• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

40 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kota Madiun merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa Timur bagian barat yang terletak di dataran rendah antara 7’-8’ lintang selatan atau sepanjang 7,5 km bentang arah ke selatan, antara 111’-112’ bujur timur atau sepanjang 6 km bentang arah barat timur. Kota Madiun terletak pada daratan dengan ketinggian 63-67 meter dari permukaan air laut. Rentang temperatur udara antara 20°-35° C.

Sedangkan rata-rata curah hujan tinggi dapat terjadi pada bulan-bulan awal tahun dan akhir tahun, sedangkan curah hujan rendah terjadi pada pertengahan tahun.

Wilayah Kota Madiun mempunyai luas 33,23 km². Kota Madiun terbagi menjadi tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Manguharjo yang memiliki luas 12,54 km², Kecamatan Kartoharjo yang memiliki luas 11,73 km², dan Kecamatan Taman yang memiliki luas 13,46 km². Masing-masing kecamatan tersebut terdiri dari 9 kelurahan, sehingga secara keseluruhan terdapat 27 kelurahan yang ada di Kota Madiun. Sedangkan secara administrasi, wilayah Kota Madiun berbatasan dengan wilayah Kabupaten Madiun dan Magetan, dengan batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah utara adalah Kecamatan Madiun b. Sebelah timur adalah Kecamatan Wungu c. Sebelah selatan adalah Kecamatan Geger d. Sebelah barat adalah Kecamatan Jiwan

commit to user

(2)

41 Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Madiun

(Sumber : Google Maps)

Kota Madiun terletak 160 km sebelah barat Kota Surabaya atau 111 km sebelah timur Kota Surakarta, Jawa Tengah. Letak geografis Kota Madiun sangat strategis karena terletak pada simpul jaringan jalan regional yang menghubungkan daerah-daerah di Jawa Timur dengan daerah-daerah di Jawa Tengah dan khususnya menghubungkan Kota Madiun dengan kota besar lainnya, yaitu Yogyakarta, Jakarta melalui Ngawi, Tawangmangu atau Surakarta melalui Magetan, Pacitan-Trenggalek melalui Ponorogo serta jalur kereta api lintas pulau jawa bagian selatan yang menghubungkan Surabaya-Jakarta melalui Purwokerto dan Surabaya-Bandung. Di kota ini terdapat pusat Industri Kereta Api (INKA), serta memiliki Lapangan Terbang Iswahyudi yang merupakan salah satu pangkalan utama Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI). Kota Madiun memiliki beberapa julukan, yaitu Kota Gadis, Kota Brem, Kota Pecel, dan sebagainya.

commit to user

(3)

42 2. Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak

Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinas Sosial, PP, dan PA) Kota Madiun sebagai wujud pelaksanaan Otonomi Daerah yang merupakan unsur pendukung tugas Walikota di bidang Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Madiun Nomor 03 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah dan ditindaklanjuti dengan Peraturan Walikota Madiun Nomor 35 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Rincian Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak. Dinas Sosial, PP, dan PA ini beralamatkan di Jalan Salak No.

51, Kecamatan Taman, Kota Madiun, Jawa Timur.

Gambar 4.2. Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Madiun

(Sumber : dokumentasi pribadi)

commit to user

(4)

43 Visi dari Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak Kota Madiun adalah “Terwujudnya Kesejahteraan Sosial dan Terciptanya Masyarakat Sadar Perlindungan Perempuan dan Anak”. Sedangkan misi dari Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak Kota Madiun merujuk kepada misi Kota Madiun, adalah :

a. Meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

b. Meningkatkan pemberdayaan perempuan dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender

c. Mewujudkan masyarakat sadar perlindungan perempuan dan anak.

Dinas Sosial, PP, dan PA Kota Madiun dibagi menjadi tiga bidang, yaitu Bidang Sosial; Bidang Pemberdayaan Perempuan, Pembinaan dan Kesejahteraan Keluarga; serta Bidang Perlindungan Perempuan dan Hak Anak.

Permasalahan mengenai anak terlantar termasuk dalam Bidang Perlindungan Perempuan dan Hak Anak serta Bidang Sosial. Dalam bidang tersebut terdapat sebuah program, yaitu Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA). PKSA adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar anak, meliputi bantuan pemenuhan kebutuhan dasar, aksesibilitas pelayanan sosial dasar, penguatan orangtua atau keluarga, dan penguatan lembaga kesejahteraan sosial anak.

Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan, ditetapkan bahwa Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) sebagai program prioritas nasional yang meliputi Program Kesejahteraan Sosial Anak Balita, Program Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar, Program Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan, Program Kesejahteraan Sosial Anak yang Berhadapan dengan Hukum, Program Kesejahteraan Sosial Anak Dengan Kecacatan dan Program Kesejahteraan Sosial Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus. Sasaran PKSA diprioritaskan kepada anak-anak yang commit to user

(5)

44 memiliki keidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial seperti kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial, dan penyimpangan perilaku, korban bencana, dan/atau korban tindak kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi.

PKSA juga bertujuan untuk memberikan dana bantuan yang diberikan setiap tahunnya dengan jumlah yang berbeda-beda. Tidak hanya itu, bantuan yang diberikan juga berupa bimbingan dan pengasuhan yang diberikan kepada anak- anak serta keluarga mereka oleh pekerja sosial ataupun lembaga-lembaga pengasuhan anak. Untuk meningkatkan pelayanan PKSA secara maksimal, maka para pelaku PKSA harus saling berkomunikasi dan berkoordinasi. Dalam pelaksanaannya, PKSA difasilitasi penyediaan Unit Pelaksana Program Kesejahteraan Sosial Anak (UP-PKSA) dari tingkat pusat sampai dengan Pendamping PKSA atau yang disebut juga dengan Satuan Bhakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos).

Sakti Peksos merupakan para petugas kemanusiaan di bidang pekerjaan sosial yang ditetapkan oleh Kementrian Sosial atau Dinas / Instansi Sosial yang memiliki status kerja kontrak karya yang dilakukan per tahun dengan Direktorat Pelayanan Sosial Anak (PKSA Pusat) atau Dinas / Instansi Sosial Provinsi (PKSA Dekon) dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan. Sedangkan untuk tugas-tugas dari para Pekerja Sosial Profesional pendamping PKSA, yaitu merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan hasil pemberian pelayanan kesejahteraan sosial.

Selain itu, Sakti Peksos juga melakukan pendampingan. Pendampingan tersebut diberikan baik terhadap korban, keluarga korban, maupun panti asuhan yang merawat anak-anak terlantar tersebut. Bentuk pendampingan yang diberikan baik kepada korban maupun keluarga korban yaitu dengan memberikan arahan, masukan atau saran, solusi dalam penyelesaian konflik yang terjadi, serta membantu mereka untuk mengakses fasilitas-fasilitas yang memang dibutuhkan.

Sedangkan bentuk pendampingan yang diberikan oleh Sakti Peksos terhadap panti asuhan adalah dengan cara pengecekan secara berkala terhadap anak-anak terlantar yang tinggal di panti, memberikan arahan kepada para pengurus commit to user

(6)

45 mengenai informasi dana bantuan pemerintah, dan membantu mencari solusi untuk permasalahan yang dialami panti. Namun, peran Sakti Peksos hanya sebagai mediator. Selain itu, tugas Sakti Peksos dalam melaksanakan PKSA yang berada dibawah naungan Kementerian Anak dan Dirjen Rehabilitasi, Sakti Peksos yaitu ikut andil dalam penyaluran dana bantuan kepada anak-anak.

Jika Bidang Sosial memiliki Sakti Peksos, dalam Bidang Perlindungan Perempuan dan Hak Anak terdapat sebuah lembaga khusus yang menangani permasalahan mengenai anak dan perempuan, yaitu Pusat Pelayanan Terpadu (PPT). Berdasarkan Keputusan Walikota Madiun Nomor : 460-401.104/69/2018 Tentang Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Mitra Peduli Masyarakat Sejati maka ditetapkanlah Mitra Peduli Masyarakat Sejati sebagai Pusat Pelayanan Terpadu di Kota Madiun yang berada dibawah koordinasi langsung Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak Kota Madiun.

3. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)

Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) merupakan organisasi atau perkumpulan sosial yang melaksanakan Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) dan dibentuk oleh masyarakat atau difasilitasi pemerintah, baik berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. LKSA yang sering dilibatkan untuk melakukan pengasuhan terhadap anak-anak yang bermasalah adalah panti asuhan.

LKSA diharapkan mampu menjamin keselamatan, kesejahteraan diri, dan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan mendasar anak. LKSA juga harus mampu memberikan fasilitas dan dukungan pengasuhan sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Pengasuhan anak berbasis LKSA merupakan pilihan terakhir bagi anak- anak yang memang tidak bisa diasuh oleh keluarga inti, keluarga besar, kerabat, ataupun keluarga pengganti. Jika memang masih terdapat anggota keluarga yang bersedia serta masih mampu untuk mengasuh dan memenuhi kebutuhan dasar anak, maka anak tersebut sebaiknya tetap dikembalikan kepada keluarganya. Jika anak benar-benar tidak dapat dikembalikan ke keluarga atau kerabat terdekatnya, commit to user

(7)

46 maka anak sebaiknya ditempatkan di LKSA sebagai solusi sementara sambil mengupayakan solusi pengasuhan alternatif berbasis keluarga pengganti bagi anak. Untuk bayi dan anak hingga usia 5 tahun harus selalu ditempatkan dalam pengasuhan berbasis keluarga dan hanya bisa ditempatkan di LKSA untuk waktu yang singkat dan hanya sebagai pertolongan darurat sampai nantinya diperoleh orangtua asuh atau orangtua angkat yang tepat untuk anak. Penempatan anak di LKSA juga harus sesuai peraturan undang-undang dan instansi sosial yang berwenang berdasarkan hasil assessment kebutuhan anak dan juga keluarga.

Setiap LKSA harus memiliki perijinan yang resmi dan lengkap untuk bisa melakukan pengasuhan terhadap anak.

Dinas Sosial, PP, dan PA harus memonitor dan juga mengevaluasi kesesuaian pelayanan yang dilakukan oleh LKSA dengan standar nasional sesuai standar nasional secara berkala. Untuk kepentingan monitoring LKSA, Dinas Sosial harus mengevaluasi kualitas pelayanan yang diberikan oleh LKSA kepada anak-anak, termasuk pemenuhan standar nasional dan kemungkinan adanya pembatalan ataupun penarikan ijin operasional LKSA tersebut apabila terbukti melanggar peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.

4. Bentuk-Bentuk Penelantaran Anak di Kota Madiun

Perilaku menelantarkan anak yang dilakukan baik secara sengaja maupun tidak sengaja tentunya termasuk dalam tindak kekerasan terhadap anak, khususnya kekerasan sosial anak. Memang dampak yang diakibatkan oleh perilaku penelantaran anak tidak seberat tindak kekerasan anak lainnya, sehingga terkadang masyarakat tidak menyadari adanya tindakan penelantaran terhadap anak-anak yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

Penelantaran anak yang dimaksudkan disini bukan sekadar kondisi dimana anak tidak mempunyai salah satu ataupun kedua orangtuanya, tetapi juga berarti anak-anak dengan kondisi dimana hak-hak yang seharusnya mereka dapatkan untuk tumbuh dan berkembang secara wajar tidak mereka dapatkan sepenuhnya. Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk-bentuk penelantaran anak commit to user

(8)

47 yang terjadi di Kota Madiun dapat dibagi menjadi penelantaran disebabkan oleh kondisi tertentu pada keluarga, kondisi lingkungan hidup yang tidak mendukung dan kehamilan di luar nikah.

a. Kondisi Keluarga

Penelantaran pada anak dapat terjadi karena adanya suatu kondisi tertentu yang dialami oleh keluarga mereka, sehingga anak-anak mendapatkan perlakuan yang salah. Akibat yang ditimbulkan, diantaranya anak-anak menjadi kekurangan kasih sayang, kurang mendapatkan perhatian, perawatan, dan juga pengawasan dari orangtua mereka. Memang bentuk penelantaran seperti ini masih dianggap remeh dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Hal ini dikarenakan dampak yang ditimbulkan pun juga tidak terlalu nampak. Selain itu, masyarakat juga beranggapan bahwa permasalahan seperti itu dianggap merupakan masalah internal keluarga sehingga mereka tidak ingin terlalu terlibat dalam urusan rumah tangga orang lain.

Dalam sebuah rumah tangga tentunya memiliki seseorang yang berperan sebagai kepala keluarga. Kepala keluarga itulah yang bertanggungjawab akan keberlangsungan hidup rumah tangga terutama dalam hal perekonomian keluarga. Namun, tidak semua kepala keluarga memiliki pekerjaan yang mapan.

Terdapat sebagian orang yang memiliki pekerjaan dengan penghasilan yang rendah, sehingga kurang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Akibatnya, kebutuhan sandang, pangan, dan papan rumah tangga menjadi kekurangan. Selain itu, kualitas hidup rumah tangga pun menjadi rendah dan anak-anak pun bisa menjadi korbannya.

Seperti yang terjadi pada anak-anak Ibu Tari. Suami beliau dulunya bekerja sebagai tukang becak, tetapi kemudian keluarga mereka mengalami sebuah masalah yang menyebabkan suaminya pergi meninggalkan Ibu Tari dan 6 anaknya begitu saja tanpa ada kabar. Kepergian suaminya, menyebabkan keadaan keluarga beliau memburuk. Untuk kebutuhan sehari-hari hanya mengandalkan pemberian dari para tetangga. Bahkan, Ibu Tari terpaksa berkeliling untuk commit to user

(9)

48 menjual becak peninggalan suaminya. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Mahendra selaku Kepala Bidang Perlindungan Anak :

“yaa suaminya pergi ga jelas kemana, anaknya 6 ditinggal gitu aja.

Ibunya coba hubungin keluarga suaminya juga gaada yang tau perginya kemana.. si suaminya ini. Trus ibunya kan ga kerja, jadinya dia muter naik becak sama anaknya .. jadi becaknya itu ditawar-tawarin ke orang.

Becaknya mau dijual, buat biaya hidup. Buat makan juga ngandelin dikasih sama tetangganya ituu..” (wawancara dengan Bapak Mahendra selaku Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Hak Anak, Agustus 2018)

Akibat dari kesulitan ekonomi yang dialami, keluarga tersebut menjadi kekurangan asupan gizi makanan yang layak. Anak-anak Ibu Tari juga mengalami kesulitan untuk melanjutkan sekolah mereka karena tidak adanya biaya. Selain itu, anak-anak mengalami perlakuan yang buruk oleh beberapa teman mereka. mereka sering dijadikan bahan ejekan karena perginya ayah mereka. Anak-anak yang masih kecil pun menjadi kurang terurus karena sering ditinggalkan oleh Ibu Tari untuk pergi menjual becak peninggalan suaminya.

Selain itu, penelantaran pada anak-anak bisa terjadi karena keadaan orangtuanya yang sedang sakit parah dan membutuhkan perawatan intensif yang memakan waktu cukup lama. Sehingga, anak-anak menjadi kurang terurus. Salah satu contoh kasus yang terjadi pada salah satu keluarga yang merupakan tetangga dari salah satu narasumber dalam penelitian ini, yaitu Ibu Lusi :

“Jadi ibunya itu sudah sakit paru-paru stadium 4 trus butuh perawatan ke rumah sakit itu nggak tau sampek kapan, bapaknya kerja, kan itu masih butuh pengawasan semua anaknya. Trus kan brarti anaknya ini nggak ada yang ngerawat kalo misal ibunya mulai berobat. Soalnya kan harus opname.” (wawancara dengan Ibu Lusi selaku petugas Sakti Peksos, Agustus 2018)

commit to user

(10)

49 Dalam kasus tersebut, membuat anak-anak tidak bisa melanjutkan sekolah dikarenakan orangtua mereka kesulitan untuk membayar biaya sekolah, karena uang yang mereka miliki sebagian besar digunakan untuk biaya perawatan ibu selama sakit. Anak-anak pun juga menjadi kurang pengawasan dari orangtuanya dan sering sakit-sakitan karena kurangnya asupan gizi makanan yang layak. Selain itu, para tetangga juga cenderung memilih untuk diam, dengan alasan tidak mau ikut campur urusan keluarga orang lain serta merasa tidak sanggup untuk memberikan bantuan kepada keluarga tersebut.

Untuk mengatasi permasalahan-permasalahn tersebut, Dinsos, PP, dan PA melakukan tracing dan assessment telebih dahulu, untuk memastikan kejelasan permasalahan yang terjadi. Berdasarkan asessment yang telah dilakukan oleh Sakti Peksos, dapat dikatakan bahwa anak tersebut kehilangan haknya untuk menempuh pendidikan, pengasuhan, dan juga fasilitas kesehatan. Sehingga, dalam permasalahan ini Sakti Peksos bertugas untuk memberikan arahan serta petunjuk untuk mempermudah keluarga tersebut dalam mengakses fasilitas kesehatan untuk anak mereka agar kesehatan anak lebih terjamin. Selain itu, Sakti Peksos juga membantu keluarga tersebut untuk memenuhi kembali kebutuhan-kebutuhan dalam hal pendidikan anak dengan memberikan rekomendasi sekolah yang layak dan sesuai untuk kebutuhan anak.

Kemudian untuk anak-anak yang dinilai perlu berpindah tempat tinggal, Sakti Peksos juga memberikan rujukan panti asuhan agar mereka dapat hidup dengan aman dan nyaman kembali. Panti asuhan yang diutamakan adalah Panti Asuhan Siti Hajar, karena panti ini dinilai sudah lengkap fasilitasnya dan terjamin kualitasnya. Selama proses pemenuhan hak-hak anak, Sakti Peksos selalu mendampingi anak maupun keluarganya. Konsultasi secara psikologis juga dilakukan, untuk mengontrol kesehatan mental anak maupun orangtuanya.

Pendampingan dan konsultasi psikologis akan terus dilakukan selama mereka membutuhkannya.

commit to user

(11)

50 b. Kondisi Lingkungan Hidup

Kondisi lingkungan hidup tentunya dapat mempengaruhi keberlangsungan hidup anak-anak, salah satunya adalah lingkungan sosial.

Kondisi lingkungan sosial yang buruk dapat mengakibatkan anak-anak menjadi terlantar. Salah satu contohnya yang terjadi pada sebuah keluarga di Kota Madiun yang menyandang status Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Keluarga tersebut awalnya membuka status kepada pihak sekolah saat mendaftarkan anak mereka.

Lambat laun status anak mereka diketahui oleh orangtua dan wali murid lain.

Orangtua dan wali murid lainnya kemudian mendesak pihak sekolah untuk mengeluarkan anak tersebut karena khawatir anak-anak mereka akan tertular.

Walaupun pihak sekolah sudah memberikan penjelasan dan meyakinkan orangtua dan wali murid lainnya, mereka tetap tidak dapat menerimanya. Akhirnya, terpaksa anak tersebut mengundurkan diri. Kemudian, status mereka sebagai ODHA juga mulai tersebar ke lingkungan sekitar mereka. Warga sekitar pun merasa tidak nyaman dengan status mereka. Lambat laun, mereka dikucilkan, si anak pun sering menjadi bahan ejekan teman-temannya. Seperti yang dijelaskan oleh Ibu Lusi selaku anggota Sakti Peksos di Kota Madiun :

“...waktu itu ada anak ODHA, dia nggak bisa sekolah karena ketahuan kena AIDS itu. Jadi dia ditolak sama sekolahan, belum lagi di lingkungan tempat tinggalnya ini dia juga nggak diterima sama masyarakat. Dia dilempari sama tetangganya, dijauhi juga. Artinya kan ini udah nggak nyaman dan nggak aman juga...” (wawancara dengan Ibu Lusi selaku petugas Sakti Peksos, Agustus 2018)

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 B ayat 2 disebutkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Maka dari itu, perlu adanya perlindungan dari dinas setempat agar keluarga tersebut mendapatkan kembali hak-hak mereka. Setelah meneriman laporan mengenai kasus ini, Dinsos, PP, dan PA turun langsung untuk memberikan bantuan-bantuan. commit to user

(12)

51 Sama seperti kasus lainnya, tracing dan assessment dilakukan terlebih dahulu. Kemudian, keluarga tersebut memilih untuk berpindah tempat tinggal untuk menghindari perlakuan yang tidak menyenangkan dari para tetangga sekitar. Sakti Peksos meminta bantuan kepada Dinas Pendidikan agar memberikan rekomendasi sekolah baru untuk si anak. Sebelumnya, keluarga ini juga kesulitan untuk melakukan cek kesehatan rutin tiap bulannya dikarenakan kurang biaya.

Sehingga, Sakti Peksos pun meminta Dinas Kesehatan untuk memberikan rujukan rumah sakit yang dapat memberikan keringanan untuk mereka saat melakukan cek kesehatan rutin. Meskipun kebutuhan anak-anak dan keluarga tersebut telah terpenuhi, Sakti Peksos akan selalu melakukan controlling untuk memantau keadaan keluarga tersebut.

c. Hamil di Luar Nikah

Kehamilan di luar nikah dapat menyebabkan si ibu tidak siap untuk menerima kehadiran seorang anak di kehidupannya. Ketidaksiapan ini dapat dialami baik dari segi psikologis, fisik, maupun materi. Ini dapat berakibat buruk bagi ibu maupun anak. Seperti yang terjadi pada salah satu anak di Panti Debora.

Anak tersebut merupakan hasil dari kehamilan di luar nikah. Si ibu merasa tidak siap secara psikologis dan materi. Setelah merasa fisiknya cukup kuat, si ibu memutuskan untuk kembali bekerja di luar kota. Namun, anggota keluarga lainnya tidak ada yang mampu untuk merawat si anak, akhirnya diantarkanlah ke Panti Asuhan Debora. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Siti Nursahada selaku Kepala Bidang Sosial di Dinas Sosial, PP, dan PA Kota Madiun:

“..jadi ibunya itu hamil diluar nikah, nggak tau siapa ayahnya. Ibunya ini bilangnya selama ini kerja Surabaya. Ibunya juga sekarang nggak pernah ngirim bulanan.. nanya kabar anaknya juga nggak pernah. Naah anaknya ini kan jadi ditaruh di Panti Debora sana, tapi sering bikin masalah.

Nggak patuh sama aturan panti, sering keluar panti tanpa ijin pengurusnya. Tau-tau anak itu ternyata suka ngamen di jalan. Kan takutnya nanti dia jadi ikut kayak ibunya itu kerjanya kalo dibiarkan. commit to user

(13)

52 Makanya ini kita kasih dampingan psikologis, biar tau penyebabnya dia begitu itu kenapa. Ternyataaa ketahuan kalo dia itu emang sengaja begitu biar diperhatikan ibunya, jadi intinya cari perhatian gitulaah...”

(wawancara dengan Ibu Siti Nursahada selaku Kepala Bidang Sosial di Dinas Sosial, PP, dan PA Kota Madiun, pada Agustus 2018)

Anak tersebut menunjukkan perilaku-perilaku yang mengindikasikan adanya gangguan afeksi. Merasa kurang mendapatkan perhatian dari ibunya, si anak mulai berperilaku tidak baik selama tinggal di panti asuhan. Ia sering keluar panti asuhan tanpa ijin, ketahuan mengamen di jalanan, dan bahkan bertengkar dengan anak-anak panti asuhan lainnya. Seperti yang dikatakan oleh salah satu narasumber penelitian ini, yaitu Mas Aris selaku mantan petugas Sakti Peksos Kota Madiun :

“ya saya waktu itu mau ke panti, mau ada urusan. Kok di jalan itu liat si anak ini, jalan sendiri … ngga bawa kendaraan, ngga ada temennya juga. Kebetulan saya hapal muka anaknya ini, saya tau dia anak panti tapi lupa namanya siapa. Yaudah saya ini.. saya dekati, saya tanya mau kemana kok sendirian. Dia awalnya diem, tapi trus ngaku mau lari dari panti aja. Saya bujuk, saya kembalikan ke panti, Alhamdulillah mau.

Pas ditanya lagi pelan-pelan, ternyata kangen ibunya, tapi ibunya ngga ini.. ngga kasih kabar.” (wawancara dengan Mas Aris selaku mantan petugas Sakti Peksos Kota Madiun, pada Agustus 2018)

Untuk menangani contoh kasus seperti ini, Sakti Peksos akan berkoordinasi dengan pengurus panti asuhan untuk menghubungi ibu dari anak tersebut. Kemudian, Sakti Peksos bersama pengurus panti asuhan, ibu, dan anak tersebut melakukan diskusi. Untuk menemukan titik permasalahann, selama diskusi ibu dan anak diberikan ruang untuk menjelaskan alasan masing-masing yang menyebabkan mereka berperilaku demikian. Setelah menemukan penyebab permasalahan, Sakti Peksos dan pengurus panti asuhan memberikan saran-saran baik untuk ibu maupun anak. Pihak ibu disarankan untuk memperbaiki commit to user

(14)

53 komunikasi dengan anaknya. Sedangkan untuk anak, disarankan untuk lebih terbuka kepada para pengurus panti asuhan dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku di panti asuhan.

Selain itu, pendampingan psikologis juga diberikan baik kepada ibu maupun anak. Konsultasi psikologi akan didampingi oleh konsultan psikologis dari Pusat Pelayanan Terpadu Midumasjati Kota Madiun. Konsultasi ini bertujuan untuk mengetahui kondisi psikis keduanya, sehingga diharapkan ibu dan anak tersebut dapat mengungkapkan apa yang mereka inginkan satu sama lain.

Sehingga, hubungan antara ibu dan anak tersebut menjadi lebih baik lagi.

Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk-bentuk penelantaran anak dapat digambarkan seperti berikut ini:

No.

Bentuk

Penelantaran Akibat yang Ditimbulkan Cara Penanganan

1 1

Anak terlantar karena kondisi keluarga

 Kesehatan dan pendidikan anak terganggu

 Kebutuhan sandang, pangan, dan papan anak mengalami kekurangan

 Anak menjadi kurang pengawasan dan perhatian

 Dinsos, PP, dan PA bekerjasama

dengan dinas terkait memberikan fasilitas kesehatan dan pendidikan anak

 Sakti Peksos membantu dalam pengajuan dana bantuan anak

 Menyarankan anak untuk tinggal di panti asuhan

commit to user

(15)

54 2

2

Anak terlantar akibat kondisi lingkungan hidup yang tidak mendukung

 Dikucilkan oleh para tetangga

 Anak mengalami perundungan

 Anak kehilangan haknya untuk mendapat pendidikan yang layak

 Keluarga merasa tertekan

 Dinsos, PP, dan PA membantu keluarga untuk berpindah tempat tinggal

 Dinsos, PP, dan PA bersama Dinas Pendidikan memindahkan tempat bersekolah anak

 Melakukan pendampingan psikologi

2 3

Anak terlantar akibat dari kehamilan di luar nikah

 Anak kekurangan perhatian dan pengawasan dari orangtua

 Anak mengalami perubahan perilaku

 Sakti Peksos bersama pengurus panti asuhan melakukan diskusi

 Melakukan pendampingan psikologis untuk ibu dan anak Tabel 4.1. Bentuk-bentuk penelantaran anak bedasarkan faktor penyebabnya (Sumber : Data Primer, diolah Juli 2019)

commit to user

(16)

55 5. Faktor Pendukung dalam Menangani Kasus-Kasus Anak Terlantar

di Kota Madiun

Faktor pendukung merupakan hal atau kondisi yang dapat mendorong terjadinya suatu kegiatan atau tindakan. Dalam melaksanakan upaya untuk melindungi anak-anak terlantar di Kota Madiun, tentu saja terdapat beberapa faktor pendukung yang menjadi latar belakang.

Dinsos, PP, dan PA

Meskipun jumlah kasus anak terlantar yang ada di Kota Madiun tidak tergolong tinggi, kepekaan serta kepedulian terhadap permasalahan ini harus tetap diperhatikan. Masih rendahnya kepedulian serta kepekaan masyarakat Kota Madiun terhadap permasalahan mengenai anak terlantar yang mungkin saja terjadi di lingkungan sekitar mereka dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat bersikap demikian karena mereka beranggapan bahwa apabila terdapat suatu keluarga di sekitar mereka yang sedang mengalami masalah, mereka tidak berhak untuk ikut campur dalam urusan rumah tangga tersebut. Mereka sekedar mengungkapkan rasa kasihan, tanpa memberi bantuan secara langsung. Faktor inilah yang mendorong pemerintah setempat untuk mewujudkan upayanya untuk melindungi anak-anak terlantar dengan melibatkan masyarakat. Selain itu, kurangnya kepedulian masyarakat juga disebabkan karena kurangnya pengetahuan mereka tentang ciri-ciri yang menunjukkan bahwa seorang anak mengalami tindakan penelantaran. Maka dari itu, pemerintah Kota Madiun bersama dengan Dinsos, PP, dan PA bersama-sama memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai anak terlantar juga dapat dijadikan langkah preventif untuk mengurangi jumlah penelantaran anak-anak.

Pada tahun 2017, Kota Madiun sudah mendapatkan penghargaan Kota Layak Anak dengan predikat Pratama. Sedangkan untuk tahun 2019, Kota Madiun juga memeproleh kembali predikat Kota Layak Anak. Untuk tahun ini, Kota Madiun masuk dalam dua nominasi KLA, yaitu sekolah ramah anak dan Puskesmas ramah anak. Inilah yang menjadi alasan bagi Dinas Sosial, PP, dan PA commit to user

(17)

56 semakin meningkatkan upayanya untuk menangani permasalahan-permasalahan mengenai anak. Meskipun untuk mewujudkan Kota Layak Anak masih membutuhkan banyak upaya, Dinas Sosial, PP, dan PA akan terus berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik mereka. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Wahyu selaku petugas administrasi Bidang Perlindungan Perempuan dan Hak Anak :

“Kalo untuk Kota Layak Anak kan lingkupnya banyak, nggak cuma kita aja. Jadi kalo di bidang kita yaa itu.. semua yang berkaitan dengan anak. Misal hak untuk identitas, nanti kita salurkan ke Dispendukcapil, gitu gituu.” (wawancara dengan Ibu Wahyu selaku petugas administrasi Bidang Perlindungan Perempuan dan Hak Anak, Agustus 2018)

Maka dari itu, dibutuhkan kerjasama antara pemerintah daerah dengan masyarakat untuk mewujudkan Kota Madiun sebagai Kota Layak Anak. Dinas Sosial, PP, dan PA berupaya untuk berpartisipasi langsung dan meningkatkan kinerja mereka agar terwujudnya Kota Madiun yang ramah dan aman untuk anak- anak.

Panti Asuhan

Panti asuhan juga memiliki peran penting dalam menangani permasalahan anak terlantar. Panti asuhan merupakan lembaga sosial yang berkewajiban ikut serta dalam melindungi anak-anak dari tindakan penelantaran.

Salah satu panti asuhan yang terlibat aktif adalah Panti Asuhan Siti Hajar. Dinsos, PP, dan PA mengungkapkan bahwa Panti Asuhan Siti Hajar merupakan lembaga sosial yang kualitasnya terjamin, sehingga mempercayakan panti asuhan tersebut untuk mengasuh anak-anak yang terlantar. Panti Asuhan Siti Hajar memiliki pedoman bahwa mereka akan mengupayakan yang terbaik untuk kehidupan anak- anak serta selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas hidup anak-anak.

Sehingga, mereka selalu berupaya sedemikian rupa agar mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak.

commit to user

(18)

57 Panti asuhan Siti Hajar menyediakan fasilitas yang cukup lengkap untuk menunjang kebutuhan anak-anak. Kebutuhan sandang, pangan, dan papan anak-anak sudah disediakan oleh panti asuhan. Untuk anak-anak usia sekolah dasar, panti asuhan Siti Hajar memiliki yayasan sekolah sendiri. Sehingga, untuk sekolah dasar anak-anak tidak perlu mendaftar ke sekolah lain. Panti asuhan dibantu dengan Sakti Peksos, akan mengupayakan agar anak-anak mendapatkan dana bantuan dari pemerintah. Sakti Peksos yang akan memberikan pengarahan serta informasi persyaratan yang harus dipenuhi oleh panti asuhan untuk mendapatkan bantuan.

Selain itu, untuk meningkatkan kinerjanya dalam melindungi anak- anak, para pengurus serta pengasuh panti asuhan akan diberikan permbinaan dan pengarahan oleh Dinsos, PP, dan PA Kota Madiun, seperti yang dikatakan oleh Ibu Eko selaku pengurus Panti Asuhan Siti Hajar :

“Yaa kita selain ikut pembinaan, pertemuan, kalo Dinas Sosial membutuhkan bantuan untuk menaruh anak di panti sewaktu-waktu Insya Allah kita siap. Jadi memang mitra. Yaa kayak tadi ini, mungkin pengarahan. Nanti dikasih pelatihan untuk pengurusnya.” (wawancara dengan Ibu Eko selaku pengurus Panti Asuhan Siti Hajar, dilakukan pada Agustus 2018)

Pembinaan dan pengarahan diberikan agar para pengurus dan pengasuh panti asuhan dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada anak-anak panti asuhan. Selain itu, pembinaan dilakukan agar para pengurus panti dapat menambaph pengetahuan serta wawasan mereka dalam mengoptimalkan manajemen kepengurusan panti asuhan agar lebih professional. Peningkatan kualitas kepengurusan panti asuhan dilakukan agar upaya mereka untuk melindungi anak-anak terlantar yang ada di Kota Madiun

commit to user

(19)

58 6. Faktor Penghambat dalam Menangani Kasus-Kasus Anak

Terlantar di Kota Madiun

Selama melakukan penanganan kasus-kasus anak terlantar di Kota Madiun, tentunya terdapat beberapa hal yang menjadi hambatan atau tantangan.

Hambatan-hambatan ini harus diperbaiki oleh berbagai pihak, agar semua permasalahan dapat diselesaikan dengan baik.

Dinsos, PP, dan PA

Untuk Bidang PA, hambatan yang dialami yaitu dalam proses mediasi masalah. Tidak jarang terjadi perebutan hak asuh anak dalam keluarga tersebut.

Kedua calon pengasuh anak saling egois, keras kepala, dan ingin menang sendiri.

Seperti yang dikatakan oleh Bapak Mahendra selaku Kepala Bidang Perlindungan Anak :

“Yaa memang kadang kalo sama orangtuanya yang sama-sama keras, egois sendiri, itu susah. Kan kita memberikan solusi, tetapi keputusan kan tetap di orangtua. Tapi bagaimana caranya itu meyakinkan orangtua. Karna mestinya orangtua itu kan apa saja pasti untuk anak, bagaimana mengetemukan dua belah pihak ini biar bisa ketemu. Kita tetep muaranya ke anak...” (wawancara dengan Bapak Mahendra selaku Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Hak Anak, Agustus 2018)

Peran pendamping Bidang PA disini adalah sebagai mediator atau penengah, sehingga harus bisa mencari jalan keluar untuk kedua belah pihak dan tentunya harus dapat bersikap adil. Dinsos, PP, dan PA selaku penengah, wajib memberikan saran serta solusi yang tepat tanpa menguntungkan salah satu pihak saja. Maka dari itu, diperlukan pula koordinasi yang baik dengan pihak orangtua atau keluarga anak. Keputusan yang dipilih pun harus mempertimbangkan dan mengedepankan kepentingan anak.

commit to user

(20)

59 Kemudian, dalam beberapa kasus juga terdapat perbedaan penjelasan mengenai kasus yang sedang terjadi antara pihak pelapor dan pihak yang dilaporkan. Hal ini dikarenakan pelapor kasus justru membalikkan fakta dan juga cenderung melebih-lebihkan cerita atau justru sebaliknya. Sehingga, terdapat dua penjelasan yang berbeda mengenai kasus yang sedang terjadi. Maka dari itu, pihak dinas tidak bisa mendengarkan penjelasan dari salah satu pihak saja. Baik pendamping Bidang PA maupun Sakti Peksos harus mendengarkan penjelasan dari pihak pelapor dan pihak korban agar tidak terjadi kesalahpahaman dan semua permasalahan bisa diselesaikan secara adil dan tepat. Untuk pihak orangtua atau keluarga yang melakukan tindakan penelantaran akan didampingi oleh para pendamping untuk memberikan penjelasan mengenai penelantaran yang telah terjadi. Dinsos, PP, dan PA pun memberikan kegiatan konsultasi bagi anak-anak, untuk mendapatkan kejelasan informasi yang telah diberikan oleh orangtua atau keluarga yang melakukan penelantaran terhadap anak tersebut. Sehingga, kebenaran serta kejelasan informasi akan didapatkan dengan jelas. Kejelasan informasi inilah yang nantinya mempengaruhi untuk memberikan penanganan yang tepat, baik untuk anak maupun untuk orangtua atau keluarga tersebut.

Selain itu, hambatan yang dialami adalah dalam hal ketersediaan waktu bagi para konsultan psikologis. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Wahyu selaku petugas administrasi Bidang Perlindungan Perempuan dan Hak Anak :

“Hambatan lain itu saya kiraa masalah waktu. Relawan kita itu kan juga bekerja, jadi nggak standby. Jadi tetep ada jadwal, tiap hari pasti ada yang jaga bertugas.. tetapi kadang karna mereka ada kepentingan lain juga, yaa nggak bisa stay disini lama-lama. Nah, ketika ada kasus nanti baru kita atur waktu yang tepat untuk bertemu. Jadi nggak bisa instan, langsung selesai...Jadi mungkin hambatannya yaa itu, nggak bisa cepat.” (wawancara dengan Ibu Wahyu selaku petugas administrasi Bidang Perlindungan Perempuan dan Hak Anak, Agustus 2018)

commit to user

(21)

60 Orang-orang yang tergabung dalam tim teknis yang ada di PPT merupakan para pekerja relawan, sehingga mereka bekerja secara sukarela tetapi mempunyai kontrak kerja yang tetap. Selain itu, tentunya mereka juga memiliki pekerjaan selain menjadi tim teknis di PPT. Mereka memiliki pekerjaan utama, yaitu menjadi seorang dosen, konsultan psikologi, dan juga pengurus salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Kota Madiun. Memang sudah tersedia jadwal rutin untuk para tim teknis yang harus datang dan standby di kantor PPT Kota Madiun. Namun dikarenakan tugas lain mereka, membuat para konsultan tidak bisa selalu ada di kantor PPT. Sehingga, apabila pihak Bidang PA ingin melakukan diskusi terkait penyelesaian masalan mengenai anak terlantar, harus menyesuaikan dengan jadwal para konsultan agar bisa bertemu secara langsung.

Hal ini membuat penyelesaian masalah tersebut menjadi lebih lama.

Tidak hanya Bidang PA, Sakti Peksos juga mengalami beberapa hambatan saat menangani kasus anak terlantar di Kota Madiun. Masyarakat masih sering menganggap meremehkan penanganan kasus anak terlantar oleh pihak dinas, tetapi dalam prakteknya masyarakat juga belum bersedia terlibat secara langsung untuk upaya penanganan kasus tersebut. Hal ini terbukti apabila terjadi kasus penelantaran anak di lingkungan sekitar mereka justru hanya cenderung melihat, tidak peduli, dan bahkan tidak ada upaya untuk melaporkan kasus tersebut kepada dinas. Selain itu, kasus penelantaran anak dirasa masih sulit untuk dideteksi. Hal ini dikarenakan sebagian orang masih menganggap sebuah kasus penelantaran anak sebagai suatu kasus yang wajar atau sudah biasa terjadi di lingkungan mereka, sehingga mereka enggan untuk melaporkan permasalahan tersebut ke pihak yang bersangkutan. Mereka juga tidak mau melaporkan kasus tersebut dengan alasan urusan keluarga, sehingga mereka tidak ingin dianggap terlalu ikut campur permasalahan keluarga orang lain. Padahal, sekecil apapun bentuk penelantaran yang terjadi pada anak dapat berakibat buruk pada kehidupan anak nantinya.

commit to user

(22)

61 Namun, sebenarnya ketidakpedulian ataupun ketidakpekaan masyarakat tentang adanya kasus yang menyebabkan anak terlantar di lingkungan sekitar mereka disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang hal tersebut.

Mereka belum sepenuhnya memahami yang dimaksud dengan anak terlantar dan tindakan penelantaran itu sendiri. Menurut paham mereka, anak terlantar adalah anak-anak yang dibuang oleh orangtuanya atau anak-anak yang tinggal dijalanan saja. Padahal masih banyak tindak penelantaran di sekitar kita yang masih terabaikan. Diperlukan adanya sosialisasi kepada masyarakat agar memperluas pengetahuan masyarakat tentang anak terlantar, mulai dari ciri-ciri, dampak, hingga langkah-langkah yang harus dilakukan masyarakat apabila mengetahui adanya tindakan penelantaran pada anak di sekitar mereka.

Untuk mengatasi hal-hal seperti ini, sebenarnya Sakti Peksos memiliki kegiatan sosialisasi bernama Peksos Goes to School. Dalam program tersebut mengajarkan kepada anak-anak usia sekolah tentang kekerasan anak baik fisik maupun non fisik. Anak-anak juga diajarkan mengenai tindak penelantaran yang mungkin terjadi di sekitar mereka atau bahkan secara tidak sadar mereka sedang mengalaminya sendiri. Program seperti itulah yang dibutuhkan oleh masyarakat, namun memang saat ini program tersebut belum berjalan dengan baik dan rutin.

Kegiatan sosialisasi langsung kepada masyarakat pun belum berjalan dengan baik.

Panti Asuhan

Panti asuhan sebagai lembaga sosial yang menampung serta merawat anak-anak terlantar, juga mengalami beberapa kendala dalam menangani kasus- kasus anak terlantar. Sebelum tinggal di panti asuhan, mayoritas anak-anak tinggal dengan orangtua atau saudara mereka. Anak-anak mengalami perubahan pola asuh dan para pengurus panti asuhan menggantikan peran orangtua mereka.

Diperlukan adanya adaptasi dan pendekatan-pendekatan oleh anak-anak terhadap lingkungan hidup di panti asuhan. Selain itu, anak-anak juga perlu beradaptasi dengan orang-orang asing yang ada di panti asuhan, mulai dari para pengurus, para pengasuh, hingga teman-teman baru sesama penghuni panti asuhan. Maka commit to user

(23)

62 dari itu untuk anak-anak yang baru berpindah ke panti asuhan, para pengurus akan melakukan pendekatan secara perlahan. Para pengasuh yang akan mengenalkan dan mengajarkan anak-anak dengan lingkungan hidup yang ada di panti asuhan, misalnya mengajarkan hal-hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama tinggal di panti asuhan.

Anak-anak juga harus menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan- kebiasaan baru yang diterapkan di panti asuhan. Setiap anak dilatih agar hidup mandiri, disiplin, dan mematuhi setiap peraturan yang ada di panti asuhan. Panti Asuhan Siti Hajar pun mengajarkan hal-hal tersebut dengan menerapkan kegiatan- kegiatan sederhana yang dapat meningkatkan kemandirian serta kedisiplinan mereka. seperti yang dikatakan oleh Ibu Eko selaku pengurus Panti Asuhan Siti Hajar:

“Yaa karna kita kan namanya pondok asuh, jadi yaa mirip pondok pesantren gitu. Tapi nggak full kayak pesantren, ada tambahan kegiatan agama. Anak-anak juga kita latih untuk mandiri, mungkin sampe dia masa sekolahnya sudah selesai. Jadi ada piketnya jugaa, tapi disesuaikan umurnya. Kalo yang masih kecil, misal TK gituu ya paling piketnya cuma ngambilin sampah kecil-kecil yang disekitarnya.” (wawancara dengan Ibu Eko selaku pengurus Panti Asuhan Siti Hajar, Agustus 2018)

Anak-anak diajarkan untuk bersikap baik sejak dini dan dimulai dari hal yang paling sederhana, seperti membersihkan tempat tidur masing-masing, membuang sampah pada tempatnya, berdoa sebelum dan setelah melakukan suatu kegiatan, tidak keluar panti asuhan tanpa ijin, dan sebagainya.

Anak-anak yang baru tinggal di panti asuhan, harus melalui proses adaptasi untuk melaksanakan peraturan-peraturan yang ada di panti asuhan.

Proses adaptasi inilah yang terkadang menimbulkan permasalahan, karena anak- anak merasa kesulitan untuk membiasakan dirinya dengan aturan-aturan yang dibuat panti asuhan. Anak-anak yang tidak dapat menyesuaikan diri, akan commit to user

(24)

63 menunjukkan perilaku-perilaku yang tidak baik. Bahkan, salah satu anak asuh Panti Asuhan Siti Hajar pernah pergi tanpa sepengetahuan para pengurus, karena bertengkar dengan teman sebayanya. Untuk menangani permasalahan ini, para pengurus akan mengajak anak tersebut kembali ke panti asuhan. Kemudian, mengajak anak untuk mendiskusikan permasalahan yang terjadi dan meminta mereka untuk saling meminta maaf. Diskusi dilakukan agar anak-anak dapat merefleksikan kesalahan masing-masing dan tidak mengulangi kesalahan mereka.

7. Alur Penanganan Anak Terlantar di Kota Madiun

Tindakan menelantarkan anak, secara tidak langsung merupakan suatu tindak kekerasan. Hal ini dikarenakan tindakan tersebut dapat membuat anak kehilangan beberapa hak dasar mereka. Meskipun akibat dari kekerasan yang diterima oleh anak terlantar kemungkinan tidak dapat terlihat secara langsung.

Maka dari itu, diperlukan adanya pihak-pihak yang bertanggungjawab untuk menangani permasalahan mengenai anak terlantar tersebut. Dengan adanya pihak- pihak tersebut diharapkan anak-anak akan lebih terlindungi. Dalam kasus anak terlantar di Kota Madiun, pihak yang berhak untuk menangani adalah Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (Dinsos, PP, dan PA).

Permasalahan mengenai anak terlantar ditangani oleh dua bidang sekaligus, yaitu Bidang Sosial dan Bidang Perlindungan Anak. Dalam Bidang Sosial sudah jelas jika kasus anak terlantar masuk ke dalam salah satu program mereka, yaitu Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA), sedangkan dalam Bidang Perlindungan Anak, kasus anak terlantar masuk ke dalam program peningkatan kualitas hidup perempuan dan anak terhadap tindak kekerasan.

Kedua bidang tersebut, yaitu Bidang Sosial khususnya Sakti Peksos bersama dengan Bidang Perlindungan Anak Dinas Sosial, PP, dan PA Kota Madiun bekerja sama dalam menangani kasus-kasus anak terlantar dan memenuhi kembali hak-hak mereka. Sedangkan untuk menangani kasus penelantaran terhadap anak tentunya harus melalui beberapa tahapan, berikut ini adalah bagan yang menunjukkan alur penanganan kasus anak terlantar :

commit to user

(25)

64 Bagan 4.1 Alur Penanganan Anak Terlantar di Kota Madiun

(Sumber : Data Primer, diolah pada Oktober 2018) a. Penerimaan laporan kasus

Dalam penerimaan laporan kasus anak terlantar, Dinas Sosial, PP, dan PA mendapatkan informasi melalui dua cara, yaitu melalui pengaduan langsung dari masyarakat dan informasi yang didapat dari sosial media. Seperti yang dikatakan oleh salah satu narasumber, yaitu Ibu Lusi :

“Kalo aku bisa aja dapet informasi dari lingkungan sekitar ... Trus bisa juga dapat info dari sosmed, kemaren kan ada yang viral di Facebook itu ada anak terlantar secara ekonominya ... Jadi kalo soal tau kasus darimana yaa itu ada dua jalur, jalur pengaduan dan informasi.” (wawancara dengan Ibu Lusi selaku petugas Sakti Peksos, Agustus 2018)

commit to user

(26)

65 Saat melakukan pengaduan masalah anak terlantar, masyarakat bisa secara langsung datang ke kantor Dinas Sosial, PP, dan PA. Kemudian, nantinya akan diarahkan oleh petugas untuk langsung menghadap ke Bidang Perlindungan Anak untuk melakukan pembahasan permasalahan anak terlantar tersebut. Selain itu, masyarakat bisa menemui petugas Sakti Peksos secara langsung untuk melaporkan kasus penelantaran anak yang terjadi. Sedangkan untuk melalui media sosial, petugas Bidang PA maupun Sakti Peksos dapat mengetahui kasus anak terlantar melalui berita yang dibagikan oleh masyarakat di sosial media.

Kemudian, barulah Sakti Peksos dan Bidang PA melakukan tindak lanjut atas permasalahan tersebut.

b. Tracing

Setelah mendapatkan informasi mengenai kasus, tahap kedua yang harus dilakukan adalah tracing atau penelusuran. Memang tidak begitu banyak hal yang dilakukan oleh Sakti Peksos dalam proses tracing ini, karena dalam proses ini mereka baru memasuki tahap pencarian informasi mengenai kebenaran akan kasus yang telah diterima oleh mereka. Apabila kasus tersebut benar terjadi, maka Sakti Peksos akan mencari tahu informasi lanjutan mengenai waktu dan juga lokasi terjadinya kasus yang menyebabkan anak menjadi terlantar. Setelah mendapatkan informasi secara lengkap, pihak Sakti Peksos akan datang langsung ke tempat tinggal anak korban penelantaran untuk melihat secara langsung kondisi keluarga dan anak tersebut. Kemudian, Sakti Peksos akan menemui keluarga atau kerabat korban untuk melakukan diskusi tentang penyebab dan akibat dari terjadinya penelantaran tersebut untuk mempermudah dalam melakukan tindak lanjut kasus yang terjadi. Sedangkan untuk Bidang PA, setelah menerima laporan kasus maka Bidang PA akan melakukan pertemuan bersama dengan pelapor dari kasus tersebut, korban, dan Tim PPT untuk berdiskusi mengenai permasalahan yang sedang terjadi dan dampaknya terhadap anak.

commit to user

(27)

66 c. Assessment

Setelah melakukan diskusi bersama, tahap ketiga yaitu assessment.

Assessment merupakan tahap dimana baik Bidang PA maupun Sakti Peksos mengadakan pertemuan dengan pihak-pihak yang terkait dengan penanganan kasus untuk mengklasifikasikan fasilitas apa saja yang dibutuhkan bagi korban penelantaran. Assessment dilakukan kepada anak dan juga orangtua atau kerabat anak korban penelantaran. Untuk assessment terhadap kondisi anak, mencakup hal-hal yang berkaitan dengan identitas, pendidikan, kesehatan, kondisi fisik, mental, dan sosial anak. Sedangkan assessment kondisi keluarga atau kerabat anak korban penelantaran mencakup masalah-masalah yang terkait dengan pengasuhan anak dan sumber-sumber yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan anak sehari-hari. Setelah assessment berhasil dilakukan, anak dan keluarga bersama dengan petugas Sakti Peksos akan memutuskan apa saja pelayanan atau fasilitas yang tepat dan sesuai untuk memenuhi kebutuhan pengasuhan anak nantinya.

Seperti yang dikatakan oleh Bapak Mahendra selaku Kepala Bidang Perlindungan Anak Kota Madiun :

“Anak-anak yang ditelantarkan tentu saja memang kita memberikan fasilitas.. nanti kita mintakan bantuan kepada bidang lain ... Jadi kita nggak memberikan bantuan fisik, itu tidak. Jadi kita kan punya jejaring yaa nanti kita salurkan dia kepada tempat-tempat yang memang dia butuhkan.” (wawancara dengan Bapak Mahendra selaku Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Hak Anak, Agustus 2018)

Dalam melakukan assessment, dapat dikatakan berhasil apabila sudah teridentifikasinya permasalahan dan kebutuhan anak, keluarga, komunitas, serta teridentifikasinya kebijakan-kebijakan terkait dengan upaya perlindungan anak. Namun, peran dinas hanya sebagai perantara untuk mengakses fasilitas tersebut. Dinsos, PP, dan PA bekerjasama dengan dinas lain untuk membantu para

commit to user

(28)

67 anak korban penelantaran dalam mengakses fasilitas yang memang sepantasnya mereka dapatkan.

d. Fasilitasi kebutuhan anak terlantar

Setelah menerima pengaduan, tracing, dan assessment, Sakti Peksos dan Bidang PA akan mengklasifikasikan hak-hak anak yang belum didapatkan sebagaimana mestinya. Kemudian, korban penelantaran nantinya akan disalurkan berdasarkan aspek-aspek yang sesuai dengan hasil assessment yang sudah dilakukan sebelumnya untuk membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar anak. Anak-anak ini nantinya akan mendapatkan berupa bantuan materiil dan non materiil. Untuk di Bidang PA sendiri, bantuan yang diberikan berupa bantuan non materiil. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Mahendra selaku Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Hak Anak Kota Madiun :

“Kalo untuk kasus penelantaran, kekerasan itu ndak ada bantuan dana, yaa cuma bantuan fasilitasi mediasi aja, nggak pernah mengeluarkan dana.” (wawancara dengan Bapak Mahendra selaku Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Hak Anak, Agustus 2018)

Bentuk bantuan yang diberikan oleh Bidang PA berupa konsultasi untuk mencari solusi dari permasalahan yang terjadi. Mereka juga memberikan pendampingan psikologis untuk anak-anak. Pendampingan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan mental anak-anak. Selain itu, pendampingan ini juga dilakukan untuk menghindari atau membantu memulihkan trauma yang mungkin dialami oleh anak-anak. Sedangkan dari Sakti Peksos, perantara dan pendamping dalam mengakses fasilitas-fasilitas yang memang dibutuhkan anak- anak. Mereka juga menjadi perantara serta pendamping dalam penyaluran bantuan dana dari pemerintah kepada anak-anak terlantar ini. Sakti Peksos dan Bidang PA akan memberikan arahan kepada orangtua, keluarga, atau wali dari anak korban penelantaran tentang apa dan bagaimana alur yang harus dilakukan untuk mendapatkan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan anak tersebut. commit to user

(29)

68 Dinas Sosial, PP, dan PA tentunya menjalin kerjasama dengan beberapa dinas yang lain, diantaranya Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, serta Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil untuk memenuhi kebutuhan dasar anak. Selain menjalin kerjasama dengan beberapa dinas lain, Dinas Sosial, PP, dan PA juga menjalin kerjasama dengan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA). LKSA merupakan lembaga-lembaga kesejahteraan sosial yang dibentuk oleh pemerintah, pemerintah daerah, atau pun masyarakat yang melakukan pengasuhan anak, seperti panti asuhan atau panti sosial.

e. Controlling

Kewajiban lain dari Sakti Peksos yaitu juga melakukan pengawasan dan kontrol terhadap panti yang dilakukan secara rutin tiap bulannya. Seperti yang dikatakan oleh salah satu narasumber Ibu Lusi yang merupakan petugas Sakti Peksos Kota Madiun :

“Itu minimalnya satu bulan sekali.. tapi kan kita bisa lebih dari itu.

Tapi kadang-kadang kan bisa sampe sebulan 3 kali gitu. Karna kan kalo ada kasus gitu kan pasti butuh ketemu.” (wawancara dengan Ibu Lusi selaku petugas Sakti Peksos Kota Madiun, Agustus 2018) Sakti Peksos akan datang mengunjungi panti untuk melihat secara langsung keadaan anak-anak. Selain itu, Sakti Peksos juga akan terus memantau pemanfaatan dana bantuan untuk panti, mulai dari proses persiapan penerimaan hingga dana bantuan tersebut benar-benar diterima oleh pihak panti yang nantinya akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan anak-anak. Kemudian, Sakti Peksos juga akan melakukan pengawasan dan pengecekan apakah dana bantuan yang telah diterima benar-benar dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Apabila terdapat kendala-kendala dalam kepengurusan anak-anak di panti, para pengurus juga akan berdiskusi dengan Sakti Peksos untuk mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut. Semua hasil controlling yang dilakukan Sakti Peksos akan dilaporkan kepada Bidang Sosial dan juga Bidang PA. Sama halnya dengan Sakti Peksos, dalam menangani kasus anak terlantar, Bidang PA berperan sebagai commit to user

(30)

69 mediator saja. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Mahendra selaku Kepala Bidang Perlindungan Anak :

“Iyaa, cuma penyelesaian masalah aja. Jadi, ya memediasi kedua pihak. Mediator ... Kalo untuk kasus anak yang ditelantarkan itu ya kita lihat dulu keluarganya, jadi misal keluarganya tidak dinafkahi, tidak disekolahkan, tidak diberikan apapun. Itu nanti kita fasillitasi....” (wawancara dengan Bapak Mahendra selaku Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Hak Anak, Agustus 2018) Bidang PA akan memberikan fasilitasi kepada anak-anak terlantar, sama seperti halnya dengan Sakti Peksos. Namun, semua fasilitas yang diberikan juga akan tetap dipantau pemanfaatannya agar tidak terjadi penyalahgunaan.

Selain itu, bantuan fasilitasi yang diberikan oleh Bidang PA hanya bersifat sementara. Setelah anak berumur lebih dari 18 tahun semua bantuan akan diberhentikan, karena dianggap telah melewati bata usia anak. Namun, apabila setelah melewati batas usia anak tetapi mereka belum juga mendapatkan pekerjaan, maka anak tersebut akan disalurkan dengan Dinas Tenaga Kerja untuk mengikuti pelatihan-pelatihan ketenagakerjaan dengan harapan anak-anak tersebut segera mendapatkan pekerjaan yang layak dan sesuai potensi masing-masing.

commit to user

(31)

70 8. Upaya Perlindungan Anak Terlantar di Kota Madiun

Setelah menerima pengaduan, tracing, dan assessment, Sakti Peksos dan Bidang PA akan mengklasifikasikan hak-hak anak yang belum didapatkan sebagaimana mestinya. Kemudian, korban penelantaran nantinya akan disalurkan berdasarkan aspek-aspek yang sesuai dengan assessment yang sudah dilakukan sebelumnya untuk membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar anak.

Berikut ini merupakan upaya-upaya perlindungan yang ditempuh oleh setiap instansi di Kota Madiun :

a. Pemerintah Kota Madiun

Melalui Peraturan Walikota Madiun Nomor 27 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota Madiun Nomor 35 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Rincian Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak, memberikan wewenang kepada Dinsos, PP, dan PA salah satunya adalah untuk melaksanakan kebijakan, pelaksanaan bimbingan teknis, serta pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rehabilitasi sosial anak terlantar. Berdasarkan peraturan tersebut, Dinsos, PP, dan PA membentuk Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA).

PKSA adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar anak, meliputi bantuan pemenuhan kebutuhan dasar, aksesibilitas pelayanan sosial dasar, penguatan orangtua atau keluarga, dan penguatan lembaga kesejahteraan sosial anak. Salah satu permasalahan yang ditangani dalam PKSA ini adalah kasus anak terlantar.

Pemerintah bersama dengan beberapa dinas terkait saling bekerjasama untuk mengurangi jumlah kasus anak terlantar di Kota Madiun. Selain bekerjasama dengan dinas-dinas yang ada, Pemerintah Kota Madiun juga bekerjasama dengan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA), salah satunya adalah Panti Asuhan Siti Hajar. Panti asuhan inilah yang menampung dan mengasuh anak-anak terlantar yang membutuhkan kehidupan yang lebih baik. commit to user

(32)

71 Jalinan kerjasama yang terdapat dalam Pemerintah Kota Madiun dapat digambarkan sebagai berikut :

Bagan 4.2 Jalinan Kerjasama Pemerintah Kota Madiun (Sumber : Data Primer, diolah pada Juni 2020)

Salah satu upaya Pemerintah Kota Madiun untuk melindungi anak-anak terlantar adalah dengan memberikan bantuan dana sosial, yaitu Tabungan Sosial Anak atau yang lebih dikenal dengan sebutan TASA. Bantuan dana TASA ini dirancang untuk menjangkau anak-anak yang memiliki masalah sosial, sehingga mereka dapat menikmati kehidupan dan berada dalam lingkungan pengasuhan yang memungkinkannya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai potensi masing-masing. Dana bantuan yang diperoleh, dimanfaatkan untuk kebutuhan penambahan gizi anak dan juga kebutuhan lain sesuai dengan assessment terhadap anak yang sudah dilakukan sebelumnya. Sedangkan sumber pendaaan untuk bantuan TASA ini berasal dari APBN Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak, APBD Provinsi, dan APBD Kabupaten atau Kota. Untuk memperoleh dana bantuan TASA, juga harus melalui beberapa tahapan dan proses yang harus ditempuh. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Eko selaku pengurus Panti Asuhan Siti Hajar :

Pemerintah Kota Madiun

Sakti Peksos

LKSA Dinsos, PP, dan PA

commit to user

(33)

72 “Yaa itu sistemnya mengusulkan proposal ke provinsi.. jadi berjenjang, dari kota dulu, nanti ke provinsi, dari provinsi nanti baru ke kementrian. Trus langsung dari kementrian itu nanti kan ada kuota.

Nanti dari kementrian itu di SK kan lagi ke provinsi, jadi kembali lagi gitu.” (wawancara dengan Ibu Eko selaku pengurus Panti Asuhan Siti Hajar, Agustus 2018)

Selain itu, panti juga harus membuat peringkat untuk anak-anak yang dinilai berhak menerima bantuan tersebut sesuai dengan assessment yang sudah dilakukan sebelumnya. Anak-anak yang dinilai membutuhkan lebih banyak penanganan dan juga fasilitasi, akan mendapatkan urutan atas. Sehingga tentunya jumlah bantuan dana yang diterima oleh tiap anak nantinya akan berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak. Selain itu, untuk jumlah dana yang diterima juga akan berbeda pula tiap tahunnya, sesuai dengan petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) yang ada. Dana bantuan TASA yang telah diterima, nantinya akan digunakan untuk kebutuhan pangan anak-anak terlantar dan diterima dalam bentuk tabungan. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Lusi yang merupakan petugas Sakti Peksos Kota Madiun :

“Penerimaannya dalam bentuk uang yang ditransfer nanti dibelanjakan untuk kebutuhan makanan anak. Kemudian ada dana dekon, itu juga sumbernya dari Kementrian Sosial langsung. Itu juga dalam bentuk pembuatan buku tabungan per anak...” (wawancara dengan Ibu Lusi selaku petugas Sakti Peksos, Agustus 2018)

Pemerintah Kota Madiun berkoordinasi dengan Dinsos, PP, dan PA untuk melakukan pengawasan dan pendampingan dalam menyalurkan bantuan dana sosial. Dinsos, PP, dan PA memiliki wewenang dan kewajiban untuk melakukan pendampingan serta pengawasan selama proses penyaluran dana sosial untuk anak-anak terlantar ini. Sakti Peksos lah yang nantinya melakukan sosialisasi serta pendampingan secara langsung kepada para pengurus panti asuhan selaku wali dari anak-anak terlantar tersebut. Pendampingan dilakukan commit to user

(34)

73 mulai dari tahap awal saat penyusunan berkas-berkas yang dibutuhkan sampai dengan tahap pengambilan dana bantuan yang berupa tabungan. Setelah penerimaan bantuan, Sakti Peksos wajib untuk melakukan pengawasan terhadap pemanfaatan dana yang sudah diberikan agar dana tersebut dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan anak-anak terlantar yang ada di panti asuhan. Para pengurus wajib memberikan laporan pemanfaatan dana tersebut. Kemudian, nantinya Sakti Peksos pun memberikan laporan tersebut kepada Pemerintah Kota Madiun sebagai bukti bahwa dana yang diberikan sudah dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

b. Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dinsos, PP, dan PA tentunya memiliki beberapa bidang dengan peranannya masing-masing. Dalam upaya untuk melakukan perlindungan anak terlantar di Kota Madiun, terdapat dua bidang yang terlibat, yaitu Bidang Perlindungan Anak dan Bidang Sosial. Dinsos, PP, dan PA juga melibatkan pihak luar untuk menangani permasalahan anak terlantar di Kota Madiun. Terdapat beberapa dinas lain yang menjalin kerja sama dengan Dinsos, PP, dan PA. Selain itu, juga terdapat Lembaga Kesejahteraan Anak (LKSA) yang terlibat. Apabila digambarkan, berikut adalah bentuk jalinan kerjasama yang terdapat dalam Dinsos, PP, dan PA Kota Madiun:

commit to user

(35)

74 Bagan 4.3 Jalinan kerjasama Dinsos, PP, dan PA

(Sumber : Data Primer, diolah pada Juni 2020)

Bidang Perlindungan Anak bertugas untuk melakukan konsultasi serta pendampingan untuk psikologis anak-anak. Bidang PA bekerjasama dengan Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) Midumasjati Kota Madiun untuk pendampingan ini.

Beberapa anggota dari tim teknis PPT ini adalah psikolog. Sehingga memang pendampingan ini lebih fokus hal psikologis anak. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya permasalahan terhadap psikologi anak. Selain itu, pendampingan tersebut juga untuk mencegah terjadinya trauma yang dapat terjadi pada anak-anak sebagai dampak dari tindakan penelantaran. Pendampingan ini dilaksanakan setelah Bidang PA bersama Sakti Peksos melakukan assessment terhadap kasus anak terlantar.

Sedangkan Bidang Sosial memiliki Sakti Peksos sebagai petugas yang terjun langsung ke lapangan untuk melakukan tugas-tugasnya. Upaya yang ditempuh oleh Sakti Peksos adalah dengan melaksanakan tracing, assessment, hingga pendampingan penyaluran bantuan yang dibutuhkan oleh anak-anak terlantar. Sakti Peksos yang menjadi penghubung antara anak-anak terlantar dengan beberapa dinas lain untuk memenuhi kebutuhan mereka. Jalinan Dinsos, PP, dan PA

PPT Midumasjati Sakti Peksos

Panti Asuhan Dinas lain :

Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Anak Terlantar

commit to user

(36)

75 kerjasama dilakukan berdasarkan kebutuhan anak-anak, baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan sebagainya.

Setelah melakukan tracing dan assessment, Sakti Peksos akan menemukan permasalahan-permasalahan yang harus mereka tangani. Kemudian, akan dibuat pemetaan untuk permasalahan-permasalahan yang terjadi. Sakti Peksos akan mengutamakan permasalahan yang dinilai darurat dan harus segera ditemukan solusinya. Dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi, Dinas Sosial, PP, dan PA tidak serta merta membawa kasus tersebut ke kepolisian atau persidangan. Penyelesaian masalah dilakukan dengan jalan kekeluargaan terlebih dahulu dan juga mengutamakan jalur mediasi dari kedua pihak yang bermasalah.

Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Mahendra selaku Kepala Bidang Perlindungan Anak :

“…Jadi, ya kita memediasi kedua pihak. Mediator. Kan kadang susah yaa, ada yang perebutan anak juga...” (wawancara dengan Bapak Mahendra selaku Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Hak Anak, Agustus 2018)

Mediasi dilakukan dengan cara mempertemukan pihak korban dan pelaku untuk melakukan diskusi dan mencari solusi permasalahan yang terjadi.

Sehingga pihak Dinas Sosial, PP, dan PA berperan sebagai mediator antara kedua belah pihak yang bermasalah. Pada saat proses mediasi, biasanya akan didampingi salah satu psikolog dari tim pengelola PPT Midumasjati yang nantinya bertugas untuk memetakan kebutuhan psikologis antara kedua belah pihak. Sejauh ini, melalui jalur mediasi ini masalah-masalah terkait anak-anak terlantar dapat terselesaikan dengan baik. Tetapi, tidak menutup kemungkinan untuk menyelesaikan permasalahan anak-anak terlantar harus ditempuh dengan jalur hukum. Misal, anak sudah terlantar, orangtua bercerai dan terjadi perebutan hak asuh anak. Dalam kasus ini, dibutuhkan peran kepolisian dan dibawa ke jalur hukum.

commit to user

(37)

76 Selama diskusi masih terus berlanjut dan belum menemukan jalan keluarnya, tim dari PPT akan selalu melakukan pengawasan dan juga pendampingan. Selain menjadi konsultan dan juga pendamping, mereka juga bersedia untuk menjadi tempat bercerita bagi para korban. Hal ini juga berlaku bagi Sakti Peksos yang juga tidak jarang menjadi tempat bercerita bagi anak-anak korban penelantaran. Sakti Peksos juga berperan sebagai fasilitator terkait dengan bantuan dari Dinas Sosial, PP, dan PA maupun dari pemerintah tingkat provinsi.

Mereka akan memberikan pendampingan mulai dari pengajuan proposal sampai dana bantuan tersebut diterima oleh anak-anak.

c. Panti Asuhan

Untuk menampung dan merawat anak-anak dengan kondisi tertentu, seperti sama sekali tidak diketahui asal usul keluarganya atau mereka memiliki keluarga tetapi tidak berkecukupan untuk memenuhi kebutuhan dasar anak, Dinas Sosial, PP, dan PA menjalin kerjasama dengan Lembaga Kesejahteraan Anak (LKSA) yang ada di Kota Madiun. LKSA yang terlibat dalam upaya perlindungan ini adalah panti asuhan. Untuk Kota Madiun, panti asuhan utama yang menjalin kerjasama dengan Dinsos, PP, dan PA adalah Panti Asuhan Siti Hajar. Panti Asuhan Siti Hajar ini terletak di Jl. Jonggrang II No.8A, Patihan, Manguharjo, Kota Madiun. Panti asuhan tersebut sudah menjalin kerjasama dengan dinas sejak awal didirikan. Panti Asuhan Siti Hajar adalah panti yang paling sering dan selalu dijadikan rujukan pertama untuk menampung anak-anak terlantar. Hal ini dikarenakan Siti Hajar merupakan panti yang paling lengkap perijinannya, sudah bekerjasama dengan Dinas Sosial, PP, dan PA sejak awal berdirinya panti, dan fasilitas serta pola pengasuhan untuk anak-anak yang selalu meningkat tiap tahunnya.

Sampai saat ini terdapat 63 anak yang tinggal di panti tersebut. Semua anak tersebut dapat dikatakan mengalami tindak penelantaran. Bahkan terdapat beberapa anak yang mengalami permasalahan sosial lainnya, seperti mengalami kekerasan fisik, menjadi anak jalanan, dan sebagainya. Dalam panti tersebut juga terdapat beberapa pengurus dan pengasuh. Pengurus adalah orang-orang yang commit to user

(38)

77 bertanggungjawab terhadap pengelolaan serta administrasi panti asuhan.

Sedangkan para pengasuh adalah mereka yang bertanggungjawab untuk menjaga serta merawat anak-anak yang ada di panti asuhan. Setiap pengasuh bertanggung jawab untuk merawat kurang lebih 10 anak. Sehingga sampai saat ini terdapat sebanyak 6 orang pengasuh. Berikut ini merupakan gambar dari Panti Asuhan Siti Hajar Kota Madiun :

Gambar 4.3 Panti Asuhan Siti Hajar Kota Madiun (Sumber : dokumentasi pribadi)

Para pengurus dan pengasuh Panti Asuhan Siti Hajar diberikan wewenang untuk melindungi dan menjamin kehidupan anak-anak. Tetapi para pengurus panti tersebut tetap memberikan laporan rutin kepada Sakti Peksos mengenai kondisi anak-anak. Setidaknya setiap satu bulan sekali, Sakti Peksos akan melakukan controlling dengan berkunjung ke panti asuhan untuk melihat secara langsung kondisi anak-anak yang ada. Selain itu, controlling juga dilakukan untuk melakukan konsultasi. Apabila terjadi permasalahan dalam pengasuhan anak-anak, para pengurus dan pengasuh di panti tersebut akan berdiskusi dengan Sakti Peksos untuk mencari solusinya. Selain itu, untuk laporan mengenai pemanfaatan dana bantuan dari pemerintah juga harus selalu diberikan oleh para pengurus panti kepada Sakti Peksos. Hal ini dilakukan agar pemanfaatan dana tersebut tepat sasaran dan digunakan sebagaimana mestinya untuk menjamin kesejahteraan anak-anak.

commit to user

Gambar

Gambar 4.2. Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak  Kota Madiun
Gambar 4.3 Panti Asuhan Siti Hajar Kota Madiun  (Sumber : dokumentasi pribadi)
Tabel 4.3. Identifikasi norma, jaringan, dan kepercayaan pada upaya perlindungan  anak terlantar di Kota Madiun
Tabel  4.4.  Identifikasi  bentuk  modal  sosial  bridging,  bonding,  dan  linking  pada  upaya perlindungan anak terlantar di Kota Madiun

Referensi

Dokumen terkait

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam 1 waktu siklus terdapat beberapa fase, yaitu bagian dari suatu siklus sinyal dengan lampu hijau yang dialokasikan pada

- PALING SEDIKIT 40% DARI JUMLAH KESELURUHAN SAHAM YANG DISETOR DICATATKAN DI BURSA EFEK DI INDONESIA, TIDAK TERMASUK SAHAM YANG DIBELI KEMBALI ATAU TREASURY STOCK DENGAN

2) Pada kegiatan inti, guru menyampaikan materi sesuai yang telah disusun dalam RPP. Materi yang disampaikan luas, mendalam, dan sistematis. Guru memiliki kemampuan

24 Stasionet Hendra Batu besar 25 Syahril Net Ardiansyah Kp.Pinggir Btau Besar 26 Valembank Net Jauhari Blok Kembang Sari No.3 27 Warnet Topone Supriyanto Ruko Punggur Blok B No.2

• Ayam hutan merah (Gallus gallus) 1 jantan dan 3 betina di HM 50 jalan Batangan – Bekol sedang melintas jalan.. • Ayam hutan merah (Gallus gallus) 1 jantan dan 1 betina di HM

Ada juga mahasiswa yang bekerja karena dorongam minat, kesukaan, atau hobi dari individu tersebut sehingga bekerja bukanlah sebuah beban melainkan kesenangan yang bisa dilakukan

Intergasi cellular automata dan regresi logistik biner untuk prediksi perubahan penutup lahan di Kota Salatiga mampu mendapatkan overall akurasi 78,20% serta indeks kappa 0,48

Sedangkan dari segi efisiensi, implemetasi kebijakan program PNPM Mandiri di desa Sumberejo kota Batu dinilai cukup efisien, dimana rata- rata waktu pengembalian