LAPORAN KASUS
EPISTAKSIS ANTERIOR
SARTIKA SABHINAYAIDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn.JH
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Usia : 27 tahun
• Alamat : Asrama Yonarmed 11
• Pekerjaan : Tentara (Pratu)
ANAMNESIS
• KU : mimisan
• RPS :
Pasien datang ke UGD RST dr.Soedjono tanggal 8Juli 2013 pukul 16.20 WIB. Pasien mengeluh mimisan yang keluar dari kedua lubang hidung sudah 2 hari, awalnya pada hari minggu sore setelah pasien berpergian jauh, perdarahan yang keluar sedikit, lalu berhenti sendiri dengan memencet hidung dan menyumpalnya dengan tisu, lalu pada senin pagi dan pada senin siang kembali lagi mimisan, perdarahan yang keluar juga sedikit dan berheti dengan memasukkan daun sirih ke dalam
hidung. Badan terasa tidak enak, pasien juga mengeluh batuk tidak berdahak, pasien merasa sedikit pusing.
• RPD :
sebelumnya tidak pernah seperti ini, HT, DM (-), riw trauma pada daerah wajah/hidung (-),
menderita penyakit kelainan darah (-)
• RPO :
tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan seperti aspirin, belum pernah diobati
• RPK :
dikeluarga tidak ada yang seperti ini
• SoSek :
Tanda Vital
• TD : 130/80 mmHg
• N : 88 x/min
• S : 36.2oC
Status Generalis
▫ Kesadaran : Compos mentis
▫ Aktivitas : Normoaktif
▫ Sikap : Kooperatif
Status Lokalis THT
Kepala & leher
• Kepala : mesocephale
• Wajah : simetris
Telinga
Bagian Auricula Dextra Sinistra
Auricula Bentuk normal, nyeri tarik (-) nyeri tragus (-) Bentuk normal nyeri tarik (-) nyeri tragus (-) Pre auricular Bengkak (-) nyeri tekan (-) fistula (-) Bengkak (-) nyeri tekan (-) fistula (-) Retro auricular Bengkak (-)
Nyeri tekan (-) Bengkak (-) Nyeri tekan (-) Mastoid Bengkak (-) Nyeri tekan (-) Bengkak (-), Nyeri tekan (-) CAE Serumen (-) hiperemis (-) Sekret (-) Serumen (-) hiperemis (-) Sekret (-) Membran timpani Intak putih mengkilat refleks cahaya (+) Intak putih mengkilat refleks cahaya (+)
Hidung
Luar: Kanan Kiri
Bentuk Normal Normal
Sinus Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-) Inflamasi/tumor (-) (-)
Rhinoskopi Anterior Kanan Kiri Sekret (-) (-) Mukosa hiperemis (-) edema (-) basah (-) pucat (-) hiperemis (-) edema (-) basah (-) pucat (-) Konka Media hipertrofi (-)
hiperemis (-)
hipertrofi (-) hiperemis (-) Konka Inferior hipertrofi (-)
hiperemis (-) hipertrofi (-) hiperemis (-) Tumor (-) (-) Septum Deviasi (-) Massa (-) (-)
Tenggorokan
Lidah Ulcus (-) Stomatitis (-)
Uvula Bentuk normal, di tengah, hiperemis (-)
Tonsil Dextra Sinistra
Ukuran T1 T1
Permukaan Rata Rata Warna Hiperemis (-) Hiperemis (-) Kripte Melebar (-) Melebar (-) Detritus (-) (-) Faring Mukosa hiperemis (-), dinding rata, granular (-)
Parameter Hasil Nilai rujukan WBC (103/mm3) 9.1 4.0-10.0 RBC (106/mm3) 5.98 ↑ 3.50 – 5.50 HGB (gr/dl) 15.3 ↑ 11.0 – 15.0 HCT (%) 47.4 36.8 – 48.0 PLT (103/mm3) 256 158 - 458 PCT (%) 0.29 ↑ .18 - .28 MCV (µm3) 79.4 ↓ 80.0 – 99.0 MCH (pg) 25.5 ↓ 26.0 – 32.0 MCHC (gr/dl) 32.2 32.0 – 36.0 RDW (%) 11.4 ↓ 11.5 – 14.5 MPV ( µm3) 11.7 ↑ 7.4 – 10.4 PDW (%) 15.8 ↑ 10.0 – 14.0 % Lym 16.3 ↓ 20.0 – 40.0 % Mon 11.4 1.0 – 15.0 % Gran 72.3 ↑ 50.0 – 70.0 # Lym 1.5 0.6 - 4.1 # Mon 1.0 0.1 – 1.8 # Gran 6.6 2.8 – 7.0
Ringkasan
Anamnesis :
• Epistaksis (+), pada kedua lubang hidung, darah yang keluar sedikit, dapat berhenti sendiri dengan melakukan tekanan pada hidung
• Seperti ini baru pertama kali
• Trauma hidung (-)
• Riw HT, DM dan penyakit kelainan darah (-)
• Riw konsumsi obat-obatan seperti aspirin (-) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan hidung tidak ditemukan kelainan, tidak ditemukan darah
Usulan Pemeriksaan
• Darah Lengkap • GDS • Ureum/Creatinin • SGPT/SGOT • CT/BTDiagnosis Banding
• Epistaksis Anterior
Diagnosis Sementara
Usulan Terapi
• Nonmedikamentosa ▫ Pasang tampon • Medikamentosa ▫ Infus RL 20 tpm ▫ Antibiotik (cefotaxim 2x1 gr)Edukasi
• Segera hubungi dokter apabila terjadi mimisan
Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
9/7/2013
S : sudah tidak mimisan, batuk (+) O : St generalis dbn TD 130/90 mmHg, , N 88x/min, S 36oC, RR 20x/min St THT : Telinga
Sekret -/-, serumen -/-, m timpani intak/intak Hidung
Sekret -/-, konka hiperemis -/-, konka hipertrofi -/- Tenggorokan
• A : epistaksis anterior • P : Terapi Infus RL 20 tpm Zibac 2x1 gr Kalnex 3x1 amp Dycinon 3x1 amp
10/7/2013
S : hidung mimisan (-), batuk (-) kepala terasa sedikit berat O : St generalis dbn TD 130/80 mmHg, N 80 x/min, S 36oC, RR 20x/min St THT : Telinga
Sekret -/-, serumen -/-, m timpani intak/intak Hidung
Sekret -/-, konka hiperemis -/-, konka hipertrofi -/- Tenggorokan
A : epistaksis anterior
P : boleh pulang, kontrol ke poli hari Senin
Bagian atas rongga hidung mendapat vaskularisasi dari a.etmoid aanterior dan posterior yang merupakan cabang dari a.oftalmika dari a.karotis interna
Bagian depan septum, terdapat anastomosis dari cabang-cabang :
a.sfenopalatina a.etmoid anterior a.labialis superior a.palatina mayor
• Vena-vena dihidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan arterinya.
• Vena di estibulum & struktur luar hidung
bermuara ke v.oftalmika yang berhubungan dengan sinus kavernosus.
• Pleksus Kiesselbach letaknya superfisial & mudah cedera oleh trauma, sehingga sering
menjadi sumber epistaksis (perdarahan hidung), terutama pada anak.
Definisi
• Merupakan perdarahan hidung, bukanlah
merupakan suatu penyakit, melainkan sebagai gejala dari suatu kelainan
Etiologi
lokal
lokal
Trauma lokal misalnya setelah membuang ingus
dengan keras, mengorek hidung, fraktur hidung atau
trauma maksilofasia lainnya
Idiopatik yang merupakan 85% kasus epistaksis, biasanya ringan dan berulang pada anak dan remaja.
Ketiga diatas ini merupakan penyebab lokal tersering.
D
Tumor, baik tumor hidung maupun sinus yang jinak dan yang ganas. Tersering adalah tumor pembuluh darah seperti
angiofibroma dengan ciri perdarahan yang hebat dan karsinoma nasofaring dengan ciri perdarahan berulang
Etiologi lainnya :
▫ Iritasi gas atau zat kimia yang merangsang ataupun
udara panas pada mukosa hidung
▫ Keadaan lingkungan yang sangat dingin
▫ Tinggal di daerah yang tinggi atau perubahan tekanan
atmosfir yang tiba tiba
▫ Pemakaian semprot hidung steroid jangka lama
▫ Benda asing atau rinolit dengan keluhan epistaksi
Etiologi sistemik
▫ Hipertensi dan penyakit kardiovaskuler lainnya
seperti arteriosklerosis. Hipertensi yang disertai atau tanpa arteriosklerosis rnerupakan penyebab epistaksis tersering pada usia 60-70 lahun.
▫ Kelainan perdarahan misalnya leukemia, hemofilia,
trombositopenia dll.
▫ Infeksi, misalnya demam berdarah disertai
Etiologi sistemik lainnya :
▫ Lebih jarang terjadi adalah gangguan keseimbangan
hormon misalnya pada kehamilan, menarke dan menopause
▫ Peninggian tekanan vena seperti pada emfisema,
bronkitis, pertusis, pneumonia, tumor leher dan penyakit jantung
Epidemiologi
• Epistaksis atau perdarahan hidung dilaporkan
timbul pada 60% populasi umum
• Epistaksis anterior lebih sering terjadi pada
anak- anak dan dewasa muda, sedangkan epistaksis posterior lebih sering terjadi pada usia lebih tua, terutama berusia ≥ 50 tahun dengan penyakit hipertensi dan arteriosklerosis.
2 sumber perdarahan
Epistaksis Anterior Epistaksis Posterior
pleksus Kiesselbach atau dari a.etmoidalis anterior
a. Sfenopalatina & a.etmoidalis posterior
perdarahan tidak begitu hebat, sering berhenti spontan
Perdarahan biasanya hebat & jarang berhenti spontan
Trauma nasal
Pecahnya pleksus Kiesselbach atau a.etmoidalis anterior
Hipertensi
Peningkatan resistensi P.darah (ex. a.sfenopalatina)
P. darah mudah pecah Epiktaksis
Anamnesis
• Riwayat perdarahan sebelumnya
• Lokasi perdarahan
• Apakah darah terutama mengalir ke dalam tenggorokan
(ke posterior) ataukah keluar dari hidung depan (anterior) bila pasien duduk tegak?
• Lama perdarahan dan frekuensinya
Anamnesis
• Hipertensi
• Diabetes mellitus
• Penyakit hati
• Penggunaan antikoagulan
• Trauma hidung yang belum lama
Pemeriksaan fisik
• Pada pemeriksaan fisik diawali dengan
kesadaran, tanda vital, pemeriksaan kepala sampai ekstremitas
Pemeriksaan
• Rinoskopi anterior • Rinoskopi posterior • Pengukuran TD • Rontgen sinus • Skrining koagulopatiPenatalaksanaan
3 prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis :
• Menghentikan perdarahan
• Mencegah komplikasi
Epistaksis anterior
• Pada anak-anak menekan hidung luar selama 10-15 menit
• Gulungan kapas yang telah dibasahi larutan kokain 4% dimasukkan dengan hati-hati ke dalam hidung sambil mengaaspirasi darah yang berlebihan.
• Bila sumber perdarahan dapat terlihat, tempat asal perdarahan dikaustik dengan larutan Nitras Argenti (AgNO3) 25-30%. Sesudahnya area tersebut diberi krim antibiotik.
• pemasangan tampon anterior yang dibuat dari kapas atau kasa yang diberi pelumas vaselin atau salep antibiotik
• Tampon dimasukkan sebanyak 2-4 buah,
disusun dengan teratur dari dasar hingga atap hidung dan meluas hingga ke seluruh panjang rongga hidung, serta harus dapat menekan asal perdarahan.
Epistaksis posterior
• blok ganglion sfenopalatinum
• tampon hidung posterior
Blok Ganglion Sfenopalatinum
• Pada kasus epistaksis posterior, blok
sfenopalatinum dapat bersifat diagnostik dan terapeutik.
• Injeksi 0,5 ml Xilokain 1% dengan epinefrin
1:100.000 secara hati-hati ke dalam kanalis palatina mayor yang akan menyebabkan
Tampon hidung posterior
• Suatu tampon posterior yang dimasukkan melalui mulut dapat ditarik memakai kateter melalui hidung ke dalam koana posterior
• Suatu spons berukuran 4x4 inchi yang digulung erat dan diikat dengan benang sutera No.1 merupakan tampon yang baik
• Dapat diolesi dengan salep antibiotic topikal untuk mengurangi insidens infeksi
• Untuk menanggulangi perdarahan posterior dilakukan pemasangan tampon posterior (tampon Bellocq)
• Tampon ini dibuat dari kasa padat dibentuk kubus atau bulat dengan diameter 3 cm. Pada tampon ini terikat 3 utas benang, 2 buah di satu sisi dan sebuah di sisi berlawanan.
Perdarahan 1 sisi
• digunakan bantuan kateter karet yang dimasukan dari
lubang hidung sampai tampak di orofaring, lalu ditarik keluar dari mulut.
• Pada ujung kateter ini diikatkan 2 benang tampon
Bellocq tadi, kemudian kateter ditarik kembali melalui hidung sampai benang keluar dan dapat ditarik.
• Tampon perlu didorong dengan bantuan jari telunjuk
untuk dapat melewati palatum mole masuk ke
nasofaring. Bila masih ada perdarahan, maka dapat ditambah tampon anterior ke dalam kavum nasi.
• Kedua benang yang keluar dari hidung diikat pada sebuah gulungan kain kasa di depan nares anterior, supaya tampon yang terletak di
nasofaring tetap ditempatnya.
• Benang lain yang keluar dari mulut diikatkan
secara longgar pada pipi pasien. Gunanya ialah untuk menarik tampon keluar melalui mulut setelah 2-3 hari.
Perdarahan 2 sisi
• bantuan dua kateter masing-masing melalui kavum nasi kanan dan kiri, dan tampon posterior terpasang di tengah-tengah nasofaring
• Sebagai pengganti tampon Bellocq, dapat digunakan kateter Folley dengan balon
• Dengan semakin meningkatnya pemakaian
endoskop, akhir-akhir ini juga dikembangkan teknik kauterisasi atau ligasi a. sfenopalatina dengan
Ligasi pembuluh spesifik
• Bila tampon posterior dan anterior gagal
mengendalikan epistaksis, maka perlu dilakukan ligase arteri spesifik.
• Arteri tersebut antara lain arteri karotis
eksterna, arteri maksilaris interna dengan
cabang terminusnya, arteri sfenopalatina dan arteri etmoidalis posterior anterior.
Komplikasi
• Aspirasi
• Syok
• Anemia
• Infeksi
• Laserasi palatum mole atau sudut bibir karena
pemasangan tampaon posterior
Etiologi ↓
Pecahnya pleksus Kiesselbach atau a.etmoidalis anterior
↓
Infus RL
• Mengandung Na laktat, NaCl, KCl, CaCl
• Diindikasikan untuk mengembalikan
keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok hipovolemik
Zibac
• Mengandung ceftrazidime pentahydrate
• Diindikasikan untuk infeksi saluran pernafasan
bagian bawah, ISK, infeksi kulit, infeksi abdominal, dialisis
• Dosis :
Kalnex
• Mengandung asam traneksamat
• Diindikasikan untuk fibrinolisis lokal
(epistaksis), edema angioneurotik hereditas, perdarahan abnormal sesudah operasi,
perdarahan setelah operasi, menoragia
• Dosis :
injeksi 1-2 x/hr oral 3-4 x 500 mg
Dicynone
• Mengandung etamsilat
• I :
perdarahan efusi (pencegahan & pengobatan pada bedah umum, bedah saraf, THT, mata, & rongga mulut), pengobatan internal (perdarahan pada pencernaan, mimisan), dan kandungan,
pengobatan kerapuhan pembuluh kapiler