Peran TIMPORA terhadap keberadaan dan kegiatan Orang Asing di Wilayah Kerja
Kantor Imigrasi Kelas I Yogyakarta
O L E H :
A R I T R I E S T H I M O E L J A N T O R O
Disampaikan pada Acara:
Rapat TIMPORA
Kantor Imigrasi Kelas I Yogyakarta Jumat, 30 September 2016
DEFINISI
Keimigrasian adalah:
“hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara.” (Pasal 1 angka 1 UU 6/2011)
Fungsi Keimigrasian adalah:
“bagian dari urusan pemerintahan negara dalam
memberikan pelayanan Keimigrasian,
penegakan hukum, keamanan negara, dan
fasilitator pembangunan kesejahteraan
masyarakat.” (Pasal 1 angka 3 UU 6/2011)
UNTUK MELAKUKAN PENGAWASAN KEIMIGRASIAN terhadap orang asing dilaksanakan dengan
berkoordinasi dengan instansi terkait
Pasal 69 UU 6/2011
(1)
Untuk melakukan pengawasan Keimigrasian terhadap kegiatan Orang Asing di Wilayah Indonesia, Menteri membentuk tim pengawasan Orang Asing yang anggotanya terdiri atas badan atau instansi pemerintah terkait, baik di pusat maupun di daerah.
(2) Menteri atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk bertindak selaku ketua tim pengawasan Orang Asing.
Penjelasan Pasal 69 ayat (1) UU 6/2011
Yang dimaksud dengan “badan atau instansi pemerintah terkait” misalnya
Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Luar Negeri, Kepolisian Negara Republik
Indonesia, Tentara Nasional Indonesia, Kejaksaan Agung Republik Indonesia, serta
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi .
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 31 Tahun 2013
(PASAL 194 – 200)
Untuk melakukan pengawasan Keimigrasian secara terkoordinasi terhadap kegiatan Orang Asing di Wilayah Indonesia, Menteri membentuk tim pengawasan Orang Asing.
Pasal 194
1. Tim pengawasan Orang Asing sebagaiamana dimaksud dalam Pasal 194 dibentuk di pusat dan daerah pada provinsi, kabupaten/kota, atau kecamatan.
2. Tim pengawasan Orang Asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beranggotakan perwakilan dari instansi dan / atau lembaga pemerintah baik di pusat maupun daerah.
Pasal 195
Tim pengawasan Orang Asing sebagaiamana dimaksud dalam Pasal 194, terdiri atas:.
a) tim pengawasan Orang Asing tingkat pusat; dan b) tim pengawasan Orang Asing tingkat daerah:
1. Tim pengawasan Orang Asing tingkat provinsi;
dan
2. Tim pengawasan Orang Asing tingkat kabupaten/kota dan kecamatan.
Pasal
196
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 31 Tahun 2013
(PASAL 194 – 200)
1) Tim pengawasan Orang Asing tingkat pusat dibentuk dengan Keputusan Menteri.
2) Tim pengawasan Orang Asing tingkat pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diketuai oleh Menteri atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk.
Pasal 197
1. Tim pengawasan Orang Asing tingkat provinsi dibentuk dengan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
2. Tim pengawasan Orang Asing tingkat provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diketuai oleh Kepala Divisi Keimigrasian, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Pasal 198
1) Tim pengawasan Orang Asing kabupaten/kota dan kecamatan dibentuk dengan Keputusan Kepala Kantor Imigrasi.
2) Tim pengawasan Orang Asing kabupaten/kota dan kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diketuai oleh Kepala Kantor Imigrasi.
Pasal
199
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 31 Tahun 2013
(PASAL 194 – 200)
1) Tim pengawasan Orang Asing bertugas memberikan saran dan pertimbangan kepada instansi dan/atau lembaga pemerintah terkait, mengenai hal yang berkaitan dengan pengawasan Orang Asing.
2) Selain bertugas memberikan saran dan pertimbangan sebagaiman dimaksud pada ayat (1), tim pengawasan Orang Asing juga dapat melakukan operasi gabungan jika diperlukan
3) Operasi gabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa:
a. Operasi gabungan yang bersifat khusus; atau b. Operasi gabungan yang bersifat insidental
4) Operasi gabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan berdasarkan rencana operasi.
5) Dalam hal tim pengawasan Orang Asing menemukan tindak pidana dalam operasi gabungan maka diserahkan kepada badan atau instansi Pemerintah terkait sesuai dengan kewenangan masing-masing.
Pasal
200
TIM PENGAWASAN ORANG ASING (TIM PORA)
Pusat Keputusan Menteri
Provinsi
Keputusan Kepala Kanwil Kementerian Hukum dan
HAM RI
Kabupaten/Kota Keputusan Kepala Kantor
Imigrasi
Kecamatan
Keputusan Kepala Kantor Imigrasi
TIM
PENGAWASAN ORANG ASING
Pasal 199 Ayat 1
(Pasal 194 PP 31/2013)
Pasal 197 Ayat 1
Pasal 198 Ayat 1
Pasal Ayat 1199
Keanggotaan Tim PORA Tingkat Pusat antara lain:
Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Luar Negeri, POLRI, TNI, Kejakgung RI, dan Kemenakertrans.
[Penjelasan Pasal 69 ayat (1) UU 6/2011]
Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 49 Tahun 2010
1. Pemantauan orang asing dan organisasi
masyarakat asing dalam wilayah provinsi menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah provinsi 2. Pemantauan orang asing dan organiasai
masyarakat asing dalam wilayah kabupaten/kota menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota.
3. Penyelenggaraan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan oleh badan kesatuan bangsa dan perlindungan
masyarakat provinsi dan kabupaten/kota atau sebutan lainnya dengan berkoordinasi dengan Komindan provinsi dan kabupaten/kota.
4. Kominda sebagaimana dimasksud pada ayat (3) memilki hubungan yang bersifat koordinatif dan konsultatif.
Pasal
4
Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 50 Tahun 2010
1. Pemantauan TKA dalam lingkup provinsi menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah provinsi
2. Pemantauan TKA dalam lingkup kabupaten/kota menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota
3. Penyelenggaraan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan oleh badan kesatuan bangsa dan perlindungan
masyarakat provinsi dan kabupaten/kota atau sebutan lainnya dengan berkoordinasi dengan Kominda dan kabupaten/kota
4. Kominda sebagaimana dimasksud pada ayat (3) memilki hubungan yang bersifat koordinatif dan konsultatif.
Pasal
4
Jenis visa (Pasal 34 UU Keimigrasian
no. 6/2011)
Visa Diplomatic Visa Dinas Visa Kunjungan
Visa Tinggal Terbatas
Bebas visa kunjungan sebagaimana dimaksud pada Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2016 tentang Bebas Visa Kunjungan adalah untuk TUJUAN WISATA;
Pemberian fasilitas bebas visa kunjungan wisata secara langsung diberikan di TPI (Tempat Pemeriksaan Imigrasi) yang telah ditunjuk;
Pemberian fasilitas bebas visa kunjungan wisata
tanpa melalui proses penyaringan/pemeriksaan baik
di Direktorat Jenderal Imigrasi ataupun di KBRI,
sebagaimana visa kunjungan lainnya.
Mekanisme penyaringan
orang asing
• Pemeriksaan permohonan penguasaan visa oleh Ditjenim (untuk vitas dan Negara rawan)
• Pemeriksaan permohonan visa oleh KBRI
• Pemeriksaan pada saat masuk wilayah Indonesia di TPI (Tempat Pemeriksaan Imigrasi)
• Pemeriksaan pada saat perpanjangan ijin
tinggal.
Implementasi kebijakan selektif
saat orang asing masuk/keluar wilayah indonesia
PADA PERWAKILAN RI
DI LUAR NEGERI PADA TEMPAT
PEMERIKSAAN IMIGRASI
Pejabat Imigrasi atau Pejabat yang ditunjuk dapat menolak permohonan Visa yang diajukan oleh Orang Asing
Pejabat Imigrasi dapat
MENOLAK masuk (denied entry)
atau tidak memberikan Tanda
Keluar terhadap Orang Asing
Kewajiban orang asing
SAAT MASUK/KELUAR WILAYAH INDONESIA
Memiliki Dokumen Perjalanan yang sah dan masih berlaku
Visa yang sah dan masih berlaku
Melalui pemeriksaan Pejabat Imigrasi di TPI
Memiliki Tanda Masuk
SAAT BERADA DAN MELAKUKAN KEGIATAN DI INDONESIA
Memiliki Ijin Tinggal
Memiliki Penjamin (ITAS dan ITAP)
Memberikan keterangan tentang identitas diri dan keluarga serta melaporkan setiap perubahan status sipil, kewarganegaraan, pekerjaan, penjamin, dan alamat kepada Kantor Imigrasi setempat
Memperlihatkan dan menyerahkan Dokumen Keimigrasian kepada Petugas Imigrasi dalam rangka Pengawasan Keimigrasian
Melakukan kegiatan sesuai dengan izin keimigrasian yang dimiliki
KEBERADAAN ORANG ASING DI INDONESIA
MEMENUHI
PERSYARATAN APABILA
memiliki Dokumen Perjalanan yang sah dan berlaku
tidak termasuk dalam daftar cekal
memiliki visa yang sah dan masih berlaku kecuali fasilitas bebas visa kunjungan wisata
masuk/keluar melalui pemeriksaan Pejabat Imigrasi di TPI
memiliki Tanda Masuk
memiliki Izin Tinggal
Kebijakan bebas visa kunjungan
untuk tujuan wisata
Perpres Nomor 69 Tahun 2015
Perpres Nomor 104 Tahun 2015 Perpres Nomor 21 Tahun 2016
Negara 45
Negara 104
Negara 169
DAMPAK
KEBIJAKAN BEBAS VISA WISATA
1. Pemerintah c.q. Ditjen Imigrasi kehilangan pemasukan PNBP sebesar kurang lebih 1 Trilyun (pembelian Visa On Arrival)
2. Terjadinya penyalahgunaan ijin keimigrasian untuk kegiatan lainnya (bekerja secara illegal)
3. Berkurangnya pendapatan negara dari sector pajak TKA
4. Keresahan masyarakat karena semakin minimnya lapangan pekerjaan.
5. Kerawanan terhadap tindak pidana pemalsuan persyaratan dokumen paspor (KTP, KK, Akte Lahir) 6. Pemanfaatan fasilitas bebas visa kunjungan wisata
untuk tujuan lain.
7. Kegiatan teroris, penyebaran paham radikal,
separatis, narkoba, human trafficking, transnational
crime.
Jumlah negara bebas visa
kunjungan yang
dikenakan Tindakan
Adiminstrasi Keimigrasian (TAK)
TOTAL (TAK)
th 2016 (+-)
6201
DATA PROJUSTITIAIMIGRASI SELURUH INDONESIA Periode 01 Januari 2016 – 19 Agustus 2016
I. Berdasarkan Jumlah Projustitia
JANUARI - AGUSTUS 2016
Total 261 Projustitia
No.
TAHUN 2016
JUMLAH
KASUS SPDP P21 SP3 INCRACH
T
1. Ditjenim 16 16 9 5 5
2. Kelas I Khusus 43 32 28 - 22
3. Kelas I 83 67 43 1 30
4. Kelas II 64 64 41 - 12
5. Kelas III 3 3 3 - 1
Total 209 171 126 6 56
II. Tahapan Perkembangan Projustitia Ditjenim & UPT/Kanim
No Tahun 2016 PASAL
1. 116 : OA yang tidak melakukan kewajibannya pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
2. 122 huruf (a) : OA yang dengan sengaja menyalahgunakan atau melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan pemberian Izin Tinggal yang diberikan kepadanya
3.
113 : Orang yang dengan sengaja masuk atau keluar Wilayah Indonesia yang tidak melalui pemeriksaan oleh Pejabat Imigrasi di TPI dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
119 ayat (1) : OA yang masuk dan/atau berada di Wilayah Indonesia yang tidak memiliki Dokumen Perjalanan dan Visa yang sah dan masih berlaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
4.
126 huruf c : memberikan data yang tidak sah atau keterangan yang tidak benar untuk memperoleh Dokumen Perjalanan Republik Indonesia bagi dirinya sendiri atau orang lain dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
Berdasarkan Peringkat 5 (lima) besar Pelanggaran
Pasal
DATA PELAKU WNA
BERDASARKAN TINDAK
PIDANA TA.
2015 – 2016 (JAN – AGT)
NO KASUS KEJAHATAN 2015 2016
1. LEGALITAS DOKUMEN 271 91
2. PEMBUNUHAN 37 19
3. PENIPUAN ONLINE / CYBER CRIME 189 82
4. PERDAGANGAN MANUSIA 91 19
5. PENGANIAYAAN 4 13
6. PENCURIAN 7 3
7. NARKOBA 28 27
8. TERORISME - 2
9. LAIN-LAIN 88 7
TOTAL 716 270
DATA
JUMLAH WNA KORBAN
TINDAK
PIDANA TA.
2016 (JAN – AGT)
NO KORBAN JUMLAH
1. PENGANIAYAAN 31
2. PENCURIAN 9
3. PENIPUAN 8
4. PEMBUNUHAN 12
5. KECELAKAAN 49
6. PEMERASAN 5
7. PEMERKOSAAN 9
TOTAL 123
KERAWANAN &
PERMASALAHAN YANG DI
TIMBULKAN OA
LEGALITAS DAN PENYELAHGUNAAN DOKUMEN
• GIAT INTELIJEN ASING (SPIONASE, INFILTRASI, SABOTASE, KONFLIK)
• TRANSNATIONAL CRIME: TERRORISME, NARKOBA, PEOPLE SMUGGLING, CYBER CRIME, FRAUD DOCUMENT
• CONVENTIONAL CRIME: PEMBUNUHAN, PENIPUAN, HIPNOTIS
• PENGUASAAN SDA ILLEGAL FISHING / LOGGING / MINING
• LEGALITAS DAN KELENGKAPAN DOKUMEN IMTA / RPTKA
• PELANGGARAN TERHADAP IJIN KERJA (KETIDAKSESUAIAN JENIS JABATAN, RANGKAP JABATAN DAN LOKASI KERJA TIDAK SESUAI IMTA, TIDAK ADA PENDAMPING SESUAI KETENTUAN)
PENYALAHGUNAAN DOK
KETENAGAKERJAAN KEJAHATAN TRANSNATIONAL,
KONVENSIONAL
&
KAMNEG PENYALAHGUNAAN
DOK KEIMIGRASIAN
TRANSNATIONAL CRIME
1.TERRORISME 2.NARKOBA
3.PEOPLE SMUGGLING 4.CYBER CRIME
5.TRAFFICKING
CONVENTIONAL CRIME
1. Pembunuhan :
a.Korban Angt Polri, Pelaku WNA Inggris dan Australia, 17082016, Bali
b.Korban Angt Polri, Pelaku Amokrane, WNA Prancis, Pelaku ditembak mati
2. Penipuan :
Afrika ( Dollar palsu , properti palsu, scam, paket , penipuan kartu)
3. Hipnotis :
Turki dan Pakistan
4. Penganiayaan : China, Korea dan Australia 5. Malpraktik Kedokteran
a)Chiropraktik : Australia b)RS / Dokter ilegal : China 6. Pedhofilia
a.Kasus JIS WNA Kanada / Amerika b.Kasus Bali : Australia
Langkah yang
dilakukan ditjen
Imigrasi
Peningkatan pengawasan orang asing dengan Optimalisasi forum Timpora tingkat pusat dan daerah;
Membangun Sekretariat Timpora di tiap- tiap UPT;
Melakukan kegiatan operasi bersama;
Melakukan pemantauan dan dukungan kegiatan pengawasan orang asing oleh Ditjen Imigrasi kepada UPT;
Membangun system APOA (Aplikasi
Pendaftaran Orang Asing) di setiap UPT;
Melakukan MoU dengan Interpol (I-247).
Kendala ditjen imigrasi
SDM;
Kurang maksimalnya koordinasi
dengan instansi terkait (TIMPORA);
Minimnya Sarana pendukung; (pam laut, darat dan udara)
Cakupan wilayah kerja yang cukup luas dan Tidak seluruh kabupaten memiliki Kantor Imigrasi;
Minimnya kesadaran/pemahaman
masyarakat tentang orang asing;
1. Dapat dilakukan evaluasi Perpres No. 21 Tahun 2016 (Pasal 6:
Dalam keadaan tertentu yang berkaitan dengan keamanan negara dan kesehatan masyarakat, menteri dapat menghentikan sementara bebas visa kunjungan untuk negara, pemerintah wilayah administratif khusus suatu negara, dan entitas tertentu sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (3).) terhadap Negara- negara:
a) Yang memiliki potensi tinggi terhadap pelanggaran Peraturan Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia;
b) Negara-negara yang tidak memiliki potensi terhadap penyumbang turis ke Indonesia.
2. Dilakukan peningkatan kerjasama dalam pengawasan orang asing oleh seluruh stake holder secara sinergi dalam forum TIMPORA.
KESIMPULAN
TERIMA KASIH
DIREKTORAT Jenderal Imigrasi 2016