• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. Pendahuluan. yang terbaik adalah untuk pers begitulah kira-kira persepsi, anggapan, dan harapan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I. Pendahuluan. yang terbaik adalah untuk pers begitulah kira-kira persepsi, anggapan, dan harapan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

Pada umumnya, pers sudah dianggap sebagai fenomena kehidupan masyarakat modern, itulah sebabnya, ia terus ditelaah dan dikaji dari pelbagai dimensi pendekatan, mulai dari pendekatan ilmu dan filsafat hingga pendekatan tekhnis. Bahkan, pers diamati sebagai baronmeter dan perlambang “kebebasan” dan “hak asasi manusia” pokoknya, segala yang terbaik adalah untuk pers begitulah kira-kira persepsi, anggapan, dan harapan masyarakat modern terhadap pers. Itu pula kiranya banyak ungkapan terhadap ers seperti

“Ratu Dunia”, “pilar Demokrasi”, “ Kekuatan Keempat".

Disisi lain Pertumbuhan dan perkembangan berbagai bidang telah mendorong banyak lahir perusahaan pers, hal ini tidak bisa terlepas dengan keadaan dan situasi politik, sebagai gambaran pada rentang tahun (1966-1988) jumlah media masa, baik cetak maupun elektronik tidak mencapai angka 100, Sebagai gambaran dari laporan tahunan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) 2000-2001 disebutkan di Sumatra Utara saja, awalnya ada 13 media cetak dan setelah reformasi menjadi 74 media cetak walaupun kemudian terjadi seleksi alam dan berguguran satu persatu.

Akan tetapi setidaknya pertumbuhan itu sebagai cerminan bahwa pada awal reformasi telah terjadi Euforia dalam berbagai bidang termasuk di dalamnya kebebasan untuk mendirikan perusahaan pers yang selama ini merasa terbelenggu.

Euphoria reformasi dan terbukanya pintu kebebasan pers semakin menguat lagi seiring di sahkannya Undang Undang No.44 tahun 1999 tentang pers yang menjadi tonggak

(2)

baru bagi pers di Indonesia yang selama ini merasa tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik sebagai media informasi, pendidikan , hiburan, dan control sosial.

Bahkan Mochtar lubis menyatakan “pemerintah orde baru amat tertutup terhadap kritik, dan tidak teloran terhadap pendapat yang berbeda. Bahkan di zaman orde baru banyak surat kabar yang ditutup begitu saja tanpa ada proses pengadilan dan yang diijinkan terbit diharuskan menanda tangani perjanjian yang isinya cederung membatasi kebebasan pers.

Seiring dengan hal tersebut saat ini pelaku perusahaan pers sudah bisa bernafas dengan lega karena telah ada Undang-undang yang menjamin kerja para awak media.

Undang-undang No.44 Tahun 1999 tentang pers menjelaskan berbagai macam ketentuan yang menjamin kerja awak media atau lebih kita kenal wartawan, hal ini dapat dilihat pada pasal 8 Undang-undang No.44 Tahun 1999 tentang pers yang menyebutkan “Dalam melaksanakan profesinya wartawan mendapatkan perlindungan hukum” hal senada juga diatur dalam pasal 28 UUD 1945 junto pasal 28F UUD 1945 amandemen keempat yang berbunyi :

“ Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”

Dengan lahirnya Undang-undang No.44 Tahun 1999 tentang pers maka berbagai kemungkinan yang selama ini dianggap mustahil sedikit banyak telah menjadi kenyataan, banyak hal yang telah lama di harapkan oleh kalangan pelaku media kini sedikit banyak telah tertuang dalam Undang-undang NO.44 Tahun 1999 tentang pers, seperti yang tertera pada Pasal 1 Ketentuan Umum undang-undang ini di sebutkan bahwa

Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan

(3)

menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.

Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan informasi.

Selanjutnya dalam Pasal 2 disebutkan kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum. Hal ini menandakan bahwa kemerdekaan Pers telah dijamin sepenuhnya oleh undang undang dan berazaskan prinsip-prinsip demokrasi bahkan dalam pasal 4 dikatakan :

Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara.

Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelarangan penyiaran.

Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi.

Dalam mempertanggung jawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan mempunyai hak tolak terkait kerahasiaan beberapa informasi terkait hal-hal yang diberitakan diantaranya merahasiakan narasumber dan lainya.

Dari beberapa pasal yang terkandung dalam Undang-undang No 40 1999 tentang pers dapat dikatakan, pada dasarnya kebebasan pers sedikit banyak telah mendapatkan kepastian hukum yang sangat besar. Bahkan lebih dari itu banyak kalangan menganggap kebebasan yang di berikan kepada pers sudah melampaui batas dan patut untuk di cermati

(4)

ulang dengan cara merevisi Undang Undang pers teresebut dan selanjutnya memberikan kewenangan kepada dewan pers untuk mengawasi kerja perusahaan pers dengan cara dewan Pers di berikan wewenang untuk mengeluarkan izin bagi media dan menutup media yang dinilai tidak bekerja dengan baik.

Walaupun pada kenyataannya ide tersebut ditantang dewan pers dan dianggap hal yang berlebihan, akan tetapi kedepan usaha usaha tersebut tetap ada dan bahkan akan semakin gencar untuk mengembalikan kebebasan media pada masa lalunya.

Setelah melihat gambaran apa yang telah dipaparkan di awal tadi maka sedikit banyak telah mendapatkan gambaran menyangkut eksistensi wartawan dan kebebasan media itu sendiri, secara umum apa yang di harapkan selama ini oleh para wartawan dalam hal ini perusahaan pers telah mulai mendapatkan titk terang terkait kepastian hukum.

Akan tetapi tidak semua kalangan melihat apa yang disebut dengan perlindungan hukum yang dijaminkan Undang undang terhadap wartawan sudah mampu melindungi wartawan itu sendiri. Hal tersebut pernah diungkap oleh Bambang BP dari kejaksaan Agung RI dalam sebuah acara yang dilakukan LBH pers dia mengatakan sangat kaget bahwa propesi wartwana itu sangat miskin perlindungan hukum, berbeda sekali dengan propesi jaksa yang dibekali alat hukum yang cukup lengkap.

Dia mencontohkan lemahnya posisi wartawan seperti disebutkan dalam pasal 8 Undang undang pers No.40 Tahun 1999 tentang pers yang berbunyi” dalam melaksanakan propesinya wartawan mendapatkan perlindungan hukum”. Sedang pada bagian penjelasan, jaminan hukum yang dimaksud dengan perlindungan hukum adalah jaminan perlindungan pemerintah dan atau masyarakat kepada wartawan dalam melaksanakan fungsi, hak,

(5)

kewajiban dan perannya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Bambang BP menilai dalam mendapatkan perlindungan hukum wartawan terkesan meminta-minta.

Hal tersebut belum lagi tumpang tindihnya Undang-undang yang mengatur menyangkut wartawan ini, bahkan dalam sengketa menyangkut pengajuan wartawan ke pengadilan menyangkut persoalan yang dialaminya dalam rangka menjalankan tugas nyapun para penegak hukum dalam hal ini polisi dak jaksa tidak konsisten menetapkan hukum yang berlaku, adakalanya diajukan dengan penggunakan Undang-Undang Pers tapi adakalanya juga di ajukan dengan menggunakan KUHP atau Undang-undang penyiaran malah bahkan Undang Undang ITE

Akan tetapi perlu diperhatikan pula bahwa tidak semua kalangan menyetujui akan kebebasan yang dimiliki pers saat ini, bahkan banyak kalangan menginginkan kewenangan pers di kembalikan pada posisi semula dan lebih jauh dari itu Negara di arahkan untuk dapat mengontrol sepenuhnya pers seperti pada masa orde baru dulu.

Adanya berbagai persoalan dilapangan tersebut perlu kiranya pemikiran yang lebih jauh lagi menyangkut perlindungan hukum yang mampu melindungi profesi wartawan secara pasti dan kuat, disamping itu perlu juga di gagas bentuk perlindungan hukum yang ideal bagi wartawan

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana kepastian perlindungan hukum terhadap Pers ? 2. Bagaimana perlindungan hukum yang ideal bagi Pers ?

(6)

C. Keaslian Penelitian

Sepanjang peneluran di perpustakaan Program Pascasarjana Universitas Gajah Mada Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, sampai proposal penelitian ini di ajukan, Penelitian yang berjudul” Tinjauan Yuridis Terhadap Mengenai Perlindungan Hukum Terhadap Pers dalam Undang-undang No.40 Tahun 1999 tentang pers tidak di temukan.

Berdasarkan hal tersebut penelitian ini dianngap asli dan layak untuk di teliti.

D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk dapat mengkontruksikan perlindungan hukum bagi Pers, sehingga akan memudahkan untuk memahami perlindungan hukun terhadap wartawan

b. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan khususnya bagi pengembangan dan sekaligus penerapan perlindungan hukum terhadap Pers dalam hal ini wartawan

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh Penelitian ini Untuk mengetahui bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap Pers Untuk mengetahui bagaimana sesungguhnya perlindungan hukum yang ideal bagi Pers

Referensi

Dokumen terkait

UNAIR NEWS – Dua peneliti muda Universitas Airlangga yang sedang menempuh studi doktoral di Universitas Kobe – Jepang menerima penghargaan dari pimpinan fakultas setempat

Belajar sebagai proses adalah kegiatan yang dilakukan secara sengaja melalui penyesuaian tingkah laku dirinya guna meningkatkan kualitas kehidupan, sedangkan belajar sebagai

PUSAT PENGAJIAN SAINS PERUBATAN 16 MOHAMAD ZIYADI B HJ GHAZALI PROFESOR DR. PUSAT PENGAJIAN SAINS PERUBATAN 17 MOHD IMRAN BIN YUSOF

Mengingat roman ini merupakan buah karya dari Albert Camus, dan diterbitkan pada tahun yang sama dengan esai gagasan absurditas Camus, tentu saja sangat menarik untuk

Pasien mengeluh mimisan yang keluar dari kedua lubang hidung sudah 2 hari, awalnya pada hari minggu sore setelah pasien berpergian jauh, perdarahan yang keluar sedikit,

Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (1) bahwa Badan Pertanahan Nasional yang selanjutnya disebut BPN adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berada di

Tujuan mendasar dari sistem suspensi atau peredam kendaraan di atas permukaan tanah adalah untuk mempertahankan kontak terus menerus antara roda dan permukaan jalan, dan