• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab II ini penulis memaparkan teori-teori yang berhubungan dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab II ini penulis memaparkan teori-teori yang berhubungan dengan"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab II ini penulis memaparkan teori-teori yang berhubungan dengan noun clause yang menjadi acuan dalam menganalisis data pada bab III. Teori-teori yang digunakan dalam menganalisis data adalah teori mengenai sintaksis yang di dalamnya membahas tentang satuan sintaksis (kata, frasa, klausa, dan kalimat), fungsi sintaksis (subject, verb, object, dan complement), noun clause (that clause, wh-clause, whether/if clause) dan teori semantik yang berkonsentrasi pada peran semantik.

2.1 Sintaksis

Secara etimologis, kata sintaksis berasal dari bahasa yunani kuno yaitu σύνταξις (syntáxis) yang berarti arrangement atau pengaturan yang merupakan gabungan dari kata σύν (syn), yang artinya bersama dan τάξις (taxis) yang berarti pengaturan. Sintaksis sangat erat hubungannya dengan bentuk-bentuk gramatika. Objek kajian dalam sintaksis melingkupi wacana, kalimat, klausa, dan frase. Saeed (1997:3) mengatakan bahwa, “syntax is the study of how words can be combined into sentences. Sintaksis adalah ilmu yang mempelajari bagaimana kata-kata dapat dikombinasikan hingga membentuk kalimat. Robert (1964:1) menyatakan bahwa, “syntax is the area of grammar that is concerned of word in sentences, the way in which they are put together to form sentences.” Maksudnya sintaksis merupakan bidang ilmu tata bahasa yang berhubungan dengan kata-kata di dalam kalimat dan bagaimana kata-kata dapat tergabung menjadi bentuk

(2)

kalimat. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Miller (2002: 56) yang menyatakan bahwa, “syntax has to do with how words are put together to build phrases, with how phrases are put together to build clauses or bigger phrases, and how clauses are put together to build sentences.” Sintaksis memiliki peranan dalam proses dimana kata-kata digabungkan untuk membentuk frasa, di mana frasa digabungkan untuk membentuk klausa atau frasa yang lebih luas, dan bagaimana klausa-klausa digabungkan untuk membentuk kalimat.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat didefinisikan bahwa sintaksis adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari fungsi dan aturan-aturan dalam perangkaian hubungan antar unit-unit bahasa menjadi suatu struktur bahasa dalam bentuk frasa, klausa, maupun kalimat. Dalam ilmu sintaksis itu sendiri terdapat kajian sintaksis yang berkaitan dengan skripsi ini yaitu satuan sintaksis dan fungsi sintaksis.

Satuan sintaksis merupakan bagian dari sintaksis yang menjelaskan hubungan fungsional pada tiap satuan di dalam sintaksis yang tersusun bersama dalam wujud berupa frasa, klausa dan kalimat. Satuan sintaksis dari yang kecil dimulai dari kata, frasa, klausa dan kalimat. Fungsi satuan sintaksis akan tampak apabila satuan muncul dalam suatu susunan. Misalnya susunan kata dalam frasa, sususan frasa dalam klausa, dan susunan klausa di dalam kalimat.

2.1.1 Kata

Kata merupakan satuan terkecil yang menjadi komponen pembentukan satuan sintaksis. Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata berperan sebagai fungsi pengisi sintaksis, sebagai penanda kategori sintaksis, dan sebagai perangkai

(3)

dalam penyatuan satuan-satuan atau bagian-bagian dari satuan sintaksis. Fromkin (1998:63) menyatakan bahwa “word is the smallest unit of linguistic meaning.” Kata adalah unit terkecil dalam linguistik.

Crane et al. (1981:130) berpendapat bahwa, “words have a denotative meaning, which is akin to a definition.” Yang berarti kata memiliki makna harafiah, yang serupa dengan definisi. Crane at al. juga berpendapat bahwa, “words have a connotative meaning, which includes varied aspect.” Kata memiliki makna yang terselubung, termasuk aspek yang bervariasi.

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa kata merupakan satuan terkecil yang memiliki fungsi penting dalam pembentukan frasa, klausa, dan kalimat. Kata memiliki makna yang harfiah yang sesuai dengan definisi, dan juga dapat memiliki makna terkait dengan kata lainnya sehingga makna sebuah kata menjadi lebih bervariasi dalam kalimat. Kata diklasifikasikan berdasarkan fungsinya di dalam satuan sintaksis yang disebut part of speech (kelas kata)

Nesfeld (1993:48) menglkasifikasikan parts of speech (kelas kata) ke dalam delapan jenis, yaitu:

1. Noun adalah sebuah kata yang digunakan untuk menamai orang atau benda. “A word used for naming some person or thing.”

Contoh:

(1) Jane came to party last night

(4)

2. Pronoun adalah sebuah kata yang digunakan sebagai pengganti nomina atau kata yang berfungsi sebagai nomina. “A word used instead of noun or noun equivalent.”

Contoh:

(3) He loves her so bad.

(4) She gave me a gift.

3. Adjective adalah kata yang mengubah nomina atau pronomina, biasanya dengan menjelaskannya atau membuatnya menjadi lebih spesifik. “Word used instead of noun or noun equivalent.”

Contoh:

(5) She is a beautiful.

(6) Patrick is a good boy.

4. Verb adalah sebuah kata yang digunakan untuk mengatakan sesuatu tentang orang atau benda. Arti lain verb adalah kata kerja. “A word for saying something about some person or thing.”

Contoh:

(7) My mom cooks a cake.

(8) Andy plays his guitar.

5. Preposition adalah kata yang diletakkan sebelum noun atau sebelum kata yang berfungi sebagai nomina untuk menunjukan hubungan orang atau

(5)

benda yang disimbolkan atau diwakili oleh nomina dengan sesuatu yang lain. “Word placed before a noun equivalent to show in what relation the person or thing denoted by the noun stands to something else.”

Contoh:

(9) Marry puts a book on the table.

(10) Bond stays in font of Marry’s house.

6. Conjunction adalah sebuah kata yang digunakan untuk menggabungkan kata-kata atau frasa, atau menggabungkan satu klausa dengan klausa lain. “A word used to join words or phrases together, or oe clause to another to another clause.”

Contoh:

(11) Selly reads a script and Sarah writes a summary.

(12) James asks Barron to bring a day pack or carrier.

7. Adverb adalah sebuah kata yang digunakan untuk menspesifikasikan kelas kata manapun kecuali nomina dan pronomina. “A word used to qualify any part of speech except a noun or pronoun.”

Contoh:

(13) A students walk slowly.

(6)

8. Interjection adalah sebuah kata atau bunyi yang dilontarkan dalam kalimat untuk mengekspresikan perasaan dari pikiran. “A word or sound thrown into sentence to express some feeling of the mind.”

Contoh:

(15) Argh, I did many mistakes!

(16) Hey, she comes!

Sedangkan Quirk et al. (1982:18) mengklasifikasikan part of speech ke dalam sepuluh jenis, yaitu:

1. Noun – party, churches, moment.

2. Adjective – fearless, quick, wonderfull.

3. Adverb – today, easily, far.

4. Verb – run, jump, play.

5. Article – the, a, an.

6. Demonstrative – that, this.

7. Pronoun – he, they, which.

8. Preposition – at, in, without.

9. Conjunction – and, when, that.

(7)

2.1.2 Frasa

Menurut Schmidt (1995:338) “a phrase is a group of words that are closely related.” Frasa adalah kelompok kata yang berhubungan sangat erat. Frasa merupakan kombinasi atau susunan kata-kata yang tidak lengkap pengertiannya. Frasa sering didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif artinya hubungan antara kedua unsur yang membentuk frasa tidak berpola subject, verb dan object.

Definisi di atas diperkuat oleh Richards et al. (1985:39) yang menyatakan “a phrase is a group of words which form a grammatical unit. A phrase does not contain a finite verb and does not have a subject-predicate structure: for example: I liked her expensive new car.” Frasa adalah gabungan kata yang membentuk unit gramatikal. Sebuah frasa tidak mengandung finite verb (verba finit) dan tidak berstruktur subject-verb.

Frasa diklasifikasikan kedalam lima jenis menurut fungsinya di dalam kalimat, yaitu:

1. Noun Phrase (NP)

Quirk (1985:62) menyatakan “noun phrase consist of a head which is typically a noun, and of elements which determine the head and modify that head or complement another element in the phrase.” Noun Phrase adalah frasa yang terdiri dari head (unsur utama) yang berkelas kata noun, dan elemen lain yang menjelaskannya. Noun Phrase merupakan frasa yang terdiri dari gabungan noun yang bisa dikombinasikan dengan Determiner (Det.) dan adjective (Adj.)

(8)

Contoh:

(17) The controversial books made the public curious.

NP

2. Verb Phrase (VP)

Quirk (1985:62) menyatakan “verb phrase consist of a main verb which either stands alone as the entire verb phrase, or is preceded by up to four verb in an auxilary function.” Maksudnya verb phrase merupakan frasa yang terdiri dari verb sebagai head dan di padankan oleh elemen yang lain yang berfungsi untuk memperjelas atau menambah informasi dari verb di dalam verb phrase.

Contoh:

(18) George has given Mary a book VP

3. Adjective Phrase (Adj. P)

Quirk (1985: 63) menyatakan bahwa, “adjective Phrase consist of an adjective as head optionaly preceded and followed by modifying elements.” Maksudnya adjective phrase adalah frasa yang unsur utamanya berupa adjektive.

Contoh:

(19) James is very intelligent. Adj. P

(9)

4. Adverb Phrase (Adv. P)

Quirk et al. (1985: 63) menyatakan bahwa, “adverb phrase consist of adverb, instead of adjective as their head.” Maksudnya adverb phrase merupakan frasa yang memiliki head yang berkelas kata adverb.

Contoh:

(20) Tony drives a car very slowly. Adv. P

5. Prepositional Phrase (Prep. P)

Quirk et al. (1985:143) menyatakan bahwa: “a Prepositional phrase consits of a preposition followed by a prepositional complement, which is characteristically a noun phrase or wh-clause or V-ing clause.” ‘frasa preposisi terdiri dari sebuah preposisi yang diikuti oleh sebuah prepositional complement, dapat berupa noun phrase atau wh-clause atau V-ing clause’.

Contoh:

(21) The bettle was ended by signing a peace treaty. Prep. P

2.1.3 Klausa

Miller (2002:6) berpendapat bahwa “clause is unit which as minimum consists of a verb, its complement and its adjunct”. Richads et al. (1982:39), menyatakan “A group of words which form a grammatical unit and which contain a subject and a finite verb. A clause forms a sentences or part of a sentence and

(10)

often functions as a noun, adjective, or adverb”. Kelompok kata yang membentuk sebuah unit gramatikal dan mengandung sebuah subject dan sebuah verb (finit). Klausa merupakan bagian dari kalimat yang memiliki fungsi sebagai noun, adjektive, atau adverb. Kreidler (1998:298) berpendapat bahwa, klausa adalah “a construction of words that expresses a proposition but forms part of a sentence rather than being sentence in itself.” Sebuah konstruksi kata-kata yang mengungkapkan proposisi, tetapi merupakan bagian dari kalimat bukannya kalimat itu sendiri.

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulan bahwa, klausa adalah kelompok kata yang membentuk sebuah unit gramatikal yang mengandung paling sedikit sebuah subject dan sebuah verb. Klausa bukan kalimat, melainkan klausa adalah bagian dari kalimat.

Quirk et al. (1985:56) mengklasifikasi jenis dari unsur-unsur pembentukan klausa sebagai berikut:

1. S+V : Someone was laughing. S V

2. S+V+O : My mother enjoys parties.

S V O

3. S+V+C : The country become totally independent.

S V C

4. S+V+Adv : I have been in the garden.

S V Adv

(11)

S V O O

6. S+V+O+C : Most people consider these books rather expensive. S V O C

7. S+V+O+Adv : You must put all the toys upstairs.

S V O Adv

Di dalam bahasa inggris klausa diklasifikasikan kedalam dua jenis yaitu main clause dan subordinate clause.

2.1.3.1 Main Clause

Main clause juga sering disebut independent clause yang merupakan klausa bebas atau klausa utama, yaitu klausa yang dapat berdiri sendiri menyerupai kalimat. Quirk et al. (1985:988) berpendapat bahwa, “main clauses have also been called ‘ principal clauses’ or ‘ head clauses’. Main clauses are generally also independent clauses.” Jacobs (1995:65) menyatakan pendapat serupa bahwa “a clause that can stand as a sentence is called a main clause or sometimes independent clause.” Maksudnya adalah klausa yang dapat berdiri sendiri menyerupai kalimat itu merupakan klausa inti atau klausa bebas. Sedangkan Richards, et.al. (1985:77) berpendapat bahwa main clause adalah “A clause which can be used on its own”. Main clause merupakan sebuah klausa yang dapat berdiri sendiri.

Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, main clause atau juga sering disebut independent clause, principal clause, dan head clause yang merupakan jenis klausa bebas yang dapat berdiri sendiri seperti kalimat.

(12)

(22) She told me that she was going abroad. Main Clause

2.1.3.2 Subordinate Clause

Subordinate clause juga disebut dependent clause yang merupakan jenis klausa terikat, yaitu klausa yang tidak dapat berdiri sendiri seperti main clause. Walaupun subordinate clause memiliki ciri yang sama dengan main clause yang di dalamnya paling sedikit memiliki satu subject dan verb, tetapi subordinate clause selalu bergantung kepada main clause yang menjadi induk klausa di dalam kalimat.

Quirk et al. (1985:988) berpendapat bahwa, “subordinate clauses (sometimes abbreviated to ‘sub-clauses’) have also been called ‘dependent’, ‘embedded’, ‘included’, ‘constituent’, and ‘syntactically bound’ clauses. Subordinate clause yang terkadang disingkat sub-clause atau juga sering disebut dependent yang berarti klausa yang bergantung, embedded yang berarti klausa yang tertanam, included yang berarti klausa yang termasuk, constituent yang berarti klausa konstituen, syntactically bound yang berati sintaksis klausa terikat. Sedangkan Jacobs (1995:65), menyatakan “dependent clause, on the other hand do not stand on their own as sentences.” Richards, et.al. (1985:77) menyatakan dependent clause adalah “A clause which must be used with another clause to form a complete grammatical contruction. It depends on the other clause and is subordinate to it.” Sebuah klausa yang harus digunakan dengan klausa lain untuk membentuk sebuah kontruksi gramatikal yang lengkap. Jenis klausa tersebut sangat bergantung pada keberadaan main clause.

(13)

Contoh:

(23) I told him that nothing was going to happen to me. Main Clause Subordinate Clause

Dari ketiga pendapat di atas, subordinate clause yang biasa disebut sub-clause atau dependent sub-clause, yaitu merupakan sebuah klausa yang terikat atau klausa yang selalu bergantung pada main clause untuk membentuk sebuah kontruksi gramatikal yang lengkap. Di dalam bahasa inggris subordinate clause diklasifikasikan ke dalam tiga bagian yaitu adverbial clause, adjective clause dan noun clause.

1. Adverbial Clause (Adv. C)

Adverb clause merupakan subordinat clause yang memodifikasi atau memberikan informasi tambahan terhadap verb. Miller (2002:65), menyatakan “The name ‘adverbial’ suggests that adverbial clause modify verb; but they modify the whole clauses.” Pendapat Miller diperkuat dengan pendapat Maurer (2000:352), yang menyatakan bahwa. “Adverb clause are dependent clauses that answer the question how, where, or why in the same way that single adverb do. They are introduced by subordinating conjunctions, which can be either single words or phrases.”

Definisi dari kedua teori tersebut adalah adverbial clause merupakan jenis dari subordinate clause yang memodifikasi dan memberi informasi tambahan verb. Adverbial clause merupakan jenis klausa yang dapat menjawab pertanyaan how, where, dan why. Di dalam kalimatnya, adverbial clause ditandai dengan adanya subordinate conjunction seperti because, although, before, after, when,

(14)

where, while, since.

2. Adjective Clause (Adj. C)

Adjective Clause atau relative clause adalah jenis subordinate clause yang berfungsi untuk menjelaskan noun atau pronoun. Selain itu adjective clause berfungsi untuk memberikan informasi tambahan serta menyatakan kepunyaan. Swan (2000:487) menyatakan “Clauses beginning with question word (e.g who, which, where) are often used to modify noun and some pronouns to identify people and things, or to give information about them. Clauses used like this are called relative clause.” Klausa yang diawali dengan question word seperti who, which, where, yang di gunakan untuk memberikan informasi tambahan kepada orang, benda, dan pronoun disebut relative clause. Sedangkan Miller (2002:65) berpendapat, “relative clause are called adjective clause, reflecting the fact that adjective also modify nouns”. Maksudnya serupa dengan pendapat yang dikemukakan Swan (2000:487), bahwa adjective clause berfungsi memberikan informasi tambahan terhadap noun. Kedua pendapat di atas diperkuat oleh pendapat Maurer (2000:186) yang menyatakan, “Adjective clauses are dependent clause that modify noun and pronoun. They are introduced by the relative pronoun….”.

Dari ketiga pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa, adjective clause adalah sebuah kalusa yang pada dasarnya diawali dengan subordinative clause seperti who, that, which, where, whom, whose, when, where, how, that, yang berfungsi memberikan tambahan informasi terhadap noun dan pronoun.

(15)

3. Noun Clause (NC)

Karena noun clause menjadi objek penelitian dalam penulisan ini, maka pada poin ini noun clause akan dipaparkan secara spesifik yang mengacu pada identifikasi masalah dan batasan masalah pada bab I.

Swan (1995) berpendapat, noun clause adalah “(usually introduced by what) which act as the subject, object or complement of a sentences.” Maksudnya adalah noun clause biasanya diawali dengan what, yang berfungsi sebagai subject, object atau complement di dalam kalimat. Pernyataan Swan diperkuat oleh pendapat Eastwood (1994:341) yang menyatakan “a noun clause begins with that, a question word or if/whether.” Yang berarti noun clause merupakan klausa yang dimulai dengat that, question word seperti what, where, who, how, dan if/whether yang menjadi kata penghubung antara noun clause dengan main clause.

Altenberg and Vago (2010:218) menyatakan,

“Noun clauses look just like other dependent clauses: they bigining with a subordinating conjunction and contain both a subject and a verb phrase. When a sentence has a noun clause, the rest of the sentence cannot always stand alone; it needs the noun clause to be complete.”

Maksud dari pendapat Altenberg and Vago adalah noun clause terlihat seperti klausa terikat lainnya yang dimulai dengan konjungsi subordinatif dan paling sedikitnya mengandung unsur satu subject dan verb. Ketika sebuah kalimat mengandung noun clause di dalamnya, maka main clause tidak dapat berdiri sendiri, sehingga membutuhkan noun clause untuk menjadikan kalimat yang lengkap.

(16)

Pernyataan di atas di perkuat oleh pendapat Lester (2009:91) yang menyatakan bahwa,

“noun clauses are dependent clauses that function as noun phrases. (Dependent clauses have their own subjects and verbs, but they are not able to stand alone as complete sentences.) Noun clauses, like gerunds and infinitives used as nouns, are singular, and thus they can always be replaced by the third-person singular pronoun it.”

Noun clause merupakan klausa terikat yang berfungsi sebagai noun phrase. Walaupun noun clause memiliki subject dan verb sendiri, noun clause tidak dapat berdiri sendiri seperti kalimat yang lengkap. Noun clause juga memiliki fungsi yang sama seperti gerunds dan infinitif, artinya dapat digunakan sebagai noun, dan sebagai cirinya noun clause dapat digantikan oleh pronomina ‘it’.

Dari ketiga pendapat di atas dapat didefinisikan bahwa noun clause adalah jenis subordinate clause yang berfungsi sama seperti noun, yaitu dapat mengisi fungsi sebagai subject, object, dan complement di dalam kalimat. Noun clause pada dasarnya diawali dengan adanya subordinate conjunction sebagai kata penghubung noun clause dengan main clause, kehadiran subordinate clause juga dapat menjadi pembeda antara main clause dengan noun clause.

Noun clause diklasifikasikan kedalam tiga jenis, yaitu that-clause, wh-clause, dan whether/if clause. Hal tersebut dapat memudahkan pengguna bahasa dalam menentukan subordinate conjunction yang tepat di dalam pembentukan noun clause, karena masing-masing subordinate clause memiliki fungsi yang berbeda.

(17)

(a) That-Clause

That-clause adalah jenis noun clause yang diawali dengan subordinate conjunction ‘that’. Klammer et al. (2000:315) menyatakan bahwa, “noun clause is introduced by complementizer that.” Lester (2009:92) menyatakan pendapat yang serupa bahwa, “That clauses are built is very simple way. They consist of the introductory word that followed by a statement in its normal words order.” Maksudnya that clause dibentuk dengan cara yang sederhana. That-clause terdiri dari kata pengantar yang diikuti dengan pernyataan dalam urutan kata yang normal (sederhana). Quirk et al. (1985:1047) berpendapat bahwa “nominal that-clauses may function as subject, direct object, subject complement, appositive, and adjectival complement.”

Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa that-clause merupakan noun clause yang diawali ‘that’ sebagai subordinate conjunction (complementizer), yang dapat mengisi fungsi sebagai subject, direct object, subject complement, appositive dan adjective complement di dalam kalimat.

Berikut ini adalah contoh that-clause berdasarkan fungsinya di dalam kalimat:

Contoh

(24) Subject: That the invading troops have been withdrawn has not affected our government’s trade sanctions.

(18)

accent.

(26) Subject complement: May assumption is that interest rates will soon fall.

(27) Appositive: Your criticism, that no account has been taken of psychological factors, is fully justified.

(28) Adjectival complementation: We are glad that you are able to join us on our wedding anniversary.

Lester (2009:92) menyatakan bahwa “unlike wh- clauses (question word), the other main type of noun clause, that clause cannot play the role of object of preposition.” Noun clause yang diawali dengan ‘that’ tidak sama dengan noun clause yang diawali dengan ‘wh-clause’, klausa yang diawali dengan ‘that’ tidak dapat dipadankan dengan objek preposisi.

Contoh:

(29) Question word : I am not upset at what you did. (kalimat yang benar) (30) That clause : I am not upset at that you did it.

(kalimat yang salah)

Lester (2009:94), “That-clause can easily be moved to the end with a dummy it in the subject position.” Maksudnya adalah noun clause yang diawali dengan that dapat dipindahkan ke belakang kalimat dengan cara menambahkan it sebagai dummy subject.

(19)

Contoh:

(31) Original: That I couldn’t remember his name was only to be expected.

Shifted : It was only to be expected that I couldn’t remember his name.

(32) Original: That they could actually win almost seemed too good to be true.

Shifted : It almost seemed too good to be true that they could actually win.

(33) Original: That the cost of college is rapidly rising is beyond question.

Shifted : It is beyond question that the cost of college is rapidly rising.

Pernyataan Lester diperkuat oleh pendapat Quirk et al. (1985:1049) berpendapat bahwa “’that’ is omitted frequently when a subject that-clause (with anticipatory it).” artinya ‘that’ dapat dihilangkan ketika that-clause berfungsi sebagai subject. Dengan menambahkan it sebagai subject.

Contoh:

(34) Original: That you don’t know Russian is a pity. Shifted : It is a pity Ø you don’t know Russian.

Lester (2009:94) menyatakan “when a that clause is used as the object of verb, we often deleted the word that from the beginning of the

(20)

noun clause.” Ketika that-clause digunakan sebagai object dari verb di dalam kalimat, that yang mengawali noun clause terkadang dihilangkan. Quirk et al. (1985:1049) berpendapat serupa bahwa, “when that-clause is direct object or complement, the conjunction that is frequently omitted except in formal use.” Noun clause yang diawali dengan that yang berfungsi sebagai direct object atau complement, subordinate conjunction ‘that’ dapat dihilangkan, kecuali di dalam situasi yang formal.

Contoh:

(35) We knew Ø it was getting pretty late.

(36) Do you understand Ø we may not be able to hold your reservation?

(37) The manager said Ø the hotel will be full this weekend.

Altenberg and Vago (2010:219) menyatakan, “if dependent clause comes before the main clause, the subordinating conjunction cannot be deleted.” Jika dependent clause berada sebelum main clause maka subordinate conjunction tidak dapat dihilangkan. Quirk et al. (1985:1049) yang menyatakan pendapat yang serupa bahwa, “‘that’ cannot be omitted in a subject clause, since without the subordinate marker the clause would be initially misinterpreted as a main clause.

Kesimpulan dari kedua pendapat Altenberg, Vago dan Quirk yaitu, That-clause tidak dapat dihilangkan pada noun clause yang berfungsi sebagai subject di dalam sebuah kalimat, karena tanpa

(21)

subordinate conjunction di awal dependent clause dapat disalahartikan sebagai main clause.

(b) Wh-Clause

Wh-clause disebut juga sebagai wh-question atau wh-introgative yaitu istilah yang digunakan terhadap noun clause yang diawali dengan Wh-word atau wh-question yang memiliki peran sebagai kata pengubung noun clause dengan main clause di dalam kalimat. Berikut ini adalah subordinate conjunction yang digunakan Wh-clause.

Nouns What Whatever Which Whichever Who Whoever Whom Whomever Whose Adverb When Whenever Where Wherever Why How

Lester (2009:99) menyatakan “the fact that wh-clauses can begin with adverbs does not change the fact that these introductory words are used to create noun clauses.” Wh-clause yang berunsur dalam pembentukan adverbial clause (when, where, why, whenerver, wherever) juga dapat digunakan dalam membentuk noun clause. Thomas et al.

(22)

(2000:330) menyatakan pendapat yang serupa bahwa, “interrogative clause begining with the interrogative words who, which, what, why, when, where, and how.” Sedangkan Qurk et al. (1985:1050) berpendapat bahwa wh-clause “may function as subject, direct object, subject complement, appositive, adjectival complement, and prepositional complement.”

Dari ketiga pendapat di atas dapat didefinisikan bahwa wh-clause juga disebut interrogative clause, karena diawali dengan unsur question words, yang dapat berfungsi sebagai subject, direct object, subject complement, appositive, adjectival complement, dan prepositional complement.

Quirk et al. (1985:105-1051) contoh wh-clause berdasarkan fungsinya:

(38) Subject: How the book will sell depends on the reviewers. (39) Direct object: I can’t imagine what they want with your

address.

(40) Subject complement: The problem is who will water my plants when I am away.

(41) Appositive: Your original question, why he did not repot it to the police earlier, has not yet been answered.

(42) Adjectival complement: I’m not sure which she prefers. (43) Prepositional complement: They did not consult us on whose

(23)

Klammer et al. (2000:330) “a second kind of nominal clause is the dependent interrogative clause, one that usually involves a question, directed either to oneself or to another, about an unknown.” Wh-clause, merupakan jenis klausa yang biasanya melibatkan pertanyaan baik untuk diri sendiri atau diarahkan untuk orang lain yang informasinya belum tentu diketahui.

Klammer et al. (2000:331) berpendapat bahwa “interrogative clauses most commonly occur in direct or indirect question.” Wh-clause paling sering terjadi pada pertanyaan langsung dan tidak langsung. Dalam perbandingan antara pernyataan langsung dan tidak langsung dapat terlihat bahwa pronoun dan verb mengalami perubahan tenses,

Contoh:

(44) He asked, “What time will you leave for work?” (Direct) He asked what time I would leave for work. (Indirect) (45) Eleanor wondered, “Why has that bookshelf been moved?”

(Direct)

Eleanor wondered why that bookshelf had been moved. (Indirect)

(c) Whether/if-Clause

Wheter/if-clause adalah jenis noun clause yang diawali dengan whether atau if. Noun clause jenis ini berfungsi untuk menggantikan jawaban dari jenis pertanyaan yes/no. Pernyataan berikut dikemukakan Quirk et al. (1985:1053) yang berpendapat bahwa “thes yes-no clause is

(24)

introduced by the subordinators whether or if.” Yes-no clause biasa dikenali dengan subordinatif whether-if. Azar (1999:245). “When a yes/no question is changed to a noun clause, whether or if is used to introduce the clause.” Whether dan if memiliki makna yang sama, whether biasa digunakan dalam bahasa inggris yang bersifat formal, namun if digunakan di dalam situasi yang bersifat informal atau biasa digunakan khususnya di dalam percakapan. Berikut ini adalah contoh noun clause yang diawali dengan wheter or ‘if’:

(46) Question : Will she come?

Answer : I don’t know whether she will come. I don’t know if she will come.

(47) Question : Does he need help?

Answer : I wonder whether he needs help. I wonder if he needs help

Pada whether/if-clause biasanya or not hadir menjadi ekspresi pilihan di dalam kalimat, dan biasanya or not ditempatkan di akhir whether/if-clause.

Contoh:

(48) I don’t know if Tom will perform or not. (49) I don’t know whether Tom will perform or not.

(25)

2.1.4 Kalimat

Kalimat didefinisikan sebagai susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap. Kalimat merupakan satuan gramatikal yang memperhatikan pengaturan kelas kata dan kelas gramatikal secara fungsi. Kalimat dalam bahasa inggris paling sedikit terdiri dari satu object dan verb yang diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan intonasi final (.). Aarts (1997:6) menyatakan bahwa “sentence is a string of words that begins is capital letter and ends in a full stop and its typicaly used to express a state of affairs in the world.”

Pada umumnya kalimat diklasifikasikan kedalam empat jenis berdasarkan strukturnya, yaitu:

1. Simple sentence

Menurut Volpe (2000:284) “Simple Sentence is a sentence is a sentence containing one main clause and one predicate.” Senada dengan pendapat di atas, menurut Downing dan Locke (2006:272) menjelaskan bahwa, “The simple sentence consist basically of one main clause. Main clause is the unit we consider primary, in that it comprises minimal grammatical completeness and unity.”

Kesimpulan dari definisi-definisi di atas, simple sentence adalah suatu kalimat yang terdiri dari satu main clause yang mempunyai satu subject dan satu verb yang berfungsi sebagai predicator.

Contoh:

(50) He died. S V

(26)

2. Compound sentence

Menurut Quirk et al. (1985:987), “a compound sentence consists of two or more coordinated main clause.” Compound sentence terdiri dari dua atau lebih main clause yang terkoordinasi.

Contoh:

(51) I like chocolate ice cream, but my friend likes strawberry.

Main Clause Conj. Main Clause

3. Complex Sentence

Menurut Quirk et al. (1985:987), “a complex sentence is like a simple sentence in that it consist of only one main clause, but unlike a simple sentence it has one or more subordinate clauses functioning as an element of the sentence.” Maksudnya, complex sentence terlihat serupa dengan simple sentence yang terdiri dari satu main clause. Perbedaannya, simple sentence hanya memiliki satu main clause tanpa melibatkan subordinat clause, sedangkan complex sentence terdiri dari satu main clause, dan paling sedikitnya memiliki satu subordinat clause.

Contoh:

(52) Although I admire her reasoning, I reject her conclusions.

Main Clause Subordnate Clause

4. Compound-Complex sentence

Compound-Complex sentence adalah jenis kalimat yang terdiri dari dua atau lebih main clause dan satu atau lebih subordinate clause.

(27)

Contoh:

(53) I think that your new position demands sensitive judgment Main Clause Subordinate Clause

And I would hope that you will mature as the years go by.

Conj. Main Clause Subordinate Clause

2.1.5 Fungsi Sintaksis

Secara umum, konstituen-konstituen atau unsur-unsur bahasa yang termasuk dalam fungsi sintaktis adalah subject (subjek), verb (verba), object (objek), dan complement (komplemen). Crystal (1985: 129) menyatakan bahwa “a syntactic function is the grammatical relationship of one constituent to another within a syntactic construction.” Maksudnya, sebuah fungsi sintaktis adalah hubungan gramatikal dari sebuah konstituen dengan konstituen yang lain dalam sebuah konstruksi sintaktis. Kridalaksana (2001: 62) berpendapat bahwa fungsi sintaktis adalah “Hubungan antara unsur-unsur bahasa dilihat dari sudut pandang penyajiannya dalam ujaran. Masalah subject, verb, object bersangkutan dengan fungsi sintaktis.”

Dari kedua pendapat di atas dapat didefinisikan bahwa fungsi sintaktis adalah suatu aturan yang menghubungkan konstituen-konstituen atau unsur-unsur bahasa dalam sebuah struktur bahasa sehingga bisa diterima secara gramatikal oleh pengguna bahasa.

(28)

1. Subject

Menurut Crystal (2008: 461), “subject is a term used in the analysis of grammatical functions to refer to a major constituent of sentence or clause structure, traditionally associated with the ‘doer’ of an action.” Maksudnya, subject adalah sebuah istilah yang digunakan dalam analisis fungsi gramatikal yang merujuk kepada sebuah konstituen mayor dari struktur kalimat atau klausa, yang umumnya diasosiasikan dengan pelaku dari sebuah aksi. Sedangkan menurut Kridalaksana (2001: 204) berpendapat bahwa subject adalah “Bagian klausa berwujud nomina atau frasa nomina yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara.” Subject dapat berupa noun, pronoun, phrase, dan clause.

2. Verb

Verb merupakan salah satu unsur pembentuk kalimat disamping subject yang memiliki peran atau fungsi utama sebagai salah satu unsur yang harus ada di dalam sebuah kalimat. Bussman (1668: 1263) berpendapat “verbs indicate phenomena which take place during time: activities, processes, and states.” Maksudnya, verb adalah yang mengindikasikan fenomena yang terjadi pada waktu itu: baik kegiatan, proses, maupun kondisi.

3. Object

Crystal (2008: 336) menyatakan bahwa “object is a term used in the analysis of grammatical functions to refer to a major constituent of sentence or clause structure, traditionally associated with the ‘receiver’ or ‘goal’ of an action.” Maksudnya, object adalah sebuah istilah yang digunakan dalam analisis fungsi gramatikal, yang merujuk kepada sebuah konstituen mayor, dari struktur

(29)

kalimat atau klausa, yang biasanya diasosiasikan dengan ‘penerima’ atau ‘tujuan’ dari sebuah aksi. Kridalaksana (2001: 148) berpendapat bahwa object adalah “Nomina atau kelompok nomina yang melengkapi verba-verba tertentu dalam klausa.”

Dari kedua pendapat diatas dapat didefinisikan bahwa objek adalah salah satun unsur kalimat yang menandai siapa yang menjadi peran penderita, penerima atau tujuan suatu aksi dari verb tertentu (transitif) di dalam kalimat atau klausa. object dapat berupa noun atau pronoun dan unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif. Terdapat dua jenis objek yaitu direct object (objek langsung) yang menunjukkan orang atau hal yang mengalami tindakan yang dinotasikan dengan verb, atau yang langsung dipengaruhi oleh tindakan dari verb tersebut. dan indirect object (objek tidak langsung) yang menunjukkan peran penerima dari direct object. Sebuah indirect object selalu disertai oleh direct object.

Contoh:

(54) I like that place. Verb Direct Object

She gave me a reason. Verb Indirect Object Direct Object

4. Complement

Crystal (2008: 92) berpendapat bahwa “Complement is a term used in the analysis of grammatical function, to refer to a major constituent of sentence or clause structure, traditionally associated with ‘completing’ the action specified by

(30)

the verb.” Maksudnya, complement adalah sebuah istilah yang digunakan di dalam analisis fungsi gramatikal, yang merujuk kepada sebuah konstituen mayor dari struktur kalimat atau klausa, yang umumnya diasosiasikan dengan ‘melengkapi’ aksi yang dispesifikasikan oleh verb. Komplemen terbagi menjadi 4 jenis, yaitu:

(a) Subject Complement

Subject complement muncul setelah kopula atau ‘linking verb’, dan berasal dari kelas kata adjective, noun, pronoun, atau kata atau kelompok kata yang bertindak sebagai sebuah adjective atau sebuah noun. Subject complement mendefinisikan atau mendeskripsikan subject tersebut.

Contoh:

(55) Jim is a teacher. Linking Verb Complement

Billy’s mistake was that he refused to take lessons. Linking Verb Complement (Noun Clause)

(b) Object Complement

Object complement muncul setelah sebuah direct object dan mendeskripsikan, mendefinisikan, atau merujuk kepada direct object tersebut. Object complement dapat berasal dari sebuah noun, atau sebuah adjective, atau kata maupun kelompok kata yang bertindak sebagai sebuah noun atau adjective.

(31)

(56) She paints the door read.

Direct Object Object Complement

(c) Adjective complement

Adjective complement adalah klausa atau frase yang menambah makna dari kata sifat atau memodifikasinya. biasanya adjective complement selalu mengikuti adjective.

Contoh:

(57) I am happy they got married. Adj. Complement (d) Prepositional complement

Prepositional complement dalam tata bahasa Inggris adalah kata-kata, frasa, dan klausa yang secara langsung mengikuti preposisi dan menyelesaikan makna dari prepositional phrase.

Contoh:

(58) I read an account of what an impression you had made. Prepositional Complement

2.2 Semantik

Secara etimologis, semantik (semantic) yang berasal dari bahasa yunani sēmantiká adalah cabang ilmu yang mempelajari makna. Kreidler (1998:303) berpendapat bahwa, “semantics the study of meaning expressed by language.” Menurut Kreidler (1998:303), semantik adalah studi tentang makna yang

(32)

diekspresikan oleh bahasa. Hartman dan Stork (1999: 13) berpendapat “Semantics is the system and study of meaning in language.” Semantik adalah sistem dan studi mengenai makna di dalam bahasa. Malmkjaer (2004: 455) berpendapat “Semantics is the study of linguistics meaning, and is the area of linguistics which is closest to the philosophy of language.” Menurut Griffiths (2006:1) semantik adalah:“…the study of “toolkit” for meaning: knowledge encoded in the vocabulary of the language and it its patterns for building more elaborate meaning, up to the level of sentence meaning. Griffiths menganggap semantik sebagai suatu “Kotak alat” ilmu untuk pemaknaan: penyandian pengetahuan pada kosa kata dari suatu bahasa dan struktur-struktunya untuk mengembangkan makna yang lebih terperinci hingga ke tingkat pemaknaan kalimat.

Dari ketiga pendapat di atas, semantik dapat didefinisikan sebagai cabang linguistik yang memperlajari makna yang meliputi pemahaman makna dan cara pengkombinasian makna-makna kata yang kemudian membentuk makna yang lebih luas yaitu makna frasa dan makna kalimat. Semantik juga merupakan cabang linguistik yang paling dekat dengan filsafat kebahasaan. Di dalam kajian semantis terdapat peran semantik (semantic role) yang berfungsi menginventigasi kalimat berdasarkan peran sintaksis-semantis yang berkaitan dengan skripsi ini.

2.2.1 Peran Semantik

Brokenssel et al. (2006-1) menyatakan, “semantic roles have long played a major in all domains of linguistic explanation, including theory of grammar, language typology and psycho/neurolinguistics.” Brokenssel et al. berpendapat bahwa peran semantik sudah lama digunakan dalam linguistik yang di dalamnya

(33)

termasuk teori gramatical, tipologi bahasa, dan psiko/neurolinguistik. Peran semantik juga biasa disebut thematic role adalah salah satu dari serangkaian peran semantik bahwa frasa nomina ada kaitannya dengan kata kerja, misalnya agent, patient/theme, goal, source, location, instrument, beneficiary and experiencer. Saeed (1997:257) berpendapat bahwa, “semantic component have been used to investigate several areas of the syntax-semantic interface. It has been claimed for example, that they might allow a more satisfactory account of the interaction of verbal argument structure with the thematic role.” Saeed menjelaskan bahwa komponen semantik digunakan untuk menginvestigasi peran sintaksis-semantik. Sebagaimana telah dinyatakan, bahwa komponen semantik dapat lebih memperjelas pengguna bahasa dalam interaksi struktur argumen verbal dengan peran tematik.

Riemer (2010:365) berpendapat,

Semantic role is the relations between a verb and its associated noun phrases. According to the traditional generative understanding, the lexical entries for verbs include a specification of the types of argument they have associated with them. It was assumed that the possible arguments of all verbs could be classified into a small number of classes, called thematic roles, theta-roles, participant roles or semantic roles. Typical roles include agent, patient/theme, goal, source, location, instrument, beneficiary and experiencer. Some roles are more likely to be coded as subject, and others as object.”

Menurut Riemer peran semantik merupakan hubungan antara verb dan noun phrase yang saling terkait, dimana leksikal untuk verb termasuk spesifikasi jenis argumen. Argumen memungkinkan semua verb dapat diklasifikasikan ke dalam sejumlah kategori yang dipersempit yang biasa disebut thematic roles, theta roles, participant roles atau semantic roles. Peran semantik dapat berupa

(34)

agent, patient/theme, goal, source, location, instrument, beneficiary and experiencer.

Dari ketiga pendapat di atas dapat didefinisikan bahwa, peran semantik merupakan proses pengidentifikasian argumen dari predikat dalam suatu kalimat, dan menentukan peran semantiknya. Peran semantik dapat memberikan level analisis semantik yang bertujuan dalam menyelesaikan task natural language processing (tugas pengolahan bahasa yang natural). Peran semantik mempresentasikan partisipan dalam aksi atau keterhubungan yang digambarkan dengan semantic frame.

Kreidler (1998:70), definisi dan ilustrasi dalam peran semantik:

1. Actor: Peran argumen yang melakukan beberapa tindakan tanpa mempengaruhi entitas lain. Sylvia left

2. Affected: Peran argumen yang mengalami perubahan karena beberapa peristiwa atau dipengaruhi oleh beberapa entitas lain. A window broke, betty likes opera. Opera delight Betty.

3. Affecting: Peran argumen yang tanpa tindakan apapun, mempengaruhi entitas lain. Betty likes opera. Opera delight Betty

4. Agent: Peran argumen bahwa dengan aksinya mempengaruhi beberapa entitas lain. Tom broke a window

5. Associate: Peran argumen yang memberitahu status identitas argumen lain, tema. Roger is a student.

(35)

6. Effect: Peran argumen yang datang menjadi ada melalui aksi predikat. Tillie baked a pie

7. Place: peran argumen yang nama-nama lokasi di mana tindakan predikat terjadi. The fireman climbed a ladder.

8. Theme: peran argumen yang merupakan topik predikat yang tidak mengungkapkan tindakan-predikat/statif. Audrey is a computer expert.

Kreidler (1998:66) menyatakan bahwa dalam analisis semantik setiap proposisi mengandung satu predikat dan berbagai jumlah ekspresi yang mengacu kepada frase nomina disebut argumen. Riemer (2010:344) berpendapat, “arguments are linked to subject and object.” Menurut Riemer, argumen merupakan istilah yang digunakan dalam peran semantik yang mengacu kepada subject dan object. Dari pendapat di atas dapat didefinisikan bahwa argumen identik pada noun dan noun phrase yang mengisi fungsi subject, object dan complement.

Kreidler (1998:66) menyatakan bahwa, di dalam peran semantik verb ‘to be’ seperti am, is, are, was, were, tidak memiliki makna. ‘to be’ nyata di dalam dalam struktur sintaksis, tapi tidak di dalam semantik. Dalam peran semantik yang mengisi peran predikat dapat berupa verb, adjective, dan preposition.

Kreidler (1998: 67-78), contoh analisis peran semantik:

Contoh:

(36)

(60) A volcano erupted.

(61) The cake fell.

Grandfather, volcano dan cake merupakan argumen yang berperan sebagai affected yang mengalami perubahan yang dipengaruhi beberapa peristiwa. Died, erupted, fell adalah predikat yang berperan sebagai event atau peristiwa, perubahan yang dialami argumen affected.

Contoh:

(62) This soup is cold.

(63) Terry is impatient.

Soup dan Terry merupakan argumen yang berperan sebagai theme atau topik. Cold dan impatient adalah predikat yang berperan sebagai decription yang mendeskripsikan theme.

Contoh:

(64) This man is a carpenter.

(65) Dextrose and fructose are sugar.

Man, dextrose and fructose adalah argumen yang berperan sebagai theme. Carpenter dan sugar adalah predikat yang berperan sebagai identity.

Contoh:

(66) The cat killed a rat.

(37)

Cat dan I adalah argumen yang berperan sebagai agent. Kill dan broke adalah predikat berupa action. Rat dan window adalah argumen berupa affected.

Contoh:

(68) The cat dug a hole.

(69) Chris is making an omelet.

Cat dan Chris adalah argumen yang berperan sebagai sebagai agent. Dug dan making adalah predikat berupa action. Hole dan omelet adalah argumen berupa effect.

Contoh:

(70) Jannie crossed the street.

(71) Simon climbed a tree.

Jennie dan Simon adalah argumen sebagai actor. Crossed dan climbed adalah predikat berupa action. Street dan tree adalah predikat berupa place.

Contoh:

(72) The decision surprised us all.

(73) You’re distrubing everybody.

Decision dan you adalah argumen berupa affecting. Suprised dan distrubing adalah predikat berupa affect. Us dan everybody adalah argumen berupa affected.

(38)

(74) Oliver envied his brother.

(75) Angie was angri with Algernon

Oliver dan Angie adalah argumen berupa affected. Envied dan angri adalah predikat berupa affect. Brother dan Algernon adalah argumen berupa affecting.

Contoh:

(76) The book is about fosills.

(77) Canada is north of the United States.

(78) The party will be on Saturday.

Book, Cannada dan party adalah adalah argumen berupa theme. About, noth of, dan on adalah predikat berupa link. Fosills, the United States, dan Saturday adalah argumen berupa associate.

Referensi

Dokumen terkait

Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui data yang didapatkan dalam sasaran yakni mengidentifikasi tingkat, bentuk dan proses partisipasi masyarakat dalam

Tidak adanya hubungan antara keterikatan teman sebaya dengan perilaku konsumsi rokok remaja kemungkinan dapat dijelaskan dengan tingginya persentase keterikatan

Tata Usaha pada UPTD Tindak Darurat Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda Eselon

Namun demikian ada parameter mutu yang tidak dapat dirubah, antara lain jenis tembakau, daerah penanaman, pembagian berdasarkan posisi daun pada batang, teknik budidaya yang

kepastian untuk membuat keputusan sendiri apakah perlu evakuasi, tetap berada di tempat, atau kembali. Segera sesudah gempa berhenti, anggota Jaring Komunikasi SAR

Perlu dibahas element-element penting untuk mendukung implementasi rantai peringatan seperti : Back up Posko 24/7 BPBD ditingkat Provinsi, Kapasitas Staff Posko, Soft

Algoritma OCRchie bergantung pada sekumpulan learning characters atau sebuah kamus karakter yang akan dipergunakan sebagai acuan dalam mengenali karakter- karakter dalam citra

Dari 105 responden yang diteliti rata-rata efisiensi teknisnya (TE) sebesar 0,2785, rata-rata produksi aktualnya (QY) 141,90 kg/trip dan nilai efisiensi teknis dibawah