• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAJU ANGKUTAN SEDIMEN DISEKITAR REKLAMASI PANTAI TANJUNG BUNGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAJU ANGKUTAN SEDIMEN DISEKITAR REKLAMASI PANTAI TANJUNG BUNGA"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

LAJU ANGKUTAN SEDIMEN DISEKITAR

REKLAMASI PANTAI TANJUNG BUNGA

SKRIPSI

Oleh :

SANDY SUARDI 10581 951 09

JURUSAN TEKNIK SIPIL

PROGRAM STUDI TEKNIK PENGAIRAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

TAHUN 2015

(2)
(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, dengan limpahan Rahmat dan Taufiq-nya penulis dapat menyelesaikan Seminar ini dengan judul “Laju Angkutan Sedimen Disekitar Reklamasi Pantai Tanjung Bunga”.

Dengan rasa syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu, mendukung dan menyemangati dalam penyelesaian Seminar ini.

Selanjutnya, perkenankanlah penulis menyampaikan rasa syukur dan terima kasih secara khusus kepada Bapak Prof. Dr. Ir. H. Lawalenna Samang, M.Sc.,M.Eng. sebagai pembimbing I, dan kepada Bapak Amrullah, ST.,MT.

Sebagai pembimbing II yang dengan sabar dan penuh perhatian telah memberikan bimbingan dan arahan serta dorongan sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Dosen, Staf, ketua Jurusan Teknik Sipil Pengairan dan Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan kesempatan, dorongan, bimbingan dan arahan hingga penulis bersemangat menulis Skripsi ini hingga selesai.

Tak lupa penulis ucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada Keluarga serta teman dan rekan kerja yang telah mendukung dan memberi semangat hingga Skripsi ini dapat diselesaikan.

(5)

v

Kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, dengan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya atas segala bantuan, dorongan dan dukungan sehingga Skripsi ini dapat di selesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini masih banyak kekurangannya walaupun penulis telah berusaha secara maksimum, dengan kerendahan hati penulis menerima saran dan kritik guna perbaikan Skripsi ini.

Semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Makassar, September 2015

Penulis

(6)

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN... xi

DAFTAR TABEL... xiii

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1

B. Rumusan masalah... 2

C. Tujuan penulisan... 2

D. Batasan masalah... 2

E. Manfaat penulisan... 3

F. Sistematika penulisan... 3

BAB. II KAJIAN PUSTAKA A. Defenisi dan jenis sedimen pantai... 5

B. Perubahan garis pantai... 10

C. Aspek oseanografi sedimentasi pantai... 11

D. Kemiringan dan arah garis pantai... 20

E. Proses angkutan sedimen pantai... 21

BAB. III METODE PENELITIAN A. Waktu dan lokasi penelitian... 24

B. Jenis penelititan dan sumber data... 25

C. Pengumpulan data dan sampel sedimen... 26

(7)

vii

D. Analisis sedimen... 26

E. Bagan alir penelitian... 28

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis sedimen... 29

B. Dinamika peta garis pantai Tanjung Bunga... 40

C. Kondisi oseanografi pantai Tanjung... 45

D. Prediksi laju angkutan sedimen... 51

E. Potensi arah perubahan garis pantai Tanjung Bunga pasca rekalamasi... 63 BAB. V PENUTUP A. Kesimpulan... 66

B. Saran... 67

DAFTAR PUSTAKA... 68

LAMPIRAN... 69

(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pembagian garis pantai menjadi sederetan sel dengan

lebar ∆x (Horikawa 1988)... 11

Gambar 2. Angkutan sedimen yang masuk dan keluar sel (Horikawa 1988)... 11

Gambar 3. Perubahan bentuk gelombang yang menjalar mendekati pantai. (Bambang Triatmojo 1999)... 12 Gambar 4. Refraksi gelombang pada kontur lurus dan sejajar (Bambang Triatmojo 1999)... 15

Gambar 5. Penentuan tinggi gelombang pecah (SPM, 1984) ... 16

Gambar 6. Penentuan tinggi gelombang pecah (SPM,1984)... 17

Gambar 7. Sketsa defenisi gelombang (Bambang Triatmojo 1999)... 18

Gambar 8. Gerak orbit artikel zat cair di laut dangkal, transisi, dan dalam (Bambang Triatmojo 1999)... 18

Gambar 9. Lokasi penelitian di pantai Tanjung Bunga Makassar... 24

Gambar 10. Pembagian wilayah penelitian di pantai Tanjung Bunga... 25

Gambar 11. Bagan alir penelitian... 28

Gambar 12. Grafik hubungan antara diameter butiran (mm) dan presentasi lolos ayakan (Sedimen dasar 1)... 30

Gambar 13. Grafik hubungan antara diameter butiran (mm) dan presentasi lolos ayakan (Sedimen dasar 2)... 31

Gambar 14. Grafik hubungan antara diameter butiran (mm) dan presentasi lolos ayakan (Sedimen dasar 3)... 32

Gambar 15. Grafik hubungan antara diameter butiran (mm) dan presentasi lolos ayakan (Sedimen dasar 4)... 33

(9)

ix

Gambar 16. Grafik hubungan antara diameter butiran (mm) dan presentasi lolos ayakan (Sedimen Layang 1)... 34 Gambar 17. Grafik hubungan antara diameter butiran (mm) dan

presentasi lolos ayakan (Sedimen Layang 2)... 35 Gambar 18. Grafik hubungan antara diameter butiran (mm) dan

presentasi lolos ayakan (Sedimen Layang 3)... 36 Gambar 19. Grafik hubungan antara diameter butiran (mm) dan

presentasi lolos ayakan (Sedimen Layang 4)... 37 Gambar 20. Garis pantai hasil citra landsat bulan april 2007... 39 Gambar 21. Garis pantai hasil citra landsat dari bulan april 2007 sampai

bulan april 2009... 39 Gambar 22. Garis pantai hasil citra landsat dari bulan april 2007 sampai

bulan desember 2011... 40 Gambar 23. Garis pantai hasil citra landsat dari bulan april 2007 sampai

bulan agustus 2013... 40 Gambar 24. Garis pantai hasil citra landsat dari bulan april 2007 sampai

bulan januari 2015... 41 Gambar 25. Garis pantai hasil citra landsat dari bulan april 2007 sampai

bulan januari 2015, wilayah I, II, III, IV... 41 Gambar 26. Detail perubahan garis pantai Tanjung Bunga pada

wilayah 1 dan 2... 42 Gambar 27. Detail perubahan garis pantai Tanjung Bunga pada

wilayah 3 dan 4... 43 Gambar 28. Grafik perubahan garis pantai Tanjung Bunga... 44 Gambar 29. Gambar mawar angin di lokasi penelitian... 47

(10)

x

Gambar 30. Grafik distribusi frekuensi kecepatan angin... 47 Gambar 31. Grafik volume angkutan sedimen sepanjang pantai

terhadap persamaan CERC, DAS, Tanaka dan US Army. 59 Gambar 32. Gambar 32. Potongan perubahan garis pantai Tanjung

Bunga di Wilayah IV. 61

(11)

xi

DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

d Diameter... 7

mm Millimeter... 8

µm Micrometer... 8

ppm Parts permillion... 8

W Berat partikel... 9

Cm Centimeter... 12

db Kedalaman gelombang pecah... 13

Hb Tinggi gelombang pecah... 14

a&b Kemiringan pantai... 15

Ho Tinggi geolmbang laut dalam... 15

e Frekuensi gelombang ... 15

g Percepatan gravitasi... 15

H’o Tinggi gelombang laut dalam ekivalen... 15

Kr Koefisien refraksi... 15

Lo Panjang gelombang dilaut dalam (m)... 15

a Amplitudo gelombang... 17

ᶯ Phi... 17

F Fecth... 19

Qs Angkutan sedimen sepanjang pantai... 23

P1 Komponen fluks energi gelombang sepanjang pantai... 23

ρ Rapat massa air laut... 23

kg Satuan kilogram... 23

ρs Rapat massa pasir... 23

det Satuan detik... 23

(12)

xii

Cb Cepat rambat gelombang pecah... 23

T Periode gelombang... 23

a & b Kemiringan pantai... 23

αb Sudut datang gelombang pecah... 23

K Konstanta... 23

N Porositas... 23

SD Sedimen dasar... 30

SL Sedimen layang... 34

Wil. Wilayah... 41

m/det. Satuan meter per detik... 45

% Persentase... 47

m Satuan meter... 48

kg/m3 Satuan kilogram per meter kubik... 52

 Satuan derajat. ... 52

thn Tahun... 53

m2 Satuan meter persegi ... 53

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi ukuran butir sedimen berdasarkan skala

Wentworth... 9

Tabel 2. Rumus angkutan sedimen sepanjang pantai... 21

Tabel 3. Sampel 1 sedimen dasar... 29

Tabel 4. Sampel 2 sedimen dasar... 30

Tabel 5. Sampel 3 sedimen dasar... 31

Tabel 6. Sampel 4 sedimen dasar... 32

Tabel 7. Sampel 1 sedimen layang... 33

Tabel 8. Sampel 2 sedimen layang... 34

Tabel 9. Sampel 3 sedimen layang... 35

Tabel 10. Sampel 4 sedimen layang... 36

Tabel 11. Komposisi pasir sampel sedimen di lokasi penelitian pantai Tanjung Bunga... 37

Tabel 12. Berat isi sampel sedimen di lokasi penelitian pantai Tanjung Bunga... 38

Tabel 13. Jarak perubahan garis pantai hasil citra landsat bulan april 2007 sampai januari 2015... 44

Tabel 14. Arah dan kecepatan angin... 45

Tabel 15. Distribusi frekuensi kecepatan angin... 47

Tabel 16. Tinggi gelombang, panjang gelombang, dan periode gelombang... 48

Tabel 17. Arah dan kecepatan arus... 50

Tabel 18. Perhitungan sedimen sepanjang pantai (Persamaan CERC)... 55

(14)

xiv

Tabel 19. Perhitungan sedimen sepanjang pantai (Persamaan DAS) 56 Tabel 20. Perhitungan sedimen sepanjang pantai (Persamaan

TANAKA)... 57 Tabel 21. Perhitungan sedimen sepanjang pantai (Persamaan US

Army)... 58 Tabel 22. Perhitungan sedimen sepanjang pantai (Persamaan CERC,

DAS, TANAKA dan US Army)... 59

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai negara kepulauan, Indonesia merupakan negara nusantara terbesar di dunia dengan luas territorial daratan dan lautan kira-kira 7,7 juta km², dengan garis pantai lebih dari 81.000 km terdiri dari atas 17.500 pulau yang merupakan gabungan antara bentuk ekosistem pantai dan hutan pantai.

Kepulauan Indonesia membentang sejauh 5000 km dari Sumatra di bagian barat hingga Papua bagian timur.

Sebagai kawasan pesisir, pantai Tanjung Bunga yang terletak di bagian timur kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan, memiliki potensi yang sangat potensial untuk dikembangkan. Hal ini ditunjukkan antara lain dengan perubahan tata guna lahan yang begitu cepat seperti hadirnya permukiman yang berkembang dengan cepat, wisata serta pemanfaatan yang lain yang banyak memberikan perubahan - perubahan terhadap lingkungan disekitarnya. Salah satu dampak yang dapat dilihat dari pemanfaatan lahan tersebut adalah adanya perubahan garis pantai. Disisi lain pengaruh dari beberapa sungai yang mengalir dan bermuara di pantai Tanjung Bunga yaitu sungai Jeneberang dan danau Tanjung Bunga yang membawa material sedimentasi atau sedimen tersuspensi seperti lumpur, pasir halus dan pasir kasar yang sebagian besar disebabkan karena pengikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa oleh aliran air sungai.

Salah satu proses yang terjadi di pantai dan sangat perlu diperhatikan adalah angkutan sedimen sepanjang pantai. Proses angkutan sedimen sepanjang pantai dapat mengakibatkan perubahan garis pantai seperti erosi yang berdampak pada mundurnya garis pantai (abrasi), atau menyebabkan

1

(16)

2

pendangkalan yang berakibat pada majunya garis pantai (akresi) yang akhirnya mengurangi fungsi pantai atau bangunan pantai.

Seiring dengan adanya perubahan garis pantai maka penulis mengangkat suatu judul penelitian “LAJU ANGKUTAN SEDIMEN DISEKITAR REKLAMASI PANTAI TANJUNG BUNGA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut :

1) Bagaimana karakteristik aspek oseanografi pantai Tanjung Bunga.

2) Bagaimana histori perubahan garis pantai Tanjung Bunga.

3) Bagaimana tingkat laju sedimendisekitar pantai Tanjung Bunga.

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui aspek oseanografi pantai Tanjung Bunga.

2) Untuk mengetahui bentuk perubahan garis pantai Tanjung Bunga.

3) Untuk mengetahui besar laju sedimen disekitar pantai Tanjung Bunga.

D. Batasan Masalah

Untuk menghindari cakupan penulisan yang lebih luas dan capaian yang diinginkan, maka penulisan dibatasi pada analisis sedimen disekitar reklamasi pantai Tanjung Bunga dan mempelajari sedimen yang terjadi di sekitar pantai Tanjung Bunga.

(17)

3

E. Manfaat Penulisan

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1) Sebagai bagian untuk memperdalam teori dengan penerapan.

2) Dijadikan referensi pada pembangunan reklamasi pantai.

3) Dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang ada kaitannya dengan pengaruh reklamasi pantai terhadap sedimen.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran umum isi tulisan, penulis membuat sistimatika penulisan sebagai berikut :

Bab I. Pendahuluan

Mencakup pembahasan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II. Kajian pustaka

Mencakup defenisi dan jenis sedimen pantai, perubahan garis pantai, aspek oseanografi sedimentasi pantai, kemiringan garis pantai, dan proses angkutan sedimen pantai.

Bab III.Metodologi penelitian

Mencakup Waktu dan lokasi penelitian, jenis penelitian dan sumber data, pengumpulan data dan sampel sedimen, analisis sedimen dan bagan alir penelititan.

Bab IV.Hasil dan pembahasan

Mencakup analisis sedimen, dinamika peta garis pantai Tanjung Bunga, kondisi oseanografi pantai Tanjung Bunga, prediksi laju angkutan sedimen, dan potensi arah perubahan garis pantai Tanjung Bunga pasca reklamasi.

(18)

4

Bab V. Penutup

Mencakup kesimpulan dan saran dari pembahasan laju angkutan sedimen disekitar reklamasi pantai Tanjung Bunga.

(19)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi dan Jenis Sedimen Pantai

1. Defenisi Sedimen

Sedimen adalah material atau pecahan dari batuan, mineral dan material organik yang melayang-layang didalam air, udara, maupun yang dikumpulkan didasar laut oleh pembawa atau perantara alami lainnya. Sedimen pantai dapat berasal dari erosi pantai, dari daratan yang terbawa oleh sungai, dan dari laut dalam yang terbawa oleh arus ke daerah pantai. Dalam ilmu teknik pantai dikenal istilah pergerakan sedimen pantai atau angkutan sedimen pantai. Bambang Triatmodjo (1999) menjelaskan bahwa defenisi dari angkutan sedimen pantai adalah gerakan sedimen didaerah pantai yang disebabkan oleh gelombang dan arus yang dibangkitkannya. Angkutan sedimen inilah yang akan menentukan terjadinya sedimentasi atau erosi didaerah pantai.

Sedimentasi adalah proses pengendapan material hasil erosi air, angin, gelombang laut, dan gletser. Tempat pengendapan material hasil erosi dapat terjadi di daratan, dasar laut, maupun pantai.

Berdasarkan tempat pengendapan dan tenaga yang mengendapkannya, proses sedimentasi dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:

a) Sedimentasi fluvial, merupakan proses pengendapan materi yang diangkutoleh sungai dan diendapkan disepanjang aliran sungai, danau, waduk, ataumuara sungai. Hasil bentuknya antara lain delta dan bantaran sungai.

5

(20)

6

b) Sedimentasi eolis (sedimentasi teresterial), merupakan proses pengendapan materi yang diangkut oleh angin. Bentuknya antara lainberupa gugus pasir (sand dunes) atau gundukan pasir yang seringkali ditemukan di pantai.

c) Sedimentasi laut (marine sedimentation), merupakan hasil abrasi pantai yang kemudian diendapkan kembali disepanjang pantai. Contoh hasil bentukannya, antara lain endapan puing karang (beach), endapan gosong pasir (bar), dan endapan pasir yang menghubungkan dua pulau (tombolo).

Proses sedimentasi berawal dari proses pelapukan dan erosi menghasilkan materi yang bisa terangkut oleh aliran air, kekuatan angin, gelombang dan lain sebaginya. Material tersebut dapat berupa pasir, lumpur, maupun tanah. Material yang terangkut tersebut akan mengendap di suatu tempat sesuai dengan karakteristik media pengangkutnya. Apabila aliran air deras, ataupun kekuatan angin sangat kencang, maka materi akan terendapkan di tempat yang jauh dari tempat asal terjadinya erosi maupun pelapukan. Sedimentasi (pengendapan) berlangsung secara bertahap sehingga membentuk sedimen yang berlapis-lapis.

Proses seperti inilah yang turut membentuk muka bumi kita ini.

2. Jenis Sedimen.

a) Menurut asal usul sedimen dasar laut dapat digolongkan sebagai berikut : 1) Lithogenous; Jenis sedimen ini berasal dari pelapukan (weathering)

batuan dari daratan, lempeng kontinen termasuk yang berasal dari kegiatan vulkanik. Hal ini dapat terjadi karena adanya suatu kondisi fisik yang ekstrim (pemanasan dan pendinginan) terhadap batuan yang terjadi secara berulang-ulang di padang pasir, oleh karena adanya

(21)

7

embun-embun es dimusim dingin, atau oleh karena adanya aksi kimia dari larutan bahan-bahan yang terdapat di dalam air hujan atau air tanah terhadap permukaan batu. Sedimen ini memasuki kawasan laut melalui drainase air sungai.

2) Biogenous; Sedimen ini berasal dari organisme laut yang telah mati dan terdiri dari remah-remah tulang, gigi-geligi, dan cangkang-cangkang tanaman maupun hewan mikro. Komponen kimia yang sering ditemukan dalam sediment ini adalah CaCO3 dan SiO2. Sedangkan partikel-partikel yang sering ditemukan dalam sedimen calcareous terdiri dari cangkang- cangkang foraminifera, Cocolithophore, yang disebut globerigina ooze dan Pteropoda, yang disebut pteropod ooze. Cangkang Diatomae dan Radiolaria merupakan kontributor yang paling penting dari partikel Siliceous.

3) Hydrogenous; Sedimen ini berasal dari komponen kimia yang larut dalam air laut dengan konsentrasi yang kelewat jenuh sehingga terjadi pengendapan (deposisi) di dasar laut.

4) Cosmogenous; Sedimen ini berasal dari luar angkasa di mana partikel dari benda-benda angkasa ditemukan di dasar laut dan mengandung banyak unsur besi sehingga mempunyai respon magnetik dan berukuran antara 10 – 640 mm.

b) Klasifikasi Berdasarkan Besar Butir.

Sedimen cenderung untuk didominasi oleh satu atau beberapa jenis partikel, akan tetapi mereka tetap terdiri dari ukuran yang berbeda-beda. Ukuran butir sedimen diwakili oleh diameternya yang biasa disimbolkan dengan d, dan

(22)

8

satuan yang lazim digunakan untuk ukuran butir sedimen adalah millimeter (mm) dan micrometer (µm).

Sedimen pantai diklasifikasikan berdasar ukuran butir menjadi lempung, lumpur, pasir, butiran, kerikil, kerakal, dan bongkahan. Menurut Wenthworth, yang banyak digunakan dalam bidang teknik pantai (CERC, 1984). Material sangat halus seperti lumpur dan lempung berdiameter dibawah 0,063 mm dapat dikategorikan sebagai sedimen kohesif.

Setiap aliran membawa sejumlah sedimen terapung (suspended sediment) serta menggerakkan bahan-bahan padat di sepanjang pantai sebagai muatan dasar (bed load). Karena berat jenis bahan-bahan tanah adalah kira-kira 2,65 g/cc, maka partikel-partikel sedimen terapung cenderung untuk mengendap ke dasar alur, tetapi arus ke atas pada aliran turbulen menghalangi pengendapan secara gravitasi tersebut.

Bila air yang mengandung sedimen mencapai suatu permukaan, maka kecepatan dan turbulensinya akan sangat jauh berkurang. Muatan sedimen terapung dalam air diukur dengan cara mengambil contoh air, menyaringnya untuk memisahkan sedimen, mengeringkannya, dan kemudian menimbang bahan-bahan yang disaring tersebut. Muatan sedimen dinyatakan dalam parts permillion (ppm).

Angkutan sedimen dapat bergerak, bergeser, disepanjang dasar laut atau bergerak melayang pada aliran, tergantung pada :

1) Komposisi (ukuran, berat jenis, dan lain-lain).

2) Kondisi aliran meliputi kecepatan aliran, kedalaman aliran dan sebagainya, menurut sumber asalnya angkutan sedimen dibedakan menjadi muatan material dasar (bed material load), dan muatan bilas (wash load).

(23)

9

Pada awal gerak sedimen, gaya yang ditimbulkan oleh aliran air, adalah seimbang dengan gaya hambatan dari sedimen dasar. Persamaan berat partikel adalah sebagai berikut :

( ) ...(1) Dimana :

W : berat partikel D : diameter butir ρs : rapat massa : rapat massa air g : percepatan grafitasi

Tabel 1. Klasifikasi ukuran butir sedimen berdasarkan skala Wentworth

Diameter Partikel

phi mm

Batu besar Sangat besar -11 2048

Besar -10 1024

Medium -9 512

Kecil -8 256

Batu bulat Besar -7 128

Kecil -6 64

Batu kerikil Sangat besar -5 32

Besar -4 16

Medium -3 8

Kecil -2 4

Granula Sangat halus -1 2

Pasir Sangat besar 0 1

Besar +1 1/2

Medium +2 1/4

Kecil +3 1/8

Lanau Sangat besar +4 1/16

Besar +5 1/32

Medium +6 1/64

Kecil +7 1/128

Skala Wentworth

(24)

10

Lempung Sangat besar +8 1/256

Besar +9 1/256

Medium +10 1/1024

Kecil +11 1/4096

Sumber : Dyer 1986, Davis 1993.

c) Klasifikasi Berdasarkan Lingkungan Pengendapan

1) Sedimen laut (marine), diendapkan di laut contohnya batu gamping, dolomite, napal, dan lain sebagainya.

2) Sedimen darat (teristris/kontinen), proses terjadinya di daratan misalnya endapan sungai (alluvium), endapan danau, talus, koluvium, endapan gurun (aeolis), dan sebagainya.

3) Sedimen transisi, lokasi pembentukannya terletak antara darat dan laut misalnya delta.

B. Perubahan Garis Pantai

Garis pantai merupakan garis batasan pertemuan antara daratan dan air laut dimana posisinya tidak tetap dan dapat berpindah sesuai dengan kondisi pasang air laut dan erosi pantai yang terjadi (Triatmodjo, 1999).

Pada umumnya perubahan garis pantai yang terjadi adalah perubahan maju (akresi) dan perubahan mundur (abrasi). Garis pantai dikatakan mengalami akresi bila ada petunjuk mengenai adanya pengendapan atau deposisi secara terus menerus, sedangkan garis pantai dikatakan abrasi jika terjadi penenggelaman daratan.

Perubahan garis pantai di lokasi penelitian diteliti dengan menggunakan data citra landsat tahun 2007,2009,2011,2013,2015.Model perubahan garis pantai dibuat berdasarkan pada persamaan Budget sedimenyaitu sepanjang

(25)

11

pantai dibagi menjadi sejumlah sel dengan panjang yang sama (∆x), seperti pada Gambar 1.Perubahan garis pantai akibat angkutan sedimen yang masuk dan keluar sel diperlihatkan pada Gambar 2.

Gambar 1. Pembagian garis pantai menjadi sederetan sel dengan lebar ∆x (Horikawa 1988)

Gambar 2.Angkutan sedimen yang masuk dan keluar sel (Horikawa 1988)

C. Aspek Oseanografi Sedimentasi Pantai

1. Gelombang Laut

Gelombang laut adalah gerakan melingkar molekul-molekul air yang tampak sebagai gerakan naik turun. Gelombang laut disebabkan oleh angin yang berhembus pada permukaan laut yang mendesak air laut.Ombak yang terjadi di

(26)

12

laut dalam pada umumnya tidak berpengaruh terhadap dasar laut dan sedimen yang terdapat di dalamnya. Sebaliknya ombak yang terdapat di dekat pantai, terutama di daerah pecahan ombak mempunyai energi besar dan sangat berperan dalam pembentukan morfologi pantai, seperti menyeret sedimen (umumnya pasir dan kerikil) yang ada di dasar laut untuk ditumpuk dalam bentuk gosong pasir. Di samping mengangkut sedimen dasar, ombak berperan sangat dominan dalam menghancurkan daratan (abrasi laut). Daya penghancur ombak terhadap daratan/batuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain keterjalan garis pantai, kekerasan batuan, rekahan pada batuan, kedalaman laut di depan pantai, bentuk pantai, terdapat atau tidaknya penghalang di muka pantai dan sebagainya.

Gelombang laut relatif tenang kurang dari 1 meter, namun terdapat juga arus-arus kuat. Tinggi gelombang pada kawasan ini mencapai 50 cm pada pagi hingga siang hari, hal ini diperkirakan ditimbulkan oleh angin yang berhembus.

Gambar3.Perubahan bentuk gelombang yang menjalar mendekati pantai.

(Bambang Triatmodjo 1999).

Teori Gelombang Airy (teori amplitude kecil) diturunkan berdasarkan persamaan Laplace untuk aliran tidak tak rotasi ( irrotational flow) dengan kondisi batas di dasar laut dan di permukaan air (Triatmodjo B,1996). Terdapat beberapa

(27)

13

anggapan yang digunakan untuk menurunkan persamaan gelombang adalah sebagai berikut:

1) Zat cair adalah homogen dan tidak termampatkan, sehingga rapat masa adalah konstan.

2) Tegangan permukaan diabaikan.

3) Gaya coriolis (akibat perputaran bumi diabaikan)

4) Tekanan pada permukaan air adalah seragam dan konstan.

5) Zat cair adalah ideal, sehingga berlaku aliran tak rotasi.

6) Amplitudo gelombang kecil terhadap panjang gelombang dan kedalaman air.

7) Gerak gelombang berbentuk silinder yang tegak lurus arah penjalaran gelombang sehingga gelombang adalah dua dimensi.

Gelombang pecah dipengaruhi oleh kemiringannya, yaitu perbandingan antara tinggi dan panjang gelombang. Dilaut dalam kemiringan gelombang maksimum dimana gelombang mulai tidak stabil diberikan oleh bentuk berikut :

...(2) Pada kemiringan tersebut kecepatan partikel dipuncak gelombang sama dengan kecepatan rambat gelombang. Kemiringan yang lebih tajam dari batas maksimum tersebut menyebabkan kecepatan partikel dipuncak gelombang lebih besar dari kecepatan rambat gelombang sehingga terjadi ketidak stabilan dan gelombang pecah.

Apabila gelombang bergerak menuju laut dangkal, kemiringan batas tersebut tergantung pada kedalaman relative d/L dan kemiringan dasar laut m.

Gelombang dari laut dalam yang bergerak menuju pantai akan bertambah kemiringannya sampai akhirnya tidak stabil dan pecah pada kedalaman tertentu, yang disebut dengan kedalaman gelombang pecah . Tinggi gelombang pecah

(28)

14

diberi dengan notasi . Munk (1949, dalam CERC, 1984) memberikan rumus untuk menentukan tinggi dan kedalaman gelombang pecah berikut ini :

( )...(3)

...(4) Parameter / disebut dengan indeks tinggi gelombang pecah.

Rumus 3dan4diatas tidak memberikan pengaruh kemiringan dasar laut terhadap gelombang pecah. Beberapa penelitian lain (Iversen, dalvin, Goda;

dalam CERC, 1984) membuktikan bahwa / dan db/Hb tergantung pada kemiringan pantai dan kemiringan gelombang datang. Gambar (5) menunjukkan hubungan antara / dan Ho/Lo’ untuk berbagai kemiringan dasar laut.

Sedang gambar (6) menunjukkan hubungan antara db/Hb dan Hb/g untuk berbagai kemiringan dasar. Disarankan untuk menggunakan gambar tersebut dari pada menggunakan rumus diatas untuk menghitung tinggi dan kedalaman gelombang pecah pada kedalaman tertentu. Grafik yang diberikan dalam gambar (6) dapat ditulis dalam bentuk rumus berikut :

=

( )...(5) Dimana a dan b merupakan fungsi kemiringan pantai m dan diberikan oleh peramaan berikut :

a = 43,75 (1- )...(6)

b = ( )...(7)

Tinggi gelombang laut dalam ekivalen dihitung dengan persamaan berikut : = Kr Ho...(8)

(29)

15

Kr = √ ...(9)

dengan :

: Sudut antara garis puncak gelombang dengan kontur dasar di mana gelombang melintas (4 ).

: Sudut yang sama yang di ukur saat garis puncak gelombang melintasi kontur dasar berikutnya (4 ).

Gambar 4. Refraksi gelombang pada kontur lurus dan sejajar (TriatmojoBambang1999).

Dimana :

a&b : Kemiringan pantai

Ho : Tinggi geolmbang laut dalam db : Kedalaman gelombang pecah e : Frekuensi gelombang

g : Percepatan gravitasi.

: Tinggi gelombang laut dalam ekivalen :Tinggi gelombang pecah (m)

Kr : Koefisien refraksi

Lo : Panjang gelombang laut dalam (m)

(30)

16

Gelombang pecah dapat dibedakan menjadi tiga tipe berikut ini : 1) Spilling

Spilling biasanya terjadi apabila gelombang dengan kemiringan kecil menuju ke pantai yang dasar (kemiringan kecil). Gelombang mulai pecah pada jarak yang cukup jauh dari pantai dan pecahannya terjadi berangsur-angsur.

2) Plunging

Apabila kemiringan gelombang dan dasar bertambah, gelombang akan pecah dan puncak gelombang akan memutar dengan massa air pada puncak gelombang akan terjun kedepan. Energy gelombang pecah dihancurkan dalam turbulensi, sebagian kecil dipantulkan pantai ke laut, dan tidak banyak gelombang baru terjadi pada air yang lebih dangkal.

3) Surging

Surging terjadi pada pantai dengan kemiringan yang sangat besar seperti yang terjadi pada pantai berkarang. Daerah gelombang pecah sangat sempit, dan sebagian besar energi dipantulkan kembali kelaut dalam.

Gambar 5. Penentuan tinggi gelombang pecah (SPM, 1984).

(31)

17

Gambar 6. Penentuan tinggi gelombang pecah (SPM, 1984).

Beberapa notasi yang digunakan di dalam perhitungan gelombang Airy menurut buku Pelabuhan “Bambang Triatmodjo” adalah :

D : Jarak antara muka air rerata dan dasar laut (kedalaman laut) η (x,t) :Fluktuasi muka air terhadap muka air diam

a :Amplitudo gelombang H : Tinggi gelombang = 2 a L :Panjang gelombang Lo :Panjang gelombang awal T : Periode gelombang

C :Kecepatan rambat gelombang = L/T Co :Kecepatan rambat gelombang awal K :angka gelombang = 2π / L

σ :frekuensi gelombang = 2π /T g :gravitasi = 9,81 m/d2

(32)

18

Hubungan cepat rambat gelombang dengan T dan d adalah

...(10) Dan hubungan panjang gelombang sebagai fungsi kedalaman adalah:

...(11)

Gambar 7. Sketsa definisi gelombang (Bambang Triatmodjo 1999).

Berdasarkan kedalaman relatif, yaitu perbandingan antara kedalaman air dan panjang gelombang L, (d/L), gelombang dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam (gambar 3) yaitu :

1) Gelombang di laut dalam jika d/L ≥ 1/ 2 2)Gelombang di laut transisi jika 1/20 < d/L < 1/2 3) Gelombang di laut dangkal jika d/L ≤ 1/20

Gambar 8.Gerak orbit artikel zat cair di laut dangkal, transisi, dan dalam (Bambang Triatmodjo 1999).

(33)

19

2. Angin

Angin adalah merupakan salah satu pembangkit utama dari gelombang, angin yang bertiup diatas perairan laut dalam membangkitkan gelombang dilaut dalam yang kemudian merambat ke arah pantai dan pecah seiring dengan perubahan kedalaman menuju daratan. Dengan demikian data angin merupakan salah satu parameter utama penentuan gelombang rencana.

Gelombang yang terjadi di laut disebabkan oleh hembusan angin (Nontji, 1999). Faktor yang mempengaruhi bentuk/besarnya gelombang yang disebabkan oleh angin adalah: kecepatan angin, lamanya angin bertiup, kedalaman laut, dan luasnya perairan, serta fetch (F) yaitu jarak antara terjadinya angin sampai lokasi gelombang tersebut.

Data angin yang dibutuhkan umumnya adalah kecepatan hembus angin dan arah angin. Kecepatan angin umumnya dicatat setiap jam berikut arahnya di stasiun mengukuran metereologi. Data angin yang digunakan dalam studi adalah data yang diperoleh dari BMKG paotere.

3. Arus

Arus adalah gerakan air yang mengakibatkan perpindahan horisontal massa air. Sistem-sistem arus laut utama dihasilkan oleh beberapa daerah angin utama yang berbeda satu sama lain, mengikuti garis lintang sekeliling dunia dan di masing-masing daerah ini anginsecara terus menerus bertiup dengan arah yang tidak berubah-ubah

Arus sepanjang pantai (longshore current) dapat juga ditimbulkan oleh gelombang yang pecah dengan membentuk sudut terhadap garis pantai. Arus ini terjadi di daerah antara gelombang pecah dan garis pantai. Parameter terpenting

(34)

20

di dalam menentukan kecepatan arus sepanjang pantai adalah tinggi dan sudut datang gelombang pecah.

Tujuan pengukuran arus adalah untuk mendapatkan besaran kecepatan dan arah arus yang akan digunakan dalam penentuan perilaku hidrodinamika pantai. Arus yang terjadi disekitar perairan pantai dipengaruhi oleh beberapa kejadian, hal utama yang mempengaruhi arus disekitar pantai adalah pasang surut.

Pengukuran arus dapat dilakukan dengan menggunakan current meter atau menggunakan pelampung.

D. Kemiringan dan arah garis pantai

Pantai bisa terbentuk dari material dasar yang berupa lumpur, pasir atau kerikil (gravel). Kemiringan dasar pantai tergantung pada bentuk dan ukuran material dasar. Pantai lumpur mempunyai kemiringan sangat kecil sampai mencapai 1:5000. Kemiringan pantai pasir lebih besar yang berkisar antara 1:20 dan 1:50. Kemiringan pantai berkerikil bisa mencapai 1:4. Pantai berlumpur banyak dijumpai di daerah pantai di mana banyak sungai yang mengangkut sedimen suspensi bermuara di daerah tersebut dan gelombang relatif kecil.

Pantai berlumpur juga terjadi di daerah pantai di mana terdapat banyak muara sungai yang membawa sedimen suspense dalam jumlah besar ke laut.

Selain itu, kondisi gelombang di pantai tersebut relative tenang sehingga tidak mampu membawa (dispersi) sedimen tersebut ke perairan dalam di laut lepas.

Sedimen suspense tersebut dapat menyebar pada suatu daerah perairan yang luas sehingga membentuk pantai yang luas, datar, dan dangkal. Kemiringan dasar laut/pantai sangat kecil.

(35)

21

E. Proses Angkutan Sedimen Pantai

Angkutan sedimen pantai adalah gerakan sedimen di daerah pantai yang disebabkan oleh gelombang dan arus yang dibangkitkannya. Angkutan sedimen dibedakan menjadi dua macam yaitu:

1) Angkutan menuju dan meninggalkan pantai (onshore-ofshore)yang mempunyai arah rata-rata tegak lurus garis pantai, Pettijohn (1975), Selley (1988) dan Richard (1992) menyatakan bahwa cara angkutan sedimen dalam aliran air dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :

a) Sedimen merayap (bed load) yaitu material yang terangkut secara menggeser atau menggelinding di dasar aliran.

b) Sedimen loncat (saltation load) yaitu material yang meloncat-loncat bertumpu pada dasar aliran.

c) Sedimen layang (suspended load) yaitu material yang terbawa arus dengan cara melayang-layang dalam air.`

2) Sedangkan angkutan sepanjang pantai (longshore angkutan) mempunyai arah rata-rata sejajar pantai. Di daerah lepas pantai biasanya hanya terjadi angkutan menuju dan meninggalkan pantai, sedangkan di daerah dekat pantai terjadi kedua jenis angkutan sedimen (Triatmodjo,1996).

Tabel 2.Rumus angkutan sedimen sepanjang pantai.

No Nama Rumus

1 Caldwell

2 Savage

3 Ijima, Sato, Aono,Ishii

(36)

22

4 Ichikawa, Achiai,Tomita

5 Ijima, Sato

6 Tanaka

7 DAS

8 CERC

Sumber : Teknik Pantai, Triatmodjo, 2008.

Angkutansedimen sepanjang pantaibanyakmenyebabkan permasalahanseperti pendangkalan di pelabuhan, erosi pantai, abrasi pantai dan sebagainya. Oleh karena itu prediksi angkutan sedimen sepanjang pantai adalah sangat penting.Rumus menghitung angkutansedimen sepanjang pantai adalah : a) Persamaan Tanaka

Qs = 0,120 P1...(12) b) Persamaan DAS

Qs = 0,325 P1...(13) c) Persamaan CERC

Qs = 0,401 P1...(14) d) Persamaan US Army

Qs =

( ) ( ) ...(15)

Dimana untuk mencari :

 Komponen fluks energi sepanjang pantai

... (16)

 Tinggi gelombang pecah

( ) ... (17)

 Cepat rambat gelombang

√ ... (18)

(37)

23

 Kedalaman gelombang pecah

db = 1,28 (Hb)... (19)

 Tinggi gelombang laut dalam ekivalen

H’o = KrHo... (20)

 Koefisien refraksi

... (21)

Keterangan :

Qs : angkutan sedimen sepanjang pantai (m3/thn/m2)

P1 : komponen fluks energi gelombang sepanjang pantai (Nm/s/m) ρ : rapat massa airlaut (kg/m3)

ρs : rapat massa pasir (kg/m3) Hb : Tinggi gelombang pecah (m)

Cb : cepat rambat gelombang pecah (m/s) db : kedalaman gelombang pecah (m) H’o : Tinggi gelombang laut dalam (m) Lo : Panjang gelombang di laut dalam (m) T : Periode Gelombang (det)

Kr : Koefisien refraksi a & b : Kemiringan pantai

αb :sudut datang gelombang pecah () K : konstanta (K = 0,39)

N : porositas (n = 0,4)

g : percepatan grafitasi (m/s2)

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 di sekitar pantai Tanjung Bunga yang secara administratif merupakan bagian dari kecamatan Tamalate kota Makassar.

Sebagai data pendukung untuk menganalisis, maka dilakukan identifikasi dan survey lokasi yang termasuk di dalam satuan wilayah pantai yang ditinjau.

Adapun penjelasan tentang pembagian wilayah pesisir pantai.

Gambar 9. Lokasi penelitian di pantai Tanjung Bunga Makassar Lokasi

Penelititan

24

(39)

25

Gambar 10. Pembagian wilayah penelitian di pantai Tanjung Bunga

B. Jenis Penelitian dan Sumber Data

1) Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian observasi lapangan dan pengujian laboratorium.

2) Sumber Data

Pada penelitian ini akan menggunakan dua sumber data yaitu sebagai berikut :

a) Data primer, data yang diperoleh dari lapangan berupa sampel sedimen kemudian diuji dilaboratorium yang meliputi berat jenis, analisa ukuran dan berat butir sedimen.

b) Data sekunder, yaitu data angin,data gelombang, dan data arusdari instansi terkait.

(40)

26

C. Pengumpulan Data dan Sampel Sedimen

Metode penelitian digunakan adalah analisis dengan observasi dan survey lapangan untuk pengumpulan data dan sampel sedimen. Tahapan penelitian dibagi atas 2 (dua) yaitu:

1) Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari :

a) Data primer adalah data hasil analisis sampel sedimen dan data lokasi penelitian.

b) Data sekunder yaitu data angin, data gelombang,dan data arus.

2) Pengambilan Sampel Sedimen

Pengambilan sampel sedimen dimaksudkan untuk pengukuran uji konsentrasi sedimen(sedimen layang dan sedimen dasar)yang terbawa oleh aliran kualitas sedimen yang akan dilakukan di laboratorium. Untuk menghitung sedimentasi, maka diambil sampel sedimen dari titik pengukuran dan diuji di laboratorium.

D. Analisis Sedimen

Analisis sedimen diperlukan untuk mengetahui besarnya angka produksi sedimen,dapat dihitung dari hubungan antara pencatatan muatan dan pencatatan konsentrasi sedimen yang ada di daerah penelitian dengan menggunakan metode sebagai berikut :

1) Persamaan Tanaka Qs = 0,120 P1 2) Persamaan DAS Qs = 0,325 P1 3) Persamaan CERC Qs = 0,401 P1

4) Persamaan US Army Qs = ( ) ( )

(41)

27

Dimana :

a) Komponen fluks energi sepanjang pantai

b) Cepat rambat gelombang √

(42)

28

E. Bagan Alir Penelitian

Gambar 11. Bagan alir penelitian

Menentukan Lokasi Pengambilan Sampel Sedimen

Selesai 1. Total Sedimen 2. Produksi Sedimen

Mulai

Tidak

Ya

Pengambilan Sampel Sedimen

Data Primer :

1. Sampel sedimen 2. Luas Lokasi

Analisis :

1. 1. Total Sedimen

2. 2. Produksi Hasil Sedimen di Tiap Wilayah Data Sekunder :

1. Angin 2. Gelombang 3. Arus

Validasi / Pengolahan data

Data valid ? Studi Literatur

(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Sedimen

Dari hasil pengujian analisa saringan di Laboratorium Fakultas Teknik Sipil Universitas Hasanuddin. Diperoleh hasil analisis sedimen dari 4 sampel sedimen Pantai Tanjung Bunga sebagai berikut :

Tabel 3. Sampel 1 sedimen dasar.

Saringan No.

Diameter (mm)

Berat Partikel Tertahan

(gram)

Berat Partikel Kumulatif (gram)

Persen (%)

Tertahan Lolos

4 4,750 0,00 0,00 0,00 100,00

10 2,000 0,00 0,00 0,00 100,00

20 0,850 0,74 0,74 0,74 99,26

40 0,425 6,75 7,49 7,49 92,51

60 0,250 32,61 40,10 40,10 59,90

100 0,150 47,70 87,80 87,80 12,20

200 0,075 11,31 99,11 99,11 0,89

PAN 0,000 0,89 100,00 100,00 0,00

Sumber : Hasil analisis, 2014.

29

(44)

No.4 No.10 No.20 No.40

No.60

No.100 No.200 0.00

10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 110.00

0.010 0.100

1.000 10.000

Persen Lolos (%)

Diameter Saringan (mm)

SD1 30

Gambar 12. Grafik hubungan antara diameter butiran (mm) dan presentasi lolos ayakan.

Tabel 4. Sampel 2 Sedimen dasar.

Saringan No.

Diameter (mm)

Berat Partikel Tertahan

(gram)

Berat Partikel Kumulatif

(gram)

Persen (%)

Tertahan Lolos

4 4,750 0,11 0,11 0,11 99,89

10 2,000 0,04 0,15 0,15 99,85

20 0,850 0,46 0,61 0,61 99,39

40 0,425 1,63 2,24 2,24 97,76

60 0,250 10,10 12,34 12,34 87,66

100 0,150 31,46 43,80 43,80 56,20

200 0,075 52,56 96,36 96,36 3,64

PAN 0,000 3,64 100,00 100,00 0,00

Sumber : Hasil analisis, 2014.

(45)

No.4 No.10 No.20 No.40 No.60

No.100

No.200 0.00

10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 110.00

0.010 0.100

1.000 10.000

Persen Lolos (%)

Diameter Saringan (mm)

SD2 31

Gambar 13.Grafik hubungan antara diameter butiran (mm) dan presentasi lolos ayakan.

Tabel 5. Sampel 3 Sedimen dasar.

Saringan No.

Diameter (mm)

Berat Partikel Tertahan

(gram)

Berat Partikel Kumulatif

(gram)

Persen (%)

Tertahan Lolos

4 4,750 0,00 0,00 0,00 100,00

10 2,000 0,13 0,13 0,13 99,87

20 0,850 0,19 0,32 0,32 99,68

40 0,425 1,33 1,65 1,65 98,35

60 0,250 29,63 31,28 31,28 68,72

100 0,150 60,15 91,43 91,43 8,57

200 0,075 8,00 99,43 99,43 0,57

PAN 0,000 0,57 100,00 100,00 0,00

Sumber : Hasil analisis, 2014.

(46)

No.4 No.10 No.20 No.40

No.60

No.100 No.200 0.00

10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 110.00

0.010 0.100

1.000 10.000

Persen Lolos (%)

Diameter Saringan (mm)

SD3 32

Gambar 14. Grafik hubungan antara diameter butiran (mm) dan presentasi lolos ayakan.

Tabel 6. Sampel 4 Sedimen dasar.

Saringan No.

Diameter (mm)

Berat Partikel Tertahan

(gram)

Berat Partikel Kumulatif

(gram)

Persen (%)

Tertahan Lolos

4 4,750 4,88 4,88 4,88 95,12

10 2,000 4,06 8,94 8,94 91,06

20 0,850 2,91 11,85 11,85 88,15

40 0,425 2,35 14,20 14,20 85,80

60 0,250 9,55 23,75 23,75 76,25

100 0,150 42,42 66,17 66,17 33,83

200 0,075 29,90 96,07 96,07 3,93

PAN 0,000 3,93 100,00 100,00 0,00

Sumber : Hasil analisis, 2014.

(47)

No.4

No.10 No.20 No.40 No.60

No.100

No.200 0.00

10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 110.00

0.010 0.100

1.000 10.000

Persen Lolos (%)

Diameter Saringan (mm)

SD4 33

Gambar 15. Grafik hubungan antara diameter butiran (mm) dan presentasi lolos ayakan.

Tabel 7. Sampel 1 sedimen layang.

Saringan No.

Diameter (mm)

Berat Partikel Tertahan

(gram)

Berat Partikel Kumulatif

(gram)

Persen (%)

Tertahan Lolos

4 4,750 0,00 0,00 0,00 100,00

10 2,000 0,00 0,00 0,00 100,00

20 0,850 0,65 0,65 0,65 99,35

40 0,425 3,42 4,07 4,07 95,93

60 0,250 29,34 33,41 33,41 66,59

100 0,150 53,01 86,42 86,42 13,58

200 0,075 12,81 99,23 99,23 0,77

PAN 0,000 0,77 100,00 100,00 0,00

Sumber : Hasil analisis, 2014.

(48)

No.4 No.10 No.20 No.40

No.60

No.100 No.200 0.00

10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 110.00

0.010 0.100

1.000 10.000

Persen Lolos (%)

Diameter Saringan (mm)

SL1 34

Gambar 16. Grafik hubungan antara diameter butiran (mm) dan presentasi lolos ayakan.

Tabel 8. Sampel 2 sedimen layang.

Saringan No.

Diameter (mm)

Berat Partikel Tertahan

(gram)

Berat Partikel Kumulatif

(gram)

Persen (%)

Tertahan Lolos

4 4,750 0,00 0,00 0,00 100,00

10 2,000 0,24 0,24 0,24 99,76

20 0,850 0,49 0,73 0,73 99,27

40 0,425 0,77 1,50 1,50 98,50

60 0,250 9,46 10,96 10,96 89,04

100 0,150 34,17 45,13 45,13 54,87

200 0,075 50,96 96,09 96,09 3,91

PAN 0,000 3,91 100,00 100,00 0,00

Sumber : Hasil analisis, 2014

(49)

No.4 No.10 No.20 No.40 No.60

No.100

No.200 0.00

10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 110.00

0.010 0.100

1.000 10.000

Persen Lolos (%)

Diameter Saringan (mm)

SL2 35

Gambar17. Grafik hubungan antara diameter butiran (mm) dan presentasi lolos ayakan.

Tabel 9. Sampel 3 sedimen layang.

Saringan No.

Diameter (mm)

Berat Partikel Tertahan

(gram)

Berat Partikel Kumulatif

(gram)

Persen (%)

Tertahan Lolos

4 4,750 0,00 0,00 0,00 100,00

10 2,000 0,13 0,13 0,13 99,87

20 0,850 0,11 0,24 0,24 99,76

40 0,425 0,59 0,83 0,83 99,17

60 0,250 20,19 21,02 21,02 78,98

100 0,150 49,49 70,51 70,51 29,49

200 0,075 29,02 99,53 99,53 0,47

PAN 0,000 0,47 100,00 100,00 0,00

Sumber : Hasil analisis, 2014.

(50)

No.4 No.10 No.20 No.40

No.60

No.100

No.200 0.00

10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 110.00

0.010 0.100

1.000 10.000

Persen Lolos (%)

Diameter Saringan (mm)

SL3 36

Gambar 18. Grafik hubungan antara diameter butiran (mm) dan presentasi lolos ayakan.

Tabel 10. Sampel 4 sedimen layang.

Saringan No.

Diameter (mm)

Berat Partikel Tertahan

(gram)

Berat Partikel Kumulatif

(gram)

Persen (%)

Tertahan Lolos

4 4,750 0,00 0,00 0,00 100,00

10 2,000 3,53 3,53 3,53 96,47

20 0,850 2,07 5,60 5,60 94,40

40 0,425 0,97 6,57 6,57 93,43

60 0,250 12,79 19,36 19,36 80,64

100 0,150 50,52 69,88 69,88 30,12

200 0,075 26,58 96,46 96,46 3,54

PAN 0,000 3,54 100,00 100,00 0,00

Sumber : Hasil analisis, 2014.

(51)

No.4 No.10 No.20 No.40 No.60

No.100

No.200 0.00

10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 110.00

0.010 0.100

1.000 10.000

Persen Lolos (%)

Diameter Saringan (mm)

SL4 37

Gambar 19. Grafik hubungan antara diameter butiran (mm) dan presentasi lolos ayakan.

Tabel 11. Komposisi pasir sampel sedimen di lokasi penelitian pantai Tanjung Bunga.

SAMPEL PASIR (%) LANAU (%) LEMPUNG (%)

KOMPOSISI PASIR

SD 1 100,000 0,593 0 99,406

SL 1 100,000 0,513 0 99,486

SD 2 99,850 2,426 0 97,569

SL 2 99,760 2,606 0 97,387

SD 3 99,870 0,38 0 99,619

SL 3 99,870 0,313 0 99,686

SD 4 91,060 2,620 0 97,122

SL 4 96,470 2,360 0 97,553

Sumber : Hasil analisis, 2014.

Keterangan

Pasir : butiran dengan diameter 2,0 mm sampai dengan 0,05 mm Lanau : butiran dengan diameter 0,05 mm sampai dengan 0,002 mm Lempung : butiran dengan diameter lebih kecil dari 0,002 mm

SD : Sedimen Dasar SL : Sedimen Layang

(52)

38

Tabel 12. Berat isi sampel sedimen di lokasi penelitian pantai Tanjung Bunga.

Sampel SD1 SL1 SD2 SL2 SD3 SL3 SD4 SL4

Berat tanah basah Wwet 219,28 265,77 140,22 135,91 294,45 135,61 268,48 139,36

Berat tanah kering (gr) Wdry 158,76 202,52 103 100,52 213,12 100,36 195,63 105,26

Volume tanah V cm3 1500 1500 1500 1500 1500 1500 1500 1500

Berat air (gr) Ww Wwet - Wdry 60,52 63,25 37,22 35,39 81,33 35,25 72,85 34,1

Rapat massa partikel basah

(g/cm3) γwet =Wwet/V 0,14619 0,17718 0,09348 0,09061 0,1963 0,09041 0,17899 0,09291

Kadar air (%) w = (Ww/Wdry )*100 % 38,1204 31,2315 36,1359 35,2069 38,1616 35,1236 37,2387 32,396

Rapat massa partikel kering

(g/cm3) γdry Wdry/V 0,10584 0,13501 0,06867 0,06701 0,14208 0,06691 0,13042 0,07017 Sumber : Hasil analisis, 2014.

(53)

39

B. Dinamika Peta Garis Pantai Tanjung Bunga

Berdasarkan data citra landsat tahun 2007, 2009, 2011, 2013, 2015. Garis pantai pada bulan april 2007 digunakan sebagai garis pantai awal untuk melihat besarnya perubahan garis pantai yang terjadi selama bulan april tahun 2007 sampai dengan bulan januari tahun 2015. Hasil digitasi garis pantai diperlihatkan pada gambar 24 yang merupakan hasil tumpang tindih (overlay) citra landsat tahun 2007, 2009, 2011, 2013, 2015.

Gambar 20. Garis pantai hasil citra landsat bulan April tahun 2007.

Gambar 21. Perubahan garis pantai hasil citra landsat dari bulan april 2007 sampai bulan april 2009.

(54)

40

Gambar 22. Perubahan garis pantai hasil citra landsat dari bulan april 2007 sampai bulan Desember 2011.

Gambar 23. Perubahan garis pantai hasil citra landsat dari bulan april 2007 sampai bulan agustus 2013.

(55)

41

Gambar 24. Perubahan garis pantai hasil citra landsat dari bulan april 2007 sampai bulan januari 2015.

Gambar 25. Perubahan garis pantai hasil citra landsat bulan april 2007 sampai januari 2015, Wilayah I, II, III, IV.

(56)

42

Keterangan Garis

Garis Pantai Tahun 2015 2013 2011 2009 2007

Gambar 26. Detail perubahan garis pantai Tanjung Bunga pada wilayah 1 dan 2 Jarak PerubahanGaris Pantai agustus 2013 – januari 2015

Jarak Perubahan Garis Pantai agustus 2013 – januari 2015

(57)

43

Keterangan Garis

Garis Pantai Tahun 2015 2013 2011 2009 2007

Gambar27. Detail perubahan garis pantai Tanjung Bunga pada wilayah 3 dan 4 Jarak Perubahan Garis Pantai

agustus 2013 – januari 2015

Jarak Perubahan Garis Pantai agustus 2013 – januari 2015

(58)

2007 2009 2011 2013 2015

Wil. I Wil. II Wil. III Wil. IV

meter Tahun

Keterangan

-30 -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25

44

Tabel 13. Jarak perubahan garis pantai hasil citra landsat bulan april 2007 sampai januari 2015.

Wilayah

Tahun 2007 (meter)

Tahun 2009 (meter)

Tahun 2011 (meter)

Tahun 2013 (meter)

Tahun 2015 (meter)

I 0 -20,07 16,73 19,66 -11,36

II 0 -15,61 7,97 17,87 8,38

III 0 -24,55 -4,83 0,56 10,85

IV 0 -2,97 10,67 -12,9 9,2

Sumber : Analisis, 2014.

Gambar 28. Grafik perubahan garis pantai Tanjung Bunga.

Pada tabel 13, secara umum sepanjang garis pantai di lokasi penelitian pada wilayah 1 sampai IV terlihat bahwa selama bulan april 2007 sampai april 2009 telah terjadi abrasi. Proses abrasi terjadi pada wilayah I, II, III dan IV, Hal ini disebabkan karena orientasi pantai cenderung menghadap barat laut sehingga pada saat gelombang datang dari arah barat daya dan barat sudut gelombang

(59)

45

pecah sangat besar. Dengan demikian angkutan sedimen di wilayah tersebut sangat besar sehingga mengalami abrasi.

Namun selama bulan november 2011 sampai januari 2015 telah terjadi sedimentasi pada wilayah I, II, III, dan IV, hal ini disebabkan oleh adanya proses reklamasi di sekitar pantai Tanjung Bunga.

Berdasarkan data citra landsat bulan april 2007, april 2009, november 2011, agustus 2013, dan bulan januari 2015. Garis pantai pada bulan april 2007 digunakan sebagai garis pantai awal untuk melihat besarnya perubahan garis pantai yang terjadi selama bulan april 2007 sampai dengan bulan januari 2015.

Hasil digitasi garis pantai diperlihatkan pada gambar 24yang merupakan hasil tumpang tindih (overlay) citra landsat dari bulan april 2007, sampai dengan bulan januari 2015.

C. Kondisi Oseanografi Pantai Tanjung Bunga

1. Angin

Berdasarkan data angin yang diperoleh dariBadan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Metereologi Maritim Paotere Makassar, bahwa arah dan kecepatan angin dilokasi penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 14. Arah dan kecepatan angin

No Data

Waktu (jam)

Arah Angin

Kec. Angin (m/det)

1 10 – 9- 2014 0 Tenggara 4.76

2 10 – 9 - 2014 1 Tenggara 4.84

(60)

11

46

3 10 – 9 - 2014 2 Tenggara 4.92

4 10 – 9 - 2014 3 Tenggara 5.01

5 10 – 9 - 2014 4 Tenggara 5.10

6 10 – 9 - 2014 5 Tenggara 5.20

7 10 – 9 - 2014 6 Tenggara 5.29

8 10 – 9 - 2014 7 Tenggara 5.39

9 10 – 9 - 2014 8 Tenggara 5.49

10 10 – 9 - 2014 9 Tenggara 5.59

11 10 – 9 - 2014 10 Tenggara 5.70

12 10 – 9 - 2014 11 Tenggara 5.81

13 10 – 9 - 2014 12 Tenggara 5.92

14 10 – 9 - 2014 13 Tenggara 5.63

15 10 – 9 - 2014 14 Tenggara 5.33

16 10 – 9 - 2014 15 Tenggara 5.04

17 10 – 9 - 2014 15 Tenggara 4.75

18 10 – 9 - 2014 17 Tenggara 4.46

19 10 – 9 - 2014 18 Tenggara 4.17

20 10 – 9 - 2014 19 Tenggara 3.88

21 10 – 9 - 2014 20 Tenggara 3.60

22 10 – 9 - 2014 21 Tenggara 3.31

23 10 – 9 - 2014 22 Tenggara 3.02

24 10 – 9 - 2014 23 Tenggara 2.73

Sumber : BMKG paotere Makassar, 2014.

(61)

47

Gambar29.Gambar mawar angin di lokasi penelitian.

Tabel 15. Distribusi frekuensi Kecepatan Angin.

No. Wind Class Jam Persentase

Kec. (m/det) ( % )

1 0-2,5 0,0 0,00

2 2,5-3,5 3,0 12,50

3 3,5-4,5 4,0 16,67

4 4,5-5,5 12,0 50,00

5 5,5-6,5 5,0 20,83

Total 24,0 100,00

Sumber : Hasil analisis, 2014.

Gambar 30.Grafik distribusi frekuensi kecepatan angin.

(62)

48

Dari data tabel dan gambardiperoleh bahwa kejadian angin dari barat laut menuju tenggara adalah 20,83% untuk kecepatan 5,5 – 6,5 m/det, 50,00%

untuk kecepatan 4,5 – 5,5 m/det, 16,67% untuk kecepatan 3,5 – 4,5 m/det, dan 12,50% untuk kecepatan 2,5 – 3,5m/det.

2. Gelombang

Berdasarkan data gelombang yang diperoleh dariBadan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Maritim Paotere Makassar, bahwa tinggi gelombang, panjang gelombang, dan periode gelombangdilokasi penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 16. Tinggi gelombang, panjang gelombang dan periode gelombang.

No Data jam Arah Gelombang

Tinggi Gelomba

ng (m)

Panjang Gelomba

ng (m)

Periode Gelomba

ng (det) 1 10-9-2014 0 Selatan Tenggara 0.14 0.86 0.74 2 10-9-2014 1 Selatan Tenggara 0.16 0.85 0.74 3 10-9-2014 2 Selatan Tenggara 0.19 0.85 0.74 4 10-9-2014 3 Selatan Tenggara 0.20 0.84 0.74 5 10-9-2014 4 Selatan Tenggara 0.22 0.84 0.73 6 10-9-2014 5 Selatan Tenggara 0.23 0.84 0.73 7 10-9-2014 6 Selatan Tenggara 0.25 0.83 0.73

8 10-9-2014 7 Tenggara 0.26 0.84 0.74

9 10-9-2014 8 Tenggara 0.28 0.85 0.74

10 10-9-2014 9 Tenggara 0.29 0.86 0.74

(63)

11 49

11 10-9-2014 10 Tenggara 0.31 0.87 0.75

12 10-9-2014 11 Selatan Tenggara 0.32 0.88 0.75 13 10-9-2014 12 Selatan Tenggara 0.30 0.89 0.76

14 10-9-2014 13 Tenggara 0.28 0.88 0.75

15 10-9-2014 14 Tenggara 0.25 0.87 0.75

16 10-9-2014 15 Tenggara 0.23 0.85 0.74

17 10-9-2014 16 Tenggara 0.20 0.87 0.73

18 10-9-2014 17 Tenggara 0.18 0.85 0.73

19 10-9-2014 18 Tenggara 0.16 0.84 0.72

20 10-9-2014 19 Tenggara 0.15 0.83 0.72

21 10-9-2014 20 Tenggara 0.13 0.81 0.74

22 10-9-2014 21 Selatan Tenggara 0.14 0.83 0.75 23 10-9-2014 22 Selatan Tenggara 0.12 0.84 0.75 24 10-9-2014 23 Selatan Tenggara 0.11 0.89 0.75 Sumber : BMKG paoetere Makassar, 2014.

Berdasarkan tabel16 diperoleh tinggi gelombang antara 0,11 m sampai 0,32 m dari arah selatan menenggara, dari arah tenggara antara 0,16 m sampai 0,31 m,panjang gelombang antara 0,83 m sampai dengan 0,89 m dari arah selatan menenggara, dari arah tenggara bernilai antara 0,81 m sampai dengan 0,89 m, dan periode gelombang antara 0,73 detik sampai dengan 0,76 detik, dari arah selatan menenggara, dari arah tenggara bernilai antara 0,72 detik sampai dengan 0,75 detik.

(64)

50

3. Arus

Berdasarkan data arus yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Maritim Paotere Makassar, bahwa arah dan kecepatan arus dilokasi penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 17. Arah dan kecepatan arus

No Data

Waktu (jam)

Arah Arus

Kec. Arus (m/det)

1 10 – 9- 2014 0 Utara 0.063

2 10 – 9 - 2014 1 Utara 0.063

3 10 – 9 - 2014 2 Utara 0.063

4 10 – 9 - 2014 3 Utara Timur Laut 0.063

5 10 – 9 - 2014 4 Utara Timur Laut 0.064

6 10 – 9 - 2014 5 Utara Timur Laut 0.065

7 10 – 9 - 2014 6 Utara Timur Laut 0.066

8 10 – 9 - 2014 7 Utara Timur Laut 0.067

9 10 – 9 - 2014 8 Utara Timur Laut 0.068

10 10 – 9 - 2014 9 Timur Laut 0.069

11 10 – 9 - 2014 10 Timur Laut 0.071

12 10 – 9 - 2014 11 Timur Laut 0.073

13 10 – 9 - 2014 12 Timur Laut 0.075

14 10 – 9 - 2014 13 Timur Laut 0.072

15 10 – 9 - 2014 14 Timur Laut 0.070

16 10 – 9 - 2014 15 Utara Timur Laut 0.069

17 10 – 9 - 2014 15 Utara Timur Laut 0.068

(65)

51

18 10 – 9 - 2014 17 Utara Timur Laut 0.068

19 10 – 9 - 2014 18 Utara Timur Laut 0.068

20 10 – 9 - 2014 19 Utara Timur Laut 0.068

21 10 – 9 - 2014 20 Utara 0.068

22 10 – 9 - 2014 21 Utara 0.069

23 10 – 9 - 2014 22 Utara 0.064

24 10 – 9 - 2014 23 Utara 0.070

Sumber : BMKG paotere Makassar, 2014

Berdasarkan tabel17, diperoleh kecepatan arus antara 0.063 m/s sampai 0.070 m/s dari arah utara, dari arah utara timur laut bernilai antara 0.063 m/s sampai 0.068 m/s. Dan dari arah timur laut bernilai antara 0.069 m/s sampai 0.075 m/s. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa kecepatan arus di lokasi penelitian relatif kecil.

D. Prediksi Laju Angkutan Sedimen

1. Metode CERC,Tanaka, Das, dan US Army 2002

Laju angkutan sedimen sepanjang pantai disekitar reklamasi pantai Tanjung Bunga dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

1) Metode CERC ,

2) Metode Tanaka = 0,120

3) Metode Das = 0,325 dan

4) Metode (US,Army,2002) (

) ( )

Referensi

Dokumen terkait

Selain permasalahan menurunnya kesehatan fisik sebagai stressor pertama, penderita HIV positif dihadapkan pada permasalahan terjadinya gangguan kesehatan mental dan penurunan

Pada aspek sintesis siswa kesulitan dalam mengkombinasikan transaksi, yaitu kesulitan dalam membedakan akun yang masuk ke kolom kertas kerja, hal ini

Pada penelitian ini dibangun sebuah sistem pakar untuk menentukan jalur terpendek objek wisata pada Kota Kupang dengan menggunakan metode forward chaining.. Dengan

Dengan melakukan kerja di Hi Animation, penulis bisa mengetahui banyak hal tentang dunia animasi salah satunya Animate, selain itu juga untuk mengetahui bagaimana etika bekerja,

The thesis embodies the findings and results of investigation regarding comparative study of two great institutions and their contribution in the commentaries of the Qur'an,

Pada setiap penutupan lahan juga dilakukan pengukuran kondisi fisik lingkungan lain yang terdiri atas laju infiltrasi, suhu dan kelembapan udara, suhu dan kelembapan tanah,

Sandhy Putra Makmur dalam penggunaan tenaga kerja adalah perjanjian pemborongan pekerjaan seperti yang diatur pada Pasal 1601 b KUHPerdatta yang mengatur tentang

Prinsip pertama : setiap orang mempunyai hak yang sama atas kebebasan – kebebasan dasar yang paling luas yang dapat dicocokkan dengan kebebasan – kebebasan