• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

32

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Mesin Rotary Uroko model Super HI-REX-9

Mesin Rotary dengan merk dari Uroko Seisakusho Co. Ltd yang merupakan sebuah brand dari Jepang, dengan model Super HI-REX-9 ini merupakan mesin pengupas kulit kayu log otomatis yang berfungsi untuk menghaluskan kayu log yang sudah dipotong sesuai ukuran yaitu ukuran 9 feet dari kulitnya, yang kemudian akan di proses oleh mesin mesin berikutnya, kapasitas log kayu yang dapat dikupas pada mesin ini adalah kayu dengan panjang 9 feet.

Gambar 4.1 Mesin Rotary Uroko model Super HI-REX-9

Berikut adalah spesifikasi dari mesin Rotary Uroko model Super HI-REX-9 :

(2)

33 Tabel 4.1 Spesifikasi Mesin Rotary Uroko model Super HI-REX-9

Merk Uroko Seisakusho Co. Ltd

Fabrikasi Jepang

Model Super HI-REX-9

Panjang Max 2640 mm Panjang Min 1800 mm Diameter Min 1000 mm Diameter Spindle 120 – 200 mm Peeling Speed 0 – 480 rpm (Sumber : PT. Basirih Industrial)

4.2 Pengumpulan Data

Pengamatan untuk pengumpulan data dilaksanakan di PT. Basirih Industrial dan dilakukan pada mesin Rotary UROKO model Super HI-REX-9. Dan data yang diperoleh adalah data perbaikan mesin periode Januari 2019 sampai Desember 2019.

4.2.1 Komponen Mesin Rotary UROKO Model Super HI-REX-9

Berikut adalah nama nama komponen mesin Rotary UROKO yang pada periode januari – desember 2019 yang pada periode tersebut mengalami breakdown :

Tabel 4.2 Komponen mesin Rotary Uroko model Super HI-REX-9

No Komponen

1 Hoist Log Input

2 Hoist

3 Bearing

4 Table Lift

5 Conveyor

6 Clamp Log

7 Setter Input

8 Countactor

9 V Block

10 Pondasi log bulat

11 Lorry

(3)

34

12 Foto Switch

13 Troller Input

14 Panel

15 Tombol Auto

(Sumber : PT. Basirih Industrial)

4.2.2 Data Historis Breakdown Mesin Rotary UROKO Model Super HI-REX-9 Berikut adalah data historis breakdown pada komponen mesin Rotary UROKO Model Super HI-REX-9:

Tabel 4.3 Data kerusakan mesin rotary

No Komponen Frekuensi Persentase Kumulatif Persentase

1 Hoist Log Input 8 19% 19%

2 Hoist 7 16% 35%

3 Clamp Log 5 12% 47%

4 Table Lift 4 9% 56%

5 Conveyor 4 9% 65%

6 Bearing 4 9% 74%

7 Setter Input 2 5% 79%

8 Countactor 2 5% 84%

9 V Block 1 2% 86%

10 Pondasi log bulat 1 2% 88%

11 Lorry 1 2% 91%

12 Foto Switch 1 2% 93%

13 Troller Input 1 2% 95%

14 Panel 1 2% 98%

15 Tombol Auto 1 2% 100%

Total 43 100%

Dari daftar tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat 43 kali kerusakan atau kegagalan fungsi pada mesin rotary. Dan komponen dengan frekuensi kerusakan terbanyak adalah komponen Hoist.

Untuk grafik dari data kerusakan pada tabel diatas dapat dilihat pada gambar 4.2

(4)

35 Gambar 4.2 Grafik frekuensi kerusakan komponen mesin rotary

Dari data historis kerusakan komponen diatas, dapat diketahui frekuensi kerusakan atau breakdown pada mesin Rotary UROKO Model Super HI-REX-9 pada periode bulan januari sampai desember 2019 sejumlah 43 kasus breakdown.

Pada gambar 4.1 dapat dilihat bahwa frekuensi kerusakan komponen mesin rotary tertinggi meliputi komponen hoist, clamp log, table lift, conveyor dan bearing.

4.2.3 Data Waktu Antar Kerusakan Mesin Rotary Uroko Model Super HI-REX-9 Data waktu antar kerusakan komponen mesin digunakan untuk pengolahan data untuk memperkirakan terjadinya kerusakan berikutnya, hingga mesin dapat digunakan kembali, Berikut adalah rentang waktu kerusakan dari komponen pada mesin Rotary UROKO Model Super HI-REX-9 :

Tabel 4.4 Data kerusakan mesin Rotary UROKO model super HI-REX-9 No Komponen Frekuensi

1 Hoist Log Input 8

2 Hoist 7

3 Clamp Log 5

4 Table Lift 4

5 Conveyor 4

6 Bearing 4

7 Setter Input 2

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0 12 34 56 78 9

Kerusakan Komponen Mesin

Frekuensi Kumulatif Persentase

(5)

36

8 Countactor 2

9 V Block 1

10 Pondasi log

bulat 1

11 Lorry 1

12 Foto Switch 1

13 Troller Input 1

14 Panel 1

15 Tombol Auto 1

(Sumber : PT. Basirih Industrial)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa frekuensi kerusakan tertinggi terletak pada komponen hoist log input sebanyak 8 kali, sedangkan frekuensi terkecil terletak pada beberapa komponen dengan jumlah kerusakan masing masing 1 kali pada periode tersebut.

Interval kerusakan dari komponen kritis dapat dilihat pada penjelasan berikut.

Tabel 4.5 Interval maintenance hoist Hoist

No Tanggal Interval

1 3/20/2019 0

2 3/29/2019 9

3 4/10/2019 12

4 9/5/2019 148

5 12/8/2019 94

6 12/11/2019 3

7 12/14/2019 3

(Sumber : PT. Basirih Industrial)

Dari tabel 4.5 dapat diketahui frekuensi kerusakan komponen hoist sebanyak 7 kali dan interval antar kerusakan paling lama terletak pada interval ke 4 yaitu 148 hari.

Tabel 4.6 Interval maintenance clamp log Clamp Log

No Tanggal Interval

1 5/5/2019 0

2 5/12/2019 7

3 8/28/2019 108

(6)

37

4 11/23/2019 87

5 12/1/2019 8

(Sumber : PT. Basirih Industrial)

Dari tabel 4.6 dapat diketahui frekuensi kerusakan komponen clamp log sebanyak 5 kali dan interval antar kerusakan paling lama terletak pada interval ke 3 yaitu 108 hari.

Tabel 4.7 Interval maintenance bearing Bearing

No Tanggal Interval

1 2/8/2019 0

2 2/10/2019 2

3 2/23/2019 13

4 3/12/2019 17

(Sumber : PT. Basirih Industrial)

Dari tabel 4.7 dapat diketahui frekuensi kerusakan komponen bearing sebanyak 4 kali dan interval antar kerusakan paling lama terletak pada interval ke 4 yaitu 17 hari.

Tabel 4.8 Interval maintenance table lift Table Lift

No Tanggal Interval

1 2/14/2019 0

2 4/5/2019 50

3 5/21/2019 46

4 10/22/2019 154

(Sumber : PT. Basirih Industrial)

Dari tabel 4.8 dapat diketahui frekuensi kerusakan komponen table lift sebanyak 4 kali dan interval antar kerusakan paling lama terletak pada interval ke 4 yaitu 154 hari.

Tabel 4.9 Interval maintenance conveyor Conveyor

No Tanggal Interval

1 3/21/2019 0

2 3/21/2019 0

3 3/28/2019 7

4 3/29/2019 1

(7)

38 (Sumber : PT. Basirih Industrial)

Dari tabel 4.9 dapat diketahui frekuensi kerusakan komponen conveyor sebanyak 4 kali dan interval antar kerusakan paling lama terletak pada interval ke 4 yaitu 7 hari.

4.2.4 Rata Rata Waktu Perbaikan Mesin Rotary Uroko model Super HI-REX-9 Merupakan data waktu perbaikan pada komponen mesin, untuk mengetahui berapa lama perbaikan komponen tersebut dilakukan.

Tabel 4.10 frekuensi maintenance mesin Rotary UROKO model Super HI-REX-9

No Komponen Frekuensi

1 Hoist Log Input 8

2 Hoist 7

3 Clamp Log 5

4 Table Lift 4

5 Conveyor 4

6 Bearing 4

7 Setter Input 2

8 Countactor 2

9 V Block 1

10 Pondasi log bulat 1

11 Lorry 1

12 Foto Switch 1

13 Troller Input 1

14 Panel 1

15 Tombol Auto 1

Tabel 4.11 waktu kegiatan maintenance mesin rotary

No Nama

Komponen

Lama Perbaikan

Tf Tp

1 Hoist 8 4

2 Clamp Log 10 4

3 Bearing 2.5 1.5

4 Table lift 4 2.5

5 Conveyor 4 2.5

(8)

39 Tf = Waktu perbaikan ketika komponen mengalami kerusakan

Tp = Waktu penggantian komponen yang terencana dikarenakan tindakan pencegahan 4.2.5 Kebijakan Perawatan Mesin di Perusahaan Saat Ini

Sistem perawatan yang diterapkan dalam perusahaan adalah dengan cara melakukan perbaikan komponen mesin apabila terjadi kerusakan. Adapun contoh dari sistem perawatan tersebut seperti berikut:

1. Memeriksa kondisi fisik dan lingkungan mesin sebelum memulai proses produksi.

2. Melakukan pembersihan pada lingkungan mesin setelah proses produksi selesai.

3. Penggantian komponen mesin yang mengalami kegagalan.

4.3 Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan tahap untuk melakukan analisa dari data yang tersedia, untuk kemudian dilakukan analisa untuk distribusi data yang dikumpulkan menggunakan software yang berfungsi untuk menentukan pola distribusi yang digunakan.

4.3.1 Penentuan Komponen Kritis

Penentuan komponen kritis dalam penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan frekuensi kerusakan yang terjadi pada komponen dari mesin tersebut. Berikut adalah data frekuensi kerusakan pada mesin rotary dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut ini:

Tabel 4.12 frekuensi maintenance komponen mesin

No Komponen Frekuensi Persentase Kumulatif Persentase

1 Hoist Log Input 8 19% 19%

2 Hoist 7 16% 35%

3 Clamp Log 5 12% 47%

4 Table Lift 4 9% 56%

5 Conveyor 4 9% 65%

(9)

40

6 Bearing 4 9% 74%

7 Setter Input 2 5% 79%

8 Countactor 2 5% 84%

9 V Block 1 2% 86%

10 Pondasi log bulat 1 2% 88%

11 Lorry 1 2% 91%

12 Foto Switch 1 2% 93%

13 Troller Input 1 2% 95%

14 Panel 1 2% 98%

15 Tombol Auto 1 2% 100%

Total 43 100%

Dari tabel data frekuensi kerusakan diatas dapat dibuat sebuah diagram pareto untuk mengetahui komponen dengan frekuensi kerusakan tertinggi pada mesin rotary.

Seperti dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut:

Gambar 4.3 Grafik frekuensi kerusakan komponen mesin rotary

Pada gambar 4.3 dapat dilihat bahwa frekuensi kerusakan komponen mesin rotary tertinggi meliputi komponen hoist, clamp log, table lift, conveyor dan bearing.

Sehingga terdapat 5 komponen kritis yang nantinya akan dilakukan analisa menggunakan RCM.

Untuk komponen hoist log input, tidak dikategorikan sebagai komponen kritis terpilih dikarenakan breakdown yang terjadi pada komponen tersebut tergolong kedalam kategori minor.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0 2 4 6 8 10

Kerusakan Komponen Mesin

Frekuensi Kumulatif Persentase

(10)

41 4.3.2 Fishbone Diagram

Analisa dengan menggunakan fishbone diagram diatas digunakan untuk mengidentifikasi apa saja faktor yang dapat memicu terjadinya breakdown yang menyebabkan terhentinya proses produksi pada perusahaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

BREAKDOWN

METHOD MACHINE

Kegagalan fungsi Usia pakai komponen

Penurunan fungsi SOP perawatan tidak

dilaksanakan Prosedur

penggunaan

Kurang pelatihan mengenai SOP penggunaan mesin SOP pemeliharaan

belum ada

Spare part cepat aus Spare part tidak

sesuai

Tidak ada inspeksi pada spare part

Gambar 4.4 Diagram fishbone penyebab breakdown mesin

Dari fishbone diagram diatas dapat diketahui penyebab terjadinya breakdown pada mesin rotary. Maka dapat dilakukan usulan tindakan meminimalisir breakdown pada mesin rotary sebagai berikut :

 Agar dilakukan perhitungan tingkat keandalan komponen dengan mempertimbangkan usia pakai komponen yang digunakan, dan juga melakukan pelatihan untuk operator dalam memahami teknik perawatan mesin.

 Memiliki spare part atau alat yang sesuai dengan fungsinya.

 Melakukan inspeksi yang lebih terstruktur sebelumm penggunaan mesin.

(11)

42

 Membuat penjadwalan kegiatan perawatan mesin agar operator atau teknisi dapat melakukan perbaikan atau perawatan yang teratur.

4.3.3 Reliability Centered Maintenance

Untuk menganalisis perencanaan perawatan menggunakan RCM, tentu diperlukan beberapa langkah dalam penerapannya, yaitu:

1. Memilih sistem dan mengumpulkan informasi.

2. Pendefinisian batasan sistem.

3. Deskripsi sistem dan diagram blok fungsional.

4. Sistem fungsi dan kegagalan.

5. Failure Mode Effect and Analysis (FMEA).

6. Logic Tree Analysis (LTA).

7. Pemilihan Tindakan.

1. Pemilihan Sistem dan Mengumpulkan Infrormasi

Tujuan dari langkah pertama ini adalah untuk memastikan bahwa perencaan RCM harus mengetahui system yang bermasalah atau penyebab utama dari kegagalan tersebut. Pada umumnya untuk menganalisis masalah yang ada digunakan diagram pareto dan juga melalui pengurutan kriteria total biaya perawatan dari yang paling tinggi.

Untuk fungsi masing masing komponen kritis dari mesin rotary dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut ini:

Tabel 4.13 Deskripsi fungsi komponen mesin rotary

No Nama

Komponen Deskripsi Fungsi

1 Hoist Untuk mengangkut log kayu ke mesin rotary

2 Clamp Log Sebagai penjepit log kayu untuk kemudian dikupas pada mesin rotary

(12)

43 3 Bearing Untuk mengurangi gesekan pada poros yang

berputar dan menjadi tumpuannya

4 Table lift Sebagai wadah untuk meletakkan log yang akan dikupas

5 Conveyor Untuk mengangkut sisa log yang sudah dikupas ke mesin lainnya

Dari tabel 4.13 diatas dapat dilihat fungsi utama dari komponen kritis pada mesin rotary.

2. Mendefinisikan Batasan Sistem

Tahap ini adalah penguraian batasan dari sistem yang selanjutnya dianalisis menggunakan RCM, pembatasan sistem sendiri dilakukan untuk:

a) Membentuk batasan dari suatu sistem dengan sistem lainnya sehingga sistem tersebut dapat dibedakan dengan jelas sehingga suatu sistem dapat didukung oleh komponen komponen didalamnya.

b) Untuk mendefinisikan apa yang masuk ke dalam sistem dan apa yang keluar dari sistem sehingga dapat memudahkan analisa sistem tersebut.

Definisi batasan sistem yaitu terdiri atas beberapa komponen dan batasan fisik primer dapat dilihat pada tabel 4.14:

Tabel 4.14 Batasan fisik pada sub-sistem mesin

No Sub-

Sistem Komponen

Batasan Fisik Primer

Start With Terminate With

1 Hoist Log Hoist Alat mengangkut kayu log setelah dipotong

Memindahkan log ke mesin rotary

2 Rotary

Clamp log Penjepit kayu log pada mesin rotary

Menjepit kayu yang kemudian berputar untuk mengupas kulit log

Bearing

Menjadi bantalan pada poros untuk dapat berputar

Meminimalisir gesekan antara poros dengan spindle

(13)

44 3 Table Table lift Alat untuk menampung

kayu log siap kupas

Memudahkan input pada mesin rotary

4 Conveyor Conveyor

Alat transportasi sisa log menuju tempat

berikutnya

Mengangkut sisa log untuk diproses berikutnya

Setelah mengetahui batasan fisik dari komponen komponen dalam suatu sub- sistem, dapat dilanjutkan untuk analisa dari deskripsi sistem dan diagram blok fungsional.

3. Deskripsi Sistem dan Diagram Blok Fungsional

Diagram blok fungsional sendiri digunakan untuk menggambarkan struktur fungsi dari sistem pada mesin rotary Uroko model SUPER HI-REX-9.

a) Deskripsi sistem.

Mesin rotary ini berfungsi untuk mengupas log kayu bulat dengan ketebalan yang telah ditentukan untuk kemudian dilakukan proses produksi berikutnya.

a. Hoist Log

Hoist Log adalah alat untuk memindahkan log bulat dari table lift untuk dimasukkan ke penjepit mesin rotary untuk kemudian dilakukan proses pengupasan, dalam hoist log ini terdapat komponen hoist yang berfungsi sebagai katrol.

b. Rotary

Rotary adalah mesin untuk mengupas kulit log mnjadi lembaran lembaran plywood yang kemudian dilanjutkan ke tahap dryer, dalam rotary ini sendiri terdapat komponen clamp log dan bearing. Clamp log berfungsi untuk menjepit log, dan bearing berfungsi sebagai poros untuk rotary berputar.

c. Table Lift

Table Lift adalah alat untuk mengangkat log yang sudah disusun sesuai antrian agar dapat memudahkan operator hoistuntuk memindahkan log

(14)

45 bulat karena ketinggian dari table lift dapat disesuaikan dengan tinggi dari rotary.

d. Conveyor

Conveyor adalah alat atau komponen yang berfungsi untuk mengangkut sisa sisa log kayu yang telah selesai dikupas ke proses permesinan lainnya.

b) Functional Block Diagram

Functional Block Diagram digunakan untuk menggambarkan structural sub-sistem yang terdapat mesin rotary Uroko model SUPER HI-REX-9.

Gambar 4.5 Diagram blok funsgsional pada mesin rotary 4. Sistem Fungsi dan Kegagalan

RCM sendiri bertujuan untuk memelihara suatu sistem agar sistem tersebut tetap berjalan seperti seharusnya. Sehingga dalam sebuah RCM harus ada deskripsi mengenai fungsi dan kegagalan dari sistem tersebut. Sehingga dapat diketahui fungsi yang hilang dari sistem tersebut.

Hoist Log Mesin Rotary

Rotary Table Lift Conveyor

Hoist Clamp Log Bearing Table Lift Conveyor

(15)

46 Tabel 4.15 Analisa sistem fungsi dan kegagalan fungsi

No Nama

Komponen Deskripsi Fungsi Kegagalan Fungsi

1 Hoist Mengangkut log kayu ke mesin rotary Motor Hoist tidak bisa maju

2 Clamp

Log Menjepit log untuk dikupas Clamp tidak dapat menjepit log 3 Bearing Untuk mengurangi gesekan pada poros yang

berputar dan menjadi tumpuannya Bearing pecah 4 Table lift Sebagai wadah untuk meletakkan log yang

akan dikupas Table lift tidak bisa naik

5 Conveyor Mengangkut sisa log yang sudah dikupas ke mesin lain

Motor Conveyor tidak jalan, terjadi penumpukan 5. Failure Mode and Effect Analysis

Dalam tahap ini dilakukan analisis kegagalan dari suatu komponen yang dapat menghambat berjalannya suatu sistem. Dan output dari tahap ini sendiri adalah teridentifikasinya suatu nilai resiko prioritas (RPN). RPN adalah sebuah bentuk matematis dari keseriusan efek (severity) yang akan menimbulkan kegagalan fungsi sehingga memiliki efek (occurence) dan kemampuan untuk mendeteksi kegagalan sebelum terjadinya kegagalan (detection).

Tabel 4.16 Analisa FMEA pada komponen mesin NAMA

KOMPONEN

MODE

KERUSAKAN S PENYEBAB

KERUSAKAN O KEGAGALAN

FUNGSI D RPN Hoist Hoist tidak

bisa bergerak 8

Motor Hoist mengalami kegagalan pada

kelistrikan

8 Tidak dapat

mengangkat log 3 192 Clamp Log

Clamp tidak dapat menjepit log

10 Komponen penjepit

rusak 7 Tidak dapat

menjepit log 2 140 Conveyor Conveyor

tidak jalan 8 Rantai penggerak

conveyor pecah 5

Tidak mampu memindahkan sisa log kayu

3 120

Bearing Bearing pecah 8

Bearing tidak terrubrikasi dengan baik

sehingga menjadi aus 7

Rotary pengupas tidak

dapat berputar

2 112 Table lift Table lift tidak

dapat naik 6 Table lift tidak berfungsi

sebagaimana harusnya 5 Table lift tidak

dapat naik 2 60

(16)

47 Penilaian pada tabel FMEA dilakukan dengan berdasar pada hasil wawancara dari mekanik maintenance perusahaan dan didapatkan hasil sebagai berikut:

1) Penilaian resiko kerusakan pada komponen Hoist.

Penilaian pada komponen hoist, nilai severity diberikan dengan skor 8 dikarenakan komponen kehilangan fungsi utamanya, nilai occurance dengan skor 8 karena frekuensi tingkat kerusakan sering terjadi, dan nilai detection dengan skor 3 karena memiliki kemungkinan terdeteksi yang tinggi.

2) Penilaian resiko kerusakan pada komponen Clamp log.

Penilaian pada komponen clamp log, nilai severity diberikan dengan skor 10 dikarenakan kompnen tidak dapat berfungsi, nilai occurance dengan skor 7 karena frekuensi tingkat kerusakan sering terjadi, dan nilai detection dengan skor 2 karena memiliki kemungkinan terdeteksi yang sangat tinggi.

3) Penilaian resiko kerusakan pada komponen Conveyor.

Penilaian pada komponen conveyor, nilai severity diberikan dengan skor 8 dikarenakan mengalami kehilangan fungsi utama, nilai occurance dengan skor 5 karena frekuensi tingkat kerusakan sering terjadi, dan nilai detection dengan skor 3 karena memiliki kemungkinan terdeteksi yang tinggi.

4) Penilaian resiko kerusakan pada komponen Bearing.

Penilaian pada komponen bearing, nilai severity diberikan dengan skor 8 dikarenakan mengalami kehilangan fungsi utama, nilai occurance dengan skor 7 karena frekuensi tingkat kerusakan sering terjadi, dan nilai detection dengan skor 2 karena memiliki kemungkinan terdeteksi yang sangat tinggi.

5) Penilaian resiko kerusakan pada komponen Table lift

Penilaian pada komponen table lift, nilai severity diberikan dengan skor 6 dikarenakan kehilangan kenyamanan fungsi penggunaan, nilai occurance dengan skor 5 karena frekuensi tingkat kerusakan sering terjadi, dan nilai detection dengan skor 2 karena memiliki kemungkinan terdeteksi yang sangat tinggi.

(17)

48 6. Logic Tree Analysis

Penyusunan LTA digunakan untuk mengidentifikasi konsekuensi atau efek yang diakibatkan oleh masing masing kegagalan yang terjadi. LTA bertujuan untuk mengklasifikasikan tiap failure mode kedalam beberapa kategori sehingga nantinya dapat diidentifikasi tingkat penanganan prioritas dalam masing-masing failure mode berdasarkan kategorinya. Beberapa pertanyaan yang bersangkutan adalah :

1. Evident: Apakah operator mengetahui dalam kondisi normal telah terjadi sebuah gangguan system ?

2. Safety: Apakah mode kerusakan ini menyebabkan masalah pada keselamatan ? 3. Outage: Apakah mode kerusakan ini menyebabkan seluruh atau beberapa bagian

mesin berhenti ?

4. Category: Merupakan pengkategorian yang didapat setelah menjawab pertanyaan- pertanyaan yang diajukan.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka pengklasifikasian failure mode dapat digolongkan menjadi empat, yaitu:

1. Kategori A

Apabila failure mode memiliki konsekuensi atau efek kepada personel atau lingkungan.

2. Kategori B

Apabila failure mode memiliki konsekuensi kepada operational plant yang mempengaruhi kuantitas atau kualitas output yang dapat berdampak pada ekonomi secara signifikan.

3. Kategori C

Apabila failure mode tidak memiliki konsekuensi pada safety maupun operational plant dan tidak berdampak besar pada ekonomi untul perbaikan.

4. Kategori D

Apabila failure mode tergolong sebagai hidden failure atau kegagalan

(18)

49 tersembunyi, yang kemudian digolongkan lagi kedalam kategori D/A, D/B, dan D/C.

Tabel 4.17 Logic Tree Analysis dari kerusakan komponen

NAMA

KOMPONEN Failure Mode Failure Cause Critical Analysis

Evident Safety Outage Category Hoist Hoist tidak

bisa bergerak

Motor Hoist mengalami

kegagalan pada kelistrikan Y Y Y B

Clamp Log

Clamp tidak dapat menjepit log

Komponen penjepit rusak Y Y Y B

Conveyor Conveyor tidak jalan

Rantai penggerak conveyor

pecah Y N Y B

Bearing Bearing pecah

Bearing tidak terrubrikasi dengan baik sehingga menjadi aus

Y Y Y B

Table lift

Table lift tidak dapat naik

Table lift tidak berfungsi

sebagaimana harusnya Y N Y B

*keterangan:

1) Kolom evident diberikan tanda yes (Y) atau no (N) jika operator dapat mengetahui bagaimana kondisi dari komponen mesin yang digunakan.

2) Kolom safety diberikan tanda yes (Y) atau no (N) jika operator dapat terancam keselamatannya jika terjadi kegagalan pada komponen tersebut.

3) Kolom outage diberikan tanda yes (Y) atau no (N) jika kegagalan fungsi dapat menyebabkan mesin mengalami kerusakan.

4) Kolom category dibagi menjadi empat bagian yaitu A (safety problem), B (outage problem), C (outage problem), dan D (hidden failure).

7. Pemilihan Tindakan

Pemilihan tindakan ini meru pakan langkah terakhir dari proses analisis RCM.

Setiap mode kerusakan (failure mode) yang telah didapat, dibuat menjadi daftar tindakan yang mungkin akan dilakukan untuk selanjutnya dipilih tindakan terbaik.

Pemilihan tindakan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

(19)

50 1. Time Directed (TD)

Tindakan pencegahan yang dilakukan langsung terhadap sumber kerusakan berdasarkan pada usia pakai suatu komponen.

2. Condition Directed (CD)

Tindakan pencegahan kerusakan dengan cara mengidentifikasi dengan cara memeriksa komponen, dan jika ditemukan sebuah kerusakam, maka dapat langsung dilakukan perbaikan atau penggantian komponen.

3. Finding Failure (FF)

Tindakan yang dilakukan untuk menemukan kerusakan tersembunyi (hidden failure) dengan melakukan pengecekan berkala.

4. Run To Failure (RTF)

Tindakan yang menggunakan peralatan hingga mengalami kerusakan, dikarenakan tidak adanya tindak ekonomis yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan.

Tabel 4.18 Pemilihan tindakan perawatan komponen

NAMA KOMPONEN

Failure

Mode Failure Cause Failure Effect

Critical Analysis

Pemilihan Tindakan 1 2 3 4 5 6 7

Hoist

Hoist tidak bisa bergerak

Motor Hoist mengalami kegagalan pada

kelistrikan

Tidak dapat mengangkat

log

Y Y T Y TD

Clamp Log

Clamp tidak dapat menjepit log

Komponen penjepit rusak

Tidak dapat

menjepit log Y T T Y TD

Conveyor

Conveyor tidak jalan

Rantai penggerak

conveyor pecah

Tidak mampu memindahkan sisa log kayu

Y T Y T Y CD

(20)

51 Bearing Bearing

pecah

Bearing tidak terrubrikasi dengan baik sehingga menjadi aus

Rotary pengupas tidak dapat

berputar

Y T Y T Y CD

Table lift

Table lift tidak dapat naik

Table lift tidak berfungsi sebagaimana

harusnya

Table lift tidak dapat

naik

Y T Y T Y CD

Keterangan:

Pemilihan tindakan perawatan dilakukan berdasarkan analisis dari failure mode effect and analysis (FMEA) dan logic tree analysis (LTA). Dan hasil dari pemilihan tindakan untuk komponen kritis mesin rotary adalah sebagai berikut:

1. Time Directed (TD)

Tindakan pencegahan yang dilakukan langsung terhadap sumber kerusakan berdasarkan pada usia pakai suatu komponen. Adapun komponen yang diperlukan perawatan menggunakan time directed adalah komponen Hoist dan Clamp log.

2. Condition Directed (CD)

Tindakan pencegahan kerusakan dengan cara mengidentifikasi dengan cara memeriksa komponen, dan jika ditemukan sebuah kerusakam, maka dapat langsung dilakukan perbaikan atau penggantian komponen. Adapun komponen yang diperlukan perawatan menggunakan time directed adalah komponen Conveyor, Bearing dan Table lift.

4.4 Reliability

4.4.1 Uji Distribusi Dengan Menggunakan Software MiniTab 17

Uji distribusi dilakukan kepada komponen kritis terpilih untuk kemudian dilakukan analisa tindakan Time Directed (TD) dengan menggunakan software MiniTab 17 seperti berikut:

(21)

52 1. Uji distribusi pada komponen Hoist:

Goodness-of-Fit

Anderson-Darling Correlation Distribution (adj) Coefficient Weibull 2.426 0.913 Lognormal 2.145 0.947 Exponential 2.944 * Normal 2.517 0.870 Estimation Method: Maximum Likelihood

Distribution: Lognormal

Parameter Estimates

Standard 95.0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Location 2.73664 0.625717 1.51026 3.96303 Scale 1.53269 0.442449 0.870428 2.69882 Log-Likelihood = -27.496

Characteristics of Distribution

Standard 95.0% Normal CI Estimate Error Lower Upper Mean(MTTF) 49.9594 46.0979 8.18853 304.809 Standard Deviation 153.794 239.753 7.24414 3265.09 Median 15.4351 9.65801 4.52791 52.6164 First Quartile(Q1) 5.48963 3.80563 1.41077 21.3614 Third Quartile(Q3) 43.3986 30.0856 11.1529 168.874 Interquartile Range(IQR) 37.9089 27.8479 8.98356 159.969

Berdasarkan hasil uji pada software Minitab 17, didapatkan hasil distribusi waktu antar kerusakan pada komponen hoist adalah lognormal dengan nilai correlation coefficient tertinggi sebesar 0,947. Selanjutnya dilakukan uji parameter lognomal dan didapatkan nilai location = 2,73 dan nilai scale = 1,53 dan nilai MTTF yaitu 49,95.

2. Uji distribusi pada komponen Clamp log.

Goodness-of-Fit

(22)

53 Anderson-Darling Correlation

Distribution (adj) Coefficient Weibull 3.027 0.897 Lognormal 2.974 0.907 Exponential 3.010 * Normal 2.915 0.922

Estimation Method: Maximum Likelihood Distribution: Lognormal

Parameter Estimates

Standard 95.0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Location 3.29335 0.641910 2.03523 4.55147 Scale 1.28382 0.453899 0.642035 2.56714 Log-Likelihood = -19.849

Goodness-of-Fit

Anderson-Darling (adjusted) = 3.212

Characteristics of Distribution

Standard 95.0% Normal CI Estimate Error Lower Upper Mean(MTTF) 61.4021 53.2331 11.2261 335.845 Standard Deviation 125.801 182.873 7.28302 2172.97 Median 26.9329 17.2885 7.65399 94.7714 First Quartile(Q1) 11.3297 8.05742 2.81099 45.6640 Third Quartile(Q3) 64.0248 45.5332 15.8852 258.051 Interquartile Range(IQR) 52.6952 40.9437 11.4920 241.628

Berdasarkan hasil uji pada software Minitab 17, didapatkan hasil distribusi waktu antar kerusakan pada komponen clamp log adalah normal dengan nilai correlation coefficient tertinggi sebesar 0,922. Selanjutnya dilakukan uji parameter normal dan didapatkan nilai location = 3,29335 dan nilai scale = 1,28382 dan nilai MTTF yaitu 61,4021.

(23)

54 Tabel 4.19 Rekap hasil uji software

No Mesin Komponen Distribusi Parameter MTTF

1 Rotary Hoist lognormal µ = 2,73664 σ = 1,53269 49.9594

2 Clamp log lognormal µ = 3,29335 σ = 1,28382 61,4021

4.4.2 Interval Waktu Penggantian Komponen Kritis Terpilih Pada Mesin Rotary

1. Hoist

Distribusi : Lognormal Parameter : µ = 2,73664

: σ = 1,53269 MTTF : 49, 9594 hari

Tf : 0,33

Tp : 0,16

Fungsi distribusi kumulatif : 𝐹(𝑡) = Φ (𝑙𝑛(𝑡) − 𝜇

𝜎 )

Fungsi keandalan : 𝑅(𝑡𝑝) = 1 − Φ (𝑙𝑛(𝑡) − 𝜇

𝜎 )

Nilai Φ sendiri didapatkan dari nilai z pada tabel distribusi normal.

Berikut adalah contoh perhitungannya.

F(6) = Φ (l𝑛(6)−2,73664 1,53269 )

= Φ(−0,616)

= 0,2709 R(tp) = 1 − Φ(𝑙𝑛(𝑡)−𝜇

𝜎 )

= 1 − 0,2709

= 0, 7291

(24)

55 Untuk hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel 4.20 berikut:

Tabel 4.20 Hasil perhitungan tingkat keandalan komponen Hoist

No F(tp) R(tp) No F(tp) R(tp)

1 0.0000 1 16 0.4920 0.5080

2 0.0918 0.9082 17 0.5239 0.4761 3 0.1446 0.8554 18 0.5398 0.4602 4 0.1894 0.8106 19 0.5517 0.4483 5 0.2327 0.7673 20 0.5636 0.4364 6 0.2709 0.7291 21 0.5793 0.4207 7 0.3050 0.6950 22 0.5910 0.4090 8 0.3372 0.6628 23 0.6026 0.3974 9 0.3632 0.6368 24 0.6103 0.3897 10 0.3897 0.6103 25 0.6217 0.3783 11 0.4129 0.5871 26 0.6331 0.3669 12 0.4364 0.5636 27 0.6368 0.3632 13 0.4562 0.5438 28 0.6480 0.3520 14 0.4761 0.5239 29 0.6554 0.3446 15 0.4960 0.5040 30 0.6664 0.3336

Dari tabel hasil perhitungan tingkat keandalan komponen diatas, dapat dilihat bahwa tingkat keandalannya semakin lama semakin menurun, dan berdasarkan ketetapan perusahaan batas tingkat keandalan berada pada saat keandalan 70%, maka pada interval ke-6 terdapat nilai fungsi 0,7291 (72,91%).

2. Clamp Log

Distribusi : Logormal Parameter : µ = 3,29335

: σ = 1,28382 MTTF : 61,4 hari

Tf : 0,33

Tp : 0,16

(25)

56 Fungsi distribusi kumulatif :

𝐹(𝑡) = Φ (𝑙𝑛(𝑡) − 𝜇

𝜎 )

Fungsi keandalan : 𝑅(𝑡𝑝) = 1 − Φ (𝑙𝑛(𝑡) − 𝜇

𝜎 )

Nilai Φ sendiri didapatkan dari nilai z pada tabel distribusi normal.

Berikut adalah contoh perhitungannya.

F(13) = Φ (l𝑛(13)−3,29335 1,28382 )

= Φ(−0,567)

= 0,2877 R(tp) = 1 − Φ(𝑙𝑛(𝑡)−𝜇

𝜎 )

= 1 − 0,2877

= 0, 7123

Untuk hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel 4.21 berikut:

Tabel 4.21 Hasil perhitungan tingkat keandalan komponen Clamp Log

No F(tp) R(tp) No F(tp) R(tp)

1 0.0000 1 16 0.3446 0.6554

2 0.0217 0.9783 17 0.3632 0.6368 3 0.0446 0.9554 18 0.3783 0.6217 4 0.0694 0.9306 19 0.3936 0.6064 5 0.0951 0.9049 20 0.4090 0.591 6 0.1230 0.8770 21 0.4247 0.5753 7 0.1492 0.8508 22 0.4404 0.5596 8 0.1736 0.8264 23 0.4562 0.5438 9 0.1977 0.8023 24 0.5319 0.4681 10 0.2206 0.7794 25 0.5199 0.4801 11 0.2451 0.7549 26 0.5080 0.4920 12 0.2676 0.7324 27 0.5000 0.5000 13 0.2877 0.7123 28 0.5120 0.4880 14 0.3085 0.6915 29 0.5199 0.4801

(26)

57 15 0.3264 0.6736 30 0.5319 0.4681

Dari tabel hasil perhitungan tingkat keandalan komponen diatas, dapat dilihat bahwa tingkat keandalannya semakin lama semakin menurun, dan berdasarkan ketetapan perusahaan batas tingkat keandalan berada pada saat keandalan 70%, maka pada interval ke-13 terdapat nilai fungsi 0,7123 (71,23%).

Referensi

Dokumen terkait

Selain dapat membuka wacana diskusi dalam rangka meningkatkan kreatifitas dan prestasi mahasiswa, Untuk jangka panjangnya saat institusi melakukan suatu kesalahan mereka

 Audit Program PPI sangat penting di dalam pelaksanaan PPI di rumah sakit, dengan audit terhadap semua aktifitas pelayanan dan fasilitas penunjang akan terjadi perubahan

Ogg Vorbis encoder secara normal tidak berdasarkan pada bit rate saja, namun juga berdasarkan pada faktor kualitas yang besarnya berkisar antara '-1' (terendah) hingga '10'

Apabila pesan telah diterima, maka akan muncul interface berikut ini pada layar emulator Anda... Perhatikan layar console Anda dan dapatkan pesan

(2) Sejarah dalam Kejadian meliputi jangka waktu yang lebih lama dari seluruh sisa Alkitab, dimulai dengan pasangan manusia pertama, berkembang hingga sejarah dunia pra-air bah,

Untuk mengedit nomor plat truk, langkahnya adalah mengambil teks yang ada dalam EditText setelah user mengisikan nomor platnya. Namun belum ada aturan yang melarang

Peta perencanaan ditunjukkan pada gambar 13, peta tersebut merupakan solusi yang ditawarkan untuk permasalahan yang terjadi di Situ Gede, seperti permasalahan akses keluar masuk

Secara kualitatif juga dapat dijelaskan, mengapa suami yang di teliti dalam penelitan ini, karena hal ini sesuai dengan teori Proverawati (2010) yang menyatakan bahwa