• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

No. 17/03/36/Th.X, 1 Maret 2016

PERKEMBANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015

DI BANTEN , MARGIN PERDAGANGAN DAN PENGANGKUTAN BERAS 4,97 PERSEN , CABAI MERAH

23,04 PERSEN , BAWANG MERAH 13,18 PERSEN , JAGUNG PIPILAN 25,21 PERSEN , DAN DAGING AYAM RAS 10,84 PERSEN

A. P ENDAHULUAN

Survei pola distribusi perdagangan beberapa komoditi (Poldis) 2015 merupakan survei yang dirancang untuk mendapatkan pola distribusi perdagangan, peta wilayah distribusi perdagangan, marjin perdagangan dan margin pengangkutan mulai tingkat pedagang besar sampai dengan pedagang eceran.

Survei Poldis yang dilaksanakan pada memilih komoditi strategis nasional, yaitu komoditi yang memenuhi kriteria sebagai berikut, paling banyak dikonsumsi masyarakat, berperan dalam pembentukan inflasi, berkontribusi cukup besar dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan memiliki dampak cukup besar terhadap kebutuhan masyarakat. Berdasarkan kriteria tadi, komoditi yang

 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP) di Provinsi Banten tertinggi terjadi pada jagung pipilan dan terendah pada beras. Dibandingkan secara nasional, di antara empat komoditi strategis, hanya MPP bawang merah yang lebih tinggi.

 Di Banten, alur distribusi perdagangan utama komoditas terpanjang terjadi untuk jagung yaitu 4 (empat) rantai perdagangan. Selain jagung, alur distribusi perdagangan hanya sampai 3 mata rantai.

 Distributor beras di Banten menjual 50,89 persen berasnya ke pedagang eceran, 48,52 persen ke pedagang grosir, dan 0,59 persen langsung ke rumahtangga.

 Agen Bawang Merah Banten menjual 80 persen bawang merahnya ke pedagang eceran dan 20 persen langsung ke rumahtangga.

 Agen Cabe Merah Banten menjual 85,35 persen cabe merahnya ke pedagang eceran dan 14,65 persen langsung ke rumahtangga 7,93 persen.

 Agen jagung pipilan Banten menjual 70 persen jagungnya ke pedagang pengepul dan 30 persen

langsung ke Rumahtangga.

(2)

B. P OLA D ISTRIBUSI P ERDAGANGAN

   

   

C. P ETA D ISTRIBUSI P ERDAGANGAN

Untuk memenuhi kebutuhan, selera ataupun bagian proses bisnis suatu komoditi, Banten dapat membeli atau mendatangkan atau mengimpor dari luar provinsi. Sebaliknya, jika produksi berlebih atau proses bisnis suatu komoditi menghendaki, Banten menjualnya atau mengekspornya ke daerah lain atau ke mancanegara. Peta distribusi perdagangan menggambarkan distribusi barang dalam suatu provinsi yang dilihat berdasarkan wilayah (provinsi lainnya atau mancanegara) pemasoknya dan wilayah (provinsi lainnya atau mancanegara) penjualan komoditi yang bersangkutan .

D. M ARGIN P ERDAGANGAN D AN P ENGANGKUTAN (MPP)

Margin perdagangan dan pengangkutan (MPP) menggambarkan besarnya keuntungan yang diperoleh pada transaksi perdagangan dengan masih mengikutsertakan biaya pengangkutan barang (selisih antara nilai penjualan dengan nilai pembelian). Pada umumnya MPP didominasi oleh margin perdagangan.

1. P ERDAGANGAN B ERAS

Perdagangan beras di provinsi Banten melibatkan distributor, agen, sub agen, pedagang grosir, dan pedagang eceran. Distributor yang mendapat pasokan berasnya dari produsen kemudian menjual kembali 50,89 persen dari total pembeliannya ke pedagang eceran dan 48,52 persen ke pedagang grosir.

Sisanya, yakni sebesar 0,59 persen dijual langsung ke rumahtangga. Sebagaimana dengan distributor

yang menjual sebagian besar berasnya ke pedagang eceran, agen dan pedagang grosir juga menjual

sebagian besar pasokan beras tersebut ke pedagang eceran. Pedagang eceran kemudian menjual

sebagian besar berasnya langsung ke rumah tangga, yakni sekitar 95,86 persen dan sebagian kecil

lainnya dijual ke sesama pedagang eceran, yaitu sebesar 4,14 persen.

(3)

Sebagian besar beras yang diperdagangkan di wilayah Provinsi Banten berasal dari Provinsi Jawa Barat, yaitu sebesar 57,15 persen. Selain itu dipasok dari beberapa provinsi, seperti: Lampung sebanyak 3,97 persen, Jawa Tengah 2,24 persen dan sebagian kecil dari DKI Jakarta sebesar 0,40 persen.

Sementara itu, beras yang diperdagangkan juga ada yang berasal dari Banten sendiri yakni sebesar 36,64

persen. Sedangkan untuk penjualan kembali, seluruh pasokan beras tersebut digunakan untuk

(4)

2. P ERDAGANGAN B AWANG M ERAH

Secara umum, pola distribusi bawang merah di Banten melibatkan beberapa fungsi kelembagaan pada level pedagang besar seperti distributor, agen, sub agen, hingga pedagang grosir.

Jalur distribusi berawal dari distributor yang mendapatkan pasokan langsung dari produsen dan menjual sebagian besar stoknya ke pedagang eceran. Selain ke pengecer, secara tidak langsung distributor juga turut memasok ke berbagai fungsi kelembagaan pedagang besar lainnya bahkan hingga memasarkan ke level konsumen akhir secara langsung (rumah tangga). Pada level pedagang besar yang lain seperti agen, sub agen, dan pedagang grosir, yang menjual sebagian stoknya ke pengecer.

Selanjutnya, rantai distribusi berujung pada pedagang eceran yang mendapatkan pasokan dari seluruh

pedagang besar yang terlibat dan kemudian memasarkan mayoritas stok bawang merahnya ke rumah

tangga (93,13%).

(5)

Bawang merah yang diperdagangkan di wilayah Banten diperoleh dari beberapa wilayah terdekat saja. DKI Jakarta merupakan provinsi penyumbang stok bawang merah terbesar dengan persentase sebesar 42,09 persen. Setelah DKI Jakarta, provinsi terdekat yang turut menyumbangkan pasokan bawang merah adalah Jawa Tengah (23,72%) dan hanya sedikit sekali dari Jawa Barat (0,95%).

Sementara sisanya mampu diperoleh dari pasokan dalam wilayah Banten sendiri. Dari sisi penjualan, diketahui seluruh stok bawang merah tersebut dijual untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal di wilayah Banten.

3. P ERDAGANGAN C ABAI M ERAH

Berdasarkan pola distribusi perdagangan, jalur distribusi perdagangan cabai merah di Provinsi

Banten berawal dari distributor. Pedagang seperti agen mendapatkan pasokan cabai merah dari

distributor. Selanjutnya, agen menjual cabai merah ke pengecer (85,35%) dan langsung ke rumah

tangga (14,65%). Sub agen menjual cabai merah ke pengecer (56,78%), industri pengolahan (17,57%),

kegiatan usaha lainnya (7,81%), dan langsung ke rumah tangga (17,85%). Sub agen mendapatkan

pasokan cabai merah dari agen. Pengecer menjual cabai merah ke sesama pengecer (15,53%), kegiatan

usaha lainnya (0,66%), dan terbesar langsung ke rumah tangga (83,81%).

(6)

Berdasarkan distribusi perdagangan, didapatkan bahwa wilayah pembelian cabai merah berasal dari Provinsi Banten sendiri (44,82%) dan dari luar Provinsi Banten yaitu DKI Jakarta (49,71%) dan Jawa Barat (5,47%). Sementara itu, penjualan cabai merah seluruhnya ke Provinsi Banten sendiri (100,00%).

4. P ERDAGANGAN J AGUNG P IPILAN

Jalur distribusi jagung pipilan di Provinsi Banten dimulai dari pedagang sub distributor yang mendapat pasokan dari petani, menjual seluruh barang dagangannya ke pedagang pengepul. Selain sub distributor, pedagang pada tingkat agen menjual ke pedagang pengepul dan rumah tangga, sub agen menjual ke pengecer sebesar 50,09 persen, sisanya ke industri pengolahan, dan

konsumen akhir. Pada tingkat pedagang grosir yang mendapat pasokan dari agen, menjual kembali

barang dagangannya ke pedagang pengepul dan rumah tangga. Terakhir agar konusumen akhir

mendapat jagung pipilan, maka disalurkan hampir seluruhnya oleh pengecer.

(7)

Pedagang besar jagung pipilan di wilayah Provinsi Banten melakukan pembelian jagung pipilan terbesar berasal dari produsen di Provinsi Jawa Barat sebesar 41,47 persen, Jawa Tengah sebesar 37,22 persen, dan sisanya dari wilayah sendiri juga luar Provinsi Banten yaitu Lampung dan Jawa Timur.

Penjualannya banyak untuk memenuhi konsumen di wilayah sendiri sebesar 97,95 persen sisanya dikirim ke Jawa Barat sekitar 2 persen.

5. P ERDAGANGAN D AGUNG A YAM R AS

Fungsi usaha/perusahaan yang terlibat dalam perdagangan daging ayam ras di Provinsi Banten

adalah distributor, agen, sub agen, pedagang/usaha eceran. Pedagang besar distributor dan sub agen

mendistribusikan pasokan daging ayam ras ke fungsi usaha lain dan ke konsumen akhir. Sedangkan

pagen mendistribusikan pasokan seluruhnya ke pedagang/usaha eceran. Selanjutnya pedagang/usaha

eceran mendistribusikan pasokan ke kegiatan usaha lain seperti rumah makan, restoran, rumah sakit,

dll serta ke rumah tangga.

(8)

Pedagang daging ayam ras di provinsi Banten memperoleh pasokan dari dalam provinsi Banten sendiri serta mendistribusikan seluruh hasilnya ke Banten juga.

E. P ERBANDINGAN MPP B ANTEN DENGAN MPP I NDONESIA

Secara umum, MPP (margin perdagangan dan pengangkutan) jagung pipilan adalah MPP tertinggi di antara empat komoditi strategis yang lain di Banten. Ini sama halnya dengan yang terjadi secara nasional.

Kemudian disusul dengan barang yang relatif cepat busuk serta berasal dari luar Banten yakni cabai merah dan bawang merah. MPP terendah terjadi pada beras dimana merupakan bahan makanan pokok yang dikonsumsi penduduk Banten sehingga arus perputaran barang ini relatif cepat. Jika dibandingkan secara nasional, berdagang bawang merah di Banten lebih menguntungkan. Sebaliknya, keuntungan perdagangan beras, cabai merah, jagung pipilan, dan daging ayam ras di Banten sedikit lebih rendah dibandingkan kondisi nasional.

No Komoditi MPP

Indonesia Banten

(1) (2) (3) (4)

1 Beras 10,42 4,97

2 Cabai merah 25,33 23,04

3 Bawang merah 22,61 23,28

4 Jagung pipilan 31,90 25,21

5 Daging ayam ras 11,63 10,84

(9)
(10)

Informasi lebih lanjut hubungi:

Ir. Agoes Soebeno, M.Si Kepala BPS Provinsi Banten

Telepon: 0254-267027

E-mail : bps3600@bps.go.id; pst3600@bps.go.id Website : banten.bps.go.id

BPS PROVINSI BANTEN

Referensi

Dokumen terkait

Radiasi adalah perpindahan kalor dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Pada radiasi kalor atau energi yang merambat tanpa membutuhkan zat perantara, berbeda dengan

Teknik pengemasan bunga potong Alpinia purpurata pada jenis bahan pengemas plastik adalah terbaik, dengan umur kesegaran lebih lama (7,77 hari) bunga mengalami susut bobot

Variabel iklim psikologis memiliki pengaruh secara signifikan terhadap komitmen afektif karyawan, dimana variabel iklim psikologis memiliki pengaruh yang positif terhadap

(1) Dikecualikan Bagan Struktur Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aceh, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Bina Marga dan Cipta Karya dan Dinas Perindustrian,

Portal atau gawang disebut juga rangka kaku merupakan struktur yang terdiri dari elemen-elemen linear, umumnya balok dan kolom yang saling dihubungkan pada

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan (Astriana, 2017) menyatakan bahwa pada umur berisiko (35 tahun) berpeluang berisiko mendapatkan anemia 1,8 kali dibandingkan

Pihak manajemen harus menghubungi salah satu pegawai yang ada di toko untuk menghitung jumlah persediaan produk jadi yang ada, sehingga ketika ada pesanan, pihak perusahaan

Delila Kania, 2013 Pembelajaran Konsep Hukum Perdata Untuk Meningkatkan Kebermaknaan Pendidikan Dan Kewarganegaraan Universitas Pasundan Bandung Universitas Pendidikan Indonesia