• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI ALBERT IMANUEL SUE SURAMANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI ALBERT IMANUEL SUE SURAMANA"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS CITRA BNO IVP (BUICKHNIER OVERZICHT INTRA VENOUS PYELOGRAPHY) DENGAN COMPUTER RADIOGRAFI DI

RUMAH SAKIT UMUM H. ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI

ALBERT IMANUEL SUE SURAMANA 160821050

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

(2)
(3)

ANALISIS CITRA BNO IVP (BUICKHNIER OVERZICHT INTRA VENOUS PYELOGRAPHY) DENGAN COMPUTER RADIOGRAFI DI

RUMAH SAKIT UMUM H. ADAM MALIK MEDAN

ABSTRAK

Telah dilakukan pemeriksaan BNO IVP dengan cara pemasukan zat kontra media positif ke pembuluh vena , untuk mengetahui indikasi penyakit maka di gunakan zat kontras media, dalam pemotretan ini dapat terlihat bahwa penyakit yang terdapat di pemeriksaan BNO IVP tersebut adalah hydronefrosis. Maka dilakukan pemeriksan BNO IVP dengan contras media. sebanyak pemotretan sebanyak 5 kali pemotretan, yaitu: bno polos (poto polos abdomen) kemudia 5 menit, 15 menit, 60 menit, dan 120 menit. Pada menit ke 120 maka terlihat blass sudah kosong.

Kata kunci : hydronefrosis (cairan atau udara pada ginjal)

(4)

ANALYZE IMAGE WITH BNO IVP (BUICKNIER OVERZICHT INTRAVENOUS PYELOGRAPHY) USE COMPUTER RADIOGRAFI IN

RSUP H ADAM MALIK MEDAN

ABSTRACK

Have done BNO IVP examination with positife media contras susbstance to vein to know, indication of disease hance in use media contras agent, in this photo schoot can be seen that disease which is in examination of BNO IVP is hydronefrosis. Hence doing BNO IVP examination, with shooting 5 times , BNO , 5 minutes post injection , 15 minutes post injection, 60 minute post injection and 120 minutes post injection

Keywords (hydronefrosis)

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang maha esa dan maha penyayang, dengan limpah karunianya penulis dapat penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul ANALISIS CITRA BNO IVP (BUICKHNIER OVERZICHT INTRAVENOUS PYELOGRAFI) DENGAN MENGGUNAKAN COMPUTER RADIOGRAFI DI RSUP. ADAM MALIK MEDAN.

Terima kasih penulis sampikan kepada bapak Prof. Dr. Timbangen

Sembiring, M,Sc. Selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya selama

penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga kepada bapak Dr. Perdinan Sinuhaji,

Ms selaku ketua departemen Fisika, dan seluruh staf dan dosen program studi

fisika medis, pegawai dan rekan rekan kuliah. Ibu dan ayah tercinta yang

senantiasa menghadirikan penulis disetiap doa, dukungan, semangat, materi,

pengorbanan yang besar dan kasih saying kepada penulis selama ini. Abang

penulis beserta seluruh keluarga terimakasih telah menjadi penyemangat bagi

penulis. Kepada Donaritha Febina Ginting, S.Tr,Ak., yang memberikan

bantuan, dukungan dan semangat kepada penulis. Dan juga permata carmenia

runggun GBKP KSD Tuntungan , yang telah memberi dukungan dan dorongan

agar skripsi saya selesai.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PENGESAHAN SKRIPSI i

ABSTRAK ii

ABSTRACK iii

PENGHARGAAN iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR GAMBAR vi

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 2

1.3. Batasan Masalah 2

1.4. Tujuan Penelitian 2

1.5. Pembatasan Masalah 2

1.6 Mamfaat Penelitian 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1. Pengertian Pemeriksaan 3

2.2. Anatomi Fisiologi 3

2.3. Ginjal (kidney) 3

2.4. Fungsi Ginjal 4

2.5. Patologi 4

2.6. Tehnik Radiografi 4

2.7. Tehnik Pesawat Rontgen 5

2.8. Fisika Radiodiagnostik Dan Proteksi Radiasi 7

(7)

2.9. Computer Radiografi (CR) 13

2.10. Perlengkapan Operasional 14

2.11. Sistem Procesing X-ray Pada Computer Radiografi 15

2.12. Alur penelitian BNO IVP 17

BAB III METODE PENELITIAN 18

3.1. Jenis Penelitian 18

3.2. Subjek Penelitian 18

3.3. Pelaksanaan Pemeriksaan 18

3.4. Perlengkapan Pemeriksaan 18

3.5. Persiapan Pasien 18

3.6. Pengaturan Posisi 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 26

4.1. Hasil 26

4.1.1. Tabel hasil pemeriksaan 27

4.2 . Pembahasan 28

4.2.2 Tabel pemeriksaan BNO IVP 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 30

5.1. Kesimpulan 30

5.2. Saran 30

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1 Gambar tabung ronsen 5

3.1 Pesawat Rontgen RSUP Adam Malik Medan 18

3.2 Gambar Radiografi BNO 19

3.3 Gambar BNO IVP 5 Menit 20

3.4 Gambar BNO IVP 15 Menit 21

3.5 Gambar BNO IVP 60 Menit 22

3.6 Gambar BNO IVP 120 Menit 23

3.7 Alur Penelitian BNO IVP 25

4.1 Gambran Penyakit pada ginjal 26

(9)

BAB I

1.1 Latar belakang

BNO-IVP adalah pemeriksaan traktus urinaria dengan cara memasukkan kontras media positif kedalam traktus urinaria melalui pembuluh darah vena. Dimana untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan dibutuhkan zat kontras media positif sebagai penegak diagnosa.

Yang kita ketahui zat kontras media positif memiliki densitas yang tinggi sehingga saat pengambilan gambar akan terlihat jelas pada ginjal apakah ada kelainan pada ginjal apa tidak.Berdasarkan hal tersebut maka penulis ingin mengkajilebih lanjut tentang teknik pemeriksaan BNO-IVP dengan COMPUTER RADIOGRAFI dengan judul ANALISIS CITRA BNO-IVPDENGAN COMPUTER RADIOGRAFI Mengigat proses pengambilan foto atau pemeriksaan BNO IVP, cukup banyak maka proteksi pada pasien juga harus di perhatikan. Karena mengingat pemotretan BNO IVP dilakukan sebanyak 5 sampai 6 kali.

Dan persiapan pasien juga harus di lakukan pada pemeriksaan BNO IVP tersebut. Dimana pasien terlebih dahulu puasa kurang lebih selama 12 jam, tidak boleh merokok dan banyak berbicara. 10-12 jam pasien diberi Laxantia, misalnya garam inggris, kemudian pada pukul 08:00 WIB, pasien dating ke unit radiologi untuk melakukan pemeriksaan, sebelum pemeriksaan dilakukan pasien terlebih dahulu buang air kecil untuk pengosongan kandung kemih.Kemudia dilakukan pemotretan pertama yaitu foto polos abdomen untuk melihan sejauh mana persiapan puasa pasien. Jika hasil foto nya memungkinkan maka akan lanjut dilakukan pemotretan. Maka akan di lanjutkan dengan pemasukan Zat kontras media melalui vena, kemudian setelah di masu kan zat kontras maka di lakukan pemotretan 5 menit post injeksi, kemudian dilanjutkan dengan pemotretan 15 menit post injeksi dan selanjutnya hingga 120 meit post injeksi.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalahyang telah di uraikan penulis di atas,maka penulis dapat merumuskan masalah yang timbul dalam pemeriksaan BNO-IVP dengan “Upaya apa yang dilakukan agar dapat menampilkan BNO-IVP dengan menggunakan computer radiografi ?

(10)

1.3 Batasan Masalah

Dalam penulisan ini dibahas “BNO-IVP Untuk memperlihatkan Rupturpada organ ginjal dengan menggunakan pesawat konvesional . Adapun metode yang digunakan adalah dengan pemasukan kontras media positif kedalam traktus urinaria melalui pembuluh darah vena.

1.4 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui adanya kelainan atau penyakit pada ginjal dan mengetahui penyebab kelainan tersebut dengan menggunakan zat kontras media.

1.5 Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada permasalahan tentang jumlah dosis yang diterima oleh pasien

pada pemeriksaan Bno Ivp . Hal ini bertujuan untuk mempersempit cakupan analisis didalam penelitian ini sehingga penulisan dapat tersampaikan kepada pembaca dengan baik

1.6 Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan dan kajian lebih lanjut tentang pemeriksaan ini pada ruang lingkup pasien yang mengalami gangguan ginjal sehingga dapat hasil yang cepat dan tepat guna untuk pengobatannya dan tindakan selanjutnya.

2. Dapat informasi yang lebih jelas tentang penanganan pemeriksaan yang bersifat segera, khususnya pada pasien trauma sehingga dapat membantu dalam penegakan diagnosa dan bisa memberikan pelayanan yang baik terhadap pasien yang sangat membutuhkan.

(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN PEMERIKSAAN

BNO-IVP (Buick Nier Overzick Intra Vena Pyelografi adalah pemeriksaan traktus urinaria dengan cara memasukkan kontras media positif (Radioopaque atau gambaran putih pada film radiografi). Kedalam tractus urinaria melalui pembuluh darah vena cubiti.

Tujuan dilakukan nya analisa pemeriksaan secara radiografi dari BNO-IVP dengan computer radiografi adalah untuk memperlihatkan anatomi dari system urinaria dan adanya gangguan terhadap organ sekitarnya

2.2 Anatomi Fisiologi

Anatomi ialah ilmu mempelajari bentuk dan susunan tubuh baik secara keseluruhan maupun bagian-bagian serta hubungan alat tubuh yang satu dengan yang lain.

Fisiologi ialah ilmu yang mempelajari faal atau pekerjaan dari tiap-tiap jaringan tubuh atau bagian dari alat-alat tubuh dan sebagainnya. Sistem urinaria atau disebut juga sebagai sistem ekskretori adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urine

2.3 Ginjal (kidney)

Ginjal suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang kavum abdominalis di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebreae lumbalis III, melekat langsung pada dinding belakang abdomen.Bentuk ginjal seperti biji kacang, jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan pada umumnya ginjal laki laki lebih panjang dari ginjal wanita.

Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu korteks dan medula ginjal.

Korteks ginjal terletak lebih superfisial dan didalamnya terdapat berjuta-juta nefron. Nefron merupakan unit fungsional terkecil ginjal. Medula ginjal yang terletak lebih profundus banyak terdapat duktuli atau saluran kecil yang mengalirkan hasil ultrafiltrasi berupa urine.

(12)

2.4 Fungsi Ginjal

Ginjal memerankan berbagai fungsi tubuh yang sangat penting bagi kehidupan, yakni : - menyaring (filtrasi) sisa hasil metabolisme dan toksin dari darah, serta

mempertahankan hemeostasis cairan dan elektrolit tubuh, yang kemudian dibuang melalui urine.

- Mengontrol sekresi hormon aldosteron dan ADH (Anti Diurectic Hormon) yang berperan dalam mengatur jumlah cairan tubuh.

- Mengatur metabolisme ion kalsium dan vitamin D.

- Menhasilkan beberapa hormon, antara lain: eritroetin yang berperan dalam pembentukan sel darah merah, renin yang berperan dalam mengatur tekanan darah, serta hormon prostaglandin yang berguna dalam berbagai mekanisme tubuh.

2.5 Patologi

Patologi adalah ilmu mengenai struktur tubuh atau perubahan yang berkaitan dengan penyakit atau cidera pada orang dewasa ginjal normal terletak pada daerah lumbal, di sebelah tulang belakang, antara peritoneum parietale dan descia serta otot dinding perut tepatnya di bagian belakang dengan perkataan lain letaknya adalah retroperitoneal beratnya lebih kurang 150 gram. Sebagian besar pelvis terletak intratenal dan hanya corong yang sempit, yang berhubungan dengan ureter, terletak eksternal penyesesuaian bentuk pelvis.

2.6 TEKNIK RADIOGRAFI

Pemeriksaan BNO-IVP (Buick Nier Over Zick Intravena Pyelografi) adalah pemeriksaan secara radiologis terhadap tractus urinarius dengan menggunakan kontras media positif yang disuntikkan melalui intravena.

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui fungsi, letak, bentuk, dan ukuran kedua ginjal, ureter dan kandung kemih.

2.2.1. Indikasi Pemeriksaan a. Hydronefrosis

b. Nepritis (Radang pada ginjal) c. Batu ginjal

d. Trauma: Ruptur ginjal

(13)

2.2.2 Kontras Media

Kontras media adalah suatu bahan yang sangat radioopaque atau radiolusen apabila berrinteraksi dengan sinar-X, sehingga dapat membedakan antara organ dan jaringan sekitarnya.

Ciri-ciri kontras media yang ideal adalah:

a. Mempunyai konsentrasi iodium yang sangat tinggi b. Larut dalam air

c. Stabil terhadap panas

d. Tekanan osmotiknya rendah e. Viskositasnya tinggi

2.2.3 Persiapan alat dan bahan

a. Pesawat radiologi dihidupkan, kondisi di atur sesuai kebutuhan b. Pakaian pasien

c. Spuit 20 cc, kapas, alkohol, kontras media positif, obat-obat anti elergi

d. Perlengkapan radiografi seperti, bucky, kaset, marker, dan processing X-ray film 2.2.4 Teknik Pemeriksaan

Sebelum dilakukan injeksi kontras media lewat intravena, pertama dilakukan foto pendahuluan yaitu foto BNO dengan proyeksi AP supine.

2.7 TEKNIK PESAWAT RONTGEN

Pesawat rontgen adalah suatu pesawat / peralatan yang dapat menghasilkan sinar X, di mana dalam bidang medik digunakan sebagai alat untuk mendiagnosa dan mengobati suatu penyakit.Teknik pesawat rontgen adalah bagaimana tatacara penggunaan pesawat rontgen tersebut untuk kelancaran jalannya pemeriksaan dengan hasil gambaran radiografi yang optimal. Untuk pemeriksaan BNO-IVP dengan computer radiografi jenis pesawat rotgen yang digunakan adalah jenis pesawat general X-ray unit dengan kapasitas relatif besar sehingga bisa mendapatkan faktor exposi yang tepat dan gambaran radiografi yang optimal.

Dalam penggunaannya seorang radiografer harus memiliki keterampilan yang memadai untuk mengoperasikan alat tersebut dan juga dalam perawatannya, sehingga alat tersebut tetap awet.

(14)

Proses terjadinya sinar-X Filamen dipanaskan dengan mengalirkan listrik dari transfoma tor dan menimbulkan elektron-elektron dari katoda yang terlepas sewaktu dihubungkan dengan arus listrik tegangan tinggi, elektron-elektron akan di percepat gerakannya menuju ke fokus filament di buat relative terhadap sasaran (target) dengan memilih potensial tinggi.

Awan-awan electron mendadak dihentukan pada sasaran sehingga terjadi panas 99 % dan sinar x 1 % . Sebagai pelindung atau perisai untuk mencegah keluarnya sinar-X dari tabung maka digunakan Pb sehingga sinar-X yang terbentuk hanya dapat keluar melalui window.Panas yang tinggi pada sasaran atau target akibat benturan electron oleh radiator dingin.

Gambar 2.1 Gambar X-ray tube pada pesawat ronsen Adapun Persyaratan tabung rontgen di antaranya adalah:

1. Mempunyai sumber elektron

Sumber elektron adalah kawat pijar atau filamen pada katoda di dalam tabung pesawat rontgen, pemanasan filamen dilakukan dengan suatu transformator khusus.

2. Gaya yang mempercepat elektron

Gaya tersebut tergantung pada tegangan yang dipasang pada tabung rontgen.

3. Lintasan elektron yang bebas dalam ruang hampa udara diantara katoda dan anoda.

4. Alat pemusat berkas elektron

Alat ini menyebabkan elektron tidak bergerak terpencar-pencar tetapi terarah ke bidang fokus

5. Penghenti gerakan elektron

Penghenti atau penghambat gerakan elektron

(15)

Secara garis besar komponen general X-ray unit dapat dibagi atas beberapa bagian yaitu 2.7.1. Tabung rontgen ( X-ray Tube )

Tabung rontgen merupakan suatu wadah atau tempat komponen-komponen pembangkit sinar -X untuk keperluan radiografi.

2.7.2. Tube housing ( Tabung Rontgen bagian luar )

Merupakan wadah pembungkus yang terbuat dari bahan metal dan dilapisi dengan timbale (Pb). Fungsinya sebagai tempat insert tube supaya terhindar dari benturan maupun goncangan, sebagai penahan sinar-X agar keluar melalui window dan menyerap radiasi bocor.

Bagian-bagian dari tube housing yaitu :

1) window/jendela dilengkapi dengan box diafragma dan lampu kolimator.

2) Filter berfungsi untuk menyaring sinar-X yang menyebabkan berkas sinar-X men jadi homogen . Filter terbuat dari bahan alumenium dengan ketebalan tertentu.

3) Oli pendingin terdapat di luar labu kaca yang fungsinya sebagai bahan isolasi dan mendinginkan ( menyerap panas ).

2.7.3. Insert Tube ( tabung roentgen bagian dalam )

Tabung hampa udara yang terbuat dari gelas silinder, yang berfngsi untuk menepatkan filament dan target.

Bagian-bagian dari insert tube yaitu :

1) Katoda yaitu elektroda yang bermuatan negative dari sebuah tabung rontgen . Pada katoda terdapat filament yang merupakan sumber elektron untuk membangkitkan sinar x yang terbuat dari kawat tungstate dan focusing tube yang berfungsi untuk mengarahkan electron menuju bidang target dan letaknya mengapit filament.

2) Anoda yaitu elektroda yang bermuata positif yang bentuk permukaannya miring serta tempat tumbukan elektron (target). Target ini terbuat dari bahan wolfram yang mempunyai nomor atom yang tinggi serta mempunyai daya tahan panas yang tinggi. Fungsi dari target menghentikan electron yang berkecepatan tinggi secara tiba-tiba.

(16)

2.8 FISIKA RADIODIAGNOSTIK DAN PROTEKSI RADIASI 2.8.1 Fisika Radiodiagnostik

Gambaran foto rontgen yang dapat memberikan informasi yang baik dan jelas, haruslah menunjukkan kontras. Berhubungan dengan judul penulis yaitu “Analisa BNO-IVP dengan computer radiografi” maka penulis akan membahas tentang kontras gambar radiografi dan penggunaan grid. Kontras adalah perbedaan kehitaman dari berbagai bagian dari gambar.

Ada 4 faktor utama yang menentukan kontras : 1. Ciri-ciri emulsi film

2. Lamanya pencucian film

3. Perbedaan sifat tembus sinar dari berbagai bagian badan 4. Mutu berkas sinar x

Kontras radiogfrafi dapat dibagi menjadi 2 bagian 2.8.2 Kontras objektif.

Kontras objektif adalah perbedaan densitas antara noda-noda hitam atau perbedaan antara hitam dan putih yang dapat diukur secara objektif dengan alat pengukur densitometer.

1. Kontras subjektif.

Kontras subjektif adalah tergantung kepada mata orang yang melihatnya.

Perbandingan kontras ini diukur dengan factor perbandingan kontras K) : K = kontrassinar x tanpagrid

grid dengan sinar x

kontras

...(2.1)

Grid adalah lapisan timah hitam yang disusun sedemikian rupa yang dapat ditembus oleh sinar-X. Fungsi grid yaitu untuk menyerap sinar hambur agar tidak sampai ke film.

2. Perlengkapan Radiografi

Perlengkapan radiografi adalah alat alat penunjang yang di gunakan untuk membuat foto rontgen selain sinar-X demi terlaksana nya pemeriksaan. Perlengkapan radiografi tersebut antara lain

(17)

2.8.3 Film rontgen

Fungsi film rontgen adalah mencatat bayangan setelah intraksi sinar –X dengan objek.

Adapun lapisan lapisan film rontgen adalah sebagai berikut

1. Supercoat (lapisan pelindung), berfungsi untuk melindungi emulsi film terhadap tekanan mekanik, terbuat dari gelatin.

2. Lapisan emulsi film, terbuat dari campuran perak bromida dan gelatin dan berfungsi sebagai pencatat.

3. Substratum (lapisan perekat), berfungsi sebagai perekat antara emulsi dengan alas film.Film base (lapisan dasar), berfungsi sebagai penunjang terbuat dari polyster

1. Analisa Dosis Radiasi

Radiasi merupakan sebuah partikel berenergi atau gelombang elektromagnetik. Jika tubuh manusia terkena radiasi, maka akan terjadi interaksi (ionisasi, eksitasi dan lain-lain.) antara atom penyusun tubuh dengan radiasi, sehingga sebagian atau seluruh energi radiasi diserap oleh tubuh. Hal ini seperti ketika kita berada di dekat pemanas ruangan (stove) yang memancarkan panas sehingga tubuh menjadi hangat, atau seperti ketika kita merasakan getaran di tangan pada saat menangkap bola yang dilemparkan. Hal ini terjadi karena adanya pemindahan energi radiasi, panas, dan getaran bola melewati medium.

A .Dosis Serap

Apabila sinar –x mengenai suatu bahan maka akan terjadi penyerapan energi di dalam bahan tersebut melalui berbagai macam proses atau interaksi. Dosis serap didefinisikan sebagai energi rata –rata yang diserap bahan per satuan massa bahan tersebut.

1. Gray

Kerusakan radiasi tergantung pada penyerapan energi dari radiasi, dan kira-kira sebanding dengan konsentrasi energi yang diserap dalam jaringan. Untuk alasan ini, satuan dasar dosis radiasi dinyatakan berkenaan dengan energi yang diserap per satuan massa dalam jaringan. Satuan ini disebut Gray (Gy) dan didefenisikan sebagai Satu gray adalah dosis radiasi yang diserap dalam satu joule per kilogram.

(18)

2. Rad

Sebelum penggunaan universal dari satuan-satuan SI, dosis radiasi diukur dengan suatu satuan yang disebut rad (Radiation Absorbed Dose/Dosis radiasi yang diserap).Walaupun gray merupakan satuan yang lebih baru, dan akhirnya akan menggantikan rad, namun rad tetap dipergunakan secara meluas.

B. Dosis Setara

Kuantitas ini mempertimbangkan jenis radiasi yang diukur. Unit dosis setara adalah sievert (Sv). Dimana WR (Radiation Weighting Factor) adalah Faktor Bobot Radiasi dan dosis serap mengacu pada dosis rata-rata melalui jaringan atau organ. WR berhubungan dengan efek biologis yang diakibatkan oleh paparan terhadap jenis yang berbeda radiasi.

Untuk X-ray, WR = 1 dan oleh karena itu dosis serap 1 gray (Gy) sinar x memberikan dosis setara 1 sievert (Sv).

C. Dosis Efektif

Dosis efektif adalah kuantitas yang paling berarti untuk digunakan dalam perlindungan radiasi karena berhubungan dengan dosis setara dengan jaringan atau organ untuk seluruh tubuh diberi dosis radiasi.

Tabel 2.1. Satuan SI (Standard Internasional) dengan Non SI

No Kuantitas Satuan SI Satuan

Lama Konversi

1 Paparan C kg-1 Roentgen

(R) 1 C kg-1 = 3876 R 2 Dosis Serap Gray (Gy) Rad 1 Gy = 100 rad 3 Dosis Setara Sievert (Sv) Rem 1 Sv = 100 rem

4 Dosis

Efektif Sievert (Sv) Rem 1 Sv = 100 rem

(19)

2. Proteksi Radiasi

Proteksi radiasi adalah cabang ilmu pengetahuan atau teknik mempelajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan dan berkaitan dengan pembinaan perlindungan kepada seseorang atau sekelompok orang ataupun kepada keturunannya.

Tujuan proteksi radiasi Untuk menekan dosis radiasi terhadap pasien sekecil mugkin sesuai dengan kebutuhan klinis.Untuk menekan dosis terhadap personil serendah mungkin dengan batas yang ditentukan dan membatasi dosis radiasi yang diterima oleh masyarakat umum disekitar radiasi. mengingat dalam pembuatan foto BNO-IVP dilakukan beberapa kali ekspose maka untukmenekan dosis radiasi terhadap :

2.1 Pasien

1) Pemeriksaan dengan sinar-x hanya dilakukan dengan permintaan dokter 2) Mengatur kondisi penyinaran dengan tepat (kilo Volt, milli Ampere Second) 3) Mengatur luas lapangan penyinaran sesuai degan kebutuhan objek

4) Tidak terjadi pengulangan foto 2.2 Pada personil

1) Berada di belakang perisai Pb saat dilakukan expose

2) Menggunakan alat pencatat dosis personil seperti fim badge

3) Pemeriksaan rutin terhadap kemungkinan bocor / rusak perlengkapan perlengkapan pelindung berlapis Pb

4) Bekerja dengan hati-hati dan penuh perhatian sehingga tidak terjadi pengulangan foto.

2.3 Masyarakat

1) Menutup rapat pintu ruangan pemeriksaan saat pemeriksaan berlangsung 2) Tidak mengarahkan tabung sinar-x ke arah ruang tunggu

3) Dinding ruangan pemeriksaan dilapisi Pb sesuai dengan petunjuk aman untuk proteksi radiasi.

(20)

Ada 3 cara pengendalian tingkat pemaparan radiasi yaitu : 1. Jarak

Dengan mengatur jarak antara sumber radiasi dengan pasien seoptimal mungkin, karena semakin jauh jarak maka dosis radiasi yang diterima semakn kecil

2. Waktu

Dengan mempersingkat waktu ekspose sehingga dosis radiasi yang diterima pun dapat sekecil mungkin

3. Perisai

Pemakaian perisai atau alat-alat proteksi radiasi. Perisai ini dibuat dari timbal dan beton, ada dua jenis perisai, yaitu :

1) Perisai primer

Memberi proteksi terhadap radiasi primer seperti tempat tabung sinar-x dan kaca timbal pada tabir fluoroscopi

2) Perisai sekunder

Memberi proteksi terhadap radiasi sekunder (sinar hambur) seperti apron, shielding, lead glass

Alat-alat proteksi radiasi yang biasanya digunakan yaitu :Apron ,Kaca timbal Pelindung gonad, Sarung tangan timbal, Diafragma ,Pelindung ovarium dan lain-lain

2.9 CR (Computer Radiografi)

Komputer radiografi adalah proses merubah sistem analog pada konvensional radiografi menjadi digital radiografi . Pada sistem computer radiografi data analog di konvensikan ke dalam data digital pada saat tahap pembangkitan energi yang terperangkap dalam imaging plate dengan menggunakan laser, selanjutnya data digital berupa sinyal sinyal di tangkap oleh Photo multipler Tube (PMT) kemudian cahaya tersebut di gandakan dan di perkuat intensitasnya setelah itu di ubah menjadi sinyal elektrik yang akan di konversi ke dalam data digital oleh analog digital converter (ADC). Pada penggunaanya radiografi konvensional di gunakan penggabung antara film radiografi dan screen, akan tetapi pada komputer radiografi menggunakan imaging plate. Walaupun imaging plate secara fisik terlihat sama dengan screen konvensional tetapi memiliki fungsi yang sangat jauh berbeda, karena pada imaging plateberfungsi untuk menyimpan energi sinar x kedalam photo stimulable phospor (PSP) dan menyimpan informasi dalam bentuk data digital.

(21)

a. Perlengkapan operasional

Kaset pada computed radiografi terbuat dari carbon fiber dan bagian belakang terbuat dari alumunium, kaset ini berfungsi sebagai pelindung dari image plate. Phosphorscreen pada kset analog berfungsi mengubah sinar-x menjadi sinar tampak (gadolinium oxysulfide atau oxybromide). Kaset CR hanya berisi plate yang di lapisi phosphor. Bentuknya seperti IS namun tanpa film sehingga dapat di pakai berulang ulang.

Cara kerja kaset CR :

- Storage phosphor screen di ekspose seperti biasa

- Phosphor menyerap radiasi pada derajat yang berbeda-beda tergantung pada area anatomikalnya

- Phosphor di isi oleh radiasi, besarnya isian tersebut tergantung pada besarnya energy sinar-x yang di serap

- Isian ini bertahan dalam materi phosphor sampai di hapus Jenis jenis kaset CR

2. 10. Kaset general purpose

Terdiri dari jenis rigid screen dan flexible screen, yang pakai untuk radiografi konvensional dengan menggunakan memori terpakai 9-15 MB / image, Terutama untuk aplikasi chest pada MCU masal, rata-rata foto thorax berkapasitas 10 MB/ image, Rigid screen, yang di transport oleh roller dan memakai single atau double phosphor layer, Resolusi sekitar 70-115 micron dan ukuran nya bervariasi yaitu 15 x 30 cm , 18 x 24 cm , 24 x 30 cm , 35 x 35 cm , dan 35 x 43 cm. Kaset Panjang (long leght/full spine) di pakai pada radiografi pada tulang panjang, pada kasus chiropractic untuk melihat tulang, studyi scoliosis, dan koreksi operasi, ukuran yang di pakai 35x84 cm (portable), 43x129 cm, atau sambungan dari 4 kaset 35x43 cm (wallfixed), dan memerlukan software khusus untuk menyatukan gambar.

Kaset resolusi Tinggi (HR/HER) bisa di pakai untuk mamografi yang memerlukan ketelitian tinggi, resolusi 43,5-5 micron meter, ukuran 18x24 cm dan 24x30 cm, memori mencapai 30 MB/Image, sehingga waktu scanning lebih lama dari general purpose. Selain itu film computed radiografi disebut juga film laser imaging. Film laser adalah film silver halide yang sensitive terhadap cahaya merah yang dipancarkan oleh sinar laser .film laser merupakan jenis film single emulsi.

(22)

2.11 Sistem Procesing X-ray pada CR

Computer radiografi merupakan suatu system atau proses atau mengubah system atau proses atau mengubah system analog pada konvensional radiografi menjadi digital radiogrfi computerradiografi mempunyai perlengkapan operasional yang terdiri dari :

1. Imaging Plate

Imaging plate merupakan media pencatat sinar-X pada computer radiografi yang terbuat dari bahan photostimulable phosphor tinggi.Dengan menggunakan imaging plate memungkinkan processor gambaruntuk memodifikasi kontras.Imaging plate berada dalam kaset imaging.

Imaging plate adalah sebagai penangkap gambar dari objek yang sudah di sinar (EKSPOSE) prosesnya adalah pada saat terjadi penyinaran, imaging plate akan menangkap energi dan di simpan oleh bahan phosphor yang akan dirubah menjadi elektronik signal laser scanner dalam image reader.

2. Image Reader

Imaging reader berfungsi sebagai pembaca dan pengolah gambar yang di proleh dari imging plate.Semakin besar kapasitas memorinya maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan. Untuk proses pembacaan imaging plate dan mempunyai daya simpan yang besar.

Waktu tercepat yang di perlukan untuk membaca imaging plate pada image reader yaitu selama 64 detik.

Selain tempat dalam proses pembacaan, image reader mempunyai peranan yang sangat penting juga dalam proses pengolahan gambar, system transportasi iplateserta penghapusan data yang ada di image plate. Image reader disebut dengan image console. Terdapat menu yang sangat diperlukan dalam teknik radiofotografi yaitu kita bisa mempertinggi atau meng urangi densitas,ketajaman, kontras dan detail dari suatu gambaran radiografi yang diperoleh.

3. Image recorder

Mempunyai fungsisebagai proses akhir dari suatu pemeriksaan yaitu media pencetakan hasil. Gambaran yang sudah di peroleh dari awal yang sudah diproses dari awal penangkapan sinar-X oleh image plate console terus di kirim ke image recorder untuk di lakukan proses

(23)

output dapat berupa media compact disc sebagai media penyimpanan. Atau dengan printer lasser yang berupa lasserimaging film.

4. Personal Computer

Computer berasal latin yaitu computare yang berarti menghitung, computer adalah system elektronik yang dapat menerima input data, dapat mengolah data, dapat menggunakan program yang di memori computer . Adapun alur pemeriksaan BNO IVP dapat kita lihat pada diagram alur penelitian sebagai berikut :

(24)

2.12 Adapun alur penelitian BNO IVP sebagai berikut : :

Gambar 2.2 Diagram alur pemeriksaan BNO IVP Rumah Sakit

Umum

Bagian Radiologi

Pengambilan /pengumpulan Data

Analisis Hasil Bno ivp polos

Bno ivp 5,30,60,120 menit

Mulai

Selesai Pemasukan Zat kontras media

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 JENIS PENELITIAN

Sebagai bahan evaluasi, penulis melaporkan hasil Analisa BNO-IVP dengan computer radiografi di Badan Pelayanan Kesehatan RSUP. H. Adam Malik Medan:

3.2 Subjek Penelitian

Adapun subjek dalam penelitian ini adalah pasien dengan klinis ada gangguan pada pada ginjal , kemudian di lakukan pemeriksaan BNO IVP dengan pemasukan zat kontras media positif di Instalasi RSUP HAJI ADAMALIK MEDAN

3.3 Pelaksanaan Pemeriksaan 3.3.1 Surat permintaan foto

Menerima surat permintaan foto dari dokter pengirim pasien yaitu mohon dilakukan pemotretan dan pembacaan foto BNO-IVP.

1. Persiapan alat a. Pesawat Rontgen

Pesawat Rontgen yang digunakan dalam pemeriksaan BNO-IV di Badan Pelayanan Kesehatan RSUP. H. Adam Malik Medan mempunyai data sebagai berikut:

Type Pesawat : P-C-10 BH-B Merk Pesawat : Hitachi Kapasitas pesawat : 500 mA

5 second 100 Kv

(26)

Gambar 3.1 Pesawat rontgen RSUP H ADAM MALIK MEDAN 3.4 Perlengkapan Pemeriksaan

1) Kaset ukuran 30x40 cm dan 24 x 30 cm

2) Film ukuran 30x40 cm dan 24 x 30 cm, jenis film green sensitif 3) Intensifying screen jenis fast screen

3.5 Persiapan Pasien

Pertama pasien makan bubur kecap 1hari (24 jam) sebelum melakukan persiapan BNO-IVP (buick nier overzeicht intra venous pyelografi) dilakukan. 10-12 jam sebelum melakukan pemeriksaan di beri laxantia, misalnya garam inggris(magnesium sulfat) sebanyak 30 mg lalu lakukan puasa, selama puasa pasien pasien di anjurkan agar tidak merokok dan banyak bicarapasien klisma atau hukna tinggi selama 3 jam sebelum pemeriksaan, Pada pukul 08:00 wib pasien datang ke radiologi untuk di lakukan pemeriksaan di mulai dengan pasien di minta untuk buang air kecil untuk pengosongan blass (kandung kemih), yang terakhir penjelasan kepada keluarga pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan dan penanda tanganan surat persetujuan di lakukan nya pemeriksaan.

(27)

3.6 Pengaturan Posisi

Sebelum dilakukan injeksi kontras media lewat intravena, pertama dilakukan plain foto yaitu foto BNO dengan proyeksi AP supine, untuk melihat apakah sudah memenuhi syarat kriteria BNO yang baik. Setelah foto BNO diperiksa, maka kontras media disuntikkan tetapi pasien di skin test dulu untuk mengetahui apakah pasien alergi terhadap zat kontras yang akan diberikan. Bila tidak menimbulkan reaksi negatif dilakukan penyuntikan kontras media sebanyak 20 cc atau sesuai kebutuhan melalui intra vena.

Hasil gambaran BNO IVP atau BNO polos dengan posisi Posisi pasien : AP Supine

Focus Film Distance : 90 cm

Central Ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset Central point : Pada umbilikus

Kaset : 30 cm x 40 cm

Kondisi Penyinaran : 70 KV, 20 mAs

Gambar 3.2 Gambar radiografi BNO

(28)

Keterangan gambaran ;

1. Untuk mengetahui keadaan abdomen (BNO). Apakah ada banyak udara/artefak yang akan menganggu gambaran selama pemeriksaaan.

2. Untuk mengetahui keadaan awal dari abdomen sebagai bahan penilaian ekspertisi radiograf 3. Mengetahui factor ekspose yang tepat ( Tidak boleh ada pengulangan).

4. Jika radiograf baik maka pemeriksaan bisa di lanjutkan.

Hasil gambar BNO IVP 5 menit dengan posisi pasien Posisi Pasien : AP Supine

Focus Film Distance : 90 cm

Central Ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset Central point : Setinggi Costal margin

Kaset : 24 cm x 30 cm

Kondisi Penyinaran : 70 KV, 20 mAs

Eksposi : Pada saat full ekspirasi

Kriteria gambar : Tampak kontras media mengisi pelvic renalis di daerah 1/3proksimal dari ureter

Gambar 3.3 Gambar radiografi BNO IVP 5 menit

(29)

KETERANGAN GAMBAR :

1. Fase dimana kontras media memperlihatkan neufron, pelvis renalis dan ureter proximal terisi maksimal,

2. Tidak ada bagian neufron yang terpotong.

3. Kontras mengisi bagian ginjal/calyx sampai ureter proximal.

Gambar dan keterangan BNO IVP 15 menit Posisi Pasien : AP Supine

Focus Film Distance : 90 cm

Central Ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset Central point : Pada umbilikus

Kaset : 30 cm x 40 cm

Kondisi Penyinaran : 70 KV, 20 mAs

Eksposi : Pada saat full ekspirasi

Kriteria gambar : Tampak kontras media mengisi ginjal, pelvic renalis, pelvic calises, ureter dan sebagian ke blass.

Gambar 3.4 Gambar radiografi BNO IVP 15 menit

(30)

KETERANGAN GAMBAR : 1. Densitas baik

2. Tidak ada bagian ginjal yang terpotong

3. Kontras mengisi ginjal sampai ureter distal dan sedikit mengisi kandung kemih.

4. Opasitas mampu menampilkan organ/tractus urinarius.

Gambaran BNO IVP 60 Menit

Posisi Pasien : AP Supine Focus Film Distance : 90 cm

Central Ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.

Kaset : 24 cm x 30 cm Kondisi Penyinaran : 70 kv, 20 mAs

Eksposi : Pada saat full ekspirasi

Kriteria gambar : Tampak pengisian kontras media pada vesika urinary ( full blass ).

Gambar 3.5 Gambar radiografi BNO IVP 60 menit

(31)

KETERANGAN GAMBAR:

1. Densitas baik

2. Tidak ada bagian ginjal yang terpotong.

3. Kontras mengisi kandung kemih hingga Vesica urinaria mengembang.

4. Opasitas mampu menampilkan organ vesica urinaria terisi penuh kontras media.

5. Sering disebut foto “Full blass”.

Gambaran BNO IVP 120 Menit

Posisi Pasien : AP Supine Focus film distance : 90 cm

Arah sinar : Pertengahan antara puncak kedua crista illiaca Kaset : 30 cm x 40 cm

Kondisi penyinaran : 70 kV , 20 mAs

Eksposi : Pada saat full ekspirasi

Kriteria gambar : Tampak pengosongan kontras media pada vesica urinaria

(32)

KETERANGAN GAMBAR:

1. Densitas baik

2. Tidak ada bagian ginjal yang terpotong atau vesica urinaria

3. Kontras keluar melalui kandung kemih hingg avesica urinaria terlihat kosong.

4. Opasitas mampu menampilkan organ.

5. Vesica urinaria terisi penuh kontras media.

6. Sering disebut post mixxi.

(33)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Instalasi Radiologi BNO IVP Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan,yaitu pemeriksaan ini di lakukan dengan pesawat ronsen dengan type pesawat P-C-10 BH-B, dengan cara melakukan pemeriksaan sebanyak 5 kali pemotretan. dengan tegangan 20 mAs dan 70 Kv, maka hasil gambaran yang di butuhkan pun sesuai dengan derajat kehitaman dan kontras fotonya maka hasil akhir pada foto tersebut memperlihatkan diagnosa penyakit yang di minta. Maka dari hasil penelitian yang terlihat adalah pada menit ke 120 , dengan posisi pmotretan AP supine , kondisi penyinaran 70 Kv, 20 mas , dan kaset 30x40, maka dari hasil penelitian tersebut dapat memperlihatkan adanya penyakit yaitu hydronefrosis.

Gambar 4.2 Gambar memperlihatkan adanya kelainan pada ginjal

(34)

Tabel 4.1 Hasil dan keriteria gambaran pemeriksaan BNO IVP.

Kondisi dan Pengaturan Penyinaran BNO

IVP Kriteria Hasil BNO IVP

Foto polos BNO Hasil gambaran bagus dan siap untuk

dilakukan

70 Kv, 20 mAs, pemeriksaan selanjutnya.

Foto 5 menit BNO IVP Hasil gambaran bagus , dan terlihat jelas zat

70 Kv, 20 mAs. kontras media

Foto 15 menit BNO IVO Tampak kontras media

70 Kv, 20 mAs . Mengisi ginjal, pelvic

Renalis, pelvic calises,

Ureter dan sebagian ke blass

Foto 60 menit BNO IVP Tampak pengisian

70 Kv, 20 mAs. Kontras media pada vesica

Urinaria (full blass)

Foto 120 Menit BNO IVP Tampak pengosongan

70 Kv, 20 mAs . Kontras media pada vesica

Urinaria

(35)

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan diperoleh jumlah dosis radiasi yang di terima oleh pasien BNO IVP lebih besar dari pemeriksaan radiografi konvensional biasa karna pemeriksaan BNO IVP, memerlukan waktu pemeriksaan sampai 5 kali waktu siar Dari dosis radiasi yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa pada pemeriksaan BNO IVP jumlah dosis radiasi yang diterima oleh pasien lebih tinggi dibandingkan dosis radiasi pada pemeriksaan RADIOGRAFI BIASA. Pengaruh dosis radiasi pada pemeriksaan BNO IVP lebih tinggi disebabkan oleh besarnya luas area pengambilan dan waktu penyinaran lebih lama yaitu sampai 5 kali penyinaran.

Walaupun dosis yang diterima oleh pasien pada pemeriksaan bno ivp cukup besar namun keselamatan radiasi harus tetap di perhatikan sebagai usaha untuk melindungi seseorang dan keturunannya secara keseluruhan terhadap kemungkinan terjadinya efek radiasi yang merugikan. Pemberian dosis yang dibuat serendah mungkin dengan mempertimbangkan batas dosis yang tidak di lampaui, dengan demikian meskipun seseorang menerima penyinaran secara terus menerus selama hidupnya maka dosis ambang yang diterima tidak akan tercapai karena nilai batas dosis yang ditetapkan hanya didasarkan pada penyinaran dalam keadaan normal.

Nilai batas dosis yang ditetapkan dalam ketentuan ini bukan batas tertinggi yang apabila dilampaui maka seseorang akan mengalami hal yang merugikan secara nyata.

Meskipun demikian, karena setiap penyinaran yang tidak perlu harus dihindari dan penerimaan dosis harus diusahakan serendah mungkin. Nilai batas yang ditetapkan dalam ketentuan ini dimaksudkan sebagai dasar untuk merancang prosedur kerja, mendesain sistem proteksi dan cara kerja serta untuk menentukan luas dan sifat tindakan kesehatan yang perlu diberikan kepada seseorang.

(36)

Adapun pembahasan dan kondisi serta, pengaturan kondisi pemotretan, fase foto, jenis dan ukuran film, fokus film distance, keterangan. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Fase Kondisi Jenis dan

FFD

Posisi

Keterangan Foto Penyinaran Ukuran

Film Pemotretan

Foto polos 70 kV , Film Fokus film Posisi pasien Non kontras Abdomen 20 mAS 30X40 Cm Distance 90

cm AP supine Media.

Foto 5 menit 70 kV Film Focus film Posisi pasien Zat kontras Bno ivp 20 mAs 30X40 Cm Distance 90

cm AP supine Media

Foto1 5

menit 70 kV Film Focus film Posisi pasien Zat kontras Bno ivp 20 mAs 30X40 Cm Distance 90

cm AP supine Media

Foto 60

menit 70 kV Film Focus film Posisi pasien Zat kontras Bno ivp 20 mAs 30X40 Cm Distance 90

cm AP supine Media

Foto 120

menit 70 kV Film Focus film Posisi pasien Zat kontras Bno ivp 20 mAs 30X40 Cm Distance 90

cm AP supine Media

Tabel 4.2. Tabel tahap tahap pemeriksaan BNO IVP

(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Dari penelitian yang sudah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut Besarnya dosis radiasi yang diterima oleh pasien di pengaruhi oleh beberapa faktor (arus tabung, luas area, dan waktu penyinaran).

1. Dosis radiasi yang diterima pasien pada pemeriksaan bno ivp lebih tinggi dibandingkan dengan pemeriksaan konvensional lainnya karna bno ivp melakukan penyinaran sebanyak 5 kali.

2. Informasi dan pemberian informasi yang sangat di perlukan untuk memperlancar nya pemeriksaan. Terutama informasi mengenai persiapan pasien. Pemilihan factor eksposi yang tepat sangat menunjang dalam menghasilkan gambaran yang berkualitas

3. Kompresi di perlukan agar memberikan diagnose yang maksimal.

4. Setelah dilakukan penyinaran selama proses pemeriksaan maka dapat disimpulkan adanya kelainan pada organ ginjal. Menurut Dr. Rudolf H Pakpahan, SpRad , yang bertugas di RSUP Haji Adamalik Medan bahwa ada Hydronefrosis kanan batu ginjal kanan baru pada 120 post injeksi kontrasdan ekskresi ginjal kiri normal.

5.2. Saran

Saran-saran yang dapat penulis kemukakakan sehubungan dengan pemeriksaan BNO-IVP (buick nier overzicht intra venous pyelografi) antara lain :

1. Untuk memperlancar pemeriksaan sebaiknya pasien di beri informasi dan penjelasan tentang maksud dan tujuan pemeriksaan dengan menggunakan bahasa yang mudah di mengerti hingga pasien mengerti dan tau apa yang akan di lakukan.

2. Untuk memperoleh kualitas foto rontgen yang baik dan informasi diagnostic yang diinginkan, sebaiknya seorang radiographer harus mampu mengambil tindakan yang lebih akurat pada setiap keadaan

(38)

3. Sebaiknya dalam melakukan radiografi BNO-IVP terutama mid line tubuh terletak pada pertengahan meja pemeriksaan agar tidak terjadi perubahan bentuk bayangan.

4. Sebaiknya tidak di lupakan proteksi radiasi pada pemeriksaan ini menggunakan shield gonad.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Adisti Gusmavita, 2009..Diaksesdari www.kompas.co.id. Pada tanggal 13 Juli 2018 pukul :02.06

Arie. 2010. Pemeriksaan bno ivp. Diakses dari www.wordpress.

Akhadi, Muklis, (1997), Dasar-Dasar Proteksi Radiasi,Jakarta : Rineka Cipta

Buku Pendidikan & Pelatihan PPR Bidang Radiodiagnostik (BAPETEN).

Ballinger, W. Philip,(1995), Positioning and Radiologic Procedures, Volume One, London :The Ohio State University Columbus Mosby

Bontranger, L Kenneth, (2001), Merlin For Texbook of Radiographic Positioning And Related Anatomi,London : St louis Mosby

Chesney M.D. dkk (1970), Radiographic Photography Third Edition,London : Ninth Edition The United Birmingham

Yanuar. 2010. Prinsip Kerja Computer radiograpi.Diakses dariwww.wordpress. Pada tanggal 13 juli 2018 pukul: 02.30

(40)

LAMPIRAN

(41)

Posisi pasien : AP Supine Focus Film Distance : 90 cm

Central Ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset Central point : Pada umbilikus

Kaset : 30 cm x 40 cm

Kondisi Penyinaran : 70 KV, 20 mAs

(42)

Posisi Pasien : AP Supine Focus Film Distance : 90 cm

Central Ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset Central point : Setinggi Costal margin

Kaset : 24 cm x 30 cm

Kondisi Penyinaran : 70 KV, 20 mAs

Eksposi : Pada saat full ekspirasi

Kriteria gambar : Tampak kontras media mengisi pelvic renalis di daerah 1/3proksimal dari ureter

(43)

Posisi Pasien : AP Supine Focus Film Distance : 90 cm

Central Ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset Central point : Pada umbilikus

Kaset : 30 cm x 40 cm

Kondisi Penyinaran : 70 KV, 20 mAs

Eksposi : Pada saat full ekspirasi

Kriteria gambar : Tampak kontras media mengisi ginjal, pelvic renalis, pelvic calises, ureter dan sebagian ke blass.

(44)

Posisi Pasien : AP Supine Focus Film Distance : 90 cm

Central Ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.

Kaset : 24 cm x 30 cm Kondisi Penyinaran : 70 kv, 20 mAs

Eksposi : Pada saat full ekspirasi

Kriteria gambar : Tampak pengisian kontras media pada vesika urinary ( full blass ).

(45)

Posisi Pasien : AP Supine Focus film distance : 90 cm

Arah sinar : Pertengahan antara puncak kedua crista illiaca Kaset : 30 cm x 40 cm

Kondisi penyinaran : 70 kV , 20 mAs

Eksposi : Pada saat full ekspirasi

Kriteria gambar : Tampak pengosongan kontras media pada vesica urinaria

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah labasebelum bunga dan pajak.Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemenperusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba)

Bullish Reversal : Pergerakan yang mengindikasikan Downtrend sebelumnya berubah menjadi Uptrend Bearish Reversal : Pergerakan yang mengindikasikan Uptrend sebelumnya berubah

Skripsi yang berjudul “Uji Kepekaan (Sensitivity Test) Bakteri Penyebab Mastitis pada Kambing Peranakan Etawa (PE) di Beberapa Kecamatan Kabupaten Banyuwangi

Misalnya suatu kelas Mahasiswa dan Karyawan adalah dua buah obyek yang memiliki karakteristik berbeda, namun kedua obyek tersebut dapat mewarisi obyek induk

Kontraktor berhak mendapat kepastian pekerjaan pelaksanaan proyek dalam artian bahwa pemilik proyek tidak akan membatalkan pelaksanaan proyek secara sepihak

Berdasarkan table 6 dan gambar 7 Grafik pengukuran pada pukul 19.00 sampai dengan 20.00 WIB hasil pengukuran diatas, didapatkan tahanan resistansi terbesar terjadi pada

Adapun maksud dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh tebal dinding terhadap stabilitas konstruksi dinding penahan tanah tipe counterfort pada rencana pembangunan dinding

Dari grafik tersebut (gambar 24) dapat dilihat bahwa pada penggunaan gliserol dengan level tinggi dan level rendah, semakin banyak jumlah CMC-Na yang digunakan maka