• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PSAK 109 TENTANG AKUNTANSI ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI PSAK 109 TENTANG AKUNTANSI ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PSAK 109 TENTANG AKUNTANSI ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH

(Studi Empiris pada Organisasi Pengelola Zakat dan Infak/Sedekah Di Kota Semarang)

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Pujianto NIM 7211410096

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

 ” Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagimu di dunia...” (QS.

Al-Qasas ayat 77).

 Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kau hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan besok engkau mati (Anonim).

PERSEMBAHAN :

 Kedua orang tua, Bapak Midi dan Ibu Kamini.

 Mas Didik beserta keluarga

 Keluarga besar Mbah Marto-Tumiyem

 Keluarga besar Mbah Kimun-Sami

 Keluarga kecil sewaktu di UNNES, Galuh Tristianasari, Rida Andriyani, Yossi Friskianti, Faizatul Hasanah dan (alm) Uswatun Khasanah.

 Arina Tri Astuti

 Keluarga Yoto’s kost (Aji, Rizal, Sandy, Hafid dan Teguh)

 Teman-teman Akuntansi UNNES 2010.

 Keluarga besar Kost Ulin Nuha

(6)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Minat entitas amil zakat dan infak/sedkah mengimplementasikan praktik akuntansi zakat dan infak/sedekah” dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang memberikan kesempatan dan fasilitas mengikuti program S1 di Fakultas Ekonomi.

3. Drs. Fachrurrozie, M.Si, Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan fasilitas dan pelayanan selama masa studi.

4. Linda Agustina, S.E, M.Si, Dosen Wali Akuntansi B 2010 yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi selama penulis menimba ilmu di Universitas Negeri Semarang.

5. Drs. Asrori M.S, selaku dosen pembimbing atas petunjuk, bimbingan, dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

(7)

6. Dosen penguji yang telah memberikan masukan dan penilaian terhadap skripsi ini.

7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan bantuan selama penulis menimba ilmu di Universitas Negeri Semarang.

8. Pimpinan entitas amil zakat dan infak/sedekah yang telah memberikan ijin dan membantu penelitian ini yaitu Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Masjid Agung Jawa Tengah (LAZISMA), Dompet Dhuafa Jawa Tengah, Rumah Zakat Cabang Semarang, Lembaga Amil Zakat Infaq dan Sadhaqah Baiturrahman (LAZISBA), Yayasan Nurul Hayat Cabang Semarang, Lembaga Amil Zakat Al-Ihsan Jawa Tengah (LAZIS JATENG), Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid (DPUDT) Semarang, PKPU Semarang dan Badan Amil Zakat (BAZ) Kota Semarang.

9. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah membantu dalam proses perkuliahan.

10. Seluruh Keluarga tercinta dan orang-orang terkasih yang selalu memberikan restu, doa, dukungan, dan motivasi yang tiada hentinya kepada penulis untuk menyelesaikan studi dengan baik.

11. Teman-teman Akuntansi UNNES 2010 atas kebersamaan, kesenangan, kegembiraan, dan bantuan selama masa kuliah. Sebuah kebanggaan dapat menuntut ilmu bersama kalian.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

(8)

Penulis memohon maaf apabila dalam penyusunan maupun pembahasan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, khususnya dunia akuntansi.

Semarang, Desember 2014

Penulis

(9)

SARI

Pujianto. 2014. “Implementasi PSAK 109 tentang akuntansi zakat dan infak/sedekah”. Skripsi. Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Drs. Asrori, M.S.

Kata kunci: Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah, PSAK No 109 .

Organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah adalah salah satu lembaga swadaya masyarakat syariah. Organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah sudah seharusnya membuat laporan keuangan yang dikelolanya sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku yaitu PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infak/sedekah.

Namun, pada kenyataannya banyak organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah yang belum mengimplementasikan PSAK tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implemntasi PSAK 109 akuntansi zakat dan infak/sedekah.

Populasi dalam penelitian ini adalah organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah di Kota Semarang. Teknik pengambilan sampel menggunakan quota sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode kuesioner. Pengolahan data menggunakan analisis statistik deskriftif dan analisis regresi. Variabel indepndennya pada penelitian ini adalah sikap dan norma subyektif terhadap praktik akuntansi zakat dan infak/sedekah. Sedangkan variabel dependenya adalah minat amil zakat dan infak/sedekah mengimplementasikan praktik akuntansi zakat dan infak/sedekah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap terhadap praktik akuntansi zakat dan infak/sedekah secara parsial tidak berpengaruh terhadap minat amil zakat dan infak/sedekah mengimplementasikan praktik akuntansi zakat dan infak/sedekah sedangkan norma subyektif terhadap praktik akuntansi zakat dan infak/sedekah parsial berpengaruh terhadap minat amil zakat dan infak/sedekah mengimplementasikan praktik akuntansi zakat dan infak/sedekah.

Simpulan dari penelitian ini adalah bahwa organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah berminat mengimplementasikan praktik akuntansi zakat dan infak/sedekah. Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah IAI lebih giat dalam mensosialisasikan PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah agar amil lebih memahami dan berminat mengimplementasikan PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infak/sedekah.

(10)

ABSTRACT

Pujianto. 2014. “Implementation PSAK 109 About Accounting Of Zakah And Infaq/Alms". Final Poject. Accounting Department. Faculty of Economy.

Semarang State University. Advisor : Drs. Asrori, M.S.

Key words: accounting of zakah and infaq/alms, PSK No 109.

Organization of management zakah and infaq/alms is one of non- govermental organization. Organization of management zakah and infaq/alms which should make financial report based on accounting standard which is PSAK 109 accounting of zakah and infaq/alms. But, in reality there are still many organization of management zakah and infaq/alms which have not implemented PSAK. This study aims to analyze implementation of PSAK 109 accounting of zakah and sodaqoh/alms.

The population of this study is organization of management zakah and infaq/alms in Semarang. The tehnique of sample using quota sampling. the method of collecting data using questioner method. The analyzing data using descriptive statistics and regression analysis. Independent variable in this study is attitude and subjective norm toward the practice of zakah and infaq/alms.

meanwhile, the dependent variable is amil zakah interest and infaq/alms’s in implementing the practice of accounting zakah and infaq/alms.

The result of this study shows that attitude toward the practice of accounting zakah and infaq/alms parcially does not influence amil zakat and infaq/alms interest in implements the practice of accounting zakah and infaq/alms.

meanwhile the subjective norm toward the practice of parcial accounting zakah and infaq/alms influencing amil zakah and infaq/alms’s interest in implements the practice of accounting zakah and infaq/alms.

As a conclusion, organization of management zakat and infaq/alms interest to implement the practice of accounting zakat and infaq/alms. Suggestion obtained from this study is that IAI more active in socializing PSAK 109 accounting of zakah and infaq/alms so that amil can understand more and have interest in implementing PSAK 109 accounting of zakat and infaq/alms.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Stewadrship ... 11

2.2. Teori Tindakan Beralasan ... 13

(12)

2.3. Konsep Zakat, Infak/Sedekah dan Amil ... 15

2.2.1. Zakat ... 15

2.2.2. Infak/Sedekah ... 19

2.2.3. Amil ... 19

2.4. Organisasi Pengelola Zakat dan Infak/Sedekah ... 21

2.4.1. Badan Amil Zakat Nasional ... 21

2.4.2. Lembaga Amil Zakat ... 24

2.5. Konsep Akuntansi Zakat dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah ... 25

2.5.1. Konsep Akuntansi Zakat ... 25

2.5.2. Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (ED PSAK) No 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah... 27

2.5.2.1. Pengakuan ... 27

2.5.2.2. Pengukuran ... 27

2.5.2.3. Penyajian ... 28

2.5.2.4. Pengungkapan ... 28

2.5.2.5. Dana Nonhalal ... 30

2.5.2.6. Laporan Keuangan Amil ... 31

2.6. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesisi ... 34

2.6.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 34

2.6.2. Pengembangan Hipotesisi ... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian ... 38

(13)

3.2. Populasi, Sampel, Teknik Pengambilan Sampel ... 38

3.2.1. Populasi ... 38

3.2.2. Sampel ... 39

3.2.3. Teknik Pengambilan Sampel ... 39

3.3. Variabel Penelitian ... 40

3.3.1. Variabel Dependen ... 40

3.3.2. Variabel Independen ... 41

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 42

3.5. Uji Instrumen Penelitian ... 46

3.5.1. Uji Validitas ... 46

3.5.2. Uji Reliabelitas ... 46

3.6. Metode Analisis Data ... 47

3.6.1. Analisis Deskriftif Variabel Penelitian ... 47

3.6.2. Uji Asumsi Klasik ... 47

3.6.2.1. Multikolinearitas ... 48

3.6.2.2. Heteroskedastisitas ... 48

3.6.2.3. Uji Normalitas Data ... 49

3.6.3. Persamaan Regresi ... 49

3.6.4. Uji Hipotesis ... 50

3.6.4.1. Uji Statistk F ... 50

3.6.4.2. Uji Statistik t ... 51

3.6.4.3. Uji Koefisien Determinasi ( ) ... 52

(14)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian ... 53

4.1.1. Gambaran Umum Responden ... 53

4.1.2. Pengujian Instrumen Penelitian ... 56

4.1.2.1. Uji Validitas ... 56

4.1.2.2. Uji Reliabilitas ... 59

4.1.3. Deskriptif Variabel Penelitian ... 60

4.1.4. Uji Asumsi Klasik ... 66

4.1.4.1. Uji Multikoleniaritas ... 66

4.1.4.2. Uji Heteroskedastisitas ... 68

4.1.4.3. Uji Normalitas ... 69

4.1.5. Persamaan Regresi ... 71

4.1.6. Uji Hipotesis ... 72

4.1.6.1. Uji Statistik F ... 72

4.1.6.2. Uji Statistik t ... 73

4.1.6.3. Uji Koefisiean Determinansi ... 75

4.2. Pembahasan ... 76

4.2.1. Implementasi PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah .... 76

4.2.2. Pengaruh Sikap Terhadap Minat Implementasi Praktik Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah(H1) ... 77

4.2.3. Pengaruh Norma Subyektif Terhadap Minat Mengimplementasikan Praktik Akuntansi Zakat Dan Infak/Sedekah (H2) ... 79

(15)

BAB V PENUTUP

5.1. Simpulan ... 80

5.2. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

LAMPIRAN ... 84

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Contoh Penelitian Tentang Penerapan PSAK 109 ... 5

Tabel 2.1 Neraca (Laporan Posisi Keuangan) ... 31

Tabel 2.2 Laporan Perubahan Dana ... 32

Tabel 2.3Laporan Perubahan Aset Kelolaan ... 33

Tabel 3.1 Item-item Kuesioner Penelitian ... 42

Tabel 4.1 Karakteristik Data Kuesioner ... 53

Tabel 4.2 Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 54

Tabel 4.3 Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Tinkat Pendidikan .... 55

Tabel 4.4 Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Mengikuti Sosialisasi PSAK 109 ... 55

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Sikap Terhadap Praktik Akuntansi Zakat Dan Infak/Sedekah ... 56

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Norma Subyektif Terhadap Praktik Akuntansi Zakat Dan Infak/Sedekah ... 57

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Minat Mengimplementasikan Praktik Akuntansi Zakat Dan Infak/Sedekah ... 58

Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas ... 60

Tabel 4.9 Deskripsi Variabel X1 Sikap terhadap praktik akuntansi zakat dan infak/sedekah ... 61

Tabel 4.10 Kategori Variabel Sikap Terhadap Praktik Akuntansi Zakat dan Infak/sedekah ... 62

(17)

Tabel 4.11 Deskripsi Variabel X2 Norma subyektif terhadap praktik akuntansi

zakat dan infak/sedekah ... 63

Tabel 4.12 Kategori Norma subyektif terhadap praktik akuntansi zakat dan infak/sedekah... 64

Tabel 4.13 Deskripsi Variabel Y Minat mengimplementasikan praktik akuntansi zakat dan infak/sedekah ... 64

Tabel 4.14 Kategori minat mengimplementasikan praktik akuntansi zakat dan infak/sedekah... 65

Tabel 4.15 Hasil Uji Korelasi Antar Variabel ... 66

Tabel 4.16 Hasil Uji Multikolonieritas... 67

Tabel 4.17 Hasil Analisis Regresi ... 71

Tabel 4.18 Hasil Uji Statistik F ... 73

Tabel 4.19 Hasil Uji Statistik t ... 74

Tabel 4.20 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 75

(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Model Teori Tindakan Beralasan ... 14

Gambar 2.2. Struktur Organisasi BAZNAS ... 22

Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 35

Gambar 4.1.Grafik Scatterplot ... 68

Gambar 4.1. Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ... 69

Gambar 4.3 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram ... 70

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Hasil Uji Deskriptif Responden ... 85

Lampiran 2 Hasil Uji Validitas ... 87

Lampiran 3Hasil Uji Deskriptif Reliabilitas ... 92

Lampiran 4 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ... 94

Lampiran 5 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 98

Lampiran 6 Hasil Uji Analisis Regresi ... 102

Lampiran 7 Hasil Uji Hipotesis ... 103

Lampiran 8 Tabulasi Jawaban Responden... 105

Lampiran 9 Kuesioner Penelitian ... 114

Lampiran 10 Surat Izin Penelitian... 125

Lampiran 11 Surat Keterangan Penelitian ... 126

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Lebih dari delapan puluh lima persen penduduk Indonesia beragama Islam. Hal ini menimbulkan berdirinya organisasi berbasis Islam. Salah satu organisasi tersebut adalah organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah.

Organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah dibentuk bertujuan untuk membantu umat muslim di Indonesia sebagai salah satu sarana ibadah. Organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah adalah suatu organisasi yang bergerak dibidang penerimaan dan penyaluran dana zakat dan infak/sedekah. Dana yang dikelola organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah berasal dari orang islam yang berkewajiban membayar zakat atau disebut muzakki. Selain zakat, sumber dana yang dikelola organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah adalah dana infak/sedekah.

Zakat dalam Islam merupakan salah satu ibadah wajib bagi umat islam yang mampu dalam hal harta. Cara melaksanakan zakat yaitu dengan memberikan sebagian harta yang dimiliki kepada yang berhak menerima (mustahiq) sesuai ketentuan syariah. Dasar perintah membayar zakat terdapat dalam Al Qur’an surat At Taubah ayat 103 yang artinya sebagai berikut:

”Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’amu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar,

(21)

Maha Mengetahui” (Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al Qur’an, 2000).

Infak/sedekah adalah menyumbangkan sebagian harta secara sukarela kepada yang berhak menerima sesuai dengan ketentuan syariah. Himbauan untuk melaksanakan infak/sedekah terdapat dalam Al Qura’an surat Al Baqarah ayat 254. Isi ayat Al Qur’an tersebut sebagai berikut:

”Wahai orang-orang yang beriman, Infakkanlah sebagian dari rezekimu yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari ketika tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan dan tidak ada lagi syafaat. Orang- orang kafir itulah orang yang zalim” (Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir Al-Qur’an, 2000).

Fungsi organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah didirikan adalah untuk membantu umat muslim dalam rangka menyalurkan dana zakat dan infak/sedekahnya. Dana yang dikumpulkan dari muzaki disalurkan untuk beberapa golongan yang sudah ditentukan sesuai syariah. Al Qur’an menjelaskan dalam surat At Taubah ayat 60 golongan yang mendapatkan zakat adalah orang fakir, pengelola zakat, mu’alaf, budak, orang yang berhutang, untuk dijalan Allah dan orang yang sedang dalam perjalanan. Isi ayat tersebut sebagai berikut:

“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang diluluhkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berhutang, untuk jalan Allah, dan orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Mendengar” (Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir Al-Qur’an, 2000).

Sudah seharusnya pengelolaan dana zakat dan infak/sedekah dikelola dengan baik. Organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah dalam mengelola zakat dan infak/sedekah minimal memiliki prinsip dasar amanah, transparan dan ikhlas dalam mengelola dana zakat dan infak/sedekah. Amanah artinya organisasi

(22)

pengelola zakat dan infak/sedekah dapat dipercaya dalam pengelolaan dana yang didapat dari muzakki. Transparan artinya organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah mampu memberikan laporan pengelolaan dana zakat dan infak/sedekah kepada pengguna laporan. Ikhlas artinya organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah tidak mengambil keuntungan pribadi, tetapi bertujuan membantu para muzakki dalam menyalurkan dana zakat dan infak/sedekah karena Allah.

Pemerintah Indonesia mendukung kegiatan pengelolaan dana zakat dan infak/sedekah dengan membuat Undang-undang No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. Tujuannya supaya organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah dapat menjalankan fungsinya baik sesuai agama maupun negara.

Undang-undang tersebut dapat dijadikan dasar hukum berdirinya organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah di Indonesia.

Undang-undang zakat mengatur fungsi organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah yang berada dibawah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

BAZNAS adalah lembaga yang bertugas mengelola zakat yang memiliki kewenangan secara nasional. Organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah wajib melaporkan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat yang sudah diaudit kepada BAZNAS secara berkala.

Sebagai salah satu organisasi swadaya masyarkat organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah sudah seharusnya membuat pembukuan untuk dana yang dikelolanya. Hal tersebut bertujuan agar masyarakat yang menggunakan jasanya percaya bahwa dana yang dititipkan dikelola dengan baik. Laporan keuangan yang

(23)

dibuat juga harus sesuai tujuan akuntansi syariah. Akuntansi syariah memiliki dua tujuan utama, yaitu : Pertama sebagai instrumen pertanggungjawaban memenuhi kewajiban kepada Allah, individu dan lingkungan masyarakat. Kedua, sebagai instrumen membantu terciptanya keadilan sosial ekonomi seperti dikehendaki ekonomi Islam (Haniffa dan Hudaib, 2001) dan (Sulaiman, 2001) dalam (Asrori, 2011). Pembukuan dana kelolaan yang dimaksud adalah membuat laporan keuangan. Seperti dijelaskan diatas bahwa Undang-undang mewajibkan organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah memberikan laporan secara berkala.

“Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 282 menyebutkan ”Wahai orang-orang yang beriman, apabilakamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah dia menulis” (Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir Al-Qur’an, 2000).

Ayat Al Quran ditersebut apabila dikaitkan dengan pengelolaan zakat dan infak/sedekah, maka organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah seharusnya melakukan pencatatan terhadap kegiatannya. Dana yang dititipkan muzakki adalah amanat untuk diberikan kepada yang berhak menerima. Pengelolaan harus dapat dipertanggungjawabkan dengan membuat laporan keuangan agar menjaga kepercayaan muzakki dan pengguna laporan keungan lain.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah akuntan di Indonesia sejak tahun 2008 telah membuat Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (ED PSAK) No. 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah. ED PSAK No. 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah dibuat dengan tujuan menyamakan bentuk laporan transaksi zakat dan infak/sedekah yang semakin komplek. Dengan

(24)

menyamakan bentuk laporan keuangan organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah maka akan lebih mudah dalam mengauditnya.

Sejak 2008 ED PSAK No. 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah telah dibuat oleh IAI. Pada tahun 2010 tepatnya tanggal 6 April PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah telah disahkan, akan tetapi masih banyak organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah belum menerapkannya. Hal tersebut disimpulkan dari penelitian-penelitian yang membahas tentang penerapan PSAK No. 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah. Berikut adalah beberapa contoh judul penelitiannya:

Tabel 1.1

Contoh Penelitian tentang Penerapan PSAK 109

NO PENULIS JUDUL HASIL

1 Rina Indrayani, Isna Yuningsih dan Salma

Patitisahusiwa (2012)

Analisis Perlakuan Akuntansi Zakat, Infaq dan Shodaqoh Pada Lazis Dana Peduli Ummat (LAZ DPU) Di Samarinda

Belum sesuai PSAK No. 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah

2 Ummi Khoirul

Umah (2011)

Penerapan Akuntansi Zakat Pada Lazis (Studi pada LAZ DPU DT Cabang Semarang)

Belum sesuai PSAK No. 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah 3 Ira Ilama Yulyani

(2012)

Analisis Pencatatan dan Pelaporan Laporan

Keuangan BAZIS Provinsi Provinsi DKI Jakarta dengan Acuan PSAK 109

Sudah sesuai PSAK No. 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah

4 Andi Metari

Setiariware (2013)

Analisis Penerapan Akuntansi Zakat, Infak dan Sedekah Pada Laz (LAZIS) Dompet Dhuafa Cabang Makassar

Belum Sesuai PSAK No. 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah

(25)

5 Istutik (2013) Analisis Implementasi Akuntansizakat dan Infak/Sedekah (Psak:109) Pada Lembaga Amilzakat Di Kota Malang

Belum Sesuai PSAK No. 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah

6 Fathonah (2013) Analisis penerapan akuntansi zakat pada organisasi pengelola zakat (studi kasus LAZISMU kabupaten Klaten dan BAZDA kabupaten klaten)

Belum Sesuai PSAK No. 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah

Contoh hasil penelitian diatas menunjukan bahwa banyak organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah belum menerapkan akuntansi zakat dan infak/sedekah sesuai dengan PSAK No. 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah.

Hasil observasi awal yang dilakukan peneliti juga menunjukkan hal yang sama.

Dari empat organisasi pengelola dan infak/sedekah di kota Semarang semuanya belum mengimplementasikan PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah.

Keempat entitas tersebut adalah DPU DT Cabang Semarang, LAZISMA, Rumah Zakat Cabang Semarang dan LAZISBA. Sangat disayangkan apabila organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah masih menerapkan akuntansi konvensional karena audit tidak akan maksimal dan bisa mengurangi kepercayaan pengguna laporan keuangan. Berdasarkan keterangan diatas peneliti akan mengungkap minat organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah mengimplementasikan PSAK 109 Akuntansi zakat dan infak/sedekah pada laporan keuangannya.

Salah satu bagian ilmu akuntansi adalah akuntansi keperilakuan.

Akuntansi keperilakuan menghubungkan antara keperilakuan manusia dengan

(26)

akuntansi. Akuntansi keperilakuan diterpakan dengan praktis menggunakan riset ilmu keperilakuan untuk menjelaskan dan memprediksikan perilaku manusia, (Ikhsan dan Ishak, 2008:28). Oleh sebab itu, peneliti akan meneliti kaitannya perilaku organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah terhadap implementasi praktik akuntansi zakat dan infak/sedekah.

Minat organisasi pengelola dan infak/sedekah mengimplementasikan PSAK 109 akuntansi zakat dan infak/sedekah diteliti dengan menggunakan Teori Stewadrship dan Teori Tindakan Beralasan. Teori Stewardship digunakan untuk menjelaskan bahwa manajer organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah dalam mengimplementasikan PSAK 109 tidak berdasarkan kemauannya sendiri. Manajer harus memperhatikan penailaian individu atau kelompok lain untuk kepentingan organisasi. SedangkanTeori Tindakan Beralasan digunakan untuk mengukur minat amil zakat terhadap perilaku amil dalam mengimplementasikan standar akuntansi zakat. Standar akuntansi zakat dan infak/sedekah yang dijadikan instrumen penelitian yaitu ED PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah.

Instrumen penelitian ini terpaksa masih menggunakan ED PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infak/sedekah karena peneliti sampai penelitian ini dibuat tidak dapat menemukan PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infak/sedekah yang sudah disahkan. Segala upaya sudah dilakukan untuk dapat menemukan mulai dari mencari di perpustakaan-perpustakaan, toko buku dan mengirim email kepada IAI tidak mendapatkan respon. Sebagai penelitian awal diharapkan penelitian ini dimasa yang akan datang dapat dikembangkan lebih lanjut untuk

(27)

dapat mengetahui minat organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah mengimplementasikan PSAK 109.

Teori Tindakan Beralasan menjelaskan pengukuran minat berdasarkan sikap dan norma subyktif. Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah evaluasi positif atau negatif individu amil zakat terhadap implementasi praktik akuntansi zakat dan infak/sedekah. Sedangkan norma subyektifnya adalah persepsi pemangku kepentingan organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah yang mempengaruhi minat untuk mengimplementasikan atau tidak mengimplementasikan praktik akuntansi zakat dan infak/sedekah.

Berdasarkan uraikan diatas maka dilakukanlah penelitian dengan judul

“Implementasi PSAK 109 Tentang Akuntansi Zakat Dan Infak/Sedekah”.

Penelitian ini merupakan studi empiris pada organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah yang berada di daerah Kota Semarang. Kota Semarang dipilih karena di Kota Semarang terdapat banyak organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah yang bisa dijadikan sampel penelitian.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sikap amil zakat dan infak/sedekah terhadap praktik akuntansi zakat dan infak/sedekah?

2. Bagaimana norma subyektif amil zakat dan infak/sedekah terhadap praktik akuntansi zakat dan infak/sedekah?

3. Bagaimana minat amil zakat dan infak/sedekah terhadap praktik akuntansi zakat dan infak/sedekah?

(28)

4. Apakah sikap amil berpengaruh terhadap implementasi praktik akuntansi zakat dan infak/sedekah?

5. Apakah norma subyektif amil berpengaruh terhadap implementasi praktik akuntansi zakat dan infak/sedekah?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Menjelaskan sikap amil terhadap praktik akuntansi zakat dan infak/sedekah.

2. Menjelaskan norma subyektif amil terhadap praktik akuntansi zakat dan infak/sedekah.

3. Menjelaskan minat amil terhadap praktik akuntansi zakat dan infak/sedekah..

4. Menguji hubungan sikap amil berpengaruh terhadap minat implementasi praktik akuntansi zakat dan infak/sedekah.

5. Menguji hubungan norma subyektif amil berpengaruh terhadap minat implementasi praktik akuntansi zakat dan infak/sedekah.

1.4. Manfaat Penelitian a. Teoritis :

Penelitian ini memberikan data sebagai bukti empiris serta menambah wawasan dan pengembangan dalam ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan ilmu ekonomi islam khususnya akuntansi zakat dan infak/sedekah.

(29)

b. Praktis :

1. Memberi masukan kepada Ikatan Akuntan Indonesia untuk mengetahui perkembangan penggunaan ED PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah di lapangan dan memberikan saran perbaikan untuk membuat standar akuntansi zakat dan infak/sedekah yang lebih baik lagi.

2. Memberi masukan kepada organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah agar dapat mengimplementasikan praktik akuntansi zakat dan infak/sedekah.

3. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi penelitian berikutnya untuk menghasilkan penelitian yang lebih baik.

(30)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Stewardship

Teori stewardship adalah teori yang menggambarkan situasi dimana para manajer tidaklah termotivasi oleh tujuan-tujuan individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran hasil utama mereka untuk kepentingan organisasi, sehingga teori ini mempunyai dasar psikologi dan sosiologi yang telah dirancang dimana para eksekutif sebagai steward termotivasi untuk bertindak sesuai keinginan prinsipal, selain itu perilaku steward tidak akan meninggalkan organisasinya sebab steward berusaha mencapai sasaran organisasinya. Teori ini didesain bagi para peneliti untuk menguji situasi dimana para eksekutif dalam perusahaan sebagai pelayan dapat termotivasi untuk bertindak dengan cara terbaik pada principalnya (Donaldson dan Davis, 1989-1991 dalam Anton, 2010).

Pada Stewardship Theory, model of man ini didasarkan pada pelayan yang memiliki perilaku dimana dia dapat dibentuk agar selalu dapat diajak bekerjasama dalam organisasi, memiliki perilaku kolektif atau berkelompok dengan utilitas tinggi daripada individunya dan selalu bersedia untuk melayani. Pada teori stewardship terdapat suatu pilihan antara perilaku self serving dan pro- organisational, perilaku pelayan tidak akan dipisahkan dari kepentingan organisasi adalah bahwa perilaku eksekutif disejajarkan dengan kepentingan principal dimana para steward berada. Steward akan menggantikan atau mengalihkan self serving untuk berperilaku kooperatif.

(31)

Steward mewujudkan tarik menarik antara kebutuhan personal dan tujuan organisasi dan kepercayaan bahwa dengan bekerja untuk organisasi, dan kemudian dikumpulkan, maka kebutuhan personal akan bertemu. Di lain pihak kesempatan steward dibatasi oleh adanya persepsi bahwa utilitas yang dapat diperoleh dari orang yang berperilaku pro-organisasional akan lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang bersikap individualistik dan berperilaku self serving. Steward percaya bahwa kepentingan mereka akan disejajarkan dengan kepentingan perusahaan dan pemilik. Dengan demikian kepentingan steward, motivasi untuk memperoleh utilitas ditujukan langsung ke organisasi dan tidak untuk tujuan personel (Anton, 2010).

Keterkaitan Teori Stewardship dalam penelitian ini adalah bahwa manajer organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah dalam mengambil keputusan untuk mengimplementasikan PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infak/sedekah bukan didasarkan pada keinginan diri sendiri saja, tetapi juga berdasarkan penilaian individu atau kelompok lain yang berkepentingan. Penilaian bisa berasal dari muzakki yang menitipkan zakat dan infak/sedekahnya kepada LAZIS atau individu atau kelompok yang menggunakan laporan keuangan LAZIS. Dari penilaian tersebut manajer LAZIS dapat mengambil keputusan untuk mengimplementasikan atau tidak mengimplementasikan PSAK 109 Akuntansi zakat dan infak/sedekah pada LAZIS yang dikelolanya. Oleh karena itu, minat organisasi pengelola zakat untuk mengimplementasikan PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infak/sedekah dipengaruhi oleh penilaian amil sendiri dan penilaian individu atau kelompok lain seperti dijelaskan pada Tindakan Beralasan.

(32)

2.2 Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action)

Teori Tindakan Beralasan adalah teori yang menjelaskan bahwa minat dari seseorang untuk melakukan (atau tidak melakukan) sesuatu perilaku merupakan penentu langsung dari tindakan atau perilaku (Jogiyanto, 2007:32). Hal-hal yang dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dapat dilihat dari minatnya. Minat adalah keinginan atau kehendak untuk melakukan hal atau perilaku. Sedangkan perilaku adalah tindakan atau kegiatan nyata yang dilakukan seseorang. Menurut teori tindakan beralasan, minat-minat merupakan suatu fungsi dari dua penentu dasar yaitu sikap dan norma subyektif.

Penentu yang pertama yang berhubungan dengan faktor pribadi adalah sikap terhadap perilaku individual. Sikap terhadap perilaku adalah evaluasi kepercayaan (belief) atau perasaan (affect) positif atau negatif dari individu jika harus melakukan perilaku tertentu yang dikehendaki. Penentu yang kedua dari minat yang berhubungan dengan pengaruh sosial adalah norma subyektif. Norma subyektif adalah persepsi atau pandangan seseorang terhadap tekanan sosial (kepercayaan-kepercayaan orang lain) yang akan mempengaruhi minat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan.

Teori tindakan beralasan adalah hubungan antara sikap terhadap perilaku, norma subyektif terhadap minat yang menentukan perilaku. Jika hubungan tersebut digambarkan, maka akan tampak sebagai berikut :

(33)

Sumber : Jogiyanto (2007:35)

Gambar 2.1 Model Teori Tindakan Beralasan

Gambar 2.1 menjelaskan tahapan-tahapan manusia melakukan perilaku.

Tahap awal, perilaku diasumsikan ditentukan oleh minat. Tahap kedua, minat dijelaskan dalam bentuk sikap terhadap perilaku dan norma subyektif. Tahap ketiga, mampertimbangkan sikap dan norma subyektif dalam bentuk kepercayaan- kepercayaan tentang konsekuensi melakukan perilakunya dan tentang ekspektasi normatif dari orang yang direferensi yang relevan.

Teori Tindakan Beralsan pada penelitian ini digunakan untuk mengungkap minat organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah mengimplementasikan PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infak/sedekah yang didasarkan pada sikap amil dan norma subyektif.

Perilaku Minat Perilaku

Norma Subyektif Sikap terhadap

Perilaku

(34)

2.3. Konsep Zakat, Infak/Sedekah dan Amil 2.3.1. Zakat

Zakat adalah ibadah wajib yang dikerjakan oleh seorang muslim dengan cara menyisihkan sebagian harta yang dimiliki untuk diserahkan kepada orang- orang yang berhak menerima sesuai ketentuan syariah. Orang yang membayar zakat disebut muzakki sedangkan penerimanya disebut dengan mustahiq. Perintah untuk melaksanakan zakat terdapat pada Al Quran surat Al Baqarah ayat 43 yang artinya “Dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukuklah kamu bersama orang- orang yang rukukuk (Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir Al-Qur’an, 2000)”

Zakat dibedakan dalam dua jenis yaitu zakat fitrah dan zakat maal. Zakat fitrah adalah zakat yang dibayarkan menjelang hari raya idul fitri atas kelebihan dari keperluan harian keluarga. Cara melaksanakan zakat fitrah adalah dengan memberikan sebagian makanan pokok kepada mustahiq. Sedangkan zakat maal adalah sebagian kekayaan atau harta yang disisihkan dari hasil usaha untuk diberikan kepada mustahiq. Syariat melaksanakan zakat maal adalah Al Quran surat Al Baqarah ayat 267 yang isinya:

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik, dan sebagian dari apa yang kamu keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha kaya lagi Maha terpuji (Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir Al- Qur’an, 2000)”.

(35)

Yasin (2011) menjelaskan Nisab dan kadar zakat yang harus dibayarkan sebagai berikut :

1. Harta Peternakan a. Unta

Nisab unta adalah 5 (lima) ekor. Artinya, bila seseorang telah memiliki 5 ekor unta, maka ia telah berkewajiban mengeluarkan zakatnya.

Zakatnya semakin bertambah apabila jumlah unta yang dimilikinya pun bertambah.

b. Sapi, Kerbau, dan Kuda

Nisab kerbau dan kuda disetarakan dengan nisab sapi, yaitu 30 ekor.

Artinya, apabila seseorang telah memiliki 30 ekor sapi (kerbau dan kuda), ia telah terkena kewajiban zakat.

c. Kambing atau Domba

Nisab kambing atau domba adalah 40 ekor. Artinya, apabila seseorang telah memiliki 40 ekor kambing atau domba, ia telah terkena kewajiban zakat.

d. Unggas (Ayam, Bebek, Burung) dan Ikan

Nisab pada ternak unggas dan perikanan tidak ditetapkan berdasarkan jumlah (ekor) sebagaimana unta, sapi, dan kambing, tetapi dihitung berdasarkan skala usaha. Ternak unggas dan perikanan adalah setara dengan 20 dinar (1 dinar = 4,25 gram emas murni) atau sama dengan 85 gram emas murni (24 karat). Apabila seseorang beternak ikan, dan pada akhir tahun (tutup buku) ia memiliki kekayaan berupa modal

(36)

kerja dan keuntungan lebih besar, kira-kira setara dengan 85 gram emas murni, ia terkena kewajiban zakat sebesar 2,5%. Deng an demikian, usaha tersebut digolongan ke dalam zakat perniagaan.

2. Harta Perniagaan dan Perusahaan a. Harta Perniagaan

Harta perniagaan adalah harta yang disiapkan untuk diperjualbelikan, baik dikerjakan oleh individu maupun kelompok. Mayoritas ahli fikih sepakat bahwa nisab zakat harta perniagaan adalah sepadan dengan 85 gram emas atau 200 dirham perak. Ketetapan bahwa nilai aset telah mencapai nisab ditentukan pada akhir masa haul sesuai dengan prinsip independensi tahun keuangan sebuah usaha. Zakat ini dihitung berdasarkan asas bebas dari semua kewajiban keuangan. Kadar zakat yang harus dikeluarkan adalah 1/40 dari nilai aset pada akhir tahun atau sama dengan 2,5%.

b. Zakat Perusahaan

Nisab dan kadar zakat perusahaan dianalogikan dengan wajib zakat perniagaan, yaitu 85 gram emas. Adapun kadar zakatnya adalah 2,5%

dari aset wajib zakat yang dimiliki perusahaan selama masa satu tahun.

c. Hasil pertanian

Nisab hasil pertanian adalah 5 wasq atau setara dengan 653 kg.

Apabila hasil pertanian tersebut termasuk makanan pokok, seperti beras, jagung, gandum, dan kurma, nisabnya adalah 653 kg dari hasil pertanian tersebut. Tetapi jika hasil pertanian itu selain makanan

(37)

pokok, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, daun, dan bunga, nisabnya disetarakan dengan harga nisab dari makanan pokok yang paling umum di daerah (negeri) tersebut, misalnya untuk Indonesia adalah beras. Kadar zakat untuk hasil pertanian, apabila diairi dengan air hujan, sungai, atau mata air adalah 10%, tetapi apabila hasil pertanian diairi dengan disirami atau irigasi (ada biaya tambahan), zakatnya adalah 5%.

d. Emas dan perak atau harta simpanan

Nisab emas dan perak adalah 20 dinar (85 gram emas murni) dan perak adalah 200 dirham (setara 595 gram perak). Artinya, apabila seseorang telah memiliki emas atau perak sebesar 20 dinar atau 200 dirham dan sudah memilikinya selama setahun, maka ia terkena kewajiban zakat sebesar 2,5%.

Demikian juga jenis harta yang merupakan harta simpanan dan dapat dikategorikan dalam emas dan perak, seperti uang tunai, tabungan, cek, saham, surat berharga ataupun bentuk lainnya. Nisab dan zakatnya sama dengan ketentuan emas dan perak. Artinya, jika seseorang memiliki bermacam-macam bentuk harta dan jumlah akumulasinya lebih besar atau sama dengan nisab (85 gram emas), ia telah tekena kewajiban zakat sebesar 2,5%.

Golongan yang berhak mendapatkan zakat ada delapan yaitu orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus zakat/amil, para mualaf/orang yang baru masuk islam, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang, untuk

(38)

fisabilillah dan para musafir / orang dalam perjalanan. Kedelapan golongan diatas dibebutkan dalam Al Quran surat At Taubah ayat 60 sebagai berikut :

“Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang orang fakir, orang- orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk di jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah. Dan Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana (Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir Al-Qur’an, 2000)”.

2.3.2 Infak/sedekah

Infak menurut syara diartikan mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran islam (Wahyuddin, 2006). Menurut Daud Ali infak adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang setiap kali ia menerima rezeki sebanyak yang ia kehendaki sendiri. Sedangkan sedekah dalam kamus bahasa Indonesia berarti dermakepada orang miskin dan sebagainya (berdasarkan cinta kasih kepada manusia).

Sedekah dalam syariat Islam memiliki arti yang sama dengan infak, akan tetapi dalam hal cakupan berbeda, jika infak lebih mengarah kepeda pengertian materil, sedangkan sedekah memiliki cakupan yang lebih luas menyangkut hal-hal yang bersifat meteril dan imateril (Wahyuddin, 2006). Zakat, hibah, wakaf, nafkah kepada keluarga juga termasuk dalam infak. Zakat dan infak/sedekah memang memiliki beragam pengertian, tergantung sudut pandang masing-masing pemerhati.

2.3.3 Amil

Amil adalah orang yang diangkat penguasa atau wakilnya untuk mengurus zakat. Tugasnya meliputi penghimpunan, pengelolaan, dan pendistribusian zakat

(39)

(Yasin, 2011). Dalam melaksanakan tugasnya tersebut amil diberikan hak untuk mengambil sebagian dari dana zakat. Menurut (Setiariware, 2013), Amil adalah kelompok pengelola dan petugas zakat yang mendapat bagian dari zakat sebesar 12,5 % untuk melaukan tugas-tugasnya dan sebagai biaya administrasi yang harus dikeluarkan dalam pengelolaan dan pendistribusian dana zakat. Bagian amil tersebut boleh diambilkan dari zakat karena amil termasuk golongan yang mendapatkan hak dari dana zakat seperti disebutkan dalam Al Quran surat At Taubah ayat 60.

Tugas Pokok Amil

Tugas pokok amil menurut (Umah, 2011) adalah sebagai berikut:

1. Memberikan garis-garis kebijakan umum Badan Amil Zakat.

2. Mengesahkan rencana kerja dari badan pelaksan dan komisi pengawas.

3. Mengeluarkan fatwa syariah baik diminta maupun tidak berkaitan dengan hokum zakat yang wajib diikuti oleh pengurus badan amil zakat.

4. Memberikan pertimbangan, saran dan rekomendasi kepada badan pelaksana dan komisi pengawas baik diminta maupun tidak.

5. Memberikan persetujuan atas laporan tahunan hasil kerja badan pelaksana dan komisi pengawas.

6. Menunujuk akuntansi publik

(40)

2.4 Organisasi Pengelola Zakat dan Infak/Sedekah

Undang-undang Republik Indonesia nomor 23 Tahun 2011 pasal 6 menerangkan bahwa BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional. Sedangkan dalam pasal 17 menerangkan bahwa untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk LAZ (Lembaga Amil Zakat).

2.4.1 Badan Amil Zakat Nasional

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan satu- satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional (pusat.baznas.go.id). Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS sebagailembaga yang berwenang melakukan pengelolaan zakat secara nasional. Dalam UU tersebut, BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama. Dengan demikian, BAZNAS bersama Pemerintah bertanggung jawab untuk mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan: syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.

BAZNAS menjalankan empat fungsi, yaitu:

a. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat b. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat

(41)

c. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat d. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.

Stuktur organisasi BAZNAS

PENGURUS BAZNAS

AMIL BAZNAS

Sumber : www.pusat.baznas.go.id

Gambar 2.2 Struktur Organisasi BAZNAS DEWAN

PERTIMBANGAN

SATUAN AUDIT INTERNAL DIREKTUR

PELAKSANA

DEVISI PERENCANAAN

DAN PENGEMBANGAN BADAN

PELAKSANA

KOMISI PENGAWAS

DEVISI KEUANGAN, HRD

DAN IT

DEVISI PENDISTRIBUSIAN

DAN PENDAYAGUNAAN DEVISI

PENGHIMPUN

DEVISI KEUANGAN, HRD

DAN IT

(42)

Tanggung jawab, wewenang dan tata kerja BAZ meliputi :

a. Ketua badan pelaksana BAZ bertindak dan bertanggung jawab untuk dan atas nama Badan Amil Zakat baik ke dalam maupun keluar.

b. Dalam melaksanakan tugasnya masing-masing BAZ menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi di lingkungan masing- masing, serta melakukan konsultasi dan memberikan informasi antar BAZ di semua tingkatan.

c. Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan BAZ bertanggung jawab mengkoordinasikan bawahannya masing-masing dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan.

d. Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan BAZ wajib mengikuti dan mematuhi ketentuan serta bertanggung jawab kepada atasan masing-masing dan menyampaikan berkala tepat pada waktunya.

e. Setiap kepala divisi/bidang/seksi/urusan BAZ menyampaikan laporan dengan kepala BAZ melalui sekretaris, dan sekretaris menampung laporan-laporan tersebut serta menyusun laporan-laporan berkala BAZ.

f. Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan BAZ wajib diolah dan digunakan sebagai bahan untuk penyusunan laporan lebih lanjut dan untuk memberikan arahan kepada bawahannya.

(43)

g. Dalam melaksanakan tugasnya setiap pimpinan satuan organisasi BAZ dibantu oleh kepala satuan organisasi di bawahnya dan dalam rangka pemberian bimbingan kepada bawahan masing-masing wajib mengadakan rapat bekala.

h. Dalam melaksanakan tugasnya BAZ memberikan laporan tahunan kepada pemerintah sesuai dengan tingkatannya (www.zentadacon.wordpress.com).

Untuk terlaksananya tugas dan fungsi tersebut, maka BAZNAS memiliki kewenangan :

a. Menghimpun, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat.

b. Memberikan rekomendasi dalam pembentukan BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota, dan LAZ

c. Meminta laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS Provinsi dan LAZ.

2.4.2. Lembaga Amil Zakat

LAZ adalah intitusi pengelolaan zakat yang sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang bergerak di bidang da’wah, pendidikan, sosial dan kemaslahatan umat Islam. Lembaga Amil Zakat dikukuhkan, dibina dan dilindung pemerintah. Pengukuhan LAZ dilakukan oleh pemerintah atas usul LAZ yang telah memenuhi persyaratan. Pengukuhan dilaksanakan setelah terlebih dahulu dilakukan penelitian persyaratan.

Pengukuhan dapat dibatalkan apabila LAZ tersebut tidak lagi memenuhi persyaratan (www.zentadacon.wordpress.com).

(44)

Pemerintah yang dimaksud adalah :

1. Di pusat dilakukan oleh Menteri Agama.

2. Di daerah propinsi dilakukan oleh Gubernur atas usul Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi.

3. Di daerah Kabupaten/Kota oleh Bupati/Wali Kota atas usul Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota.

4. Di daerah Kecamatan oleh Camat atas usul Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan.

Syarat-syarat Lembaga Amil Zakat

Lembaga Amil Zakat yang diusulkan kepada pemerintah untuk mendapat pengukuhan, harus memenuhi syarat-syarat sebagi berikut :

1. Berbadan hukum

2. Memiliki data muzaki dan mustahiq 3. Memiliki program kerja

4. Memiliki pembukuan

5. Melampirkan surat pernyataan bersedia diaudit.

2.5 Konsep Akuntansi Zakat dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah

2.5.1. Konsep Akuntansi Zakat

Menurut (Weygant, 2007 dalam Indriyani dkk, 2012), definisi akuntansi suatu sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu organisasi kepada para pengguna yang

(45)

berkepentingan. Sedangkan menurut Mursyidi dalam (Indriyani dkk, 2006) menyatakan bahwa Akuntansi (accountancy) berasal dari akar kata to account, yang artinya adalah menghitung. Secara teknis, akuntansi diartikan sebagai proses pencatatan (recording), pengklasifikasian (classifiying), pemeriksaan (summarizing) transaksi keuangan yang diukur dalam satuan uang, serta pelaporan (reporting) hasil-hasilnya.

Berdasarkan pengertian diatas maka tujan akuntansi zakat menurut AAS- IFI (Accounting & Auditing Standard for Islamic Financial Institution) adalah menyajikan informasi mengenai ketaatan organisasi terhadap ketentuan syari’ah Islam, termasuk informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran yang tidak diperbolehkan oleh syari’ah, bila terjadi, serta bagaimana penyalurannya.

Berdasarkan tujuan tersebut maka memperlihatkan betapa pentingnya peran Dewan Syari’ah (mengeluarkan opini syariah) (Ummah, 2012).

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) sebagai organisasi Akuntan di Indonesia telah membuat standar akuntansi keuangan zakat dan infak/sedekah. Standar tersebut dimuat dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah. PSAK No.109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah dibuat untuk menjadi pedoman entitas amil zakat dan infak/sedekah dalam membuat laporan keuangan dalam rangka memberikan informasi pengelolaan dana zakat dan infak/sedekah.

(46)

2.5.2. Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (ED PSAK) No 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah

2.5.2.1.Pengakuan Zakat

Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau aset lainnya diterima.

Infak/sedekah

Infak/sedekah yang diterima diakui sebagai dana infak/sedekah terkait atau tidak terkait sesuai dengan tujuan pemberi infak/sedekah sabesar:

a. jumlah yang diterima, jika dalam bentuk kas, b. nilai wajar, jika dalam bentuk nonkas.

2.5.2.2.Pengukuran Zakat

Zakat yang diterima dari muzakki diakui sebagai penambah dana zakat : a. jika dalam bentuk kas maka sebesar jumlah yang diterima,

b. jika dalam bentuk nonkas maka sebesar nilai wajar aset nonkas tersebut.

Infak/sedekah

Infak/sedekah yang diterima dapat berupa kas atau aset nonkas. Aset nonkas dapat berupa aset lancar atau tidak lancar. Aset tidak lancar yang diterima oleh amil dan diamanahkan untuk dikelola dinilai sebesar nilai wajar saat penerimaannya dan diakui sebagai aset tidak lancar infak/sedekah. Penyusutan dari aset tersebut diperlakukan sebagai

(47)

pengurang dana infak/sedekah terikat apabila penggunaan atau pengelolaan aset tersebut sudah ditentukan oleh pemberi.

2.5.2.3.Penyajian

Amil menyajikan dana zakat, dana infak/sedekah, dana amil, dan dana nonhalal secara terpisah dalam neraca (laporan posisi keuangan).

2.5.2.4.Pengungkapan Zakat

Amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi zakat, tetapi tidak terbatas pada:

a. kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas penyaluran, dan penerima

b. kebijakan pembagian antara dana amil dan dana nonamil atas penerimaan zakat, seperti persentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan

c. metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan zakat berupa aset nonkas

d. rincian jumlah penyaluran dana zakat yang mencakup jumlah beban pengelolaan dan jumlah dana yang diterima langsung mustahiq, dan e. hubungan istimewa antara amil dan mustahiq yang meliputi:

i. sifat hubungan istimewa,

ii. jumlah dan jenis aset yang disalurkan, dan

iii. presentase dari aset yang disalurkan tersebut dari total penyaluran selama periode.

(48)

Infak/sedekah

Amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi infak/sedekah, tetapi tidak terbatas pada:

a. metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan infak/sedekah berupa aset nonkas,

b. kebijakan pembagian antara dana amil dan dana nonamil atas penerimaan infak/sedekah, seperti persentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan,

c. kebijakan penyaluran infak/sedekah, seperti penentuan skala prioritas penyaluran, dan penerima,

d. keberadaan dana infak/sedekah yang tidak langsung disalurkan tetapi dikelola terlebih dahulu, jika ada, maka harus diungkapkan jumlah dan persentase dari seluruh penerimaan infak/sedekah selama periode pelaporan serta alasannya,

e. hasil yang diperoleh dari pengelolaan yang dimaksud di huruf (d) diungkapkan secara terpisah,

f. penggunaan dana infak/sedekah menjadi aset kelolaan yang diperuntukkan bagi yang berhak, jika ada, jumlah dan persentase terhadap seluruh penggunaan dana infak/sedekah serta alasannya, g. rincian jumlah penyaluran dana infak/sedekah yang mencakup jumlah

beban pengelolaan dan jumlah dana yang diterima langsung oleh penerima infak/sedekah,

(49)

h. rincian dana infak/sedekah berdasarkan peruntukannya, terikat dan tidak terikat, dan

i. hubungan istimewa antara amil dengan penerima infak/sedekah yang meliputi:

1. sifat hubungan istimewa,

2. jumlah dan jenis aset yang disalurkan; dan

3. presentase dari aset yang disalurkan tersebut dari total penyaluran selama periode.

Selain membuat pengungkapan di atas, amil mengungkapkan hal-hal berikut:

a. keberadaan dana nonhalal, jika ada, diungkapkan mengenai kebijakan atas penerimaan dan penyaluran dana, alasan, dan jumlahnya, dan b. kinerja amil atas penerimaan dan penyaluran dana zakat dan dana infak/sedekah.

2.5.2.5.Dana Nonhalal

Penerimaan nonhalal adalah semua penerimaan dari kegiatan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, antara lain penerimaan jasa giro atau bunga yang berasal dari bank konvensional. Penerimaan nonhalal umumnya terjadi dalam kondisi darurat atau kondisi yang tidak diinginkan oleh entitas karena secara prinsip dilarang. Penerimaan nonhalal diakui sebagai dana nonhalal, yang terpisah dari dana zakat, dana infak/sedekah dan dana amil. Aset nonhalal disalurkan sesuai dengan syariah.

(50)

2.5.2.6.Laporan Keuangan Amil

Komponen laporan keuangan yang lengkap dari amil terdiri dari:

a. Neraca (laporan posisi keuangan) Tabel 2.1

Neraca (laporan posisi keuangan) BAZ „‟XXX‟‟

Per 31 Desember 2XX2

Sumber : Ilustrasi 1 ED PSAK 109

Keterangan Rp Keterangan Rp

Asset Asset lancar Kas dan setara kas Instrumen keuangan Piutang

Asset tidak lancar Asset tetap

Akumulasi penyusutan

xxx xxx xxx

xxx (xxx)

Kewajiban

Kewajiban jangka pendek Biaya yang masih harus dibayar

Kewajiban jangka panjang

Imbalan kerja jangka panjang

Jumlah kewajiban Saldo dana

Dana zakat

Dana infak/sedekah Dana amil

Dana nonhalal Jumlah dana

xxx

xxx

xxx

xxx xxx xxx xxx xxx Jumlah asset Xxx Jumlah kewajiban dan

saldo dana

xxx

(51)

b. Laporan perubahan dana

Tabel 2.2

Laporan Perubahan Dana BAZ “XXX”

Untuk periode yang berakhir 31 Desember 2XX2

Keterangan Rp

DANA ZAKAT Penerimaan

Penerimaan dari muzakki muzakki entitas muzakki individual Hasil penempatan

Jumlah penerimaan dana zakat Bagian amil atas penerimaan dana zakat

Jumlah penerimaan dana zakat setelah bagian amil

Penyaluran Fakir-Miskin Riqab

Gharim Muallaf Sabilillah Ibnu sabil

Jumlah penyaluran dana zakat Surplus (defisit)

Saldo awal Saldo akhir

xxx xxx xxx xxx xxx

xxx

(xxx) (xxx) (xxx) (xxx) (xxx) (xxx) (xxx) xxx xxx xxx DANA INFAK/SEDEKAH

Penerimaan

Infak/sedekah terikat atau muqayyadah Infak/sedekah tidak terikat atau mutlaqah

Bagian amil atas penerimaan dana infak/sedekah Hasil pengelolaan

Jumlah penerimaan dana infak/sedekah Penyaluran

Infak/sedekah terikat atau muqayyadah Infak/sedekah tidak terikat atau mutlaqah Alokasi pemanfaatan aset kelolaan

(misalnya beban penyusutan dan penyisihan) Jumlah penyaluran dana infak/sedekah Surplus (defisit)

Saldo awal Saldo akhir

xxx xxx (xxx)

xxx xxx

(xxx) (xxx) (xxx) (xxx) (xxx) xxx

xxx

(52)

xxx DANA AMIL

Penerimaan

Bagian amil dari dana zakat

Bagian amil dari dana infak/sedekah Penerimaan lainnya

Jumlah penerimaan dana amil Penggunaan

Beban pegawai Beban penyusutan

Beban umum dan administrasi lainnya Jumlah penggunaan dana amil Surplus (defisit)

Saldo awal Saldo akhir

xxx xxx xxx xxx

(xxx) (xxx) (xxx) (xxx) xxx xxx xxx DANA NONHALAL

Penerimaan Bunga bank Jasa giro

Penerimaan nonhalal lainnya

Jumlah penerimaan dana nonhalal Penggunaan

Jumlah penggunaan dana nonhalal Surplus (defisit)

Saldo awal Saldo akhir

xxx xxx xxx xxx

(xxx) xxx xxx xxx Jumlah saldo dana zakat, dana infak/sedekah,

dana amil dan dana nonhalal

Xxx Sumber : Ilustrasi 2 ED PSAK 109

c. Laporan perubahan aset kelolaan Tabel 2.3

Laporan Perubahan Aset Kelolaan BAZ “XXX”

Untuk periode yang berakhir 31 Desember 2XX2 Saldo

awal

Pena mbah an

Pengura ngan

Penyisi han

Akumu lasi penyu-

Sutan Sal

do akh ir Dana

infak/sed ekah-

(53)

asset kelolaan

lancar (misal piutang bergulir)

Dana infak/sed

ekah- asset kelolaan tidaklanc ar (misal

rumah sakit atau

sekolah)

Sumber : Ilustrasi 3 ED PSAK 109

d. Laporan arus kas

Entitas amil menyajikan laporan arus kas sesuai dengan PSAK 2 : Laporan Arus Kas dan PSAK yang relevan

e. Catatan atas laporan keuangan

Amil menyajikan catatan atas laporan keuangan sesuai dengan PSAK 101 : Penyajian Laporan Keuangan Syariah dan PSAK yang relevan.

2.6. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis 2.6.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini adalah tentang pengaruh sikap dan norma subyektif terhadap minat yang dikaji dari Teori Tidakan Beralasan seperti pada gambar 2.1. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian adalah variabel independen dan variabel dependen. Gambar 2.2

(54)

menyajikan kerangka pemikiran teoritis untuk pengembangan hipotesis pada penelitian ini.

Variabel indenpenden pada penelitian ini adalah sikap terhadap praktik akuntansi keuangan zakat dan infak/sedekah dan norma subyektif terhadap praktik akuntansi keuangan zakat dan infak/sedekah. Sedangkan variabel dependennya adalah minat mengimplementasikan praktik akuntansi keuangan zakat dan infak/sedekah.

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis

Definisi variabel-variabel dari kerangka pemikiran diatas dijelaskan dalam metode penelitian bagian variabel penelitian.

2.6.2. Pengembangan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalima pertanyaan (Sugiyono, 2009). berdasarkan masalah yang diungkapkan diatas dan dari hasil penelitan terdahulu yang meneliti tentang hubungan sikap dan norma

Sikap amil terhadap praktik akuntansi keuangan zakat dan infak/sedekah

minat mengimplementasikan praktik akuntansi keuangan zakat dan infak/sedekah

Norma subyektif amil terhadap praktik akuntansi keuangan zakat dan infak/sedekah

(55)

subyektif terhadap minat terhadap perilaku. Contoh penelitian tersebut anatara lain 1) Pengaruh Sikap dan Norma Subyektif pada Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan 2) Pengungkapan Syari’ah Compliance dan Kepatuhan Syariah Terhadap Prinsip Syariah.

Hasil dari penelitian Nurofik (2013) dengan judul ”Pengaruh Sikap dan Norma Subyektif pada Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial” membuktikan bahwa perilaku manajer dalam mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan dipengaruhi oleh sikapnya terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan norma subyektif manajer atas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian kedua, Asrori (2011) dengan judul “Pengungkapan Syari’ah Compliance dan Kepatuhan Syariah Terhadap Prinsip Syariah”

membuktikan bahwa (1) Akuntan dan manajer bank syariah bersikap positif terhadap praktik pengungkapan syari’ah compliance sebagai pertanggung jawaban kepatuhan bank syariah terhadap prinsip syariah, (2) Akuntan dan manajer bank syariah percaya terhadap praktik pengungkapan syari’ah compliance sebagai pertanggung jawaban kepatuhan bank syariah terhadap prinsip syariah, (3) Akuntan dan manajer bank syariah berminat menerapkan praktik pengungkapan syari’ah compliance sebagai pertanggung jawaban kepatuhan bank syariah terhadap prinsip syariah, (4) Intensi (minat) akutan dan manajer bank syariah menerapkan praktik pengungkapan syari’ah compliance ditentukan oleh sikap dan kepercayaan terhadap praktik pengungkapan syari’ah compliance sebagai pertanggung jawaban kepatuhan bank syariah terhadap prinsip syariah.

(56)

Berdasarkan permasalahan diatas maka hipotesis yang mucul pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1: Sikap amil berpengaruh terhadap minat implementasi praktik akuntansi zakat dan infak/sedekah.

H2: Norma subyektif amil berpengaruh pada minat mangimimplementasikan praktik akuntansi zakat dan infak/sedekah.

\

(57)

38 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah pengujian hipotesis dengan menggunakan data subyek. Data subyek yaitu jenis data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subyek penelitian (Indriantoro dan Supomo, 2009).

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung dari subyek penelitian. Subyek penelitian ini adalah amil di organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah se-kota Semarang. Data diperoleh dengan menggunakan instrumen kuesioner yang berisi penilaian amil terhadap praktik akuntansi keuangan zakat dan infak/sedekah dalam hal ini PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah.

Penelitian ini menjelaskan bukti empiris dari data yang diperoleh dengan desain penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif. Data diolah dan dijelaskan untuk menggambarkan hubungan antar variabel.

3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009)

Referensi

Dokumen terkait

Kepada para peserta yang dinyatakan lulus mengikuti Diklat akan diberikan Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP), sedangkan bagi peserta yang tidak

Agar dalam pembahasan ini tidak terlalu luas dan keluar dari tema persoalan, maka dalam hal ini penulis membatasi pada bahasan metode fundraising dan

Berdasarkan atas potensi Zakat, Infak dan Sedekah di masyarakat yang belum dikelola secara optimal, meskipun tentang Zakat, Infak dan Sedekah, dan dana sosial

Sebelum dilaksanakan pos tes, peneliti memberikan tindakan berupa pembelajaran Matematika perkalian bilangan cacah meng- gunakan media batang napier terhadap

Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Lamongan dan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam

Seksi  Pendidikan  dan  Kesehatan  mempunyai  tugas  membantu  Camat  dalam  menyiapkan  bahan  perumusan  kebijakan,  pelaksanaan,  evaluasi  dan  pelaporan 

 Juga untuk memulihkan kondisi pasien bila terasa ada sisa Juga untuk memulihkan kondisi pasien bila terasa ada sisa rasa sakit, berat, panas pada bagian tertentu. rasa sakit,

Pada saat terjadi gangguan akan mengalir arus yang sangat besar pada fasa yang terganggu menuju titik gangguan, dimana arus gangguan tersebut mempunyai harga yang