• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI EKTOPARASIT PADA IKAN KERAPU CANTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI EKTOPARASIT PADA IKAN KERAPU CANTANG"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI EKTOPARASIT PADA IKAN KERAPU CANTANG (Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus) DI TAMBAK

PALUH PISANG MAS KECAMATAN HAMPARAN PERAK KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH:

DITA WULANDARI 160302021

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021

Universitas Sumatera Utara

(2)

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI EKTOPARASIT PADA IKAN KERAPU CANTANG (Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus) DI TAMBAK

PALUH PISANG MAS KECAMATAN HAMPARAN PERAK KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH:

DITA WULANDARI 160302021

Skripsi Sebagai Salah Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021

(3)

Universitas Sumatera Utara

(4)
(5)

i ABSTRAK

DITA WULANDARI. Identifikasi dan Prevalensi Ektoparasit pada Ikan Kerapu Cantang (Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus) di Tambak Paluh Pisang Mas Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Dosen Pembimbing Dr. Eri Yusni, M. Sc.

Ikan Kerapu Cantang yang memiliki nama latin Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus merupakan ikan hasil persilangan antara Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) dengan Ikan Kerapu Kertang (Epinephelus lanceolatus). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis ektoparasit yang menginfeksi Ikan Kerapu Cantang di Tambak Paluh Pisang Mas dan meneliti tingkat prevalensi ektoparasit pada Ikan Kerapu Cantang (Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus) di Tambak Paluh Pisang Mas Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Aspek yang dilihat saat identifikasi ektoparasit yaitu lendir permukaan tubuh, sirip, insang dan mulut. Dari hasil identifikasi tersebut maka dapat dihitung prevalensi ektoparasit yang menginfeksi Ikan Kerapu Cantang (Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus) ada 4 jenis ektoparasit yang menginfeksi Ikan Kerapu Cantang yaitu Brooklynella hostilis, Caligus sp., Zeylanicobdella sp., dan Dactylogyrus sp. Tingkat prevalensi tertinggi yaitu genus Brooklynella hostilis pada organ lendir (15,55%) dengan kategori sering. Selanjutnya genus Zeylanicobdella sp. pada organ lendir dan sirip (14,44%) dengan kategori sering, pada organ mulut (12,22%) dengan kategori sering. Selanjutnya genus Dactylogyrus sp. pada organ insang (8,88%) dengan kategori kadang. Genus Caligus sp. pada organ lendir (5,55%) dengan kategori kadang.

Kata Kunci: Ikan Kerapu Cantang (Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus), Ektoparasit, Prevalensi

Universitas Sumatera Utara

(6)

ABSTRACT

DITA WULANDARI. Ectoparasite Identification and Prevalence in Cantang Grouper (Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus) in Paluh Pisang Mas Pond, Hamparan Perak Sub-District, Deli Serdang Regency, North Sumatra. Supervisor Dr. Eri Yusni, M. Sc.

Cantang grouper fish which has the Latin name Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus is a fish resulting from a cross between Tiger Grouper (Epinephelus fuscoguttatus) and Kertang Grouper (Epinephelus lanceolatus). This study aims to determine the types of ectoparasites that infect Cantang Grouper in Paluh Pisang Mas Pond and to investigate the prevalence rate of ectoparasites in Cantang Grouper (Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus) in Paluh Pisang Mas Pond, Hamparan Perak District, Deli Serdang Regency, North Sumatra. Aspects that were seen when identifying ectoparasites were mucus on the body surface, fins, gills and mouth. From the results of this identification, the prevalence of ectoparasites that infect Cantang Grouper (Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus). There are 4 types of ectoparasites that infect Cantang Grouper, namely Brooklynella hostilis, Caligus sp., Zeylanicobdella sp., And Dactylogyrus sp. The highest prevalence rate was the genus Brooklynella hostilis in mucous organs (15.55%) with frequent categories.

Furthermore, the genus Zeylanicobdella sp. in mucus and fins organs (14.44%) with frequent categories, in oral organs (12.22%) with frequent categories.

Furthermore, the genus Dactylogyrus sp. in the gill organs (8.88%) with the occasional category. Genus Caligus sp. in the mucous organs (5.55%) with the occasional category.

Keywords: Cantang Grouper (Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus), Ectoparasites, Prevalence

(7)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Medan, 18 Juni 1998. Anak dari Bapak Saiful Emri dan Ibu Meylina Sundari.

Penulis adalah anak kedua dari tiga orang bersaudara.

Penulis mengawali pendidikan formal di TK YPIS MAJU pada tahun 2004. Penulis meneruskan SD YPIS MAJU pada tahun 2005-2010. Penulis meneruskan pendidikan menengah pertama dari tahun 2010-2013 di SMP Negeri 11 Binjai dan meneyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 3 Binjai dengan jurusan IPA pada tahun 2013-2016.

Pada tahun 2016, penulis diterima di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selain mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota aktif Ikatan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (IMASPERA) Fakultas Pertanian USU serta melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Medan tahun 2020.

Universitas Sumatera Utara

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Identifikasi dan Prevalensi Ektoparasit pada Ikan Kerapu Cantang (Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus) di Tambak Paluh Pisang Mas Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara”. Penulisan skripsi ini disusun sebagai satu dari beberapa syarat memenuhi kelulusan untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Saiful Emri dan Ibunda Meylina Sundari yang selalu senantiasa membimbing dan memberikan do’a nya kepada penulis.

2. Kakak terkasih Meylisa Fitriani dan Adik terkasih Afiifah Alfianti yang selalu memberikan do’a, motivasi serta membantu dan memberi dukungan kepada penulis.

3. Abang terkasih Habibi Harianja yang selalu memberikan do’a, motivasi serta membantu dan memberi dukungan kepada penulis.

4. Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.

5. Ibu Dr. Eri Yusni M.Sc sebagai dosen pembimbing dan Ibu Astrid Fauzia Dewinta, S.St.Pi., M.Si dan Ibu Desrita, S.Pi., M.Si selaku dosen penguji

(9)

v

yang telah memberikan banyak sekali ilmu, masukan, arahan dan bimbingan kepada penulis.

6. Bapak/Ibu dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan dan pegawai tata usaha Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.

7. Seluruh MSP angkatan 2016, terkhusus kepada Cahya Frantika, Anggi Nur Indah Sari Siregar, Alvina Suci Pratiwi Nst, Luvi Syafrida Handayani, Ayu Amanda Khairani, yang memberikan semangat dan doa untuk penulis.

8. Bapak pengelola Tambak Paluh Pisang Mas Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara, serta kepada seluruh pihak yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan kontribusi sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat sebagai informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dibidang pengelolaan sumberdaya perairan dan perikanan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2020

Dita Wulandari

Universitas Sumatera Utara

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 5

Kerangka Pemikiran ... 5

Tujuan Penulisan ... 8

Manfaat Penulisan ... 8

TINJAUAN PUSTAKA Kerapu Cantang ... 9

Parasit Ikan ... 11

Caligus sp ... 14

Brooklynella hostilis ... 15

Zeylanicobdella sp ... 16

Dactylogyrus sp ... 17

Prevalensi ... 18

Kualitas Air ... 20

Suhu ... 21

Salinitas ... 22

pH ... 23

Dissolved oxygen (DO) ... 23

Nitrat ... 25

Amonia ... 25

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 27

Alat dan Bahan ... 28

Metode penelitian ... 28

Diagram Alur Penelitian ... 29

Prosedur Penelitian ... 30

Deskripsi Area Penelitian ... 30

Pengambilan Data Kualitas Air ... 30

(11)

vii

Pengambilan Sampel ... 31

Proses Penanganan Sampel ... 31

Pemeriksaan Ektoparasit ... 32

Identifikasi Ektoprasit... 33

Analisis Data ... 33

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 35

Deskripsi Ektoparasit yang Ditemukan... 35

Brooklynella hostilis ... 35

Caligus sp ... 36

Zeylanicobdella sp ... 37

Dactylogyrus sp ... 38

Pengamatan Ektoparasit ... 40

Prevalensi Ektoparasit ... 43

Data Kualitas Air ... 44

Pembahasan ... 45

Ikan Kerapu Cantang ... 45

Brooklynella hostilis... 46

Caligus sp ... 47

Zeylanicobdella sp ... 48

Dactylogyrus sp ... 50

Prevalensi Ektoparasit ... 51

Kualitas Air ... 54

Perbandingan Infeksi Terhadap Dua Kelompok Ukuran Ikan ... 57

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 59

Saran ... 59 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

(12)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Tabel 1. Pengukuran Parameter Fisika Kimia Air... 31

2. Tabel 2. Kategori Infeksi Prevalensi... 34

3. Tabel 3. Jumlah Ektoparasit Berdasarkan Kel. Ukuran Ikan Kecil... 40

4. Tabel 4. Jumlah Ektoparasit Berdasarkan Kel. Ukuran Ikan Besar... 41

5. Tabel 5. Jumlah dan Jenis Ektoparasit yang menginfeksi ikan... 42

6. Tabel 6. Prevalensi Ektoparasit pada Ikan Kerapu Cantang... 43

7. Tabel 7. Hasil Pengukuran Kualitas Air... 44

(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian... 7

2. Ikan Kerapu Cantang... 10

3. Caligus sp... 14

4. Brooklynella hostilis... 15

5. Zeylanicobdella sp... 17

6. Dactylogyrus sp... 18

7. Peta Lokasi Penelitian... 28

8. Lokasi Pengambilan Sampel Ikan Kerapu Cantang... 27

9. Brooklynella hostilis pada tubuh ikan sampel... 35

10. Caligus sp. pada lendir tubuh ikan sampel... 36

11. Zeylanicobdella sp. pada lendir, sirip, mulut ikan sampel... 37

12. Dactylogyrus sp. pada insang ikan sampel... 38

13. Perbandingan Jumlah Parasit Berdasarkan Kel. Ukuran Ikan... 40

14. Perbandingan Jumlah Parasit Berdasarkan Organ Yang Diamati... 41

Universitas Sumatera Utara

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Alat dan Bahan... 66

2. Prosedur Pemeriksaan Ektoparasit ... 69

3. Prosedur Pengukuran Kualitas Air... 72

4. Hasil Identifikasi Ektoparasit Ikan Kerapu Cantang... 73

5. Hasil Perhitungan Prevalensi Ektoparasit... 78

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan Kerapu Cantang yang memiliki nama latin Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus merupakan ikan hasil persilangan antara Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) dengan Ikan Kerapu Kertang dengan nama latin (Epinephelus lanceolatus). Perekayasaan Ikan Kerapu Macan betina dengan Ikan Kerapu Kertang jantan menghasilkan suatu varietas baru yang secara morfologis mirip dengan kedua spesies induknya. Pengembangan usaha budidaya kerapu perlu memperhatikan beberapa aspek pendukung seperti benih, pakan, lingkungan perairan, manajemen kesehatan serta sistem dan teknologi budidaya.

Salah satu aspek terpenting adalah pakan, pakan merupakan bagian eksternal penting dan berkaitan langsung dengan biaya produksi. Dalam usaha budidaya, pakan dengan nutrisi seimbang merupakan salah satu dari faktor yamg terpenting (Chrisdiana et al., 2015).

Kerapu Cantang (Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus) adalah spesies hibrida dari Kerapu Macan betina, Epinephelus fuscoguttatus dan Ikan Kerapu Kertang jantan, Epinephelus lanceolatus, itu dilakukan oleh Budidaya Air Payau Pusat Pengembangan (BADC), sejak Sitobondo 2009.

Kerapu Cantang secara morfologis mirip dengan kedua spesies induk, saat tumbuh kinerja lebih baik dari pada Kerapu Macan atau Kerapu Raksasa. Selain itu, Kerapu Cantang lebih adaptif dan tahan terhadap tertentu penyakit. Perbedaan antara Kerapu Macan, Kerapu Cantang dan Kerapu raksasa sangat menonjol. Ini bisa dilihat dari sifat dan karakter fenotipik. Salah satunya adalah warna, ukuran tubuh dan panjang waktu untuk pertumbuhan ikan (Jiet dan Musa, 2018).

Universitas Sumatera Utara

(16)

Pertumbuhan ikan merupakan salah satu persoalan yang dihadapi oleh para petani ikan kerapu salah satunya persoalan parasit yang menyerang ikan pada permukaan tubuh atau kulit antara lain ikan akan terlihat pucat dan timbul lendir secara berlebihan. Organisme yang menyerang bagian permukaan tubuh dapat berasal dari golongan bakteri, virus, jamur atau lainnya. Ikan yang terinfeksi ektoparasit pada kulitnya, akan menggosok-gosokkan badan pada benda di sekelilingnya sehingga sering kali menimbulkan luka baru yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi sekunder, sedangkan penyakit pada insang agak sulit untuk dideteksi secara dini karena menyerang bagian dalam ikan. Salah satu cara yang dianggap cukup efektif untuk mengetahui adanya infestasi ektoparasit insang adalah mengamati tingkah laku ikan. Ciri utama ikan yang terserang organ insang adalah menjadi sulit untuk bernafas, selain itu tutup insang akan mengembang sehingga sulit untuk ditutup dengan sempurna. Jika serangannya sudah meluas, lembaran insang menjadi semakin pucat. Sering pula dijumpai adanya bintik-bintik merah pada insang yang menandakan telah terjadi pendarahan (peradangan). Jika terlihat bintik putih pada insang, kemungkinan besar disebabkan oleh serangan parasit kecil yang menempel pada insang (Wiyatno et al., 2012).

Parasit merupakan organisme yang dapat menyebabkan kematian pada ikan. Perkembangbiakan parasit dapat terjadi pada kolam, jika kolam tersebut kurang perawatannya, pakan yang berlebihan, perubahan lingkungan yang dapat menurunkan resistensi ikan tersebut. Parasit yang menyerang ikan budidaya akan mempengaruhi kelangsungan hidup seperti terhambatnya pertumbuhan ikan.

Pengaruh yang muncul diawali dengan terganggunya sistem metabolisme tubuh

(17)

3

hospes sampai merusak organ (seperti insang, lambung dan usus), sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan, bahkan dapat menyebabkan kematian. Daur hidup parasit yang menginfeksi ikan budidaya dapat diketahui melalui hubungan antara hospes yaitu ikan budidaya, parasit serta lingkungan hospes tersebut hidup, sehingga para pembudidaya ternak dapat mengantisipasi keadaan yang timbul akibat parasit tersebut (Manurung dan Gaghenggang, 2016).

Berdasarkan prediksi parasit dapat dibedakan menjadi ektoparasit, endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang hidup pada bagian luar tubuh inang, endoparasit adalah parasit yang hidup di dalam tubuh inang. Sedangkan mesoparasit adalah parasit yang sebagian tubuh endoparasit dan sebagian yang lain ektoparasit. Parasit yang biasanya menyerang Ikan Kerapu adalah Benedenia epinepheli, Caligus epinepheli, Ergasilus, Diplectanum grouperi, Dactylogyrus, Neobenedenia girellae, Haliotrema epinepheli, Pseudorhabdosynochus seabasi, dan Trichodina (Subekti dan Mahasri, 2010).

Tambak budidaya yang terletak di Paluh Pisang Mas Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara merupakan tambak usaha yang sudah berjalan ±10 tahun. Pemilik tambak tersebut ialah Bapak Efendi atau biasa dikenal dengan Bapak Aseng. Disamping itu tambak tersebut ditanggung jawabin oleh Bapak Basir selaku yang mengelola tambak tersebut.

Ikan budidaya yang dihasilkan di tambak tersebut sebelumnya ada beberapa jenis bibit ikan yang didapatkan dari Aceh, Situbondo Jawa Timur, dan Bali. Termasuk salah satunya jenis ikan yang ingin saya teliti ini yaitu ikan Kerapu Cantang yang bibitnya didatangkan dari Situbondo Jawa Timur. Ikan Kerapu Cantang (Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus) adalah spesies hibrida dari

Universitas Sumatera Utara

(18)

Kerapu Macan betina, Epinephelus fuscoguttatus dan Kerapu Kertang jantan, Epinephelus lanceolatus, itu dilakukan oleh Budidaya Air Payau Pusat Pengembangan (BADC), sejak Sitobondo 2009 (Jiet dan Musa, 2018). Sampai saat ini Situbondo merupakan tempat yang sudah berhasil dalam melakukan proses persilangan (hybrid) Ikan Kerapu Cantang. Bibit Ikan Kerapu Cantang yang didatangkan dari Situbondo ialah berukuran 4 inch.

Berdasarkan survei pendahuluan yang sudah dilakukan di Tambak Paluh Pisang Mas, informasi yang diperoleh dari pihak pengelola tambak permasalahan atau kendala yang terjadi pada tambak Ikan Kerapu Cantang ialah pada tahun 2019 pernah terjadi masuknya limbah kelapa sawit ke tambak tersebut sehingga menyebabkan air menjadi keruh dan kekuningan. Dampak dari tersebut ialah terjadinya kematian massal Ikan Kerapu Cantang. Kendala lain yang dihadapi di tambak Ikan Kerapu Cantang tersebut ialah saat dilakukannya pengecekan ikan, didapati beberapa ikan yang menunjukkan tanda-tanda terserang penyakit seperti pada bagian sirip-sirip ikan tersebut adanya white spot yang menempel pada bagian tubuh luar ikan. Nelayan atau pekerja menyebutnya parasit seperti protozoa. Masalah ini pasti selalu terjadi dalam waktu 1 bulan dan saat dilakukkannya pengecekkan ikan.

Permalasahan di Tambak Paluh Pisang Mas ini juga sering terjadi terutama pada saat 10-20 hari bibit ikan berukuran 4 inch ditebar, karena perubahan air dari tempat awal. Biasanya setelah nelayan atau pekerja mengetahui adanya tanda- tanda ikan tersebut terserang penyakit mereka akan memberi obat seperti cairan.

Hal inilah yang melatarbelakangi penelitian ini dikarenakan juga di Tambak Paluh Pisang Mas belum pernah melakukan rutin pengecekkan sampel ikan ke

(19)

5

laboratorium untuk dilihat jenis apa parasit yang menyerang Ikan Kerapu Cantang tersebut.

Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Jenis ektoparasit apa saja yang menginfeksi Ikan Kerapu Cantang (Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus Lanceolatus) di Tambak Paluh Pisang Mas Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara?

2. Berapa tingkat prevalensi ektoparasit yang menginfeksi Ikan Kerapu Cantang (Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus Lanceolatus) di Tambak Paluh Pisang Mas Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara?

Kerangka Pemikiran

Budidaya Ikan Kerapu memiliki prospek cerah baik untuk pasar domestik maupun pasar ekspor dan sangat menjanjikan karena harga jualnya yang lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas ikan lainnya untuk setiap kg, harga relatif stabil dan budidaya ikan kerapu masih terbatas dan belum banyak negara lain yang mengembangkannya.

Perairan tambak yang tidak sesuai menimbulkan berbagai macam penyakit ikan. Cara pengelolaan tambak yang kurang baik juga akan menimbulkan kualitas air yang menurun sehingga dapat menyebabkan ikan kerapu cantang tidak dapat berkembang dengan baik dan menurunnya tingkat produksi ikan. Penyakit ikan yang lebih sering timbul dan merugikan pembudidaya ikan adalah penyakit yang

Universitas Sumatera Utara

(20)

disebabkan oleh parasit. Serangan parasit membuat ikan kehilangan nafsu makan, kemudian perlahan-lahan lemas dan berujung kematian.

Serangan wabah hama dan penyakit ikan serta penurunan kualitas lingkungan budidaya merupakan salah satu faktor penyebab kegagalan usaha budidaya Ikan Kerapu Cantang (Epinephelus fuscoguttatus x E. lanceolatus), hal ini dapat menyebabkan kematian massal, penurunan produksi dan penurunan mutu produk. Apalagi dengan jarang dilakukkannya pengecekkan rutin dalam pengelolaan tambak budidaya ikan kerapu cantang. Serangan hama penyakit tersebut akan mengakibatkan penyakit infeksius yang salah satunya disebabkan oleh parasit. Salah satunya ialah jenis ektoparasit, yang menyerang permukaan bagian luar organ tubuh ikan.

(21)

7

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Keterangan : : Aspek yang diteliti

: Aspek yang tidak diteliti

Lingkungan Patogen

Kualitas Air

Parasit

Ektoparasit Endoparasit

Identifikasi

Prevalensi Ikan Kerapu Cantang

(Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus)

Budidaya Ikan Kerapu Cantang (Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus)

Universitas Sumatera Utara

(22)

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui jenis-jenis ektoparasit yang menginfeksi ikan Kerapu Cantang (Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus) di Tambak Paluh Pisang Mas Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui tingkat prevalensi ektoparasit pada ikan Kerapu Cantang (Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus) di Tambak Paluh Pisang Mas Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi pengelola dan pengembangan budidaya perikanan khususnya untuk kepentingan penanganan penyakit yang timbul pada budidaya tambak ikan Kerapu Cantang (Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus) sehingga dapat menghasilkan ikan yang berkualitas dan bebas dari penyakit.

(23)

TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Kerapu Cantang (Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus) Sejalan dengan perkembangan usaha budidaya laut (pembesaran) dalam keramba jaring apung, jaring tancap dan tambak, secara langsung kebutuhan akan benih juga semakin meningkat. Pengumpulan benih dari alam tidak dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan pembesaran, karena sangat dipengaruhi oleh musim, lokasi dan kondisi alam yang kurang menguntungkan disamping kelangsungan hidup larva sampai ukuran benih masih sangat rendah. Kerapu macan merupakan salah satu jenis kerapu yang potential untuk dibudidayakan serta memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi terutama di pasar Singapura, Hongkong, Taiwan, Malaysia dan bahkan Indonesia (Mayumar, 1993).

Ikan kerapu cantang merupakan hasil silangan atau hibridasi. Ikan kerapu cantang adalah hasil dari penelitian BPBAP Situbondo dan merupakan perkawinan dari ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) betina dan ikan Kerapu Kertang (Epinephelus lanceoulatus) jantan. Tingkat pertumbuhan benihnya bahkan bisa mencapai 2 kali lipat pertumbuhan kerapu macan sendiri (Wibowo, 2010).

Ikan Kerapu Cantang (Epinephelus fuscoguttatus x E. lanceolatus) mempunyai ciri-ciri morfologi; bentuk tubuh compres dan relative membulat dengan ukuran lebar kepala sedikit atau hampir sama dengan lebar badannya, warna kulit coklat kehitaman dengan 5 gari hitam melintang di bagian tubuhnya, semua sirip (pectoral, anal, ventral, dorsal dan caudal) bercorak seperti ikan Kerapu Kertang dengan dasar berwarna kuning dilengkapi dengan bintik-bintik hitam, bintik-bintik hitam juga banyak tersebar di kepala dan didekat sirip

Universitas Sumatera Utara

(24)

pectoral dengan jumlah yang berlainan pada setiap individu, sirip punggung semakin melebar ke arah belakang, sirip punggung menyatu dan terdiri atas 11 jari-jari keras dan 15 jari-jari lunak, sirip pectoral terdiri atas 17 jari-jari lunak, sirip ventral terdiri dari 1 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak, sirip anal terdiri dari 2 jari-jari keras dan 8 jari-jari lunak, sedangkan sirip caudal terdiri atas 13 jari-jari lunak, bentuk ekor rounded, bentuk mulut lebar (Yoga, 2019).

Sumber : (Dokumentasi penelitian)

Gambar 2. Ikan Kerapu Cantang (Epinephelus fuscoguttatus x E. lanceolatus) Menurut Rizkya (2012), Klasifikasi ikan kerapu cantang adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes Famili : Serranidae Genus : Epinephelus

Spesies : Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus

(25)

11

Ikan kerapu memiliki habitat di dasar perairan laut tropis dan subtropis.

Pada umumnya kerapu bersifat soliter, tetapi saat akan memijah ikan bergerombol. Telur dan larva bersifat pelagis sedangkan ikan kerapu dari muda hingga dewasa bersifat demersal. Larva kerapu pada umumnya menghindari permukaan air pada siang hari. Sebaliknya pada malam hari lebih banyak ditemukan di permukaan air. Penyebaran vertikal tersebut sesuai dengan sifat ikan kerapu sebagai organisme yang pada siang hari lebih banyak bersembunyi di liang-liang karang sedangkan pada malam hari aktif bergerak di kolom air untuk mencari makan (Mariskha dan Abdulgani, 2012).

Ikan kerapu merupakan salah satu jenis ikan laut yang hidup di perairan dalam maupun payau yang bersalinitas 20-35 ppt. Suhu optimum untuk pertumbuhan kerapu macan adalah 27-29°C. Perubahan suhu mempengaruhi tingkat kesesuaian perairan sebagai habitat organisme akuatik, karena itu setiap organisme akuatik mempunyai batas kisaran suhu maksimum dan minimum.

Kisaran pH untuk budidaya laut adalah 7,5 – 8,5 (Direktorat Jendral Perikanan Budidaya 2011). pH yng tepat akan menentukan keberlangsungan hidup dan perkembangan ikan kerapu yang akan di budidayakan (Hastari et al., 2017).

Parasit Ikan

Salah satu hal yang menentukan keberhasilan usaha budidaya ikan adalah pengendalian hama dan penyakit. Penyakit ikan umumnya terjadi akibat adanya infeksi parasit yang menyebabkan bagian tubuh ikan terluka, sehingga dengan demikian penyakit lain seperti jamur, bakteri, dan virus akan lebih mudah terpapar pada ikan yang sudah terinfeksi oleh parasit. Selain itu, infeksi parasit juga berpengaruh terhadap kesehatan manusia apabila mengkonsumsi ikan-ikan yang

Universitas Sumatera Utara

(26)

mengandung parasit. Oleh karena itu status kesehatan ikan disuatu kawasan, daerah merupakan informasi yang sangat diperlukan dalam suatu sistem pengendalian penyakit dan pengembangan budidaya (Maulana et al., 2017).

Penyakit terjadi akibat adanya interaksi antara inang (ikan), bahan patogen dan lingkungan. Kondisi lingkungan yang buruk dapat menyebabkan stres dan penurunan daya tahan tubuh ikan terhadap penyakit. Salah satu masalah yang sering menghambat budidaya ikan ini adalah munculnya penyakit, antara lain disebabkan oleh parasit ikan. Penyakit merupakan salah satu faktor kendala dalam kegiatan budidaya yang dikarenakan oleh ketidakseimbangan interaksi antara faktor lingkungan, inang, dan agen penyakit. Faktor lingkungan dalam hal ini dapat berperan sebagai pemicu terjadinya stres bagi inang akibat perubahan fisik, kimia, dan biologis lingkungan tersebut sehingga daya tahan tubuh menurun dan menjadi rentan terhadap serangan penyakit (Wiyatno et al., 2012).

Parasit adalah organisme yang memanfaatkan organisme lain yang berbeda jenis untuk tempat berlindung dan mendapatkan makanan. Serangan parasit merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara faktor lingkungan, kondisi ikan, dan organisme parasit. Interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stres pada ikan sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang oleh organisme parasit. Parasit yang menyerang ikan terdiri dari ektoparasit yaitu parasit yang menginfeksi organ luar ikan (kepala, kulit, dan insang), dan endoparasit yaitu parasit yang menginfeksi organ dalam. Selain itu parasit dapat bersifat spesifik yaitu menyerang jenis-jenis ikan tertentu atau menyerang ikan pada umur dan ukuran tertentu (Ode, 2014).

(27)

13

Organ yang paling rentan terserang parasit adalah insang. Hal ini disebabkan karena insang merupakan organ pernapasan yang langsung bersentuhan dengan lingkungan sekitarnya yang menyaring bahan-bahan yang terlarut, menyaring partikel-partikel pakan dan mengikat oksigen. Letak insang, struktur dan mekanisme kontak dengan lingkungan menjadikan insang sangat rentan terhadap perubahan kondisi lingkungan serta menjadi tempat yang tepat bagi berlangsungnya infeksi oleh organisme patogen penyebab penyakit seperti parasit (Wahyuni et al., 2017).

Menurut Usman (2007), Faktor non biotik yang dapat merugikan ikan, sering juga disebut sebagai faktor non parasiter, terdiri beberapa faktor, antara lain:

a. Faktor lingkungan; Diantara faktor lingkungan yang dapat merugikan kesehatan ikan ialah pH air yang terlalu tinggi atau rendah, kandungan oksigen yang rendah, temperatur yang berubah secara tiba-tiba, adanya gas beracun serta kandungan racun yang berada di dalam air yang berasal dari pestisida, pupuk, limbah pabrik, limbah rumah tangga dan lain-lain.

b. Pakan. Penyakit dapat timbul karena kualitas pakan yang diberikan tidak baik.

Gizi rendah, kurang vitamin, busuk atau telalu lama disimpan serta pemberian pakan yang tidak tepat.

c. Turunan. Penyakit turunan atau genetis dapat berupa bentuk tubuh yang tidak normal dan pertumbuhan yang lambat.

Parasit yang biasanya menyerang ikan kerapu adalah Benedenia epinepheli, Caligus epinepheli, Ergasilus, Diplectanum grouperi, Dactylogyrus, Neobenedenia girellae, Haliotrema epinepheli, Pseudorhabdosynochus seabasi,

Universitas Sumatera Utara

(28)

dan Trichodina. Parasit yang berbahaya terhadap ikan kerapu terutama adalah parasit insang (Haliotrerna, Diplectanum, Pseudorhabdosynochus). C. irritans, Benedenia dan Neobenedenia bila terdapat dalam jumlah banyak dan menyerang mata juga dapat menimbulkan kebutaan dan akhirnya kematian pada ikan kerapu (Wiyatno et al., 2012).

Caligus sp.

Parasit dari kelas Crustacea yang sering menyerang terdiri dari golongan isopod yaitu jenis Rhexanella sp. dan golongan copepod yaitu Caligus sp. dan Lepeophtheirus sp. Lepeophtheirus dan caligus sepintas lalu di bawah mikroskop sangat sulit dibedakan, dengan seksama dapat dibedakan dari adanya dua alat penempel (lunulus pada Caligus, sedangkan pada Lepeophtheirus tidak ada.

Penanggulangan pada Lepeophtheirus dengan perendaman kedalam air tawar 2- 5 menit; sedangkan pada Caligus dengan perendaman ke dalam 100 ppm larutan H2O2 selama 1-2 jam (Slamet et al., 2008).

Sumber : (Arianty, 2010)

Gambar 3. Caligus sp.

Jenis ini termasuk dalam Phylum Arthropoda, Class Crustacea, Subclass Copepoda, Ordo Siphonostomatoida, Family Caligidae, dan Genus Caligus. Jenis ini berada pada inang berupa ikan air laut, terutama menyerang kulit dan operkulum. Ciri-ciri bentuknya antara lain caligus betina seluruh tubuhnya

(29)

15

ditutupi cangkang dorsal. Cephalotoraxnya panjang, posteriornya lembut. Bagian lateralnya dilengkapai marginal membrane. Bagian posterior ada thorax zone.

Keempat kaki terletak lebih dekat posterior dari pada cephalotorax, bentuk pendek, tubuh lebar antara 1-9 mm. Siklus hidupnya diawali dari telur, kemudian nauplius berenang bebas, nauplius II sebelum molting menjadi larva yang menginfeksi (copepodit) (Hardi, 2015).

Brooklynella hostilis

Brooklynella hostilis merupakan parasit kulit dan insang, meskipun pada tahap awal infestasi ditemukan pada insang. Tanda klinis meliputi gangguan pernapasan, hipersekresi lendir, deskuamasi, perdarahan dan hipertrofi insang.

Wabah Brooklynella hostilis berkorelasi dengan tekanan lingkungan akibat trauma, konsentrasi amonia yang tinggi, suhu yang tinggi, kepadatan berlebih, dll.

Pemberantasan parasit dilakukan dengan menggunakan air tawar, rendaman formalin atau perendaman dalam waktu lama dalam campuran formalin 25 mg / l dan perunggu hijau (0,10 mg/l). Kemoterapi dengan ion tembaga pada konsentrasi 0,15-0,20 mg / l tidak efektif untuk pemberantasan parasit (Landsberg, 2013).

Sumber : (Gusriyanti et al., 2016)

Gambar 4. Brooklynella hostilis

Universitas Sumatera Utara

(30)

Brooklynella hostilis adalah disteriid ciliata patogen pada ikan laut tropis.

Beberapa laporan telah mendokumentasikan Brooklynella sebagai penyakit signifikan yang menyebabkan organisme ikan laut di penangkaran. Pertama kali dijelaskan pada tahun 1970 dari wabah sporadis di Akuarium New York, ciliate telah menyebabkan banyak kematian di akuarium umum, importir komersial, dan di toko ritel. Brooklynella terlibat sebagai agen penyebab kematian ikan tropis di Akuarium Steinhart, San Francisco dari 1977-73. Ciliata telah dikonfirmasi dari tiga spesies ikan anemon: Premnas biaculeatus (ikan anemon pipi tulang belakang), Amphiprion ephippum (ikan anemon ikan pelana merah), dan Amghiprion percula (ikan anemon badut). Dalam kejadian terpisah, Brooklynella dikonfirmasi dari pengiriman Hippocampus kuda (kuda laut Pasifik) yang berasal dari Filipina (Blasiola, 2009).

Zeylanicobdella sp.

Zeylanicobdella sp. lintah laut (cacing lintah) merupakan jenis lintah laut yang termasuk dalam Filum Annelida. Cacing lintah ini memiliki dua cakram penghisap (sucker) pada bagian anterior dan posterior Zeylanicobdella sp. Bagian tubuh Zeylanicobdella sp. muda berwarna coklat tua, sedangkan saat stadia dewasa pada dorsal berwarna coklat tua dan ventral berwarna hitam pekat.

Terdapat garis yang berwarna lebih terang pada dorsal tubuh Zeylanicobdella sp.

Telur Zeylanicobdella sp. berbentuk bulat dengan ukuran diameter 0.51 mm dan berwarna coklat tua (Ravi et al., 2017).

(31)

17

Sumber : (Mahasri et al., 2019)

Gambar 5. Zeylanicobdella sp.

Zeylanicobdella sp. cacing ini menyerang pada permukaan tubuh, mata, mulut, rongga pernafasan dan sirip paling banyak ditemukan pada sirip dorsal, ventral dan pectoral. Ikan Kerapu yang terserang akan berwarna pucat, terdapat luka dan pendarahan pada daerah yang terserang. Apabila menyerang pada sirip dan ekor maka sirip dan ekor tersebut dan geripis atau robek. Cacing lintah ini berukuran panjang berkisar antara 9.0-25 mm, ukuran diameter oral sucker mencapai 1.0 mm dan berbentuk oval, serta terdapat sepasang mata yang tampak pada dorsal di oral sucker. Diameter caudal sucker spesies ini lebih lebar dibanding oral sucker yaitu berkisar 1,8 mm (Nagasawa dan Uyeno, 2009).

Dactylogyrus sp.

Dactylogyrus sp. Opisthaptor mempunyai 14 kait tepi, dimana dua diantaranya terletak jauh dibagian tepi dan di dekat jangkar. Ujung jangkar yang runcing mengarah ke punggung. Jenis ini mempunyai 1-2 palang penghubung.

Titik mata terdiri atas 2 pasang dan mempunyai 4 lekukan di bagian kepala. Jenis

Universitas Sumatera Utara

(32)

tersebut merupakan salah satu dari genus monogenea terbesar, mempunyai inang yang terbatas. Cacing dari jenis ini ditemukan hampir pada semua ikan air tawar dan kadang-kadang ikan air laut seperti pada C. idellus, lele, ikan mas, tambakan, gurami, patin, sepat air, sepat rawa, mas koki (Hardi 2015).

Sumber : (Nofyan et al., 2015).

Gambar 6. Dactylogyrus sp.

Ikan yang terinfeksi parasit ini biasanya ikan berenang di permukaan agar mudah mendapatkan oksigen, terjadi kekurusan dan respirasi meningkat serta sesak nafas. Filamen insang menonjol keluar dari tutup insangnya atau terjadi peregangan penutup insang sehingga terjadi kerusakan berat pada insang.

Mulokosa insang berwarna gelap dan menutup insang (Wiguna et al., 2016).

Prevalensi

Prevalensi adalah bagian dari studi epidemologi yang membawa pengertian jumlah orang dalam populasi yang mengalami penyakit, gangguan atau kondisi tertentu pada suatu tempo waktu dihubungkan dengan besar populasi dari mana kasus itu berasal. Prevalensi sepadan dengan insidensi dan tanpa insidensi penyakit maka tidak akan ada prevalensi penyakit. Insidensi merupakan jumlah

(33)

19

kasus baru suatu penyakit yang muncul dalam satu priode waktu dibandingkan dengan unit populasi tertentu dalam periode tertentu. Insidensi memberitahukan tentang kejadian kasus baru. Prevalensi memberitahukan tentang derajat penyakit yang berlangsung dalam populasi pada satu titik waktu (Timmreck, 2001).

Semakin besar ukuran atau berat inang maka semakin tinggi pula terinfeksi oleh parasit tertentu. lebih besar dapat mengandung jumlah parasit yang lebih besar, meskipun telah terjadi saling adaptasi maka inang menjadi toleran terhadap parasitnya. Semakin lama pemeliharaan intensitas dan prevalensi ektoparasit yang menyerang ikan cenderung lebih meningkat (Riko et al., 2012).

Prevalensi dan Intensitas tiap jenis parasit tidak selalu sama karena banyaknya faktor yang berpengaruh, salah satu faktor yang berpengaruh adalah ukuran inang. Pada beberapa spesies ikan, semakin besar ukuran atau berat inang, semakin tinggi infeksi oleh parasit tertentu. Inang yang lebih tua dapat mengandung jumlah parasit yang lebih besar, meskipun apabila telah terjadi saling adaptasi maka inang menjadi toleran terhadap parasitnya. Organ yang paling rentan terserang parasit adalah insang. Hal inidisebabkan karena insang merupakan organ pernapasan yang langsungbersentuhan dengan lingkungan sekitarnya yang menyaring bahan-bahan yang terlarut, menyaring partikel-partikel pakan dan mengikat oksigen (Wahyuni et al., 2017).

Tingginya nilai prevalensi ektoparasit pada setiap lokasi pengambilan sampel ikan dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Pencemaran lingkungan perairan akan mengakibatkan perubahan kualitas air dan meningkanya jumlah patogen seperti ektoparasit. Kondisi tersebut akan membuat ikan menjadi stres sehingga terjadinya hubungan yang tidak seimbang antara ikan, lingkungan,

Universitas Sumatera Utara

(34)

dan patogen (ektoparasit) dan hal ini akan menyebabkan mudahnya ikan terinfeksi oleh ektoparasit. Faktor internal yang mempengaruhi tingginya nilai prevalensi ektoparasit yaitu nutrisi yang kurang. Parasit dapat menyerang ikan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Secara langsung dapat terjadi dengan adanya kontak langsung antara ikan yang sehat denganikan yang terinfeksi, sedangkan secara tidak langsung dapat terjadi apabila kekebalan tubuh ikan mulai menurun akibat stress sehingga parasit dengan mudah dapat menyerang ikan tersebut (Yuli et al., 2017).

Kualitas Air

Kondisi kualitas air mempunyai peran yang sangat penting bagi keberhasilan budidaya ikan kerapu. Air berfungsi sebagai media hidup bagi ikan baik sebagai media internal maupun eksternal. Sebagai media eksternal, air berfungsi sebagai habitat hidup ikan. Air sebagai habitat hidup ikan kerapu yang dibudidayakan, harus dalam kondisi yang optimal baik dari aspek jumlah (kuantitas) maupun aspek mutu (kualitas). Untuk itu, pemantauan dan pengelolaan kualitas air sangat diperlukan dalam budidaya ikan. Sasaran pemantauan dan pengelolaan kualitas air adalah untuk menjaga agar kualitas air senantiasa memenuhi syarat bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan budidaya (Eshmat dan Manan, 2013).

Salah satu faktor yang berperan menentukan keberhasilah budidaya ikan adalah pengelolaan kualitas air, karena ikan merupakan hewan air yang segala kehidupan, kesehatan dan pertumbuhannya tergantung pada kualitas air sebagai media hidupnya . Kualitas air secara luas dapat diartikan sebagai setiap faktor fisik, kimiawi dan biologi yang mempengaruhi penggunaan air. Untuk keperluan

(35)

21

budidaya kualitas air secara umum dapat diartikan sebagai setiap peubah (variabel) yang mempengaruhi pengelolaan dan kelangsungan hidup, kembang biak, pertumbuhan atau produksi. Pengukuran kualitas air selama pemeliharaan ikan penting dilakukan untuk mengetahui gejala-gejala yang terjadi sebagai akibat perubahan salah satu parameter kualitas air (Suwoyo, 2011).

Suhu

Suhu air sangat berpengaruh langsung terhadap kehidupan ikan melalui laju metabolismenya dan juga berpengaruh terhadap daya larut gas-gas termasuk O2 serta berbagai reaksi kimia lainnya dalam air. Semakin tinggi suhu air, semakin besar konsumsi akan O2. Semakin tinggi suhu semakin kecil kelarutan oksigen dalam air, sedangkan kebutuhan oksigen bagi ikan semakin besar yang tingkat metabolisme semakin tinggi . Kenaikkan suhu akan mengurangi daya larut oksigen dalam air dan mempercepat reaksi kimia sebesar 2 kali (Gusman, 2016).

Upaya untuk mengatasi suhu tinggi adalah dilakukan penggantian air yang lebih sering atau penggantian air secara sirkulasi dan atau penggunaan kincir air.

Selain itu dapat juga dilakukan dengan cara pendalaman caren pada saat persiapan tanah dasar tambak sebagai antisipasi agar air lebih dalam, sehingga tidak terjadi stratifikasi suhu (Langkosono, 2014).

Suhu air dapat mempengaruhi kelangsungan hidup, pertumbuhan, morfologi, reproduksi, tingkah laku, dan metabolisme ikan. Disamping itu suhu juga berpengaruh terhadap kelarutan gas-gas, kecepatan reaksi unsur dan senyawa yang terkandung dalam air. kualitas perairan yang optimal untuk pertumbuhan ikan kerapu, seperti suhu berkisar antara 24 - 31ºC, salinitas antara 30-33 ppt, oksigen terlarut > 3,5 ppm dan pH berkisar antara 7,8 - 8,0. Pertumbuhan dan

Universitas Sumatera Utara

(36)

kelangsungan hidup Ikan Kerapu harus dipertahankan pada suhu 25 – 32 ºC, salinitas 20 - 32 ppt, pH 7,5 - 8,3, oksigen 4 - 8 ppm, nitrit 0 - 0,05 ppm dan amonia < 0,02 ppm. Kenaikan suhu akan mengakibatkan penurunan jumlah oksigen terlarut di dalam air, dan akan meningkatkan kecepatan reaksi kimia, dan dapat menyebabkan ikan dan biota air lainnya mengalami kematian apabila suhu melampaui batas suhu tertentu (32oC) (Gusman, 2016).

Salinitas

Salinitas adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat diperairan.

Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida telah digantikan oleh klorida, dan semua bahan organik telah dioksidasi. Salinitas dinyatakan dalam satuan gram/kg atau promil (‰) Kisaran salinitas yang ideal untuk benih ikan kerapu yaitu 28 – 35 ppt (Suwoyo, 2011).

Salinitas air yang tidak sesuai dengan kebutuhan ikan kerapu dapat menggangu kesehatan dan pertumbuhan ikan. Salinitas memiliki pengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup larva ikan kerapu. Perubahan salinitas lebih dari 10 ppt dapat menyebabkan stress lingkungan terhadap biota laut. Untuk pendederan kerapu macam disarankan menggunakan kadar garam 20 ppt.

Sedangkan kisaran kadar garam 35 – 40 ppt masih dapat memberikan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan kerapu di bak terkontrol. Sedangkan kadar garam terbaik pada pengggelondongan ikan kerapu di petak tanah yaitu 15 – 33 ppt. Salinitas 27 – 34 ppt masih memberikan pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang baik pada ikan kerapu di bak terkontrol (Eshmat dan Manan, 2013).

(37)

23

Derajat Keasaman (pH)

Perubahan pH air dipengaruhi oleh sifat tanahnya. Tanah yang mengandung pirite menyebabkan pH air asam antara pH 3 – 4. Kondisi perairan dengan pH netral sampai sedikit basa sangat ideal untuk kehidupan ikan air laut.

Suatu perairan yang ber- pH rendah dapat mengakibatkan aktivitas pertumbuhan menurun atau ikan menjadi lemah serta lebih mudah terinfeksi penyakit dan biasanya diikuti dengan tingginya tingkat kematian. Ikan kerapu akan sangat baik bila dipelihara pada air laut dengan pH 8,0 – 8,2. Ikan kerapu dapat mentolerir kisaran pH air antara 6,5 – 9,0. Sedangkan menurut Subyakto dan Cahyaningsih (2003) menyatakan bahwa kualitas air yang ideal untuk benih antara 7,8 – 8,3 (Suwoyo, 2011).

pH berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas. pH juga mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia yang dapat menyebabkan kematian missal pada ikan. pH rendah dapat menyebabkan penurunan tingkat produksi lender sedangkan pH tinggi dapat menyebabkan ikan stress. Sebagian besar biota akuatik sensitive terhadap perubahan pH (Noga, 2000).

Dissolved Oxygen (DO)

Ketersediaan oksigen bagi biota air menentukan lingkaran aktivitasnya, konversi pakan, demikian juga laju pertumbuhan bergantung pada oksigen.

Kekurangan oksigen dalam air dapat mengganggu kehidupan biota air, termasuk pertumbuhannya. Upaya untuk mengontrol kadar oksigen yang masuk ke dalam perairan dapat dilakukan dengan pembuatan kincir pada kolam budidaya, atau

Universitas Sumatera Utara

(38)

dengan mengalirkan air pada kolam. Kincir tersebut bertujuan untuk memperbanyak bidang kontak udara yang masuk dalam air dengan cara memecah udara, sehingga udara menjadi butiran kecil- kecil, atau bisa juga dengan mengalirkan air dengan cara membuat tiruan air terjun yang bertujuan untuk memperpanjang bidang gesek antar udara dengan air (Pramleonita et al., 2018).

Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam ekosistem akuatik, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar organisme. Sumber oksigen terlarut berasal dari atmosfer dan fotosintesis tumbuhan hijau. Oksigen dari udara diserap dengan difusi langsung dipermukaan air oleh angin dan arus. Jumlah oksigen yang terkandung dalam air tergantung pada daerah permukaan yang terkena suhu dan konsentrasu garam (Sembiring, 2008).

Kandungan oksigen terlarut yang ideal bagi pertumbuhan benih ikan macan > 5 ppm. Fluktuasi harian oksigen terlarut akan sangat berbahaya bagi kehidupan ikan karapu apabila mencapai batas toleransi dan berlangsung dalam waktu lama. Fluktuasi oksigen terlarut harian yang berkisar 3,4 – 6,5 belum mencapai konsentrasi kritis bagi kehidupan ikan kerapu (Suwoyo, 2011).

Nitrat (NO3)

Nitrat adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi ammonia menjadi ntrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob (Effendi, 2003).

(39)

25

Nitrat adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami. Konsentrasi nitrat yang tinggi di perairan dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme perairan apabila didukung oleh ketersediaan nutrient. Kadar nitrat- nitrogen pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0.1 mg/1, akan tetapi jika kadar nitrat lebih besar 0.2 mg/1 maka akan mengakibatkan eutrofikasi (Ira, 2013).

Amonia (NH3N)

Amonia merupakan sisa proses metabolisme organisme budidaya.

Amonium (NH4+) bersifat non toksik, sedangkan yang berbentuk tak terionisasi (NH3) bersifat sangat toksik. Konsentrasi NH3 dipengaruhi atau ditentukan oleh pH dan suhu perairan. Melalui proses nitrifikasi, ammonia akan dioksidasi oleh bakteri menjadi nitrit (NO2) dan nitrat (NO3). Sebaliknya melalui proses dinitrifikasi nitrat akan direduksi oleh bakteri oleh bakteri menjadi nitrit dan dari nitrit menjadi amonia atau N2. Salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi tambak udang adalah terjadinya penurunan kualitas air serta kerusakan sedimen.

Ini dapat terjadi akibat dari tingginya kadar bahan nitrogen anorganik, senyawa organik karbon dan sulfida baik yang berasal dari sisa pakan, kotoran udang atau pemupukan dalam jangka panjang (Kordi, 2004).

Masalah ekskresi ammonia pada ikan adalah dalam pergerakan ammonia dari insang ke air diluar tubuh ikan. NH3 akan terdifusi dengan cepat dari insang ke laju kecepatannya tergantung kepada pH air. Pada saat ph air meningkat, konsentrasi NH3 epithelium insang sulit. Jika Kandungan N tinggi bakteri nitrifikasi terhambat aktifitasnya dalam merombak ammonia menjadi nitrat, sehingga terjadi penimbunan ammonia (Hendrawati et al., 2014).

Universitas Sumatera Utara

(40)

Amonia tidak hanya bersifat toksik tetapi juga merupakan produk metabolisme nitrogen yang paling banyak diproduksi. Selain dari hasil metabolisme pakan yang mengandung nitrogen dan sisa pakan yang tidak termakan, amonia juga berasal dari dekomposisi organisme mati. Hal ini menyebabkan amonia menjadi salah satu kendala utama dalam usaha budidaya.

Pengelolaan untuk mengurangi dampak amonia pada sistem budidaya dan lingkungan sekitar sangat diperlukan. Pemilihan yang tepat sumber protein murah dan efisiensi konversi nutrisi pakan yang tinggi diperlukan, sehingga mengurangi buangan ke lingkungan (Crab et al., 2007).

Pada sistem budidaya dari semua parameter kualitas air, amonia menjadi faktor pembatas kedua setelah oksigen. Konsentrasi oksigen terlarut yang rendah dapat dikontrol dengan aerasi, namun konsentrasi amonia yang tinggi menjadi manajemen praktis yang bermasalah. Pada konsentrasi tinggi, amonia bersifat toksik, menyebabkan penurunan pasokan oksigen dalam jumlah besar dan perubahan yang tidak diinginkan dalam ekosistem perairan. Amonia beracun bagi ikan yang dibudidayakan secara komersil pada konsentrasi diatas 1.5 mg N/l, bahkan pada beberapa kasus konsentrasi yang dapat diterima hanya 0.025 mg N/l.

Ikan memiliki beberapa mekanisme untuk mentoleransi kelebihan amonia dan mengurangi toksisitas amonia termasuk ekskresi dan konversi. Namun paparan amonia pada tingkat berlebihan menyebabkan ekskresi amonia terganggu, sehingga terjadi peningkatan penyerapan amonia dan bahkan kematian (Wahyuningsih dan Gitarama, 2020).

(41)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September tahun 2020.

Pengambilan sampel ikan dilakukan di Tambak Paluh Pisang Mas Desa Paluh Kurau Dusun 14 Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara dan penelitian identifikasi ektoparasit di Laboratorium Unit Pelaksana Teknis Penerapan Mutu Hasil Perikanan (UPT PMHP), Medan.

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

Universitas Sumatera Utara

(42)

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seser, ember, nampan, object glass, cover glass, cawan petri, mikroskop, gunting, pinset, spatula, timbangan analitik, milimeterblok, kamera digital, alat tulis, thermometer, pH meter, DO meter dan refraktometer.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ikan Kerapu Cantang (Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus), sterofoam, plastik 10 kg, kertas label, tissue gulung dan NaCl fisiologis.

Metode Penelitian

Metode pengambilan sampel dilakukan secara random sampling (secara acak) terhadap ikan kerapu cantang di Tambak Paluh Pisang Mas. Simple Random Sampling merupakan suatu cara pengambilan sampel dimana tiap anggota populasi diberikan opportunity (kesempatan) yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Simple random sampling merupakan jenis sampling dasar yang sering digunakan untuk pengembangan metode sampling yang lebih kompleks (Arieska dan Herdiani, 2018).

(43)

29

Diagram Alur Penelitian

Diagram alur penelitian dapat dilihat dibawah ini

Penentuan pengambilan sampel Ikan Kerapu Cantang (Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus

Persiapan alat dan bahan

Pengambilan sampel dari tambak budidaya

Pengukuran panjang total dan berat ikan

Pengerokan (scrappimg) pada permukaan tubuh ikan dan pengambilan organ insang ikan

Pemeriksaan ektoparasit pada organ tubuh ikan (Kulit, sirip, dan insang)

Identifikasi parasit

Universitas Sumatera Utara

(44)

Prosedur Penelitian Deskripsi Area Penelitian

Sampel ikan diambil dari Tambak Paluh Pisang Mas Desa Paluh Kurau Dusun 14 Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Area tambak memiliki panjang 50 m, lebar 50 m dan tinggi 2 cm.

Sumber air berasal dari air pasang surut air laut. Pergantian air mengandalkan pasang surut dan pemberian pakan dilakukan satu kali sehari. Tambak memiliki kepadatan sampai dengan 600 ekor per tambak. Jumlah tambak Ikan Kerapu Cantang di Tambak Paluh Pisang Mas sebanyak 3 tambak dengan padat tebar yang berbeda-beda. Pada tambak 1 (600) ekor, pada tambak 2 (500) ekor dan pada tambak 3 (400) ekor.

Gambar 8. Lokasi pengambilan sampel Ikan Kerapu Cantang Pengambilan Data Kualitas Air

Pengambilan data kualitas air di Tambak Paluh Pisang Mas meliputi pengukuran parameter fisika yaitu suhu, salinitas dan parameter kimia yaitu pH, dissolved oxygen (oksigen terlarut), nitrat dan amonia.

(45)

31

Tabel 1. Pengukuran Parameter Fisika Kimia Air

Parameter Satuan Alat / Metode Lokasi

Fisika:

Suhu °C Thermometer In situ

Salinitas Ppt Refraktometer In situ

Kimia:

Ph - pH meter In situ

DO Mg/l DO meter In situ

Nitrat Mg/l Analisis Lab Ex situ

Amonia Mg/l Analisis Lab Ex situ

Pengambilan Sampel

Ikan yang dijadikan sampel adalah Ikan Kerapu Cantang (Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus) yang ada di Tambak Paluh Pisang Mas dengan ukuran panjang ±19-30 cm. Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah menggunakan rumus Slovin (Sevilla et al., 2007;182). Total pengambilan sampel Ikan Kerapu Cantang yaitu sebanyak 90 ekor dalam 3 kali pengulangan. Pengambilan sampel ikan dilakukan 1 kali dalam seminggu, dalam setiap pengambilan yaitu tambak 1 10 ekor, tambak 2 10 ekor dan tambak 3 10 ekor. Jadi total sampel dalam sekali pengambilan yaitu sebanyak 30 ekor ikan kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi air dan oksigen. Setiap tambak diambil 10 ekor ikan dengan persentase pada tambak 1 (1,67%), tambak 2 (2%) dan tambak 3 (2,5%).

Proses Penanganan Sampel

Sampel Ikan Kerapu Cantang dibawa ke laboratorium dalam keadaan hidup yang bertujuan agar saat dilakukannya pemeriksaan mikroskopis parasit atau protozoa pada ikan sampel tersebut tidak mati. Hal ini sesuai dengan Islahuttamam (2008) yang menyatakan bahwa ikan yang akan diperiksa secara mikroskopis harus dalam keadaan hidup atau baru mati. Hal ini penting untuk

Universitas Sumatera Utara

(46)

pemeriksaan beberapa jenis protozoa yang sukar terlihat pada ikan yang sudah lama mati atau dibekukan. Beberapa jenis ektoparasit akan melepaskan diri setelah inangnya mati atau bersama dengan inangnya dan akan sulit diidentifikasi.

Proses penanganan sampel menurut Islahuttamam (2008) adalah sampel ikan dibunuh dengan cara menusuk bagian atas kepala. Selanjutnya dilakukan pengerokan pada bagian kulit, sirip dan insang dengan menggunakan alat disetting set. Hasil pengerokan yang berupa lendir diletakkan pada obyek glass dan ditetesi dengan aquadest secukupnya kemudian ditutup dengan cover glass. Selanjutnya diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 100x dan 400x. Parasit dapat diamati.

Pemeriksaaan Ektoparasit

Prosedur pemeriksaan dilakukan mengikuti prosedur dari Laboratorium Unit Pelaksana Teknis Penerapan Mutu Hasil Perikanan (UPT PMHP), Medan.

Sesuai dengan SNI 2332.6:2015 cara uji mikrobiologi-bagian 6: penentuan parasit pada produk perikanan. Pemeriksaan ektoparasit dilakukan dengan cara pertama lakukan pengerokan lendir pada seluruh tubuh bagian luar dan letakkan pada kaca preparat, kemudian lakukan pengamatan terhadap hasil kerokan di bawah mikroskop dengan perbesaran 4 kali sampai dengan 40 kali. Kedua lakukan pemotongan bagian sirip ikan mulai dari sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip ekor, sirip anal dan letakkan pada kaca preparat yang berisi NaCl fisiologis, kemudian lakukan pengamatan terhadap hasil kerokan di bawah mikroskop dengan perbesaran 4 kali sampai dengan 40 kali. Ketiga lakukan pemotongan tutup insang (operkulum) dan filamen insang ikan kemudian pindahkan pada kaca preparat yang berisi NaCl fisiologis. Lakukan pengerokan lendir dari operkulum

(47)

33

dan insang, kemudian amati hasil kerokan di bawah mikroskop dengan perbesaran 4 kali sampai dengan 40 kali. Keempat lakukan pengerokan lendir pada bagian rongga mulut dan letakkan hasil kerokan pada kaca preparat yang berisi NaCl fisiologis, kemudian lakukan pengamatan di bawah mikroskop dengan perbesaran 4 kali sampai dengan 40 kali.

Identifikasi Ektoparasit

Pengamatan ektoparasit dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan identifikasi ektoparasit dengan menggunakan buku identifikasi parasit pada ikan Esti Handayani Hardi (2015), buku identifikasi parasit pada ikan Wisnu Nurcahyo (2014) dan literatur jurnal.

Analisis Data

Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan gambar serta dianalisis secara deskriptif berdasarkan hasil identifikasi pada Ikan Kerapu Cantang (Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus) kemudian terhadap ikan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut menurut Ira (2013).

Keterangan:

Prevalensi = Prevalensi (100%)

N = Jumlah ikan yang terinfeksi parasit (ekor) n = Jumlah sampel yang diamati (ekor)

Universitas Sumatera Utara

(48)

Kategori infeksi berdasarkan prevalensi menurut Williams (1996) dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kategori Infeksi Berdasarkan Prevalensi

No. Prevalensi Kategori Keterangan

1. 100-99% Selalu Infeksi sangat parah

2. 98-90% Hampir selalu Infeksi parah

3. 89-70% Biasanya Infeksi sedang

4. 69-50% Sangat sering Infeksi sangat sering

5. 49-30% Umumnya Infeksi biasa

6. 29-10% Sering Infeksi sering

7. 9-1% Kadang Infeksi sedang

8. <1-0,1% Jarang Infeksi jarang

9. <0,1-0,1% Sangat jarang Infeksi sangat jarang 10/. <0,01 Hampir tidak pernah Infeksi tidak pernah

(49)

35

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Deskripsi Ektoparasit yang Ditemukan 1. Brooklynella hostilis

Ektoparasit Brooklynella hostilis ditemukan pada ikan sampel dibagian lendir saja. Jumlah total sampel yang terinfeksi parasit Brooklynella hostilis ini sebanyak 14 ekor ikan dari jumlah total keseluruhan sampel dan berdasarkan data hasil dalam 1 bulan yang sama dan dalam 3 minggu berturut-turut 3 kali pengambilan sampel.

Brooklynella hostilis merupakan suatu protozoa berbentuk lonjong seperti kacang. Ukuran mencapai 60µ ada bulu rambut (cilia) sejajar memanjang sebuah macronucleus dan kantong berbentuk oval yang terlihat jelas. Inang Ikan air laut seperti Ikan kerapu. Protozoa ini menyerang kulit dan beberapa di insang. Kasus penyerangan banyak ditemukan di berbagai lokasi di perairan/laut. Tanda-tanda klinis yang ditunjukkan oleh ikan yang terserang antara lain kulit tampak kusam, terkadang karena produksi lendir yang berlebih (Hardi, 2015).

Klasifikasi Brooklynella hostilis menurut Gusriyanti et al., (2016) Kingdom : Eukarya

Filum : Ciliophora Kelas : Phyllopharyngea Ordo : Disteriida

Famili : Hartmannulidae Genus : Brooklynella

Spesies : Brooklynella hostilis

Universitas Sumatera Utara

(50)

Gambar 9. (a dan b) Brooklynella hostilis pada lendir ikan perbesaran 40x (Dokumentasi penelitian) (c) Brooklynella hostilis (Sumber:

Gusriyanti et al., 2016) 2. Caligus sp.

Ektoparasit Caligus sp. ditemukan pada ikan sampel dibagian lendir saja.

Jumlah total sampel yang terinfeksi parasit Caligus sp. ini sebanyak 5 ekor ikan dari jumlah total keseluruhan sampel dan berdasarkan data hasil dalam 1 bulan yang sama dan dalam 3 minggu berturut-turut 3 kali pengambilan sampel.

Caligus sp. parasit ini terlihat transparan dan tanpa warna tapi terlihat jelas pada insang, sirip, mata atau tubuh ikan. Stadium copepodid dan chalimus pada umumnya berukuran kecil (kurang dari 4 mm) dan untuk mendeteksinya dengan bantuan kaca pembesar. Sebagai inang dari Genus Caligus ini adalah ikan air laut misalnya Ikan Salmon dan Ikan Kerapu. Sepasang kantung telur yang dapat dilihat pada gambar 12 (a). dimiliki oleh organisme betina dengan deret/untaian telur dibagian posterior sampai sepanjang 2 mm dan berisi telur ± 700 butir (Hardi, 2015).

Klasifikasi Caligus sp. menurut Wiguna et al., (2016) Kingdom : Animalia

Filum :Arthropoda Kelas : Crustacea

(b) Anterior

(a)

P Cilia

(c)

(51)

37

Ordo : Copepoda Famili : Caligidae Genus : Caligus Spesies : Caligus sp.

Gambar 10. (a dan b) Caligus sp. pada lendir tubuh ikan perbesaran 40x (Dokumentasi penelitian) (c) Caligus sp. (Sumber Wiguna et al., 2016)

3. Zeylanicobdella sp.

Ektoparasit Zeylanicobdella sp. ditemukan pada ikan sampel dibagian organ sirip, mulut dan lendir. Jumlah total sampel yang terinfeksi parasit Zeylanicobdella sp. ini pada bagian lendir sebanyak 13 ekor ikan, pada organ sirip yang terinfeksi parasit Zeylanicobdella sp. sebanyak 13 ekor ikan dan pada organ mulut sebanyak 11 ekor ikan dari jumlah total keseluruhan sampel dan berdasarkan data hasil dalam 1 bulan yang sama dan dalam 3 minggu berturut- turut 3 kali pengambilan sampel.

Parasit dari golongan lintah yang sering menyerang adalah dari jenis Zeylanicobdella sp. Memiliki bentuk tubuh sekilas terlihat seperti lintah, dan memiliki dua cakram penghisap (sucker) pada bagian anterior dan posterior.

Parasit jenis ini menyerang organ kulit, sirip, mulut dan mata pada semua jenis Posteriror

Chepalotorax

Kantung telur

(a) (b) (c)

lanule

Universitas Sumatera Utara

(52)

kerapu dan kakap. Tanda–tandanya ikan gelisah, gatal-gatal dan bila induk ditangkap keberadaaan lintah ini mudah dilihat dengan mata telanjang berwarna hitam (Hardi, 2015).

Klasifikasi Zeylanicobdella sp. menurut Nagasawa dan Uyeno, (2009) Kingdom : Animalia

Filum : Annelida Kelas : Clitellata Sub kelas : Hirudinea Ordo : Rhynchobdellida Famili : Pisciolidae Genus : Zeylanicobdella Spesies : Zeylanicobdella sp.

Gambar 11. (a) Zeylanicobdella sp. pada organ sirip, mulut dan lendir ikan perbesaran 40x (Dokumentasi penelitian) (b) Zeylanicobdella sp.

(Sumber: Mahasri et al., 2019).

4. Dactylogyrus sp.

Ektoparasit Dactylogyrus sp. ditemukan pada ikan sampel dibagian organ insang saja. Jumlah total sampel yang terinfeksi parasit Dactylogyrus sp. ini sebanyak 8 ekor ikan dari jumlah total keseluruhan sampel dan berdasarkan data

A. Sucker P. Sucker

(a) (b)

Anterior sucker

Posterior sucker

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian  Keterangan :     : Aspek yang diteliti
Gambar 2. Ikan Kerapu Cantang (Epinephelus fuscoguttatus x E. lanceolatus)  Menurut  Rizkya  (2012),  Klasifikasi  ikan  kerapu  cantang  adalah  sebagai  berikut:  Kingdom   : Animalia  Filum        : Chordata  Kelas         : Actinopterygii  Ordo
Gambar 3. Caligus sp.
Gambar 4. Brooklynella hostilis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut penulis, Ibu tiri dalam penelitian ini dapat dikatakan sebagai ibu tiri yang baik, dan keberhasilannya sebagai ibu tiri dengan kondisi keluarga yang kompleks

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dari penelitian, dihasilkan suatu Program Aplikasi Sistem Informasi Pengolahan Data Hasil Tes Pemanduan Bakat Cabang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) aktivitas belajar peserta didik kelas VII IPS SMP PGRI Tumbang Mirah dengan menggunakan Penerapan Metode Kerja Kelompok lebih

Sedangkan kriteria praktis diperoleh dari hasil uji coba lembar observasi aktivitas siswa yang memenuhi kriteria baik, hasil uji coba tes penguasaan bahan ajar (TPBA)

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara motivasi belajar dan efikasi diri dengan model mental siswa dalam

Pendekatan Penelitian yang digunakan penyusun dalam penelitian ini adalah uṣûl al-fiqh dengan menggunakan teori perbedaan dalam penggunaan metode penemuan

Menghitung elevasi dari endapan sedimen yang mencapai bendungan yang merupakan titik dasar kedalaman baru ( new zero elevation ) berdasarkan hasil perpotongan antara

Konsep pendidikan multikultural dalam Al-Qur‟an surat Al-Hujurat ayat 11-13 dan surat Al-Maidah ayat 2 adalah, Proses pengembangan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok