• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. PENDAHULUAN. Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "1. PENDAHULUAN. Universitas Kristen Petra"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

Universitas Kristen Petra

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Financial distress merupakan suatu kondisi dimana perusahaan mengalami masalah kesulitan keuangan yang dapat menyebabkan perusahaan melakukan restrukturisasi atau mengalami kebangkrutan. Menurut Almilia (2003), prediksi financial distress pada umumnya dilakukan oleh pihak eksternal maupun internal perusahaan. Financial distress menggunakan indikator kinerja keuangan perusahaan dalam memprediksi kondisi perusahaan di masa yang akan datang.

Indikator ini diperoleh dari analisis rasio-rasio keuangan yang terdapat pada informasi laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan. Dengan melakukan analisis laporan keuangan perusahaan, maka dapat diketahui kondisi dan perkembangan financial perusahaan. Selain itu, juga dapat diketahui kelemahan serta hasil yang dianggap cukup baik dan potensi kebangkrutan perusahaan tersebut. Altman (2002) dalam Ramadhani dan Lukviarman (2009) mengembangkan metode kebangkrutan dengan tingkat keakuratan yang dapat dipercaya dalam memprediksi kebangkrutan. Metode kebangkrutan milik Altman telah dipercaya menjadi metode yang memiliki prediksi kebangkrutan paling tinggi dibandingkan dengan metode yang lain.

Suatu perusahaan dapat dikategorikan mengalami financial distress jika perusahaan tersebut memiliki kinerja yang menunjukan laba operasinya negatif, laba bersih negatif, nilai buku ekuitas negatif dan perusahaan yang melakukan merger (Brahmana, 2007). Sementara Whitaker (1999), suatu perusahaan mengalami financial distress antara lain ditandai dengan adanya pemberhentian tenaga kerja atau arus kas yang lebih kecil daripada hutang jangka panjang.

Beberapa hal yang menyebabkan suatu perusahaan menghadapi financial distress adalah kenaikan biaya operasi, ekspansi yang berlebihan, ketinggalan teknologi, kondisi persaingan dan ekonomi serta penurunan aktivitas perdagangan industri. Penyebab utama perusahaan mengalami financial distress pada saat kondisi sedang stabil adalah kelemahan dari pihak manajemen (Whitaker, 1999).

Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dan terancam bangkrut

(2)

2

Universitas Kristen Petra

dikarenakan penggunaan hutang yang tidak terkontrol serta adanya perbedaan keperluan oleh pemilik perusahaan (pemegang saham) dan kreditor ini yang menyebabkan agency problems dimana akan memicu permasalahan mengenai agency cost.

Menurut Boediono (2005), cara mengatasi konflik keagenan yang menjadi salah satu faktor financial distress adalah dengan melakukan pengawasan melalui tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance). Good Corporate Governance adalah suatu sistem pengelolaan perusahaan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja perusahaan, melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan serta nilai-nilai etika yang berlaku secara umum.

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), terdapat 5 organ perusahaan dalam struktur Corporate Governance yaitu dewan direksi, dewan komisaris, pemegang saham (Insider Ownership dan Institutional Ownership) serta komite audit.

Insider Ownership dan Institutional Ownsership menjadi bagian dari struktur Corporate Governance berkaitan tentang kepemilikan saham yang mengatur hubungan antara dewan komisaris, direksi dan manajemen agar tercipta keseimbangan dalam pengelolaan perusahaan (Oktadella, 2011). Tingkat konsentrasi dan komposisi kepemilikan menentukan distribusi kekuasaan perusahaan antara manajer dan pemegang saham yang akan mempengaruhi sifat pengambilan keputusan yang berpengaruh pada perkembangan perusahaan.

Kepemilikan saham oleh institusi dan manajerial dipercaya dapat memberikan nilai tambah tersendiri bagi perusahaan tersebut.

Selain itu, terdapat faktor-faktor dalam laporan keuangan yang mempengaruhi financial distresss seperti size perusahaan, sales growth, stock volatility dan financial leverage.

Firm size atau ukuran perusahaan dapat menggambarkan seberapa besar jumlah aset yang dimiliki perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar jumlah aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Semakin besar suatu perusahaan maka kecendrungan penggunaan dana eksternal juga akan semakin besar. Kevin dan Mensah (2006) menyatakan bahwa perusahaan besar

(3)

3

Universitas Kristen Petra

memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mempertahankan kelangsungan perusahaannya bahkan ketika mengalami financial distress.

Menurut Copeland dan Weston (1992), tingkat pertumbuhan penjualan masa depan merupakan ukuran sampai sejauh mana laba perlembar saham suatu perusahaan dapat ditingkatkan leverage. Jensen, et al. (1992) dalam Sulaiman Nidar (2008) menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan menjadi representasi untuk mengukur pertumbuhan perusahaan. Pertumbuhan penjualan mencerminkan wujud nyata atas keberhasilan investasi periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan di masa yang akan datang.

Risiko kebangkrutan juga dipengaruhi oleh volatilitas imbal balik hasil saham terhadap pasar. Volatilitas yang tinggi akan menaikkan biaya kebangkrutan.

Yang terakhir adalah rasio leverage yang juga sering disebut dengan rasio solvabilitas, dimana di dalamnya termasuk solvabilitas jangka pendek dan solvabilitas jangka panjang (Hanifah, 2013). Menurut Agusti (2013), ketergantungan pendanaan oleh eksternal dapat mempengaruhi potensi perusahaan mengalami kesulitan keuangan karena perusahaan memiliki kewajiban untuk membayar bunga serta pinjaman tersebut. Perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan yang serius bila jumlah hutang lebih besar dibandingkan dengan jumlah aset. Karena kondisi seperti itulah suatu perusahaan di Indonesia akan lebih rentan terhadap ancaman financial distress.

Pada tahun 2008-2009, sektor manufaktur di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang terkena dampak paling buruk selama krisis finansial global. Saat itu, ketua umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Erwin Aksa menyatakan industri manufaktur terus berada dalam kondisi memprihatinkan sejak 10 tahun terakhir. Fenomena kesulitan keuangan pada tahun 2008 disebabkan oleh krisis subprime mortgage (Pranowo et al. , 2010). Hal ini membuat biaya produksi mengalami peningkatan dan akhirnya menurunkan profitabilitas perusahaan. Industri manufaktur terutama yang berorientasi ekspo rdan menggunakan bahan baku impor terpuruk cukup tajam. Selain rendahnya permintaan dari negara-negara lain, harga bahan baku mengalami kenaikan tajam sedangkan nilai tukar Rupiah pada posisi lemah dan sulitnya likuiditas pinjaman

(4)

4

Universitas Kristen Petra

terutama dari dana perbankan. Kemunduran ini dapat dideteksi melalui turunnya tingkat sales, laba suatu perusahaan serta cashflow yang mengalami gangguan dikarenakan mundurnya pembayaran order. Dampak-dampak yang dirasakan oleh sektor manufaktur di Indonesia adalah menurunnya volume ekspor dan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan oleh perusahaan. Industri manufaktur merupakan sektor yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap perubahan kondisi ekonomi makro serta memiliki volatilitas return saham yang berbeda. Selain itu proporsi industri manufaktur sendiri di Bursa Efek Indonesia (BEI) tercatat sekitar 28.2 persen, hal ini menunjukan bahwa proporsi perusahaan manufaktur lebih besar 6 hingga 24 persen dibandingkan sektor lain sehingga pada saat kegiatan bisnis mengalami kontraksi karena krisis keungan industri manufaktur memiliki dampak dalam perekonomian Indonesia. Meskipun industri manufaktur mengalami kemunduran akan tetapi tidak semua sektor mengalami kemunduran yang parah selama krisis finansial 2008-2009. Pengeluaran dan kebutuhan konsumsi masyarakat yang tetap tinggi menjadi hal yang membantu menyelamatkan sektor industri manufaktur yang berbasis barang konsumsi baik makanan maupun non-makanan (finance.detik.com, 2008).

Pemilihan periode tersebut dikarenakan pada tahun 2008 hingga 2013 merupakan periode dimana krisis finansial global terjadi lalu sempat mengalami perbaikan keadaan dan kembali dihadapkan masalah pada tahun terakhir.

Penelitian ini dilakukan karena kondisi di Indonesia yang rawan dengan krisis keuangan.

Penelitian ini hendak melihat faktor utama yang mempengaruhi perusahaan- perusahaan di bidang manufaktur mengenai financial distress. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka diajukan penelitian mengenai analisa pengaruh Insider Ownership, Institutional Ownership, Firm Size, Sales Growth, Stock Volatility dan Financial Leverage terhadap prediksi Financial Distress pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2013.

(5)

5

Universitas Kristen Petra

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneltian ini memiliki perumusan masalah:

1. Apakah Insider Ownership, Institutional Ownership, Firm Size, Sales Growth, Stock Volatility dan Financial Leverage secara simultan berpengaruh signifikan terhadap terjadinya prediksi Financial Distress pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2013?

2. Apakah Insider Ownership, Institutional Ownership, Firm Size, Sales Growth, Stock Volatility dan Financial Leverage secara parsial berpengaruh signifikan terhadap terjadinya prediksi Financial Distress pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2013?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka peneltian ini memiliki tujuan untuk mengetahui:

1. Insider Ownership, Institutional Ownership, Firm Size, Sales Growth, Stock Volatility dan Financial Leverage secara simultan berpengaruh signifikan terhadap terjadinya prediksi Financial Distress perusahaan manufaktur yang terdaftar di Efek Indonesia periode 2008-2013

2. Insider Ownership, Institutional Ownership, Firm Size, Sales Growth, Stock Volatility dan Financial Leverage secara parsial berpengaruh signifikan terhadap terjadinya prediksi Financial Distress perusahaan manufaktur yang terdaftar di Efek Indonesia periode 2008-2013

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Akademik

a. Mendukung berkembangnya ilmu pengetahuan, khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prediksi terjadinya financial distress perusahaan.

b. Menyediakan pembuktian teoritikal dari bukti empiris untuk penelitian berikutnya mengenai penggunaan pengetahuan keuangan, khususnya mengenai prediksi financial distress perusahaan.

(6)

6

Universitas Kristen Petra

1.4.2. Manfaat Praktis

Memberikan masukan informasi manajemen perusahaan agar lebih memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi prediksi financial distress perusahaan.

Referensi

Dokumen terkait

ƒƒ Keterangan yang diberikan oleh seorang yang berkeahlian khusus Keterangan yang diberikan oleh seorang yang berkeahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang

Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Republik

Jumlah penerimaan pajak hiburan, pajak hotel, pajak restoran dan pertumbuhan ekonomi dari tahun 2005 – 2014 terus meningkat, namun setelah diadakan program Visit

kepada penulis sehingga penelitian berjudul Pengaruh Religiosity dan Ethnocentrism terhadap Minat Menggunakan Asuransi Syariah Allianz Dimediasi oleh Product Judgment

■ ETL tools can extract information not only from OLTP databases, but also from different relational databases, web services, file systems, or various other data sources.. You

Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean Lower Bound Upper Bound 95% Confidence. Interval

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa pakan yang diberikan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertambahan berat dan panjang ikan, konversi pakan, efisiensi

Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara komitmen organisasi dengan intensi prososial anggota Komuntias Sant’Egidio, dimana semakin tinggi komitmen