kemendikbud.
1) Religius
Mengawali pembelajaran dengan berdoa dan menutup pembelajaran dengan ucapan Alhamdulillah merupakan penerapan nilai karakter religius.
Termasuk dalam hal ini adalah syukur atau bersyukur ketika peserta didik meraih prestasi tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa Paikem dapat diisi nilai religius dalam pembelajaran.
2) Kreatif
Istilah “kreatif” dalam Paikem yang tercantum secara ekplisit menunjukkan dengan jelas bahwa Paikem mengandung nilai karakter kreatif. Oleh karena itu, tidak diragukan lagi bahwa Paikem dapat digunakan untuk membentuk jiwa kreatif peserta didik.
3) Rasa Ingin Tahu
Secara alamiah, iklim pembelajaran kreatif dan menyenangkan akan mendorong munculnya rasa ingin tahu pada diri peserta didik. Sebaliknya, iklim pembelajaran yang mencekam dan tidak memberi ruang bebas bagi peserta didik untuk berpikir akan semakin memasung munculnya rasa ingin tahu. Istilah
“menyenangkan” memberi ruang bagi munculnya kebebasan berpikir peserta didik, sehingga mendorong rasa ingin tahunya.
4) Mandiri dan Tanggungjawab
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa strategi pembelajaran PAIKEM akan efektif jika sebelum pelajaran dimulai, guru telah menciptakan suasana belajar sedemikian rupa sehingga peserta didikakan terlibat aktif, kreatif, dan penuh keceriaan. Nuansa pembelajaran yang demikian mendorong peserta didik untuk melakukan tugas belajar dengan penuh dengan rasa tanggung jawab, baik secara mandiri maupun kelompok.
5) Toleransi
Nilai toleransi dalam strategi PAIKEM terletak pada daya kreatif peserta didik. Setiap kepala memiliki ide kreatifitasnya, semua ide yang muncul tidak mungkin sama. Dalam konteks demikian, secara tidak langsung peserta didik di tuntut untuk menghargai idea tau pemikiran peserta didik yang lain. Termasuk dalam hal ini, guru wajib memberikan apresiasi terhadap setiap ide yang muncul dari peserta didik. Penghargaan tersebut ialah manifestasi tertinggi terhadap nilai karakter toleransi.
6) Demokraktis
Meskipun PAIKEM menghargai setiap ide kreatif peserta didik, tentu tidak semua ide dapat ditampung, khususnya dalam kasus penyelesaian masalah tertentu dalam pembelajaran. Ide kreatif yang terbaiklah yang akan dipilih. Dalam konteks yang demikian, secara tidak langsung peserta didik dituntut untuk mengakui kelebihan ide orang lain dan mengakui kelemahan idenya sendiri, kemudian memutuskan secara bersama-sama untuk menggunakan ide kreatif terbaik untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi bersaama. Inilah nilai
demokratis yang dapat ditanamkan dalam diri peserta didik melalui strategi Paikem.
7) Peduli Lingkungan
Nilai kepedulian terhadap lingkungan dalam pembelajaran PAIKEM terletak pada aplikasi-aplikasi pembelajaran, karena seringkali pembelajaran dengan strategi ini tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga di lingkungan alam bebas. Nuansa menyenangkan dan dan kreatifitas berpikir menuntut guru menyediakan suasana yang variatif agar tidak membosankan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan pembelajaran di alam terbuka, sehingga peserta didik berinteraksi dengan lingkungan secara baik.
8) Komunikatif
Nilai komunikatif dalam pembelajaran ini terletak pada pembentukan kelompok-kelompok kecil saat strategi ini digunakan. Kelompok-kelompok kecil dalam satu kelas dipacu untuk kreatif dari yang lain, sehingga menyenangkan bagi yang lain pula. Hal ini menunjukkan bahwa PAIKEM memiliki nilai komunikatif.
d. Integrasi Pendidikan Karakter di Sekolah
Reformasi pendidikan di tanah air mendorong sekolah untuk lebih terbuka dalam proses layanan pendidikan. Demi mendukung terciptanya internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter, jangan sampai sistem pelayanan pendidikan yang dikembangkan pada sekolah cenderung megantropy, yaitu suatu usaha yang terus- menerus untuk menghalangi kemungkinan terjadinya entropy atau kepunahan. Hal ini berarti hidup matinya lembaga pendidikan tergantung dari usaha sekolah itu sendiri, dalam arti sejauh mana dia mampu memelihara dan menjaga
komunikasinya dengan masyarakat luas atau dia mau menjadi organisasi terbuka.
(Depdiknas, 2007:9).
Salah satu cara menjaga dan mengontrol konsistensi penanaman nilai pendidikan secara berkesinambungan adalah dengan melibatkan peran serta masyarakat. Adanya komitmen terhadap proses pendidikan yang berlangsung di sekolah akan menjadikan kerjasama yang terbangun antara sekolah dengan masyarakat tidak hanya berlangsung transaksional. Artinya masyarakat tidak hanya di tempatkan sebagai konsumen pendidikan di satu sisi, tetapi juga ikut berperan aktif sebagai pelaku yang mendorong proses pembelajaran yang telah ditanamkan oleh pihak sekolah.
Menurut kementrian Pendidikan Nasional, manfaat yang dapat diambil dari hubungan sekolah dan orangtua atau masyarakat adalah sebagai berikut.
Pertama, memperbesar dorongan mawas diri, sebab seperti diketahui konsep pendidikan sekarang adalah oleh masyarakat, untuk masyarakat, dari masyarakat.
Dengan memiliki konsep mawas diri, partisipasi masyarakat untuk ikut menjaga, merawat, dan memelihara sekolah akan meningkat.
Kedua meringankan beban sekolah dalam memperbaiki serta meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan karakter di tingkat sekolah.
Dalam berbagai peristiwa, pendidikan karakter yang diajarkan di kelas berbeda jauh dengan kondisi siswa yang berada di luar sekolah. Akibatnya pendidikan karakter yang diterapkan belum begitu terlihat proses maupun hasilnya. Dengan melibatkan peran serta orangtua maupun masyarakat, kualitas dalam mengaplikasikan pendidikan karakter akan semakin berkualitas.
Ketiga, memungkinkan upaya peningkatan profesi mengajar guru.
Keberadaan guru professional akan mempermudah proses internalisasi pendidikan karakter. Sebab, guru professional merupakan guru yang memiliki kecakapan dalam mengajar dan memiliki ilmu yang luas. Keberadaan guru profesional akan mempermudah proses internalisasi pendidikan karakter. Jika guru mampu menjadi teladan dengan memberi contoh nyata penerapan pendidikan karakter, siswa akan terpanggil dan mencontoh perbuatan guru tersebut.
Keempat, opini masyarakat tentang sekolah akan lebih positif. Opini yang positif akan sangat membantu sekolah dalam mewujudkan segala program yang berkaitan dengan penerapan nilai-nilai pendidikan karakter. Citra positif yang dimiliki sekolah menjadi modal penting dalam mengupayakan ketersinambungan pembudayaan pendidikan karakter di tengah masyarakat.
Kelima, masyarakat akan ikut serta memberikan kontrol atau koreksi terhadap sekolah sehingga sekolah akan lebih hati-hati dalam memberikan pembelajaran pendidikan karakter kepada siswa. Agar materi dan nilai pendidikan karakter yang diberikan lebih optimal dan menyeluruh proses yang dilakukan tidak boleh terputus. Itu artinya saat pembelajaran di kelas berakhir, proses pembelajaran selanjutnya akan diteruskan orangtua atau masyarakat. Keenam, dukungan moral masyarakat akan tumbuh terhadap sekolah sehingga memudahkan mendapatkan bantuan dana yang berkaitan dengan pembelajaran pendidikan karakter.
Semua jenjang pendidikan memiliki ruang dan kegiatan untuk menerapkan pendidikan karakter. Lembaga pendidikan sebagai salah satu unit pendidikan dalam internalisasi pendidikan karakter. Internalisasi pendidikan karakter perlu
ditanamkan sejak jenjang pendidikan dasar. Hal ini dilakukan agar wawasan pendidikan karakter sudah tertanam sejak kecil.
2. Strategi PAIKEM
a. Pengertian Strategi PAIKEM
PAIKEM merupakan strategi pembelajaran yang digunakan bersama metode tertentu dan berbagai media pengajaran disertai penataan lingkungan dengan baik sehingga proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif serta menyenangkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran PAIKEM diharapkan berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Pembelajaran merupakan implementasi kurikulum di sekolah dari kurikulum yang sudah dirancang untuk menuntut aktivitas dan kreativitas guru dan siswa sesuai dengan rencana yang telah di programkan dengan efektif.
Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika siswa belum dapat membentuk kompetensi dasar dan standar kompetensi berdasarkan interaksi yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran, guru juga harus menyadari bahwa pembelajaran bersifat kompleks. Artinya, pembelajaran tersebut harus menunjukkan kenyataan bahwa pembelajaran berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan dan gurupun harus mengerti bahwa siswa memiliki taraf yang berbeda-beda.
Untuk itu, guru harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai jenis- jenis belajar dan suasana belajar yang kondusif baik internal maupun eksternal.
Dalam Strategi PAIKEM ini guru dituntut untuk melakukan kegiatan yang dapat
melibatkan siswa melalui aktif, inovatif kreatif, efektif, dan menyenangkan yang pada akhirnya membuat siswa dapat menciptakan karya, gagasan , pendapat, ide atas hasil penemuannya dan usahanya sendiri, bukan dari gurunya.
Aktif menurut Silberman (dalam Asmani, 2014:65) belajar aktif adalah mempelajari dengan cepat, menyenangkan, penuh semangat, dan terlibat secara pribadi untuk mempelajari sesuatu dengan baik. Oleh karena itu, siswa harus mendengar, melihat, menjawab pertanyaan dan mendiskusikannya dengan orang lain. Di sisi lain, Glaslow (dalam Asmani, 2014:66) berpendapat bahwa siswa aktif adalah siswa yang bekerja keras dan mengambil tanggung jawab lebih besar dalam proses belajarnya sendiri. Mereka mengambil suatu peran dalam mengetahui, memutuskan, dan melakukan sesuatu. Peran mereka semakin luas dalam hal self management. Motivasi diri menjadi sesuatu kekuatan besar yang dimiliki siswa.
Aktif menurut Modell dan Michael (dalam Asmani, 2014:66) suatu lingkungan belajar aktif adalah lingkungan belajar dimana para siswa secara individu didukung untuk terlibat aktif dalam proses membangun model mentalnya sendiri, dari informasi yang telah mereka peroleh. Di sisi lain, Wein (dalam Asmani, 2014:67) pembelajaran aktif untuk mendidik para siswa agar berperan lebih aktif di dalam proses pembelajaran. Unsur dalam pendekatan ini adalah mengganti peran guru yang semula selalu di depan kelas dan mempresentasikan proses pembelajaran, menjadi para siswa lah yang berada pada posisi pengajaran diri mereka sendiri. Guru diubah menjadi pelatih dan penolong di dalam proses tersebut. Pada tahun 2004, Mayer mengatakan bahwa pembelajaran aktif sudah
berkembang luas, bahkan hampir semua teori mengenalkan tentang pembelajaran dimana siswa dapat menemukan sendiri.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan lebih aktif dalam proses pembelajaran (mencari informasi, mengolah informasi, menyimpulkannya dan kemudian diterapkannya), guru hanya menjadi fasilitator dalam pembelajaran.
Menurut pendapat Hartono (2013: 151) menyatakan bahwa pembelajaran inovatif adalah suatu proses belajar mengajar yang selalu menghadirkan sesuatu yang baru sehingga mampu menghilangkan rasa jenuh dan bosan. Menurut Hamzah (2013: 106) pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang menghadirkan sesuatu yang baru dan berbeda dari pembelajaran pada umumnya sehingga mampu menghilangkan rasa jenuh atau bosan.
Menurut Supriyadi (dalam Asmani, 2014:71) menyatakan bahwa kepribadian kreatif adalah tertarik pada kegiatan-kegiatan kreatif yang mempunyai pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain, mempunyai rasa ingin tahu yang besar, dan toleran terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak pasti. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kreatif adalah memiliki daya cipta atau kemampuan untuk menciptakan.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa Kreatif adalah suatu kepribadian yang dengan usahanya sendiri menciptakan hal baru dan tidak terpengaruh oleh orang lain. Hal tersebut bisa terwujud jika seseorang memiliki rasa ingintahu yang besar terhadap sesuatu.
Menurut pelatihan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) salah satu ciri PAIKEM adalah guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menjadi menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa. Menurut Nocholl (dalam Asmani, 2014:84) mengatakan bahwa ciri-ciri pembelajaran yang menyenangkan adalah menciptakan lingkungan tanpa stres, menjamin bahwa bahan ajar itu relevan, menantang peserta didik untuk dapat berpikir jauh ke depan dan mengekspresikan yang sedang dipelajari, dengan sebanyak mungkin kecerdasan yang relevan untuk memahami bahan ajar.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan adalah pembelajaran yang menjadikan siswa berperan dalam proses belajarnya sendiri dengan memunculkan ide-ide dan tidak terpengaruh oleh orang lain. Guru hanya sebagai fasilitator yang mendukung siswa dalam melakukan pembelajaran dengan lingkungan yang nyaman tanpa khawatir melakukan kesalahan.
b. Kegiatan pembelajaran PAIKEM
Menurut Hartono (2013:139) dalam pelaksanaan PAIKEM ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu sebagai berikut.
1) Memahami sifat yang dimiliki anak.
Pada dasarnya, semua anak memiliki sifat ingin tahu dan berimajinasi.
Sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap kritif dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah, sehingga sifat tersebut dapat berkembang dengan subur.
2) Mengenal anak secara perseorangan.
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang berbeda. Semua anak dalam kelas tidak harus melakukan kegiatan yang sama, melaikan sesuai kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya, sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.
3) Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar.
Sebagai makhluk sosial anak akan bermain secara berpasangan atau berkelompok. Hal ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Anak akan melakukan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok kemudian berinteraksi dan bertukar pikiran dengan temannya.
4) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah.
Pada dasarnya hidup ini untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu, dibutuhkan kemampuan kritis dan kreatif. Kedua jenis berpikir tersebut, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir.
Maka dari itu, tugas guru adalah mengembangkannya. Salah satu caranya adalah dengan sering memberikan tugas dan mengajukan pertanyaan secara terbuka.
5) Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik.
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAIKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajang untuk memenuhi ruang kelas. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil dari siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam pembelajaran karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.
6) Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar dan sumber belajar.
Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak harus di luar kelas.
Bahan dari lingkungan dapat dibawa keruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah ketrampilan seperti mengamati, mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasikan, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.
7) Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran.
Mutu dalam hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa tersebut. Umpan balik itu hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa.
8) Membedakan aktif fisik dan aktif mental.
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa sibuk bekerja dan bergerak. Ciri PAIKEM adalah aktif mental dalam arti sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan.
Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut, baik
tidak takut ditertawakan, disepelehkan atau dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan rasa takut itu baik dari guru maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan PAIKEM yang menyenangkan.
Suyadi (2013:163) menyebutkan bahwa Strategi PAIKEM ini melibatkan empat prinsip utama dalam proses pembelajarannya yaitu sebagai berikut.
Pertama, proses interaksi yaitu siswa berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan siswa, multimedia, referensi, lingkungan dsb. Kedua, proses komunikasi yaitu siswa mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka dengan guru dan rekan siswa lain melalui cerita, dialog, atau melalui simulasi role-play. Ketiga, proses refleksi yaitu siswa memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari dan apa yang mereka telah lakukan. Keempat, proses eksplorasi yaitu siswa mengalami langsung dengan melibatkan semua indera mereka melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan atau wawancara.
Berikut tabel kemampuan guru dengan pembelajaran PAIKEM yang dikutip dari Muhibbin Syah ( dalam Hartono, 2013: 163)
2.1. Tabel Kemampuan Guru dengan pembelajaran PAIKEM
Kemampuan Guru Kegiatan Pembelajaran
Guru merancang dan mengelola kegiatan pembelajaran yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran.
Guru melaksanakan kegiatan belajar yang beragam, misalnya:
Percobaan,
Diskusi kelompok,
Memecahkan masalah,
Mencari informasi,
Menulis laporan/cerita/puisi, dan berkunjung keluar kelas
Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam
Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misalnya:
Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri,
Gambar
Studi kasus,
Narasumber, dan
Lingkungan Guru memberikan peluang kepada siswa
untuk mengembangkan keterampilannya.
Siswa:
Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara,
Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri,
Menarik kesimpulan,
Memecahkan masalah, mencari rumusan sendiri, dan
Menulis laporan/ hasil karya lain dengan kata-kata sendiri
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan.
Melalui:
Diskusi,
Pertanyaan terbuka,
Hasil karya yang merupakan pemikiran siswa sendiri
Guru mengaitkan kegiatan pembelajaran dengan pengalaman siswa sehari-hari
Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri,
Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari- hari
Guru menilai kegiatan pembelajaran dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus
Guru memantau kerja siswa
Guru memberikan umpan balik
c. Evaluasi Pembelajaran PAIKEM
Menurut Asmani (2014) beberapa kriteria penelitian yang sesuai dengan konsep PAIKEM yaitu sebagai berikut.
1) Penilaian otentik yang merupakan proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai.
2) Tujuan penilaian otentik adalah untuk menilai kemampuan individual melalui tugas tertentu, menentukan kebutuhan pembelajaran, membantu dan mendorong siswa, membantu dan mendorong guru untuk mengajar lebih baik lagi, menentukan strategi pembelajaran, akuntabilitas lembaga, meningkatkan kualitas pendidikan.
3) Bentuk penilaian tes dapat dilakukan secara lisan, tertulis, dan perbuatan.
Sementara itu, bentuk penilaian non tes dilakukan dengan menggunakan penilaian sikap, cek lis, kuesioner, studi kasus, dan portofolio.
Proses penilaian PAIKEM harus benar-benar objektif dan sesuai realitas yang ada. Jangan sampai ada yang ditutup-tutupi, karena hanya akan menghambat proses pengembangan selanjutnya. Dengan objektifitas yang tinggi, evaluasi akan berjalan dengan baik dan efektif
3. Pembelajaran Tematik
a. Pengertian pembelajaran Tematik
Menurut Rusman (2012) pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna pada siswa. Melalui pembelajaran tematik, siswa diajak memahami konsep-konsep yang dipelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahaminya.
Pembelajaran tematik juga dapat diartikan sebagai pembelajaran terpadu yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik. Pembelajaran terpadu berorientasi pada praktik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa.
Menurut pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan pembelajaran satu sama lain sehingga lebih bermakna karena siswa akan memahami konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dengan konsep lain yang telah dipahaminya.
b. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Menurut Rusman (2012) pembelajaran tematik memiliki karakteristik- karakteristik sebagai berikut:
1) Pembelajaran ini berpusat pada siswa. Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subyek belajar, sedangkan guru lebih banyak sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan-kemudahan pada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
2) Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung pada siswa.
Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3) Dalam pembelajaran tematik pemisahan antarmata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan pada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4) Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa-siswa dapat memahami konsep-konsep secara utuh. Hal ini diperlukan untuk siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5) Pembelajaran tematik bersifat fleksibel dimana guru mengaitkan bahan ajar dari suatu mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana siswa dan sekolah berada.
6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
7) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. Agar pembelajaran tidak membosankan dan terkesan monoton.
c. Pentingnya Pembelajaran Tematik untuk Siswa SD
Menurut Rusman (2012) pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar atau mengarahkan siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran melalui pembelajaran tematik siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri
berbagai pengetahuan yang dipelajari secara holistik, bermakna, autentik, dan aktif.
Pentingnya pembelajaran tematik diterapkan di Sekolah Dasar karena pada umumnya siswa pada tahap ini masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik), perkembangan fisiknya tidak pernah bisa dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional. Pembelajaran tematik memiliki beberapa keunggulan di antaranya: (1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar;
(2) kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; (3) kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa, sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama;
(4) membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; (5) menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; (6) mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi,dan tanggap gagasan orang lain.
Selain adanya keunggulan-keunggulan tersebut, pembelajaran tematik sangat penting diterapkan di sekolah dasar sebab memiliki banyak nilai dan manfaat, di antaranya: (1) dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indicator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karna tumpang tindih dapat dikurangi bahkan dihilangkan (2) pembelajaran tidak terpecah-pecah karena siswa dilengkapi dengan pengalaman belajar yang lebih terpadu sehingga akan mendapat pengertian mengenai proses dan materiyang lebih terpadu (3) dengan adanya pemaduan antara mata pelajaran, maka penguasaan materi pembelajaran akan semakin baik dan meningkat.
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian tentang Pendidikan Karakter pada pembelajaran yang dilakukan peneliti sebelumnya, kegiatan penelitian yang relevan yang mendasari dilakukan penelitian ini antara lain sebagai berikut:
Irma Mulyaningsih (2015) yang berjudul “Implementasi Pendidikan Karakter pada Pembelajaran Tematik pada siswa kelas IV SD Negeri Rembulan Galur kulon Progo Jogjakarta. Hasil penelitian menyebutkan dalam hal perencanaan pembelajaran tematik dari guru kelas IV di SD Negeri Prembulan unsur- unsur pada perencanaan pembelajaran cenderung sudah menunjukkan adanya pengintegrasian pendidikan karakter pada mata pelajaran tematik. Tetapi perencanaan pembelajaran tersebut cenderung tidak dibuat sendiri oleh guru. Guru menggunakan strategi pendidikan karakter yang digunakan oleh guru melalui sikap-sikap, yaitu menciptakan suasana yang kondusif dan penanaman kedisiplinan.
Persamaan penelitian Irma Mulyaningsih dengan penelitian ini yaitu sama-sama meneliti tentang pendidikan karakter dan siswa kelas IV. Di samping itu terdapat perbedaan dengan penelitian yang dilakukan Irma yaitu tidak menggunakan Strategi PAIKEM pada penelitiannya, peneliti menggunakan Strategi PAIKEM, tempat meneliti Irma di SDN Prembulan Yogyakarta, sedangkan penelitian ini terfokus di SD Muhammadiyah 08 DAU.
Muhammad Bagus Subhi (2016) yang berjudul “Implementasi Pendidikan Karakter dalam membentuk sikap sosial peserta didik melalui pembelajaran IPS Terpadu kelas VIII di SMPN 1 Purwosari. Hasil Penelitian menyebutkan bahwa guru melatih peserta didik untuk selalu menerapkan karakter-karakter dan sikap sosial
seperti ketika saat guru memberi tugas, peserta didik tidak mencontek pekerjaan temannya.
Persamaan penelitian Muhammad Bagus Subhi dengan penelitian ini yaitu sama-sama meneliti tentang pendidikan karakter. Adapun perbedaan penelitian subhi dengan penelitian ini yaitu pada pembelajaran penelian subhi meneliti pada pembelajaran IPS Terpadu, penelitian ini pada pembelajaran Tematik, perbedaanya lagi pada jenjang sekolah. Penelitian Subhi meneliti pada jenjang SMP dan penelitian ini pada jenjang SD.
C. Kerangka Pikir
Siswa memunculkan karakter religius,
tanggungjawab, disiplin, kreatif dan
komunikatif dalam pembelajaran
Pembelajaran menjadi efektif dengan menggunakan
strategi PAIKEM
1. Implementasi pendidikan karakter dengan Strategi PAIKEM pada pembelajaran tematik di SD Muhammadiyah 08 DAU Malang 2. Evaluasi pendidikan karakter dengan Strategi PAIKEM pada
pembelajaran tematik di SD Muhammadiyah 08 DAU Malang Pembelajaran
Konvensional Pembelajaran yang
membuat siswa aktif dan menyenangkan