• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda, sehingga membutuhkan pendidikan yang berbeda-beda pula.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda, sehingga membutuhkan pendidikan yang berbeda-beda pula."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda, sehingga membutuhkan pendidikan yang berbeda-beda pula. Pendidikan mempunyai peranan yang amat menentukan bagi pengembangan dan perwujudan diri individu dengan menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal.

Setiap satuan jalur pendidikan di sekolah harus menyediakan sarana belajar yang sesuai kurikulum sekolah. Kurikulum sekolah disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap pengembangan siswa dan kesesuaian dengan lingkungan, kebutuhan pendidikan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan.

Keberhasilan seorang siswa tidak ditentukan oleh aspek kognitif saja, melainkan kemampuan untuk berinteraksi sosial dengan lingkungan, berempati kepada orang lain, dan menghargai orang lain. Aspek perkembangan sosial merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan sosial anak terutama pada anak sekolah menengah pertama. Hal ini dikarenakan pada masa ini dunia anak menjadi lebih luas dibandingkan dengan masa kanak-kanak, antara lain tampak dari keinginannya untuk berkelompok.

1

(2)

Pada masa ini seorang anak diharapkan mampu mempelajari ketrampilan- ketrampilan tertentu yang sangat penting bagi persiapan dan penyesuaian diri terhadap kehidupan di masa depan.

Menurut Ahmadi (2007: 23) interaksi sosial yang terjalin di sekolah adalah adanya hubungan komunnikasi antara siswa dengan guru dan sesama siswa, yang harus terus dikembangkan, di mana hal ini diyakini dapat memperkuat hubungan sosial antara mereka di lingkungan sekolah.

Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya. Di beberapa lembaga institusi pendidikan, guru, orang tua, dan masyarakat masih menganggap bahwa anak cerdas adalah anak yang selalu mendapatkan nilai tertinggi serta mendapat rangking tertinggi. Pada kenyataannya anak yang berprestasi dalam bidang akademik belum tentu pula berhasil pada sosial emosionalnya. Seperti yang dijelaskan oleh Hawadi (2004: 83), menjadi anak berbakat dengan kemampuan di atas rata-rata tidak menjamin bahwa tidak akan muncul masalah dalam perkembangan mereka, bahkan mereka justru lebih rentan terhadap faktor sosial dan emosionalnya.

Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan didalam masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku, interaksi sosial itu sendiri dapat berlangsung dengan baik jika aturan-aturan dan nilai-nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik.

(3)

Dalam kehidupan sehari-hari tentunya manusia tidak dapat lepas dari hubungan anatar satu dengan yang lainnya, ia akan selalu perlu untuk mencari individu ataupun kelompok lain untuk dapat berinteraksi ataupun bertukar fikiran.

Dengan tidak adanya komunikasi ataupun interaksi antar satu sama lain maka tidak mungkin ada kehidupan bersama. Jika hanya fisik yang saling berhadapan antara satu sama lain, tidak dapat menghasilkan suatu bentuk kelompok sosial yang dapat saling berinteraksi. Maka dari itu dapat disebutkan bahwa interaksi meerupakan dasar dari suatu bentuk proses sosial karena tanpa adanya interaksi sosial, maka kegiatan-kegiatan antar satu individu dengan yang lain tidak dapat disebut interaksi.

Secara garis besar kemampuan siswa dalam berinteraksi sosial dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu siswa yang bisa berinteraksi sosial dengan baik atau pandai bergaul dan sebaliknya yaitu siswa yang mengalami kesulitan bergaul atau individu yang tidak bisa berinteraksi sosial dengan baik.

Siswa merupakan bagian dari masyarakat dituntut dapat berkomunikasi dengan orang lain di lingkungan dimana siswa berinteraksi. Dan disini lah tugas seorang guru bidang studi terutama guru pembimbing di dalam pendidikan disekolah untuk membentuk kepribadian siswa yang baik.

Pendidikan sebagai bagian yang integral dari kehidupan bangsa, memegang peranan penting dalam mengisi kehidupan bangsa melalui penyediaan lembaga pendidikan. Kemampuan interaksi sosial sangat penting khususnya bagi seorang remaja siswa.tuhan menciptakan manusia sebagai mahkluk sosial yang selalu akan hidup dalam suatu hubungan keterkaitan dengan individu lainya.

(4)

Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi tidak akan mungkin ada kehidupan bersama-sama.Interaksi sosial ini dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, interaksi sosial juga akan terjadi di lingkungan sekolah.

Kemampuan siswa dalam melakukan interaksi sosial antara siswa yang satu dengan siswa yang lain tidak sama. Keberhasilan dalam berinteraksi tersebut selamanya dapat dilakukan oleh setiap indidvidu. Banyak dari mereka yang mengalami kegagalan dalam usaha untuk menjalin inter4aksi sosial yang baik di lingkungan tempatnya berada..

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Syufriana, (2015:57) menemukan hasil sebagai berikut:

“Diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif antara kecerdasan emosional dengan interaksi sosial siswa di SMK Negeri 3 Kota Jambi dengan nilai korelasi yang diperoleh sebesar 0,38”.

Hasil penelitian di atas membuktikan bahwa kemampuan interaksi sosial siswa di sekolah berhubungan dengan kecerdasan emosional yang dimiliki siswa tersebut. Semakin baik kualitas kecerdasan emosional siswa maka semakin baik pula kemampuan siswa dalam menjalin interaksi sosial di sekolah. Siswa dengan kemampuan interaksi yang tinggi, akan mudah dalam bergaul dan berkomunikasi dengan orang lain. Sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan interaksi sosial yang rendah akan mengalami hambatan dalam bergaul dengan siswa lainya. Salah satunya adalah kemampuan berinteraksi dengan baik tidak juga di ikuti dengan prestasi belajar yang tinggi pula, ada juga siswa berprestasi tinggi, namun dalam berinteraksi sosialya kurang baik dengan teman di sekolahya.

(5)

Penjabaran di atas dapat dibuktikan dengan penelitian relevan yang dilakukan oleh Apriyanti, (2015:47) dengan hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

“Terdapat hubungan yang hampir dapat diabaikan antara interaksi sosial siswa dengan prestsi belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 6 Muaro Jambi, dengan nilai korelasi yang diperoleh sebesar 0,14 yang penafsirannya berarti bahwa korelasi rendah atau terdapat hubungan yang jelas tetapi kecil”

Hasil ini memberikan arti bahwa meskipun kecil, namun menjelaskan bahwa kualitas dari interaksi sosial yang di lakukan oleh siswa di sekolah dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Dengan demikian, maka peningkatan kualitas pada aspek interaksi sosial yang dijalin oleh siswa di lingkungan sekolah dapat meningkatkan prestasi belajar yang dapat diraihnya.

Ahmadi (2009:49) menjelaskan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antara individu atau lebih, di mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.

Siswa yang berprestasi tinggi dalam belajarnya tentu banyak yang mempersepsikan bahwa mereka juga pasti memiliki keunggulan lainnya di luar hal belajarnya, seperti interaksi sosial yang baik, namun secara pasti siswa yang berprestasi tinggi dalam belajarnya belum tentu dapat sepenuhnya menjalin interaksi sosial yang baik di lingkungan sekitar terutama lingkungan sekolah. hal ini dapat disebabkan oleh prestasi belajar yang tinggi lebih didominasi oleh faktor kecerdasan intelegensi siswa, sedangkan kemampuan interaksi sosial lebih cenderung dipengaruhi kualitas kecerdasan emosional yang dimiliki oleh siswa.

(6)

Pada saat peneliti melaksanakan PLKPS di SMA Negeri 3 Kota Jambi, tepatnya pada tanggal 5 bulan Desember pada tahun 2013. Pada kesempatan itu, peneliti pernah mendapatkan pengaduan atau keluhan dari 3 orang siswa yang tergolong memiliki prestasi tinggi di kelas. Siswa tersebut mengaku bahwa mereka seperti dijauhi atau seperti dikucilkan oleh teman-teman sekelas yang lainnya. Berdasarkan data tersebut, maka selanjutnya peneliti dengan meminta bantuan dari guru pembimbing beserta wali kelas, untuk mengetahui siswa yang berprestasi belajarnya yang tinggi dengan melihat rangking raportya dari 1-6 di kelas XI MIA untuk melakukan pengamatan lebih mendalam.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, diketahui bahwa di lingkungan sekolah, terlihat bahwa siswa yang berprestasi tinggi kurang mampu untuk melakukan interaksi sosial di lingkungan sekolahya. Hal ini terlihat pada saat jam istirahat, dari 6 orang siswa berprestasi tinggi, 3-4 siswa hanya berdiam dan membaca buku di kelas, 2 orang siswa tersebut pergi ke ruang perpustakaan.

Selain itu, pada saat ada kegiatan seperti perlombaan di sekolah, 1-5 orang siswa berprestasi tinggi dari setiap kelasnya cenderung tidak berpartisipasi dan mengabaikan ajakan teman untuk menmberikan dukungan pada teman sekelas yang ikut perlombaan.

Siswa berprestasi tinggi beralasan bahwa belajar untuk memperoleh prestasi yang memuaskan lebih penting, sehingga mereka memilih untuk memfouskan diri untuk belajar saja. Berdasarkan penampakan tersebut maka dapat kita lihat bahwa siswa yang prestasi belajarya tinggi belum mampu untuk dapat menjalain interaksi sosial yang baik di lingkungan sekolah tempatnya berada.

(7)

Mengingat bahwa, interaksi sosial merupakan kegiatan yang akan berpengaruh terhadap perkembangan akademik, dan emosional siswa di lingkungan sekolah, dan berdasarkan fenomena yang ditemui di lapangan, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang diwujudkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Identifikasi Penyebab Kurangnya Interaksi Sosial Siswa Berprestasi Belajar Tinggi Kelas XI MIA Di SMA Negeri 3 Kota Jambi”.

B. Batasan Masalah

Sesuai dengan judul penelitian berkaitan dengan penyebab kurangnya interaksi sosial siswa berprestasi tinggi kelas XI MIA di SMA Negeri 3 Kota Jambi, maka perlu dilakukan pembatasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

Hal ini dilakukan karena luasnya cakupan materi serta teori yag dikemukakan ahli yang berkaitan dengan judul di atas. Mengingat akan keterbatasan waktu, kemampuan serta biaya yang dimiliki, maka penelitian ini dibatasi hanya pada:

1. Penyebab kurangnya interaksi sosial siswa berprestasi tinggi kelas XI MIA di SMA Negeri 3 Kota Jambi yang dinilai dari faktor imitasi, faktor sugesti, faktor identifikasi serta faktor simpati.

2. Objek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIA yang meraih rangking 1-6 pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 di SMA Negeri 3 Kota Jambi.

(8)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka sebagai rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut :

1. Bagaimanakah tingkat faktor imitasi sebagai penyebab kurangnya interaksi sosial siswa berprestasi belajar tinggi kelas XI MIA di SMA Negeri 3 Kota Jambi?

2. Bagaimanakah tingkat faktor sugesti sebagai penyebab kurangnya interaksi sosial siswa berprestasi belajar tinggi kelas XI MIA di SMA Negeri 3 Kota Jambi?

3. Bagaimanakah tingkat faktor identifkasi sebagai penyebab kurangnya interaksi sosial siswa berprestasi belajar tinggi kelas XI MIA di SMA Negeri 3 Kota Jambi?

4. Bagaimanakah tingkat faktor simpati sebagai penyebab kurangnya interaksi sosial siswa berprestasi belajar tinggi kelas XI MIA di SMA Negeri 3 Kota Jambi?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan penyebab kurangnnya interaksi sosial siswa berprestasi belajar tinggi kelas XI MIA di SMA Negeri 3 Kota Jambi, yang dapat dirincih menjadi seperti berikut :

1. Mengungkapkan tingkat faktor imitasi sebagai penyebab kurangnya interaksi sosial siswa berprestasi belajar tinggi kelas XI MIA di SMA Negeri 3 Kota Jambi

(9)

2. Mengungkapkan tingkat faktor sugesti sebagai penyebab kurangnya interaksi sosial siswa berprestasi belajar tinggi kelas XI MIA di SMA Negeri 3 Kota Jambi.

3. Mengungkapkan tingkat faktor identifkasi sebagai penyebab kurangnya interaksi sosial siswa berprestasi belajar tinggi kelas XI MIA di SMA Negeri 3 Kota Jambi.

4. Mengungkapkan tingkat faktor simpati sebagai penyebab kurangnya interaksi sosial siswa berprestasi belajar tinggi kelas XI MIA di SMA Negeri 3 Kota Jambi.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang terkait di dalamnya. Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Guru pembimbing, dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memilih strategi dan tekhnik bimbingan untuk siswa yang kesulitan menjalin interaksi sosial

2. Siswa berprestasi tinggi mengerti akan pentingnya kualitas interaksi sosial yang baik di lingkungan sekolah untuk membantu keberhasilan siswa dalam proses perkembangannya.

3. Peneliti, dapat menambah wawasan pengetahuan dan pemahaman, dalam upaya mengembangkan kemampuan sebagai calon tenaga profesional dalam bidang bimbingan dan konseling di sekolah.

(10)

F. Anggapan Dasar

Penelitian ini didasari dengan adanya asumsi sebagai berikut :

1. Pemahaman diri secara fisik dan sosial bisa membantu siswa dalam melakukan interaksi sosial di lingkungan sekolah.

2. Kualitas interaksi sosial siswa yang baik terhadap guru dan teman-teman di sekolah mampu membantu siswa dalam menyelesaikan tugasnya sebagai pelajar, serta mengoptimalkan perkembangan diri siswa.

G. Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan umum yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pada tingkat manakah faktor imitasi sebagai penyebab kurangnya interaksi sosial siswa berprestasi belajar tinggi kelas XI MIA di SMA Negeri 3 Kota Jambi?

2. Pada tingkat manakah faktor sugesti sebagai penyebab kurangnya interaksi sosial siswa berprestasi belajar tinggi kelas XI MIA di SMA Negeri 3 Kota Jambi?

3. Berada pada tingkat manakah faktor identifkasi sebagai penyebab kurangnya interaksi sosial siswa berprestasi belajar tinggi kelas XI MIA di SMA Negeri 3 Kota Jambi?

4. Pada tingkat manakah faktor simpati sebagai penyebab kurangnya interaksi sosial siswa berprestasi belajar tinggi kelas XI MIA di SMA Negeri 3 Kota Jambi?

(11)

H. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi salah penafsiran, dalam penelitian ini penulis akan mengemukakan definisi operasional yang berkaitan dengan kualitas interaksi siswa di lingkungan sekolah, adalah sebagai berikut :

1. Yang dimaksud dengan interaksi sosial dalam penelitian ini merupakan suatu hubungan antara siswa dengan guru dan teman sebaya di lingkungan sekolah, baik di dalam maupun di luar kelas. Dimana siswa, guru dan teman sebaya mampu untuk saling menerima dan berkomunikasi dengan baik, mampu menjalin kerja sama untuk mengatasi suatu masalah, serta mampu mempertahankan hubungan yang telah terjalin dengan baik tersebut.

2. Siswa berprestasi tinggi dalam penelitian ini adalah peserta didik yang selalu termovitasi untuk menuntut ilmu agar dapat meraih kesuksesan yang menjadi tujuannya dalam belajar.

I. Kerangka Konseptual

Interaksi sosial (Gerungan (2009)

Simpati Imitasi

Faktor yang mempengaruhi

Sugesti Identifikasi Siswa berprestasi tinggi

kelas XI MIA

Referensi

Dokumen terkait

masangan kamera pengaman pada ruang brankas masih banyak belum dilakukan.Untuk itu, perlu diterapkan kamera pengaman pendeteksi gerak yang berbasis internet

[r]

e-speaking terdiri dari perintah suara membuka program, menutup program, dan perintah suara mendikte kata dalam microsoft word, yang dapat dilakukan pada menu command, menu

Mengkoordinir dalam memecahkan berbagai persoalan & informasi terkait kepesertaa, Budgetting, regulasi serta strategi dalam mencapai unniversal covegere 2019 di

Hal inilah yang akhirnya mempengaruhi motivasi remaja putus sekolah dalam menempuh pendidikan kesetaraan paket C, karena biaya pendidikan di sekolah paket C menurut mereka jauh

Kesan-kesan buruk lain : Tiada kesan yang penting atau bahaya kritikal yang diketahui.

Ya Tidak Mengumumkan mahasiswa yang tidak dapat mengikuti UAS 10 12 13 Verifikasi jumlah kehadiran mahasiswa dan melaporkan hasilnya ke dosen koordnator Menghitung

dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Peran Serta Masyarakat dalam Pencegahan dan Penanggulangan